makalah ekologi akuatik- intertidal 2015 fix

36
MAKALAH EKOLOGI AKUATIK INTERTIDAL Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Akuatik Oleh: Lidia Maziyyatun Nikmah (131810401035) Robby Septiawan Nugroho (131810401056) Shofiyawati Elok F.H (131810401058) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER

Upload: lidiamaziyyatunn

Post on 15-Feb-2016

388 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

MAKALAH EKOLOGI AKUATIK

INTERTIDAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Akuatik

Oleh:

Lidia Maziyyatun Nikmah (131810401035)

Robby Septiawan Nugroho (131810401056)

Shofiyawati Elok F.H (131810401058)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2015

Page 2: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik

dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Kawasan pesisir

memilki sejumlah fungsi ekologis berupa penghasil sumberdaya, penyedia jasa

kenyamanan, penyedia kebutuhan  pokok hidup dan penerima limbah. Tata ruang

sebagai wujud struktural ruang dan pola penggunaannya secara terencana atau

tidak dari bagian permukaan bumi di laut dan pesisir, dikenal selama ini sebagai

objek dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia.

Salah satu bagian dari pembagian ekosistem di kawasan pesisir dan laut adalah

kawasan intertidal (intertidal zone). Zona intertidal merupakan zona yang terkena

pasang surut air laut dan daerahnya adalah dari pasang tertinggi hingga surut

terendah. Pasang surut dapat terjadi dikarenakan naik turunnya badan air samudra

dunia akibat pengaruh gravitasi bulan dan matahari terhadap bumi .Zona ini

terdapat pada daerah pulau atau daratan yang luas dengan pantai yang landai,

sehingga bergantung pada kemiringan dasar perairan dan perbedaan ketinggian air

saat pasang surut yang terjadi, semakin landai pantainya maka zona intertidalnya

semakin luas, namun semakin terjal pantainya maka zona intertidalnya akan

semakin sempit.

Letak zona intertidalberdekatan dengan berbagai macam aktifitas manusia,

dan memiiliki lingkungan dengan dinamika yang tinggi menjadikan kawasan ini

sangat rentan terhadap gangguan. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh

terhadap segenap kehidupan di dalamnya. Pengaruh tersebut salah satunya dapat

berupa cara beradaptasi. Adaptasi ini diperlukan untuk mempertahankan hidup

pada lingkungan di zona intertidal. Keberhasilan  beradaptasi akan menentukan

keberlangsungan organisme di zona intertidal.

2

Page 3: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah :

1. Apakah pengertian dari Intertidal?

2. Zonasi apa sajakah yang terdapat di Intertidal?

3. Organisme apa saja yang berada di Intertidal?

4. Bagaimana adaptasidan peranan organisme di Intertidal?

5. Bagaimana aliran energi dan siklus materi yang terjadi di Intertidal?

6. Faktor pembatas apa saja yang ada di Intertidal?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari Intertidal

2. Mengetahui zonasi yang terdapat di intertidal

3. Mengetahui organisme yang terdapat di Intertidal

4. Mengetahui adaptasi dan peranan organisme di intertidal

5. Mengetahui aliran energi dan siklus materi yang terjadi di intertidal

6. Mengetahui faktor pembatas apa saja yang mempengaruhi kehidupan

organisme di intertidal

3

Page 4: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

BAB 2. ISI

2.1 Pengertian Intertidal

Intertidal merupakan wilayah peralihan antara ekosistem laut dan ekosistemdaratan terestrial). Sebagai wilayah peralihan, maka intertidal merupakan wilayah yangsangat menekan baik bagi organisme terestrial maupun organisme laut. Hanyaorganisme yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap tekanan akibat perubahan fisikdan kimia lingkungan intertidal yang dapat menghuni wilayah ini (Sumich, 1999).

Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan

gelombang tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik

lautan yakni pasang surut (Goltenboth et al,2012). Zona intertidal merupakan

daerah yang paling sempit diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai

dari pasang tertinggi sampai pada surut terendah. Zona ini hanya terdapat pada

daerah pulau atau daratan yang luas dengan pantai yang landai. Semakin landai

pantainya maka zona intertidalnya semakin luas, sebaliknya semakin terjal

pantainya maka zona intertidalnya akan semakin sempit (Nybakken,1992)

2.2 Pembagian Zonasi Daerah Intertidal

Pembagian zonasi daerah intertidal berdasarkan material atau substrat

penyusun dasar perairan dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu :

1.Tipe pantai berbatu

Terbentuk dari batu granit berbagai ukuran. Kawasan ini paling padat

mikroorganismenya, dan mempunyai keragaman fauna maupun flora yang paling

besar. Tipe pantai ini banyak ditemui di selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku.

Pembagian zona pada pantai berbatu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Supralitoral fringe : Organisme yang terdapat pada daerah ini, seperti beberapa

jenis alga yang menjalar, cyanobanteria dan cacing kecil.

4

Page 5: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

Midlittoral Zone : Pada daerah ini didominasi oleh pemakan suspense seperti

bernakel, kerang, tiram

Infralittoral fringe : Pada daerah ini didominasi oleh alga merah, organisme

penghasil kapur, kebanyakan berbentuk menjalar, alga coklat, tunicata (sea

squirt).

