perencanaan sistem link radio terestrial ternate-tobelo
DESCRIPTION
Sistem komunikasi radio yang dirancang menghubungkan Ternate dengan Tobelo yang keduanya berada di daerah Indonesia bagian timur. Daerah Ternate sampai Tobelo sendiri merupakan suatu daerah yang mempunyai salah satu dataran - dataran tertinggi di Indonesia, sehingga pembangunan sistem komunikasi radio di daerah ini menjadi suatu peluang atau pasar yang menguntungkan. Maluku dengan hutannya yang begitu luas dan memiliki perbukitan yang luas membuat kontur tanahnya menjadi bergelombang. Jarak Ternate-Tobero sendiri kurang lebih 124 km. Frekuensi yang digunakan 7 GHz, bandwidth sebesar 70 MHz, menggunakan STM-1 dengan bitrate sebesar 155,52 Mbps. Jumlah hop yang dibangun berjumlah 4.TRANSCRIPT
LAPORAN TUGAS BESAR
PERENCANAAN SISTEM LINK RADIO TERESTRIAL
TERNATE-TOBELO
Disusun oleh :
SITTI HELIANA (611090061)
IDHAM FATHUROCHMAN (611091008)
LABORATORIUM GELOMBANG MIKRO
FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
BANDUNG
2011
1
ABSTRAKSI
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Sehingga telekomunikasi
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhir dekade ini Dengan semakin majunya
teknologi saat ini dalam bidang teknologi komunikasi terrestrial pengguna komunikasi khususnya
komunikasi seluler meningkat tajam di berbagai belahan dunia begitupun Indonesia. Oleh karena itu
dibutuhkan jaringan yang handal untuk melayani pengguna komunikasi seluler atau yang lebih kita kenal
dengan pelanggan.
Sistem komunikasi radio yang dirancang menghubungkan Ternate dengan Tobelo yang keduanya
berada di daerah Indonesia bagian timur. Daerah Ternate sampai Tobelo sendiri merupakan suatu daerah
yang mempunyai salah satu dataran - dataran tertinggi di Indonesia, sehingga pembangunan sistem
komunikasi radio di daerah ini menjadi suatu peluang atau pasar yang menguntungkan. Maluku dengan
hutannya yang begitu luas dan memiliki perbukitan yang luas membuat kontur tanahnya menjadi
bergelombang. Jarak Ternate-Tobero sendiri kurang lebih 124 km. Frekuensi yang digunakan 7 GHz,
bandwidth sebesar 70 MHz, menggunakan STM-1 dengan bitrate sebesar 155,52 Mbps. Jumlah hop yang
dibangun berjumlah 4.
Melihat banyaknya perusahaan asing yang ada di provinsi Maluku dan juga dengan pertumbuhan
penduduknya, pembangunan sistem komunikasi radio Maluku-Tobelo diharapkan dapat mempermudah
komunikasi sehingga berbanding lurus dengan pembangunan di daerah keduanya. Selain itu pendapatan
yang besar dari sistem komunikasi radio yang dibangunpun bisa didapat.
Kata kunci : Komunikasi Radio Terrestrial, Jaringan, Pembangunan.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ........................................................................................................................................ . i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... . ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Perancangan ................................................................................... 1
I.2 Tujuan Perangcangan............................................................................................... 1
I.3 Batasan Masalah....................................................................................................... 2
BAB II PERANCANGAN LINK KOMUNIKASI
II.1 Inisialisasi / kompilasi data awal............................................................................... 3
II.1.1 Deskripsi informasi data yang berkaitan dengan kondisi real
lapangan.......................................................................................................... 3
II.1.2 Kaitan dengan strategi perancangan............................................................... 3
II.2 Melakukan survey lapangan.................................................................................... 4
II.3 Pemilihan spesifikasi perangkat.......................................................................... 4
II.4 Site planning / perencanaan route............................................................................. 5
II.5 Power link budget...................................................................................................... 5
BAB III EVALUASI PERANCANGAN / KINERJANYA
III.1 Bandingkan apakah RSL > Pthreshold.............................................................................................. 16
III.2 Evaluasi Path unavaibility.................................................................................................................. 17
III.3 Bandingkan FM rancangan dengan FM standart................................................................................ 17
III.4 Evaluasi apakah sistem dapat dijamin atau tidak................................................................................ 18
3
III.5 Perbaikan sistem (optimal) atau konfigurasi hasil rancangan akhir.................................................... 19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN PERENCANGAN
IV.1 Kesimpulan............................................................................................................... 20
IV.2 Saran......................................................................................................................... 20
LAMPIRAN....................................................................................................................................... 21
4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Perancangan
Dewasa ini semakin meningkatnya permintaan atas akses data yang lebih cepat,
mendorong dikembangkannya teknologi transfer data yang lebih handal. Penggunaan
frekuensi yang lebih tinggi untuk mendapatkan bit rate yang lebih tinggi, dengan frekuensi
yang tersedia sekalipun, penggunaan modulasi yang tepat sebenarnya dapat pula
meningkatkan parameter bit rate.
