Download - Proeko Akuatik
LAPORAN PROYEK EKOLOGI (B1-3102)
PENENTUAN STATUS EKOLOGIS SUNGAI SUB-DAS
CIMAHI
Tanggal Praktikum: 27 September 2015
Tanggal Pengumpulan: 20 Oktober 2015
disusun oleh:
Dary Aulia Muhammad
10613060
Kelompok 6
Asisten:
Andreas Vetra
10612068
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permukaan bumi sekarang ini ditutupi oleh kurang lebih 70% daerah
perairan. Hal tersebut berhubungan dengan kebutuhan setiap makhluk hidup
akan air, sehingga dapat disimpulkan bahwa air sudah menjadi hal yang
esensial dalam menyokong hidup setiap organisme di muka bumi (Molles,
2008). Daerah permukaan air melingkupi beberapa daerah air asin seperti laut
dan air tawar seperti sungai dan danau.
Air memegang peran yang sangat penting bagi kita manusia untuk
beraktivitas sehari-hari.. Kegiatan manusia disektitar sungai hampir selalu
memanfaatkan sungai sebagai buangan limbah rumah tangga maupun
industri. Menyebabkan kematian organisme sungai, perubahan warna pada
air, timbulnya bau, kerusakan ekosistem sekitar sungai dan juga menimbulkan
masalah kesehatan bagi manusia (Sukadi, 1999). Beberapa parameter tersebut
menjadi suatu nilai penting dalam penentuan status ekologis suatu ekosistem
perairan karena menurut Miller (2002), status ekosistem perairan dapat dinilai
dari beberapa karakteristik fisika, kimia dan biologis dari lingkungan tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Menentukan dan membandingkan keanekaragaman spesies dari
komunitas bentos pada dua stasiun pengamatan di sub-DAS Cimahi.
2. Menentukan dan membandingkan parameter fisika-kimia pada dua stasiun
pengamatan di sub-DAS Cimahi.
3. Menentukan status ekologis dari sungai pada sub-DAS Cimahi.
BAB II
2
METODE PENELITIAN
2.1 Deskripsi Area Penelitian
DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dan terdiri atas 12
sub-DAS yang diantaranya adalah sub-DAS Cimahi. DAS Citarum beriklim
tropis monsoon dengan suhu dan kelembapan relatif konstan, walaupun
terdapat variasi curah hujan disepanjang DAS Citarum tergantung dari elevasi
dan kondisi wilayah (Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, 2015).
Gambar 2.1 Peta DAS Citarum (Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air,
2015)
Proses sampling dilakukan di dua stasiun berbeda di sepanjang sub-DAS
Cimahi. Sampling pertama dilakukan di daerah curug Cimahi yang masih
merupakan hulu sungai, karena dekat sumber mata air dengan koordinat
6046’58,8” S 107033’57,6” E (wmflabs.org, 2015). Sampling kedua dilakukan
didaerah lebih hilir yaitu di daerah Cihanjuang dengan koordinat 6052’21,5” S
107033’2,2” E, yang menjadi bagian dari lingkungan hidup masyarakat
sekitar dengan intensitas buangan limbah rumah tangga yang cukup tinggi.
2.2 Tata Kerja2.2.1 Pengambilan Data
3
Pengamatan dilakukan pada dua stasiun yang terlihat pada gambar 2.2.
Terdapat sepuluh titik pengambilan data untuk masing-masing stasiun
pengamatan. Titik pengambilan data pada stasiun satu dan dua ditampilkan
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Stasiun Pengamatan (Google Earth, 2015)
Gambar 2.3 Spot pencuplikan di Sungai Cihanjuang (Google Earth, 2015)
Terdapat dua parameter penting yang akan diukur, yaitu parameter
biotik dan abiotik. Parameter biotik diukur melalui pencuplikan
makrozoobentos dengan menggunakan jala Surber, dan dilakukan di sepuluh
titik di dua stasiun berbeda yaitu sepanjang curug Cimahi dan sungai
Cihanjuang.
