makalah sistem ekskresi hewan akuatik dan terestrial

29
Tugas Kelompok EKSKRESI HEWAN AKUATIK DAN TERESTRIAL (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan) Dosen : Lora Purnamasari, S.Pd, M.Si Disusun oleh : 1. Fitri Mulyana (1211060062) 2. Irawansyah (1211060178) 3. Muslimatun (1211060078) PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

Upload: google

Post on 23-Jul-2015

917 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

Tugas Kelompok

EKSKRESI HEWAN AKUATIK DAN TERESTRIAL

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan)

Dosen :

Lora Purnamasari, S.Pd, M.Si

Disusun oleh :

1. Fitri Mulyana (1211060062)

2. Irawansyah (1211060178)

3. Muslimatun (1211060078)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

2014

Page 2: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb yang menguasai perbendaharaan di alam

semesta ini dan mengaruniakan kepada setiap makhluk yang ia kehendaki. Shalawat dan

salam semoga senantiasa tercurah kepada uswah kita, Rasulullah Muhammad saw, juga

kepada segenap keluarga, para sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman. Amin. Dan

atas Rahmat-Nya pula maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang

berjudul Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan di

Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada Ibu Lora Purnamasari, S.Pd, M.Si selaku dosen

pembimbing mata kuliah Fisiologi Hewan, serta teman kelompok yang bersama-sama

menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini jauh

dari sempurna, oleh karna itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun guna menyempurnakan isi makalah ini penulis mengucapka terimakasih dan

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, khusnya bagi penulis dan juga bagi

pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung November 2014

Penulis

Page 3: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................1

1.3 TUJUAN........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................

2.1 Pengerian Sistem Ekskresi.............................................................

2.2 Fungsi Sistem Ekskresi..................................................................

2.3 Sistem Ekskresi Pada Hewan.........................................................

A. Ekskresi Hewan Akuatik...........................................................

B. Ekskresi Hewan Terestrial........................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................

A. KESIMPULAN.............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan energi (ATP), semua hewan

menyelenggarakan berbagai reaksi metabolisme. Akan tetapi, reaksi metabolisme tidak

hanya menghasilkan ATP dan zat bermanfaat lainnya, tetapi juga menghasilkan zat sisa.

Semua zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari tubuh. Untuk itu, hewan harus memiliki alat

atau organ pengeluaran yang berfungsi untuk membuang berbagai zat sisa metabolisme.

Selain itu sistem pengeluaran juga berperan penting dalam proses osmoregulasi.

Tubuh melakukan begitu banyak proses metabolisme  seperti pencernaan, respirasi

dan sebagainya. Proses-proses seperti itu pada akhirnya akan menghasilkan limbah yang

tidak dikeluarkan jika tidak dikeluarkan akan menyebabkan penyakit. Limbah yang

dihasilkan beraneka ragam bentuknya, mulai dari gas, cair, sampai padat. Untuk itu, kita

memerlukan organ pengeluaran yang berbeda-beda pula. Proses pembebasan sisa-sisa

metabolisme dari tubuh disebut ekskresi. Kelebihan air, garam-garam dan material-material

organik (termasuk sisa-sisa metabolisme) diekskresikan keluar tetapi substan yang esensial

untuk fungsi-fungsi tubuh disimpan. Material-material yang dikeluarkan ini biasanya

terdapat dalam bentuk terlarut dan ekskresinya melalui suatu proses filterisasi selektif.

Manusia dan hewan memiliki sistem ekskresi yang berbeda. Adapun yang melatar

belakangi penulisan makalah ini adalah mengetahui kerja sistem ekskresi pada hewan

akuatik dan terestrial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksut dengan sistem ekskresi dan fungsinya bagi tubuh ?

2. Apa saja alat tubuh hewan yang dapat mengekskresikan sisa metabolisme dan

bagaimana caranya?

3. Apa saja Hasil Ekskresi pada Hewan Akuatik dan Terestrial ?

Page 5: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

1.3 Tujuan

Pada dasarnya penulisan makalah ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan

secara umum dan secara khusus. Tujuan secara umum adalah sebagai salah satu tugas yang

diberikan mahasiswa dan mahasiswi guna menyelesaikan mata kuliah Fisiologi Hewan.

