bud ida ya

126
i b PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI PENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI DESA P4MI Penyunting: Dr.Ir.Amran Muis, MS Ir. Caya Khairani Sukarjo, STP, MP Yogi P. Rahardjo, STP Layout: Rudi Aksono, SP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2008

Upload: bp4kksb

Post on 01-Jul-2015

4.858 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bud Ida Ya

i

b

PETUNJUK TEKNIS

TEKNOLOGI PENDUKUNG

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI DESA P4MI

Penyunting:

Dr.Ir.Amran Muis, MS

Ir. Caya Khairani

Sukarjo, STP, MP

Yogi P. Rahardjo, STP

Layout:

Rudi Aksono, SP

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

SULAWESI TENGAH

2008

Page 2: Bud Ida Ya

ii

KATA PENGANTAR

Untuk meningkatkan pendapatannya, petani harus dapat merespon peluang pasar

dengan berinovasi dalam produksi dan pemasaran pertanian. Hal ini menemui kendala

dikarenakan terbatasnya teknologi yang tepat guna, kurangnya investasi, dan keterbatasan

akses petani terhadap informasi. Untuk itu diperlukan peningkatan akses petani terhadap

informasi pertanian, dukungan pengembangan inovasi pertanian, serta upaya

pemberdayaan petani.

Melalui kegiatan Pengembangan Agribisnis Di Desa P4MI Departemen

Pertanian bermaksud membangun sistem agribisnis di lahan marjinal, melalui

pemberdayaan petani, pengembangan kelembagaan desa, dan perbaikan sarana/prasarana

pendukung di desa (investasi desa) secara partisipatif, serta meningkatkan akses pada

jaringan informasi untuk menunjang inovasi teknologi, guna meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petani miskin khususnya di desa-desa sasaran P4MI.

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan pengembangan agribisnis tersebut

maka perlu didukung dengan memberikan masukan teknologi-teknologi tepat guna

terhadap komoditas yang menjadi unggulan di masing-masing desa P4MI. Buku Petunjuk

Teknis ini disusun sebagai bahan penyuluhan bagi penyuluh di lapangan untuk

melaksanakan tugasnya menyebarkan informasi kepada petani. Dengan petunjuk teknis

ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan dan

memberikan nilai lebih bagi peningkatan pendapatan petani.

Page 3: Bud Ida Ya

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. i

Kata Pengantar .............................................................................................................. ii

Daftar Isi ...................................................................................................................... iii

PTT Padi ...................................................................................................................... 1

PTT Jagung .................................................................................................................. 9

Kacang Tanah .............................................................................................................. 23

Pemeliharaan Sapi ....................................................................................................... 27

Pengolahan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak .......................................................... 36

Pengolahan Limbah Kakao Untuk Pakan Ternak ........................................................ 42

Budidaya Cabai ........................................................................................................... 45

Budidaya Tomat .......................................................................................................... 59

Budidaya Bawang Merah Lokal Palu .......................................................................... 64

Budidaya Mentimun .................................................................................................... 77

Pembuatan Biogas ....................................................................................................... 83

Teknik Pembuatan Pupuk Kascing .............................................................................. 89

Teknik Pembuatan Bokasi ........................................................................................... 93

Pengolahan Pisang ....................................................................................................... 99

Pembuatan Minyak Bermutu ....................................................................................... 109

Pengolahan Ubi Kayu dan Ubi Jalar ........................................................................... 115

Page 4: Bud Ida Ya

1

PTT PADI SAWAH

Asni Ardjanhar dan Caya Khairani

Pendahuluan

Padi merupakan komoditas yang menyangkut hajat hidup dan kebutuhan asar

hampir seluruh rakyat Indonesia. Beberapa kajian yang dilakukan memperkirakan

permintaan beras yang sangat tinggi, dilain pihak laju peningkatan produksi padi pada

suatu periode ke periode tertentu menurun tajam.

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan pemanfaatan sumberdaya

pertanian secara optimal sehingga petani memperoleh keuntungan maksimum secara

berkelanjutan dalam system produksi dengan memadukan komponen teknologi sesuai

kapasitas lahan. Kunci keberhasilan dari PTT adalah adanya sinergi antara komponen

teknologi sumberdaya alam dan kondisi sosial ekonomi. Indikator keberhasilan PTT

yaitu rendahnya biaya produksi, penggunaan sumberdaya lahan yang efisien dan

peningkatan pendapatan petani tanpa merusak lingkungan (Kartaatmaja, 2000).

Mengingat konsep PTT tersebut, maka pendekatan komponen teknologi yang

dikembangkan di suatu wilayah disesuaikan dengan kondisi setempat. Untuk itu

sebelum pengkajian PTT dimulai, perlu kiranya diahului dengan kegiatan pemahaman

pedesaan secara partisipatif atau dikenal dengan istilah kebutuhan dan peluang.

Syarat Tumbuh

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

mengandung uap air, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Curah

hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4

bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang

baik untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 19-27°C dengan suhu optimum

23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang

kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu (tanah lumpur

yang subur) dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh

dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH

antara 4 -7.

Page 5: Bud Ida Ya

2

Varietas Unggul Sesuai Lingkungan dan Selera Konsumen

• Varietas : Tahan Wereng Coklat: Cisadane, IR42, Cisokan, IR64, Ciliwung,

Membramo, Cibodas, Batang Anai, Digul, Maros, Cimalaya

Muncul, Way Apo Buru; Tukad petanu, Tukad Undu, Tukad

Berlian, Bondoyudo dan Kalimas untuk daerah endemis Tungro,

Ciherang dan Widas untuk daerah lainnya

• Takaran : 10-15 kg/ha untuk tanam pindah, 30-40 kg/ha untuk Tabela dan

20-30 untuk legowo

Benih Bermutu

1. Penyiapan Benih

• Untuk memilih benih yang baik digunakan larutan ZA, yaitu 1 kg ZA

dilarutkan dalam 3 liter air atau menggunakan larutan garam 3%, yaitu 30 gram

garam dalam 1 liter air.

• perlakuan benih dengan insektisia Fipronil untuk mengendalikan penggerek

batang dan walang sangit

• dianjurkan untuk pergiliran varietas untuk menghindari ledakan hama dan

penyakit.

• Benih yang sudah dipersiapkan dapat disebar langsung pada lahan yang disebut

sebagai tanam benih langsung (tabela) atau dibibitkan terlebih dahulu melalui

persemaian

2. Tanam Benih Langsung

• Benih berkualitas atau benih sehat dapat ditanam secara sebar langsung (tabela)

dengan menggunakan alat tanam

• Tabela dilakukan untuk musim kering (MK). Lahan sawah yang

memungkinkan untuk penerapan teknologi tabela adalah sawah yang rata dan

drainasenya baik atau ainya dapat diatur.

Pengolahan Tanah

• Dilakukan selambat-lambatnya 2 minggu sebelum tanam.

• Pengolahan tanah hendaknya menggunakan traktor dan ternak.

• Pembajakan pertama, tanah dibalik dan dibiarkan terjemur selama seminggu lalu

direndam selama 3-4 hari agar gulma mati.

Page 6: Bud Ida Ya

3

• Pembajakan kedua dilakukan 2-3 hari sebelum tanam, lalu digaru dan diratakan.

• Sisa tanaman dan gulma dibersihkan.

• Kondisi tanah siap tanam dicirikan dengan tanah melumpur sempurna, dengan

kedalaman sekurang-kurangnya 25 cm, permukaan rata dan bersih.

• Pembuatan saluran drainase di sekeliling petakan sawah.

Persemaian

• Untuk keperluan 1 ha , siapkan areal persemaian ± 250 m2 (4% dari luas

pertanaman).

• Pengolahan tanah dilakukan hingga melumpur sempurna untuk pertanaman di atas

• Bila tanah persemaian telah siap, tabur abu sekam 0.5 kg/m2 secara merata. Hal ini

untuk menghindari terputusnya akar saat mencabut bibit.

• Upayakan air dalam kondisi macak-macak, tidak tergenang agar sekam tidak

terbawa air.

• Untuk mendapatkan bibit yang sehat, persemaian dipupuk dengan urea dan SP 36

masing-masing 10 gr/m2 pada saat berumur 5 hari.

• Tidak dianjurkan membuat persemaian dekat dengan lampu untuk menghindari

serangan hama dan berjarak minimal 250 m dari sumber inokulum.

• Manajemen persemaian pada luasan 100 ha, dianjurkan secara kolektif tiap

kelompok untuk lahan seluas 5 ha. Waktu persemaian antar kelompok perlu diatur

agar tidak melakukan persemaian secara serentak untuk menjaga kekurangan regu

tanam dan menjamin waktu tanam serempak dalam suatu hamparan.

Umur Bibit

• Umut bibit 10-15 hari, bibit muda digunakan apabila hama keong mas dapat

dikendalikan

Sistem Tanam

• Untuk sistem Tabela dan Tapin dianjurkan menggunakan sistem tanam tegel atau

sistem tanam legowo.

• Untuk sistem tanam tegel, jarak tanam yang dianjurkan adalah 20 x 20 cm atau 25

x 25 cm

• Penanaman dengan pola jajar legowo terdapat dua sampai empat baris tanaman

padi dan diselingi oleh satu baris yang sengaja dikosongkan. Bila terdapat dua

Page 7: Bud Ida Ya

4

baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, jika empat baris tanaman

per unit legowo disebut legowo 4:1. Tanam jajar legowo dianjurkan penerapannya

terutama di daerah yang banyak hama dan penyakit atau pada lahan sawah yang

keracunan besi.

Pengaturan Air

• Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal, pengairan terputus (intermitten) lebih

baik dibandingkan penggenangan terus-menerus.

• Saat tanam, kondisi petakan sawah dalam keadaan macak-macak.

• Secara berangsur tanah diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10 HST

• Pengeringan dilakukan dengan membiarkan air dalam petakan habis sendirinya dan

tanpa diairi selama 5-6 hari.

• Pemberian air dilakukan 6 hari sekali, sehingga fase primordia bunga

• Kecukupan air diperlukan pada fase primordia sampai pengisian malai. Pada fase

ini petakan sawah terus-menerus digenangi air sekitar 5 cm.

• Dua minggu menjelang panen, petakan sawah sebaiknya dikeringkan untuk

kesempurnaan pemasakan gabah.

Pemupukan

• Pupuk organik berupa kompos 2 ton/ha dapat diberikan sebelum pengolahan tanah

kedua. Bahan organik adalah bahan yang berasal dari limbah tanaman, kotoran

hewan atau hasil pengomposan seperti kotoran sapi, kotoran ayam, jerami atau sisa

tanaman lain, pupuk hijau dan hasil pangkasan tanaman kacang-kacangan.

Kegunaan Bahan Organik

• Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik tanah

• Memberikan tambahan hara termasuk hara mikro

• Meningkatkan aktivitas mikrobia

• Memperbaiki sifat fisik tanah

• Mempertahankan perputaran unsur hara dalam sistem tanah-tanaman

Pembuatan Kompos Jerami

• Bahan-bahannya terdiri dari jerami, kotoran sapi 5-20% jerami, urea 0.5-1%

jerami, air, SP36 0.5-1% jerami, serbuk gergaji 5% jerami, kapur pertanian

Page 8: Bud Ida Ya

5

(kalsit) 5% jerami, bioaktifator (Starec, EM4) 0.25% atau 2.5 ml bioaktifator

dalam 1 liter air serta abu sebanyak 10% jerami.

• Alat yang dipergunakan terdiri dari (1) corong bambu yang berfungsi

mempercepat proses pembusukan, bambu dapat menghantarkan udara ke setiap

lapisan kompos dan (2) plastik terpal ukuran 4 x 2 m atau pelepah daun kelapa

untuk mempertahankan kelembaban selama proses dekomposisi jerami.

• Cara pembuatannya: (1) jerami dicelupkan ke dalam air kemudian dihamparkan

di atas tanah, kemudian ditaburi urea secara merata sampai ketebalan 30 cm,

(2) tumpukan jerami basah ditaburi dengan pupuk kandang, kapur, serbuk

gergaji, sardec dan bahan lainnya secara merata, (3) cara tersebut di atas

diulangi sampai ketebalan kurang lebih 1.8 m, (3) pada hari ke-7 tumpukan

dibolak-balik dan selalu diulangi tiap 7 hari.

• Cara penggunaannya: (1) bahan organik disebar merata di atas hamparan

sampah, dua minggu sebelum pengolahan tanah. Kadang-kadang untuk jerami

padi dibiarkan melapuk langsung di sawah selama satu musim, (2) sebaiknya

penggunaan pupuk kandang organik dipadukan dengan penggunaan sumber

hara anorganik sesuai keperluan.

• Pemupukan nitrogen (N):

- Pupuk dasar dengan takaran 50-75 kgN/ha (100-150 kg urea/ha) pada umur

tanaman sebelum 14 HST

- Pupuk N selanjutnya diberikan menurut hasil pembacaan Bagan Warna Daun

(BWD) pada titik kritis 4. cara penggunaan bagan warna daun (BWD) yaitu:

Pembacaan dimulai saat tanaman berumur 25-28 HST, setiap 7-10 hari

Hindari pengukuran tanaman/daun yang sakit (tiak normal)

Saat pembacaan, lindungi BWD dari sinar langsung matahari

Pembacaan dilakukan pada 5 sampel tanaman yang diambil secara acak

pada setiap petak alami. Sampel tanaman harus konsisten hingga akhir

pengukuran.

Pembacaan dimulai pada jam 09.00 sampai jam 16.00

Hasil pembacaan dicatat pada tabel BWD

Pembacaan dilakukan pada daun kedua setelah daun yang belum membuka

penuh.

Page 9: Bud Ida Ya

6

Apabila hasil pembacaan, rata-rata nilai BWD 4 atau kurang, lakukan

pemupukan N sebanyak 23 kg N/ha (50 kg urea/ha), pada fase vegetatif

cepat aplikasikan 34.5 kg N/ha (75 kg urea/ha), sebaliknya pemupukan urea

tiak perlu ilakukan bila nilai rata-rata BWD lebih besar dari 4.

Pembacaan dihentikan pada saat fase primordia.

• Pemupukan P berdasarkan hasil analisis status hara tanah. Dosis yang dianjurkan

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis anjuran pupuk P berdasarkam hasil analisis status tanah

Status Hara Tanah P Kadar P2O5, K2O (ekstrak HCl 25%), mg/100g tanah

Takaran P (kg SP 36/ha/musim)

Rendah < 20 125 Sedang 20 - 40 75 Tinggi > 40 50

• Pemupukan K berdasarkan hasil analisis status hara tanah. Dosis yang dianjurkan

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Dosis anjuran pupuk K berdasarkam hasil analisis status tanah

Status Hara Tanah K Kadar K2O (ekstrak HCl 25%), mg/100g tanah

Takaran K (kg KCl/ha/musim)

Rendah < 10 50 Sedang 10 - 20 Tinggi > 20

• Ketika melakukan pemupukan, kondisi air macak-macak, pintu air petakan itutup

dan sebaiknya tanaman bebas dari gulma.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma hendaknya dilakukan secara terpadu meliputi:

• Pengolahan tanah sempurna, setelah dibalik tanah dibiarkan terjemur dan terendam

air beberapa hari agar benih gulma mati.

• Hindari pengeringan petakan selama fase vegetatif terutama bila tutupan tanah

gulma cukup tinggi.

• Lakukan penyiangan 2 kali yaitu pada 3 dan 5 MST atau sesuai kondisi gulma di

lapangan,

Page 10: Bud Ida Ya

7

• Bila diperlukan dapat menggunakan herbisia, yang mempunyai 2 atau lebih bahan

aktif. Pengendalian dengan herbisia hanya dilakukan bila biaya penyiangan tinggi

dan tenaga kerja sulit diperoleh.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama-penyakit dilakukan dengan pendekatan terpadu yang

meliputi:

• Penanaman varietas toleran terhaap hama penyakit endemis.

• Penanaman serempak dalam satu kawasan minimal 50 ha.

• Bersihkan pertanaman dari gulma yang dapat menjadi inang hama-penyakit.

• Pengendalian dengan pestisida hanya dianjurkan bila populasi hama dan penyakit

menyebabkan kerusakan di atas ambang kendali.

• Ambang ekonomi hama dan penyakit pada tanaman padi dapat dilihat pada Tabel

di bawah.

Tabel 3. Ambang ekonomi hama dan penyakit pada tanaman padi

Hama/Penyakit Stadia Tumbuh Gejala Ambang ekonomi Pestisika Tungro/Wereng Hijau

Di persemaian

Kalau hasil kali 10 ayunan jaring serangga x 20 aun uji Yodium ≥ 75%

Confidor 5SC

Di pertanaman Daun muda kuning

Pada areal seluas 100 m2 ditemukan 2 rumpun gejala tungro (0.02%)

Confidor

2 MST-4 MST Daun muda kuning

20 gejala pada luasan 25 x 25 m

Walang Sangit Matang susu 10 ekor/20 rumpun Fipronil Penggerek batang

Vegetatif Generatif

Sundep Beluk

6% Sunep 9% Beluk

Fipronil, Confidor 5SC

Wereng Coklat < 40 HST >40 HST

Perubahan warna sampai layu an mati

9 ekor/rumpun 18 ekor/rumpun

Fipronil, Confidor 5SC

Wereng punggung putih

< 40 HST >40 HST

Perubahan warna sampai layu an mati

14 ekor/rumpun 21 ekor/rumpun

Hawar pelepah 25% Hawar daun jingga

Pemasakan buah 9% rusak daun

Stem rot Reproduktif 6% pelepah rusak Sheat Blight Reproduktif

Pemasakan buah 6% pelepah rusak

15% pelepah rusak

Keong mas Ada kerusakan Saponin

Page 11: Bud Ida Ya

8

• Virus tungro selain tanaman padi sebagai inangnya juga gulma: Cyperus rotondus;

Monochoria vaginalis; Leersia hexandra; Jussiaea repens L.; trianthema

portacastrum L. dan Phylantus niruri L.

• Cara lain untuk mengendalikan populasi wereng hijau, yaitu dengan konservasi

musuh alam (laba-laba) dengan cara membiarkan pematang sampai 3 MST tidak

dibersihkan sudah terlanjur dibersihkan dapat dibiarkan jerami di atas pematang

untuk tempat hidup laba-laba yang dapat memangsa wereng hijau.

Panen dan Pasca Panen

• Panen dilakukan jika sudah 90% gabah masak fisiologis/menguning

• Panen menggunakan sabit berberigi, dan dilakukan secara beregu

• Perontokan menggunakan thresher

• Menggunakan alas terpal yang lebar

• Penjemuran gabah dilakukan 3-4 hari hingga kadar air simpan (14-17%)

• Jika musim hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin

pengering.

• Pemasaran hasil dianjurkan secara berkelompok

• Jika belum dipasarkan, gabah disimpan pada tempat yang sirkulasi udara dan

kelembaban udaranya stabil.

Sumber Bacaan:

Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, 2006. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah.

Petunjuk Teknis Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T), 2002. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB

http://id.wikipedia.org/wiki/Padi

Page 12: Bud Ida Ya

9

BUDIDAYA JAGUNG

Nurnina Nonci, Amran Muis dan Syamsul Bahri

Pendahuluan

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidup diselesaikan

dalam 75-120 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan

paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung bervariasi, antara

1 m sampai 2 m, namun tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah yaitu dari ruas

batang pertama hingga ruas batang teratas sebelum bunga jantan. Akar jagung tergolong

akar serabut, pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-

buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.Batang jagung

tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau

gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk

roset, batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang

jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.Daun jagung adalah daun

sempurna, bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula, tulang

daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang

berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki famili Poaceae.

Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting

dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu

tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku

Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae

(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan

bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina

tersusun dalam tongkol, tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.

Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun

memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari

satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung

cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini dari pada bunga betinanya

(protandri).

Page 13: Bud Ida Ya

10

Persyaratan Tumbuh

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang

terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang

agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa

persyaratan.

a. Iklim

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah beriklim

sedang hingga sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang

terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.

Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan

ideal yakni sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan

pengisian biji, tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung

ditanam diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau.

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung

yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan memberikan hasil biji

yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung yakni antara 21-34 °C, akan tetapi bagi

pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 °C. Pada

proses perkecambahan benih, jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 °C.

Saat panen, jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada

musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan

hasil.

b. Media Tanam

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat

tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.

Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung

berapi), latosol, grumosol dan tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat

(grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan

tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol)

berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.

Page 14: Bud Ida Ya

11

Kemasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara

tanaman. Kemasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH

antara 5,6 - 7,5.

Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam

kondisi baik.

Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana

kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat

kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.

c. Ketinggian Tempat

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah

pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan

ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi

pertumbuhan tanaman jagung.

Pedoman Budidaya

a. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik

maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur

benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, bebas dari serangan hama dan penyakit).

Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada

umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian

benih dan daya tumbuh benih.

Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang

lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan

varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat

digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa

varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: komposit/bersari beras

seperti Lagaligo, Gumarang, Lamuru, Palakka, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1, Srikandi

Putih-1, Anoman-1 serta hibrida seperti Semar 3, Semar 4, Semar 5, Semar 6, Semar 7,

Semar 8, Semar 9, Semar 10, Bima-1, Bima-2 Bantimurung dan Bima 3 Bantimurung.

Page 15: Bud Ida Ya

12

2) Penyiapan Benih

Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman

jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil tongkol yang besar,

barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama

dan penyakit. Tongkol dipanen pada saat fase matang fisiologi dengan ciri: biji sudah

mengeras dan sebagian besar daun menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan

hingga kering betul. Apabila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah

dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah

kering, diambil biji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan

pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika

kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30

kg untuk setiap hektar.

2) Pemindahan Benih

Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti

metalaxyl, untuk mencegah serangan penyakit bulai. Untuk mencegah serangan lalat

bibit dan ulat agrotis, sebaiknya menggunakan insektisida butiran dan sistemik seperti

carbofuran.

b. Pengolahan Media Tanam

Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki struktur tanah, dan memberikan

kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase

dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi

tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara setempat.

1) Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar

diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami

(calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.

Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih sempurna.

Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu disisir hingga rata.

2) Pembukaan Lahan

Diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila

perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah,

kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.

Page 16: Bud Ida Ya

13

3) Pembuatan Bedengan

Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan

tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama

pada tanah yang drainasenya jelek.

4) Pengapuran

Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus diberi kapur. Jumlah kapur yang

diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan

dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman sekitar 1 bulan

sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara

disebar pada barisan tanaman.

5) Pemupukan

Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah,

dan dosis anjuran adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100

kg/ha.

Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:

Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat

7 hari setelah tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu

ditutup tanah;

Pemupukan susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl

diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang

tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;

Pemupukan susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45

hari.

c. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola

tanam ini, berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia

(agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola

tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan

memperhatikan pola curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya

tergantung dari hujan). Pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan

dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Beberapa pola tanam yang biasa

diterapkan adalah sebagai berikut:

Page 17: Bud Ida Ya

14

Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur

sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari yang berumur sama seperti jagung dan

kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.

Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun

dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan

maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.

Tanaman bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu

atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang

bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah,

waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

Tanaman campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman

dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi

satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh:

tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan

agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm,

dan tiap lubang hanya diisi 1 -2 butir benih.

Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang

umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas.

Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen kurang lebih 100 hari sejak

penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur

sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan

jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1

tanaman/lubang).

3) Cara Penanaman

Tanaman jagung tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air

berlebihan. Pada musim hujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung

ini dapat ditanam. Dengan harapan air cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman.

Pada saat tanam sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila

tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun.

Penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 2 orang

memasukkan benih dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang

Page 18: Bud Ida Ya

15

tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang

dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang

dimasukkan 2 butir benih per lubang.

4) Lain-lain

Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah

tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal

musim hujan dan akhir musim hujan

d. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai

dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang

dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.

Tanaman yang tumbuhnya paling jelek, dipotong dengan pisau atau gunting yang

tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh

dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.

Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini

dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam

penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan

benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah

tanam.

2) Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu

(gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang

masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang

penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur

tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan

setelah tanaman berumur 15 hari.

3) Pembubunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan bertujuan

untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu

juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya

aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu bersamaan dengan

Page 19: Bud Ida Ya

16

waktu pemupukan pertama. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman

diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.

Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga

biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah

tanaman berumur 1 bulan.

4) Pemupukan

Dosis pupuk untuk jagung untuk setiap hektar adalah pupuk Urea sebanyak 200-

300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg.

Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk

diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk

diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga

(pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau

setelah malai keluar.

5) Pengairan dan Penyiraman

Sebelum menanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah

lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar

tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih

besar sehingga perlu diairi.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penggunaan pestisida hanya diperkenankan bila ambang kemdali dilampaui oleh

hama-hama yang merusak. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan

kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga

perlakuan ini akan lebih efisien.

Hama Dan Penyakit

a. Hama

1) Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Lalat bibit dewasa (gambar 1), larvanya merusak tanaman yang baru tumbuh satu

bulan, sehingga tanaman yang baru tumbuh menjadi kerdil dan berwarna kuning,

tanama layu dan akhirnya mati (gambar 2). Serangan lalat bibit tinggi bila curah hujan

dan kelembaban tinggi.