Sebagai seorang calon engineer yang handal, diharuskan dapat memahami konsep dasar
perencanaan radio terrestrial, mengetahui parameter-parameter dalam perencanaan sistem
radio terrestrial, mampu menganalisis link radio terrestrial, dan mampu mengoptimalisasi
link radio terrestrial.
Dalam perancangan kali ini kami membuat suatu link radio dengan ruang lingkup di
daerah provinsi Maluku, yaitu antara kota Ternate dengan kota Tobelo. Proses perancangan
ini didasarkan atas tugas besar praktikum teknik transmisi nirkabel yang diberikan diakhir
praktikum teknik transmisi nirkabel. Sehingga harapan dari perancangan ini salah satunya
adalah dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk ke depannya baik untuk pembaca
I.2 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari perancangan sistem radio terrestrial ini adalah :
1. Mengetahui konsep dasar dalam perencanaan sistem radio terestrial
2. Mampu merancang sistem radio terestrial terkhusus untuk kota Ternate-Tobelo
3. Dapat merancang link radio terestrial dengan efektif dan ekonomis
4. Mampu menganalisa hasil perancangan dan kinerja sistem komunikasi/link radio
terestrial.5
5. Dapat mengkonfigurasikan sistem radio jika hasil kualitas yang diperolah tidak sesuai
dengan karakteristik yang diharapkan sebelumnya.
I.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang diambil dari perancangan radio terrestrial yaitu :
1. Link radio terrestrial yang akan dibangun menghubungkan Kota Ternate – Tobelo
2. Jarak Ternate-Tobelo adalah kurang dari 124 km. (dilihat berdasarkan Google Earth)
3. Menggunakan link multi hop, dengan jarak maksimal satu hop adalah 50 km
4. Repeater yang digunakan adalah 2 buah
5. Modem yang dipakai adalah 8-PSK
6. Penentuan tinggi antena antara tinggi antenna pemancar, tinggi antenna penerima, dan
repeater disesuaikan dengan kontur wilayah dan obstacle yang menghalangi TX - RX.
6
BAB II
PERANCANGAN LINK KOMUNIKASI
II.1. Inisialisasi / kompilasi data awal
II.1.1. Deskripsi informasi data yang berkaitan dengan kondisi real lapangan
1. Data koordinat lokasi end to end Tx-Rx sejauh ≤ 124 km, sehingga link
tersebut berupa multi hop. Jarak ≤ 124 km ini didapat dari pengamatan peta di
Google Earth.
2. Kontur wilayah antara kota Ternate dengan kota Tobelo ini tidak rata artinya
terdapat dataran rendah dan dataran tinggi yang membentang di sepanjang jarak
antar dua kota tersebut.
3. Dalam proses perancangan link radio terrestrial, dengan menggunakan Google
Earth, jarak antar dua kota ditarik garis lurus, dengan maksud agar lebih efisien
dalam instalasi dan pemeliharaannya.
II.1.2. Kaitan dengan strategi perancangan
Pada proses inisialisasi data ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Data koordinat lokasi end to end Tx-Rx yang digunakan untuk menentukan
jarak antar site. Dari jarak ini bisa ditentukan apakah link itu berupa single hop
atau multi hop.
