proeko akuatik

30
LAPORAN PROYEK EKOLOGI (B1-3102) PENENTUAN STATUS EKOLOGIS SUNGAI SUB-DAS CIMAHI Tanggal Praktikum: 27 September 2015 Tanggal Pengumpulan: 20 Oktober 2015 disusun oleh: Dary Aulia Muhammad 10613060 Kelompok 6 Asisten: Andreas Vetra 10612068 PROGRAM STUDI BIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2015

Upload: dary-aulia-muhammad

Post on 04-Dec-2015

272 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

análisis ecosistema akuatik pada lentik dan lotik berdasarkan mikroklimat dan faktir lainnya

TRANSCRIPT

Page 1: Proeko Akuatik

LAPORAN PROYEK EKOLOGI (B1-3102)

PENENTUAN STATUS EKOLOGIS SUNGAI SUB-DAS

CIMAHI

Tanggal Praktikum: 27 September 2015

Tanggal Pengumpulan: 20 Oktober 2015

disusun oleh:

Dary Aulia Muhammad

10613060

Kelompok 6

Asisten:

Andreas Vetra

10612068

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2015

Page 2: Proeko Akuatik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukaan bumi sekarang ini ditutupi oleh kurang lebih 70% daerah

perairan. Hal tersebut berhubungan dengan kebutuhan setiap makhluk hidup

akan air, sehingga dapat disimpulkan bahwa air sudah menjadi hal yang

esensial dalam menyokong hidup setiap organisme di muka bumi (Molles,

2008). Daerah permukaan air melingkupi beberapa daerah air asin seperti laut

dan air tawar seperti sungai dan danau.

Air memegang peran yang sangat penting bagi kita manusia untuk

beraktivitas sehari-hari.. Kegiatan manusia disektitar sungai hampir selalu

memanfaatkan sungai sebagai buangan limbah rumah tangga maupun

industri. Menyebabkan kematian organisme sungai, perubahan warna pada

air, timbulnya bau, kerusakan ekosistem sekitar sungai dan juga menimbulkan

masalah kesehatan bagi manusia (Sukadi, 1999). Beberapa parameter tersebut

menjadi suatu nilai penting dalam penentuan status ekologis suatu ekosistem

perairan karena menurut Miller (2002), status ekosistem perairan dapat dinilai

dari beberapa karakteristik fisika, kimia dan biologis dari lingkungan tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Menentukan dan membandingkan keanekaragaman spesies dari

komunitas bentos pada dua stasiun pengamatan di sub-DAS Cimahi.

2. Menentukan dan membandingkan parameter fisika-kimia pada dua stasiun

pengamatan di sub-DAS Cimahi.

3. Menentukan status ekologis dari sungai pada sub-DAS Cimahi.

BAB II

2

Page 3: Proeko Akuatik

METODE PENELITIAN

2.1 Deskripsi Area Penelitian

DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dan terdiri atas 12

sub-DAS yang diantaranya adalah sub-DAS Cimahi. DAS Citarum beriklim

tropis monsoon dengan suhu dan kelembapan relatif konstan, walaupun

terdapat variasi curah hujan disepanjang DAS Citarum tergantung dari elevasi

dan kondisi wilayah (Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, 2015).

Gambar 2.1 Peta DAS Citarum (Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air,

2015)

Proses sampling dilakukan di dua stasiun berbeda di sepanjang sub-DAS

Cimahi. Sampling pertama dilakukan di daerah curug Cimahi yang masih

merupakan hulu sungai, karena dekat sumber mata air dengan koordinat

6046’58,8” S 107033’57,6” E (wmflabs.org, 2015). Sampling kedua dilakukan

didaerah lebih hilir yaitu di daerah Cihanjuang dengan koordinat 6052’21,5” S

107033’2,2” E, yang menjadi bagian dari lingkungan hidup masyarakat

sekitar dengan intensitas buangan limbah rumah tangga yang cukup tinggi.

2.2 Tata Kerja2.2.1 Pengambilan Data

3

Page 4: Proeko Akuatik

Pengamatan dilakukan pada dua stasiun yang terlihat pada gambar 2.2.