4
Parameter abiotik diukur dengan sampling air dari tiap titik dengan
menggunakan botol sampel gelap agar tetap menjaga kadar OD asli dari
sumber air. Dilakukan pengukuran parameter fisika-kimia dari sampel air
yang telah diambil. Menggunakan pH meter untuk menentukan pH air. DO-
meter digunakan untuk mengukur kadar oksigen terlarut. Konduktivitas air
dan temperatur diukur menggunakan SCT meter. Turbiditas diukur
menggunakan turbidity meter. Sampel air disaring dan dipanaskan dalam
furnace untuk dapat menentukan nilai TDS (Total Dissolved Solid) dan TSS
(Total Suspended Solid). Kadar unsur N dan P ditentukan melalui metode
spektrofotometri.
2.2.2 Analisis Data
Data yang diperoleh digunakan untuk menentukan dan membandingkan
status ekologis dari perairan pada dua stasiun pengamatan. Penentuan status
ekologis dilakukan melalui sistem scoring. Rentang skor untuk tiap variabel
faktor fisika-kimia dan biotik (keanekaragaman makrozoobentos) ditampilkan
pada tabel 2.1. Perbandingan kesamaan komunitas makrozoobentos antara
dua stasiun dihitung menggunakan indeks kesamaan Sorensen.
Tabel 2.1 Skor untuk Penentuan Status Ekologis Perairan
VariabelSkor
1 3 6 10
Warna air Jernih Agak keruh Keruh, kuning Keruh sekali, coklat
Bau air Tidak
berbau
Agak
berbau
Berbau anyir,
minyak tanah
Berbau busuk,
minyak tanah
Suhu air (°C) 16-20 21-25 26-31 >31; <16
Konduktivitas
(μmhos/cm)
<50 50-100 101-500 >500
Padatan
tersuspensi (ppm)
≤20 20-100 101-400 >400
O2 terlarut >6,5 4,5-6,5 2,0-4,4 <2
pH 6,5-7,5 5,5-6,5
7,4-8,5
4,0-5,4
8,6-11
<4,0
>11
H’ >2,5 1,5-2,5 1,0-1,5 <1,0
Keterangan untuk status ekologis:
5
Belum atau sedikit tercemar = skor rata-rata ≤ 2
Tercemar ringan = skor rata-rata 2,00 – 4,00
Tercemar sedang = skor rata-rata 4,00-6,00
Tercemar parah = skor rata-raa > 6,00
Persamaan-persamaan yang digunakan tercantum pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Daftar Persamaan
Nilai Persamaan
TDS (mg/L) 1000100
× ( d−a )×1000; a = massa cawan uap
d = massa cawan uap + filtrat hasil furnace
TSS (mg/L) 1000100
×(e−(b+c ))×1000 ; b = massa cawan kruz
c = massa kertas saring
e = massa cawan kruz + filtrat hasil furnace
Indeks Keanekaragaman
(H’)
- Σ pi ln(pi) ;
pi = jumlah individu suatu spesies/jumlah individu total
Dominansi Σ pi2
Indeks Kesamaan
Sorensen
A+B2C
; A= jumlah spesies pada wilayah A, B = jumlah spesies
pada wilayah B, C jumlah spesies sama yang ditemukan.
Status ekologis (rata−rata skor variabel fisika kimia )+(Skor H ' )2
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil dan Analisis Parameter Mikroklimat & Fisika Kimia
Salah satu parameter penting dalam analisis ekosistem adalah
pengambilan data mikroklimat. Beberapa pengukuran parameter yang
dilakukan untuk data mikroklimat adalah intensitas cahaya, kelembaban
udara, pengukuran suhu udara dan suhu tanah (Unwin, 1978). Hasil
pencuplikan data mikroklimat dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Mikroklimat di dua stasiun berbeda
Curug cimahi Suhu Udara (oC)Kelembaban Rf
udara (%)
Intensitas cahaya
(Lux) (Nilai rata2/
average)
Rata-rata 19,43 84,37 6588,30
Standar deviansi 0,92 11,73 11004,12
Sungai
CihanjuangSuhu Udara (oC)
Kelembaban Rf
udara (%)
Intensitas cahaya
(Lux) (Nilai rata2/
average)
Rata-rata 29,81 70,50 72568,33
Standar deviansi 2,75 12,95 29852,79
Rona lingkungan dikedua stasiun yaitu di daerah curug Cimahi dan
daerah sungai Cihanjuang sangatlah berbeda. Curug Cimahi berada diantara
tebing karena berhubungan langsung dengan beda elevasi tanah sehingga
dekat dengan air terjun, menyebabkan suhu lebih rendah dan intensitas
cahaya lebih rendah. Masih banyaknya tumbuhan karena lebih lembab
7
dibandingkan dengan sungai Cihanjuang. Rona lingkungan di sungai
Cihanjuang sangat terpapar sinar matahari karena hamper tidak adanya
tutupan pohon disekitar sungai. Kelembaban lebih rendah dan intensitas
cahaya tinggi menyebabkan kekringan dan tumbuhan yang sangat jarang.