2. Menentukan kualitas link end to end yang diinginkan.
3. Mencari peta topografi yang akan digunakan untuk membuat path profile untuk
masing-masing hop.
4. Menyesuaikan penggunaan modem sesuai dengan Bandwidth yang tersedia.
5. Menentukan spesifikasi perangkat yang akan digunakan dalam perancangan.
6. Menentukan Availability jaringan.
II.2. Melakukan Survey Lapangan
Dalam melakukan survey lapangan kita tidak turun langsung ke lapangan untuk
melihat kondisi yang ada melainkan dengan melalui bantuan google earth untuk membuat
suatu perancangan power link budget pada komunikasi terrestrial.
7
II.3. Pemilihan Spesifikasi Perangkat
Spesifikasi alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bitrate yang akan ditransmisikan adalah STM-1 (155,52 Mbps).
2. Frekuensi operasi yang digunakan 7 GHz.
3. Sewa & perijinan tanah per tahun diasumsikan sama setiap daerah.
4. Sewa bandwidth 70 MHz.
5. Biaya bangun tower per meter.
6. Modem 8-PSK, ROF 0.2.
7. U/C (loss 3dB).
8. HPA 1 Watt.
9. BPF 2 (insertion loss 3 dB).
10. Total konektor (loss 1 dB).
11. Duplexer ( loss 2 dB).
12. Feeder ( loss 0,042 dB/m )
13. LNA yang digunakan mempunyai sensitivitas -125 dBm, gain 60 db, dan NF 4 dB
14. Antena 3 meter dengan η = 55%
15. D/C (Loss 3 dB)
16. Tinggi tower kurang dari 100 meter.
17. Availibility adalah 99% (hop 1, 2, 3)
Eb/ No standart yaitu 17 dB, di peroleh dari grafik BER terhadap modulasi yang
digunakan.
II.4. Site Planning / Perencanaan Route
“Gambar topografi Ternate – Tobelo dengan jarak ≤ 124 km ( terlampir )”.
Keterangan lampiran:
1. Jarak maksimal antara stasiun radio dengan repeater (1 hop) adalah 50 km sehingga
untuk jarak ≤ 124 km antara Ternate - Tobelo dibutuhkan 3 hop dengan jarak masing-
masing hop adalah:
8
Hop 1 : 49.8 km
Hop 2 : 32 km
Hop 3 : 34.1km
2. Penentuan letak menara dan tingginya disesuaikan dengan topografi bumi yang
diasumsikan. Dalam perencanaan ini dilakukan di daerah Ternate - Tobelo. Berikut
data yang didapat:
Transmitter : 387 mdpl
Repeater 1 : 164 mdpl
Repeater 2 : 393 mdpl
Receiver : 917 mdpl
II.5. Power Link Bugdet
II.4.1. Konfigurasi Umum Perangkat
a.Blok Pengirim (Tx)
i. Modem 8-PSK, ROF 0.2
j. U/C Loss 3 dB
k. HPA 1 Watt
l. Antena 3 meter dengan η = 55%
b. Blok Penerima (Rx)
1) Modem 8-PSK, ROF 0.2
2) LNA yang digunakan mempunyain Pth = -125, NF 4 dB
3) Antena 3 meter dengan η = 55%
4) D/C Loss 3 dB
II.4.2. Konfigurasi Link
“Gambar topografi Ternate - Tobelo dengan jarak ≤ 124 km ( terlampir )”
Keterangan awal :
Link : Ternate – Tobelo
9
BER : 10-7
Bitrate : 155,52 Mbps
Frekuensi : 7 GHz
Repeater : 2 buah
Jarak Tx/Rx dengan repeater atau repeater dengan repeater terlihat lebih jelas
dibagian perhitungan link budget.
