makalah sistem ekonomi islam

21
MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM/ SYARIAH Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islamdalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme.Makalah ini akan membahas tentang apa sistem ekonomi Islam/syariah itu. 1.Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam Muhammad Abdul Mannan "Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam". M.M Metwally "Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari per4ilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al Quran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas". Hasanuzzaman "Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat". Sejarah Tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu- satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.

Upload: shandi

Post on 02-Jul-2015

5.853 views

Category:

Documents


43 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM/ SYARIAH

Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia.

Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera

mengimplementasikan sistem Ekonomi Islamdalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan

hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme.Makalah ini akan membahas tentang apa sistem

ekonomi Islam/syariah itu.

1.Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam

Muhammad Abdul Mannan

"Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi

rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam".

M.M Metwally

"Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari per4ilaku muslim (yang beriman)

dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al Quran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas".

Hasanuzzaman

"Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang

mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasan

manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat".

Sejarah Tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah

Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat

sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem

ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah

miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.

Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara

berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an

karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang

ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang

lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-

masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.

Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang

menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara

muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi

syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu

Page 2: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah

berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah

Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang

dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di

Indonesia.

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam.

Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem

ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem

ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem

ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup

manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai

nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di

muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara

melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti.

Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk

akhirat

Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut   Islam

Tauhid, Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah

Allah SWT.

Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini

dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materi

yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya.

‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi

dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari

Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan

(need fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi

pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta

stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).

Empat Ciri/Sifat Sistem Islam 

Kesatuan (unity)

Keseimbangan (equilibrium)

Kebebasan (free will)

Tanggungjawab (responsibility)

Page 3: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

2.PERBEDAAN EKONOMI ISLAM DENGAN EKONOMI KOVENSIONAL (ORTODOK)

Kalau ekonomi Islam sebagai kritik ekonomi ortodok sama artinya ekonomi Islam diletakkan

sebagai salah satu varian dari ekonomi heterodok.[1] Bila ekonomi Islam sebagai ekonomi heterodok,

sama artinya kemunculan ekonomi Islam karena adanya ekonomi ortodok. Namun kalau ekonomi

Islam menolak masuk sebagai varian dari ekonomi heterodok, ekonomi Islam masuk sebagai ilmu

ortodok ataupun berposisi sejajar sebagai ilmu ekonomi ortodok.

Literatur Barat lebih condong meletakkan ekonomi Islam sebagai ekonomi heterodok dikarenakan

dianggap memenuhi syarat sebagai varian baru dalam ilmu ekonomi yang keberadaan sebagai kritik

ekonomi ortodok. Oleh karenanya ekonomi Islam cenderung diidentik sebagai ekonomi heterodok

Disamping itu, ekonomi Islam oleh sementara pihak dianggap mewakili pemikiran yang berbasiskan

pada agama. Hal ini memenuhi syarat sebagai ekonomi heterodok yang tumbuhnya karena kritik

terhadap problem moral dalam ekonomi ortodok. Bagi ortodok moralitas adalah unscientific concept

yang tidak terindentifikasi dalam metode keilmuwan yang dimilikinya. [2]

Kemajuan ekonomi ortodok membuahkan sentimen bagi pendukung ekonomi Islam. Sentimen yang

tumbuh dari sikap emosional ini yang menyeret pada usaha untuk mencari cara menundukkan

ekonomi ortodok dengan mengunakan standar/metode ekonomi ortodok sebagai standar kemajuan

ekonomi Islam. Akibatnya ekonomi Islam mengunakan ukuran kemajuan menurut ukuran ekonomi

ortodok sebagai upaya untuk mengalahkan ekonomi ortodok. Dampaknya ekonomi Islam terseret

pada logika pembandingan yang lebih mempengaruhi ekonomi Islam untuk bersikap pragmatis. Sikap

pragmatis dilakukan ekonomi Islam untuk bersaing dengan ekonomi konvensional adalah dengan

mengunakan model ekonomi yang digunakan oleh ekonomi ortodok.[3]