Terdapat sepuluh titik pengambilan data untuk masing-masing stasiun

pengamatan. Titik pengambilan data pada stasiun satu dan dua ditampilkan

pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Stasiun Pengamatan (Google Earth, 2015)

Gambar 2.3 Spot pencuplikan di Sungai Cihanjuang (Google Earth, 2015)

Terdapat dua parameter penting yang akan diukur, yaitu parameter

biotik dan abiotik. Parameter biotik diukur melalui pencuplikan

makrozoobentos dengan menggunakan jala Surber, dan dilakukan di sepuluh

titik di dua stasiun berbeda yaitu sepanjang curug Cimahi dan sungai

Cihanjuang.

4

Page 5: Proeko Akuatik

Parameter abiotik diukur dengan sampling air dari tiap titik dengan

menggunakan botol sampel gelap agar tetap menjaga kadar OD asli dari

sumber air. Dilakukan pengukuran parameter fisika-kimia dari sampel air

yang telah diambil. Menggunakan pH meter untuk menentukan pH air. DO-

meter digunakan untuk mengukur kadar oksigen terlarut. Konduktivitas air

dan temperatur diukur menggunakan SCT meter. Turbiditas diukur

menggunakan turbidity meter. Sampel air disaring dan dipanaskan dalam

furnace untuk dapat menentukan nilai TDS (Total Dissolved Solid) dan TSS

(Total Suspended Solid). Kadar unsur N dan P ditentukan melalui metode

spektrofotometri.

2.2.2 Analisis Data

Data yang diperoleh digunakan untuk menentukan dan membandingkan

status ekologis dari perairan pada dua stasiun pengamatan. Penentuan status

ekologis dilakukan melalui sistem scoring. Rentang skor untuk tiap variabel

faktor fisika-kimia dan biotik (keanekaragaman makrozoobentos) ditampilkan

pada tabel 2.1. Perbandingan kesamaan komunitas makrozoobentos antara

dua stasiun dihitung menggunakan indeks kesamaan Sorensen.

Tabel 2.1 Skor untuk Penentuan Status Ekologis Perairan

VariabelSkor

1 3 6 10

Warna air Jernih Agak keruh Keruh, kuning Keruh sekali, coklat

Bau air Tidak

berbau

Agak

berbau

Berbau anyir,

minyak tanah

Berbau busuk,

minyak tanah

Suhu air (°C) 16-20 21-25 26-31 >31; <16

Konduktivitas

(μmhos/cm)

<50 50-100 101-500 >500

Padatan

tersuspensi (ppm)

≤20 20-100 101-400 >400

O2 terlarut >6,5 4,5-6,5 2,0-4,4 <2

pH 6,5-7,5 5,5-6,5

7,4-8,5

4,0-5,4

8,6-11

<4,0

>11

H’ >2,5 1,5-2,5 1,0-1,5 <1,0

Keterangan untuk status ekologis:

5

Page 6: Proeko Akuatik

Belum atau sedikit tercemar = skor rata-rata ≤ 2

Tercemar ringan = skor rata-rata 2,00 – 4,00

Tercemar sedang = skor rata-rata 4,00-6,00

Tercemar parah = skor rata-raa > 6,00

Persamaan-persamaan yang digunakan tercantum pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Daftar Persamaan

Nilai Persamaan

TDS (mg/L) 1000100

× ( d−a )×1000; a = massa cawan uap

d = massa cawan uap + filtrat hasil furnace

TSS (mg/L) 1000100

×(e−(b+c ))×1000 ; b = massa cawan kruz

c = massa kertas saring

e = massa cawan kruz + filtrat hasil furnace

Indeks Keanekaragaman

(H’)

- Σ pi ln(pi) ;

pi = jumlah individu suatu spesies/jumlah individu total

Dominansi Σ pi2

Indeks Kesamaan

Sorensen

A+B2C

; A= jumlah spesies pada wilayah A, B = jumlah spesies

pada wilayah B, C jumlah spesies sama yang ditemukan.