Pengambilan data dilakukan pada dua stasiun pengamatan dengan
kondisi yang sangat berbeda. Berikut ini merupakan hasil pengukuran
parameter fisika kimia dari kedua stasiun pengamatan (tabel 3.2).
Tabel 3.2 Parameter Fisika-Kimia Perairan
Parameter
Curug Cimahi Sungai Cihanjuang
Rataan Rataan
DO (ppm) 8.699 7.513
Suhu (°C) 21.58 28.75
Konduktivitas (µS) 135.34 322.67
pH 7.47 7.05
Konsentrasi Nitrat (ppm) 0.057 0.088
Konsentrasi Nitrit (ppm) 0.0486 0.0529
Konsentrasi Amonium (ppm) 0.111 0.174
Konsentrasi Ortofosfat
(ppm)
0.023 0.033
Dissolved oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut yang ada pada
suatu larutan. Tanpa oksigen, suatu perairan tidak akan dapat menyokong
kehidupan yang ada didalamnya. Segala organisme yang ada di dalam
perairan seperti serangga, ikan, zooplankton, membutuhkan oksigen untuk
respirasi (Caduto, 1990). Semakin tinggi DO, maka akan semakin baik bagi
ekosistem perairan tersebut, baik pada lentik maupun lotik. Dapat
dibandingkan pada dua stasiun berbeda, nilai DO lebih tinggi pada curug
CImahi. Hal tersebut dimungkinkan karena curug Cimahi berada lebih dekat
8
dengan sumber mata air, dan belum banyak kegiatan manusia disekitarnya
yang membuang limbah zat-zat beracun ke sungai. Berbeda dengan sungai
Cihanjuang yang memiliki kadar DO lebih sedikit karena sudah sangat
banyak kegiatan manusia disekitarnya. Limbah zat-zat beracun dari rumah
tangga dan industri dibuang langsung ke sungai sehingga organisme autotrof
sebagai produsen oksigen seperti tanamana dan fitoplankton sulit untuk tetap
hidup dan menghasilkan oksigen.
Konduktivitas sering digunakan sebagai pengganti nilai salinitas dan
biasanya akan lebih tinggi pada air yang mengandung kadar garam tinggi
(Dodds, 2002). Limbah buangan rumah, industri maupun perkebunan dapat
berkontribusi terhadap peningkatan ion dan juga mungkin mengandung
senyawa konduktor (senyawa organik) yang dapat mempengaruhi besar
konduktivitas pada suatu perairan (Stoddard et al., 1999). Dapat dilihat pada
nilai konduktivitas yang lebih besar pada sungai Cihanjuang. Hal tersebut
mungkin karena efek dari limbah buangan rumah tangga dan industri sekitar
sehingga meningkatkan kandungan ion-ion asing pada badan perairan. Dapat
disimpulkan bahwa kondisi ekologis dari curug cimahi lebih baik karena
tidak mengandung ion-ion asing dan tetap menjaga kemurnian airnya dari
limbah-limbah pencemar. Perbandingan pH pada kedua stasiun tidak terlalu
signifikan dan berada pada kisaran 7, yang menunjukkan derajat keasaman
yang netral.