II.4.3. Perhitungan Link Budget
a. Hop 1 (Tx- Site A)
1. Penentuan Lokasi
a. Hkoreksi = 0.079 xd 1xd 2
k , dimana d1= 38.4 km d2 = 11.4 km
Hkoreksi= 26.00229 m
Fn = 17.3 ¿ d1 xd2
d¿, dimana f=7.2 Ghz, d=49.8 km, n=1
F1= 19.11539
b. Clearence= 0.6 F + Hkoreksi
Clearence= 37.47152 m
t= clearance+hobs, dimana hobs= 241 m
10
t= 278.4715 m
c. t¿h1 d 2+h 2 d1
d 1+d 2 , dimana hTX=hRX yaitu sama dengan h
h1= htx+hmdpl1
h2= hrx+hmdpl2
h= 63.42333 m
2. Analisis
Parameter Hop 1LFS 143,59124
redaman feeder 0,042
loss feeder 3,2467196
Lconector 1
Lduplexer 2
Luplink 3
Loss perangkat (Ltx) 9,2467196
Loss Rx 9,2467196
Loss total 162,08468
Diameter antena 3
efisiensi antena 0,55
Gtx 44,542702
Grx 48,522001
avaibility 0,999
UnAv 0,001
a 2
11
b 0,25
x 26,677294
UnAv/x 0,00008
FM standar 40,9691
HPA 38,5
Prx (dBm) -30,52
Pthreshold (dBm) -80
FM perancangan 49,48003
bit rate 155,52
noise figure (dB) 0,95
NF (numerik) 1,2445146
Eb/No perancangan (dB) 150,61216
Eb/No standar 17
bandwidth (numerik) 62,208
bandwidth (dB) 47,938462
modulasi 3,000
alpha 0,200
K -228,600
To 290,000
Tsistem numerik 360,90924
Tsistem (dB) 25,57398
Noise (dB) -155,088
C/N perancangan 124,568
bit rate (dB) 13,466882
12
C/N standar 30,46688
b. Hop 2
1. Penentuan Lokasi
a. Hkoreksi = 0.079 xd 1xd 2
k , dimana d1= 17.9 km d2 =14.1 km
Hkoreksi= 14.99159 m
Fn = 17.3 ¿ d1 xd2
d¿, dimana f=6.9Ghz, d= 49.8 km, n=1
F1= 18.49621
b. Clearence= 0.6 F + Hkoreksi
Clearence= 26.08931 m
t= clearance+hobs, dimana hobs= 241 m
t= 350.0893 m
c. t¿h1 d 2+h 2 d1
d 1+d 2 , dimana hTX=hRX yaitu sama dengan h
h1= htx+hmdpl1
13
h2= hrx+hmdpl2
h= 57.99243 m
2. Analisis
Parameter Hop 2LFS 139,3799814
redaman feeder 0,042
loss feeder 2,435682259
Lconector 1
Lduplexer 2
Luplink 3
Loss perangkat (Ltx) 8,435682259
Loss Rx 8,435682259
Loss total 156,2513459
Diameter antena 3
efisiensi antena 0,55
Gtx 44,1730338
Grx 48,61078687
avaibility 0,999
UnAv 0,001
a 2
b 0,25
x 6,782976
UnAv/x 0,00006
14
FM standar 42,2184875
HPA 38,5
Prx (dBm) -24,9675252
Pthreshold (dBm) -80
FM perancangan 55,0324748
bit rate 155,52
noise figure (dB) 0,95
NF (numerik) 1,244514612
Eb/No perancangan (dB) 156,1646123
Eb/No standar 17
bandwidth (numerik) 62,208
bandwidth (dB) 47,93846239
modulasi 3,000
alpha 0,200
K -228,600
To 290,000
Tsistem numerik 360,9092374
Tsistem (dB) 25,57397998
Noise (dB) -155,088
C/N perancangan 130,120
bit rate (dB) 13,46688208
C/N standar 30,4668821
c. Hop 3
15
1. Penentuan Lokasi
a. Hkoreksi = 0.079 xd 1xd 2
k , dimana d1= 22.5 km d2 =11.6 km
Hkoreksi= 15.50301 m
Fn = 17.3 ¿ d1 xd2
d¿, dimana f=7 Ghz, d= 49.8 km, n=1
F1= 18.09007
b. Clearence= 0.6 F + Hkoreksi
Clearence= 26.35705m
c. t= clearance+hobs, dimana hobs= 800 m
t= 826.357 m
d. t¿h1 d 2+h 2 d1
d 1+d 2 , dimana hTX=hRX yaitu sama dengan h
h1= htx+hmdpl1
h2= hrx+hmdpl2
h= 87 m
2. Analisis
16
3.