Status ekologis (rata−rata skor variabel fisika kimia )+(Skor H ' )2

6

Page 7: Proeko Akuatik

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Analisis Parameter Mikroklimat & Fisika Kimia

Salah satu parameter penting dalam analisis ekosistem adalah

pengambilan data mikroklimat. Beberapa pengukuran parameter yang

dilakukan untuk data mikroklimat adalah intensitas cahaya, kelembaban

udara, pengukuran suhu udara dan suhu tanah (Unwin, 1978). Hasil

pencuplikan data mikroklimat dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Mikroklimat di dua stasiun berbeda

Curug cimahi Suhu Udara (oC)Kelembaban Rf

udara (%)

Intensitas cahaya

(Lux) (Nilai rata2/

average)

Rata-rata 19,43 84,37 6588,30

Standar deviansi 0,92 11,73 11004,12

Sungai

CihanjuangSuhu Udara (oC)

Kelembaban Rf

udara (%)

Intensitas cahaya

(Lux) (Nilai rata2/

average)

Rata-rata 29,81 70,50 72568,33

Standar deviansi 2,75 12,95 29852,79

Rona lingkungan dikedua stasiun yaitu di daerah curug Cimahi dan

daerah sungai Cihanjuang sangatlah berbeda. Curug Cimahi berada diantara

tebing karena berhubungan langsung dengan beda elevasi tanah sehingga

dekat dengan air terjun, menyebabkan suhu lebih rendah dan intensitas

cahaya lebih rendah. Masih banyaknya tumbuhan karena lebih lembab

7

Page 8: Proeko Akuatik

dibandingkan dengan sungai Cihanjuang. Rona lingkungan di sungai

Cihanjuang sangat terpapar sinar matahari karena hamper tidak adanya

tutupan pohon disekitar sungai. Kelembaban lebih rendah dan intensitas

cahaya tinggi menyebabkan kekringan dan tumbuhan yang sangat jarang.

Pengambilan data dilakukan pada dua stasiun pengamatan dengan

kondisi yang sangat berbeda. Berikut ini merupakan hasil pengukuran

parameter fisika kimia dari kedua stasiun pengamatan (tabel 3.2).

Tabel 3.2 Parameter Fisika-Kimia Perairan

Parameter

Curug Cimahi Sungai Cihanjuang

Rataan Rataan

DO (ppm) 8.699 7.513

Suhu (°C) 21.58 28.75

Konduktivitas (µS) 135.34 322.67

pH 7.47 7.05

Konsentrasi Nitrat (ppm) 0.057 0.088

Konsentrasi Nitrit (ppm) 0.0486 0.0529

Konsentrasi Amonium (ppm) 0.111 0.174

Konsentrasi Ortofosfat

(ppm)

0.023 0.033

Dissolved oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut yang ada pada

suatu larutan. Tanpa oksigen, suatu perairan tidak akan dapat menyokong

kehidupan yang ada didalamnya. Segala organisme yang ada di dalam

perairan seperti serangga, ikan, zooplankton, membutuhkan oksigen untuk

respirasi (Caduto, 1990). Semakin tinggi DO, maka akan semakin baik bagi

ekosistem perairan tersebut, baik pada lentik maupun lotik. Dapat

dibandingkan pada dua stasiun berbeda, nilai DO lebih tinggi pada curug

CImahi. Hal tersebut dimungkinkan karena curug Cimahi berada lebih dekat

8

Page 9: Proeko Akuatik

dengan sumber mata air, dan belum banyak kegiatan manusia disekitarnya

yang membuang limbah zat-zat beracun ke sungai. Berbeda dengan sungai

Cihanjuang yang memiliki kadar DO lebih sedikit karena sudah sangat

banyak kegiatan manusia disekitarnya. Limbah zat-zat beracun dari rumah

tangga dan industri dibuang langsung ke sungai sehingga organisme autotrof

sebagai produsen oksigen seperti tanamana dan fitoplankton sulit untuk tetap

hidup dan menghasilkan oksigen.

Konduktivitas sering digunakan sebagai pengganti nilai salinitas dan

biasanya akan lebih tinggi pada air yang mengandung kadar garam tinggi

(Dodds, 2002). Limbah buangan rumah, industri maupun perkebunan dapat

berkontribusi terhadap peningkatan ion dan juga mungkin mengandung

senyawa konduktor (senyawa organik) yang dapat mempengaruhi besar

konduktivitas pada suatu perairan (Stoddard et al., 1999). Dapat dilihat pada

nilai konduktivitas yang lebih besar pada sungai Cihanjuang. Hal tersebut

mungkin karena efek dari limbah buangan rumah tangga dan industri sekitar

sehingga meningkatkan kandungan ion-ion asing pada badan perairan. Dapat

disimpulkan bahwa kondisi ekologis dari curug cimahi lebih baik karena

tidak mengandung ion-ion asing dan tetap menjaga kemurnian airnya dari

limbah-limbah pencemar. Perbandingan pH pada kedua stasiun tidak terlalu

signifikan dan berada pada kisaran 7, yang menunjukkan derajat keasaman

yang netral.