2. Tipe pantai berpasir

Pantai ini dapat ditemui di daerah yang jauh dari pengaruh sungai besar atau di

pulau kecil yang terpencil. Makroorganisme yang hidup disini tidak sepadat di

kawasan  pantai berbatu, karena kondisi lingkungannya organisme yang ada

cenderung menguburkan dirinya ke dalam substrat. Kawasan ini lebih banyak

dimanfaatkan manusia untuk berbagai aktivitas rekreasi.

Pembagian zona pada pantai berpasir dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Mean High Water of Spring Tides : rata-rata air tinggi pada pasang purnama.

Daerah ini berbatasan langsung dengan daerah yang kering dan terdapat pada

bibir pantai.

Mean Tide Level : rata-rata level pasang surut. Zona ini merupakan daerah

yang paling banyak mengalami fluktusi pasang surut. Dapat ditemukan

berbagai ekosistem salah satunya ekosistem padang lamun.

Mean Water Low of Spring Tides : rata-rata air rendah pada pasang surut

purnama. Zona ini merupakan zona yang paling bawah. Pada daerah ini

fluktuasi pasang surut sangat sedikit yang berpengaruh karena daerah ini tidak

terkena fluktuasi tersebut. Daerah ini juga bisa ditemukan ekosistem terumbu

karang.

3. Tipe pantai berlumpur

Perbedaan antara tipe pantai ini dengan tipe pantai berpasir yaitu terletak pada

ukuran butiran sedimen (substrat). Tipe pantai berlumpur mempunyai ukuran

butiran yang paling halus. Pantai berlumpur terbentuk di sekitar muara-muara

sungai dan umumnya berasosiasi dengan estuaria. Tebal endapan lumpurnya dapat

mencapai satu meter atau lebih. Perbedaan yang lainnya adalah gelombang yang

tiba di pantai, aktivitas gelombangnya sangat kecil.

5

Page 6: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

Supralitoral : Dihuni oleh berbagai jenis kepiting yang menggali substrat.

Zona ini juga dipengaruhi oleh pasang tertinggi dan paling sering mengalami

kekeringan.

Litoral : Bagian ini merupakan bagian yang terluas diantara bagian ekosistem

pantai berlumpur. Pada zona ini dihuni oleh tiram dan policaeta.

(Levinton,2001).

2.3 Organisme Intertidal

Zona intertidal adalah zona yang terletak diantara zona supralitoral dan zona

infralitoral. Campbell dalam Leiwakabessy (1999) membagi zona intertidal atas

tiga zona yaitu ; 1) zona intertidal atas (upper intertidal zone) , 2) zona intertidal

tengah (middle intertidal zone) , dan 3) Zona intertidal bawah (lower intertidal

zone). Ketiga zona intertidal ini memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda

beda (Salmanu, 2014)

Kelompok organisme intertidal umumnya terdiri dari lamun (sea grass),

rumput laut (seaweed), komunitas karang (coral community), dan biota yang

berasosiasi dengan karang dan lamun ( Yulinda et al, 2013).

a. Produsen

Komunitas darat adalah komunitas yang banyak ditemukan di dekat pantai

dan akan berkurang sebarannya ke arah laut. Komunitas ini adalah komunitas

lamun (sea grass) yang mensyaratkan substrat pasir dengan sedikit substrat yang

lebih halus dan cenderung hidup pada di area yang terbenam air meskipun pada

saat air surut. Lamun membutuhkan nutrien yang konsentrasinya akan lebih tinggi

di-temukan di substrat yang agak halus (Hemminga and Duarte, 2000).Fungsi

lamun bagi laut diantaranya sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis hewan,

seperti duyung, penyu hijau, dan jenis-jenis ikan, melindungi pantai dari erosi dan

abrasi serta menangkap sedimen yang dibawa oleh air laut, sebagai pendaur zat

hara dan elemen-elemen langka dilingkungan laut dan lain-lain. Sebaran lamun ke

arah laut terbatas hanya pada zona tengah karena substrat ke arah laut makin kasar

dan dominasi karang semakin meningkat.Zona tengah ini merupakan daerah

transisi dimana faktor lingkungan lebih beragam sehingga semua komunitas yang

6

Page 7: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

terdiri dari lamun, komunitas karang dan rumput laut masih ditemukan meskipun

tidak menonjol (Yulianda, 2013).

Komunitas laut adalah komunitas yang cenderung lebih banyak ditemukan

di zona tengah dan bawah (ke arah laut).Komunitas ini adalah karang, biota

asosiasinya, dan rumput laut. Komunitas karang dan rumput laut mensyaratkan

lingkungan yang lebih jernih, substrat yang kasar, keras dan relatif stabil (Allen

and Steene, 1994; Raffaelli and Hawkins, 1996). Karktersitik ini lebih banyak

terdapat di zona tengah dan bawah. Karang memang merupakan komunitas yang

hidup di perairan yang dangkal, terdapat sinar matahari dan selalu membutuhkan

air yang bergerak (masa air selalu berganti) (Dubinsky and Stambler, 2011).

