makalah-stoberi-fitopat ya
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
BEBERAPA SPESIES JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA BUAH
STROBERI (Fragaria vesca L.)
Oleh:
Nurfitriani Rahesti (B1J013005)
Etvin Kristanti (B1J013007)
Marsha Nidiaratri (B1J013008)
Rachmi Febriyanti (B1J013009)
Nur Afiyati Fazrin (B1J013010)
TUGAS TERSTRUKTUR FITOPATOLOGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beragam buah-buahan.
Stroberi merupakan salah satu jenis buah Indonesia yang memiliki nilai ekspor
impor cukup tinggi. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2011
terjadi penurunan jumlah nilai impor dan ekspor buah stroberi segar berturut-turut
sebesar 1.072.230 US$, dan 376.321 US$. Beberapa negara tujuan ekspor buah
stroberi ialah Jepang, Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia
dan Thailand (Syahputra et al., 2012).
Stroberi (Fragaria sp) merupakan tanaman buah herba yang ditemukan
pertama kali di Chili, Amerika Selatan. Stroberi adalah salah satu buah-buahan yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi karena memiliki bentuk yang mungil, warna sangat
menarik, dan cita rasa yang manis segar. Buah stroberi dimanfaatkan sebagai
makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari
stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, selai, es buah, juice stroberi, dan dodol
stroberi. Kandungan nutrisi pada buah stroberi cukup lengkap (Cahyono, 2011).
Klasifikasi botani tanaman stroberi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Family : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria vesca L.
Buah stroberi merupakan buah yang sangat sensitif dan cepat rusak.
Penyimpanan terbaik pada temperatur 0-10C. Bila stroberi disimpan pada temperatur
00C dapat menyebabkan kerusakan buah, sementara bila temperatur 10C tidak dapat
terpenuhi maka dianjurkan untuk disimpan pada temperatur maksimum yaitu 100C.
Tidak hanya temperatur yang harus diperhatikan, tetapi buah harus benar-benar
bebas dari cendawan atau bakteri dan tidak basah sehingga dapat disimpan lebih
lama (Gunawan, 2003).
Selain faktor temperatur, buah stroberi juga harus betul-betul bebas dari spora
jamur atau bakteri sehingga sebelum disimpan dapat bertahan lebih lama saat
penyimpanan. Pedagang stroberi yang tidak memperhatikan mengenai temperatur
dari penyimpanan buah stroberi menyebabkan buah stroberi mudah busuk oleh jamur
(Pandin, 2015).
Buah stroberi memiliki nilai ekonomis yang tinggi, disertai dengan
permintaan yang terus meningkat, sehingga budidaya tanaman stroberi memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Salah satu kendala dalam
ekspor buah stroberi ialah gangguan penyakit sejak di tanam hingga penyimpanan.
Beberapa patogen penyebab penyakit pascapanen pada stroberi ialah Colletotrichum
fragariae, Botrytis cinerea, dan Rhizopus stolonifer yang mengakibatkan busuk buah
dan menurunkan kualitas buah stroberi (Ellis dan Erincik, 2008).
B. Tujuan
1. Mengetahui tiga spesies jamur yang menginfeksi buah stroberi (Fragaria vesca).
2. Mengetahui gejala penyakit tiga spesies jamur yang menginfeksi buah stroberi
(Fragaria vesca).
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyakit buah stroberi (Fragaria vesca).
