makalah superposisi fisdas
DESCRIPTION
FisikaTRANSCRIPT
BAB XIX
SUPERPOSISI GELOMBANG HARMONIK YANG BERBEDA SEDIKIT
FREKUENSINYA
1. KELOMPOK GELOMBANG DAN PELAYANGAN
Sejauh ini kita selalu membahas superposisi gelombang yang sama frekuensinya atau
gelombang monokromatik.Sebenarnya tak ada gangguan yang benar – benar
monokromatik,apa lagi mengenai cahaya selalu ada daerah frekuensi (meskipun sempit) yang
dipancarkan sumber.Konsep – konsep penting dalam cahaya yang terkait dengan daerah
frekuensi adalah lebar pita ( bandwith) dan waktu koheren (coherene time).Masalah ini
penting dalam membahas peran baru yang penting dari cahaya sebagai pembawa informasi
(komunikasi optik dengan serat optik).Dibawah ini kita bahas sedikit mengenai superposisi
dua gelombang yangberbeda sedikit frekuensinya untuk mendapatkan gambaran mengenai
gelombang resultn yang diperoleh.Hasilnya dapat diterapkan untuk cahaya,gelombang radio
maupun gelombang bunyi.
Misalkan kedua gelombang yang merambat sepanjang sumbu x tersebut dinyatakan
dengan :
y1 = AoCos(k1x-ω1t)
y2 = AoCos(k2x-ω2t)
y R= y1 + y2 = AoCos(k1x-ω1t) + AoCos(k2x-ω2t)
y R = 2Ao cos (∆ k2
x−∆ ω2
t)cos (k x−ω2 t )
y R=2 A0 cos ( km x−ωm t ) cos (k x−ωt )
dimana k m=k modulasi=∆ k2
=k 1−k2
2
ωm=ωmodulasi=∆ ω2
=ω1−ω2
2
k=krata−rata=k1+k2
2
ω=ωrata−rata=ω1+ω2
2
Karena beda frekuensi kedua gelombang kecil,maka fungsi cos (k m x−ωm t ) berubah
dengan lambat (frekuensi kecil,periode besar).Maka gelombang resultan diats dapat dianggap
sebagai gelombang kuasi harmonik (hampir harmonik) dengan frekuensi ω dan tetapan
pelajarank tetapi amplitudonya berubah dengan waktu ( amplitudo termodulasi ) sesuai
dengan fungsi :
AR = 2Ao cos (kmx – ωmt)
Jadi gelombang tersebut dapat kita tuliskan sebagai berikut :
y (x,t) = A(x,t) cos (k x−ωt )
dimana A(x,t) = 2Aocos (kmx – ωmt)
Intensitas juga berubah dengan waktu –A2(x,t)
A2(x,t) = 4 Ao2 Cos2 (kmx – ωmt)
= 2 Ao2( 1 + cos 2 (kmx – ωmt))
Tampak disini bahwa intensitas berosilasi sekitar 2I dengan frekuensi (sudut) 2ωm = ω1 – ω2
atau 2fm = f1 – f2
Frekuensi perubahan intensitas ini dikenal sebagai “frekuensi per layangan “ ( beat
frequency ).
Peristiwa Pelayangan Gelombang
Peristiwa pelayangan adalah peristiwa penguatan dan pelemahan bunyi akibat superposisi
dua gelombang yang amplitudo dan arahnya tidak perlu sama dan getaran yang
ditimbulkannya di setiap titik berbeda frekuensinya.