Diantara komunitas intertidal, karang merupakan komunitas yang paling

mudah dan terbesar yang mengalami perubahan akibat dinamika perairan pesisir

(Duarte et al., 2008). Di sekitar tubir karang (zona bawah) karang hidup lebih baik

dibandingkan di zona lebih atas, sehingga komunitas karang lebih menguasai zona

bawah. Peranan karang diantaranya sebagai pelindung fisik terhadap pantai,

sebagai tempat wisata bahari, juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut

untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak makan dan mencari

makan.

Rumput laut yang mempunyai toleransi yang lebih luas dibandingkan

karang dapat hidup di seluruh zona. Namun demikian rumput laut tumbuh lebih

baik di zona tengah dan zona bawah. Faktor nutrien dan kecerahan perairan yang

merupakan faktor yang signifikan di zona tengah dan bawah, merupakan faktor

utama yang menentukan pertumbuhan rumput laut. Rumput laut dapat berasosiasi

dengan lamun dan karang dengan tingkat keterkaitan yang berbeda.Manfaat

rumput laut diantaranya sebagai penghasil agar-agar, sebagai penghasil peragian,

penghasil algin atau alginat, sebagai penyerap karbondioksida, penghasil oksigen

serta sebagai tempat berlindung hewan yang ada dilaut. (Duarte et al,2008).

b. Konsumen

Kepadatan biota intertidal tidak sama di tiga zona intertidal, kecuali ke-

lompok biota krustase, cacing dan ikan yang relatif sama menyebar di tiga zona

intertidal . Populasi moluska lebih banyak ditemukan di zona atas, dan semakin ke

7

Page 8: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

arah laut kepadatannya berkurang. Moluska lebih menyukai daerah yang lebih

datar dan terbuka yang merupakan karakteristik zona atas. Selain itu populasi

moluska memiliki pola hidup yang mengelompok .Komunitas ekhinodermata

yang didominasi oleh bintang laut mengular (brittle star) dan bulu babi (sea

urchin) memiliki sebaran yang terbalik dengan moluska, yaitu lebih banyak

ditemukan di zona bawah. Kelompok biota ekhinodermata lebih menyukai daerah

yang terlindung dan tertututup oleh kerangka karang. Sementara komunitas

karang tumbuh lebih baik di zona ke arah laut (zona tengah dan bawah). Selain itu

bulu babi yang memiliki kebiasaan makan ‘grazer’ memiliki ketergantungan yang

tinggi dengan keberadaan alga.

Tabel 1. Jenis-jenis organisme

Zone Pantai berbatu Pantai berpasir Pantai berlumpur

Upper zone Alga yang menjalar,

Cyanobacteria (bakteri

hijau biru), cacing

kecil, ,periwinkles,

kepiting, rajungan

Scylla olivacea,

Scylla serrata dan

Scylla

paramamosain

nematoda dan

oligochaetes

Middle

zone

Bernakel, kerang, tiram,

bintang laut, mussels, ,

Cephalopoda (cumi-

cumi, gurita dan

notilus), Bivalvia

(kijing, tiram dan

kepah), Crustacea,

nekton

Scaphopoda

(keong gading),

Crustacea, Cacing

policaeta, bivalva,

Donax sp. Mytilus

edulis,

Harpacticoid

copepoda,

mystacocarid,

nematoda,

oligochaetes dan

turbelaria

8

Page 9: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

lower zone alga merah, organisme

penghasil kapur,

terkadang kelp yang

lebat (alga coklat)

tunicata (sea squirt),

Chiton, lely laut,

Asterias asterina, sun

star, Brittle star

(Ophiura), bulu babi

ikan badut, ikan

lepu, ikan

barakuda, ikan

baronang, botana,

Kepe strip

delapan, Kepe

coklat,kepe

Kerapu layar,dll

40-70%, nematoda

dan

crustacea,nekton

2.4 Adaptasi Organisme dan Peranannya dalam daerah Intertidal

Organisme intertidal memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan

kondisi lingkungan yang dapat berubah secara signifikan , pola tersebut meliputi :

1. Daya tahan terhadap kehilangan air

Organisme yang hidup di daerah intertidal harus memiliki kemampuan

untuk menyesuaikan diri terhadap kehilangan air yang cukup besar selama berada

di udara terbuka. Mekanisme sederhana ditunjukkan oleh hewan-hewan yang

bergerak, seperti kepiting, anemon, dan Citon. Hewan ini akan dengan mudah

berpindah dari daerah terbuka di intertidal kedalam lubang, celah atau galian yang

basah atau bersembunyi dibawah algae sehingga kehilangan air dapat dihindari.

Organisme yang tidak memiliki kemampuan untuk aktif berpindah

tempat seperti algae dan beberapa bivalvia, beradaptasi untuk mengatasi

kehilangan air yang besar hanya dengan struktur jaringan tubuhnya. Genera

Porphyra, Fucus dan Enteromorpha misalnya sering dijumpai dalam keadaan

kisut dan kering setelah lama berada di udara terbuka, tetapi jika air laut pasang

kembali mereka akan cepat menyerap air dan kembali menjalankan proses hidup

seperti biasa. Beberapa species dari teritip, gastropoda (Littorina) dan bivalvia

(Mytilus edulis) memiliki kemampuan untuk menghindari kehilangan air dengan

cara merapatkan cangkangnya atau memiliki operkula yang dapat menutup rapat

celah cangkang.