Fosfor dan nitrogen dianggap sebagai salah satu factor primer yang

mendorong eutrofikasi pada suatu ekosistem akuatik. Keadaan eutrofik pada

ekosistem akuatik dapat terjadi secara alami maupun hasil dari pembuangan

kegiatan manusia seperti limbah rumah tangga dan industri (Dodds, 2002).

Menurut Hendrawati et al., standar kandungan agar mendapatkan predikat

perairan ologtrofik untuk nitrat adalah 0 dan ortofosfat <0,03. Walaupun

terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan dari kedua stasiun,

kandungan N dan P lebih tinggi pada sungai Cihanjuang menunjukkan bahwa

perairan tersebut lebih tercemar dan lebih mendekati keadaan eutrofik

daripada curug Cimahi

9

Page 10: Proeko Akuatik

Parameter abiotik (fisika-kimia) dan juga biotik dapat digunakan untuk

menentukan status ekologis suatu perairan melalui metode scoring. Berikut

merupakan tabel scoring penetuan status ekologis dari kedua stasiun

pengamatan (tabel 3.3). Berdasarkan penentuan tersebut, stasiun 1 tergolong

pada kondisi sedikit tercemar dan stasiun 2 tergolong pada kondisi tercemar

sedang.

Tabel 3.3 Scoring Status Ekologis

Warna BauSuhu

(°C)

Konduktivitas

(μmhos/cm)DO pH H’ Skor akhir

Status

ekologis

St. 1 1 1 3 6 1 1 3 1.75Sedikit

Tercemar

St. 2 6 6 6 6 1 1 1 3.375Tercemar

Sedang

3.2 Hasil dan Analisis Data Pencuplikan Benthos

Makrozoobentos yang hidup pada dasar perairan dapat menjadi salah

satu faktor biologis yang menunjukkan status ekologis ekosistem akuatik

(Adamek et al., 2010). Species richness, nilai indeks Sorensen, dan indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dari komunitas makrozoobentos pada

dua stasiun pengamatan ditampilkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Species Richness, Indeks Sorensen, dan H’ Makrozoobentos

Curug CImahi Sungai Cihanjuang

Species richness 24 33

Indeks Sorensen 28,07 %

H' 1,929 2,6

Dominansi 0,2993 0,129

10

Page 11: Proeko Akuatik

Indeks Sorensen atau indeks kesamaan jenis menunjukkan persen

kesamaan spesies antar dua komunitas berbeda. Semakin mendekati 100%

maka semakin tinggi tingkat kesamaan dua komunitas tersebut (Magurran,

2004). Karena indeks sorensen sebesar 28,07% , maka dapat disimpulkan

bahwa kedua stasiun tersebut memiliki tingkat kesamaan yang rendah dan

tidak dpaat dikatakan sebagai dua komunitas yang sama.

Indeks Shannon-Wiener menunjukkan keanekaragaman yang ada pada

suatu ekosistem. Semakin tinggi indeks ini maka semakin besar tingkat

keanekaragaman organisme. Biasanya indeks Shannon-Wiener berkisar

antara 1,5-3,5 dan sangat jarang menyentuh angka 4 (Magurran, 2004).

Indeks keanekaragaman pada sungai Cihanjuang dan curug Cimahi sama-

sama pada keanekaragaman sedang (1,5 - 3), walaupun lebih tinggi di sungai

Cihanjuang.

Kelimpahan makrozoobentos dari kedua stasiun pengamatan

ditampilkan pada gambar 3.1 dan gambar 3.2 berikut ini.

0

20

40

60

80

100

Gambar 3.1 Kelimpahan Makrozoobentos pada Curug Cimahi

11

Page 12: Proeko Akuatik

Tubife

x sp.

Hellobdell

a sp.

Thiar

a sp. 2

Ench

ytrae

idae sp

.

Antocha s

p.

Dero sp

.

Parathelp

usa sp

.

Bellam

ya sp

.

Melanoides

sp. 4

Musca sp

.

Thiar

a sp. 3

Palpomya

sp.

Chironomus s

p.