Namun, membangun ekonomi Islam dengan cara membangun sistem ekonomi yang telah dimiliki

ekonomi ortodok merupakan dampak tersanderanya logika ekonomi Islam untuk mengikuti pola

perkembangan ekonomi ortodok di berbagai aspek. Padahah ekonomi Islam dan ekonomi ortodok

tidak bisa diperbandingkan karena kedua memiliki perbedaaan dasar. Oleh karena itu ekonomi Islam

tidak bisa mengikuti pola perkembangan ekonomi ortodok. Adapun perbedaan yang mendasar antara

ekonomi Islam dan ekonomi ortodok adalah sebagai berikut:

a. Sumber hukum yang berbeda

Sumber hukum ekonomi Islam adalah al quran dan al hadist. Al quran merupakan wahyu

Allah yang diturunkan melalui Jibril kepada Muhammad SAW untuk disampaikan pada manusia.

Hadist merupakan ucapan dan tindakan Rasulullah sebagai manusia pilihan Allah untuk menjadi

utusannya. Al quran dan al hadist memiliki nilai universal yang tidak hanya berisikan kaidah ekonomi

namun segenap dimensi kehidupan manusia, tidak saja menjelaskan kehidupan di masa Rasulullah

SAW tetapi juga menjelaskan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan manusia di dunia.

Page 4: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

Ilmu ekonomi ortodok yang tidak di dasarkan atas wahyu lebih banyak mengunakan konteks masalah

dimana pemikiran ekonomi tersebut hidup. Mereka mengunakan teori yang berasal dari asumsi-

asumsi yang dibangun oleh sejarah pada waktu teori tersebut ditemukan. Maka karakter pemikiran-

pemikiran ekonomi ortodok sangat dipengaruhi oleh latar beakang kehidupan mereka, seperti the

Wealth of Nation yang disusun Adam Smith menunjukan pengaruh filsafat hukum kodrat dalam

pemikirannya. [4] Demikian juga pengaruh latar belakang birokrasi yang mempengaruhi John M

Keynes dalam menyusun bukunya the General Theory, demikian juga dengan pemikiran ekonomi

ortodok yang lain yang menjadi sumber hukum ekonomi lainnya.

Pemikiran ekonom-ekonom Barat—demikian juga dengan ekonomi Muslim— bias terhadap

sejarah hidup mereka. Maka untuk menjadi dari sumber hukum ekonomi secara umum karena ilmu

ekonomi cenderung berkembang dari waktu ke waktu sehingga dibutuhkan sumber hukum yang

mampu mengakomodasi berbagai perubahan-perubahan tersebut. Al quran sebagai wahyu Allah SWT

sebagai sumber hukum ekonomi karena Allah SWT pemilik kebenaran dari segala kemungkinan

kecenderunga atas semua perbuatan manusia.

b. Lahir pada waktu yang berbeda.

Ekonomi Islam lahir sejak Rasulullah SAW (569-632) menyebarkan ajaran Islam pada

masyarakat Mekah dan Madinah,[5] kemudian di lanjutkan oleh khulafaurashidin yang membangun

pemerintahan selama 29 tahun, dari 632 sampai 661 masehi. Seterusnya di lanjutkan oleh bani

Umayah dari tahun 661 sampai 750, muncul ekonomi Zayd bin Ali (738). Di masa bani Abbasiyah

dari 7 tahun, dari 750 sampai 1258 masehi muncul ekonomi muslim seperti Abu Hanifah (767); Al-

Awza’I (774), Imam Malik (Madinah:796) ; Abu Yusuf (798); Muhammad bin Hasan al-Shaibani

(804) dan sebagainya. Akhirnya pada abad 11 muncul ekonom muslim yang cukup populer seperti,

ibnu Khaldum (1040) Al Ghazali (1111) sampai Shah Waliullah (1762).[6]

Melalui transformasi pengetahuan akhirnya pengetahuan Islam bisa masuk ke Barat lewat Spanyol,

Andalusia, Sisillia.[7] Perkembangan pemikiran ekonomi Barat mulai tumbuh pada abad 12 yang

dimulai munculnya pemikiran ekonomi paham Scholastik (12-15) dengan tokohnya Thomas Aquinas.