Page 20: Bud Ida Ya

17

Pengendalian lalat bibit :

• Penggunaan varietas tahan

• Waktu tanam yaitu awal musim hujan

• Pergiliran tanaman dengan tanaman selain jagung dan padi

Gambar 1. Serangga dewasa lalat bibit Gambar 2. Gejala serangan lalat bibit pada tanaman jagung muda

(Atherigona exigua Stein)

2) Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis)

Penggerek batang mulai menyerang pada tanaman yang berumur 3-4 minggu.

Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada bagian bawah helai daun

(gambar 3). Larva muda merusak daun muda, bunga jantan dan bunga betina. Larva

instar tua merusak dengan membuat lubang gerekan pada batang, hingga menjadi pupa

dan serangga dewasa (gambar 4).Lubang gerekan biasanya terbanyak dibuat pada buku-

buku batang tanaman jagung. Serangan berat dapat menyebabakan kerusakan tanaman

sampai 80 %.

Pengendalian penggerek batang dan penggerek tongkol :

Pemotongan bunga jantan yaitu 4 baris dari setiap 6 baris tanaman.

Parasitoid Trichogramma eveanescens dengan melepas 25.000-50.000/ha

Menggunakan furadan 3G pada pucuk tanaman sebelum berbunga (alternatif

terakhir).

Gambar 3. Kelompok telur penggerek batang Gambar 4. Serangga dewasa

Page 21: Bud Ida Ya

18

4) Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera)

Hama penggerek tongkol merusak daun, bunga jantan, dan tongkol jagung. Gejala

serangan pada daun nampak berlubang karena gerekan larva. Selain itu kotoran larva

yang merupakan bulatan-bulatan kecil ditemukan di sekitar daun, bunga jantan, bunga

betina, dan tongkol yang digerek (gambar 5). Selanjutnya larva tua akan menggerek

tongkol dan biji jagung muda (gambar 6).

Gambar 5. Larva tua dan gejala serangan pada tongkol Gambar 6. Larva tua dan gejala serangan pada tongkol

5) Aphis (Rhopalosiphum maidis)

Aphis disamping sebagai hama langsung pada tanaman, juga berfungsi sebagai

vektor penyakit virus sugarcane mosaic virus, maize dwarf mosaic virus, dan maize-

fleck virus. Tanaman yang terserang virus menjadi kerdil dan tanaman yang terinfeksi

sejak muda jarang menghasilkan buah. Akibat serangan secara langsung ke tanaman,

aphid mengisap cairan tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi kekuning-

kuningan. Pada serangan berat, koloni aphid menyerang bunga jantan dan daun bahkan

bisa sampai ke tongkol (gambar 7).

Gambar 7. Serangan Aphis (Rhopalosiphum maidis)

Page 22: Bud Ida Ya

19

b. Penyakit

1) Penyakit bulai (Peronosclerospora maydis)

Penyakit ini akan merajalela pada suhu udara 27°C ke atas serta keadaan udara

lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku

dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan

spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang

terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan

warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada

tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1)

perlakuan benih dengan metalaxyl; (2) penanaman dilakukan menjelang atau awal

musim penghujan; (3) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas

unggul; (4) dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.

2) Penyakit bercak daun (Bipolaris maydis)

Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak

bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak

berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak

tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningkuningan, kemudian

berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.

Pengendalian: (1) pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan

meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi

lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan

4 F.

3) Penyakit karat (Rust)

Penyebab: cendawan Puccinia sorghi dan Puccinia polysora. Gejala: pada

tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna

merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan,

serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat

dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur

kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas unggul atau varietas yang tahan

terhadap penyakit; (3) melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi

menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.

Page 23: Bud Ida Ya

20

4) Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Penyebab: cendawan Ustilago maydis, Ustilago zeae, Uredo zeae, Uredo maydis.

Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga

terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini

menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari

pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal

pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman

kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara

merata hingga semua permukaan benih terkena.

5) Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae,

Gibberella fujikuroi, Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka

pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan

kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam

jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan

benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.

Panen

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung

dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat

dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak

mati.

a. Ciri dan Umur Panen

Ciri jagung yang siap dipanen adalah:

1) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam (tergantung varietasnya).

2) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai

dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.

3) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi

penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan

dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna

hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih.

Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan

Page 24: Bud Ida Ya

21

berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya:

sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan

akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada

tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

b. Cara Panen

Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol

berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada

lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetik.

c. Periode Panen

Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan

penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah,

terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai

dengan 21 hari setelah tanaman berbunga.

Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu

sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat

mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak

mati.

d. Prakiraan Produksi

Produksi jagung di suatu negara sering mengalami pasang surut. Hal ini dapat

terjadi sebagai akibat perubahan areal penanaman jagung. Namun demikian dengan

ditemukannya varietas-varietas unggul sebagai imbangan berkurangnya lahan, maka

totalitas produksi tidak akan terlalu berubah. Irigasi dan pemupukan sangat penting untuk

mendapatkan produksi yang baik. Walaupun potensi hasil cukup tinggi, cara untuk

mendapatkan produksi pada tingkat optimal yang dilakukan oleh petani, baru memberikan

hasil 17 ton/ha.

Pascapanen

Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan

serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau dipasarkan.

a. Pengupasan

Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan

selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat

diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau

mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan

Page 25: Bud Ida Ya

22

pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan

makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas.

b. Pengeringan

Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional

jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %.

Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan

di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.

Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga

manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi

prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas

pengeringan sekitar 38-43°C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %.

Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu

sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.

c. Pemipilan

Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan

atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil”

jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari

tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu

dipisahkan.

d. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran

atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung.

Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji

pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini

sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama

dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara.

Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk

penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan

ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi

penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari

campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses

pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.

Page 26: Bud Ida Ya

23

BUDIDAYA KACANG TANAH

Saidah dan Sumarni

Pendahuluan

Kacang tanah merupakan salah satu tanaman palawija untuk memenuhi kebutuhan

pangan gizi terutama sebagai sumber protein dan lemak nabati. Permintaan kacang tanah

meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya kebutuhan, baik sebagai

bahan pangan, pakan ternak maupun kebutuhan industri olahan. Namun permintaan ini

masih belum terpenuhi, sehingga untuk memenuhi permintaan tersebut Indonesia masih

harus mengimpor dari luar negeri.

Produksi kacang tanah Sulawesi Tengah tahun 2001 sebanyak 1,1 ton/ha polong

kering (BPS Sulteng, 2002). Produksi kacang tanah dapat mencapai 5 ton/ha polong

kering jika dibudidayakan secara benar (Sumarno, 1993). Salah satu penyebab rendahnya

produksi kacang tanah adalah kurang optimalnya usaha budidaya yang dilakukan petani.

Syarat Pertumbuhan

1. Iklim

a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan

mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan

kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.

b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman

akan terhambat, bahkan kerdil.

c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.

d. Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan

perkembangan besarnya kacang.

2. Media Tanam

a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.

b. pH antara 6,0-6,5.

c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.

d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi

pertumbuhan kacang tanah.

Page 27: Bud Ida Ya

24

3. Ketinggian Tempat

Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di

bawah ketinggian 1.500 m dpl.

Teknologi

Teknologi merupakan salah satu penentu dalam peningkatan produktivitas kacang

tanah. Karena itu, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, yakni mulai dari persiapan

benih hingga proses pasca panen.

1. Persiapan benih

Benih berkualitas merupakan salah satu syarat utama dalam budidaya kacang

tanah. Penggunaan benih bermutu, akan mengoptimalkan dan menyeragamkan

pertumbuhan tanaman. Benih yang ditanam sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

• Murni dan seragam

• Daya tumbuh lebih dari 90 persen

• Bebas hama dan penyakit

• Varietas unggul (Nasional ataupun daerah)

Hingga saat ini tersedia beberapa varietas yang mempunyai sifat unggul, yaitu :

• Varietas tahan/toleran penyakit daun: Mahesa, Kelinci, Zebra

• Varietas adaptif lahan masam : Trenggiling, Sima dan Simpai

• Varietas toleran kekeringan dan penyakit daun: Panter, Sima

• Varietas toleran kekeringan, penyakit daun, penyakit belang dan lahan masam : Jerapah

• Varietas adaptif lahan alkalis : Domba dan Tuban

• Varietas toleran naungan : Bison

2. Persiapan lahan

Struktur tanah gembur dan drainase yang baik dapat diperoleh dengan membajak

sedalam 20 – 25 cm dan menggemburkannya. Permukaan tanah diratakan dan butir tanah

dihaluskan, setelah itu diberi pupuk kandang sebanyak 5-10 t/ha dan pupuk P ditebar

merata saat pengolahan tanah (sisir terakhir). Bila petakan lebarnya lebih dari 4 m, perlu

dibuat bedengan setiap lebar 2 m yang dibatasi oleh selokan (parit) selebar 25 cm dengan

kedalaman 20 cm. Tanah galian dari parit ditebar di atas petakan agar permukaan petakan

lebih tinggi.

Page 28: Bud Ida Ya

25

3. Penanaman

Penanaman dilakukan awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pola tanam

yang dapat diterapkan adalah:

Lahan kering

• Kacang tanah - kacang tanah

• Jagung - kacang tanah

• Jagung + kacang tanah - kacang tanah

• Jagung + ubi kayu - ubi kayu + kacang tanah

Lahan sawah:

• Padi - padi - kacang tanah

• Padi - kedelai - kacang tanah

• Padi - kacang tanah - palawija lainnya

• Padi gora - padi sawah - kacang tanah

Kacang tanah yang ditanam secara monokultur jarak tanam yang digunakan 40

cm x 10 cm atau 30 cm x 15 cm. Apabila menanam jagung secara tumpangsari jarak

tanamnya 160 cm x 20 cm, waktu tanam satu minggu lebih awal dari kacang tanah. Bila

kacang tanah ditumpangsarikan dengan ubi kayu jarak tanam ubi kayu 3-4 m x 0,60 m

dan kacang tanah 30 cm x 15 cm.

Lahan yang banyak rayap dan semutnya diberikan Carbofuran sebanyak 10 kg/ha

atau 5-6 butir perlubang.

4. Pemupukan

Takaran pupuk P dan K tanaman kacang tanah tergantung dari status hara yang

tersedia dalam tanah (Tabel 1.).

Tabel 1. Panduan rekomendasi pemupukan untuk kacang tanah di lahan kering

Jenis dan status hara Kadar Hara Tanah Takaran Pupuk per hektar

1. N-Total a. Rendah (R) b.Sedang (S) c.Tinggi (T)

< 0,2% 0,2 – 9,5 % > 9,5 %

75 kg Urea 50 kg Urea 25 kg Urea

2. P Olsen a.Rendah (R) b.Sedang (S)

< 11 ppm 11 – 15 ppm

75 100 kg SP36 50 -<75 kg SP36

Page 29: Bud Ida Ya

26

c.Tinggi (T) > 15 ppm 25-<50 kg SP36

3. K. NH4OAC a.Rendah (R) b.Sedang (S) c.Tinggi (T)

< 0,4 me/100 g 0,4-0,7 me/100.g > 0,7 me/100 g

50 kg KCl 25 kg KCl 0

5. Penyiangan dan pembumbunan

Gulma merupakan pesaing bagi tanaman kacang tanah untuk mendapatkan ruang

tumbuh, hara, air dan sinar matahari. Apabila tidak dikendalikan, gulma dapat

menurunkan hasil cukup tinggi. Penyiangan dilakukan 2 kali yakni saat tanaman berumur

+ 15 hari dan menjelang berbunga atau disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma

di lapangan.

Pembumbunan bertujuan menggemburkan tanah dan membersihkan gulma yang

dilakukan sekali yakni saat tanaman menjelang berbunga atau bersamaan dengan

penyiangan terakhir (kedua).

6. Pengendalian Hama

Hama yang menyerang tanaman kacang tanah cukup banyak, sehingga dapat

digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan cara merusak tanaman, yaitu:

1. Hama yang menyerang tanaman dari dalam tanah (Rayap dan Lundi).

Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida Carbofuran, dengan takaran 2,5

kg bahan aktif (b.a) per hektar

2. Hama pemakan daun (ulat penggulung daun) menggunakan Dichrotofos dengan

takaran 0,2 – 0,3 kg b.a/ha, ulat grayak dengan menggunakan insektisida Diazinon 0,3

– 0,5 kg b.a/ha.

3. Hama pengisap daun (Aphid, Thrips dan Jassid) menggunakan insektisida

Dischlorvos 0,35 – 0,5 kg b.a/ha, Malthion dengan takaran 0,3 – 0,5 kg b.a/ha.

7. Pengendalian Penyakit

Penyebab penyakit tanaman kacang tanah adalah jamur, bakteri dan virus.

Penyakit tersebut diantaranya adalah bercak daun, karat dan busuk daun. Pengendalian

dapat dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu rotasi tanaman yang bukan tanaman

inang, mencabut, membakar, dan membenamkan tanaman sakit kedalam tanah, dan cara

Page 30: Bud Ida Ya

27

kimiawi menggunakan fungisida Dacomil 50 P, Dithane M-45, Baycor 300 EC, Thiram

dan Ceresan, tergantung dari jenis hama dan penyakit yang menyerang.

8. Panen dan Pasca Panen

Umur panen kacang tanah tergantung varietas. Panen dapat dilakukan apabila

kacang tanah telah masak fisiologis yang ditandai oleh polong yang telah berisi penuh dan

berwarna gelap pada bagian dalam kulit polong. Setelah dipanen kacang tanah

dikeringkan dengan cara dijemur hingga kadar air ± 12 persen atau ± 3 hari, lama

penjemuran tergantung terik matahari. Bila hasil panen akan digunakan sebagai benih,

harus disimpan dalam bentuk polong dengan kadar air 6 persen dengan lama

penyimpanan ± 7 bulan.

Page 31: Bud Ida Ya

  27

PEMELIHARAAN SAPI

Daniel Bulo dan Ferry F. Munier

Pendahuluan

Berdasarkan data Asosiasi Produsen daging sapi dan Fitlot Indonesia

(APFINDO) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia pertahun

relative rendah 1,7 kg/kapita. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan nasional, masih harus

impor 28% dalam bentuk daging/jeroan beku dan sapi bakalan yang selanjutnya

digemukkan 2-3 bulan di tanah air.

Sepanjang tahun 2007, berdasarkan data yang ada, Indonesia sudah

mendatangkan 500 ribu ekor sapi dan 10000 ton daging beku untuk kebutuhan nasional.

Oleh karena itu masih sangat terbuka lebar budidaya/pengembangan sapi untuk

memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.

Pemilihan Bibit

Untuk memilih bakalan sapi yang akan dipelihara untuk penggemukan maka

yang harus diperhatikan yaitu:

1. Umur

• Bakalan berpengaruh nyata terhadap kualitas dan efisiensi pertumbuhan

• Umur bakalan 2-3 tahun

2. Jenis Kelamin

• Bakalan jantan memiliki potensi pertumbuhan berat badan harian lebih tinggi

daripada betina

• Bakalan betina memiliki potensi kandungan lemak lebih tinggi dibandingkan

jantan

3. Berat Badan Awal (BBAW)

• BBAW 101.8 kg (Nities, et al, 1992); 108.5 (Wibisono, 1996) menghasilkan

pertumbuhan berat badan harian (PBBH) 0.4-0.5 kg/ekor/hari

• BBAW 125-155 (Wibisono, 1996); 250-300 kg (Aryawan, 1989)

menghasilkan PBBH 0.6-0.85 kg/ekor/hari.

4. Kesehatan

Bakalan yang sehat umumnya memiliki tanda-tanda sebagai berikut:

• Bulu mengkilat dan berwarna terang

Page 32: Bud Ida Ya

  28

• Tidak kurus

• Suhu tubuh normal antara 37.5-39°C

• Agresif dan aktif memperhatikan lingkungan sekitar

• Selaput lender mata tidak pucat, tidak merah ataupun kuning

• Tidak terdapat tanda-tanda penyakit mencret, ingusan, kembung, batuk, cacat

tubuh

Pakan

Pakan ternak terbagi menjadi 3, yaitu pakan hijauan, pakan penguat (konsentrat)

dan pakan tambahan (mineral). Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal

dari tanaman baik berupa daun, batang, ranting ataupun bunganya. Secara garis besar

pakan hijauan dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan rumput-rumputan dan kacang-

kacangan (leguminosa), keduanya bisa diberikan kepada ternak sapi dalam bentuk segar,

setengah segar atau kering.

Konsentrat adalah pakan yang mudah dicerna dengan kadar protein tinggi dan

kadar serat kasarnya relative rendah, berfungsi untuk meningkatkan mutu pakan.

Konsentrat ini penting sekali diberikan kepada ternak sapi pada periode pertumbuhan,

bunting, menyusui atau yang digemukkan, biasanya diberikan 1% dari bobot badan.

Bahan makanan/pakan untuk membuat konsentrat meliputi:

• Dedak padi

• Jagung giling

• bungkil kelapa

• bungkil kacang kedelai

• sagu

• tetes

• ampas tahu, dll

Beberapa contoh formulasi konsentrat untuk 3 tingkatan umur sapi, kurang 1

tahun, 1-2 tahun dan lebih dari 2 tahun disajikan sebagai berikut:

1. Umur sapi kurang dari 1 tahun (RS)

RS1 RS2 RS3 Bahan % Bahan % Bahan %

Polard 65.5 Dedak padi 56.5 Dedak padi 50.0Bungkil kelapa 7.0 Bungkil biji kapuk 21.5 Bungkil biji kapuk 4.0

Page 33: Bud Ida Ya

  29

Dedak padi 25.5 Onggok 20.5 Bungkil kelapa 16.5Garam dapur 1.0 Garam dapur 1.0 Tepung jagung 27.5Tepung tulang 0.5 Tepung tulang 0.5 Garam dapur 1.0Kapur 0.5 Kapur 0.5 Tepung tulang 0.5 Kapur 0.5Jumlah 100.0 Jumlah 100.0 Jumlah 100.0Bahan kering 88.5 Bahan kering 87.7 Bahan kering 86.4Protein kasar 15.9 Protein kasar 15.2 Protein kasar 15.0Energi/TDN 68.7 Energi/TDN 68.0 Energi/TDN 70.0Sumber: Siregar, B.S, 2002

2. Umur sapi 1-2 tahun (RG)

RG1 RG2 RG3 Bahan % Bahan % Bahan %

Dedak padi 39.0 Polard 68.0 Dedak padi 40.0Bungkil sawit 18.0 Bungkil biji kapok 5.0 Bungkil kelapa 20.5Tepung jagung 28.0 Onggok 25.0 Tepung gaplek 11.0Onggok 22.0 Garam dapur 1.0 Tepung jagung 26.5Urea 1.0 Tepung tulang 0.5 Garam dapur 1.0Garam dapur 1.0 Kapur 0.5 Tepung tulang 0.5Tepung tulang 0.5 Kapur 0.5Kapur 0.5 Jumlah 100.0 Jumlah 100.0 Jumlah 100.0Bahan kering 94.5 Bahan kering 86.8 Bahan kering 86.0Protein kasar 13.8 Protein kasar 13.8 Protein kasar 13.2Energi/TDN 73.0 Energi/TDN 74.1 Energi/TDN 72.6Sumber: Siregar, B.S, 2002

3. Umur sapi lebih dari 2 tahun (RF)

RF1 RF2 RF3 Bahan % Bahan % Bahan %

Dedak padi 30.0 Dedak padi 39.0 Polard 35.0Bungkil kelapa 17.0 Bungkil kelapa 18.0 Bungkil kelapa 16.0Tepung jagung 31.0 Tepung jagung 24.0 Tepung jagung 24.0Onggok 20.0 Onggok 20.0 Onggok 23.0Garam dapur 1.0 Garam dapur 1.0 Garam dapur 1.0Kapur 0.5 Tepung tulang 0.5 Tepung tulang 0.5

Page 34: Bud Ida Ya

  30

Kapur 0.5 Kapur 0.5Jumlah 100.0 Jumlah 100.0 Jumlah 100.0Bahan kering 86.6 Bahan kering 85.6 Bahan kering 86.6Protein kasar 11.5 Protein kasar 11.8 Protein kasar 12.4Energi/TDN 76.8 Energi/TDN 74.7 Energi/TDN 80.2Sumber: Siregar, B.S, 2002

Teknik pemberian ransum yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan

yang lebih tinggi yaitu dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dan

hijauan. Pemberian konsentrat dapat diberikan 2 kali (08.00 dan 15.00) atau 3 kali (08.00,

12.00, dan 16.00) sehari semalam. Pemberian hijauan dilakukan minimal 4 kali sehari

semalam secara bertahap. Pemberian pertama 2 jam setelah pemberian konsentrat

pertama. Pemberian hijauan yang lebih sering akan meningkatkan kemampuan sapi untuk

mengkonsumsi ransum dan meningkatkan keernaan bahan kering hijauan itu sendiri.

Pakan tambahan merupakan pakan sebagai sumber mineral terutama unsure Ca

dan P, yang banyak terdapat pada tepung tulang, garam dapur dan sebagainya. Sekarang

ini sudah banyak tersedia pakan tambahan berupa mineral komplek baik dalam bentuk

powder maupun dalam bentuk blok.

Kemampuan sapi dalam mengkonsumsi bahan kering ransum tergantung pada

bobot badan sapi, seperti pada tabel berikut:

Kisaran bobot badan (kg)

Kemampuan mengkonsumsi bahan kering ransum (% dari bobot badan)

50-100 3.0 100-150 3.5 150-200 4.0 200-250 3.5 250-300 3.0 300-350 2.8 350-400 2.6 400-450 2.4 450-500 2.2

Sumber: Siregar, B.S, 2002

Kandang

Pada prinsipnya kandang bagi ternak sapi adalah tempat berlindung dari terik

matahari, hujan, angin kencang, binatang buas dan gangguan lainnya. Disamping itu

Page 35: Bud Ida Ya

  31

kandang juga harus bisa menunjang atau member kemudahan bagi peternak dalam

pemeliharaan, perawatan dengan memperhatikan factor penunjang lainnya.

Syarat kandang:

1. Terpisah dari rumah minimal 10 m

2. Bahan kandang mudah diperoleh, murah, kuat dan tahan lama

3. Konstruksi kokoh dan kuat

4. Lantai harus rata, tidak licin, keras dan lebih tinggi dari sekitarnya

5. Atap berfungsi untuk melindungi ternak dari hujan dan terik matahari, gunakan

atap yang sesuai dan dipasang miring.

Ukuran kandang:

1. Sapi dewasa : 80-100 cm x 250 cm per ekor sapi

2. Anak sapi : 80 cm x 250 cm per ekor sapi

Perlengkapan kandang

Perlengkapan kandang sapi cukup sederhana, yang harus disediakan hanya

tempat makan dan tempat minum. Disamping itu perlu juga disediakan alat kebersihan

seperti sekop, sapu lidi, sikat, ember, tali, dll.

Penyakit Sapi

Penyakit merupakan factor yang berhubungan langsung dengan kesehatan ternak

dan dapat sangat merugikan peternak. Hal yang harus diperhatikan untuk pencegahan

penyakit antara lain:

• Ternak harus selalu bersih

• Lakukan vaksinasi secara teratur

• Kandang dan lingkungan harus selalu kering dan bersih

• Sirkulasi udara lancer

• Pisahkan ternak yang sakit dengan yang sehat

• Bila terlihat tanda-tanda ternak sakit segera diobati.

Beberapa penyakit ternak sapi yang biasa menyerang sapi antara lain (Sumber:

Siregar, 2002):

1. Penyakit ngorok

Gejala:

• Demam dan suhu badan tinggi

• Lesu dan gemetaran

Page 36: Bud Ida Ya

  32

• Kotoran agak encer dan kadang berdarah

• Sulit bernafas dan terdengar suara ngorok

• Timbul pembengkakan pada bagian kepala, tenggorokan, leher bagian bawah,

gelambir dan pada kaki bagian depan

Penyebab

• Bakteri pasteurella multosida, biasanya terjangkit waktu musim hujan

• Penyakit ini menular dan akut, tingkat kematian bisa mencapai 90%

Penularan

Penyakit ini menular melalui kontak langsung, pakan, minuman dan alat atau

bahan tercemar bakteri tersebut

Pencegahan

• Vaksinasi secara teratur

• Pengawasan ketat keluar masuknya ternak

Pengobatan

Sapi yang menderita penyakit ini ngorok yang parah, kemungkinan sehat sulit,

tetapi pada fase awal bisa diobati dengan atibiotik.

2. Penyakit radang limpa

Gejala:

• Demam dan suhu badan tinggi

• Nafsu makan hilang

• Awalnya sulit buang kotoran, kemudaian kotoran agak encer dan kadang

berdarah

• Pada ternak yang mati ditemukan darah berwarna hitam pada hidung, telinga

dan anus

Penyebab

• Bakteri vaillus anthracis

Penularan

Penyakit ini menular secara tidak langsung melaui pernafasan dan pencernaan

dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Penyakit ini bahkan

dapat menular pada manusia.