Adapun tujuan secara khususnya yaitu untuk mengetahui lebih jelas mengenai Ekskresi

Hewan Akuatik dan Terestrial.

Page 6: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Ekskresi

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh seperti CO2,

H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan

oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk

hidup berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup maka semakin kompleks alat

ekskresinya. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi  yaitu defekasi yang

merupakan proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang

dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan

meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus. Selain

defekasi ada juga eliminasi yang merupakan  proses pengeluaran zat dari rongga tubuh,

baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).

2.2 Fungsi Sistem Ekskresi

Fungsi sistem ekskresi adalah sebagai berikut :

1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh.

Makanan yang dimakan hewan pada umumnya mengandung karbohidrat, lemak,

protein, serta sejumlah kecil asam nukleat. Metabolisme, karbohidrat dan lemak akan

menghasilkan zat sisah berupa karbondioksida dan air. Kedua jenis zat tersebut dapat

dikeluarkan dengan mudah melalui organ pernafasan dan organ pengeluaran, sehingga

tidak menimbulkan masalah tubuh.

Hal yang menimbulkjan masalah adalah metabolisme senyawa bernitrogen terutama

protein dan asam nukleat. Didalam tubuh, protein dihidrolisis menjadi asam amino.

Sementara, hewan tidak dapat menyimpan kelebihan asam amino sehingga zat tersebut

harus dikeluarkan dari tubuh atau mengalami lebih lanjut. Selama proses metabolisme,

asam amino diubah menjadi senyawa lain yang dapat diproses lebih lanjut menjadi glukosa.

Page 7: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

Metabolisme asam amino disebut deaminasi. Proses ini menghasilkan zat sisa

berupa amonia. Reaksi deaminasi dapat terjadi secara langsung atau melalui reaksi

transdeaminasi. Asam nukleat (purin dan pirimidin) akan diuraikan dengan cara tang sama

dan menghasilkan amonia. Apabila zat tersebut tidak dikeluarkan, tubuh hewan akan penuh

dengan amonia, suatu senyawa yang sangat toksin. Oleh karena itu hewan harus berusaha

untuk mengeluarkan amonia dari dalam tubuhnya. Pengeluaran senyawa bernitrogen dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu :

a. Pengeluaran nitrogen dalam bentuk Amonia

b. Pengeluaran nitrogen dalm bentuk Urea

c. Pengeluaran nitrogen dalm bentuk asam urat

Pengeluaran Nitrogen Dalam Bentuk Amonia

Hewan yang mengeluarkan nitrogen dalam bentuk amonia dinamakan hewan

amonotelik, misalnya ikan teleostei, siklostomata, dan kebanyakan invertebrata akuatik.

Bagi hewan akuatik, pembentukan amonia didalam tubuh tidak menimbulkan masalah

karena amonia sangat mudah larut dalam air dan mudah menembus membran sel sehingga

akan segera keluar tubuh. Hewan yang mengsekresikan zat buangan bernitrogen sebagai

amonia memerlukan akses ke air yang banyak. oleh karena itu, ekskresi amonia paling

umum terjadi pada spesies akuatik. Pada ikan sebagian besar amonia hilang sebagai NH4+

melintasi epitelium insang, ginjal hanya mengekskresikan sedikit zat buangan bernitrogen.

Pengeluaran Nitrogen Dalam Bentuk Urea

Urea ialah senyawa yang mudah larut dalam air, memiliki toksisitas lebih rendah

daripada amonia, dan merupakan hasil sisa bernitrogen yang utama pada hewan terestrial.

Jadi, dibandingkan dengan amonia, urea memiliki toksisitas dan tingkat kelarutan dalam air

yang lebih kecil. Hewan yang menghasilkan dan mengeluarkan urea disebut ureotelik. Urea

dihasilkan dalam hati vertebrata, urea adalah produk siklus metabolik yang

mengombinasikan amonia dengan karbon dioksida.