4. Mengetahui pengendalian penyakit buah stroberi (Fragaria vesca).
II. PEMBAHASAN
Cara untuk mengetahui jamur yang menyebabkan penyakit pada tanaman
stroberi (Fragaria vesca L.) harus dilakukan isolasi dari bagian tanaman yang sakit
dan dibiakkan pada media PDA di laboratorium. Jamur yang tumbuh diamati secara
mikroskopis dan dibiakkan untuk memperoleh biakan murni lalu diidentifikasi
dengan menggunakan buku panduan identifikasi jamur seperti Barnett (1972), Von
Arx (1974), Agrios (1978), dan Streets (1980). Jamur yang menyebabkan busuk buah
stroberi, antara lain Botrytis cinerea, Rhizopus stolonifer dan Colletotrichum
fragariae. Busuk buah merupakan suatu proses yang terjadi secara berangsur-
angsur. Proses ini diawali infeksi, yaitu masuknya patogen ke dalam sel atau
jaringan buah melalui celah alami (luka gigitan serangga) dan melalui kontak
langsung. Penetrasi patogen dapat berupa spora, miselium atau konidium. Patogen
lalu tumbuh dan berkembang biak kemudian melakukan invasi ke sel atau jaringan
sekitarnya. Gejala awal tampak berbentuk bintik atau bercak kecil yang semakin
membesar, di mana warna hijau berubah menjadi kuning kehijauan lalu kuning atau
cokelat atau hitam (Samosir, 2007). Karakteristik dari ketiga spesies jamur
penyerang tanaman stroberi yaitu :
1. Kapang kelabu (Botrytis cinerea)
Infeksi kapang Botrytis cinerea cukup berat yang terjadi melalui bunga.
Mahkota bunga yang terserang menjadi kering dan gugur sehingga buah akan
membusuk menjelang masak. Busuk buah Botrytis ini digolongkan juga sebagai
penyakit pascapanen sebab gejala busuk terjadi atau tampak saat buah sedang
dalam pengangkutan atau saat buah dalam penyimpanan.
A. Gejala Penyakit
Sasaran bagian tanaman ini adalah bagian atas tanaman. Bagian yang
terserang akan menunjukkan noda cokelat yang kemudian tertutup oleh
lapisan yang agak tebal berwarna abu-abu kecokelatan. Bagian tanaman yang
paling banyak terserang adalah buahnya, baik buah muda maupun buah yang
sudah masak (Gunawan, 2003). Pada buah yang setengah berkembang
pembusukan dapat dimulai dari kelopak yang terinfeksi (Semangun, 1996).
Buah yang sudah membusuk dan berwarna coklat akan mengering.
B. Daur Hidup
Organisme ini muncul pada musim dingin yang berkepanjangan, miselia
gemuk. Miselium terlepas dari jamur dan akan berkecambah pada musim
dingin dan berkembang lagi. Pertumbuhan jamur yang baru akan
menghasilkan konidiofor. Konidiofor bercabang tiga dan langsung
berhubungan dengan konidia atau spora. Konidia dewasa memisah dan
terbawa oleh angin atau percikan air dan pada kondisi yang baik, patogen ini
akan menemukan dan membunuh inang yang baru. Dalam banyak kasus
konidia masuk ke tanaman yang rusak atau jaringan yang rentan. Spora yang
turun menghasilkan miselium baru yang akan menyerang jaringan,
menyebabkan gagal dan hancurnya sel, melunakkan jaringan dan akhirnya
busuk (Samosir, 2007).
Gambar 1. Gejala serangan Botrytis cinerea a. pada kelopak buah; b. koloni jamur pada buah yang hampir matang; c. buah ditutupi koloni jamur.
2. Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer)
Kapang ini menyebabkan penyakit busuk buah yang hanya menyerang buah-
buah masak yang telah terluka. Buah-buah mentah utuh, sehat dan tidak terluka
tidak akan diserang. Cendawan ini menimbulkan buah busuk bonyok.
A. Gejala Penyakit
Buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan
mengeluarkan cairan keruh. Di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi
akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam. Jamur ini
dilaporkan berasal dari Pakistan dan India. Jamur ini cepat berkembang dan
menghasilkan biakan berwarna abu-abu sampai hitam apabila disporulasi.
Hifa menghasilkan enzim pectinolytic yang merusak lamella tengah,
menginfeksi jaringan dan menjadikannya lunak serta busuk berair (Samosir,
2007).
B. Daur Hidup
cba
Spora dari Rhizopus stolonifer menyebar dengan bantuan udara dan dapat
dijumpai pada buah dan di penyimpanan karena patogen ini tidak dapat
melakukan penetrasi pada tanaman sehat, tanpa mengalami pelukaan pada
permukaan buah. Patogen ini hanya dapat masuk melalui luka yang terjadi
pada waktu pemanenan, transportasi, perawatan hasil panen, dan
pemeliharaan tanaman (Samosir, 2007).