Pencegahan

• Vaksinasi secara teratur

Page 37: Bud Ida Ya

  33

• Pengawasan ketat keluar masuknya ternak

• Pisahkan ternak yang sakit dengan yang sehat

• Semua bangkai dan peralatannya harus dibakar atau dikubur dalam-dalam

Pengobatan

• Penyuntikan dengan atibiotik.

3. Penyakit mulut dan kuku

Gejala:

• Lesu dan demam dengan suhu badan tinggi

• Nafsu makan berkurang

• Air liur berlebihan

• Selaput lendir di dalammulut, bibir, dan gusi tampak merah, kering dan panas

yang akhirnya timbul melepuh dan berisi cairan

• Pergelangan kaki dekat kuku bengkak sehingga ternak pincang, malas pindah

tempat dan sukar berdiri.

Penyebab

• Virus

Penularan

Penyakit ini menular melalui kontak langsung, pakan, minuman dan alat atau

bahan tercemar virus tersebut

Pencegahan

• Kandang dan lingkungan selalu bersih

• Pengawasan ketat keluar masuknya ternak

• Pisahkan ternak yang sakit

• Daerah yang terjangkit wabah ditutup dari keluar masuk ternak

Pengobatan

• Injeksi antibiotic atau sulfa

• Peniilin powder untuk pengobatan luar

• Tambahkan vitamin A pada ransum

4. Penyakit paha

Gejala:

• Terjadi pembengkakan pada beberapa bagian tubuh seperti paha, bahu, leher

dan sekitar vagina

Page 38: Bud Ida Ya

  34

• Bila bengkak diraba berbunyi gemericik seakan ada gas di bawah kulit

• Nafsu makan hilang dan dalam waktu 2-5 hari mati

Penyebab

• Bakteri lostridium Chavae atau Clostridium feseri

Penularan

Umumnya penyakit ini menyerang ternak yang masih muda sedangkan anak

sapi dan sapi dewasa hampir tidak ada yang terserang penyakit ini. Penularan melalui

saluran pencernaan waktu makan rumput yang terkontaminasi bakteri atau melalui

luka meskipun luka kecil sekalipun.

Pencegahan

• Vaksinasi secara teratur

• Sanitasi kandang, lingkungan dan padang penggembalaan

• Ternak yang mati karena penyakit ini dibakar atau dikubur dalam-dalam

• Pisahkan ternak yang sakit dari yang sehat

Pengobatan

• Diobati dengan atibiotik.

5. Penyakit cacing hati

Gejala:

• Ternak menjadi kurus, lemah, lesu dan bulu-bulu berdiri

• Kadang-kadang timbul busung pada berbagai bagian tubuh

• Selaput lendir puat kekuning-kuningan

Penyebab

• Endo-parasit yaitu cacing hati (fasiola hepatica)

Penularan

Penyakit ini menular melalui saluran pencernaan, yaitu melalui pakan dan air

minum yang tercemar larva cacing hati.

Pencegahan

• Memberantas induk semang sementara yaitu cacing hati (siput)

• Jangan gembalakan ternak di areal yang banyak siput

Pengobatan

Obatnya sekarang telah banyak dijual di took dengan berbagai merk.

Page 39: Bud Ida Ya

  35

Sumber Bacaan:

Beternak Sapi Potong, 1997. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi

Siregar, B.S, 2002. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta

Penggemukan sapi potong, 1996. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Riau

Konsumsi Daging Sapi di Indonesia diambil dari http://cjfeed.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=362&Itemid=127

Page 40: Bud Ida Ya

36

PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK

Daniel Bulo dan Ferry F. Munier

Pendahuluan

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi,

kerbau, kambing dan domba), sehingga untuk meningkatkan produksi ternak

ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan pakan yang cukup baik

kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Hijauan pakan ternak yang umum diberikan

untuk ternak ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang

penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.

Beberapa faktor yang menghambat penyediaan hijauan pakan, yakni terjadinya

perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan menjadi lahan

pemukiman, lahan untuk tanaman pangan dan tanaman industri. Dilain pihak,

sumberdaya alam untuk peternakan berupa padang penggembalaan di Indonesia

semakin berkurang. Disamping itu secara umum di Indonesia ketersediaan hijauan

pakan juga dipengaruhi oleh iklim, sehingga pada musim kemarau terjadi kekurangan

hijauan pakan ternak dan sebaliknya di musim hujan jumlahnya melimpah. Untuk

mengatasi kekurangan rumput ataupun hijauan pakan lainnya salah satunya adalah

diperlukan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan.

Sumber limbah pertanian diperoleh dari komoditi tanaman pangan, dan

ketersediaanya dipengaruhi oleh pola tanam dan luas areal panen dari tanaman pangan

di suatu wilayah. Jenis limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

pakan adalah jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacang tanah, pucuk

ubi kayu, serta jerami ubi jalar.

Kandungan Nutrisi Limbah Jerami

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang potensial untuk

dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Penggunaan jerami padi sebagai

makanan ternak telah umum dilakukan di daerah tropik, terutama sebagai makanan

ternak pada musim kemarau. Tetapi penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak

mengalami kendala terutama disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai nutrisi

yang rendah yaitu kandungan protein rendah, serat kasar tinggi, serta kecernaan

rendah. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39%, sedangkan

Page 41: Bud Ida Ya

37

yang dibakar atau dikembalikan ke sawah sebagai pupuk 36-62%, dan sekitar 7-16%

digunakan untuk keperluan industri.

Selama ini penggunaan jerami padi hanyalah diberikan langsung kepada ternak

saja. Jika dilihat dari nilai nutrisinya, jerami padi ini mempunyai kandungan protein

3,5 – 4,5%, lemak 1,4 - 1,7 %, serat kasar 31,5 – 46,5%, abu 19,9 – 22,9%, kalsium

0,19%, fosfor 0,1% dan BETN 27,8 – 39,9%. Dengan demikian karakteristik jerami

padi sebagai pakan ternak tergolong hijauan bermutu rendah.

Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga termasuk pakan

hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna

yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua.

Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi (pengerasan)

sehingga terbentuk ligriselulosa dan lignohemiselulosa.

Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap

jerami disebabkan oleh tingginya kandungan silikat. Lignifikasi dan silifikasi tersebut

bersama-sama mempengaruhi rendahnya daya cerna jerami padi. Rendahnya protein

kasar dan mineral pada jerami padi juga membawa efek langsung, yaitu jerami padi

sulit dicerna kalau hanya diberikan secara tunggal untuk pakan ternak.

Rendahnya kandungan nutrisi jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna

jerami maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu

diefektifkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan

tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup

ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya cerna pakan.

Untuk memanfaatkan jerami padi sebagai pakan ternak secara optimal perlu

dilakukan pengolahan dengan sentuhan teknologi untuk meningkatkan kualitasnya,

baik pengolahan secara fisik, kimiawi maupun biologis.

Teknologi Pengolahan Limbah Jerami

Secara umum teknologi pengolahan limbah pertanian khususnya jerami padi

dilakukan dengan tujuan untuk :

a. memperbaiki nilai nutrisi dan kecernaan, serta meningkatkan fermentasi ruminal

dengan menambahkan elemen yang kurang,

b. mengoreksi defisiensi jerami dengan menambahkan nitrogen atau mineral,

c. meningkatkan konsumsi dengan cara memperbaiki palatabilitas,

Page 42: Bud Ida Ya

38

d. meningkatkan ketersediaan energi, serta

e. mengurangi sifat amba dari jerami padi.

Pengolahan jerami padi secara fisik seperti dipotong-potong, digiling,

direndam, direbus, dibuat pellet dan gamma irradiasi. Perlakuan ini akan memecahkan

lapisan kulit seperti lignin dan memperluas permukaan partikel makanan sehingga

mikroorganisme rumen dapat langsung mencerna selulosa. Dengan demikian

kecepatan fermentasi akan meningkat, waktu retensi makanan akan menurun dan

konsumsi pakan meningkat.

Pengolahan secara kimia, menggunakan bahan kimia antara lain NaOH,

Ca(OH)2, amonium hidroksida atau anhidrat amonia, urea amonia, sodium karbonat,

sodium klorida, gas klor, sulfur dioksida. Larutan basa dapat mengurangi ikatan

hidrogen antar molekul selulosa dalam serat jerami padi.

Pengolahan dengan fisik-kimia ; melakukan gabungan kedua cara di atas

seperti pemotongan dengan NaOH, dibuat pellet dan NaOH, dan sebagainya, dan

pengolahan secara biologi ; dilakukan dengan penambahan enzim, menumbuhkan

jamur dan bakteri, fermentasi anaerob.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa mengingat karakteristik jerami padi, maka

untuk tujuan meningkatkan nilai manfaat jerami padi diperlukan upaya yang diarahkan

untuk memperkecil faktor pembatas pemanfaatannya, sehingga potensinya yang besar

sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan, sehingga perlu adanya sentuhan teknologi

dalam pengolahan jerami padi.

Pengolahan Jerami Padi dengan Amoniasi

Amoniasi merupakan suatu cara pengolahan jerami padi secara kimiawi dengan

menggunakan gas amonia. Namun karena pengadaan gas amonia mahal sehingga

dicarilah sumber gas amonia yang murah dan mudah diperoleh. Salah satu diantaranya

adalah dengan menggunakan urea atau CO(NH2)2. Urea merupakan senyawa kimia

yang mengandung lebih kurang 45 % unsur nitrogen.

Beberapa manfaat dari amoniasi yaitu

a. memperkaya kandungan protein 2 sampai 4 kali lipat dari kandungan protein

semula,

b. meningkatkan daya cerna, dan

c. meningkatkan kuantitas konsumsi pakan.

Page 43: Bud Ida Ya

39

Dalam proses amoniasi, amoniak akan berperan untuk:

a. menghidrolisa ikatan lignin-selulosa,

b. menghancurkan ikatan hemiselulosa,

c. memuaikan atau mengembangkan serat selulosa sehingga memudahkan penetrasi

enzim selulosa, dan

d. meningkatkan kadar nitrogen sehingga kandungan protein kasar juga meningkat.

Seperti diketahui bahwa jerami padi yang rendah kandungan nitrogen (protein

kasar), sehingga dengan penggunaan urea dalam amoniasi dapat memperbaiki

kandungan nitrogen jerami padi yang sekaligus dapat meningkatkan konsumsi dan

daya cernanya sebagai pakan ternak. Peningkatan kadar nitrogen dimungkinkan karena

urea merupakan sumber amonia (NH4), maka terjadi proses hidrolisa yang selanjutnya

dengan enzim urease, urea dapat terurai menjadi amonia dan CO2.

Dalam proses pengolahan jerami padi amoniasi, diperlukan bahan : jerami padi,

urea dan air, dengan peralatan yang digunakan adalah kantong plastik (silo) atau silo

yang lain, timbangan, alat pemotong jerami padi (sabit, dll). Langkah-langkah yang

dilakukan dalam amoniasi jerami padi adalah sebagai berikut :

1) Jerami padi ditimbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan kemudian dipotong-

potong dengan ukuran sekitar 5-10 cm,

2) Ditambahkan urea sebanyak 6 % dari bobot jerami padi yang digunakan. Misalnya

: jumlah jerami padi yang diolah sebanyak 50 kg maka urea yang dibutuhkan

sebanyak 6% x 50 kg = 3 kg,

3) Disiapkan air bersih sebanding dengan jumlah jerami padi yang digunakan.

Misalnya: jerami padi 50 kg, diperlukan air 50 liter. Jumlah air ini 30% digunakan

untuk melarutkan urea yang telah ditimbang,

4) Sementara itu disiapkan silo yang dapat dibuat dengan lubang di tanah yang

disesuaikan dengan jumlah jerami padi yang diolah. Selain itu dapat pula

digunakan drum atau kantong plastik. Sebelum jerami ditumpuk alas pada dasar

wadah diberi plastik,

5) Selanjutnya jerami padi yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam lubang,

sehingga membentuk lapisan setebal 10-20 cm, kemudian setiap lapisan disemprot

dengan larutan urea secara merata dan setelah itu disemprot dengan air bersih.

Jerami padi disusun sedemikian rupa sehingga membentuk tumpukan ke atas, dan

Page 44: Bud Ida Ya

40

6) Setelah penumpukan jerami selesai, ditutup dengan rapat menggunakan plastik dan

disimpan selama empat minggu (21 hari). Setelah penyimpanan, tutup dibuka,

dikering anginkan dan jerami padi amoniasi dapat digunakan sebagai pakan ternak

ruminansia.

Pengolahan Jerami Padi dengan Memanfaatkan Mikroba

Kemajuan bioteknologi dengan memanfaatkan mikroba merupakan alternatif

cara optimalisasi daur ulang limbah pertanian, dan teknologi starbio adalah salah satu

produk bioteknologi tersebut. Starter mikroba atau starbio adalah probiotik hasil

bioteknologi yang dibuat dari koloni alami mikroba rumen sapi dicampur tanah, akar

rerumputan, daun serta dahan pohon tertentu. Koloni tersebut memiliki mikroba yang

spesifik dengan fungsi yang berbeda-beda seperti mikroba lignolitik, selulolitik,

proteolitik.

Untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian seperti jerami padi sebagai pakan

ternak ruminansia dapat digunakan starbio ternak yang dapat meningkatkan derajat

fermentasi bahan organik terutama komponen serat sehingga menyediakan sumber

energi yang lebih baik. Dengan fermentasi jerami padi dengan starbio menunjukkan

peningkatan kualitas dibanding jerami padi yang tidak difermentasi, dimana kadar

protein kasar mengalami peningkatan dan diikuti dengan penurunan kadar serat kasar.

Penggunaan starbio dalam fermentasi dapat menurunkan kadar dinding sel

jerami padi. Hal ini memberikan indikasi bahwa selama fermentasi terjadi pemutusan

ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa jerami padi. Mikroba lignolitik dalam starbio

membantu perombakan ikatan lignoselulosa sehingga selulosa dan lignin dapat

terlepas dari ikatan tersebut oleh enzim lignase. Fenomena ini terlihat dengan

menurunnya kandungan selulosa dan lignin jerami padi yang difermentasi.

Menurunnya kadar lignin menunjukkan selama fermentasi terjadi penguraian ikatan

lignin dan hemiselulosa.

Lignin merupakan benteng pelindung fisik yang menghambat daya cerna enzim

terhadap jaringan tanaman dan lignin berikatan erat dengan hemiselulosa. Disamping

itu fermentasi jerami padi dengan strarbio dapat melarutkan sebagian zat-zat makanan

atau mineral-mineral yang sukar larut sehingga mengakibatkan meningkatnya

kecernaan bahan kering dibanding jerami padi tanpa fermentasi. Hal yang sama

kecernaan bahan organik juga mengalami peningkatan pada jerami padi yang

Page 45: Bud Ida Ya

41

difermentasi. Fenomena ini memberi indikasi bahwa probiotik starbio dalam proses

fermentasi mampu mencerna lignin dan zat-zat yang sukar larut yang terdapat dalam

bahan organik.

Pelaksanaan fermentasi jerami padi dengan menggunakan starbio dan

penambahan urea, terlebih dahulu dipersiapkan tempat fermentasi berupa

naungan/tempat fermentasi (misalnya tiang dari bambu dan atap dari daun nipah).

Prosedur pelaksanaan pengolahan jerami padi adalah

a. Jerami padi ditumpuk 30 cm, kalau perlu diinjak-injak lalu ditaburi urea dan

starbio masing-masing 0.6 %/berat jerami padi dan kemudian disiram air

secukupnya mencapai kadar air 60 %, dengan tanda-tanda jerami padi diremas,

apabila air tidak menetes tetapi tangan basah berarti kadar air mendekati 60 %,

b. Tahapan point pertama diulangi hingga ketinggian mencapai ketinggian tertentu

(misalnya dua meter),

c. Tumpukan jerami padi dibiarkan selama 21 hari dan tidak perlu dibolak-balik,

d. Setelah 21 hari jerami padi dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan, dan

e. Jerami padi diberikan pada ternak sapi atau dapat disimpan sebagi stok pakan.

Page 46: Bud Ida Ya

42

PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO UNTUK PAKAN TERNAK

Ferry F. Munier dan Yogi P. Raharjo

Pendahuluan

Kalau dicermati limbah kakao berupa cangkang buah merupakan komposisi

terbesar dari buah kakao (75 %) yang berpotensi sebagai pakan ternak. Setelah melalui

fermentasi maka limbah cangkang kakao tersebut menjadi pakan ternak bergizi tinggi

yang dapat meningkatkan produksi ternak secara nyata. Sebagai contoh penambahan

pakan limbah kakao sebanyak 100 – 200 gram/ekor/hari mampu meningkatkan

pertumbuhan kambing muda sebesar 119 gram/ekor/hari dibandingkan jika hanya

diberikan hijauan makanan ternak (HMT), pertumbuhan hanya mencapai 64

gram/ekor/hari.

Kulit buah kakao merupakan limbah perkebunan kakao yang sangat potensial,

mempunyai nilai produktif yang bisa dikembangkan para petani dan banyak mengandung

hara mineral khususnya K dan N serta serat, lemak dan sejumlah asam organic yang

dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kulit buah kakao selain untuk pakan ternak, juga

sebagai bahan baku kompos/ pupuk organic yang bagi petani ternak merupakan bagian

yang tidak bisa dipisahkan dalam proses produksi karena merupakan investasi yang dapat

dipergunakan pada kondisi krisis, juga berfungsi sebagai sumber pupuk kandang. Kulit

buah kakao sebelumnya hanya dijadikan limbah, maka dengan memanfaatkan melalui

proses fermentasi limbah tersebut akan bernilai tambah dan efisian. Pada kakao

limbahnya berupa cangkang sekitar 73% dari total buah.

Kandungan Nutrisi Kulit Kakao

Berdasarkan kajian Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia

(LRPI), dan Peneliti PPKKI Jember, kulit buah kakao banyak mengandung hara mineral

khususnya kalium dan nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi dan jika diolah dengan

teknologi khusus bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak yang memiliki prospek yang

bagus.

Di lihat dari aspek nutrisi yang terkandung dalam kulit buah kakao maka

kelemahan kulit kakao apabila digunakan langsung sebagai pakan ternak mengandung

kadar serat yang tinggi, protein rendah, mengandung alkaloid theobromin serta asam fitat

Page 47: Bud Ida Ya

43

yang dapat mengakibatkan diare pada ternak. Kandungan asam fitat yang tinggi juga

dapat menurunkan kamampuan usus ruminansia (sapi,kambing,kerbau) dalam menyerap

zat-zat makanan.

Menurut kajian BPTP Sulawesi Tengah, kulit buah kakao dapat dikonsumsi

ternak dengan sebelumnya diolah menjadi fermentasi atau hnaya dikeringkan. Proses

pengeringan dimkasudkan menghilangkan getah atau kadar theobromin dan diberikan

pada ternak kambing yang telah dilatih atau di berikan secara terus menerus. Untuk

melatih ternak tersebut kadangkala ternak di paksa untuk lapar sebelumnya.

Untuk memanfaatkan limbah kulit kakao menjadi bahan pakan ternak dengan

nilai nutrisi tinggi diperlukan suatu proses pembuatan pakan ternak melalui fermentasi

dengan menggunakan jamur Aspergillus niger. Pembuatan ini dapat dilakukan dengan

memasak kulit buah kakao menjadi setengah matang ataupun tanpa dimasak/mentah.

Perbedaannya penggunaan kakao mentah menggunakan larutan aspergillus niger

sedangkan kakao yang telah stengah matang menggunakan bubuk aspergillus (laru).

1. Cara membuat KBK tidak terfermentasi

• Kulit dicacah untuk memperkecil ukuran sebesar 2- 3 mm

• Kulit kemudian dilayukan dan di jemur selama 4 – 5 jam

• Kulit kemudiaan diberikan ke ternak, baru kemudiaan ditambahkan hijauan

2. Cara membuat KBK terfermentasi

• Kulit dicacah untuk memperkecil ukuran sebesar 2- 3 mm

• Kulit kemudian dimasukkan kedalam alat pemasak lihat gambar di bawah ini;

• Pemasakan dilakukan selama 2 jam dengan uap yang dihasilkan dari ruangan

pemasakan kemudiaan didiamkan hingga agak dingin.

Pemasak

Page 48: Bud Ida Ya

44

• Setelah suhu agak dingin (sekitar 35 OC) masukkan laru aspergillus niger tutup

dengan plastic yang kemudiaan di lubangi sedikit.

• Biarkan selama 4 – 5 hari.

• KBK yang telah terfermentasi dapat diberikan langsung ke ternak atau

dikeringkan dan kemudiaan digiling menjadi tepung halus.

3. Cara membuat KBK terfermentasi rekomendasi Dirjenhutbun

• Kulit dicacah untuk memperkecil ukuran

• Difermentasi dengan larutan aspergillus niger selama 4 - 5 hari.

• Dijemur hingga kering selama 2 – 3 hari.

• Digiling sampai menjadi tepung halus.

• Dicampur ransom

Sebelum digunakan Aspergillus niger di larutkan dengan air steril tanpa kaporit.

Seperti mata air atau air sumur yang bersih, bisa menggunakan air hujan atau sungai

tetapi harus dimasak lebih dahulu, kemudian didinginkan. Kedalam air steril yang dingin

dimasukkan gula pasir, urea dan NPK kemudian dilarutkan. Dengan fermentasi

Aspergillus niger mampu meningkatkan nilai nutrisi limbah dengan kandungan protein

meningkat dari 9,88% menjadi 17,12%. Kandungan serat kasar turun yakni dari 7,10%

menjadi 4,15%, hal ini menunjukkan bahwa aspergillus niger mampu meningkatkan niali

gizi limbah kakao sebagai bahan pakan ternak.

Pemberian kulit kakao sebagai pakan kambing mengurangi porsi pemeberian rumput

yang harus disediakan peternak khususnya pada pola usaha intensif (dikandangkan

penuh).

Sumber Bacaan:

http://ditjenbun.deptan.go.id/rempahbun/rempah//index.php?option=com_content&task=view&id=84&Itemid=30

Page 49: Bud Ida Ya

45

BUDIDAYA CABAI

Maskar dan Sukarjo

Pendahuluan

Cabai adalah tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan

sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah

cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan.

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan

merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi.

Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung minyak atsiri

capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila

digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah

sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.

Persyaratan tumbuh

Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000

meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius

dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.

Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur,

subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar

dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari

penuh dan tidak ternaungi. pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.

Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlahnya

berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya

penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu

dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.

Persemaian

Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit

tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai

yang dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan

cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos (pupuk kandang),

tanah, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1.

Page 50: Bud Ida Ya

46

Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8

x 9 cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah

yang telah terisi media.

Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan

tinggi 20 – 50 cm dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah

bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic

dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat

dibuat dengan model ½ lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup

mendapatkan sinar matahari sehingga tidak mengalami etiolasi.

Langkah selanjutnya adalah mengecambahkan benih. Media pemeraman yang

digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5 lapis kertas merang. Benih ditaburkan secara

merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya

benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida.

Media digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga

kelembaban media, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4

sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan

penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai yang

disiram terlebih dahulu

Setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan

cendawan, semprot persemaian dengan fungisida. Untuk mencegah gangguan hama

persemaian, semprot dengan insektisida.

Persemaian juga dapat dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada

media semai tanpa diperam terlebih dahulu.

Pengolahan Tanah

Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan

Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per Hektar.

Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak

traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki

aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.

Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50

– 60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.

Page 51: Bud Ida Ya

47

Apabila pH tanah rendah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau

kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram / meter persegi tergantung

pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada

saat pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk

kandang yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton / Ha atau ½ sampai 1 zak untuk 10

meter panjang bedengan.

Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk SP36 sesuai anjuran.

Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna

untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi

penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah

serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan

cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas.

Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak. Agar pemasangan mulsa lebih

optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada

siang hari atau saat cuaca panas.

Teknik Penanaman

Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm

untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.

Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan

pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak

tanam yang dianjurkan .

Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan

dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam

dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.

Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3

atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan

insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit

jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam

Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas,

dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung

dimasukkan pada lubang tanam.

Page 52: Bud Ida Ya

48

Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang

tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Setelah tanaman berumur 7 – 14 hst , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan

normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di

persemaian.

Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan

cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit

dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida.

Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada

dibawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan

ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.

Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang

yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat

tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat

pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hst.

Pemupukan Susulan

Takaran pupuk yang dianjurkan yaitu 150 kg urea, 350 kg ZA , 150 kg SP36 dan

200 kg KCl. Setengah pupuk urea an KCl serta seluruh SP36 diberikan pada umur 7-10

hari setelah tanam serta setengah pupuk urea dan KCl diberikan pada umur 30-40 hari

setelah tanam.

Pengairan

Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara

menggenangi. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan

pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.

Hama Tanaman Cabai

a. Thrips parvisipinus

Thrips parvisipinus biasanya menyerang daun terutama daun muda dengan cara

menghisap cairan daun. Serangga pra dewasa tidak bersayap dan tubuhnya berwarna

kuning pucat, sedangkan serangga dewasa bersayap seperti jumbai (sisir bersisi dua)

Page 53: Bud Ida Ya

49

dan tubuhnya berwarna kuning sampai cokelat kehitaman. Telur Thrips berbentuk

oval atau seperti ginjal, diletakkan didalam jaringan daun dengan nimfa berwarna

putih dan sangat aktif.