Pengeluaran Nitrogen Dalam Bentuk Asam Urat

Page 8: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

Hewan yang mengeluarkan asam urat dinamakan hewan urikotelik. Serangga,

bekicot dan banyak reptil termasuk burung mengekskresikan asam urat sebagai zat buangan

bernitrogen utamanya. Asam urat relatif nontoksin dan tidak mudah larut dalam air.oleh

karana itu asam urat dapat diekskresikan sebagai pasta semisolid (kristal) dengan

kehilangan air yang sangat sedikit.

Asam urat sangat sulit larut dalam air. Kelarutan asam urat hanya 6 mg per liter air.

Apabila air direabsorbsi dari cairan yang mengandung asam urat, misalnya cairan dalam

saluran pengeluaran atau tubulus ginjal, sejumlah garam dan asam urat akan tersisa sebagai

endapan. Hal ini dapat diamati pada burug yang meneteskan cairan pekat (kental) berwarna

putih, yang ternyata kandungan utamanya ialah asam urat.

2. Mengatur Konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)

Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keeimbangan antara jumlah air dan zat

terlarut yang ada dalam tubuh hewan. Semua hewan terlepas dari filogeni, habitat, atau tipe

zat buangan yang dihasilkan menghadapi kebutuhan osmoregulasi yang sama. Pengambilan

dan kehilangan air haruslah seimbang. Jika pengambilan air berlebihan sel-sel hewan

membengkak dan pecah, jika kehilangan air terlalu banyak, mereka mengerut dan pecah.

Air memasuki dan meninggalkan sel-sel melalui osmosis. Osmosis terjadi ketika

dua larutan yang yang dipisahkan oleh membran memiliki perbedaan tekanan osmotik. Jika

dua larutan yang dipisahkan oleh sebuah membran permeabel selektif yang memiliki

osmolaritas yang sama, kedua larutan itu disebut isoosmotik. Namun ketika dua larutan

memiliki perbedaan molaritas, larutan dengan konsentrasi zat-zat terlarut yang lebih besar

disebut hiperosmotik dan larutan yang lebih encer disebut hipoosmotik. Air mengalir

melalui osmosis dari larutan hipoosmotik ke larutan hiperosmotik.

Seekor hewan dapat mempertahankan keseimbangan air dengan dua cara, yang

pertama adalah menjadi osmokonformer yang isoosmotik dengan sekitarnya. Cara kedua

adalah menjadi osmoregulator yang mengontrol osmolaritas internal terlepas dari

osmolaritas lingkungannya.

Page 9: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal atau termoregulasi.

Termoregulasi ialah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya

supaya tetap konstan. Suhu tubuh pada kebanyakan hewan dipengaruhi oleh suhu

lingkungannya. Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh, hewan

diklasifikasikan menjadi dua yaitu polikiloterm dan homeoterm. Hewan polikiloterm yaitu

hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.

Sementara hewan homeoterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan atau tidak

berubah sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah.

2.3 Sistem Ekskresi Pada Hewan

Hewan mempunyai bermacam-macam organ pengeluaran yang dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu organ ekskresi umum dan khusus. Organ pengeluaran

umum antara lain berupa vakuola kontraktil dan sejumlah saluran tubuler (berbentuk pipa),

antara lain organ nefridia, tubulus malpighi, dan nefron. Organ pengeluaran khusus

tersusun atas berbagai struktur seperti kelenjar garam (antara lain kelenjar insang dan

kelenjar rektal), insang dan hati vertebrata. Hewan juga melakukan metabolisme untuk

melakukan aktifitas kehidupan. Metabolisme menghasilkan zat sisa yang harus dieksresikan

dari tubuh. Setiap hewan memiliki cara yang berbeda untuk mengeksresikan sisa

metabolismenya.

a. Organ Pengeluaran Hewan Akuatik dan Prosesnya

1. Vakuola Kontraktil

Vakuola kontraktil adalah organ pengeluaran pada protozoa, ciliata dan

koelenterata, yang bekerja dengan cara mengatur tekanan osmotik dalam tubuhnya.

Vakuola kontraktil merupakan organela berbentuk bulat yang berisi cairan dan dibatasi oleh

membran.