Dimana pada saat itu pusat pengetahuan ada di kalangan pendeta sebagai pemegang legitimasi

pengetahuan. Merkantilis (1500-1770) dengan tokohnya Thomas Mun, Malynes, Davenant, Colbert

dan Petty. Psiokratis (1756-1776) dengan tokohnya Quesnay dan Turgot. Kemudian disusul dengan

ekonom klasik Adam Smith (1776) Krisis ekonomi pada 1930 memicu perubahan dunia akan

pemikiran ekonomi klasik dengan munculnya. JM Keynes melalui General Theory of Employment,

Interets and Money (1936) sebagai antitesis dari pemikiran Adam Smith yang pro pasar Seterusnya

muncul varian-varian baru dalam pemikiran ekonomi sebagai kritik atas keberadaan ekonomi

mainstrem [8]

Page 5: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

Kemunculan ekonomi Islam bukan karena ekonomi ortodok, karena sejarah membuktikan bahwa

kemunculan ekonomi Islam sejak Rasulullah SAW hidup. Ekonomi Islam merupakan bagian integral

ajaran Islam, bukan dampak dari sebuah keadaan yang memaksa kemunculannya, jadi bukan karena

ekonomi ortodok yang memaksa kehadiran ekonomi Islam.

c. Kemajuan yang berbeda

Kemajuan ekononomi Islam sudah ada sejak Rasulullah SAW memimpin umat Islam,

demikian juga di masa khulafaurahidin. Di masa Abbasiyah puncak kejayaan Islam pada masa Umar

bin Abdul Aziz atau Umar II (717-720). Di masa Umayah kejayaan berada pada masa Harun al

Rasyid (786-809). Kemajuan pada periode pemerintah yang berbeda tersebut dibuktikan dengan

ditemukan beberapa penemuan baru dibidang intelektual, budaya dan perdagangan yang dicapai di

seluruh ranah Islam pada tahun 800 hingga 1600. Kemajuan Islam mengubah kota Damaskus,

Baghdad , Kairo, dan Kordoba menjadi kota utama pengetahuan dan perdagangan. [9]

Penemuan teknologi pada abad pertengahan karena kebutuhan umat, seperti ditemukan kompas,

teropong, kertas dan lain sebagainya. Penemuan-penemuan ini dilandasi usaha untuk menjawab

berbagai masalah yang masyarakat hadapi pada jamannya. Kompas ditemukan karena kebutuhan

untuk menunjuk arah ketika umat Islam menyeberangi lautan untuk berniaga atau meluaskan

wilayahnya. Teropong untuk melihat bulan untuk menentukan akhir bulan Ramadhan. Kertas

ditemukan karena kebutuhan dalam pencatatan transaksi dalam perniagaan Demikian juga

ditemukannya alat-alat modern yang lain disebabkan oleh usaha untuk untuk mendapatkan solusi dari

banyaknya masalah-masalah kehidupan yang umat Islam alami pada jamannya.

Demikian pula tumbuhnya pemikiran ekonomi pada masa Rasulullah SAW, khulafaurahidin, masa

kekhalifaha sebagai upaya menjawab persoalan-persoan ekonomi yang ada di jamannya.

Kecenderungan ada pengaruh latar-belakang kehidupan dalam teori-teori ekonomi pada ekonom

Muslim nampak dari karya-karya yang di kemukakan. Pengaruh tersebut berupa pengaruh pemikiran,

pengaruh geografi, dan pengaruh jabatan/pekerjaan menjadi bagian penting dalam merumuskan

pemikiran-pemikiran ekonomi yang mereka pahami.[10]

Berbagai pemikiran ekonomi dan penemuan teknologi oleh umat Islam terutama pada abad

pertengahan bukan dikarenakan ekonomi ortodok, yang menimbulkan sikap untuk menyaingi dan

mengungguli ekonomi ortodok yang memang belum ada pada masa itu. Kemajuan Islam dengan

ditemukan pemikiran dan teknologi pada abad pertengahan dikarenakan kebutuhan masyarakat akan

perlunya teknologi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tumbuhnya ekonomi Islam bukan karena adanya

ekonomi ortodok tetapi karena kebutuhan umat manusia.