Gejala serangan : mula-mula daun yang terserang memperlihatkan gejala noda

keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan serangga

tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut berubah menjadi cokelat

tembaga. Daun-daun mengeriting keatas.

Pengendalian : Gunakan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/l air atau

Pegasus 500 SC dengan konsentrasi 1.5 ml/l air atau Agrimec 18 EC dengan

konsentrasi 0.5 ml/l air. Ketiga insektisida digunakan secara bergantian.

b. Myzus persicae

Myzus persicae biasa dikenal dengan nama kutu daun persik atau kutu daun

tembakau. Hama ini memiliki warna tubuh kuning kehijauan dan memiliki antena

yang relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya. Lamanya daur hidup: 7-10 hari.

Gejala serangan : Secara langsung, kutu daun ini mengisap cairan tanaman.

Akibatnya, daun yang terserang keriput, berwarna kekuningan, terpuntir dan

pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), sehingga tanaman menjadi layu dan mati.

Secara tidak langsung, kutu daun berperan sebagai penyebar (vektor) penyakit virus.

Tanaman yang terserang penyakit virus akan menjadi kerdil, daun berukuran kecil dan

pertumbuhannya terhambat.

Pengendalian : Gunakan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/l air atau

Pegasus 500 SC dengan konsentrasi 1.5 ml/l air. Keduanya digunakan secara

bergantian.

c. Heliothis spp

Telurnya berwarna putih kekuningan dan imago biasanya bertelur pada senja hari.

Telur biasanya diletakkan secara tunggal dan akan berubah warna menjadi merah tua

atau kecoklatan setelah ± 24 jam, yang selanjutnya akan menetas dalam waktu kira-

kira 3 hari. Ukuran larva stadia akhir berkisar antara 2-2.5 cm dengan warna

bervariasi mulai dari hijau, cokelat kemerahan ataupun cokelat kehitaman. Larva

merusak daun, bunga dan buah cabai.

Gejala serangan : Pada daun, daun berlubang-lubang tak beraturan. pada serangan

yang berat daun akan habis dan tanaman menjadi gundul. Pada buah, buah cabai

Page 54: Bud Ida Ya

50

berlubang dan akhirnya akan membusuk bila terjadi infeksi sekunder. Pada bunga,

bunga cabai berlubang dan pada akhirnya membusuk dan rontok.

Pengendalian : Semprotkan Proclaim 5 SG dengan konsentrasi 1.5-2 gr/10 l air.

d. Spodoptera litura

Hama ini dikenal dengan nama ulat grayak. Ngengat betina mampu bertelur

sebanyak 2000-3000 butir yang diletakkan dalam bentuk kelompok, tiap kelompok

telur terdiri atas ± 350 butir. Warna ulat bervariasi. Pada ruas tubuh yang keempat

terdapat kalung hitam, biasanya terlihat pada instar 3. Pada sisi samping dan

punggung terdapat garis kuning. Kepompong terdapat dalam daun dan lamanya daur

hidup 22-23 hari.

Gejala serangan : serangan ulat yang masih kecil mengakibatkan bagian daun

yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja. Ulat yang besar

memakan tulang daun dan buah cabai. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman

menjadi gundul.

Pengendalian : Gunakan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/l air atau

Match 500 EC dengan konsentrasi 1 ml/l air. Ketiga insektisida digunakan secara

bergantian.

e. Tungau

Hama ini berukuran sangat kecil, panjang tubuhnya ± 0.25 mm. Hama dewasa

bertungkai delapan, sedangkan yang pra dewasa bertungkai enam. Tubuhnya

berwarna hijau kekuningan transparan dan lama daur hidupnya 10-14 hari.

Perkembangan tungau akan sangat cepat pada musim kemarau.

Gejala serangan : Bagian bawah daun yang terserang menjadi seperti tembaga,

tepi daun mengeriting, daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah. Pada serangan

berat, tunas daun dan bunga gugur.

Pengendalian : Gunakan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/l air atau

Pegasus 500 SC dengan konsentrasi 1.5 ml/l air atau Agrimec 18 EC dengan

konsentrasi 0.5 ml/l air. Ketiga insektisida digunakan secara bergantian.

Penyakit Tanaman Cabai

Penyakit yang umum menyerang tanaman cabai besar merah (Capsicum annuum

L.) diantaranya adalah :

a. Antraknosa, busuk basah, patek

Page 55: Bud Ida Ya

51

Penyebab penyakit : Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum

gloeosporioides Pens.

Gejala serangan : Pada buah. Buah busuk berwarna seperti terkena sengatan

matahari diikuti oleh busuk basah yang berwarna hitam. Pada biji. Dapat

menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat

menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa. Menimbulkan mati pucuk,

infeksi berlanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan

busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.

Pengendalian : Rendam biji dalam air panas (550C) selama 30 menit atau

perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-

0.1%) sebelum ditanam. Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, penggiliran

tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae. Penggunaan fenarimol,

triazole, klorotalonil, khususnya pada periode pematangan buah. Penanganan pasca

panen dengan cara mengeringkan buah cabai dengan cepat atau penyimpanan dalam

gudang bersuhu 0oC dapat mempertahankan buah cabai bebas serangan selama 30

hari.

b. Bercak Daun Serkospora

Penyebab penyakit : Cendawan Cercospora capsici Heald and Wolf.

Gejala serangan : Menimbulkan defoliasi apabila serangan terjadi pada daun dan

gugur bunga apabila serangan terjadi pada bunga. Bercak berbentuk "oblong" (bulat)

sirkuler dimana bagian tengah berwarna abu-abu tua dan cokelat tua dibagian luarnya,

bercak berukuran 0.25 cm. Pada kelembaban tinggi, cendawan tumbuh seperti bintik-

bintik kemudian melebar berwarna abu-abu. Pada saat sudah berukuran besar, bercak

mengering dan retak yang akhirnya bagian ini akan jatuh ke bawah. Daun yang

terinfeksi dapat berubah menjadi berwarna kuning dan gugur ke tanah.

Pengendalian : Menanam bibit yang bebas patogen, pada lahan yang tidak

terkontaminasi patogen, baiok dipersemaian maupun dilapangan. Sanitasi lapangan

dengan cara memusnahkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dan gulma, agar populasi

awal dapat tertekan. Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau tetapi dengan

irigasi yang baik. Penggunaan fungisida secara bijaksana hanya bila diperlukan yaitu

pada peramalan cuaca dan populasi spora dilapangan. Fungisida Difenoconazole (0.5

cc/L) pada interval 7 hari, Flusilozaloe (0.5 cc/L) pada interval 4-7 hari, Fenarimol

Page 56: Bud Ida Ya

52

(0.3 cc/L) pada interval 7 hari, Klorotalonil (2 g/L) pada interval 4 hari, Carbendazem

(2 g/L) pada interval 7-19 hari, adalah fungisida yang telah teruji efektivitasnya.

c. Layu Bakteri

Penyebab penyakit : Bakteri Ralstonia solanacearum

Gejala serangan : Pada tanaman yang tua, gejala layu pertama terjadi pada daun-

daun tanaman yang terletak dibagian bawah tanaman, tetapi pada tanaman-tanaman

yang muda gejala layu mulai nampak pada daun-daun atas dari tanaman. Setelah

beberapa hari, gejala kelayuan diikuti oleh layu yang tiba-tiba dan layu permanen dari

seluruh daun tanaman, tetapi daun tetap hijau atau disertai dengan sedikit menguning.

Jaringan pembuluh dari batang bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Apabila

batang atau akar tersebut dipotong melintang dan dicelupkan ke dalam air jernih akan

terlihat mengeluarkan cairan keruh yang merupakan koloni bakteri.

Pengendalian : (1) Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak

termasuk inang bagi bakteri. Pergiliran tanaman dengan padi sistem sawah akan

sangat membantu mengurangi populasi bakteri didalam tanah. (2) Membuat saluran

drainase yang sebaik-baiknya untuk mencegah genangan air yang terlalu lama. (3)

Menanam varietas cabai merah yang tahan.

d. Busuk batang, busuk daun

Penyebab penyakit : Cendawan Phytophthora capsici dan Choanephora

cucurbitarum

Gejala serangan : Infeksi pertama terjadi pada titik tumbuh, bunga dan pucuk

daun, kemudian menyebar ke bagian bawah tanaman. Pucuk daun berubah warna dari

hijau muda menjadi warna cokelat, lalu hitam dan akhirnya membusuk. Busuk ini

merambat menuju ke bagian bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang lain,

sehingga seluruh bagian atas tanaman terkulai. Batang yang terserang menjadi busuk

kering dan kulitnya mudah terkelupas, akhirnya tanaman mati. Dalam kondisi

kelembaban tinggi, terbentuk bulu-bulu berwarna hitam yang muncul dari jaringan

yang terinfeksi cendawan.

Pengendalian : (1). Sanitasi lapangan dengan cara memusnahkan sisa-sisa

tanaman yang terinfeksi dan gulma terutama yang bersifat inang. (2). Rotasi tanaman

dengan tanaman bukan inang, misalnya dari keluarga Graminae. (3). Pengendalian

serangga hama yang dapat menyebarkan inokulum dari satu tanaman ke tanaman

lain. (4). Mengatur waktu tanam, yaitu dengan tidak menanam cabai merah tidak

Page 57: Bud Ida Ya

53

pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. (5). Mengurangi kerapatan

tanaman dengan jalan mengatur jarak tanam. (6). Memperbaiki drainase lahan. (7).

Penggunaan fungisida yang cocok untuk cendawan Oomycetes yaitu antara lain

fungisida sistemik : Acelalamine (0.5 %), Dimethomorph (0.1 %), Propamocarb,

Oxadisil (0.1 %) interval 7-10 hari; fungisida kontak : Klorotalonil (2 %) interval 3-5

hari. Pemberian fungisida tersebut digilir, yaitu satu kali fungisida sistemik diikuti

tiga kali fungisida kontak. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya daya

resistensi patogen terhadap bahan aktif fungisida.

e. Penyakit Rebah Kecambah (Damping-off)

Penyebab penyakit : Cendawan Pythium debaryanum Hesse

Gejala serangan : Penyakit ini ditandai dengan tidak munculnya kecambah karena

benih membusuk atau mati sebelum kecambah yang muncul ke permukaan tanah.

selain itu, kecambah yang telah muncul umumnya memiliki batang yang lunak

sehingga roboh dan mati. Bila penyakit menyerang saat kecambah belum muncul ke

permukaan maka disebut pre-emergency damping-off dan post emergence-off bila

terjadi setelah kemunculan kecambah di permukaan. Perkembangan penyakit

didukung oleh kelembaban tanah yang terlalu tinggi serta kurang terkena sinar

matahari.

Pengendalian : Jangan menyiram tanah yang masih basah, menjaga persemaian

agar tidak tergenang air serta menjaga persemaian agar terkena sinar matahari

langsung selama beberapa hari.

f. Patah batang, teklik, kapang

Penyebab penyakit : Cendawan Choanephora cucurbitarum

Gejala serangan : Pada umumnya penyakit ini menyerang bagian batang yang

masih muda/tunas muda tanaman cabai, kemudian menjalar ke bagian yang lebih tua.

Pada bagian yang terserang terlihat "kepala-kepala" konidium cendawan yang

berwarna kelabu kehitaman.

Pengendalian : Lakukan sanitasi lingkungan dan pengaturan drainase yang baik.

Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman yang terinfeksi. Pangkas bagian batang

yang terinfeksi, kemudian pendam dalam tanah yang jauh dari areal pertanaman

cabai. Perlebar jarak tanam, terutama pada musim hujan

g. Penyakit Busuk Fitopthora

Penyebab penyakit : Cendawan Phytophthora capsici

Page 58: Bud Ida Ya

54

Gejala serangan : Infeksi pada batang diawali dari leher batang. Batang yang

terserang menderita busuk basah, berwarna hijau, kemudian mengering dan warna

berubah menjadi cokelat. Gejala lanjut pada batang ialah terjadinya pengerasan

jaringan batang dan seluruh tanaman cabai menjadi layu. Gejala pada daun diawali

dengan terbentuknya bercak putih berbentuk sirkuler atau tidak beraturan dan bagian

tersebut nampak seperti tersiram air panas. Bercak tersebut kemudian melebar,

mengering seperti kertas dan akhirnya memutih, kadang-kadang diliputi warna putih

dari masa spora. Infeksi pada buah berawal dari batang, kemudian berkembang pada

tangkai buah dan berakhir pada buah. Serangan pada buah mengakibatkan buah

berwarna hijau tua, dan busuk basah. Dalam jangka waktu beberapa hari seleuruh

buah akan terinfeksi lalu nuah akan mengering dan keriput.

Pengendalian : (1). Sanitasi lapangan dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman

inang yang terinfeksi dan membersihkan gulma inang penyakit untuk mengurangi

sumber inokulum awal. (2). Rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang, misal nya

padi-padian, kubis-kubisan. (3). Tidak menanam varietas yang peka pada lahan yang

sudah terkontaminasi. (4). Perlakuan benih dengan fungisida yang spesifik untuk

cendawan golongan Oomycetes, seperti Metalaxyl. (5). Tata air yang baik dan

penggunaan mulsa plastik. (6). Penggunaan fungisida yang khusus untuk golongan

Oomycetes, antara lain fungisida kontak Klorotalonil, fungisida sistemik Metalaxyl

yang harus diberikan secara bergiliran, 3-4 kali aplikasi fungisida kontak dan 1 kali

fungisida sistemik, lalu diulang dengan pola yang sama.

h. Penyakit Mosaik

Penyebab penyakit : Satu atau gabungan beberapa jenis virus seperti Virus

Mosaik Mentimun (Cucumber Mosaic Virus = CMV), Virus belang ulat daun (Chilli

Veinal Mottle Virus = CVMV), Virus Y kentang (Potato Virus Y = PVY) dan Virus

Mosaik Tembakau (Tobacco Mosaic Virus = TMV).

Gejala serangan : Pertumbuhan tanaman relatif menjadi lebih kerdil. Daun cabai

merah menjadi belang hijau muda dan hijau tua. Ukuran daun relatif lebih kecil dari

daun tanaman sehat dan sepanjang tulang daun terdapat jaringan yang menguning atau

hijau gelap atau tulang daun menonjol dan berkelok-kelok dengan pinggiran daun

bergelombang. Daging daun kadang-kadang tidak tumbuh sempurna, sehingga yang

tumbuh hanya tulang-tulangnya saja.

Page 59: Bud Ida Ya

55

Pengendalian : (1). Melakukan eradikasi tanaman-tanaman cabai merah yang telah

menunjukkan virus untuk mengurangi inokulum. (2). Menjaga kebersihan tangan dan

alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tanaman. (3). Penyemprotan serangga

vektor dengan menggunakan insektisida, seperti Marshal 200 EC, Buldok 25 EC,

Curacron 500 EC, atau Dursban 20 EC. (4). Mengurung pembibitan tanaman cabai

dengan menggunakan kain kasa untuk mencegah infeksi virus dari luar pada

pembibitan. (5). Merendam benih cabai yang akan disebar dengan menggunakan

larutan Natrium fosfat 10% selama 1 jam untuk mencegah penularan TMV melalui

biji. (6). Melakukan vaksinasi CARNA-5 pada bibit-bibit cabai yang berumur 2

minggu untuk mengendalikan CMV di daerah endemik.

i. Penyakit Kerupuk

Penyebab penyakit : Virus dari grup luteo

Gejala serangan : Warna daun hijau gelap, permukaan daun tidak rata, daun

menggulung ke arah bawah dan pertumbuhan tanaman sangat kerdil. Jumlah bunga

dan buahnya berklurang atau bahkan tanaman cabai merah tidak dapat menghasilkan

buah sama sekali.

Pengendalian : (1). Mencabut tanaman cabai yang telah terinfeksi oleh penyakit

sedini mungkin dan membenamkannya ke dalam tanah untuk mengurangi inokulum.

(2). Penyemprotan terhadap serangga vektor dengan menggunakan insektisida, seperti

Confidor 200 LC, Buldok 25 EC, Curacron 500 EC, Dursban 20 EC, Decis 2.5 EC

dan Hostathion 40 EC. (3). Membersihkan gulma yang ada di pertanaman. (4).

Penggunaan pupuk berimbang dengan dosis 30 ton pupuk kandang, 150 kg urea, 450

kg ZA, 100 kg TSP dan 100 kg KCl per hektar.

Musuh Alami Hama Cabai

Pada budidaya tanaman cabai merah, banyak kendala yang dihadapi. Salah satu

diantaranya adalah adanya serangan hama yang dapat menurunkan hasil panen.

Pengendalian terhadap serangan hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida

(insektisida), tetapi cara ini dapat menyebabkan timbulnya resistensi hama-hama tersebut

terhadap pestisida yang digunakan, terjadinya resurgensi hama dan terbunuhnya musuh

alami hama akibat penggunaan pestisida yang intensif.

Jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan

konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman. Undang-undang No. 12

Page 60: Bud Ida Ya

56

Tahun 1992, pasal 20 tentang Sistem Budidaya Tanaman menyatakan bahwa

"Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu".

Dengan demikian, pengendalian hama-hama pada tanaman cabai merah hendaknya

dilakukan berdasarkan konsepsi PHT yang berdasarkan pada empat prinsip, yaitu : (1)

Budidaya tanaman sehat, (2) Pelestarian dan pendayagunaan peranan musuh alami, (3)

Pemantauan ekosistem secara teratur dan (4) Pembinaan petani sebagai pakar PHT.

a. Kumbang Koksi

Kumbang koksi merupakan musuh alami bagi hama tanaman cabai merah dan

berperan sebagai predator hama thrips dan kutu daun.

Telur kumbang koksi Kumbang koksi pra dewasa Kumbang koksi dewasa

b. Aphidius sp.

Aphidius sp. merupakan parasitoid kutu daun. Seekor Aphidius sp. mampu

memarasit sebanyak 150-500 ekor kutu daun. Lamanya daur hidup Aphidius sp. adalah

10-14 hari. Kutu daun yang terparasit oleh Aphidius sp. menunjukkan gejala mumifikasi

(seperti mumi).

Aphidius sp. dewasa Gejala kutu daun yang terparasit oleh Aphidius sp.

c. Kumbang Paederus (Paederus sp.)

Kumbang Paederus merupakan musuh alami bagi hama tanaman cabai merah dan

berperan sebagai predator hama thrips dan kutu daun.

Page 61: Bud Ida Ya

57

Kumbang Paederus dewasa

d. Laba-laba

Laba-laba merupakan musuh alami bagi hama tanaman cabai merah dan berperan

sebagai predator ulat grayak, ulat bawang dan kutu daun.

Laba-laba predator

Panen

Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat

dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen

cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan

yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari

sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang

bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau

penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe

sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.

Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam

keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.

Pasca Panen Cabe

Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak,

selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar.

Page 62: Bud Ida Ya

58

Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan

berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal

maupun pasar eksport.

Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu

dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan.

Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap

didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar.

Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan

tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan

produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan.

Page 63: Bud Ida Ya

59

BUDIDAYA TOMAT

Maskar dan Yogi P. Rahardjo

Pendahuluan

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan

dari keluarga Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1

sampai 3 meter. Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya

baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras,

miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan

penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani.

Persyaratan Tumbuh

Tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi

Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan

pH antara 5 – 6

Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat

persarian.

Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan

tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui

stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang

mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman

Pola Tanam

Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan kacang-

kacangan.

Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan

keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad pengganggu.

Penyiapan Lahan Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak ditanami tomat, cabai,

terong, tembakau dan kentang .

Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua

minggu.

Page 64: Bud Ida Ya

60

Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta

diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam.

Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk

barisan tunggal.

Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk

pembuangan air.

Pemilihan Bibit Pilih varietas tahan dan jenis Hibrida ( F1 Hybryd ).

Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke

lapangan.

Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari

sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab).

Fase Persemaian (0-30 HSS)

Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 -

30 kg (1:1)

Masukkan dalam polibag plastik

Masukkan benih satu per satu dalam polibag atau disemai terlebih dahulu baru

dipindahkan ke polibag

Setelah benih berumur 8-10 hari di persemaian, pilih bibit yang baik, tegar dan

sehat dipindahkan dalam polibag

Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)

Fase Tanam ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam )

Bedengan sehari sebelumnya diairi dahulu

Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6.

Penanaman sore hari.

Buka polibag plastik.

Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan

tanah di sekitarnya.

Page 65: Bud Ida Ya

61

Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah

mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat

lubang tanam baru.

Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal, hati-hati jangan

sampai berlebihan karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu

menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit.

Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada serangan semprot dengan

pestisida yang dianjurkan atau dengan cara pengendalian lainnya.

Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun,

Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-

20 cm dari batang tomat.

Fase Vegetatif ( 15-30 HST)

Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan

penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman.

Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan

KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di

sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian

ditutup tanah dan siram dengan air.

Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran

Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan

sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air.

Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea

dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm).

Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan

diberikan dengan cara dikocorkan

Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari.

Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan, penyakit layu dan virus, jika

terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam.

Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir

dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri

tegak.

Page 66: Bud Ida Ya

62

Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi

gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.

Fase Generatif (30 - 80 HST)

Jika tanpa mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari.

Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-

tunas tidak produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang

utama/tanaman.

Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan

cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke kanan-kiri

sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong

dengan pisau atau gunting, sedangkan tanaman yang tingginya terbatas

perempelan harus hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel sehingga

tanaman tidak terlalu pendek.

Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila

jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah.

Pemupukan

Pupuk kandang dengan dosis 10-20 ton per hektar atau 0,5-1 kg per tanaman, yang diberikan seminggu sebelum tanam.

Untuk pupuk SP36 dengan dosis 2,5 – 3 kwintal per hektar atau 10-15 gram per tanaman, yang diberikan seminggu sebelum tanam.

Pupuk Urea diberikan bersamaan saat tanam dengan dosis 1 kwintal per hektar atau 4-5 gram per tanaman. Sedangkan pemupukan Urea untuk susulan dilakukan 4 minggu setelah pemupukan pertama dengan dosis sama seperti pemupukan pertama.

Cara pemberian pupuk baik pupuk dasar maupun susulan, yaitu diletakkan melingkar di sekeliling tanaman dengan jarak 10-15 cm, kenudian ditutup dengan tanah.

Pemupukan dilakukan pada saat awal atau akhir musim hujan dan juga disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah setempat.

Hama dan Penyakit

Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan

kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan

pemusnahan buah tomat terserang.

Page 67: Bud Ida Ya

63

Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang

jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. Bersifat

agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp.

Kumpulkan dan bakar buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat

dicampur insektisida).

Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani)

serta busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes).

Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum

mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan

tambahkan Perekat Perata.

Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala

kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.

Fase Panen & Pasca Panen (80 - 130 HST)

Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau

menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning,

pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah

terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap

petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh.

Interval pemetikan 2-3 hari sekali.

Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang

akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang.

Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan

bercelah dan jangan dibanting.

Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan.

Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut

siap untuk konsumsi.

Page 68: Bud Ida Ya

64

BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU

Maskar dan Yogi P. Rahardjo

Pendahuluan

Bawang merah Palu merupakan salah satu jenis bawang merah yang digunakan

sebagai bumbu penyedap masakan karena memiliki cita rasa khas dan cocok

digunakan sebagai bawang goreng, sehingga biasa juga disebut bawang goreng Palu.

Usahatani bawang merah Palu sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu terutama

di lembah Palu, Tinombo dan beberapa daerah lainnya di Kabupaten Donggala dan

Parigi Moutong. Bawang ini beradaptasi baik pada daerah dataran rendah beriklim

kering. Hasil rata-rata bawang merah di tingkat petani dengan budidaya yang masih

sederhana baru mencapai 3-5 ton/ha, sedangkan dengan menggunakan teknologi

budidaya yang sesuai, hasilnya bisa ditingkatkan menjadi 10-11 ton/ha. Hasil yang

rendah tersebut disebabkan penerapan paket teknologi budidaya yang dilakukan petani

bila sempurna atau memadai, antara lain bibit tidak seragam dengan daya tumbuh yang

rendah takaran pupuk tidak lengkap, pengendalian hama penyakit kurang sempurna,

pengairan yang tidak lancar, serta penanganan pasca panen belum optimal.

Persyaratan Tumbuh Bawang Merah

a) Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah

hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara 300–2500

mm/tahun.

b) Tanaman bawang merah memerlukan intensitas sinar matahari penuh (lebih dari

14 jam/hari). Oleh sebab itu, tanaman bawang tidak memerlukan naungan/pohon

peneduh. Bawang merah yang ditanam di daerah yang tidak cukup mendapatkan

sinar matahari, tempat yang teduh, sering berkabut atau terlindung pepohonan

mengakibatkan pembentukan umbi tidak sempurna sehingga ukuran menjadi

kecil-kecil.

c) Bawang merah sangat cocok ditanam di daerah dengan suhu udara yang hangat-

hangat panas, kering dan cerah. Bawang merah yang ditanam di daerah dengan

suhu udara rendah dan dingin pertumbuhannya terhambat. Suhu udara yang ideal

untuk tanaman bawang merah antara 25-30oC.