Hirudinea

sp.

Melanoides

sp. 5

Oligoch

aeta

sp. 2

Pilsbryo

conch

a sp.

020406080

100120

Gambar 3.2 Kelimpahan Makrozoobentos pada Sungai Cihanjuang.

Indeks Simpson, atau yang biasa disebut indeks dominansi

menunjukkan pengaruh keberadaan suatu organisme terhadap organimse

lainnya, pada suatu komunitas pada waktu tertentu (Magurran, 2004). Indeks

dominansi berkisar antara 0-1, dimana indeks yang lebih besar dari 0,5

menunjukkan adanya organisme yang dominan. Dilihat dari kedua stasiun,

tidak ada organisme yang dominan karena indeksnya ada di bawah 0,5.

12

Page 13: Proeko Akuatik

BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Keanekaragaman kedua stasiun sama yaitu keanekaragaman sedang,

dengan indeks pada curug Cimahi sebesar 1.929, dan indeks sungai

Cihanjuang sebesar 2.6.

2. Rataan nilai DO, suhu, konduktivitas, pH, TDS, TSS, konsentrasi nitrit,

nitrat, ammonium, dan ortofosfat secara berturut-turut pada stasiun 1

adalah 1,929; 0,2993; 135,34; 7,47; 0,0486; 0,057; 0,111; 0,023. Pada

stasiun 2 adalah sebesar 7,513; 28,75; 322,67; 7,05; 0,0529; 0,088; 0,174;

0,033.

3. Status ekologis untuk Curug Cimahi adalah sedikit tercemar dan status

ekologis untuk Sungai Cihanjuang adalah tercemar sedang.

13

Page 14: Proeko Akuatik

DAFTAR PUSTAKA

Adamek, Z., C. Orendt, G. Wolfram, J. Sychra. 2010. Macrozoobenthos Response to Environmental Degradation in A Heavily Modified Stream: Case Study The Upper Elbe River, Czech Republic. Biologia, 65(3): 527-536

Caduto, M.J. 1990. Pond and Brook: A Guide to Nature in Freshwater Environments. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, NJ.

Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air. 2015. Daftar Wilayah Sungai. Online. http://sda.pu.go.id:8181/sda/?act=daftar_ws. Diakses pada 18 Oktober 2015 pukul 13.20

Dodds, Walter. 2002. Freshwater Ecology: Concepts and Environmental Applications. Academic Press, Orlando.

Hendrawati, Prihadi, TH., Rohmah, NN. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia,Nitrat,Nitrit) pada Tambak Air Payau akibar Rembesan lumpur Lapindo di Sidoarj, Jawa Timur. Badan Riset Kelautan dan Perikanan : Jakarta.

Koordinat Curug Cimahi. 2015. Online. https://tools.wmflabs.org/geohack/geohack.php?pagename=Curug_Cimahi&params=-6.783_N_107.566_E_type:landmark . Diakses pada 18 Oktober 2015 pukul 13.40.

Magurran, A.E. 2004. Measuring Biological Diversity. BlackwellMiller, G. T. 2002. Living in The Environment: Principles, Connections, and Solution. USA:

Wad Sorth GroupMolles, M. C. 2008. Ecology: Concepts and Applications, 4th Ed. New York: McGraw Hill.Stoddard , JL., Jeffries, DS., Lu Vkewille, A., Clair, T., Dillon, PJ., Driscoll, CT., Forsius, M.,

Johannessen, M., Kahl, JS., Kellogg, JH., Kemp, A., Mannio, J., Monteith, D., Murdoch, P., Patrick, S., Rebsdorf, A., Skjelkva Wle, BL., Stainton, MP., Traaen, T., van Dam, H., Webster, K., Wieting, J., Wilander, A. 1999. Regional Trends in Aquatic Recovery from Acidification in North America and Europe. Nature 1999-401-575-578.

Sukadi. 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya Terhadap BOD dan DO. FPTK IKIP : Bandung.