Gambar 1.22 Pelayangan Gelombang
Coba kita tinjau sebuah titik yang dilalui dua gelombang yang menyebabkan terjadinya
peristiwa pelayangan gelombang ini. Titik akan mengalami simpangan akibat gelombang
pertama (dengan frekuensi f1) dengan persamaan sebagai berikut
y1 = Asin 2πf1.t
dan simpangan oleh gelombang kedua (frekuensi f2) memenuhi persamaan:
y2 = Asin 2πf2.t
sehingga superposisi simpangan itu adalah:
y = y1 + y2 = A[sin 2πf1.t + sin 2πf2.t]
dengan menggunakan aturan sinus maka akan diperoleh:
dengan menggunakan aturan sinus maka akan diperoleh:
Dengan 2πf1 = ω1 2πf2 = ω2 Dengan demikian, diperoleh persamaan peristiwa pelayangan
gelombang
Dengan
dan
Bentuk persamaan
dapat diubah menjadi
Ap memiliki nilai antara 2A dan -2A. Perubahan amplitudo ini memiliki frekuensi sebesar
Frekuensi perubahan amplitudo ini jelas terdengar jika nilai f2 – f1 tidak besar. Maka, nilai f2 –
f1 inilah yang disebut frekuensi pelayangan. Jadi, frekuensi pelayangan dirumuskan sebagai
berikut.
fp = f2 – f1
dengan nilai
f2 > f1
2. Prinsip Superposisi
Dari penjelasan sebelumnya bisa dikatakan bahwa amplitudo alias simpangan dari perpaduan
dua puncak gelombang atau perpaduan dua lembah gelombang atau perpaduan satu puncak
dan satu lembah gelombang sama dengan penjumlahan aljabar dari amplitudo masing-masing
puncak gelombang atau lembah gelombang secara terpisah (puncak gelombang dianggap
positif sedangkan lembah gelombang dianggap negatif). Hal ini dikenal dengan julukan
prinsip superposisi.Prinsip superposisi juga bisa dijelaskan dengan cara yang berbeda. Untuk
mempermudah pemahamanmu, saya menggunakan contoh gelombang transversal yang
merambat melalui tali. Kita andaikan dua puncak gelombang transversal saling mendekati,
sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah.
Perhatikan bahwa ketika kedua puncak gelombang merambat sepanjang tali, setiap
titik atau setiap bagian tali yang dilaluinya mengalami perpindahan pada arah vertikal. Nah,
apabila kedua puncak gelombang bertemu dan bertumpang tindih, maka perpindahan total
yang dialami oleh bagian tali yang dilalui kedua puncak gelombang bisa diketahui dengan
menjumlahkan perpindahan yang dialami oleh bagian tali tersebut seandainya hanya puncak
gelombang pertama saja yang melaluinya dan perpindahan yang dialami oleh bagian tali
tersebut seandainya hanya puncak gelombang kedua saja yang melaluinya.Perpindahan
merupakan besaran vektor sehingga penjumlahannya dilakukan secara vektor. Dalam hal ini
kita juga perlu memperhatikan arah perpindahan. Perpindahan yang terjadi di sebelah atas
posisi keseimbangan (posisi keseimbangan bisa dianggap sebagai sumbu x) bernilai positif,
sedangkan perpindahan yang terjadi di sebelah bawah posisi keseimbangan bernilai negatif.
Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai prinsip superposisi, kali ini kita berkenalan
dengan interferensi. Interferensi sebenarnya istilah yang digunakan untuk menjelaskan apa
yang terjadi ketika dua atau lebih gelombang saling bertumpang tindih. Kita juga bisa
mengatakan bahwa interferensi merupakan superposisi dari dua atau lebih gelombang.Sesuai
dengan penjelasannya sebelumnya, jika dua atau lebih puncak gelombang saling mendekati
dan bertumpang dindih maka amplitudo total dari perpaduan dua atau lebih puncak
gelombang tersebut menjadi lebih besar, dibandingkan dengan amplitudo masing-masing
puncak gelombang. Hal yang sama terjadi ketika dua lembah gelombang saling mendekati
dan bertumpang tindih…. Nah, peristiwa seperti ini dikenal dengan julukan interferensi
konstruktif. Konstruktif artinya bersifat membangun… perhatikan gambar di bawah.