Page 69: Bud Ida Ya

65

d) Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi yang

optimal, bawang merah menghendaki kalembaban udara nisbi antara 80-90

prosen.

e) Ketinggian tempat terbaik untuk tanaman bawang merah adalah 0–500 m dpl.

Ketinggian suatu daerah berkaitan erat dengan suhu udara. Semakin tinggi letak

suatu daerah dari permukaan laut, suhu udara makin rendah. Sementara itu,

pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara.

f) Tanaman bawang merah menghendaki tanah yang subur dan banyak

mengandung humus, bertekstur remah sampai sedang, dengan kata lain tanahnya

tidak lengket. Lahan tidak tergenang atau berdrainase baik. Kemasaman tanah

yang baik untuk tanaman bawang merah adalah pH 5,8 – 7,0, jika pH rendah

tanaman menjadi kerdil dan sebaliknya pH tinggi dapat menghambat

pembentukan umbi.

1. Bibit

1.1. Persyaratan Bibit

Kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan bibit tanaman bawang merah

(bawang goreng) yang baik sabagai berikut:

a) Umbi berasal dari umbi yang sehat, tidak terkontaminasi dengan hama dan

penyakit.

b) Umbi bibit tidak cacat dan terluka

c) Bibit dalam keadaan murni.

d) Umbi cukup tua dengan umur 75-80 hari

e) Ukuran dan berat umbi bibit seragam.

1.2. Penyiapan Benih

Bibit bawang merah (bawang goreng) diperoleh dengan cara vegetatif yaitu

dengan menggunakan umbinya. Umbi dapat diperoleh di kios penjual bibit atau

produsen bibit. Produsen menyediakan umbi bibit yang baik, maka biaya bibit lebih

tinggi. Masa penyimpanan umbi adalah 30 – 45 hari. Kebutuhan bibit bawang merah

untuk jarak tanam 20 x 20 cm jumlah bibit yang dibutuhkan 200.000-250.000 umbi,

sedangkan untuk jarak tanam 20 x 15 cm jumlah bibit yang dibutuhkan 240.000-

300.000 umbi. Luas penanaman lahan yang efektif hanya 80%. Adapun jarak tanam

Page 70: Bud Ida Ya

66

yang biasa diberlakukan untuk bawang merah adalah 15-20 cm jarak antarbarisan dan

15-20 cm jarak di dalam barisan.

Sehari sebelum tanam, bibit dipotong bagian dari ujungnya secara hati-hati,

kemudian dimasukkan ke dalam larutan atonik yang telah diencerkan dalam air (dosis

sesuai anjuran) selam 5-10 menit, dan ditiriskan ditempat yang kering (diangin-

anginkan).

2. Pengolahan Tanah

Persyaratan Media Tanam

a) Tanaman bawang merah (bawang goreng) dapat tumbuh baik di lahan sawah, dan

tanah tegalan atau pekarangan, asalkan keadaan tanah subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik/humus dan mudah mengikat air (porous) serta mempunyai

aerasi (peredaran oksigen) yang baik.

b) Jenis tanah yang paling cocok adalah tanah jenis lempung berpasir/lempung

berdebu, karena tanah jenis ini mempunyai sistem aerasi dan drainase

(pengairan) cukup baik. Dengan bertambah banyaknya humus akan memperbesar

kandungan hara seperti unsur NPK, Mn, Fe, Cu, Bo, Zn dan lain-lain. Kesuburan

tanah juga berhubungan dengan tekstur tanah dan struktur tanah. Tanah yang

subur tersusun oleh fraksi-fraksi pasir, debu dan liat yang seimbang.

c) Tanaman bawang merah (bawang goreng) akan tumbuh baik pada tanah dengan

kisaran pH optimum 5,8-7,0. Tetapi bawang merah masih toleran terhadap tanah

dengan pH 5,5. Tanah yang asam dengan nilai pH 5,5 akan menyebabkan garam

Aluminium dalam tanah bersifat langsung sehingga tanaman tumbuh kerdil.

Tanah yang terlalu basah dengan pH lebih dari 7 menyebabkan tanaman tidak

dapat menyerap garam mangan (Mn) yang mengakibatkan umbi yang dihasilkan

kecil-kecil sehingga produksi, kuantitas dan kualitasnya rendah.

d) Kondisi tanah yang datar sangat sesuai dengan tanaman bawang merah. Apabila

ditanam pada tanah yang memilki kemiringan maka dapat dibuat terasiring.

2.1. Persiapan Lahan

Pengukuran pH tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman bawang perlu

dilakukan dengan cara pengukuran campuran tanah dari lahan dan air dengan

perbandingan tertentu kemudian diukur dengan pH-meter atau kertas lakmus

Page 71: Bud Ida Ya

67

merah/biru. Apabila pH lebih rendah dari yang ditentukan maka tanah perlu dilakukan

pengapuran.

2.2. Pembajakan Lahan

Mula-mula, tanah dibajak sedalam kurang lebih 20-30 cm dengan traktor atau

bajak tradisional yang ditarik hewan atau dicangkul. Agar lebih hemat dan efisien,

pembajakan pada areal yang luas sebaiknya menggunakan traktor. Setelah dibajak,

tanah dibiarkan selama 5-7 hari agar bongkahan-bongkahan akibat pembajakan,

mendapat cukup angin dan sinar matahari secara langsung sehingga berbagai macam

patogen dalam tanah mati. Selain itu, zat-zat racun yang berada di dalam tanah

menguap atau teroksidasi, misal asam sulfida. Pengolahan selanjutnya, tanah diratakan

sekaligus bongkahan-bongkahan dihancurkan dengan cangkul, lalu dibiarkan lagi

selama 7 hari agar tanah menjadi kering. Setelah itu, disisir lagi hingga diperoleh

struktur tanah yang gembur.

2.3. Pembuatan Bedeng

Lebar bedengan sebaiknya 100-150 cm, agar air irigasi dapat meresap sampai

ke tengah bedengan secara sempurna. Panjang bedengan disesuaikan dengan lahan

setempat, sedang tingginya dibuat sekitar 20-30 cm. Ukuran lebar selokan atau parit

dibuat 25-30 cm dengan kedalaman 20-30 cm, dan ketika membuat selokan, sebaiknya

tanah galian diletakkan di kiri-kanan selokan.

Untuk pembuangan air, buatlah saluran di sekeliling petak-petak bedengan

selebar 40 cm dengan kedalaman 40 cm agar lahan terhindar dari genangan air,

terutama pada musim hujan. Bila bawang merah ditanam pada musim penghujan,

bedengan hendaknya dibuat lebih tinggi, dan selokan atau parit-parit dibuat lebih

tinggi, dan selokan atau parit-parit dibuat lebih dalam agar air hujan yang berkelebihan

tidak menggenangi tanaman di bedengan.

Selain ukuran bedengan, perlu juga diperhatikan arah bedengan karena akan

berpengaruh terhadap penyebaran sinar matahari ke seluruh tanaman. Agar seluruh

tanaman memperoleh sinar matahari secara merata, maka bedengan dibuat membujur

arah Timur-Barat. Arah aliran jangan sampai searah dengan panjang bedengan apabila

pengairan dilakukan dengan sistem penggenangan, karena tanah yang dekat dengan

sumber air menjadi jenuh dan mendorong perkembangan cendawan. Akibatnya

tanaman bawang akan mati.

Page 72: Bud Ida Ya

68

2.4. Pengapuran

Pengapuran dilakukan apabila pH tanah masam yang tidak sesuai dengan

tanaman bawang merah. Apabila tidak dilakukan pengapuran maka tanaman bawang

merah akan sulit menyerap beberapa unsur seperti Mn. Tetapi ada unsur yang terserap

dan menjadi racun bagi tanaman itu sendiri (unsur Al). Dosis pemakaian kapur

(dolomit) untuk menetralkan pH sebagai berikut:

a) pH tanah 5,0 = 5,49 ton/ha.

b) pH tanah 5,25 = 4,31 ton/ha.

c) pH tanah 5,50 = 3,12 ton/ha.

d) pH tanah 5,75 = 1,98 ton/ha.

3. Teknik Penanaman

3.1. Penentuan Pola Tanam

Pola tanam adalah urut-urutan tanam dan pergiliran tanaman pada lahan yang

sama dalam waktu 1 tahun. Dengan pola tanam, pengaturan jenis tanaman dapat

disesuaikan dengan permintaan pasar dan ketersediaan bibit bawang merah pada

musim tanam berikutnya terjamin. Sistem pola tanam yang baik, yang disertai

produksi dan harga yang baik akan memberikan keuntungan cukup besar.

Pengaturan jarak tanam bawang dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

a) Kesuburan tanah.

b) Intensifikasi lahan.

c) Jenis tanaman dan perkembangannya.

Jarak tanam yang biasanya diterapkan pada penanaman bawang merah adalah

sebagai berikut: 20 cm x 20 cm, atau 20 cm x 15 cm.

3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara tugal atau membuat

larikan. Kedalaman lubang untuk penanaman untuk bawang merah adalah setinggi

ukuran umbi bibit.

3.3. Cara Penanaman

Setelah lubang tanam terbentuk, umbi bibit siap ditanam. Cara penanaman

ialah umbi bibit dipegang dengan posisi bagian yang dipotong berada di bagian atas

permukaan tanah. Selanjutnya, lahan yang sudah ditanami disiram secukupnya.

Page 73: Bud Ida Ya

69

4. Pemeliharaan Tanaman

4.1. Penyulaman

Tindakan penyulaman pada tanaman bawang merah dilakukan pada tanaman

yang sudah tumbuh di lahan. Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang tidak

tumbuh, mati/ jelek pertumbuhannya.

Secara matematis biasanya penyulaman tidak melebihi 10 % dari jumlah yang

ditanam. Misal dari 600 lubang tanaman, jumlah yang disulam paling hanya 10-60

tanaman saja. Batas toleransi mencapai 25 % dari jumlah tersebut atau pada contoh

sekitar 150 tanaman. Bila sudah melebihi jumlah 50 % sebaiknya tanaman diganti

semua.

4.2. Penyiangan

Penyiangan pada tanaman bawang merah (bawang goreng) dilakukan dua

sampai tiga kali selama satu musim tanam. Penyiangan pertama dilakukan pada saat

tanaman mulai tumbuh, pertumbuhan daun mulai tampak, yaitu pada umur 15-20 hari

setelah tanam. Penyiangan berikutnya dilakukan pada umur 45-50 hari hari setelah

tanam. Penyiangan selanjutnya sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Pada saat

berlangsung pertumbuhan umbi, penyiangan dan penggemburan diupayakan secara

hati-hati. Alat yang digunakan untuk penyiangan dapat berupa koret, tajak atau

cangkul kecil dan dicabut dengan tangan.

4.3. Pembubunan

Pembubunan dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika

diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan/parit di sekeliling

bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam sehingga

drainase menjadi normal kembali. Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur

tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman

berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besar-besar.

4.4. Pemupukan

a) Pupuk organik

Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang. Bedengan yang

telah bersih dari rumput diberi pupuk kandang sapi sebanyak 10-20 ton/ha

atau kotoran ayam yang sudah matang dengan dosis 5-6 ton/ha yang

ditaburkan di permukaan bedengan secara merata. Setelah pupuk ditabur,

kemudian dicampur dengan tanah di permukaan bedengan hingga merata.

Page 74: Bud Ida Ya

70

Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk

anorganik, yaitu:

1) Dapat memperbaiki struktur tanah.

2) Menambah unsur hara.

3) Menambah kandungan humus atau bahan organik.

4) Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah.

b) Pupuk buatan (an-organik)

Apabila digunakan pupuk tunggal, seperti Urea, ZA, SP-36 dan KCl maka pupuk

yang diberikan adalah 150 kg Urea; 250 kg ZA, 200 kg SP-36 dan 150 kg KCl.

Waktu pemupukan antara pupuk organik (pupuk kandang) dan anorganik (pupuk

buatan) dilakukan 4 tahap yaitu:

a) Tahan 1 : pada saat pembuatan bedengan (7 hari sebelum tanam) diberikan

pupuk kandang.

b) Tahap 2 : pupuk SP-36 diberikan satu kali yaitu semua pupuk SP-36

diberikan sebelum tanam (1-2 hari).

c) Tahap 3 : Pada saat tanaman berumur 7-10 hari. Pada waktu itu tanaman

diberi pupuk KCl, Urea dan ZA. Pupuk KCl diberikan semua, sedangkan

pupuk Urea dan ZA diberikan setengah dosis.

d) Tahap 4 : Pada saat tanaman berumur 40-45 hari. Pada waktu itu tanaman

diberi pupuk Urea dan ZA lagi setengah dosis. Urea dan ZA ini merupakan

sisa yang pernah diberikan pada saat pemupukan tahap ke 3.

Pemupukan bawang dilakukan dengan membuat alur secara larikan. Kedalam

lubang alur antara 3-5 cm/setinggi umbi bibit yang ditanam tegak berdiri, sedangkan

jarak lubang pemupukan dengan tanaman bawang merah antara 5-10 cm tergantung

perkembangan tanaman. Setelah pupuk dimasukkan ke dalam lubang tersebut, lubang

pupuk ditutup dengan tanah dan sekaligus dilakukan pembubunan.

4.5. Pengairan atau Penyiraman

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan panen bawang merah

adalah ketersediaan air. Jumlah dan waktu pengairan yang harus diberikan pada

tanaman tergantung pada keadaan curah hujan, kandungan air tanah, serta tingkat

pertumbuhan tanaman. Pada bawang merah kekurangan air umumnya terjadi pada

periode pembentukan umbi sehingga dapat menurunkan produksi. Pada periode

pembentukan umbi merupakan periode kritis bagi tanaman bawang merah. Untuk

Page 75: Bud Ida Ya

71

menanggulangi masalah ini perlu adanya pengaturan frequensi pemberian air pada

tanaman bawang merah. Frequensi pemberian air sebagai berikut :

a) Pengairan pada tanaman bawang merah dilakukan setiap 1-2 hari sejak awal

tanam sampai 7 hari setelah tanam.

b) Selanjutnya penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali. Pengairan ini diberikan

hingga tanaman berumur 45 hari.

c) Selama pembentukan umbi, frekuensi penyiraman perlu ditingkatkan 1-2 hari.

Biasanya pada saat itu tanaman telah berumur kurang lebih 60 bulan.

d) Pada saat umbi mencapai ukuran maksimal dan tanaman mulai menunjukkan

tanda-tanda perubahan warna daun (umur 65-75 hari setelah tanam), pengairan

dihentikan. Pemberian air dapat dilakukan dengan meresapkan air melalui

parit-parit/penyiraman langsung pada bedengan.

5. Hama

Hama yang dominan menyerang pertanaman bawang goreng selama ini adalah

:a) Ulat Daun (Spodoptera exigua Hbn.)

Pada awal pertumbuhan tanaman sampai dengan pembentukan anakan, sering

terjadi serangan hama ulat daun. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, baik

daun yang masih muda maupun yang sudah tua. Gejala: pada awalnya muncul telur

ualat di permukaan daun yang akan menetas setelah 4–7 hari. Setelah menetas, ulat

muda akan melubangi daun dan menggerek permukaan bagian dalam daun dengan

menyisakan bagian epidermis luar, sehigga daun akan berwarna putih transparan, yang

pada akhirnya terkulai. Pengerekan biasanya dimulai dari ujung, kemudian menuju ke

pangkal daun.

Pengendalian :

(1) Melakukan pergiliran tanam dengan tanaman bukan inang (cabai, tomat dan

tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau).

(2) Memusnahkan kelompok telur yang ada di ujung daun serta ulat-ulat yang

berada di permukaan dan bagian dalam daun dengan cara mengamati setiap

rumpun. Pemusnahan yang paling efektif dilaksanakan ketika ulat mulai

keluar, yaitu pada malam hari setiap 2 hari sekali.

(3) Menyemprot dengan insektisida akan sangat efektif, apabila sudah di temukan

jumlah ulat untuk setiap umur tanaman cukup banyak. Pada musim kemarau

Page 76: Bud Ida Ya

72

kerusakan daun/tanaman contoh 5 % atau 1 paket telur/10 tanaman contoh.

Pada musim hujan adalah 10 % kerusakan daun/tanaman atau 3 paket telur/10

tanaman contoh. Beberapa jenis insektisida yang dapat digunakan untuk

mengendalikan seperti insektisida Curacron, Cascade dan Atabron 50 EC dan

beberapa insektisida lainnya. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam

hari pula, ketika ulat sudah aktif. Interfal penyemprotan adalah 2-3 hari sekali.

Penyemprotan dengan cara ini hasilnya cukup memuaskan, namun biasanya

masih terdapat pula yang tersisa yang kebanyakan sudah mencapai stadia

dewasa (instar 4-5).

b) Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)

Gejala: pada pangkal batang menunjukkan adanya bekas gigitan/bahkan

terpotong hingga tanaman rebah. Pada serangan yang hebat ulat ini memakan umbinya

hingga berlubang. Pengendalian: memberikan insektisida Basamid G di sekitar

tanaman, kemudian diairi. Basamid diberikan dengan cara dicampur bersamaan dengan

dosis sama dengan pemupukan (dosis 20-30 kg/ha). Selain dengan insektisida,

pengendalian dapat dilakukan dengan cara: (1) melakukan pergiliran tanaman dengan

tanaman bukan inang. Tanaman inang yang dapat terserang hama ulat tanah adalah

tanaman tomat, dan kacang; (2) mengumpulkan dan membunuh ulat pada pagi hari

yang ditemukan di sekitar tanaman/di tanah; (3) memasang umpan beracun yaitu

insektisida tricloroform dengan dosis 2-4 kg bahan aktif, 20 kg dedak dan 1-2 kg gula

merah untuk areal seluas 1 ha. Bahan-bahan tersebut dilakukan dalam 20 liter air dan

disebarkan di lahan. (4) menaburkan Furadan 3 G yang berbahan aktif karbofuran

sebanyak 25 kg/ha secara merata kemudian lahan diairi.

c) Hama Putih/Trips (Thrips tabacci Lind)

Gejala: noda putih mengkilat seperti perak pada daun, yang kemudian menjadi

kecoklat-coklatan dengan bintik hitam. Biasanya serangan hebat terjadi bila suhu udara

berada diatas 70%. Namun, pada musim hujan. Namun, pada musim hujan/ketika suhu

udara dingin sekali, hama ini akan menghilang dengan sendirinya. Tanaman bawang

merah yang terserang berat, seluruh daunnya akan berwarna putih sehingga umbi yang

dihasilkan menjadi kecil-kecil dan berkualitas rendah.

Pengendalian: (1) tidak menanam bawang merah di lahan bekas tanaman yang

terkena serangan, serta tidak menanam tanaman inang (cabe, tomat, kentang, waluh

dan bayam); (2) menanam pada pertengahan bulan April sampai dengan awal bulan

Page 77: Bud Ida Ya

73

Mei, yaitu ketika suhu udara dan kelembaban belum tinggi; (3) memberantas secara

kimiawi dengan menyemprotkan Akarisida seperti Bayrusil 250 EC, Meathrin 50 EC.

Kedua Akarisida ini merupakan racun kontak dengan dosis 2 cc/liter air.

Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Digunakan pada waktu yang tepat, yaitu pada waktu timbul eksploitasi hama dan

penyakit.

b) Digunakan pestisida secara selektif, yaitu pestisida yang berdaya racun tinggi

tetapi hanya membunuh hama sasaran.

c) Digunakan pestisida dengan dosis seminimal mungkin, yaitu digunakan pestisida

dengan dosis yang sesuai dengan lingkungan setempat.

d) Digunakan pestisida sesuai dengan luas areal dan pada daerah tanaman yang

terserang saja.

6. Penyakit Tanaman

a) Bercak daun

Penyebab: Alternaria sp. Gejala: patogen ini biasanya menyerang daun dan

kadang-kadang menyerang umbi tanaman bawang merah. Pada mulanya tampak

bercak-bercak berwarna keputi-putihan, yang lama-kelamaan berubah menjadi abu-abu

dan bertepung hitam. Ujung daun yang terserang akan mengering dan akhirnya

menyebabkan kematian tanaman.

Pengedalian: menanam tanaman bergilir dengan tanaman bukan inang (bawang

putih, bawang daun dan tomat). Selain itu di semprotkan dengan fungisida Antracol

70 WP, dosis 2 gr/liter air; interval penyemprotan 4-7 hari sekali yang dilakukan sejak

tanaman berumur 7 hari setelah tumbuh.

b) Busuk lunak

Penyebab: Rhizopus sp. Gejala: tanaman yang terserang menunjukan gejala

kebasah-basahan dan mudah busuk bila disentuh. Apabila kulit umbi yang terserang

dilukai, akan mengeluarkan cairan yang berwarna colkat muda/kekuningan. Tumbuh

cendawan dibagian yang luka. Pantogen ini mengeluarkan bau yang khas seperti

alkohol. Pengedalian: dicabut umbinya dan dibuang dan digunakan bibit yang sehat

dan baik.

Page 78: Bud Ida Ya

74

c) Embun tepung

Gejala: adanya bintik-bintik yang berwarna abu-abu/hijau-pucat, terutama di

ujung daun, yang terjadi pada awal pembentukan umbi. Serangan akan bertambah

hebat apabila udara dalam keadaan lembab atau turun hujan. Akibatnya adalah daun

akan menguning mulai dari ujung yang menjalar ke pangkal, kemudian mengering

hingga tanaman layu dan mati.

Pengendalian: menggunakan bibit yang baik, menyiram bawang merah dengan

air, bila terdapat embun pada daun di pagi hari, agar titik yang mengkristal seperti agar

dapat segera cair sehigga daun tidak membusuk, dan dengan cara kimiawi yaitu

dengan fungisida sejak tanaman berumur 7 hari setelah tumbuh; interval

penyemprotran 4-7 hari. Interval penyemprotan lebih diperpendek pada musim

hujan.

d) Busuk leher batang

Penyebab: Botrytis Allii Munn. Gejala: serangan pada bagian lebar batang

umbi. Biasanya berwarna abu-abu dan pada serangan berikutnya akan menjalar dan

menyerang umbinya. Akibatnya umbi menjadi busuk, berkeriput dan akhirnya kering.

Serangan penyakit ini biasa terjadi di daerah pertanaman atau di tempat penyimpanan.

Pengendalian: dibuat saluran drainase yang baik agar air yang berlebih cepat terbuang,

demikian pula dengan selokan dibuat lebih dalam (40-50 cm) terutama pada musim

penghujan. Dilakukan penyemprotan secara kimiawi dengan fungisida, antara lain

Rovral 50 WP dengan dosis 2-4 gr/liter air, Topsin M 70 WP dengan dosis

/konsentrasi 0,5-1,0 kg/ha, volumenya bervariasi antara 300-500 liter/ha tergantung

pada umur tanaman; interval penyemprotan antara 4-7 hari sejak tanaman berumur 2

minggu.

e) Bintil akar Nematoda

Penyebab: Eloidogyne sp. Gejala: menyerang akar sehingga menyebabkan daun

menjadi layu pada sore hari walaupun airnya cukup; daun menguning dan akhirnya

mati. Apabila tanaman dicabut tampak adanya pembentukan bintil-bintil pada akar.

Pengendalian: memberikan nemasida, seperti Furadan 3 G sebanyak 20-80 kg/ha

dengan cara dibenamkan sekitar perakaran tanaman dan kemudian diairi.

f) Layu Fusarium

Penyebab: Fusarium sp. Gejala : serangan diawali dengan kelayuan pada ujung

daun yang menjalar ke pangkalnya. Infeksi biasanya dimulai dari akar/luka pada umbi.

Page 79: Bud Ida Ya

75

Akibatnya adalah umbi membusuk, berwana kuning kecoklatan dan permukaannya

basah dan lunak. Penyakit ini dapat juga menyerang bawang merah yang sudah

disimpat di gudang. Pengendalian: menyemprotkan fungisida seperti Antrakol 70 WP

dengan dosis 2 gram/liter air, Score 250 EC dengan dosis 0,5-1 ml/liter air. Volume

penyemprotan dalam 1 ha berkisar antara 400-600 liter dengan interval 4-7 hari sekali,

tergantung pada hebatnya serangan yang terjadi. Dan singkirkan umbi yang busuk dari

gudang untuk segera dibuang.

7. Panen

7.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen tanaman bawang merah (bawang goreng) biasanya dipanen pada

umur 70-75 hari. Ciri-ciri tanaman bawang merah (bawang goreng) yang siap dipanen

sebagai berikut:

a) Daun tanaman mulai menguning, leher batang tampak lemas yang meliputi

sekitar 75-85 prosen dari jumlah tanaman.

b) Sebagian besar umbi telah keluar dari permukaan tanah, lapisan umbi penuh

berisi, dan warnanya merah mengkilap.