Ciliata air tawar memiliki cairan tubuh yang hiperosmotik sehingga tubuhnya

cenderung menyerap air dalam jumlah besar. Kelebihan air yang masuk ke tubuhnya itu

Page 10: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

harus selalu dibuang. Kecepatan pengeluaran air kelingkungannya berkorelasi dengan

konsentrasi osmotik cairan di lingkunganya. Apabila konsentrasi osmotik lingkungan

sekitarnya menurun (menjadi lebih encer), laju pemasukan air ke dalam tubuh hewan pun

akan meningkat sehingga dia harus bekerja lebih keras untuk mengeluarkan sejumlah besar

air. Untuk melakuakn hal tersebut, membran vakuola akan berdifusi dengan membran sel,

lalu air didalamnya dikeluarkan kelingkungannya.

2. Protonefridia

Protonefridia merupakan organ pengeluaran yang berbentuk tubulus atau pipa

tertutup, tidak berhubungan dengan rongga tubuh hewan, dan ditemukan pada hewan yang

lebih tinggi dari koelenterata. Sel penyusun bagian tubulus yang tertutup di lengkapi

dengan silia. Apabila jumlah silia yang dimiliki hanya satu, sel tersebut dinamakan sel

selenosit.akan tetapi, apabila memiliki beberapa silia, sel tersebut dinamakan sel api (flame

cell).

Protonefridia membentuk jejaring tubulus buntu yang berhubungan kebukaan

eksternal. Tubulus tersebut bercabang-cabang keseluruh tubuh. Unit-unit seluler yang

disebut sel api melindungi cabang setiap protonefridia.

.

Page 11: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

Gambar Protonefridia :sistem sel api dari planaria. Protonefridia adalah tubulus internal

bercabang-cabang yang terutama berfungsi dalam osmoregulasi.

Cara kerja dari Protonefridia selama filtrasi denyutan silia menarik air dan zat-zat

terlarut dari cairan interstisial melalui sel api, sehingga melepaskan filtrat kedalam jejaring

tubulus. Filtrat yang telah diproses kemudian bergerak keluar melalui tubulus dan dibuang

sebagai urin ke lingkungan eksternal. Urin yang diekskresikan oleh cacing pipih air tawar

memiliki konsentrasi zat terlarut yang rendah, sehingga membantu menyeimbangkan

pengambilan osmotik air dari lingkungan.

3. Kelenjar Hijau pada Krustasea

Kelenjar hijau atau kelenjar antena adalah organ pengeluaran yang dimiliki oleh

krustasea, yang terletak di daerah kepala. Kelenjar hijau memiliki suatu kantong berujung

buntu, yang disebut the end-sac (pundi-pundi). Pundi-pundi tersebut berhubungan dengan

saluran nefridia yang berakhir pada kandung kemih. Pundi-pundi terendam diantara cairan

selomik, yang nantinya akan disaring untuk membentuk urin awal.

Urin awal krustasea masih memiliki komposisi yang serupa dengan cairan tubuh,

namun tidak mengandung senyawa bermolekul besar. Selama mengalir disepanjang saluran

nefridia, air dan berbagai macam zat direabsorbsi, sehingga akhirnya terbentuk urin yang

akan ditampung dalam kandung kemih. Kandung kemih berhubungan dengan lingkungan

sekitar melalui lubang pengeluaran yang terletak didekat dasar antena.

Page 12: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

4. Organ Ekskresi Pada Ikan

Organ ekskresi pada ikan yaitu :

1. Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O,

2. Kulit, kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin

untuk memudahkan gerak di dalam air.

3. Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine.

1. Insang

Insang, yang berfungsi untuk mengeluarkan CO2 dan H2O. Sebagian besar ikan

memiliki 4 buah insang pada setiap sisinya. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis

berwarna merah muda dan selalu berada dalam keadaan lembab. Bagian terluar dari insang

berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Setiap insang terdiri atas beberapa bagian,

antara lain: 

a. Filamen insang (hemibranchia=gill filament), terdiri atas jaringan lunak, berbentuk

seperti sisir berwarna merah. Terletak melekat pada lengkung insang. Pada bagian

filamen insang ini banyak mengandung kapiler darah sebagai cabang dari arteri

branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam

air;

b. Tulang lengkung insang (arcus branchialis =gill arch), memiliki warna putih.