9

Page 10: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

2. Keseimbangan Panas

Di daerah tropis organisme cenderung hidup pada kisaran suhu letal atas

sehingga mekanisme keseimbangan panas hampir seluruhnya berkenaan dengan

suhu yang terlalu tinggi. Beberapa bentuk adaptasi antara lain :

a. Memperbesar ukuran tubuh relatif bila dibandingkan dengan species yang

sama. Dengan memperbesar ukuran tubuh berarti perbandingan antara luas

permukaan dengan volume tubuh menjadi lebih kecil sehingga luas daerah

tubuh yang mengalami peningkatan suhu menjadi lebih kecil.Moluska, gastropoda seperti  Littorina littorea dan Olivella biplicata denganukuran tubuh besar banyak terdapat di daerah intertidal.

b. Memperbanyak ukiran pada cangkang yang berfungsi sebagai sirip radiator

sehingga memudahkan hilangnya panas. Contoh Littorina dan Tectarius

c. Hilangnya panas dapat juga diperbesar melalui pembentukan warna tertentu

pada cangkang. Genera Nerita, dan Littorina memiliki warna lebih terang

dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di daerah lebih bawah (warna

gelap akan menyerap panas).

d. Memliki persediaan air tambahan yang disimpan didalam rongga mantel.

Persediaan air ini digunakan untuk mendinginkan tubuh melalui penguapan

serta menghindarkan kekeringan.

3. Tekanan Mekanik

Setiap organisme intertidal perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri

dari pengaruh ombak. Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda pada

pantai berbatu, berpasir dan berlumpur sehingga memiliki konsekuensi bentuk

adaptasi yang berbeda pada organismenya. Beberapa bentuk adaptasinya antara

lain:

a. Melekat kuat pada substrat, seperti pada Polichaeta, Teritip, Tiram

b. Menyatukan dirinya pada dasar perairan melalui sebuah alat pelekat (Algae)

c. Memiliki kaki yang kuat dan kokoh seperti pada Citon dan limfet

10

Page 11: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

d. Melekat dengan kuat tetapi tidak permanen seperti pada Mytillus melalui bisus

yang dapat putus dan dibentuk kembalisehingga membatasi gerakan yang lambat

e. Mempertebal ukuran cangkang, lebih tebal dibandingkan kerabatnya yang

hidup di daerah subtidal.

4. Tekanan Salinitas

Zona intertidal mendapat limpahan air tawar, yang dapat menimbulkan

masalah tekanan osmotik bagi organisme yang hanya dapat hidup pada air laut.

Kebanyakan organisme intertidal bersifat osmokonformer, tidak seperti organisme

estuaria. Adaptasi satu-satunya adalah sama dengan yang dilakukan untuk

melindungi tubuh dari kekeringan yaitu dengan menutup cangkangnya.Misalnya untuk melindungi tubuh dari kekeringan, teritip dan moluska beradaptasi dengan menutup valva atau cangkangnya.5. Reproduksi

Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau melekat, sehingga

dalam penyebarannya mereka menghasilkan telur atau larva yang bersifat

planktonik. Reproduksi dapat juga terjadi secara periodik mengikuti irama

pasang-surut tertentu, seperti misalnya pada pasang-purnama. Contoh Mytillus

edulis, gonad menjadi dewasa selama pasang purnama dan pemijahan berlangsung

ketika pasang perbani.

(Romimohtarto dan Sri ,2001).

2.5 Aliran Energi dan Siklus Materi

1. Aliran Energi

Tumbuhan berkrolofilmen sintesis substansi organik, menggunakan energi

matahari melalui proses fotosintesis, danmemerlukan nutrient sepertinitrat, fosfat,

fe-anorganis, dan CO2. Kecepatan akumulasi energi pada produsen dikenal

sebagai produktivitas primer. Produktivitas primer merupakan hasil fotosintesis

oleh tumbuhan berklorofil termasuk ganggang.Jumlah total energi kimia berupa

bahan organik per-satuan luas, per-satuan waktu setelah dikurangi energi untuk

11

Page 12: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

respirasi disebut produktivitas primer bersih. Produktivitas primer bersih inilah

yang berguna untuk manusia dan binatang (hewan laut).

Berikut aliran energi pada ekosistem intertidal :

Gambar 1 .Aliran Energi (Kiswara,1999)

Keterangan :

Cahaya matahari memasuki ekosistem dan sebagai faktor utama selain air dan CO2 untuk proses fotosintesis. Dalam zona intertidal berbagai macam alga, fitoplankton, Mikrofitobenthos bertindak sebagai produsen. Zooplankton yang merupakan herbivor memakan fitoplankton, merubahnya menjadi jaringan tubuh zooplankton (produk kedua). Padatingkat trofik yang lebih tinggi terdapat kelompok herbivor yaitu: burung, bulu babi, limpet, siput litorina, dan microfauna (heterotrof) yang memanfaatkan hasil sintesis (zat organik) dari kelompok produsen. Zooplankton yang telah memakan fitoplankton akan dimakan oleh zooplankton karnivor dan ikan predator yang memakan zooplankton (produk ketiga). Inilah suksessitrofik dalam rantai makanan atau jaring-jaring makanan yang

12

Page 13: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

merupakan tingkatan-tingkatan. Pada tiap tingkat itu bahan organik hilang melalui ekskresi atau mati yang bukan karena dimakan oleh tingkat berikutnya. Bakteria yang akan menguraikan bahan organik tersebut agar dapat digunakan lagi sehingga terjadi regenerasi(Nybakken,1992).