Fosfor dan nitrogen dianggap sebagai salah satu factor primer yang
mendorong eutrofikasi pada suatu ekosistem akuatik. Keadaan eutrofik pada
ekosistem akuatik dapat terjadi secara alami maupun hasil dari pembuangan
kegiatan manusia seperti limbah rumah tangga dan industri (Dodds, 2002).
Menurut Hendrawati et al., standar kandungan agar mendapatkan predikat
perairan ologtrofik untuk nitrat adalah 0 dan ortofosfat <0,03. Walaupun
terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan dari kedua stasiun,
kandungan N dan P lebih tinggi pada sungai Cihanjuang menunjukkan bahwa
perairan tersebut lebih tercemar dan lebih mendekati keadaan eutrofik
daripada curug Cimahi
9
Parameter abiotik (fisika-kimia) dan juga biotik dapat digunakan untuk
menentukan status ekologis suatu perairan melalui metode scoring. Berikut
merupakan tabel scoring penetuan status ekologis dari kedua stasiun
pengamatan (tabel 3.3). Berdasarkan penentuan tersebut, stasiun 1 tergolong
pada kondisi sedikit tercemar dan stasiun 2 tergolong pada kondisi tercemar
sedang.
Tabel 3.3 Scoring Status Ekologis
Warna BauSuhu
(°C)
Konduktivitas
(μmhos/cm)DO pH H’ Skor akhir
Status
ekologis
St. 1 1 1 3 6 1 1 3 1.75Sedikit
Tercemar
St. 2 6 6 6 6 1 1 1 3.375Tercemar
Sedang
3.2 Hasil dan Analisis Data Pencuplikan Benthos
Makrozoobentos yang hidup pada dasar perairan dapat menjadi salah
satu faktor biologis yang menunjukkan status ekologis ekosistem akuatik
(Adamek et al., 2010). Species richness, nilai indeks Sorensen, dan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dari komunitas makrozoobentos pada
dua stasiun pengamatan ditampilkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Species Richness, Indeks Sorensen, dan H’ Makrozoobentos
Curug CImahi Sungai Cihanjuang
Species richness 24 33
Indeks Sorensen 28,07 %
H' 1,929 2,6
Dominansi 0,2993 0,129
10
Indeks Sorensen atau indeks kesamaan jenis menunjukkan persen
kesamaan spesies antar dua komunitas berbeda. Semakin mendekati 100%
maka semakin tinggi tingkat kesamaan dua komunitas tersebut (Magurran,
2004). Karena indeks sorensen sebesar 28,07% , maka dapat disimpulkan
bahwa kedua stasiun tersebut memiliki tingkat kesamaan yang rendah dan
tidak dpaat dikatakan sebagai dua komunitas yang sama.
Indeks Shannon-Wiener menunjukkan keanekaragaman yang ada pada
suatu ekosistem. Semakin tinggi indeks ini maka semakin besar tingkat
keanekaragaman organisme. Biasanya indeks Shannon-Wiener berkisar
antara 1,5-3,5 dan sangat jarang menyentuh angka 4 (Magurran, 2004).
Indeks keanekaragaman pada sungai Cihanjuang dan curug Cimahi sama-
sama pada keanekaragaman sedang (1,5 - 3), walaupun lebih tinggi di sungai
Cihanjuang.
Kelimpahan makrozoobentos dari kedua stasiun pengamatan
ditampilkan pada gambar 3.1 dan gambar 3.2 berikut ini.
0
20
40
60
80
100
Gambar 3.1 Kelimpahan Makrozoobentos pada Curug Cimahi
11
Tubife
x sp.
Hellobdell
a sp.
Thiar
a sp. 2
Ench
ytrae
idae sp
.
Antocha s
p.
Dero sp
.
Parathelp
usa sp
.
Bellam
ya sp
.
Melanoides
sp. 4
Musca sp
.
Thiar
a sp. 3
Palpomya
sp.
Chironomus s
p.
Hirudinea
sp.
Melanoides
sp. 5
Oligoch
aeta
sp. 2
Pilsbryo
conch
a sp.
020406080
100120
Gambar 3.2 Kelimpahan Makrozoobentos pada Sungai Cihanjuang.