d. Makna istilah yang berbeda

Islam memiliki definisi, makna dan ukuran yang berbeda dengan ekonomi ortodok Islamisasi

bisa dilakukan bila umat Islam melepaskan diri berbagai unsur selain yang berhubungan dengan

Page 6: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

Islam. Islamisasi di lakukan dalam usaha menemukan kembali definisi, makan dan ukuran sesuatu

unsur, komponen, obyek menurut Islam Oleh karenanya Islamisasi menurut Naquib (1978)

adalah liberation of man first from magical, mythological, animistic, national-cultural tradition

(opposed to Islam), and then from secular control over his reason and language. [11] Dengan bahasa

lain Islamisasi adalah usaha untuk melepaskan dari berbagai pemahaman manusia yang didasarkan

interpretasi ideologi sekular; dan dari makna dan ekspresi sekuler. [12]

Istilah-istilah ekonomi dalam ekonomi Islam memiliki definisi, makna, dan ukuran berbeda dengan

ekonomi ortodok. Selama istilah-istilah ekonomi Islam dan ekonomi ortodok definisi, makna dan

ukurannya sama maka syarat untuk melakukan Islamisasi dalam bidang ekonomi menemui kegagalan.

Ekonomi ortodok menguasai ekonomi dunia, maka istilah-itilah ekonomi termanipulasi oleh

pemaknaan ekonomi ortodok yang cenderung mengandung sifat rasionalis, individualis dan

keseimbangan. Selama pengunaan istilah ekonomi dikuasai peristilahan ekonomi ortodok maka logika

ekonomi Islam akan dikuasai oleh ekonomi ortodok.

Walaupun belum tentu istilah ekonomi dalam ekonomi Islam dan ekonomi ortodok berbeda namun

harus dimaklumi bahwa ada berbedaan definis, makna, dan ukuran pasti ada. Seperti makna dalam

istilah kemajuan, kesejahteraan, pertumbuhan, pengangguran, kemiskinan, bahkan tidak menutup

kemungkinan istilah-istilah yang berkaitan masih dipengaruhi mengunakan definisi, makna dan

ukuran ekonomi ortodok. Bila istilah ekonomi yang di gunakan ekonomi Islam sama dengan ekonomi

ortodok makna ekonomi Islam bukan hanya secara filosofi ekonomi Islam sulit dibedakan dengan

ekonomi ortodok tetapi juga secara teknis.

Akhir kata, ekonomi Islam dan ekonomi ortodok tidak bisa dibandingkan karena berbedaan sumber

hukum, sejarah, kemajuan dan istilah. Usaha membandingkan sama maknanya mempersamakan

keduanya objek yang jelas dalam posisi yang berbeda. Tidak mungkin membandingkan dengan

objektif sesuatu yang sudah jelas berbeda. Artinya objektifitas tidak akan kita dapatkan dalam

membandingkan ekonomi Islam dengan ekonomi ortodok karena kita membandingkan dua objek

yang jelas tidak sama.

Wallahu a’lam

Page 7: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

Catatan Kaki

[1] Ekonomi ortodok—atau yang kita ekonomi konvensional—dikembangkan oleh pemikiran

neoklasik pada abad 19, dikenal juga dengan Walrasian model. Ekonomi ortodok merupakan ilmu

ekonomi yang berpusatkan (nexus) pada rationality- individualisme- equilibrium atau rational-

individual is-keseimbangan. Lihat Christian Arnsperger dan Yanis Varoufakis, (2005) “What is

Neoclassical Economics?: the Three Axioms Responsible for Its Theoritical Oeuvre, Practical

Irrelevance and, thus, Discursive Power” di http://www.econ. uoa.gr/UA/ files/941678562. .pdf.

Sedangkan ekonomi heterodok lebih dikarenakan dominasi ekonomi ortodok, ekonomi heterodok

mengkritik aspek-aspek tertentu yang dalam ekonomi ortodok oleh ekonomi heterodok. Ekonomi

heterodok tumbuh tidak jauh dari lingkungan ekonomi yang dikritiknya, ekonomi ortodok Pada

umumnya ekonomi heterodok menekankan pada institutions- history–social structure atau

kelembagaan- sejarah-struktur social. Lihat Toni Lawson, (2006) “The Nature of Heterodox

Economics”, di http://www.bresserp ereira.org. br/Terceiros/ 05.5.Heterodox_ Economics. pdf.