Gambar 2. Jaring-jaring Makanan meiofauna (Kiswara,1999).

Keterangan:Gambar tersebut menjelaskan jaring-jaring makanan

meiofauna yang potensial, meliputi makrofauna, meiofauna, predator-predator yang berenang, dan makanan meiofauna. Makanan meiofauna adalah diatom, bakteri, detritus dan bahan organik. Jika meiofauna tersuspensi, maka ia dapat dimakan oleh predator-predator yang berenang seperti ikan,

13

Page 14: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

udang, pemakan deposit atau 30 oleh pemakan suspensi(Hutabarat,2008).

2. Siklus Materi

Energi yang menjadi penggerak sistem kehidupan makhluk hidup berasal dari

matahari, sedangkan materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi.

Oleh karena itu, setiap makhlik hidup terdiri atas materi yang juga merupakan

bagian dari bumi. Unsur-unsur ini mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan

kembali lagi ke komponen abiotik. Proses ini dikenal dengan siklus biogeokimia

atau siklus organik-anorganik. Siklus unsur-unsur ini tidak hanya melalui

organisme saja tetapi juga diikuti reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik.

a. Siklus Air

Proses-proses yang berlangsung pada tubuh mahluk hidup memerlukan air

sebagai medium, oleh karena itu tanpa air maka tidak ada kehidupan. Pertukaran

atmosfer, daratan, laut, dan antara organisme dengan lingkungannya berlangsung

melalui siklus air. Siklus air melibatkan proses evaporasi, transpirasi,

pembentukan awan, presipitasi, kondensasi dan aliran air permukaan

(Juwana,2007).

Evaporasi sangat penting untuk kelembaban atmosfir dan kelembaban ini

penting untuk pembentukan awan dan presipitasi. Air yang sampai dipermukaan

bumi dari atmosfer terjadi melalui proses presipitasi dan kondensasi berupa hujan

atau salju. Sebaliknya air yang dari permukaan bumi mencapai atmosfer melalui

proses evaporasi dan transpirasi. Jumlah air yang tersedia untuk evaporasi

ditentukan oleh jumlah yang diberikan oleh proses presipitasi dan kondensasi. Air

yang jatuh ke permukaan bumi dapat langsung ke laut dan daratan. Di daratan air

mengalir melalui parit, danau, saluran-saluran di bawah tanah terus ke sungai dan

akhirnya ke laut, selama perjalanan ini air menguap melalui atmosfir. Tumbuhan

darat dan hewan darat memperoleh air selama air ada di perjalanan dengan cara

mengisap dan meminumnya. Sedangkan hewan dan tumbuhan darat melepaskan

14

Page 15: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

air ke atmosfir melalui proses pernafasan, penguapan, dan paling banyak pada

hewan sewaktu hewan membuang kotorannya.

b. Siklus KarbonKarbon adalah unsur utama yang dimanfaatkan oleh

tumbuhan dan alga untuk berfotosintesis. Sumber karbon yang ada di perairan adalah berasal dari udara dan dari dalam perairan itu sendiri. Di atmosfer terdapat kandungan CO2

sebanyak 0.03%. Sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbondioksida di udara bertukar dengan di air jika terjadi persentuhan antara udara dan air seperti gelombang. Nybakken (1992) menyatakan dalam daur karbon, bentuk sistem asam karbonat adalah ion bikarbonat dan karbonat. Karbon diikat menjadi senyawa organik oleh tumbuh-tumbuhan, dipindahkan ke hewan melalui herbivora dan pemangsaan (predasi) dan dikembalikan ke cadangan melalui pernapasan dan kegiatan bakteri.

Karbondiokasida ini dimanfaatkan oleh Zooxanthella karang untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen. Timotius (2003) menyatakan bahwa, hasil fotosintesis zooxanthella adalah berupa oksigen, yang akan dimanfaatkan karang untuk respirasi, dan ion karbonat yang lebih banyak, untuk kalsifikasi karang. c. Siklus Nitrogen

Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 78 % dari udara. Sastrawijaya (2009) menyatakan bahwa masuk ke perairan dengan fiksasi (pengikatan) nitrogen melalui bakteri dan alga, dan halilintar. Ledakan petir yang melalui udara memberikan cukup energi untuk menyatukan nitrogen dan oksigen di udara membentuk nitrogen dioksida, NO2. bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp.