Indeks Simpson, atau yang biasa disebut indeks dominansi
menunjukkan pengaruh keberadaan suatu organisme terhadap organimse
lainnya, pada suatu komunitas pada waktu tertentu (Magurran, 2004). Indeks
dominansi berkisar antara 0-1, dimana indeks yang lebih besar dari 0,5
menunjukkan adanya organisme yang dominan. Dilihat dari kedua stasiun,
tidak ada organisme yang dominan karena indeksnya ada di bawah 0,5.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Keanekaragaman kedua stasiun sama yaitu keanekaragaman sedang,
dengan indeks pada curug Cimahi sebesar 1.929, dan indeks sungai
Cihanjuang sebesar 2.6.
2. Rataan nilai DO, suhu, konduktivitas, pH, TDS, TSS, konsentrasi nitrit,
nitrat, ammonium, dan ortofosfat secara berturut-turut pada stasiun 1
adalah 1,929; 0,2993; 135,34; 7,47; 0,0486; 0,057; 0,111; 0,023. Pada
stasiun 2 adalah sebesar 7,513; 28,75; 322,67; 7,05; 0,0529; 0,088; 0,174;
0,033.
3. Status ekologis untuk Curug Cimahi adalah sedikit tercemar dan status
ekologis untuk Sungai Cihanjuang adalah tercemar sedang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Adamek, Z., C. Orendt, G. Wolfram, J. Sychra. 2010. Macrozoobenthos Response to Environmental Degradation in A Heavily Modified Stream: Case Study The Upper Elbe River, Czech Republic. Biologia, 65(3): 527-536
Caduto, M.J. 1990. Pond and Brook: A Guide to Nature in Freshwater Environments. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, NJ.
Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air. 2015. Daftar Wilayah Sungai. Online. http://sda.pu.go.id:8181/sda/?act=daftar_ws. Diakses pada 18 Oktober 2015 pukul 13.20
Dodds, Walter. 2002. Freshwater Ecology: Concepts and Environmental Applications. Academic Press, Orlando.
Hendrawati, Prihadi, TH., Rohmah, NN. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia,Nitrat,Nitrit) pada Tambak Air Payau akibar Rembesan lumpur Lapindo di Sidoarj, Jawa Timur. Badan Riset Kelautan dan Perikanan : Jakarta.
Koordinat Curug Cimahi. 2015. Online. https://tools.wmflabs.org/geohack/geohack.php?pagename=Curug_Cimahi¶ms=-6.783_N_107.566_E_type:landmark . Diakses pada 18 Oktober 2015 pukul 13.40.
Magurran, A.E. 2004. Measuring Biological Diversity. BlackwellMiller, G. T. 2002. Living in The Environment: Principles, Connections, and Solution. USA:
Wad Sorth GroupMolles, M. C. 2008. Ecology: Concepts and Applications, 4th Ed. New York: McGraw Hill.Stoddard , JL., Jeffries, DS., Lu Vkewille, A., Clair, T., Dillon, PJ., Driscoll, CT., Forsius, M.,
Johannessen, M., Kahl, JS., Kellogg, JH., Kemp, A., Mannio, J., Monteith, D., Murdoch, P., Patrick, S., Rebsdorf, A., Skjelkva Wle, BL., Stainton, MP., Traaen, T., van Dam, H., Webster, K., Wieting, J., Wilander, A. 1999. Regional Trends in Aquatic Recovery from Acidification in North America and Europe. Nature 1999-401-575-578.
Sukadi. 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya Terhadap BOD dan DO. FPTK IKIP : Bandung.