Bawang merah (bawang goreng) yang dipanen terlalu muda akan cepat lunak

dan berkeriput setelah kering. Jika umbi tersebut disimpan akan cepat menyusut, cepat

membusuk, dan keropos. Selain itu panen pada tanaman yang belum cukup umur akan

menyulitkan pemungutan hasilnya, karena batang bawang merah yang masih muda

patah ketika dicabut. Hal ini menyebabkan banyak umbi tertinggal di bawah tanah,

sehingga menyebabkan berkurangnya hasil panen. Sedangkan bawang merah yang

dipanen sudah cukup tua, umbinya akan lebih keras, padat, mempunyai daya simpan

lama, tidak mudah keriput, dan tidak mudah busuk.

7.2. Cara Panen

Panen sebaiknya dilakukan ketika cuaca sedang cerah, tidak ada hujan dan

pada pagi hari. Selain itu, keadaan tanahnya harus benar-benar kering untuk mencegah

terjadinya pembusukan umbi ketika disimpan. Jika tanahnya gembur, pemanenan dapat

dilakukan dengan dicabut secara hati-hati agar tidak ada umbi yang tertinggal di dalam

tanah. Di lahan yang tanahnya padat, pemanenan dilakukan dengan alat pencungkil

yang bagian ujungnya pipih dan agak runcing dengan gancu. Bawang yang sudah

dicongkel segera dibersihkan dari tanah yang melekat.

Page 80: Bud Ida Ya

76

8. Pascapanen

8.1. Pengumpulan

Bawang merah (bawang goreng) yang baru dipanen disusun rapi dengan

susunan daun pada baris kedua menutup umbi baris pertama dan daun baris ketiga

menutup umbi baris kedua, demikian seterusnya. Penyusunan seperti ini bertujuan

untuk mencegah luka bakar pada umbi, di samping untuk memudahkan dalam proses

pembersihan dan pengikatan.

8.2.Pembersihan

Umbi bawang merah (bawang goreng) setelah dipanen dibersihkan. Kotoran

yang menempel pada umbi seperti tanah dibersihkan arau dikeluarkan, kemudian

akarnya dipotong dengan pisau yang tajam.

8.3. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah bawang merah (bawang goreng) dibersihkan perlu dilakukan seleksi

atau sortasi. Seleksi dimaksudkan untuk memisahkan umbi bawang merah yang baik

dengan yang cacat, dan sekaligus mengelompokkan sesuai dengan besar kecilnya

umbi. Sortasi sangat penting artinya karena menyangkut nilai harga jual.

8.4. Pengikatan

Pekerjaan berikutnya adalah pengikatan, yaitu batang bawang merah (bawang

goreng) yang sudah dibersihkan bersama daunnya kira-kira satu genggam diikat

menjadi satu. Setiap dua ikat, diikat lagi menjadi satu dan seterusnya sehinggaakhirnya

menjadi satu ikatan besar yang beratnya kira-kira 15 kg. Umbi batang bawang merah

yang daunnya rusak langsung dipotong dari batangnya.

8.5. Penyimpanan

Bawang merah (bawang goreng) yang sudah diikat akan dijual langsung ke

pasar atau ke pengusaha industri bawang goreng, sedangkan untuk bibit biasanya

disimpan dengan cara digantungkan di para-para atau di tempat yang aman.

Penyimpanan bawang merah yang benar dan baik dapat terhindar dari hama atau

penyakit yang terdapat dalam gudang. Beberapa hal yang harus diperhatikan selama

proses penyimpanan bawang merah meliputi keadaan gudang, temperatur, kelembaban

ruangan, dan keadaan bawang merah iti sendiri.

Page 81: Bud Ida Ya

77

BUDIDAYA MENTIMUN

Maskar dan Sukarjo

Pendahuluan

Mentimun (Cucumis sativus L.) suku labu-labuan (Cucurbitaceae) merupakan

tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Buahnya dipanen ketika

belum masak untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun

dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air

yang cukup banyak di dalamnya sehingga berfungsi menyejukkan. Potongan buah

mentimun juga digunakan untuk membantu melembabkan wajah.

Mentimun berupa herba melata atau setengah merambat dan merupakan

tanaman semusim (setelah berbunga dan berbuah tanaman mati). Perbungaannya

berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan bunga hermafrodit (banci).

Bunga pertama yang dihasilkan, biasanya pada usia 4-5 minggu, adalah bunga jantan.

Bunga-bunga selanjutnya adalah bunga banci apabila pertumbuhannya baik. Satu

tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah namun dalam budidaya biasanya jumlah buah

dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik.

Syarat Pertumbuhan

a. Iklim

Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan

optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 -

26,7°C) dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 - 1.200 m dpl.

b. Media Tanam

Tanah gembur, banyak mengandung humus, drainase baik dan pH tanah 6-7.

Pembibitan dan Persemaian

Sebelum benih ditanam, sebaiknya media persemaian dipersiapkan terlebih

dahulu. Media persemaian berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan

perbandingan 7:3. Sebagai tempat media persemaian dapat digunakan polybag atau

kantung plastik transparan. Sebelum digunakan, media semai disterilkan dulu dengan

Dithane/Cobox 0,2 % dan Furadan/Curater sebanyak 15 g/100 kg media.

Page 82: Bud Ida Ya

78

Untuk mengurangi kegagalan, sebaiknya benih mendapat perlakuan sebelum

disemai sebagai berikut.

a. Benih direndam selama 15 menit. Benih yang mengapung sebaiknya dibuang.

b. Benih yang tetap tenggelam direndam kembali selama 24 jam.

c. Selanjutnya benih dipindahkan ke lipatan handuk basah selama 12 jam hingga

bakal akarnya keluar.

d. Setelah bakal akarnya keluar, benih dapat langsung ditanam di tempat yang telah

disiapkan. Pada musim hujan, persemaian harus diberi atap plastik transparan.

Jika mentimun disemai saat musim kemarau, bedengan bisa dibuat di tempat

terbuka. Namun, pada hari pertama, bedengan harus ditutup dengan daun-daun kering.

Usahakan sinar matahari bisa masuk lebih kurang 35 %. Tanah persemaian disiram

setiap 1-2 hari sekali. Apabila daun keping terbuka, bibit disemprot dengan Antracol

dan Cobox (fungisida), Karphos atau Hostathion (insektisida), dan Agrept (bakterisida)

setiap 2 hari sekali. Dosis yang digunakan setengah dari dosis yang dianjurkan.

Pengolahan Media Tanam

a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.

b. Berikan dolomit 1-2 ton/ha bila pH tanah < 6.

c. Tanah dibajak/dicangkul 30-35cm sambil membalikkan tanah dan biarkan 2

minggu.

d. Olah kembali tanah sambil membuat bedengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan

jarak antar bedengan 30 cm.

e. Tambahkan pupuk kandang 20-30 ton/ha atau 0,5 kg pupuk kandang ke setiap

lubang tanam 40 x 40 x 40 cm.

f. Berikan pupuk sesuai anjuran.

g. Pasang mulsa, setelah 1 minggu kemudian buat lubang tanam.

Penanaman

Penanaman bibit dapat dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau

setelah memiliki dua daun. Penanaman ini tergantung pada ketinggian tempat.

Penanaman dilakukan lebih cepat 2-4 hari dari setiap penurunan 200 m dpl. Bibit yang

akan ditanam direndam dahulu dalam larutan Dithane 0,1 % dan diberi pupuk NPK

butiran sebanyak 3-6 butir/bumbung. Pada lahan yang telah dibuat bedengan

Page 83: Bud Ida Ya

79

ditebarkan pupuk dasar Urea (ZA) 10 g/m2, SP36 55 g/m² dan KCl 10 g/m² secara

merata. Selanjutnya tanah diberi Furadan atau Curater B 5 g/m² ditambah Cobox atau

Dithane 0,2 %. Setelah itu, penanaman dapat dimulai. Jarak tanam optimal adalah 120

x 40 cm.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman hanya dilakukan apabila air tanah dan air hujan kurang. Pada

minggu pertama, tanaman disiram setiap 1-2 hari sekali, dan pada minggu berikutnya,

disiram setiap 4-6 hari sekali.

Pemupukan susulan berupa Urea dan KCl diberikan selang antara 10-14 hari

sekali. Pemberiannya dilakukan dengan cara ditugal sejauh kurang lebih 7 cm dari

tanaman.

Untuk mengatur kelembaban dan menekan pertumbuhan gulma, tanaman diberi

mulsa berupa potongan rumput atau jerami kering. Selanjutnya setiap tanaman diberi

sebuah lanjaran dan setiap lanjaran dihubungkan dengan belahan bambu yang lebih

kecil. Lanjaran dapat pula diganti dengan jaring yang pemasangannya lebih mudah.

Tanaman yang telah bercabang, berbunga, dan berbuah perlu dipangkas.

Cabang pada daun pertama sampai kelima atau ketujuh dibuang. Cabang-cabang yang

tumbuh kemudian dibuang setelah 2-3 cabangnya keluar, demikian pula dengan

ranting. Setelah ketinggiannya mencapai 150 cm, pucuk batang utama dipotong

sehingga diharapkan pada ketinggian 180 cm pertumbuhan meninggi sudah terhenti.

Tanaman yang pertumbuhan daunnya terlalu lebat dapat dijarangkan.

Seminggu setelah penanaman, dilakukan penyemprotan pestisida untuk

mencegah serangan hama dan penyakit. Pada awal penyemprotan, dosisnya setengah

dari yang dianjurkan. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali. Jika turun hujan,

penyemprotan diulang kembali.

Hama dan Penyakit

Hama

a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).

Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan

memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal

tulangnya.

Page 84: Bud Ida Ya

80

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda.

Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur,

Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)

Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap

sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing

dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus.

Penyakit

a. Busuk daun (Downy mildew)

Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada

kelembaban udara tinggi, temperatur 16 - 22°C dan berembun atau berkabut.

Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan

busuk.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew)

Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim

kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda

ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering.

c. Antraknose

Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak

coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan

daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara

lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu.

d. Bercak daun bersudut

Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim

hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat

seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan

berlubang.

Page 85: Bud Ida Ya

81

e. Virus

Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco

Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu

daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang

hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil.

f. Kudis (Scab)

Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah

mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika

mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang

bergabus.

g. Busuk buah

Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora

sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora.

Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium

aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora:

bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3)

Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah

pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk.

Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang

hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 - 7 derajat C.

Panen

a. Ciri dan Umur Panen

Buah mentimun muda untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan

setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri

dipanen setelah matang.

b. Cara Panen

Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah

dengan pisau tajam.

c. Periode Panen

Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur

buah yang dikehendaki. Timun dapat dipanen setelah tanaman berumur 38 - 40 hari

Page 86: Bud Ida Ya

82

sejak tanam. Buah yang dipanen berukuran panjang sekitar 18 - 20 cm dengan

berat antara 80- 120 g. Buah yang berbentuk lurus berdiameter 1,5 - 2,5 cm dengan

berat 20 g adalah buah kualitas super. Saat panen yang baik adalah pagi hari antara

pukul 06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00.

Page 87: Bud Ida Ya

83

PEMBUATAN BIOGAS

Caya Khairani, Basrum dan Sumarni

Pendahuluan

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari

bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah

domestik (rumah tangga), sambah biodegradable atau setiap limbah organik yang

biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana

dan karbon dioksida.

Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk

mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil

menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan.

Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan

menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.

Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana

merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila

dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang

diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer

tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran

bahan bakar fosil.

Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan

baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan

biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah

Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terbesar adalah gas

Methan (CH4) sekitar 54-70% serta gas karbondioksida (CO2) sekitar 27-45%. Gas

methan (CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang

berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800 sampai 6700

kkal/m³, sedangkan gas metana murni mengandung energi 8900 Kcal/m³. Karena nilai

kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan,

memasak, menggerakkan mesin dan sebagainya. Sistim produksi biogas juga

mempunyai beberapa keuntungan seperti (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b)

mengurangi polusi bau yang tidak sedap, (c) sebagai pupuk dan (d) produksi daya dan

panas.

Page 88: Bud Ida Ya

84

Potensi Pengembangan Biogas

Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3

biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk

organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai

ekonomis yang tidak kecil pula.

Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 Biogas setara dengan:

1 Elpiji 0.46 kg 2 Minyak Tanah 0.62 liter 3 Minyak Solar 0.52 liter 4 Bensin 0.80 liter 5 Gas Kota 1.5 m3 6 Kayu Bakar 3.5 kg

Sumber : Dit.Pengolahan Hasil Pertanian,Ditjen PPHP - Deptan

Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut

mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3

juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak

sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari.

Pembuatan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

Spesifikasi reactor biogas skala rumah tangga:

1. Volume reaktor (plastik) : 4.000 liter

2. Volume penampung gas (plastik) : 2.500 liter

3. Kompor Biogas : 1 buah

4. Drum pengaduk bahan : 1 buah

5. Pengaman gas : 1 buah

6. Selang saluran gas : + 10 m

7. Kebutuhan bahan baku : kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi/ kerbau, atau 6 ekor

babi.

8. Biogas yang dihasilkan : 4 m3 per hari (setara dengan 2,5 liter minyak tanah).

Page 89: Bud Ida Ya

85

Gambar 1. Instalasi Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

Persiapan Pemasangan Reaktor Biogas

1. Pembuatan lubang reaktor, panjang = 4 m, lebar = 1,1 m, dalam = 1,2 m.

2. Pembuatan meja tabung plastik penampung gas : (diameter 1,2 m) panjang = 3 m,

lebar =1,2m

3. Kotoran sapi (fases) awal sebanyak 100 karung kantong semen atau karung

seukurannya (100 kantong semen = 2000 lt). Persiapan awal ini untuk

mempercepat produksi gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan).

4. Drum untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) ; 1 buah (200

liter)

5. Karung untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas

6. Kayu atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau

lainnya.

7. Terpal dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau

material yang jatuh dari atas.

Cara Pengoperasian Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan biogas)

2. Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak

2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam reaktor.

Page 90: Bud Ida Ya

86

3. Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat

mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah

dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.

4. Sekali-sekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang

sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada

setiap pengisian reaktor.

5. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak +

40 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge

(lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian

bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan

langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

Cara Pengoperasian Kompor Biogas

1. Buka sedikit kran gas yang ada pada kompor (memutar ke sebelah kiri)

2. Nyalakan korek api dan sulut tepat diatas tungku kompor.

3. Apabila menginginkan api yang lebih besar, kran gas dapat dibuka lebih besar

lagi, demikian pula sebaliknya. Api dapat disetel sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan kita.

Gambar 2 : Pengoperasian Kompor Biogas

Pemeliharaan Dan Perawatan Reaktor Biogas

1. Hindarkan reaktor dari gangguan anak-anak, tangan jahil, ataupun dari ternak

yang dapat merusak reaktor dengan cara memagar dan memberi atap supaya air

tidak dapat masuk ke dalam galian reaktor.

Page 91: Bud Ida Ya

87

2. Isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan sampai

kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui pengaman gas.

Gambar 3 : Klep Pengaman Gas Sebelum Masuk ke Tabung Penampung Gas

3. Apabila reaktor tampak mengencang karena adanya gas tetapi gas tidak mengisi

penampung gas, maka luruskan selang dari pengaman gas sampai reaktor, karena

uap air yang ada di dalam selang dapat menghambat gas mengalir ke penampung

gas. Lakukan hal tersebut sebagai pengecekan rutin.

4. Cegah air masuk ke dalam reaktor dengan menutup tempat pengisian disaat tidak

ada pengisian reaktor.

5. Berikan pemberat di atas penampung gas (misalnya dengan karung-karung bekas)

supaya mendapatkan tekanan di saat pemakaian.

6. Bersihkan kompor dari kotoran saat memasak ataupun minyak yang menempel.

Keunggulan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

Konstruksi sederhana, mudah dan cepat pemasangannya (tidak sampai 1 hari).

Harga terjangkau, sekitar Rp 2,5 juta sudah termasuk pemasangan dan satu unit

kompor biogas.

Awet, menggunakan material plastik khusus sehingga tahan hingga 6 tahun.

Mudah dalam perawatan dan penggunaan.

Produksi gas setara dengan 2,5 liter minyak tanah/hari, lebih dari cukup untuk

dijadikan bahan bakar memasak.

Menghasilkan kompos (pupuk organik) yang sangat bagus kualitasnya dan dapat

langsung digunakan pada lahan/usaha budidaya pertanian.

Page 92: Bud Ida Ya

88

Sebelum Menggunakan Energi Biogas Setelah Menggunakan Energi Biogas

Sumber Bacaan:

Dit.Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP - Deptan

http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas

http://www.scribd.com/doc/939659/Biogas-Pedesaan?query2=cara%20pembuatan%20biogas

Page 93: Bud Ida Ya

89

TEKNIK PEMBUATAN PUPUK KASCING

Daniel Bulo dan Caya Khairani

Pendahuluan

Kascing atau vermicompost adalah kotoran cacing tanah. Kascing mengandung

unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan

tanaman.

Komposisi kimia kascing Eisenia foetida meliputi nitrogen (N)0,63%, fosfor (P)

0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%, magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na)

0,07%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe)

0,79%, boron (B) 0,21%, molibdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100mg, kapasitas

menyimpan air 41,23%, dan asam humus 13,88%.

Unsur-unsur kimia tersebut siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi

pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon

perangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang

tinggi bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk

yang tersedia bagi tanaman.

Cara membuat kascing

Pembuatan kascing akan berhasil jika kita mengetahui kebutuhan yang layak

untuk hidup dan perkembangbiakan cacing tanah (CT). CT yang digunakan adalah

Lumbricus rubellus, atau jika tidak didapatkan, bisa digunakan cacing tanah lokal yang

ada di kebun, di pekarangan, dan tumbukan sampah.

Untuk pertumbuhan yang baik bagi CT, diperlukan pH untuk tempat tinggal

(media) antara 6,5-7,5, suhu 22-28°C, dan kelembaban media 40-60%. Ketinggian atau

kedalam media maksimum 25 cm dan berada di tempat teduh atau tidak terkena sinar

matahari langsung.

Tahap Persiapan

1. Sediakan 4 buah wadah plastik ukuran 45×35x15 cm dengan permukaan atas rata.

Wadah bisa dari bahan lain yang lebih murah, misalnya bambu atau kayu.

2. Lubangi bagian dasar dan sampaing wadah tersebut sebesar kelingking dengan jarak

antarlubang sekitar 3 cm. Lubang ini berfungsi sebagai saluran pembuangan air agar

tidak terjadi genangan dalam media.

Page 94: Bud Ida Ya

90

3. Rapikan bagian-bagian yang telah dilubangi dan cuci wadah hingga bersih dengan air

biasa tanpa menggunakan sabun.

4. Buat tempat kascing 4 rak atau laci dengan bagian atas, bawah, kanan, kiri dan

belakang tertutup kawat ram ukuran terkecil dan bagian depan diberi pintu.

5. Beri pengamanan di keempat kaki rak untuk mencegah hama atau musuh cacing tanah

berupa wadah yang berisi minyak tanah.

Langkah-langkah membuat pupuk kascing

1. Siapkan media tumbuh cacing tanah berupa bahan organik, jerami, rumput, batang

pisang, kotoran ternak, dan kapur tembok.

2. Jerami, rumput, atau batang pisang dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil. Rendam

potongan tadi selama semalam. Perendaman ini bertujuan agar bahan baku kompos

menjadi lebih lunak dan untuk menghilangkan sisa pestisida.

3. Campurkan bahan organik tadi dengan jerami atau batang pisang. Fermentasikan

(diamkan) campuran tadi selama 1-2 minggu. Setelah itu, campurkan dengan kotoran

ternak (75%) dan kapur tembok sedikit (untuk mengontrol pH). Aduk-aduk hingga

bahan tercampur rata.

4. Masukkan media yang telah difermentasikan ke dalam parit, lalu biarkan hingga

suhunya mulai turun atau biarkan sekitar 14 hari.

5. Setelah dingin, masukan cacing tanah dengan padat penebaran 11-14 gram/kg media.

6. Pelihara cacing tanah dengan memberi makan berupa kotoran ternak. Sebarkan

kotoran ternak ini di bagian permukaan media setebal 2 cm dengan frekuensi 3 hari

sekali. Kotoran ternak berfungsi juga sebagai media.

7. Jika media terlalu kering, lakukan penyiraman hingga media lembab kembali.

8. Lakukan pemanenan jika dalam media sudah tampak butiran kotoran cacing atau

medianya sudah lebih halus dan warnanya lebih gelap. Panen dilakukan dengan cara

memisahkan cacing tanah dengan media. Kascing yang dihasilkan siap digunakan

sebagai pupuk organik.

Tahap Pelaksanaan

1. Potong-potong atau cacah sampai yang telah disediakan dengan ukuran 2-3 cm,

kemudian masukkan ke dalam wadah paling atas dan siram dengan air secukupnya

hingga media tetap basah dan lembab, tetapi jangan sampai sampah organiknya

tergenang air.

Page 95: Bud Ida Ya

91

2. Penyiraman disarankan setiap hari sampai menjadi setengaj matang (sekitar semumur

seminggu)jika jumlah sampah banyak dan wadah nomor pertama telah penuh, dapat

dipakai wadah nomor dua.

3. Tiga hari sekali sampah pada wadah nomor 1 atau 2 dibolak-balik (akan lebih baik

jika tiap hari sambil disiram) agar proses pengomposan awal berjalan sempurna.

4. Rak nomor 2 dan 3 berfungsi sebagai media siap pakai (dari wadah nomor 1) dan

telah siap ditanam cacing. Masukkan cacing ke dalam media siap pakai yang berisi

limbah rumah tangga yang telah dikomposkan selama 1-2 minggu. Berat cacing yang

dipakai atau dimasukka adalah 0,5kg per 2 kg media siap pakai. Wadah nomor 2 atau

3 tersebut setiap harinya harus diberi pakan dari samapi yang paling sedikit telah

berumur 3 hari.

5. Beri pakan lebih kurang seberat cacing yang ditanam. Jika pakan tersebut masuh

tersisa atau masih terlihat sebagai pakan, kurangi pemberian pakan, sehingga pakan

benar-benar habis dimakan oleh cacing. Pemberiaan pakan hanya di bagian atas

tempat penanaman cacing tanah.

6. Seminggu sekali wadah yang berisi cacing tanah (rak nomor 2 atau 3) diaduk-aduk

dengan tangan langsung atau kayu lunak. Hal ini sangat berguna untuk aerasi

sehingga cacing tanah dapat berkembang optimal.

7. Setelah pengadukan, cacing tanah tidak diberi pakan karena masih stres, sehingga

belum mau makan. Baru pada hari berikutnya cacing tanah diberi pakan.

8. Wadah yang berisi cacing tanah harus dijaga kelembabannya (sekitar 60%). Jika

terlalu kering, lakukan penyiraman bersamaan dengan pemberiaan pakan yang

dibasahi. Demikian seterusnya.

9. Jika proses diatas berjalan dengan benar, dalam waktu sekitar sebulan, sampah akan

berubah menjadi pupuk pupuk atau kascing. Setelah berubah menjadi kascing

disarankan cacing tidak diberi pakan dahulu.

10. Wadah yang berisi kascing diletakkan dirak paling atas (nomor 1) dengan tidak diberi

pakan dan tidak disiram. Maksudnya agar kokon atau telur cacing tanah menetas.

Penetasan kokon tersebut berlangsung sekitar 2-3 minggu.

11. Pemindahan cacing tanah muda atau kokon yang telah menetas dilakuakn secara

manual dengan tangan.

12. Kascing yang telah dipisahkan dari kokon diangin-anginkan sekitar semalam

kemudian digunakan untuk memupuk tanaman.

Page 96: Bud Ida Ya

92

Istilah yang digunakan

Sampah, yakni sisa bahan sayur (kecuali daun salam dan sereh), dedaunan (sampah

kebun, kecuali daun cengkeh dan cemara), sisa buah-buahan (kecuali

jeruk, kulir, buah dan daunnya), dan kertas mudah hancur yang belum

diolah.

Media siap pakai, siap tanam cacing tanah yakni tempat berlangsungnya proses

pengomposan tahap awal dari sampah penyiraman dan pembalikan.

Penyiraman dan pembalikan yang odeal; dilakukan setiap hari atau tiga

hari sekali. Proses ini akan berlangsung selama 1-2 minggu.

Pakan, yakni sampah yang telah diperlakukan seperti media, tetapi paling sedikit telah

berumur 3 hari. Pakan ini diberikan setiap hari pada wadah yang telah

berisi cacaing tanah, kecuali pada media yang telah berubah menjadi

kascing.

Kascing atau bekas cacing adalah hasil akhir dari proses pengomposan dengan bantuan

cacing tanah. Kascing berbentuk seperti tanah dengan tekstur halus, tidak

berbau, dan berwarna kehitam-hitaman. Lama proses terjadinya kascing

dari media kascing sekitar 1 bulan.

Kokon, yakni selubung telur yang biasanya berisi 2 cacing tanah muda sebagai hasil

perkawinan 2 individu cacing tanah dewasa atau cacing tanah bersifat

hemaprodit. Penentasan kokon berlangsung selama 15-21 hari dalam

suasana hangat.