Unwin, D. M. 1978. Simple Techniques for Microclimate Measurement. Journal of Biological Education

14

Page 15: Proeko Akuatik

LAMPIRAN

1. Mikroklimat curug cimahi

Kelompok

Ulangan ke-

Suhu udara (oC)

Kelembaban Rf udara (%)

Intensitas cahaya (Lux) (Nilai rata2/

average)

1

1 19,40 84,00 3900,00

2 18,30 92,00 3430,00

3 18,30 90,00 3900,00

2

1 17,70 86,00 2590,00

2 18,05 85,00 2760,00

3 18,05 85,00 3120,00

3

1 20,00 86,00 2290,00

2 20,00 84,00 1850,00

3 20,00 86,00 2090,00

4

1 19.44 96,00 5580,00

2 20,00 100,00 5490,00

3 20,00 92,00 6080,00

5

1 20,00 44,00 4210,00

2 19.5 90,00 4510,00

3 19.5 72,00 3430,00

6

1 21.11 84,00 1919,00

2 20,00 90,00 4670,00

3 20,00 82,00 4770,00

7

1 24.4 55,00 7730,00

2 20,00 84,00 8740,00

3 21.67 100,00 8770,00

8 1 21,00 92,00 6370,00

15

Page 16: Proeko Akuatik

2 20,00 90,00 8490,00

3 20,00 90,00 880,00

9

1 20,00 70,00 63500,00

2 20.56 80,00 10650,00

3 20,00 94,00 4820,00

10

1 18,00 88,00 4180,00

2 19,00 80,00 4280,00

3 19,00 80,00 2650,00

Rata-rata 19,43 84,37 6588,30

Standar deviansi 0,92 11,73 11004,12

2. mikroklimat sungai

Kelompok

Ulangan ke-

Suhu udara (oC)

Kelembaban Rf udara (%)

Intensitas cahaya (Lux) (Nilai rata2/ average)

1

1 32,80 56,00 50200,00

2 33,30 44,00 93600,00

3 30,00 68,00 90700,00

2

1 24,40 77,00 65600,00

2 24,60 75,00 64900,00

3 24,16 80,00 57400,00

3

1 28,89 66,00 12160,00

2 30,00 70,00 21500,00

3 29,44 68,00 11390,00

4

1 31,67 72,00 53900,00

2 30,55 80,00 46000,00

3 30,00 78,00 91000,00

16

Page 17: Proeko Akuatik

5

1 30,00 56,00 77300,00

2 29,00 62,00 75700,00

3 30,00 57,00 76700,00

6

1 31,11 67,00 59700,00

2 32,22 64,00 75000,00

3 32,77 70,00 77400,00

7

1 32,20 55,00 116400,00

2 32,20 59,00 108900,00

3 21,67 58,00 11100,00

8

1 30,50 92,00 114500,00

2 29,00 90,00 95900,00

3 30,00 90,00 109100,00

9 1 32,20 79,00 94200,00

2 30,00 98,00 94000,00

3 31,67 88,00 90100,00

101 30,00 70,00 64300,00

2 30,00 70,00 82700,00

3 30,00 56,00 95700,00

Rata-rata 29,81 70,50 72568,33

Standar deviansi 2,75 12,95 29852,79

3. makrobenthos curug cimahi

Nama spesies Kelimpahan Jum

lah Individu Ind/

m2 pi pi ln

pi pi21 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Baetidae sp.

86

86 87,7551

0,52439

-0,3385

0,2749851279

17

Page 18: Proeko Akuatik

0393

Planaria sp. 1 6 2 4 3 1616,3

26530,09

7561

-0,2270

51480,0095

181440

Cloeon sp. 1 1 2 5 2 4 14

14,28571

0,085366

-0,2100

69070,0072

873290

Hydroptilidae sp. 8 8

8,163265

0,04878

-0,1473

3780,0023

795360

Caenis sp. 3 4 77,14

28570,04

2683

-0,1346

20090,0018

218322

Dero sp. 4 2 66,12

24490,03

6585

-0,1210

2830,0013

384890

Baetis sp. 3 33,06

12240,01

8293

-0,0731

93670,0003

346222

Chironomus sp. 3 3

3,061224

0,018293

-0,0731

93670,0003

346222

Dicranota sp. 3 3

3,061224

0,018293

-0,0731

93670,0003

346222

Dubiraphia sp. 3 3

3,061224

0,018293

-0,0731

93670,0003

346222

Drunella sp. 2 2

2,040816

0,012195

-0,0537

40480,0001

487210

Antocha sp. 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Cheumatopsyche sp.