Unwin, D. M. 1978. Simple Techniques for Microclimate Measurement. Journal of Biological Education
14
LAMPIRAN
1. Mikroklimat curug cimahi
Kelompok
Ulangan ke-
Suhu udara (oC)
Kelembaban Rf udara (%)
Intensitas cahaya (Lux) (Nilai rata2/
average)
1
1 19,40 84,00 3900,00
2 18,30 92,00 3430,00
3 18,30 90,00 3900,00
2
1 17,70 86,00 2590,00
2 18,05 85,00 2760,00
3 18,05 85,00 3120,00
3
1 20,00 86,00 2290,00
2 20,00 84,00 1850,00
3 20,00 86,00 2090,00
4
1 19.44 96,00 5580,00
2 20,00 100,00 5490,00
3 20,00 92,00 6080,00
5
1 20,00 44,00 4210,00
2 19.5 90,00 4510,00
3 19.5 72,00 3430,00
6
1 21.11 84,00 1919,00
2 20,00 90,00 4670,00
3 20,00 82,00 4770,00
7
1 24.4 55,00 7730,00
2 20,00 84,00 8740,00
3 21.67 100,00 8770,00
8 1 21,00 92,00 6370,00
15
2 20,00 90,00 8490,00
3 20,00 90,00 880,00
9
1 20,00 70,00 63500,00
2 20.56 80,00 10650,00
3 20,00 94,00 4820,00
10
1 18,00 88,00 4180,00
2 19,00 80,00 4280,00
3 19,00 80,00 2650,00
Rata-rata 19,43 84,37 6588,30
Standar deviansi 0,92 11,73 11004,12
2. mikroklimat sungai
Kelompok
Ulangan ke-
Suhu udara (oC)
Kelembaban Rf udara (%)
Intensitas cahaya (Lux) (Nilai rata2/ average)
1
1 32,80 56,00 50200,00
2 33,30 44,00 93600,00
3 30,00 68,00 90700,00
2
1 24,40 77,00 65600,00
2 24,60 75,00 64900,00
3 24,16 80,00 57400,00
3
1 28,89 66,00 12160,00
2 30,00 70,00 21500,00
3 29,44 68,00 11390,00
4
1 31,67 72,00 53900,00
2 30,55 80,00 46000,00
3 30,00 78,00 91000,00
16
5
1 30,00 56,00 77300,00
2 29,00 62,00 75700,00
3 30,00 57,00 76700,00
6
1 31,11 67,00 59700,00
2 32,22 64,00 75000,00
3 32,77 70,00 77400,00
7
1 32,20 55,00 116400,00
2 32,20 59,00 108900,00
3 21,67 58,00 11100,00
8
1 30,50 92,00 114500,00
2 29,00 90,00 95900,00
3 30,00 90,00 109100,00
9 1 32,20 79,00 94200,00
2 30,00 98,00 94000,00
3 31,67 88,00 90100,00
101 30,00 70,00 64300,00
2 30,00 70,00 82700,00
3 30,00 56,00 95700,00
Rata-rata 29,81 70,50 72568,33
Standar deviansi 2,75 12,95 29852,79
3. makrobenthos curug cimahi
Nama spesies Kelimpahan Jum
lah Individu Ind/
m2 pi pi ln
pi pi21 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Baetidae sp.
86
86 87,7551
0,52439
-0,3385
0,2749851279
17
0393
Planaria sp. 1 6 2 4 3 1616,3
26530,09
7561
-0,2270
51480,0095
181440
Cloeon sp. 1 1 2 5 2 4 14
14,28571
0,085366
-0,2100
69070,0072
873290
Hydroptilidae sp. 8 8
8,163265
0,04878
-0,1473
3780,0023
795360
Caenis sp. 3 4 77,14
28570,04
2683
-0,1346
20090,0018
218322
Dero sp. 4 2 66,12
24490,03
6585
-0,1210
2830,0013
384890
Baetis sp. 3 33,06
12240,01
8293
-0,0731
93670,0003
346222
Chironomus sp. 3 3
3,061224
0,018293
-0,0731
93670,0003
346222
Dicranota sp. 3 3
3,061224
0,018293
-0,0731
93670,0003
346222
Dubiraphia sp. 3 3
3,061224
0,018293
-0,0731
93670,0003
346222
Drunella sp. 2 2
2,040816
0,012195
-0,0537
40480,0001
487210
Antocha sp. 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Cheumatopsyche sp.