Gambar 2. Gejala serangan Rhizopus stolonifer a. pada buah tua dengan micellium putih; b. buah ditutupi koloni jamur.
3. Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae)
A. Gejala Penyakit
Jamur Colletotrichum fragariae mula-mula membentuk bercak cokelat
kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak
terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan
konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah
mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah
menjadi berwarna seperti jerami. Gejala seranganya awal berupa bercak
coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak
(Semangun, 1996).
B. Daur Hidup
Jamur Colletotrichum fragariae pada buah masuk menginfeksi bagian
permukaan. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang
tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya
buah. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman
sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Gunawan, 2003).
a b
.
Gambar 3. Gejala serangan Colletotrichum fragariae
Menurut Semangun (1996), faktor yang menyebabkan penyakit, antara lain :
1. Kelembaban
Kelembaban tanah yang tinggi mengakibatkan bulu-bulu akar tumbuhan
membusuk. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan
sukulentis pada tumbuhan sehingga dapat mengurangi ketahanan terhadap
parasit.
2. Kadar oksigen
Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas
dan kolapsi.
3. Suhu dapat mempengaruhi banyaknya spora yang berkecambah, demikian pula
kecepatan dan tipe perkecambahan. Pada umumnya suhu minimum untuk
perkecambahan spora adalah 1-3 oC dan suhu maksimum adalah 30-36oC spora
yang basah lebih peka terhadap hambatan oleh sinar. Pada umunya tumbuhan
lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi
dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya.
4. Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong
pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun
berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga
secara prematur. Radiasi sinar dapat menyebabkan jamur mengalami mutasi dan
mati.
Pengendalian penyakit pada buah stroberi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain yaitu:
1. Pengendalian secara teknis
Dengan mengurangi kelembaban lingkungan, menghindari terjadinya
perlukaan pada bunga, salinitas kebun, pergiliran (rotasi) tanaman.
2. Pengendalian secara mekanik
Menaungi atau membungkus tangkai dan kuntum bunga dengan kantong
plastik, memetik bunga yang menunjukkan gejala serangan dan
memusnahkannya
3. Pengendalian secara kimiawi
Apabila cara lain tidak dapat menekan serangan OPT, pengendalian dapat
menggunakan fungsinya yang efektif, terdaftar dan diizinkan oleh menteri
pertanian. Misalnya disemprot dengan fungisida Ziflo 90 WP.
4. Pengendalian secara alami
a. Pengendalian Colletotrichum fragariae menggunakan ekstrak daun sirih
Pengelolaan penyakit tanaman stroberi biasanya petani menggunakan
fungisida sintetik, namun terkadang fungisida sintetik memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan, sehingga dibutuhkan pengendali alternatif salah satunya
pestisida nabati atau berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang memiliki zat
anti cendawan adalah daun sirih. Ekstrak daun sirih berfungsi sebagai anti cendawan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pembentuan konodia cendawan.
Komponen kimia daun sirih yang berguna untuk antifungi adalah minyak atsiri yang
memiliki senyawa fenol. Senyawa fenol dapat menyebabkan lisis pada sel mikroba,
jika sel mikroba rusak maka racun akan keluar dari sela dapat masuk dan
mengakibatkan berkurangnya metabolit esensial yangdibutuhkan oleh mikroba.
Setelah berada di dalam sel, fenol akan merusak sistem kerja sel. Senyawa fenol
dapat menyebabkan inaktivasi enzim esensial didalm sel. Senyawa fenolik sebagai
antimikroba, bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri, virus, jamur dan sebaliknya
inaktif terhadap sporabakteri. Miselium fungi dikelilingi oleh suatu membran
sitoplasmik yang bersifat semipermeabel. Membran ini berberan dalam
mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalm sel serta mengatur aliran keluar
masuknya bahan-bahan lain. Maka dengan pemberian minyak atsiri yang
mengandung senyawa fenol maka membran akan rusak dan dapat mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan sel atau bahkan matinya sel (Ariyanti,2012).