Selain interferensi konstruktif, ada juga interferensi destruktif. Destruktif artinya
bersifat menghancurkan atau merusak. Interferensi destruktif terjadi ketika amplitudo alias
simpangan total dari perpaduan dua atau lebih gelombang menjadi lebih kecil, dibandingkan
dengan amplitudo masing-masing gelombang tersebut. Interferensi destruktif juga bisa terjadi
ketika amplitudo total dari perpaduan dua atau lebih gelombang sama dengan nol. Dalam hal
ini gelombang total tidak punya amplitudo (bisa terjadi ketika puncak gelombang dan lembah
gelombang memiliki amplitudo yang sama).
Tataplah gambar di bawah…Gambar di bawah menunjukkan peristiwa interferensi
konstruktif yang terjadi ketika dua gelombang saling bertumpeng tindih alias bersuperposisi.
Kedua gelombang yang bersuperposisi memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama. Kedua
gelombang juga memiliki fase yang sama. Gelombang total alias gelombang resultan (A + B)
yang dihasilkan memiliki amplitudo sebesar 2x amplitudo masing-masing gelombang yang
bersuperposisi, sedangkan frekuensi dan fasenya sama dengan kedua gelombang yang
bersuperposisi (A dan B).Gambar di bawah menunjukkan peristiwa interferensi destruktif
yang terjadi ketika dua gelombang saling bertumpeng tindih Kedua gelombang yang
bersuperposisi memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama. Kedua gelombang tidak
memiliki fase yang sama (berbeda fase sebesar 180o). Kedua gelombang saling
melenyapkan…Gambar di bawah menunjukkan peristiwa interferensi destruktif sebagian
yang terjadi ketika dua gelombang saling bertumpeng tindih Kedua gelombang yang
bersuperposisi memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama. Kedua gelombang tidak
memiliki fase yang sama (berbeda fase hampir sebesar 180o). Amplitudo gelombang total
yang dihasilkan hampir nol.
Frekuensi gelombang total sama dengan frekuensi kedua gelombang yang
bersuperposisi.Gelombang-gelombang yang bersuperposisi merupakan gelombang harmonik
sederhana yang memiliki frekuensi dan kelajuan yang sama. Kok kelajuannya bisa sama ? tau
dari manakah ? Gelombang-gelombang tersebut bisa bersuperposisi jika mereka melewati
medium yang sama pada waktu yang sama. Nah, kelajuan gelombang (maksudnya
gelombang mekanik) ditentukan oleh medium yang dilaluinya. Karena medium yang
dilaluinya sama maka kelajuan gelombang sendirinya pasti sama. Kok frekuensi dari
gelombang harmonik yang saling tumpeng tindih juga sama ? tahu dari manakah ?
guampang.. ingat saja hubungan antara kelajuan, frekuensi dan panjang gelombang yang
dinyatakan dalam persamaan alias rumus v = (f)(lambda). Karena laju (v) kedua gelombang
yang bersuperposisi sama, demikian juga panjang gelombang (lambda) kedua gelombang
yang bersuperposisi sama maka frekuensinya tentu saja sama.Dari contoh di atas tampak
bahwa gelombang total alias gelombang resultan yang dihasilkan oleh superposisi dua (atau
lebih) gelombang harmonik sederhana, masih berupa gelombang harmonik sederhana.
Gelombang total yang dihasilkan masih berupa gelombang harmonik sederhana karena setiap
gelombang harmonik sederhana yang bersuperposisi memiliki frekuensi yang sama. Apabila
setiap gelombang hrmonik sederhana yang bersuperposisi memiliki frekuensi yang berbeda
maka gelombang total alias gelombang resultan yang dihasilkan tidak lagi berupa gelombang
harmonik sederhana tetapi berubah menjadi gelombang kompleks.
Superposisi Gelombang
Apabila dua gelombang atau lebih merambat pada medium yang sama. Maka,
gelombang-gelombang tersebut akan datang di suatu titik pada saat yang sama sehingga
terjadilah superposisi gelombang. Artinya, simpangan gelombang-gelombang tersebut di tiap
titik dapat dijumlahkan sehingga akan menghasilkan sebuah gelombang baru.