1 1 1,020408

0,006098

-0,0310

0,0000

18

Page 19: Proeko Akuatik

9675 371802

Cloeon sp. 2 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Elemidae sp. 1 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Hydropsyche sp. 1 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Hydropsyche sp. 2 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Oligochaeta sp. 3 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Oligochaeta sp. 4 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Otioshychus sp. 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Palpomya sp. 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Tabanus sp. 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Tedipes sp. 1 11,02

04080,00

6098

-0,0310

96750,0000

371802

Wattebledia sp. 1 1

1,020408

0,006098

-0,0310

96750,0000

371802

Total

164 167,3469

1 -1,9293

0,2993

19

Page 20: Proeko Akuatik

8355 010113

4. makrobenthos sungai

No.

Nama spesies Kelimpahan

Jumla

h Individu

Ind/m2 pi

pi ln pi pi2

1 2 3 4 5 6 7 8 910

1Tubifex sp.

10 9 2 9

16

54 5 105

107,142

9 0,3

-0,3611918

4

0,090000000

0

2Tabanus sp.

40 40

40,8163

3

0,11428

6

-0,2478918

5

0,013061224

5

3Hellobdella sp. 1 4 3 1

12 9 30

30,6122

4

0,08571

4

-0,2105773

5

0,007346938

8

4Tarebia sp. 3 7

15 25

25,5102

0,07142

9

-0,1885040

9

0,005102040

8

5Thiara sp. 2

18 6 24

24,4898

0,06857

1

-0,1837631

5

0,004702040

8

6Melanoides sp. 1 1 6

11 18

18,3673

5

0,05142

9

-0,1526174

4

0,002644898

0

7Enchytraeidae sp. 5 6 5 16

16,3265

3

0,04571

4

-0,1410443

2

0,002089795

9

20

Page 21: Proeko Akuatik

8Tendipes sp. 8 3 1 3 1 16

16,3265

3

0,04571

4

-0,1410443

2

0,002089795

9

9Antocha sp. 7 7

7,14285

7 0,02

-0,0782404

6

0,000400000

0

10 Brotia sp. 1 6 7

7,14285

7 0,02

-0,0782404

6

0,000400000

0

11 Dero sp. 7 7

7,14285

7 0,02

-0,0782404

6

0,000400000

0

12

Melanoides sp. 3 1 5 6

6,12244

9

0,01714

3

-0,0697058

3

0,000293877

6

13

Parathelpusa sp. 1 3 2 6

6,12244

9

0,01714

3

-0,0697058

3

0,000293877

6

14

Melanoides sp. 2 5 5

5,10204

1

0,01428

6

-0,0606927

9

0,000204081

6

15

Bellamya sp. 1 1 1 1 4

4,08163

3

0,01142

9

-0,0511044

4

0,000130612

2

16

Digoniostoma sp. 1 1 1 1 4

4,08163

3

0,01142

9

-0,0511044

4

0,000130612

2

17

Melanoides sp. 4

4 4 4,08163

0,01142

-0,051

0,000130612

21

Page 22: Proeko Akuatik

3 91044

4 2

18

Hydroppsyche sp. 1 3 3

3,06122

4

0,00857

1

-0,0407941

8

0,000073469

4

19

Musca sp. 1 2 3

3,06122

4

0,00857

1

-0,0407941

8

0,000073469

4

20

Thiara sp. 1 3 3

3,06122

4

0,00857

1

-0,0407941

8

0,000073469

4

21

Thiara sp. 3 3 3

3,06122

4

0,00857

1

-0,0407941

8

0,000073469

4

22

Empididae sp. 1 2 2

2,04081

6

0,00571

4

-0,0295130

6

0,000032653

1

23

Palpomya sp. 2 2

2,04081

6

0,00571

4

-0,0295130

6

0,000032653

1

24

Cheumatopsyche sp. 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

25

Chironomus sp. 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

26

Empididae sp. 2

1 1 1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

0,000008163

3

22

Page 23: Proeko Akuatik

5

27

Hirudinea sp. 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

28

Lumbricus sp. 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

29

Melanoides sp. 5 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

30

Oligochaeta sp. 1 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

31

Oligochaeta sp. 2 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

32

Oligochaeta sp. 4 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

33

Pilsbryoconcha sp. 1 1

1,02040

8

0,00285

7

-0,0167369

5

0,000008163

3

Total 350

357,142

9 1

-2,6043459

0,129861224

5

23