Page 97: Bud Ida Ya

93

TEKNIK PEMBUATAN BOKASI

Saidah dan Sukarjo

Pendahuluan

Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak

dilakukan untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan

kimia yang berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya

menerapkan sistem pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit. Dalam tahun

1980-an, Prof Dr. Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive

Mikroorganisms pada praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini telah

dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan

mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan

organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan

EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut

adalah sebagai berikut:

memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman

memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan

pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah

meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman

menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik

meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk

Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan

pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang. Jika hal tersebut tidak ditambah dan

segera diperbaiki oleh petani maka penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-

tanaman pertanian, seperti padi, palawija dan sayuran.

Berbicara mengenai masalah penurunan produksi, tentunya bukan saja menjadi

masalah petani atau masyarakat, tetapi juga merupakan masalah bagi pemerintah daerah

dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan dan ekonomi rakyat. Hal ini

seyogyanya harus menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam mengatasinya

secara bijak.

Untuk dapat mengatasi hal tersebut, pada tahun anggaran 2003 ini Pemda

Kabupaten Pandeglang secara khusus mengalokasikan dananya melalui Proyek

Page 98: Bud Ida Ya

94

Peningkatan Produksi Padi Palawija dan Sayuran. Pada kegiatan Proyek ini terdapat

pertemuan teknis yang berisikan materi pengaruh penggunaan pupuk bokashi terhadap

produksi padi palawija dan sayuran, dan materi tehnik pembuatan bokashi. Kegiatan ini

tentunya bertujuan untuk menambah wawasan dan keterampilan petani dalam masalah

penggunaan pupuk bokasi secara praktis di lapangan.

Manfaat Bokashi

Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya

tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani.

Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi

sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem

pertanian.

Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat

diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan

jerami, pupuk kandang, samapah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4

yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen

dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi merupakan

pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu

singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokashi biaya murah, sehingga sangat efektif dan

efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi

tanaman.

Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi

1. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang

a. Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi

1. Pupuk kandang = 300 kg 2. Dedak = 50 kg 3. Sekam padi = 150 kg 4. Gula yang telah dicairkan = 200 ml 5. EM-4 = 500 ml 6. Air secukupnya

Page 99: Bud Ida Ya

95

b. Cara Pembuatannya

Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air

Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata

Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai

kandungan air adonan mencapai 30 %

Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan

dilepas maka adonan susah pecah (megar)

Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm

Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari

Petahankan gundukan adonan maksimal 50°C, bila suhunya lebih dari 50°C

turunkan suhunya dengan cara membolak balik

Kemudian tutp kembali dengan karung goni

Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi

proses pembusukan

Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali

Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai

pupuk organik

2. Pembuatan Bokashi Jerami Padi

a. Bahan-bahan untuk ukuran 1000 kg bokashi

1. Jerami padi yang telah dirajang/dipotong-potong

= 500 kg

2. Pupuk kandang = 300 kg 3. Dedak halus = 100 kg 4. Sekam/Arang Sekam/Arang Kelapa = 100 kg 5. Molase/Gula pasir/merah = 1 liter/250 gr 6. EM-4 = 1 liter 7. Air secukupnya

b. Cara Pembuatannya

Membuat larutan gula dan EM-4

Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter

Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata

Page 100: Bud Ida Ya

96

Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga

rata.

Membuat pupuk bokashi

Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak)

dan aduk sampai merata

Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan

organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %

Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan

dilepas maka adonan masih tampak menggumpal

Adonan digundukan di atas tanah yang kering dengan ketinggian minimal 15-

20 cm

Kemudian ditutup dengan karung berpori/karung goni/terpal selama 3-4 hari

Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu

tidak melebihi 50°C, bila suhunya lebih dari 50°C turunkan suhunya dengan

cara membolak balik

Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi

proses pembusukan

Setelah 4-7 hari, bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan

sebagai pupuk organik.

3. Pembuatan Bokashi Cair

a. Bahan-bahan untuk ukuran 200 liter bokashi cair

1. Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang = 30 kg 2. Molase/Gula pasir/merah = 1 liter/250 gr 3. EM-4 = 1 liter 4. Air secukupnya

b. Cara Pembuatannya

Isi drum ukuran 200 liter dengan air setengahnya

Pada tempat yang terpisah buat larutan molase sebanyak 1 liter, dengan cara

mencampurkan gula putih/merah sebanyak 250 gram dengan air sebanyak 1 liter

Masukan molase tadi sebanyak 1 liter bersama EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam

drum, kemudian aduk perlahan-lahan hingga rata

Page 101: Bud Ida Ya

97

Masukan pupuk kandang sebanyak 30 kg dan aduk perlahan-lahan hingga ersatu

dengan larutan tadi

Tambahkan air sebanyak 100 liter hingga drum menjadi penuh, kemudian aduk

sampai rata dan tutup rapat-rapat

Lakukan pengadukan secara perlahansetiap pagi selama 4 hari. Cara pengadukan

setiap hari cukup lima putaran saja. Setelah diaduk biarkan air larutan bergerak

sampai tenang lalu drum ditutup kembali

Setelah 4 hari bokashi cair EM-4 siap untuk digunakan.

c. Lain-lain

Bila tidak ada molase, setiap macam gula dapat digunakan sebagai penggantinya.

Beberapa bahan pengganti tersebut adalah nira tebu gula, sari (juice) buah-

buahan,dan air buangan industri alkohol

Jumlah kandungan air adalah merupakan petunjuk. Jumlah air yang

perluditambahkan tergantung pada kandungan air bahan yang digunakan. Jumlah

air yang paling sesuai adalah jumlah air yang diperlukan membuat bahan-bahan

basah tetapi tidak sampai berlebihan dan terbuang.

4. Penggunaan Bokasi Pada Padi, Palawija dan Sayuran

Bahan bokashi sangat banyak terdapat di sekitar lahan pertanian, seperti misalnya

jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam padi, sebuk gergaji, dan lain-lain.

Semua bahan organik yang akan difermentasi oleh mikroorganisme fermentasi

dalam kondisi semi anaerobik pada suhu 40-50°C. Hasil fermentasi bahan organik berupa

senyawa organik mudah diserap oleh perakaran tanaman.

a. Cara penggunaan secara umum :

3-4 genggam bokasi (150-200 gram) untuk setiap mtr persegi tanah disebar marata

diatas permukaan tanah. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih.

Untuk mencampurkan bokashi ke dalam tanah, tanah perlu dicangkul/bajak.

Penggunaan penutup tanah (mulsa) dari jerami atau rumput-rumputan kering

sangat dianjurkan pada tanah tegalan. Pada tanah sawah pemberian bokashi

dilakukan sebelum pembajakan tanah.

Biarkan bokashi selama seminggu, setelah itu baru bibit ditanam.

Page 102: Bud Ida Ya

98

Untuk tanaman buah-buahan, bokasi diebar merata dipermukaan tanah/perakaran

tanaman dan siramkan 3-4 cc EM-4 perliter air setiap minggu sekali.

b. Cara penggunaan secara khusus :

Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk melanjutkan

fermentasi penutup tanah (mulsa) dan bahan organik lainnya di lahan pertanian

juga banyak digunakan pada tanah swahkarena ketersediaan bahan yang cukup.

Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk pembibitan/

menanam bibit yang masih kecil.

Bokashi expres baik digunakan sebagai penutup tanah (mulsa) pada tanaman

sayur dan buah-buahan.

Page 103: Bud Ida Ya

  99

PENGOLAHAN PISANG

Caya Khairani dan Yogi P.R.

Pendahuluan

Pisang termasuk jenis buah yang memberikan kontribusi gizi tinggi

dibandingkan apel. Pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat bila

dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan. Beragam jenis makanan ringan

dari pisang yang relatif populer antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale

pisang(Bandung), Pisang Molen (Bogor), dan epe (Makassar).

Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu

banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk

segar atau buahnya setelah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan

sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah diolah seperti digoreng, direbus,

dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.

Buah pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan

energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti

kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium dan mengandung vitamin, yaitu C, B

kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi

otak. Melalui teknologi sederhana buah pisang dapat diolah menjadi makanan jadi atau

setengah jadi yang dapat meningkatkan nilai tambahn dan daya simpan pisang.

Tabel Perbandingan Komposisi Zat Gizi Pisang dan Beras Komposisi Kimia  Tepung Pisang  Pisang Segar 

Air (%)   3 70Karbohidrat (%)   88,60  27Serat Kasar (%)   2 0.5Protein (%)   4.4 1.2Lemak (%)   0.8 0.3Abu (%)   3.2 0.9Kalsium (ppm)   32 80Sodium (ppm)   4 ‐ B‐karotin (ppm)   760 2.4Thiamine (ppm)   0.18 0.5Riboflavin (ppm)   0.24 0.5Asam akorbat (ppm)   7 120Kalori (kal/100 gr)   340 104

Sumber: Direktorat Gizi Deprtemen Kesehatan RI, 1979

Page 104: Bud Ida Ya

  100

1. Pembuatan Tepung Pisang

Tepung pisang dibuat dari buah pisang yang masih mentah. Semua jenis pisang

dapat diolah menjadi tepung pisang. Cara membuatnya mudah dan sederhana. Tepung

yang baik terbuat dari buah pisang yang cukup tua tetapi belum masak. Tepung pisang

dari jenis pisang kepok warna tepungnya lebih putih.

a. Alat dan Bahan

• Pisang kepok

• Natrium metabisulfit (dapat dibeli di toko bahan kimia)

• Pisau

• Perajang

• Alat pengering

• Alat penghancur/penggiling

• Ayakan/saringan

b. Fungsi Masing-masing Peralatan

• Penggiling ukuran kecil untuk kapasitas satu kwintal atau lebih sesuai yang

diinginkan. Penggilingan digunakan untuk menghancurkan potongan pisang

menjadi tepung.

• Pisau digunakan untuk memotong pisang menjadi ukuran kecil-kecil sebelum

direndam ke dalam larutan natrium metabisulfit

• Saringan/ayakan sebagai alat untuk menyaring/mengayak hasil tepung, guna

mendapatkan tepung yang baik dan halus serta berkualitas.

• Plastik kemasan untuk membungkus tepung pisang telah jadi.

• Plastik sealer, alat menutup kantong plastik.

c. Cara Pembuatan

• Pisang yang telah tua dipisahkan dari sisirnya dan dikukus + 5 menit untuk

menghentikan getahnya kemudian dikupas kulitnya, dipisahkan daging

buahnya.

• Kemudian dipotong kecil-kecil berukuran kurang lebih 1cm x 0,5 cm dengan

pisau atau alat pengiris.

• Pisang yang sudah dipotong direndam dalam larutan natrium metabisulfit,

setelah itu ditiriskan.

• Kemudian potongan pisang harus dikeringkan.

Page 105: Bud Ida Ya

  101

• Jika pengeringan dengan sinar matahari perlu waktu kurang lebih dua hari.

Jika menggunakan alat pengering gabah (dengan suhu 60 derajat celsius)

proses pengeringan lebih cepat. Untuk mengeringkan dua kwintal pisang segar

hanya perlu waktu 1 jam 20 menit.

• Setelah kering atau kadar air kurang lebih 14 %, potongan pisang dapat

digiling/dihancurkan dengan menggunakan hammer mill atau ditumbuk.

• Hasil penggilingan kemudian diayak.

• Tepung pisang yang lolos dari ayakan dikemas dalam kantong plastik.

• Tepung pisang dapat digunakan untuk pembuatan kue baik kue basah maupun

kue kering.

2. Pembuatan Sale Pisang

Pisang sale adalah pisang matang konsumsi yang telah dikeringkan. Pengerngan

menyebakan kadar air turun dan secara relatif kadar gula naik. Warna pisang sale berkisar

antara coklat muda sampai coklat kehitaman. Biasanya pisang dijemur untuk

menjadikannya pisang sale. Produk akan lebih baik mutunya jika pisang dikeringkan

dengan alat pengering.

a. Alat dan Bahan

• Pisang yang telah matang konsumsi, dan manis rasanya.

• Gula pasir halus yang putih dan bersih. Gula hanya digunakan untuk mengolah

pisang yang tidak manis rasanya.

• Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk mengupas dan membelah buah

pisang, serta mengerok permukaan daging buah.

• Tampah. Alat ini digunakan sebagai wadah dalam penjemuran pisang.

• Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan pisang jika

menginginkan pengeringan yang lebih cepat, atau pada saat langit berawan

dan hujan.

b. Cara Pembuatan

• Pengupasan

Pisang dikupas, kemudian permukaan daging buah dikerok. Jika pisang

berukuran besar, pisang dapat dibelah dua memanjang.

• Pengasapan dengan belerang.

Page 106: Bud Ida Ya

  102

Agar warna pisang sale lebih cerah dan muda, pisang perlu diasapi dengan gas

SO2. Pengasapan mengguakan lemari pengasap. Pisang di susun di atas rak-

rak yang dibuat dari anyaman lidi atau bambu. Di dasar lemari dibakar

belerang. Setelah itu, lemari ditutup rapat kecuali saluran udara pembakaran.

Setiap kg pisang memerlukan 2-4 gram belerang. Setelah pembakaran

belerang habis terbakar. Pisang tetap dibiarkan di dalam lemari pemkaran,

selama 10 menit.

• Penggulaan.

Pisang yang rasanya kurang manis, setelah pengasapan, ditaburi gula pasir

sehingga seluruh permukaannya tertutup lapisan tipis gula.

• Penjemuran.

Pisang tersebut diletakkan di atas tampah, kemudian dijemur. Pada hari kedua,

pisang yang masih basah, dapat diktekan dengan papan agar sedikit pipih. Jika

penekanan terlalu kuat, pisang akan retak atau pecah. Penekanan ini diulangi

setiap hari sampai bahan agak kering. Bahan yang agak kering menjadi agak a

lot, lentur, dan tidak mudah patah. Produk yang diperoleh dari proses ini

disebut sebagai pisang sale segar.

• Pengeringan dengan alat pengering.

Jika menginginkan pengeringan yang lebih cepat, langit berawan atau hari

hujan pisang dapat dikeringkan dengan menggunakan alat pengering.

Pengeringan akan berlangsung anatara 18 sampai 24 jam tergantung pada suhu

pengeringan. Dianjurkan suhu pengeringan tidak kurang dari 50°C dan tidak

lebih dari 70°C. Jika suhu terlalu rendah, waktu pengeringan akan terlalu

lama. Jika terlalu panas, tekstur pisang sale akan kurang baik. Selama

pengeringan, sekali 3 jam, pisang dapat juga ditekan agar semakin pipih.

Pengeringan dilakukan sampai kadar air di bawah 18%. Produk yang diperoleh

dari proses ini disebut sebagai pisang sale segar.

• Penggorengan.

Pisang sale segar dapat digoreng. Terlebih dahulu pisang sale dicelupkan ke

dalam adonan tepung beras. Adonan ini terdiri dari campuran tepung beras (1

bagian), air (4 bagian), garam (secukupnya) dan tepung kayu manis

(secukupnya). Setelah itu, pisang sale digoreng dengan minyak panas (170°C)

sampai garing. Produk yang diperoleh disebut pisang sale goreng.

Page 107: Bud Ida Ya

  103

• Pengemasan.

Pisang sale segar atau pisang sale goreng dikemas didalam kantong plastik.

3. Manisan Pisang

Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah

kering dengan kadar air sekitar 30%, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini

memungkinkan manisan dapat disimpan lama karena kebanyakan mikroba tidak dapat

tambuh pada bahan.

Manisan pisang belum dikenal oleh masyarakat, dan produk ini belum tersedia

di pasaran. Walaupun demikian, manisan pisang alternatif sederhana yang dapat

dihasilkan dengan biaya tidak mahal dan penampilan produk cukup menarik.

c. Alat dan Bahan

• Buah pisang yang telah matang konsumsi, tetapi masih agak keras, terasa

manis sebanyak 10 kg.

• Larutan gula pasir. Diperlukan untuk merendam irisan pisang agar gula

meresap ke dalam jaringan buah sehingga buah terasa manis. Gula pasir yang

digunakna adalah yang berwarna putih dan bersih . Gula dilarutkan sampai

konsentrasi 40%. Untuk mendapatkan 1 liter larutan 40%, dilakukan dengan

melarutkan 400 g gula dengan air sampai volumenya 1 liter. Jumlah larutan

yang dibutuhkan 5 liter.

• Pengawet. Pengawet yang digunakan adlah sodium benzoat. Senyawa ini

dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak makanan. Jumlah 10 gram.

• Asam sitrat. Bahan ini digunakan untuk mengasamkan atau untuk menurunkan

pH menjadi 3,8 ~ 4,4. Kondisi asam atau pH rendah dapat menghambat

pertumbuhan mikroba perusak. Jumlah 10 gram.

• Larutan penguat jaringan buah. Kapur sirih dilarutkan di dalam air dengan

konsentrasi 0,2 ~ 0,3%. Untuk mendapatkan 1 liter larutan kapur tersebut

dilakukan dengan melarutkan 2 sampai 3 gram kapur sirih ke dalam 1 liter air.

Jumlah larutan yang dibutuhkan 10 liter.

• Larutan penghambat reaksi pencoklatan. Larutan ini diperlukan buah tidak

berubah menjadi kecoklatan, atau warna gelap lainnya. Larutan mengandung

ion sulfit yang berasal dari sodium bisulfit, sodium metasulfit, atau dari

pelarutan gas belerang dioksida di dalam air. Natrium bisulfit dilarutkan di

Page 108: Bud Ida Ya

  104

dalam air dengan konsentrasi 0,18 ~ 0,2 . untuk memperoleh 1 liter larutan

tersebut, dilakukan dengan melarutkan 1,8 ~ 2,2 gram natrium di dalam 1 liter

air. Jumlah larutan yang dibutuhkan 10 liter.

• Pisau dan landasannya. Alat ini digunakan untuk mengupas dan mengiris

daging buah pisang. Disarankan menggunakan dua pisau yang berbeda. Untuk

pengupasan digunakan pisau yang biasa digunakan dirumah tangga.

Sedangkan untuk mengiris digunakan pisau besar yang biasa digunakan untuk

pemotong dan pencincang daging. Disarankan menggunakan pisau yang tidak

mudah berkarat (Stainless Stel).

• Wadah berpengaduk sebagai perendam pisang dengan larutan gula. Alat ini

berupa panci yang berpengaduk yang diputar oleh mesin. Alat ini digunakan

untuk merendam buah di dalam larutan gula. Pengadukan yang diberikan akan

meningkatkan efektivitas penggulaan, dimana gula lebih cepat meresap ke

dalam jaringan daging buah. Jika alat ini tidak ada, baskom atau ember plastik

yang biasa terdapat di rumahtangga dapat digunakan untuk perendam irisan

buah.

• Baskom digunakan untuk perendaman irisan pisang.

• Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan pisang sampai

kadar air dibawah 9%.

• Refraktometer. Alat ini digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan

sukrosa secara cepat.

• Kemasan adalah wadah untuk mengemas manisan pisang. Kemasan yang

ekonomis dapat digunakan adalah kantong plastik polietilen.

• Sealer. Alat ini digunakan untuk menutup kantong plastik dengan

menggunakan panas.

d. Cara Pembuatan

• Perendaman di dalam larutan sulfit.

Pisang dikupas, dan dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.

Sementara itu larutan sulfit dipanaskan sampai suhu 64 ~ 68°C. Kemudian

irisan pisang direndamkan ke dalam larutan sulfit hangat tersebut selama 10

menit sambil diaduk-aduk secara pelan-pelan.

• Perendaman di dalam larutan gula:

Page 109: Bud Ida Ya

  105

a. Potongan pisang direndam di dalam larutan gula 40% selama 24 jam.

b. Setelah itu irisan ditiriskan. Sedangkan larutan gula dipanaskan sampai

suhu 90°C selama 10 menit.

c. Setelah dingin, kadar gula larutan diukur dengan refraktometer. Jika kadar

gula kurang dari 40%, ke dalam larutan ditambahkan lagi gula hingga

kadar gula kembali menjadi 40%.

d. Setelah itu, potongan pisang direndamkan lagi ke dalam larutan gula dan

dibiarkan lagi selama 24 jam. Selanjutnya prosedur no.2 dan 3 diatas

diulangi lagi sampai 2 kali. Dengan demikian perendaman dilakukan

selama 3 hari.

• Pengeringan.

Setelah itu, potongan buah ditiriskan, kemudian dijemur (jika tersedia cukup

sinar matahari), atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di

bawah 20% (ditandai dengan susutnyaukuran irisan buah menjadi separo

ukuran semula dan lentur)

• Pengemasan.

Manisan pisang ini dikemas di dalam kantong plastik polietilen, kemudian di

seal dengan rapat.

4. Keripik Pisang

Jenis Pisang yang digunakan untuk pembuatan keripik adalah pisang yang perlu

diolah dahulu sebelum dikonsumsi misalnya pisang nangka, kepok, kapas, raja dan siam.

Sebaiknya buah yang digunakan buah yang sudah cukup tua tetapi belum matang (masih

mentah) agar produk yang diperoleh keras, garing dan renyah. Adapun pisang yang sudah

matang akan menyusahkan dalam mengiris pisang karena terlalu lembek, susah dibentuk

dan penampakan atau tekstur kurang bagus. Penggunaan bahan perasa, tujuan

penambahan bahan perasa digunakan untuk memberikan rasa sehingga produk yang

dihasilkan mempunyai daya jual. Bahan perasa yang digunakan adalah garam halus, gula

pasir, gula semut, aneka flavour seperti seasoning ayam dan keju.

Kemasan yang digunakan untuk produk keripik dan kerupuk adalah kemasan

plastik. Penggunaan kemasan plastik sangat menarik mengingat plastik memiliki sifat

menguntungkan yaitu luwes, mudah dibentuk, mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap

produk, tidak berkarat dan mudah penangannya.

Page 110: Bud Ida Ya

  106

Jenis plastik yang dapat digunakan adalah plastik poly propylene (PP). plastik

ini mempunyai sifat ringan, susah ditembus oleh uap air dan gas dan tembus pandang.

Teknik kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas plastik dapat dilakukan dengan

sealing.

a. Alat-alat yang umum digunakan untuk membuat keripik adalah:

• pisau stainless steel atau alat pengiris, talenan,

• baskom besar, kompor,

• wajan (penggorengan besar) dan sodet, wadah peniris,

• timbangan,

• sentrifuse,

• kemasan dan sealer.

b. Bahan-bahan yang digunakan adalah :

• Pisang mentah 5 kg

• Minyak goreng 1,5 kg

• Natrium bisulfit 3 g

• Garam 30 g

• Air 3 l

c. Cara pembuatan keripik pisang sebagai berikut :

• Kupas pisang dari kulitnya, kemudian cuci untuk menghilangkan kotoran yang

menempel di pisang.

• Siapkan larutan natrium bisulfit dengan menambahkan 30 gr natrium bisulfit

ke dalam 3 liter air. Rendam pisang selama 5 – 10 menit, kemudian ditiriskan.

• Iris pisang dengan menggunakan pisau (manual) maupun dengan

menggunakan alat pengiris.

• Kemudian tiriskan kembali dan goreng pisang dalam minyak goreng pada

suhu sekitar 180oC dan semua bagian terendam.

• Angkat pisang setelah berwarna kecoklatan dan cukup kering, kemudian

ditiriskan dengan mesin sentrifuse.

• Keripik pisang siap dibumbui. Untuk setiap 5 kg pisang diperoleh sebanyak 2

kg keripik pisang.

d. metode pemberian perasa seperti cara keripik pisang dibawah ini.

Pemberian aneka rasa :

Page 111: Bud Ida Ya

  107

i. Keripik pisang asin; memerlukan tambahan berupa garam halus sebagai

pemberi rasa asin.

Cara pembuatan :

Tambahkan 20 gr garam dan masako pada keripik (2kg), kemudian diaduk hingga merata.

Kemas pisang dalam plastik.

ii. Keripik pisang manis dengan palm suiker.

Cara pembuatan :

Aduk hingga rata bahan–bahan yang terdiri dari gula palm suiker (40 gr) dan garam (10 gr)

Taburkan adukan gula dan garam pada keripik (2 kg) yang masih panas hingga merata.

Kemas keripik dalam kemasan.

iii. Keripik pisang manis; memerlukan gula sebagai pemanis. Jenis gula yang

dapat digunakan adalah gula pasir, gula halus, gula merah dan palm suiker.

Bahan :

Keripik pisang 2 kg atau

Keripik ubi jalar 2 kg

Gula pasir 400 kg

Garam 10 g

Air 300 ml

Cara pembuatan :

Campur gula pasir dengan air bersih, kemudian panaskan hingga cair dan kental

Masukkan keripik pisang ke dalam larutan gula, sambil di aduk agar tercampur merata.

Angkat dan dinginkan. Pendinginan dilakukan dengan menghamparkan keripik pisang di atas wadah penirisan. Usahakan tidak ada keripik yang saling mengikat.

iv. Keripik pisang rasa coklat

Bahan :

Keripik pisang 2 kg atau

Keripik ubi jalar 2 kg

Page 112: Bud Ida Ya

  108

Bubuk coklat 200 g

Garam 10 g

Gula pasir 540 g

Air 400 ml

Cara pembuatan :

Masukkan gula pasir, garam, dan bubuk cokelat ke dalam wajan berisi air. Panaskan dengan api kecil sambil diaduk – aduk sampai cair dan kental.