15

Page 16: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Sekali nitrat diabsorpsi oleh alga/ganggang, nitrogen akan terus disintesis menjadi protein nabati. Herbivora mengubah protein ini menjadi protein hewani. Tanaman dan hewan yang mati akan diuraikan proteinnya menjadi amoniak dan senyawa amonium. Amoniak dirubah oleh bakteri menjadi nitrit, bakteri lain merubahnya ke nitrat. Ada juga bakteri dan jamur yang mengubah nitrit kembali ke nitrogen bebas. Karena merupakan nutrien, nitrat dapat mempercepat pertumbuhan plankton.

Semua organismememerlukan unsur nitrogen untuk pembentukan protein dan berbagai molekulorganik esensial lainnya. Unsur nitrogen sebagian besar terdapat di atmosferdalam bentuk gas nitrogen (N2) dan kadarnya 78% dari semua gas di atmosfer. Gasnitrogen ini di atmosfer masuk ke dalam tanah melalui fiksasi nitrogen olehbakteri (Rhizobium, Azotobacter, Clostridium), alga biru (Anabaena, Nostoc) danjamur (Mycorhiza) nitrogen yang masuk ke tanah melalui fiksasi diubah menjadiamonia (NH3) oleh bakteri amonia. Proses penguraian nitrogen menjadi amoniadisebut amonifikasi. Nitrogen yang masuk ke tanah bersama kilat dan air hujanberupa ion nitrat (NO3−), sedangkan nitrogen yang ada di dalam tubuh tumbuhandan akan hewan melalui proses mineralisasi oleh bakteri pengurai menjadiamonia. Amonia yang dihasilkan melalui proses amonifikasi dan mineralisasi olehbakteri nitrit (nitrosomonas dan nitrosococcus) dirombak menjadi ion nitrit(NO2−), selanjutnya ion nitrit dirombak bakteri nitrat (nitrobacter) menjadiion nitrat (NO3−). Perombakan amonia menjadi ion nitrit, ion nitrit menjadi ionnitrat disebut nitrifikasi. Tumbuhan umumnya menyerap nitrogen dalam

16

Page 17: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

bentuk ionnitrat, sedangkan hewan mengambil nitrogen dalam bentuk senyawa organik(protein) yang terkandung pada tumbuhan dan hewan yang dimakan. Sebagian ionnitrat dirombak oleh bakteri denitrifikasi (Thiobacillus denitrificans,Pseudomonas denitrificans) menjadi nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akankembali ke atmosfer. Proses penguraian ion nitrat menjadi nitrogen disebutdenitrifikasi.d. Siklus Fosfor

Dalam daur fosfor, cadangan utama adalah dalam bentuk batuan fosfat. Nybakken (1992) menyatakan bahwa fosfor masuk ke perairan melalui erosi. Lalu ditambahkan oleh Sastrawijaya (2009) yang menyatakan daur fosfor di perairan mirip dengan daur nitrogen. Dalam perairan, terdapat tiga bentuk fosfor yaitu senyawa fosfor anorganik seperti ortofosfat, senyawa organik dalam protoplasma dan sebagai senyawa organik terlarut yang terbentuk karena kotoran atau tubuh organisme yang mengurai. Air biasanya mengandung fosfat anorganik terlarut. Fitoplankton dan tanaman lain akan mengabsorbsi fosfat ini dan membentuk senyawa adenosine trifosfat (ATP). Herbivora yang memakan tanaman itu akan memperoleh fosfor itu. Jika tanaman dan hewan itu mati, maka bakteri pengurai mengembalikan fosfor itu kedalam air sebagai zat organik terlarut. Demikian pula dengan kotoran sisa metabolisme hidup. Akhirnya bakteri menguraikan senyawa organik itu menjadi fosfor, daur kembali dapat berulang.

2.6 Faktor Pembatas

Pada zona intertidal ini terdapat variasi faktor lingkungan yang cukup besar,

seperti fluktuasi suhu, salinitas, kecerahan dan lain – lain. Variasi ini dapat terjadi

pada daerah yang hanya berjarak sangat dekat misalnya beberapa cm. Zona ini

dihuni oleh organisme yang keseluruhannya merupakan organisme bahari.

17

Page 18: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

Keragaman faktor lingkungannya dapat dilihat dari perbedaan gradient. Sejumlah

besar gradien ekologi dapat terlihat pada wilayah intertidal yang dapat berupa

daerah pantai berpasir, berbatu maupun estuari dengan substrat berlumpur.

Adapun faktor-faktor pembatas pada daerah inertidal antara lain:

1. LingkunganAbiotik

a. Pasang Surut

Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu

disebut pasang-surut. Tanpa adanya pasang-surut yang periodik maka faktor-

faktor lingkungan lain akan kehilangan pengaruhnya. Hal ini disebabkan adanya

kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang

bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan terendam air.

Pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan komunitas zona intertidal

paling jelas adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena udara

terbuka secara periodik dengan kisaran parameter fisik yang cukup lebar.

Organisme intertidal perlu kemampuan adaptasi agar dapat menempati daerah ini.

Faktor-faktor fisik pada keadaan ekstrem dimana organisme masih dapat

menempati perairan, akan menjadi pembatas atau dapat mematikan jika air

sebagai isolasi dihilangkan. Kombinasi antara pasang-surut dan waktu dapat

menimbulkan dua akibat langsung yang nyata pada kehadiran dan organisasi

komunitas intertidal. Pertama, perbedaan waktu relatif antara lamanya suatu

daerah tertentu di intertidal berada diudara terbuka dengan lamanya terendam air.

Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang sangat penting karena pada

saat itulah organisme laut akan berada pada kisaran suhu terbesar dan

kemungkinan mengalami kekeringan. Semakin lama terkena udara, semakin

besar. kemungkinan mengalami suhu letal atau kehilangan air diluar batas

kemampuan. Kebanyakan hewan ini harus menunggu sampai air menggenang

kembali untuk dapat mencari makan. Semakin lama terkena udara, semakin kecil

kesempatan untuk mencari makan dan mengakibatkan kekurangan energi. Flora

dan fauna intertidal bervariasi kemampuannya dalam menyesuaikan diri terhadap

keadaan terkena udara, dn perbedaan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan

distribusi organisme intertidal. Pengaruh kedua adalah akibat lamanya zona

18

Page 19: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

intertidal berada diudara terbuka. Pasang-surut yang terjadi pada siang hari atau

malam hari memiliki pengaruh yang berbeda terhadap organisme. Surut pada

malam hari menyebabkan daerah intertidal berada dalam kondisi udara terbuka

dengan kisaran suhu relatif lebih rendah jika dibanding dengan daerah yang

mengalami surut pada saat siang hari Pengaruh pasang-surut yang lain adalah

karena biasanya terjadi secara periodik maka pasang-surut cenderung membentuk

irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai, misalnya irama memijah,

mencari makan atau aktivitas organisme lainnya (Ray.2014)

b. Gelombang

Di zona intertidal, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar

terhadap organisme dan komunitas. Aktivitas gelombang mempengaruhi

kehidupan pantai secara langsung dengan dua cara utama yaitu :

1.  Pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang

terkena.  Pada pantai-pantai yang memilki pasir atau kerikil, kegiatan ombak yang

besar dapat membongkar substrat yang ada disekitarnya, sehingga mempengaruhi

bentuk zona.  Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak

dapat menahan terpaan tersebut, tetapi diperlukan bagi organisme lain yang tidak

dapat hidup selain di daerah dengan ombak yang kuat.

2. Kegiatan ombak dapat memperluas batas daerah intertidal. Ini terjadi karena

penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada saat

pasang surut yang normal. Deburan ombak yang terus-menerus ini membuat

organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang terkena

terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama.

Kegiatan ombak juga mempunyai pengaruh kecil lainnya, yakni mencampur atau

mengaduk gas-gas atmosfir ke dalam air, jadi meningkatkan kandungan oksigen

sehingga daerah yang diterpa ombak tidak pernah kekurangan oksigen.

c. Suhu dan salinitas

Merupakan parameter yang sangat penting apabila kita menyelidiki tentang

asal-usul dari air tersebut. Kedua parameter ini menentukan densitas air laut.

Perbedaan densitas antara dua tempat akan menghasilkan perbedaan tekanan yang

kemudian memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat

19

Page 20: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

yang bertekanan rendah. Disamping itu, dengan menggambungkan suhu dan

salinitas dalam suatu diagram (dikenal sebagai T-S diagram) kita dapat melacak

asal-usul dari massa air tesebut.

1. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh:

Radiasi surya

Posisi surya

Letak geografis, musim, dan kondisi awan

Serta proses antara air tawar dan air laut (seperti alih bahang, penguapan ,

hembusan angin.

2. Salinitas juga dipengaruhi oleh ;

Lingkungan

Musim

Interaksi antara air dan udara (penguapan dan hembusan angin,

percampuran antara sungai dan laut, dan interaksi antara laut dengan

daratan/gunung es)

d. Tekstur

Sifat-sifat fisik pasir yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,

kematangan, dan kemapuan menahan air.

e. Air

Hal-hal penting pada air yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup

adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus air, penguapan, dan kedalaman

air.

f. Udara

Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas. Gas itu berbentuk

atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbon dioksida, dan

nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan makhluk hidup.

g. Cahaya Matahari

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini.

Namun demikian, penyebara cahaya di bumi belum merata. Oleh karena itu,

20

Page 21: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan

kualitas cahayanya berbeda.

h. Kecepatan Arus

Arus dapat mempengaruhi keberadaan dan distribusi organisme di suatu

habitat sedimenserta mempengaruhi kebiasaan makan meiofauna. Kelimpahan

beberapa 36 meiofauna secara negatif dipengaruhi oleh arus.

i. Derajat keasaman

Faktor pH sedimen memiliki peranan yang tidak begitu besar dalam

kehidupan organisme. Hal ini disebabkan oleh nilai pH air laut yang cukup tinggi

sekitar 7.5–8.8 dapat berperan sebagai penyangga (buffer) yang dapat mencegah

terjadinya perubahan pH yang terlalu besar.

j. Kedalaman

Kedalamanperairanmempengaruhijumlahdanjenishewan.

Secarateoridikatakanbahwaperbedaanvariasidarijumlahspesiesantarakedalaman

0,2-4 meter adalahkecil.

Secaratidaklangsungkecerahanperairanjugaakanmempengaruhikomunitas di

perairan.