[2] Dalam Gabriel (2003), Introduction to Heterodox Economic Theory, June 4, 2003, based on

lecture’s notes at the author’s website, http://www.mtholyok e.edu/courses/ sgabriel/ heterodox_

defined.htm

[3] Lihat dan bandingkan dengan Ziauddin Sardar (1985) Islamic Future, The Shape of Ideas to

Come, Mansell, London :Mansell, p: 79

[4] Filsafat moral Smith sendiri sangat dipengaruhi oleh filsafat Stoa atau Stoisisme, suatu aliran

filsafat yang berkembang di Yunani Kuno yang bernama Zeno, pasca Aristoteles dan Plato. Zeno

berpendapat bahwa keteraturan dunia ini bukanlah suatu kebetulan semata. Keteraturan segala

sesuatu, dan mengarahkan segala sesuatu itu disebut juga sebagai nasib, atau takdir. Lihat Sonny

Keraf (1996). Pasar bebas Keadilan dan Peran Pemerintah, Telaah atas Etika Politik Ekonomi Adam

Smith, Yogyakarta : Kanisius, h. 23-25

[5] Rasulullah SAW menyebarkan ajaran Islam di Mekah selama 9 tahun dari tahun 613 sampai 622,

dimana pada tahun 622 Rasulullah SAW hijrah ke Madinah sekaligus tahun tersebut ditetapkan

sebagai tahun awal hijrah. Rasulullah SAW menetap di Madinah sampai wafatnya pada tahun 632

masehi atau tahun 10 Hijrah. Lihat Ira M. Lapidus (2000), Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta :

Rajagrafindo Persada, h. 34-49

[6] Joseph Alois Schumpeter (1883-1950) menyebut abad pertengahan sebagai abad kegelapan atau

dark age namun penyataan ini terbantah sejalan dengan adanya sejumlah pemikir Islam antara abad 9

sampai abad 17. Lihat S. M. Ghazanfar (2003), MedievaI Islamic Economic Thought, Filling the

“Great Gap” in European Economics, New York :RoutiedgeCurzon, h. 6-12

Page 8: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

[7] Mehdi Nakosteen (1996), Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, Jakarta :Risalah Gusti, h.

271

[8] Pengaruh dan kritik pemikiran ekonomi Merkantilis sampai new Keynesian pada tahun 1975 dapat

dilihat di Stanley L Brue (2000), The Evolution of Economic Thought, Orlando:The Dryden Press,

h.3-9

[9] Pada abad pertengahan kemajuan Islam meliputi bidang kosmologi, matematika, astronomi,

antropologi, kedokteran, kimia, ilmu optik dan bidang budaya. Lihat Howard R Turner (2004), Sains

Islam yang Mengagumkan, Sebuah Catatan terhadap Abad Pertengahan. Bandung : Nuansa, h. 37-45.

[10] Keempat imam mazhab memiliki latar belakang berbeda; Hanafi (767) tinggal di Kuffah, Maliki

(796) di Madinah, Syafii (820) tinggalnya berpindah-pindah dari Mekah, Madinah, Yaman, Iraq,

Persia dan Mesir, Hambali (855) di Baghdad. Keempat imam mazhab memiliki karakter berbeda

dalam mengemukakan fatwa, banyak diduga latar belakang kehidupan yang berbeda mempengaruhi

pemikiran keempat Imam ini dalam mengemukkan pendapat. Demikian juga pengaruh pemikirannya

terhadap murid-muridnya, seperti pemikiran ekonomi Abu Yusuf (798) dalam al Kharaj banyak

dipengaruhi oleh gurunya Imam Hanafi.

[11] Muh. Naquib Al Attas. (1993) Islam and Secularism. Kuala Lumpur :ISTAC, h. 44-45

[12] Muh. Aslam Haneef, (2005), A Critical Survey of Islamization of Knowledge, Kualalumpur;

IIUM, p. 0 3

Ini sebuah pengantar karena tulisan ini resume bagian 4 dari 6 bagian “Ekonomi Islam; Ortodok atau

Heterodok?”