17
Parameter Hop 3LFS 140,057
redaman feeder 0,042
loss feeder 3,679588
Lconector 1
Lduplexer 2
Luplink 3
Loss perangkat (Ltx) 9,679588
Loss Rx 9,679588
Loss total 159,4162
Diameter antena 3
efisiensi antena 0,55
Gtx 44,29801
Grx 48,62306
avaibility 0,999
UnAv 0,001
a 2
b 0,25
x 8,326882
UnAv/x 0,00004
FM standar 43,9794
HPA 38,5
Prx (dBm) -27,995
Pthreshold (dBm) -80
FM perancangan 52,0048
bit rate 155,52
noise figure (dB) 0,95
NF (numerik) 1,244515
Eb/No perancangan (dB) 153,137
Eb/No standar 17
bandwidth (numerik) 62,208
bandwidth (dB) 47,93846
BAB III
EVALUASI PERANCANGAN/KINERJANYA
III.1. Perbandingan Apakah RSL > Pthreshold
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas sistem
komunikasi dengan baik yaitu membandingkan antara nilai Prx dengan Pth. Hasil
perancangan dikatakan baik jika Prx > Pth. Untuk melihat hasil perancangan tersebut
apakah baik atau tidak maka dilakukan analisa dengan membandingkan nilai Prx dengan
Pth di tiap hop.
Perbandingan Prx dengan Pth:
1. Perbandingan Prx dengan Pth pada hop 1
Prx : -30,5dB
Pth : -80dB
Dari keterangan diatas, diketahui Prx > Pth maka sistem komunikasi hasil rancangan
tidak perlu dikonfigurasi ulang
2. Perbandingan Prx dengan Pth pada hop 2
Prx : -24,9dB
Pth : -80dB
Dari keterangan diatas, diketahui Prx > Pth maka sistem komunikasi hasil rancangan
tidak perlu dikonfigurasi ulang
3. Perbandingan Prx dengan Pth pada hop 3
Prx :-27,9dB
Pth : -80dB
Dari keterangan diatas, diketahui Prx > Pth maka sistem komunikasi hasil rancangan
tidak perlu dikonfigurasi ulang
18
III.2. Evaluasi Path Unavaibility
Jadi dalam evaluasi path unavaibility itu merupakan suatu perbandingan antara
daya sinyal pembawa yang diterima oleh antenna dengan daya derau thermal system.
Pada evaluasi path unavaibility ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk
menunjukkan apakah system yang dirancang dikatakan bagus atau tidak, yaitu dengan
membandingkan suatu nilai carries to noise total yang didapat dari perancangan masing-
masing hop dengan carrier to noise standartnya. Jika C/N total > C/N standart, maka
system yang dirancang dikatakan bagus.
Perbandingan antara C/N total dengan C/N standart:
C/N total = 124,568dB
C/N standart = 30,466dB
Dari keterangan diatas, diketahui C/N total > C/N standart maka sistem komunikasi hasil
rancangan dapat dikatakan bagus sehingga tidak perlu dikonfigurasi ulang
III.3. Perbandingan FM perancangan dengan FM standart
Fading Margin merupakan suatu parameter sebagai cadangan daya dari suatu
sinyal yang mengalami fluktuasi. Fading Margin ini biasanya digunakan sebagai
parameter untuk menunjukkan apakah sistem yang dirancang dikatakan bagus atau tidak,
yaitu dengan membandingkan FM perancangan dengan FM standart dimana jika FM
perancangan > FM standart pada masing-masing hop maka sistem yang dirancang
dikatakan bagus.