2. Biotik

a. Jumlah Predator

Aktivitas pemangsaan dapat menyebabkan hilangnya meiofauna dari suatu

daerah yang sempit dan menyebabkan gangguan yang dapat diikuti oleh suatu

rangkaian pembentukan kembali suatu koloni. Hal ini menyebabkan terjadinya

distribusi yang tidak merata di sedimen.Kelimpahan meiofauna dekat batas antara

sedimen-air meningkat bilamana tidak hadirnya predator. Berkurangnya tekanan

predasi ini menyebabkan mikrofitobentos dan stabilitas sedimen meningkat.

b. StrukturUmur

Sebaranumurdalampopulasiakansangatmempengaruhinatalitasdanmortalitas

yang padaakhirnyaberpengaruhterhadapdensitaspopulasi. Data

strukturumurdaripopulasibiasanyadisajikandalambentukpiramidaumur (Odum,

1996)

21

Page 22: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari isi makalah ini adalah :

1. Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan

gelombang tiap saat.

2. Pembagian zonasi daerah intertidal berdasarkan material atau substrat

penyusun dasar perairan dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu : Tipe pantai

berbatu, Tipe pantai berpasir, Tipe pantai berlumpur.

3. Kelompok organisme intertidal umumnya terdiri dari lamun (sea grass),

rumput laut (seaweed), komunitas karang (coral community), dan biota

yang berasosiasi dengan karang dan lamun. Kepadatan biota intertidal

tidak sama di tiga zona intertidal, kecuali kelompok biota krustase, cacing

dan ikan yang relatif sama menyebar di tiga zona intertidal terdapat pula

Populasi moluska dan Komunitas ekhinodermata di area zona intertidal.

4. Pola adaptasi organisme interdal diantaranya daya tahan terhadap

kehilangan air, keseimbangan panas, tekanan mekanik, tekanan salinitas

dan reproduksi

5. Pada daerah intertidal terdapat aliran energi yang terdiri dari rantai

makanan dan jaring makanan. Terdapat produsen yaitu berbagai macam alga, fitoplankton, dan Mikrofitobenthos. Konsumennya yaitu Zooplankton (herbivor memakan fitoplankton), herbivor yang lebih tinggi yaitu: burung, bulu babi, limpet, siput litorina, dan microfauna (heterotrof), zooplankton karnivor dan ikan predator yang memakan zooplankton (produk ketiga). Dan terdapat pula bakteri sebagai pengurai.Siklus materi yang terjadi di daerah intertidal antara lain : siklus hidrologi, sikklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sedimen.

22

Page 23: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

6. Faktor pembatas yang mempengaruhi daerah intertidal yaitu : pasang surut, gelombang, suhu dan salinitas, tekstur, air, udara, cahaya matahari, kecepatan arus, derajat keasaman (pH), kedalaman, jumlah predator dan struktur umur.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. R. and R. Steene. 1994. Indo-Pacific coral reef. Field guide. tropical reef research. Singapore. 378p.

Duarte, C.M., W.C. Dennison, R.J.W. Orth, and T.J.B. Carruthers. 2008. The charisma of coastal ecosystems: addressing the imbalance. Estuaries and Coasts: J. CERF., 31:233–238, DOI 10.1007/s12237-008-9038-7.

Dubinsky, Z. and N. Stambler. 2011. Coral reefs: an ecosystem in transition. Springer dordrecht heidelberg, New York. 562p.

Göltenboth F, et al. 2012. Ekologi Asia Tenggara Kepuluan Indonesia. Jakarta: Salemba Teknika.

Hemminga, M.A. and C.M. Duarte. 2000. Sea grass ecology. Cambridge University Press, UK. 308p.

Hutabarat, S.dan Steward,M.E. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta:Universitas Indonesia.

Kiswara, W. 1999. Perkembangan Ekosistem Padang Lamun di Indonesia.

Jakarta : Puslitbang Oseanologi LIPI

Levinton, J.S. 2001. Marine Biology : Funtion, Biodiversity, Ecology. New York: Oxford University Press

23

Page 24: Makalah Ekologi Akuatik- Intertidal 2015 Fix

Nybakken, J.W. 1992.Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Odum. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadja Mada.

Raffaelli, D. and S. Hawkins. 1996. Intertidal ecology.London : Chapman and Hall.

Ray.L.Winstead.2014. Limiting Factor.http://raywinstead,com/limitingfactors. (Diakses pada 8 September 2015).

Romimoharto dan Sri. 2000. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.

Jakarta : PT Penerbit Djabatan.

Salmanu, S.I. 2014. Keanekaragaman Gastropoda pada Zona Tengah (Middle Intertidal Zone) dan Zona Baawah (Lower Intertidal Zone ) Daerah Padang Lamun Desa Waai. Jurnal Biopendix Vol 1 No 1.

Sudarmadji. 2012. Pengenalan Ekologi. Jember: Yayasan Alam Lestari.

Yulianda, F., et al. 2013. Zonasi Dan Kepadatan Komunitas Intertidal Di Daerah Pasang Surut, Pesisir Batuhijau, Sumbawa.Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5 (2) : 409-416.

24