Page 9: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

3.EMPAT PENYEBAB KERISISEKONOMI INDONESIA TAHUN 1997-1998

Berbagai kajian yang menelaah krisis keuangan Asia telah banyak dilakukan, dari berbagai

sudut pandang pula. Secara umum terlihat suatu pola dan karakteristik yang berlaku sama di seluruh

negara yang dilanda krisis. Namun, dalam hal kedalamannya dan jangka waktunya, Indonesia dapat

dikatakan sangat unik. Sulit mencari pembandingnya, barangkali negara yang paling layak untuk

dibandingkan waktu itu adalah Rusia, dan sekarang mungkin Argentina. Oleh karena itu, dalam uraian

berikut kita akan mengkaji secara singkat mengapa krisis di Indonesia begitu parah, dan mengapa

pemulihannya begitu lambat.

Sebagai introspeksi, harus kita akui bahwa krisis di Indonesia benar-benar tidak terduga datangnya,

sama sekali tidak terprediksi sebelumnya. Seperti dikatakan oleh Furman dan Stiglitz (1998), bahwa

di antara 34 negara bermasalah yang diambil sebagai percontoh (sample) penelitiannya, Indonesia

adalah negara yang paling tidak diperkirakan akan terkena krisis bila dibandingkan dengan negara-

negara lainnya dalam percontoh, tersebut. Ketika Thailand mulai menunjukkan gejala krisis, orang

umumnya percaya bahwa Indonesia tidak akan bernasib sama. Fundamental ekonomi Indonesia

dipercaya cukup kuat untuk menahan kejut eksternal (external shock) akibat kejatuhan ekonomi

Thailand.

Berikut ini 4 Penyebab Krisis Ekonomi Indonesia tahun 1997-1998 :

1.   Yang pertama, stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek,

telah menciptakan kondisi bagi “ketidakstabilan”. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang

berlebihan, bahkan cenderung mengabaikan, dari para menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat

perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.

Pemerintah selama ini selalu ekstra hati-hati dalam mengelola hutang pemerintah (atau hutang

publik lainnya), dan senantiasa menjaganya dalam batas-batas yang dapat tertangani (manageable).

Akan tetapi untuk hutang yang dibuat oleh sektor swasta Indonesia, pemerintah sama sekali tidak

memiliki mekanisme pengawasan. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang swasta

tersebut benar -benar menjadi masalah yang serius. Antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli

1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman swasta (World Bank,

1998). Hal ini mirip dengan yang terjadi di negara-negara lain di Asia yang dilanda krisis. Dalam

banyak hal, boleh dikatakan bahwa negara telah menjadi korban dari keberhasilannya

sendiri. Mengapa demikian? Karena kreditur asing tentu bersemangat meminjamkan modalnya

kepada perusahaan-perusahaan (swasta) di negara yang memiliki inflasi rendah, memiliki surplus

anggaran, mempunyai tenaga kerja terdidik dalam jumlah besar, memiliki sarana dan prasarana yang

Page 10: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

memadai, dan menjalankan sistem perdagangan terbuka.

Daya tarik dari “dynamic economies’” ini telah menyebabkan net capital inflows atau arus modal

masuk (yang meliputi hutang jangka panjang, penanaman modal asing, dan equity purchases) ke

wilayah Asia Pasifik meningkat dari US$25 milyar pada tahun 1990 menjadi lebih dari US$110

milyar pada tahun 1996 (Greenspan 1997). Sayangnya, banyaknya modal yang masuk tersebut tidak

cukup dimanfaatkan untuk sektor-sektor yang produktif, seperti pertanian atau industri, tetapi justru

masuk ke pembiayaan konsumsi, pasar modal, dan khusus bagi Indonesia dan Thailand, ke sektor

perumahan (real estate). Di sektor-sektor ini memang terjadi ledakan (boom) karena sebagian

dipengaruhi oleh arus modal masuk tadi, tetapi sebaliknya kinerja ekspor yang selama ini menjadi

andalan ekonomi

nasional justru mengalami perlambatan, akibat apresiasi nilai tukar yang terjadi, antara lain, karena

derasnya arus modal yang masuk itu.