Masukkan keripik ke dalam adonan tersebut hingga merata.

Angkat dan dinginkan. Pendinginan dilakukan dengan menghamparkan keripik diatas wadah penirisan. Usahakan tidak ada keripik yang saling melekat.

Kemas keripik ke dalam kemasan.

Pembuatan keripik coklat dapat juga dengan sebelumnya membuat bubuk coklat lalu ditaburkan diatas keripik dan kemudiaan keripik tersebut di panggang dengan oven.

5. Sari dan Sirup Buah Pisang

Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran buah

segar yang telah masak. Pada prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari buah, yaitu :

1) Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir.

2) Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).

a. Bahan Yang digunakan

• Buah Pisang segar ± 5 kg

• Gula pasir (khusus untuk sirup 1 ¼ kg) 125 gram

• Asam sitrat 3 gram/liter sari buah

• Natrium benzoat 1 gram

• Garam dapur 20 gram

• Air secukupnya

b. Alat Yang dugunakan

Page 113: Bud Ida Ya

  109

• Pisau

• Panci email

• Parutan kelapa

• Pengaduk

• Tungku atau kompor

• Botol dan tutup yang sudah sterilkan

• Kain saring atau kain blacu

• Corong

• Baskom

c. Cara Pembuatan

1. Pilih buah yang telah tua, segar dan masak lalu cuci;

2. Potong buah menjadi 4 bagian;

3. Parut buah hingga menjadi bubur;

4. Tambah air, gula pasir, natrium benzoat, asam sitrat dan garam dapur; Perbandingan sari buah dengan air adalah 1 liter sari buah campur dengan 3 liter air

5. Aduk sampai rata.

Selanjutnya pengerjaan untuk pembuatan sari buah (6-9) :

6. Saring campuran dengan menggunakan kain saring;

7. Masukkan hasil saringan ke dalam botol dan tutup rapat. Endapan hasil

8. penyaringan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan dodol, selai, dan lain-lain;

9. Masukkan botol yang telah ditutup rapat dalam air mendidih selama 30 menit;

10. Angkat botol dan segera dinginkan.

Selanjutnya pengerjaan untuk pembuatan sirup (10-11) :

11. Panaskan campuran pada pengerjaan nomor 5 hingga mendidih dan biarkan sampai agak mengental;

12. Dalam keadaan panas, saring hasilnya. Setelah dingin segera masukkan dalam botol. Endapannya bisa langsung digunakan sebagai selai.

Sumber Bacaan:

http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang

Page 114: Bud Ida Ya

  110

Buletin Teknopro Hortikultura Edisi 72, Juli 2004, yang diterbitkan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Inayah, C., 1999. Kripik, Kerupuk dan Stik Jamur Merang. Trubus, Surabaya.

Hambali, E., Ani Suryani dan Wahyu Purnama, 2005. Membuat Kripik Pisang Aneka Rasa. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 115: Bud Ida Ya

  109

PEMBUATAN MINYAK BERMUTU

Caya Khairani dan Yogi P. Raharjo

Pendahuluan

Pengolahan kelapa di Indonesia pada tingkat petani atau skala pedesaan sebagian

besar tertuju pada penanganan daging buah dengan produk yang dihasilkan terbatas pada

minya klentik atau kelapa butiran. Komponen hasil lain yang bernilai ekonomi seperti

sabut, tempurung dan air kelapa kurang mendapat perhatian. Pemanfaatan kelapa yang

demikian kurang memberi nilai tambah bagi pendapatan petani. Pengolahan pada skala

industri dewasa ini telah mengolah seluruh komponen buah kelapa untuk menghasilkan

berbagai produk yang bernilai tinggi seperti minyak kelapa murni, kelapa parut kering,

tepung tempurung, arang aktif dan serat sabut. Namun pengembangan skala industri ini

tidak berpengaruh terhadap perbaikan pendapatan petani melainkan posisi petani hanya

sebagai pemasok bahan baku industri pengolahan ( Allorerung dan Lay, 1998).

Industri kelapa terapdu adalah industri yang menerapkan metode pengolahan kelapa

dengan mendayagunakan seluruh komponen hasil berupa sabut, daging, tempurung dan

air kelapa dalam suatu industri (Grimwood, 1975). Sistem pengolahan kelapa terpadu

akan memberikan kemudahaan di dalam menyediakan bahan baku secara kontinu dan

biaya angkutan menjadi relatif murah. Sesuai ketersediaan teknologi saat ini, dengan

mempertimbangkan 1) tidak memerlukan persyaratan ketat baik teknologi maupun mutu

produk dan 2) penanganannya relatif praktis. Produk yang memungkinkan dikembangkan

pada pengolahan kelapa terpadu skala pedesaan untuk tahap awal adalah minyak kelapa,

VCO, sari kelapa, arang tempurung kelapa, kopra putih, briket arang, serat sabut (bila

dekat industri sabut), dodol, manisan kelapa dan kripik kelapa

Pada dasarnya sistim kelapa terpadu tidaklah merubah struktur usaha inti yang

dikerjakan oleh petani melainkan melakukan permanfaatan bagian dari buah kelapa yang

tidak dimanfaatkan. Sebagai contoh pengrajin minyak kelapa biasanya tidak

memanfaatkan air kelapa dan hanya menggunakan sebagian sabut kelapa untuk bahan

bakar. Produk yang dapat dikembangkan adalah sari kelapa, VCO, arang tempurung,

kelapa dan briket arang.

Page 116: Bud Ida Ya

  110

I. Minyak Goreng Berkualitas

Teknologi pengolahan minyak goreng telah dikenal akrab oleh petani. Pada industri

menengah dan besar minyak goreng diperoleh dari pengepresan kopra sehingga diperoleh

minyak dan bungkil kelapa. Pada skala pedesaan dengan memodifikasi teknologi minyak

kelapa klentik yang biasa digunakan oleh petani dengan menggunakan mixer (pengaduk)

atau penambahan cuka.

Bahan Yang digunakan untuk mengolah kelapa menjadi minyak kelapa berkualitas

adalah : alat pemarut kelapa, panci email, kompor, wajan besi, wadah plastik transparan,

baskom besar, saringan kawat, saringan plastik, pengaduk centong, selang plastik, corong,

jerigen, zeolit, kertas saring, kemasan dan kelapa tua.

Tahapan Pembuatan Minyak Kelapa Berkualitas (Metode Cuka)

1. Pengolahan daging kelapa menjadi Santan

Buah kelapa dikupas sabutnya menggunakan alat mirip linggis. Daging buahnya

diperoleh dengan membelah buah kelapa menjadi dua bagian, atau dengan cara mengupas

tempurungnya sehingga air kelapa dapat ditampung dan digunakan untuk keperluan lain.

Pengecilan ukuran daging buah dilakukan dengan mesin pemarut. Pemarutan

dialkukan untuk merusak daging buah kelapa sehingga minyaknya dapat mudah

dikeluarkan.Proses pemerasan kelapa parut dilakukan untuk mendapatkan santan. Untuk

mempermudah pemerasan, kelapa parut yang akan diperas ditambah dengan air.

Pemerasan dapat dilakukan samapai beberapa kali hingga kandungan santannya habis dan

setiap kali akan memulai memeras kelapa parut selalu ditambah lagi dengan air.

Rekomendasi air yang diperlukan untuk memperoleh santan dengan kelapa sebanyak 50

butir adalah 10 ember sedang (ukuran 10 liter) yang dibagi 2x kali pemerasan.

 2. Pemisahan Santan Kental dengan Air

Santan yang diperoleh kemudian dimasukan ke alam wadah plastik transparan

sehingga diperoleh 5-8 wadah terisi santan. Apabila wadah transparan tidak dimiliki

dalam jumlah yang cukup dapat menggunakan ember plastik besar (gentong) ukuran 70

liter dengan warna yang cerah atau tidak hitam.

Page 117: Bud Ida Ya

  111

Santan kemudian didiamkan selama 3 jam di atas sinar matahari. Santan akan

terpisah menjadi dua bagian yaitu santan kental (krim) dan air. Air yang ada dalam dasar

wadah dibuang menggunakan selang atau santan diambil dengan menggunakan sendok

secara perlahan ke dalam wadah.

3. Penambahan Cuka ke dalam Santan Kental

Santan kental yang diperoleh di satukan ke dalam wadah palstik transparan. Untuk

setiap 50 butir diperoleh satu wadah plastik transparan yang penuhi oleh santan kental.

Penambahan cuka dilakukan dengan dosis 50 ml cuka (sesuai dengan ukuran yang

diberikan) ke dalam santan.

Pemasukan cuka dilakukan dengan menggunakan sendok yang kemudian untuk

setiap pemasukan cuka di aduk dengan menggunakan pengaduk kayu. Santan yang telah

tercampur oleh cuka kemudian didimakan selama semalam (8 jam) hingga diperoleh

pemisahan minyak, blondo dan air.

4. Pemanenan

Blondo yang ada diatas minyak dan minyak jernih yang ada dibawahnya diambil.

Ambillah secara perlahan dan blondo yang berada dibagian bawahnya hingga setengah

bagian jangan terlalu banyak blondo yang dibagian bawah yang terikut dalam minyak.

Sebaiknya perbandingan blondo dan minyak sebesar 1:1. Minyak yang telah diperoleh

kemudian di masak diatas wajan yang bersih dan diaduk secara merata sehingga blondo

tidak gosong. Setelah 25 menit dan blondo yang ada berubah menjadi berwarna agak

kecoklatan dan berbau wangi maka proses pemasakan dapat dihentikan. Kemasan yang

digunakan adalah kemasan botol atau plastik isi ulang. Masukan minayk kelapa

berkualitas ke dalam kemasan lalu tutup atau press dengan alat press plastik.

II. Minyak Kelapa Murni

Proses pembuatan VCO tidak berbeda jauh dengan cara pembuatan minyak goreng

yang dibuat oleh petani. Bila menggunakan metode pengasaman cara pembuatannya

mulai berbeda pada saat pendiam kedua setelah penambahan cuka. Santan yang telah

tercampur oleh cuka kemudian dijemur diatas sianar matahari selama 3-4 jam hingga

Page 118: Bud Ida Ya

  112

diperoleh pemisahan minyak, blondo dan air. Pada minyak ekalap murni kandungan MCT

dan vitamin masihlengkap.

Medium Chain Triglyseride (MCT) atau rantai asam dibawah C-12 yang terdapat

pada minyak kelapa mirip dengan lemak yang terdapat pada air susu ibu (ASI) dan

mempunyai efek nutrisi yang sama. Minyak kelapa juga mempunyai komponen anti

bakteri dan anti mikrobanya. Oleh karena itu minyak kelapa dapat menurunkan resiko

penyumbatan pembuluh darah (serangan jantung) yang disebabkan oleh luka pada

lapisan dalam dinding pembuluh nadi. Luka tersebut terjadi akibat beberapa hal seperti

keracunan, radikal bebas dan serangan virus atau bakteri. Aktivitas anti virus dan mikroba

yang berasal monogliserida yang telah diubah dalam tubuh menjadi MCT mampu

menurunkan ancaman serangan jantung dan sumber penyebab penyakit. Diantaranya

virus influenza, campak, hepatitis C, bakteri penyebab bisul perut, infeksi tenggorokan,

penyakit paru dan sipilis.

Bahan yang digunakan:

1. Kelapa besar yang cukup tua (umur 10 -12 bulan), mempunyai ciri sabut berwarna

coklat, belum tumbuh bakal tunas dan masih terdapat air di dalamnya serta dipetik < 3

hari (segar) sebanyak 50 butir.

2. Kertas saring 1 lembar

3. Cuka merek dixi atau cuka lainnya dengan konsentrasi 25%.

4. Kemasan Botol PET 120 ml dan Labelnya

 Alat yang digunakan:

a. Alat pemarut kelapa : 1 unit

b. Panci stainless : 1 unit

c. Wadah plastik transparan : 5 buah

d. Baskom besar : 2 buah

e. Saringan : 1 buah

f. Pengaduk Kayu : 1 buah

g. Selang Plastik : 2 meter

h. Corong Besar : 2 buah

Page 119: Bud Ida Ya

  113

Tahapan Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Metode Cuka)

1. Pembuatan Santan

Kupas kelapa, belah dan air kelapa dapat ditampung untuk digunakan membuat nata

de coco. Daging kelapa dicungkil dari tempurung kemudian diparut oleh mesin pemarut.

Santan diperoleh dengan memeras parutan kelapa yang telah ditambhakan air

sebelumnya. Air yang digunakan untuk memperoleh santan dengan kelapa sebanyak 50

butir adalah 8 ember ukuran 10 liter yang dibagi dalam 2x kali pemerasan.

2. Pemisahan Santan Kental dengan Air

Santan yang diperoleh kemudian dimasukan ke dalam wadah plastik transparan

sehingga diperoleh 5-8 wadah terisi santan. Pengganti ember plastik transparan juga dapat

digunakan baskom/ ember plastik besar dengan warna yang cerah. Santan kemudian

didiamkan selama 3 jam di atas sinar matahari. Santan akan terpisah menjadi dua bagian

yaitu santan kental dan air. Pisahkan santan kental dengan menggunakan sendok secara

perlahan ke dalam wadah lainnya.

3. Penambahan Cuka ke Dalam Santan Kental

Santan kental yang diperoleh kemudian dimasukan ke dalam wadah plastik

transparan. Untuk setiap 50 butir kelapa diperoleh satu wadah plastik transparan

kemudian ditambahkan cuka (konsentrasi 25%) sebanyak 25 ml ke dalam santan kental,

aduk merata. Santan kental yang telah tercampur oleh cuka kemudian dijemur diatas sinar

matahari selama 3-4 jam hingga diperoleh minyak, blondo dan air.

4. Pemanenan dan Pengemasan

Blondo yang ada diatas minyak disingkirkan agar minyak jernih yang ada

dibawahnya dapat diambil. Ambillah secara perlahan usahakan jangan terlalu banyak

blondo yang terikut dalam minyak. Minyak yang telah diperoleh kemudian di saring

menggunakan saringan kain yang dikuti dengan penyaringan kedua menggunakan kertas

saring kertas. Hasil saringan kedua ini telah dapat dikonsumsi dan siap untuk dikemas.

Kemasan yang digunakan adalah kemasan botol PET. Sewaktu memasukan minyak

usahakan mulut tertutup kain dan tidak berbicara.

Page 120: Bud Ida Ya

  114

Waktu pembuatan VCO

Pembuatan santan : 9.00 -11.00

Pendiaman pertama : 11.00 - 13.00

Pendiaman kedua : 13.00 - 17.00

Pemanenan : 17.00 - selesai

Modal yang perlu dipersiapkan untuk membuat 6 liter VCO (100 butir kelapa)

sebesar Rp.525.800,- dengan menggunakan harga kelapa sebesar Rp.700,- dan investasi

alat sebesar 325.000,-. Penyusutan alat sebesar Rp. 5400,- /bulan hingga 5 tahun.

Pendapatan yang dihasilkan bila dijual dengan harga Rp. 15.000/125 ml sebesar Rp.

504.000,- (70% minyak terjual).

Page 121: Bud Ida Ya

  115

PENGOLAHAN UBI KAYU DAN UBI JALAR

Caya Khairani dan Yogi P. Rahardjo

Pendahuluan

Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk

mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan

mengolah umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan

tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan

lainya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah

kebutuhan bahan pangan, terutama non-beras.

Ubi kayu atau singkong dan ubi jalar merupakan salah satu bahan makanan

sumber karbohidrat (sumber energi).

Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu, Ubi Jalar, Talas dan Pisang

Komposisi Ubikayu Talas Ubi Jalar Pisang Energi (kalori) 158 104 123 88

Air (g) 60 73 68,50 75 Protein (g) 0,8 1,9 1,80 1,2 Lemak (g) 0,3 0,2 0,70 0,2

Karbohidrat (g) 37,9 23,7 27,90 23,0 Serat (g) - - - - Abu (g) - - - -

Kalsium (g) 9 38 30,00 8,0 Fosfor (g) 148 61 49,00 28,0 Besi (g) 0,7 1,0 0,70 0,6

Vitamin B1 (mg) 230 6 0,90 0,04 Vitamin B2 (mg) 0,06 0,13 - - Vitamin C (mg) 0 4 22,0 78,0 Vitamin A (SB) - - 7.700 (SI) 439

Ubi kayu dalam keadaan segar tidak tahan lama. Untuk pemasaran yang

memerlukan waktu lama, ubi kayu harus diolah dulu menjadi bentuk lain yang lebih awet,

seperti gaplek, tapioka (tepung singkong), tapai, keripik singkong dan lain-lain.

Page 122: Bud Ida Ya

  116

1. Pembuatan Tepung Singkong

Tepung singkong dibuat dari potongan ubi kayu yang telah kering, kemudian

dihaluskan. Ubi kayu yang digunakan harus baik dan sudah tua, sehingga tepung yang

dihasilkanpun baik. Ubi kayu yang berumur 6 bulan kadar airnya masih sangat tinggi

sehingga zat tepungnya hanya sedikit. Tepung singkong dipakai sebagai bahan membuat

makanan.

Bahan

• Ubi kayu (singkong)

Alat

• Pisau

• Baskom atau panci

• Alat perajang (talenan)

• Tampah atau (nyiru)

• Ayakan

• Alat penumbuk (lumpang dan alu)

Cara Pembuatan

• Kupas singkong, cuci lalu jemur hingga kering;

• Masukkan singkong kering ke dalam lumpang, kemudian tumbuk;

• Setelah itu ayak dengan ayakan halus;

• Tumbuk lagi sisa pengayakan dan ayak kembali hingga halus;

• Jemur hasil ayakan atau tepung di bawah sinar matahari. Apabila hujan,

pengeringan dilakukan di dalam ruangan dengan pemanas buatan, seperti

kompor.

2. Pembuatan Tepung Tapioka

Tapioka adalah tepung pati ubi kayu. Produk ini digunakan untuk pengolahan

makanan, pakan, kosmetika, industri kimia dan pengolahan kayu.

Ubi kayu dapat diolah menjadi tapioka dengan cara sederhana menggunakan

alat-alat yang biasa terdapat di dapur rumahtangga. Untuk industri kecil, pengolahan

sudah memerlukan alat-alat mekanis untuk mempertinggi efisiensi hasil dan biaya. Alat-

alat tersebut dapat dibuat di bengkel konstruksi biasa dengan menggunakan bahan-bahan

lokal. Untuk industri menengah dan besar, pengolahan memerlukan alat-alat moderen

yang bekerja secara efisien dengan kapasitas besar.

Page 123: Bud Ida Ya

  117

Bahan

• Ubi kayu (singkong)

Alat

• Pengupas Kulit

• Pencuci Umbi

• Pemarut Umbi

• Pemeras bubur umbi

• Tempat Pengendapan

• Alat pengering

Cara Pembuatan

• Pengupasan. Umbi dikupas, kemudian dicuci sampai bersih.

• Pemarutan. Umbi diparut halus menjadi bubur umbi. Jika umbi yang ditangani

cukup banyak, umbi digiling dengan mesin penggiling. Setelah itu, bubur

ditambah air (1 bagian bubur ditambah dengan 2 bagian air), diaduk-aduk agar

pati lebih banyak yang terlepas dari sel umbi. Jika bubur cukup banyak,

pengadukan dilakukan dengan alat pengaduk mekanis.

• Penyaringan suspensi pati. Bubur umbi disaring dengan kain saring sehingga

pati lolos dari saringan sebagai suspensi pati, dan serat tertinggal pada kain

saring. Suspensi pati ini ditampung pada wadah pengendapan.

• Pengeringan. Suspensi pati dibiarkan mengendap di dalam wadah pengendap

selama 12 jam. Pati akan mengendap sebagai pasta. Cairan diatas endapan

dibuang, dan pasta dijemur di atas tampah atau dikeringkan dengan alat

pengering sampai kadar air di bawah 14%. Produk yang telah kering akan

gemersik bila diremas-remas. Hasil pengeringan ini disebut dengan tepung

kasar.

• Penggilingan. Tepung kasar selanjutnya ditumbuk atau digiling sampai halus

(sekurang-kurangnya 80 mesh) menjadi tapioka (tepung ubi kayu).

• Pengemasan. Tapioka dapat dikemas di dalam karung plastik atau kotak

kaleng dalam keadaan tertutup rapat.

Page 124: Bud Ida Ya

  118

3. Pembuatan Tapai Ubi kayu

Tapai adalah hasil fermentasi umbi-umbian atau ketan. Pada umumnya tapai

dibuat dari ubi kayu dan ketan hitam. Pada saat fermentasi, kapan merombak pati menjadi

gula sehingga memberi rasa manis. Selanjutnya khamir merombak sebagian gula menjadi

alkohol, dan bakteri merombak sebagian alcohol menjadi asam. Tapai mempunyaii rasa

manis, sedikit asam dan beraroma alkohol.

Tapai ubi kayu dibuat dengan cara sederhana. Umbi terkupas dikukus atau

direbus, kemudian ditaburi ragi, selanjutnya diperam selama 2 hari sampai menjadi tapai.

Bahan

• Ubi kayu.

• Ragi tapai.

Peralatan

• Pisau

• Kukusan atau panci.

• Bakul bambu.

• Daun Pisang.

Cara Pembuatan

• Umbi dikupas, kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang

diinginkan.

• Potongan umbi kayu dikukus selama 30 menit atau direbus di dalam air

mendidih selama 15 menit. Setelah dikukus, umbi tidak perlu ditiriskan.

Sebaliknya setelah direbus, umbi mesti ditiriskan.

• Sementara itu, ragi dihaluskan sedangkan bakul bambu dicuci bersih

kemudian dijemur sampai kering. Daun pisang dilap dengan kain bersih dan

dilewatkan di atas api agar agak layu. Setelah itu bagian dalam bakul dilapisi

dengan daun pisang tersebut.

• Umbi masak yang suam-suam kuku disusun selapis di dalam bakul, kemudian

ditaburi ragi tipis-tipis. Setelah itu dibuat lagi selapis umbi di atas lapisan

sebelumnya, dankembali ditaburi ragi. Demikian dilakukan sampai bakul

hampir penuh.

• Umbi dalam bakul ditutup dengan daun pisang tiga lapis.

Page 125: Bud Ida Ya

  119

• Bakul diletakkan ditempat bersih yang tidak panas dan bebas semut selama 2

sampai 3 hari sampai umbi menjadi tapai.

• Tapai dapat dikemas di dalam kantong plastik, kemudian disimpan pada suhu

dingin (0 - 5°C). Pada suhu kamar (15 - 30°C) tapai cepat menjadi masam.

4. Tepung Ubi Jalar

• Semua jenis umbi dapat diolah menjadi tepung, termasuk ubi jalar. Tata cara pembuatan tepung ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut.

• Siapkan alat berupa pisau, parut atau gilingan, ember atau baskom dan ubi jalar.

• Kupas kulit ubi jalar dengan pisau tajam hingga bersih, cuci ubi jalar yang telah dikupas kulitnya dengan air bersih, lalu ditiriskan dalam suatu wadah.

• Parut atau giling ubi jalar hingga berstruktur halus. Remas-remas parutan atau gilingan ubi jalar dengan tangan sambil ditambahkan air secukupnya. Saring air perasan ubi jalar dengan kain saring untuk memisahkan atau membuang ampasnya. Tampung air perasan ubi jalar dalam baskom atau ember kemudian diendapkan selama 1 malam.

• Jemur endapan (pati basah) ubi jalar hingga kering dan berbentuk tepung.

• Masukkan tepung ubi jalar dalam wadah yang bersih dan kering, kemudiaan tutup rapat-rapat.

5. Kue Lumpur Ubi

Bahan :

• ¼ kg ubi jalar (rebus dan haluskan)

• ¼ kg ubikayu (rebus dan haluskan)

• 100 gr tepung terigu

• 1 gelas santan kental

• 1 gelas gula pasir

• 2 butir telur ayam

• Pewarna makanan secukupnya

Page 126: Bud Ida Ya

  120

Cara membuatnya :

• Campurkan ubi jalar, ubikayu, tepung terigu, gula pasir, santan, telur jadi satu.

• Aduk hingga rata, lalu masukkan dalam cetakan kue lumpur

• Beri hiasan manisan (kelapa muda) kemudian dibakar hingga matang.

• Angkat dan hidangkan.

6. Keripik pisang/ubi jalar rasa coklat

Bahan :

• Keripik pisang 2 kg atau

• Keripik ubi jalar 2 kg

• Bubuk coklat 200 g

• Garam 10 g

• Gula pasir 540 g

• Air 400 ml

Cara pembuatan :

• Masukkan gula pasir, garam, dan bubuk cokelat ke dalam wajan berisi air. Panaskan dengan api kecil sambil diaduk – aduk sampai cair dan kental.

• Masukkan keripik ke dalam adonan tersebut hingga merata.

• Angkat dan dinginkan. Pendinginan dilakukan dengan menghamparkan keripik diatas wadah penirisan. Usahakan tidak ada keripik yang saling melekat.

• Kemas keripik ke dalam kemasan.

Sumber Bacaan:

Tepung Singkong Dalam: Paket Industri Pangan. Bogor : Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. IPB,1989. Hal. 1.

Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Bara