1 1 1,020408
0,006098
-0,0310
0,0000
18
9675 371802
Cloeon sp. 2 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Elemidae sp. 1 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Hydropsyche sp. 1 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Hydropsyche sp. 2 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Oligochaeta sp. 3 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Oligochaeta sp. 4 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Otioshychus sp. 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Palpomya sp. 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Tabanus sp. 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Tedipes sp. 1 11,02
04080,00
6098
-0,0310
96750,0000
371802
Wattebledia sp. 1 1
1,020408
0,006098
-0,0310
96750,0000
371802
Total
164 167,3469
1 -1,9293
0,2993
19
8355 010113
4. makrobenthos sungai
No.
Nama spesies Kelimpahan
Jumla
h Individu
Ind/m2 pi
pi ln pi pi2
1 2 3 4 5 6 7 8 910
1Tubifex sp.
10 9 2 9
16
54 5 105
107,142
9 0,3
-0,3611918
4
0,090000000
0
2Tabanus sp.
40 40
40,8163
3
0,11428
6
-0,2478918
5
0,013061224
5
3Hellobdella sp. 1 4 3 1
12 9 30
30,6122
4
0,08571
4
-0,2105773
5
0,007346938
8
4Tarebia sp. 3 7
15 25
25,5102
0,07142
9
-0,1885040
9
0,005102040
8
5Thiara sp. 2
18 6 24
24,4898
0,06857
1
-0,1837631
5
0,004702040
8
6Melanoides sp. 1 1 6
11 18
18,3673
5
0,05142
9
-0,1526174
4
0,002644898
0
7Enchytraeidae sp. 5 6 5 16
16,3265
3
0,04571
4
-0,1410443
2
0,002089795
9
20
8Tendipes sp. 8 3 1 3 1 16
16,3265
3
0,04571
4
-0,1410443
2
0,002089795
9
9Antocha sp. 7 7
7,14285
7 0,02
-0,0782404
6
0,000400000
0
10 Brotia sp. 1 6 7
7,14285
7 0,02
-0,0782404
6
0,000400000
0
11 Dero sp. 7 7
7,14285
7 0,02
-0,0782404
6
0,000400000
0
12
Melanoides sp. 3 1 5 6
6,12244
9
0,01714
3
-0,0697058
3
0,000293877
6
13
Parathelpusa sp. 1 3 2 6
6,12244
9
0,01714
3
-0,0697058
3
0,000293877
6
14
Melanoides sp. 2 5 5
5,10204
1
0,01428
6
-0,0606927
9
0,000204081
6
15
Bellamya sp. 1 1 1 1 4
4,08163
3
0,01142
9
-0,0511044
4
0,000130612
2
16
Digoniostoma sp. 1 1 1 1 4
4,08163
3
0,01142
9
-0,0511044
4
0,000130612
2
17
Melanoides sp. 4
4 4 4,08163
0,01142
-0,051
0,000130612
21
3 91044
4 2
18
Hydroppsyche sp. 1 3 3
3,06122
4
0,00857
1
-0,0407941
8
0,000073469
4
19
Musca sp. 1 2 3
3,06122
4
0,00857
1
-0,0407941
8
0,000073469
4
20
Thiara sp. 1 3 3
3,06122
4
0,00857
1
-0,0407941
8
0,000073469
4
21
Thiara sp. 3 3 3
3,06122
4
0,00857
1
-0,0407941
8
0,000073469
4
22
Empididae sp. 1 2 2
2,04081
6
0,00571
4
-0,0295130
6
0,000032653
1
23
Palpomya sp. 2 2
2,04081
6
0,00571
4
-0,0295130
6
0,000032653
1
24
Cheumatopsyche sp. 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
25
Chironomus sp. 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
26
Empididae sp. 2
1 1 1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
0,000008163
3
22
5
27
Hirudinea sp. 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
28
Lumbricus sp. 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
29
Melanoides sp. 5 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
30
Oligochaeta sp. 1 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
31
Oligochaeta sp. 2 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
32
Oligochaeta sp. 4 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
33
Pilsbryoconcha sp. 1 1
1,02040
8
0,00285
7
-0,0167369
5
0,000008163
3
Total 350
357,142
9 1
-2,6043459
0,129861224
5
23