Bagian ini berfungsi sebagai tempat melekatnya filamen dan tapis insang. pada

tulang lengkung insang terdapat saluran darah (arteri afferent dan arteri efferent)

yang memungkinkan darah dapat keluar masuk ke dalam insang;

c. Tapis insang (gill rakers),berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek

dan sedikit bergerigi, terletak melekat pada bagian depan dari lengkung insang.

Tapis insang memiliki fungsi untuk menyaring air pernapasan yang berkaitan

dengan fungsi insang sebagai alat ekskresi.

Page 13: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

2. Kulit

Kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan

gerak di dalam air. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut Epidermis

dan lapisan dalam yang disebut Dermis atau Corium.

a. Epidermis. Merupakan lapisan luar dari kulit, kulit pada bagian epidermis ini selalu

basah yang disebabkan oleh lendir yang dihasilkan suatu sel kelenjar di bagian

dalam epidermis. Lendir, pada lapisan ini terdapat suatu sel kelenjar berbentuk piala

yang dapat menghasilkan suatu zat (semacam glycopretein) yang dinamakan mucin.

Jika zan tersebut bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan

menyebabkan kulit pada bagian epidermis ini selalu basah. Pada ikan yang tidak

memiliki sisik lendir yang dihasilkan lebih banyak daripada ikan yang memiliki

sisik. Fungsi lendir pada ikan itu sendiri adalah untuk mengurangi gesekan tubuh

dengan air yng membuat ikan dapat berenang lebih cepat, pada ikan belut lendiri

digunakan untuk mempertahankan diri dari mangsa khususnya manusia yang

membuat tubuhnya licin dan sulit digenggam. Selain itu lendir juga berperan dalam

proses osmoregulasi sebagai lapisan semipariabel yang mencegah keluar masuknya

air melalui kulit, serta mencegah infeksi dalam penutupan luka.

b. Dermis. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut Epidermis dan

lapisan dalam yang disebut Dermis atau Corium.

3. Ginjal

Ginjal ikan berjumlah sepasang yang memanjang sepanjang dinding dorsal

abdomen, kanan dan kiri linea mediana. Tubulus ginjal pada ikan jantan telah mengalami

modifikasi menjadi duktus eferen yang menghubungkan testis dengan duktus

mesonefridikus. Kemudian, duktus mesonefridikus ini menjadi duktus deferens yang

berfungsi untuk mengangkut sperma dan urin yang bermuara di kloaka.

Page 14: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

Ginjal melakukan dua fungsi utama: pertama, mengekskresikan sebagian besar

produk akhir metabolisme tubuh; dan kedua, mengatur konsentrasi cairan tubuh.

Glomerulus berfungsi menyaring cairan, sedangkan tubulus mengubah cairan yang disaring

menjadi urin. Dengan demikian nefron dapat membersihkan atau menjernihkan plasma

darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki ketika ia melalui ginjal. Filtrasi dapat terjadi pada

glomerulus karena jaringan kapiler glomerulus merupakan jaringan bertekanan tinggi

sedangkan jaringan kapiler peritubulus adalah jaringan bertekanan rendah.

Ginjal di dalam tubuh ikan juga mempunyai saluran-saluran, yakni:

1. Ureter (ductus mesonephridicus=saluran Wolffian), merupakan saluran yang

mengalirkan urin yang berasal dari ginjal. Terletak di bagian pinggir dorsal rongga

tubuh dan menuju ke belakang. Pada ikan jantan, kedua saluran ini tampak berupa

tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung belakang ginjal sampai kantong

urin, sedangkan pada ikan betina, saluran ini menuju ke sinus urogenitalia.

2. Vesica urinaria, atau disebut juga dengan kantong urin yang merupakan lanjutan

dari ureter kiri dan kanan, terletak di dekat anus dan berbentuk seperti kantong

kecil. Kantong urin ini berfungsi sebagai tempat penampungan urin sebelum

dikeluarkan.