b. Pengendalian Botrytis cinerea, Rhizopus stolonifer menggunakan Asam
heksadedekanoat dan -sitoserol
Asam heksadedekanoat dan -sitoserol yang diisolasi dari Aglaophenia
cupressina Lamoureoux bersifat antimikroba dan dapat dikembangkan sebagai bahan
dasar sanitizer. Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux mengandung senyawa
kimia sesguiterpen, diterpen, alkaloid, prostaglandin, pyridines dan tridental A
sebagai antioksidan melawan peroksidasi lemak dari LDL yang lebih potensial dari
vitamin E. Masih banyak senyawa bioaktif lainnya dari hydroid Aglaophenia
cupressina Lamoureoux perlu diteliti dalam bidang biokimia maupun farmakologi.
Senyawa asam heksadekanoat memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
jamur karena senyawa ini dapat membentuk reaksi senyawa kompleks ketika
berikatan dengan gugus aktif dari dinding sel jamur. Namun rekasi tersebut tidak
merusak struktur utama dari kitin dan hanya bereaksi dengan struktur yang berada di
luar cincin (CH2-OH). Hal tesebut menyebabkan reaksi antara kitin dan gugus aktif
asam heksadekanoat kurang mempengaruhi keutuhan dinding sel jamur karena tidak
merusak struktur tulang punggung dari kitin begitupula dengan senyawa β-sitosterol.
Kedua senyawa ini dapat dikatakan bersifat fungistatik karena tidak sampai
mematikan fungi tersebut. Fungistatik dapat berubah menjadi fungisidal apabila
konsentrasi senyawa yang digunakan semakin besar, sehingga dengan penambahan
konsentrasi memungkinkan senyawa asam heksadekanoat dan β-sitosterol berubah
menjadi fungisidal (Pandin, 2015).
III. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Patogen penyakit pada buah stroberi ialah Colletotrichum fragariae, Botrytis
cinerea, dan Rhizopus stolonifer.
2. Kapang Kelabu (Botrytis cinerea) ditandai dengan terdapatnya noda cokelat
pada buah yang kemudian tertutup oleh lapisan yang agak tebal berwarna abu-
abu kecokelatan. Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer). Busuk rizopus (Rhizopus
stolonifer) ditandai buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan
akan mengeluarkan cairan keruh. Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae)
ditandai buah masak menjadi kebasah-basahan berwarna cokelat muda dan buah
dipenuhi massa spora berwarna merah jambu.
3. Faktor yang mempengaruhi penyakit pada buah stroberi, antara lain udara,
kelembaban, suhu dan cahaya.
4. Pengendalian penyakit pada buah stroberi dapat dilakukan secara teknis,
mekanik, kimiawi dan alami.
DAFTAR REFERENSI
Ariyanti, E. L., Rahmat Jahuddin dan Muhammad Yunus. 2012. Potensi Ekstrak Daun Sirih 9Piper betle liin) sebagai Fungisida Penyakit Busuk Buah Stroberi (Colletotrichum fragariae brooks) secara in Vitro. Jurnal Agroteknos 2(3) : 174-179.
Cahyono, B. 2011. Bertanam Stroberi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ellis M. A, Erincik O. 2008. Anthracnose of strawberry. Fact sheet. The Ohio State University.
Gandjar, I., Samson R. A., Vermeulen, A. Oetari dan Santoso I., 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gunawan, L. W. 2003. Stroberi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pandin, Julianto., Dirayah R. Husein, Eva Johannes dan Risco G. Budhi. 2015. Bioaktivitas Senyawa Asam Heksadekanoat dan -Sitosol Hasil Isolasi Aglaophenia Cupressina Lamoureoux Sebagai Bahan Antijamur Terhadap Busuk Buah Stroberi Fragaria Sp.. Jurnal Unhas.
Samosir, J. 2007. Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Tanaman Stroberi (Fragaria vesca L.), Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syahputra, A., Handayani N. D. dan Indriani K. D. M. 2012. Etil format sebagai perlakuan alternative terhadap Colletotrichum gleosporoides pada Stroberi, Jurnal Fitopatologi 6(8): 177-183.