Perbandingan antara FM perancangan dengan FM standart:
1. FM perancangan : FM standart pada hop 1
FM perancangan = 49,48 dB
FM standart = 40,96dB
19
Dari keterangan diatas, diketahui FM perancangan > FM standart maka sistem
komunikasi hasil rancangan dapat dikatakan bagus sehingga tidak perlu dikonfigurasi
ulang
2. FM perancangan : FM standart pada hop 2
FM perancangan = 55,03dB
FM standart = 42,21dB
Dari keterangan diatas, diketahui FM perancangan > FM standart maka sistem
komunikasi hasil rancangan dapat dikatakan bagus sehingga tidak perlu dikonfigurasi
ulang
3. FM perancangan : FM standart pada hop 3
FM perancangan = 52,00dB
FM standart = 43,97dB
Dari keterangan diatas, diketahui FM perancangan > FM standart maka sistem
komunikasi hasil rancangan dapat dikatakan bagus sehingga tidak perlu dikonfigurasi
ulang
III.4. Evaluasi apakah sistem dapat dijamin atau tidak
Dari ketiga parameter yang digunakan untuk menentukan apakah sistem yang
dirancang ini bagus atau tidak, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa sistem ini layak
untuk digunakan karena Prx>Pth, C/N perancangan>C/N standart, dan FM
perancangan>FM standart.
III.5. Perbaikan sistem (optimal) atau konfigurasi hasil rancangan akhir
Perbaikan sistem perlu dilakukan jika link hasil perancangan belum dikatakan
bagus dengan memperhatikan tiga parameter berikut ini:
1. Prx > Pth
20
2. FM perancangan > FM Standar
3. C/N perancangan > C/N standart
Ketiga parameter tersebut juga dipengaruhi oleh pemilihan spesifikasi perangkat, antara
lain:
1. Pemilihan dimensi dan efisiensi antenna
2. Memilih perangkat yang lebih bagus penguatannya (LNA dan HPA)
3. Mengubah teknik modulasi
4. Memilih saluran transmisi dengan redaman kecil
Dalam perancangan sistem ini, hasil yang diperoleh dari ketiga parameter diatas
membuktikan bahwa sistem ini tidak perlu dikonfigurasi lagi.
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN PERANCANGAN
IV.1. Kesimpulan
1. Suatu link komunikasi dikatakan bagus jika memenuhi beberapa parameter berikut:
Prx > Pth
FM perancangan > FM standart
C/N total > C/N standart
2. Spesifikasi perangkat yang digunakan untuk membangun sistem komunikasi link radio
terrestrial Ternate – Tobelo antara lain :
Bandwidth IF : 70 Mhz
Modem : 8-PSK
HPA : 1 watt
Feeder : 0.042 dB/m
LNA : Pth = -80 dBm ; NF = 0,038dB ; Gain = 40 dB
Antena : D: 3 m, : 55 %
IV.2. Saran
1. Waktu untuk pengerjaan tugas besar sebaiknya diperhitungkan lagi sehingga perancangan
system dapat lebih maksimal.
2. Dalam Penjelasan Mengenai lebih di sosialisasi lagi dalam informasinya agar tidak
terlalu membuat praktikan nantinya bingung.
22
LAMPIRAN
1. Daftar Harga Perangkat
Adapun daftar harga perangkat yang dipakai dalam perancangan meliputi:
a. Sewa perijinan tanah per tahun = Rp. 5.000.000
b. Sewa Bandwidth 70 MHz = Rp.150.000.000
c. Bangun tower per meter
210 m x Rp. 2.000.000 = Rp.420.000.000
d. Modem 8-PSK
2 x Rp. 3.500.000 = Rp. 7.500.000
e. Up converter loss 3 dB = Rp. 750.000
f. HPA 1 watt
2 x Rp. 8.000.000 = Rp. 16.000.000
g. Konektor
5 x Rp. 1.000.000 = Rp. 5.000.000
h. Duplexer
3 x Rp. 1.000.000 = Rp. 3.000.000
i. Feeder per meter
150.4 m x Rp. 90.000 = Rp. 69.535.500
j. LNA
2 x Rp. 3.000.000 = Rp. 6.000.000
k. Antena 3 m (eff 55%)
4 x Rp. 3.500.000 = Rp.14.000.000
l. Down converter loss 3 dB
BPF loss 3 dB = Rp. 2.000.000
TOTAL = Rp. 698.785.500
23