3. Urethra, berupa saluran pendekyang berasal dari vesica urinaria dan menuju ke

porus urogenitalia. Urethra berfungsi sebagai saluran keluarnya urin dari dalam

tubuh.

Proses Eksresi Ikan

Glomerulus dan kapsul Bowman berfungsi untuk menyaring hasil buang

anmetabolik yang terdapat dalam darah. Darah tidak ikut tersaring dan masuk ke vena

renalis. Protein tetap bertahan di dalam darah. Selanjutnya cairan ekskretori ini kemudian

masuk ke tubuli ginjal. Glukosa, beberapa mineral dan cairan (solution) lainnya diserap

kembali ke dalam darah. Dan beberapa hormon ikut berperan dalam penyaringan dan

penyerapan kembali. Akhirnya hasil buang anmetabolik yang tidak tersaring dan tidak

Page 15: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

terserap kembali akan masuk ke saluran pengumpul dan terus ke kantong air seni dan

kemudian dikeluarkan melalui lubang pelepasan.

Perbedaan Mekanisme Ekskresi Pada Ikan Air Tawar dan Ikan Air Laut

Osmoregulasi pada ikan air Laut (asin)

Ikan air laut bersifat hipoosmotik terhadap sekitarnya, dengan kata lain ikan yang

hidup diair laut memiliki kadar garam lebih rendah dibandingkan kadar garam air laut,

artinya tekanan osmotik dalam tubuh ikan lebih rendah dari pada tekanan osmosis air laut.

Hal ini dapat menyebabkan aior dalam tubuh ikan cenderung keluar melalui insang,

akibatnya ikan air laut dapat kehilangan air.

Osmoregulasi yang dilakukan yaitu hewan ini akan meminum air laut dalam jumlah

banyak. namun, cara tersebut menyebabkan garam yang ikut masuk ke dalam tubuh

menjadi banyak pula. Kelebihan garam ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh.

Pengeluaran kelebihan garam dalam jumlah besar dilakukan melalui insang, karena insang

ikan mengandung sel khusus yang disebut sel klorid.

Didalam insang, sel klorid yang terspesialisasi secara aktif mentranspor ion klorida

(Cl-) keluar dan ion natrium (Na+) mengikuti secara pasif. Didalam ginjal kelebihan ion

kalsium, magnesium dan sulfat diekskresikan bersama dengan kehilangan sejumlah kecil

air dengan mengeluarkan urin dalam jumlah sedikit dan lebih pekat.

Page 16: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

Osmoregulasi pada Ikan Air Tawar

Hewan air tawar mempunyai cairan tubuh dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi

dari lingkungannya (hiperosmotik), dengan demikian, hewan ini terancam oleh dua hal

utama, yaitu kehilangan garam dan pemasukan air yang berlebihan.

Kadar garam dalam tubuh ikan air tawar lebih besar dari pada kadar garam dari

lingkungannya. Hal itu mengakibatkan hewan tersebut memiliki peluang yang besar untuk

memasukkan air kedalam tubuhnya, terutama melalui insang. Kelebihan air itu akan

dikeluarkan lewat urin, namun dengan cara itu sejumlah garampun akan hilang dari tubuh

bersama urin.

Sebagian garam meninggalkan tubuh ikan melalui insang. Sebagai pengganti garam

yang hilang, hewan tersebut akan menggambil garam melalui insang dengan transpor aktif.

Dalam hal ini, insang berfungsi sebagai alat untuk memasukkan garam kedalam tubuh

dengan cara transpor aktif, sekaligus untuk membuang kelebihan garam secara difusi.

Osmoregulasi yang dilakuakn oleh hewan ini dengan cara sedikit minum dan banyak

mengeluarkan urin encer.

d. Organ pengeluaran Hewan Terestrial dan Proesnya.