Gambar 1.6 Superposisi dua gelombang y1 dan y2 yang memiliki amplitudo berbeda.
Misalkan, simpangan getaran di suatu titik disebabkan oleh gelombang satu dan dua, yaitu y1
dan y2. Kedua gelombang mempunyai amplitudo A dan frekuensi sudut yaitu ω yang sama
dan merambat dari titik yang sama dengan arah sama pula.Persamaan superposisi dua
gelombang tersebut dapat diturunkan persamaannya sebagai berikut.
y1 = A sinωt; y2 = Asin (ωt + Δθ)
Kedua gelombang di atas memiliki perbedaan sudut fase sebesar Δθ.
Persamaan simpangan gelombang hasil superposisi kedua gelombang tersebut adalah
y = y1 + y2 = A sinωt; y2 + Asin (ωt + Δθ)
Dengan menggunakan aturan sinus, yaitu:
Karena cosinus merupakan fungsi genap, artinya cosθ = cos(-θ) sehingga persamaan dapat
ditulis sebagai berikut.
Karena nilai beda fasenya (Δθ) adalah tetap, persamaan getaran hasil superposisi dua
gelombang dapat ditulis menjadi:
dan
disebut amplitudo gelombang hasil superposisi.
Perpaduan dua buah gelombang atau superposisi terjadi pula ketika gelombang datang
dan gelombang pada sebuah tali yang bergetar secara terus-menerus dijumlahkan. Kedua
gelombang yang memiliki amplitudo dan frekuensi sama serta berlawanan arah tersebut akan
menghasilkan sebuah superposisi gelombang yang disebut gelombang stasioner atau
gelombang diam.sama tanpa ada ketergantungan satu gelombang dengan yang lain.
Elastisitas medium akan mempengaruhi bentuk gelombang yang dihasilkan.
Jika 2 gelombang merambat dan memiliki frekwensi, panjang gelombang dan amplitudo
dapat ditunjukan fungsi masing2 gelombang tersebut.
Dimana dan adalah fase konstan.
Maka resultan fungsi y adalah
Penggabungan gelombang suara
Seperti gambar di samping suara dari loudspeaker S dikirim
melalui tabung dari titik P yang merupakan simpangan T,
separuh masing2 suara merambat melalui jalur yang
berbeda. Maka penerima suara menerima melalui jalur
sepanjang lintasan r , perbadaan panjang lintasan tersebut
dinyatakan dengan dan n=0,1,2,3,…
Sehingga hubungan antara perbadaan panjang dan sudut phase adalah
Jika perbedaan panjang beragam dari berbagai λ /2, maka sudut fhase dan
penggabungan tersebut adalah konstruktif, sedang untuk beda lintasan ganjil berbagai λ /2
adalah dan penggabungan adalah destruktif.
Sehingga perbedaan lintasan tersebut adalah.
konstruktif dan konstruktif.
Contoh :
2.Tentukanlah kecepatan fasa dan kevepatan grup bila hubungan dispersi ω = a k-2 ?
3.Tentukanlah frekuensi pelayangan yang timbul bila gua garpu tala yang frekuensinya 400
dan 405 Hz serentak digetarkan ?
Penyelesaian :
2.. vr =ωk=ak
vr = dωdk
=2ak
3. Frekuensi pelayangan = f2 – f1 = 5 s-1
Daftar Pustaka
http://nenysmadda.ucoz.org/news/
sifat_dasar_gelombang_bunyi/2010-10-03-25 diakses tanggal
28 mei 2013
budisma.web.id/materi/sma/fisika-kelas-xii/peristiwa-
pelayangan-gelombang/ diakses tanggal 30 mei 2013
http://www.gurumuda.com/pelayangan_gelombang diakses
tanggal 20 mei 2013