1. Metanefridia

Alat ekskresi beberapa caacing tanah berupa sepasang metanefridia yang terdapat

pada setiap ruas tubuhnya. Metanefridia adalah organ pengeluaran yang mempunyai lubang

Page 17: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

bersilia dan saluran dengan ujung berpori (berlubang) yang terbuka kearah rongga tubuh

nefridiostom. Saluran ini berhubungan dengan lingkungan luar tubuh melalui nefridiosfor.

Proses pada metanefridia menghasilkan urin encer yang bersifat hipoosmotik terhadap

cairan tubuhnya.

Gambar Metanefridia cacing tanah. Setiap segmen cacing mengandung sepasang

metanefridia, yang mengumpulkan cairan selom dari segmen anterior yang bersebelahan.

Cara kerja metanefridia pada cacing tanah setiap segmen cacing memiliki sepasang

metanefridia, yang terendam dalam cairan selom dan terbungkus oleh jaringan kapiler.

Corong bersilia mengelilingi bukaan internal saat silia berdenyut, cairan tertarik kedalam

tubulus pengumpul yang mencangkup kandung kemih penyimpan urin yang membuka

keluar. Saat urin bergerak disepanjang tubulus, epitelium transport yang membatasi lumen

menyerap kembali sebagian besar zat-zat terlarut dan dialirkan kedarah didalam kapiler,

sedangkan zat buangan bernitrogen tetap berada didalam tubulus dan di ekskresikan keluar

melalui lubang pengeluaran (nefridiosfor)

2. Tabung Malpighi

Tubulus malpighi adalah organ pengeluaran pada serangga. Organ ini berupa

saluran atau pipa yang salah satunya buntu, sedangkan ujung lainya membuka kearah usus,

terletak diantara usus tengah dan rektum. Tubulus malpighi membentang dari ujung-ujung

Page 18: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

buntu yang terendam dalam hemolimfe (cairan sirkulasi) hingga bukaan kesaluran

pencernaan.

Cara kerja tubulus malpighi pada belalang yaitu epitelium transport yang melapisi

tubulus menyekresikan zat terlarut tertentu, termasuk zat buangan bernitrogen dari

hemolimfe ke dalam lumen tubulus. Air mengikuti zat terlarut kedalam tubulus melalui

osmosis dan cairan tersebut kemudian mengalir kedalam rektum. Sebagian besar zat-zat

yang berguna diserap kembali (reabsorbsi) melewati jaringan epitelium pada rektum dan

diedarkan keseluruh tubuh oleh hemolimfe. Sebaliknya, limbah bernitrogen mengendap

menjadi asam urat yang dikeluarkan bersama feses lewat anus.

Gambar. Tubulus Malpighi serangga. Tubulus malpighi adalah kantong luar dari saluran

pencernaan yang membuang zat-zat buangan bernitrogen dan berfungsi dalam

osmoregulasi.

Page 19: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan mengenai sistem ekskresi pada hewan akuatik dan terestial

dapat di simpulkan diantaranya :

1. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh seperti CO2,

H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat.

2. Alat ekskresi dan hasil ekskresi yang dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-beda.

Seperti organ pada hewan akuatik berupa vakuola kontraktil pada protozoa,

protonefridia pada planaria, dan insang, ginjal pada ikan. Hewan terstrial berupa

metanefridia pada cacing tanah, tabung malpighi pada serangga, dan metanefros

pada aves.

3. Hasil ekskersi senyawa bernitrogen pada setiap hewan dapat diubah dengan cara

pengeluaran nitrogen dalam bentuk Amonia, pengeluaran nitrogen dalm bentuk

Ureadan pengeluaran nitrogen dalm bentuk asam urat.

4. Fungsi dari sistem ekskresi yaitu : Membuang limbah yang tidak berguna dan

beracun dari dalam tubuh, Mengatur Konsentrasi dan volume cairan tubuh

(osmoregulasi) dan termoregulasi.

Page 20: Makalah Sistem Ekskresi Hewan Akuatik dan Terestrial

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece & Mitchel. 2000. BIOLOGI jilid 3 Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga

Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius

Suntoro, Susilo H., Djalal Tanjung Harminani, 1993. Anatomi dan Fisiologi Hewan.

Universitas Terbuka, Depdikbud : Jakarta.