Selain itu, hutang swasta tersebut banyak yang tidak dilandasi oleh kelayakan ekonomi, tetapi lebih

mengandalkan koneksi politik, dan seakan didukung oleh persepsi bahwa negara akan ikut

menanggung biaya apabila kelak terjadi kegagalan. Lembaga keuangan membuat pinjaman atas dasar

perhitungan aset yang telah “digelembungkan” yang pada gilirannya mendorong lagi terjadinya

apresiasi lebih lanjut (Kelly and Olds 1999). Ini adalah akibat dari sistem yang sering disebut sebagai

“crony capitalism”. Moral hazard dan penggelembungan aset tersebut, seperti dijelaskan oleh

Krugman (1998), adalah suatu strategi “kalau untung aku yang ambil, kalau rugi bukan aku yang

tanggung (heads I win tails somebody else loses)”. Di tengah pusaran (virtous circle) yang semakin

hari makin membesar ini, lembaga keuangan meminjam US dollar, tetapi menyalurkan pinjamannya

dalam kurs lokal (Radelet and Sachs 1998). Yang ikut memperburuk keadaan adalah batas waktu

pinjaman (maturity) hutang swasta tersebut rata-rata makin pendek. Pada saat krisis terjadi, rata-rata

batas waktu pinjaman sektor swasta adalah 18 bulan, dan menjelang Desember 1997 jumlah hutang

yang harus dilunasi dalam tempo kurang dari satu tahun adalah sebesar US$20,7 milyar (World Bank

1998).

2. Yang kedua, dan terkait erat dengan masalah di atas, adalah banyaknya kelemahan dalam sistem

perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta

eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.

Ketika liberalisasi sistem perbankan diberlakukan pada pertengahan tahun 1980-an, mekanisme

pengendalian dan

pengawasan dari pemerintah tidak efektif dan tidak mampu mengikuti cepatnya pertumbuhan sektor

perbankan. Yang lebih parah, hampir tidak ada penegakan hukum terhadap bank-bank yang

melanggar ketentuan, khususnya dalam kasus peminjaman ke kelompok bisnisnya sendiri, konsentrasi

pinjaman pada pihak tertentu, dan pelanggaran kriteria layak kredit. Pada waktu yang bersamaan

Page 11: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

banyak sekali bank yang sesunguhnya tidak bermodal cukup (undercapitalized) atau kekurangan

modal, tetapi tetap dibiarkan beroperasi. Semua ini berarti, ketika nilai rupiah mulai terdepresiasi,

sistem perbankan tidak mampu menempatkan dirinya sebagai “peredam kerusakan”, tetapi justru

menjadi korban langsung akibat neracanya yang tidak sehat.

3. Yang ketiga, sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang

pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula.

Hill (1999) menulis bahwa banyaknya pihak yang memiliki vested interest dengan intrik-intrik

politiknya yang menyebar ke mana-mana telah menghambat atau menghalangi gerak pemerintah,

untuk mengambil tindakan tegas di tengah krisis.Jauh sebelum krisis terjadi, investor asing dan pelaku

bisnis yang bergerak di Indonesia selalu mengeluhkan kurangnya transparansi, dan lemahnya

perlindungan maupun kepastian hukum. Persoalan ini sering dikaitkan dengan tingginya “biaya

siluman” yang harus dikeluarkan bila orang melakukan kegiatan bisnis di sini. Anehnya, selama

Indonesia menikmati economic boom persepsi negatif tersebut tidak terlalu menghambat ekonomi

Indonesia. Akan tetapi begitu krisis menghantam, maka segala kelemahan itu muncul menjadi

penghalang bagi pemerintah untuk mampu mengendalikan krisis. Masalah ini pulalah yang

mengurangi kemampuan kelembagaan pemerintah untuk bertindak cepat, adil, dan efektif.  Akhirnya

semua itu berkembang menjadi “krisis kepercayaan” yang ternyata menjadi penyebab paling utama

dari segala masalah ekonomi yang dihadapi pada waktu itu. Akibat krisis kepercayaan itu, modal yang

dibawa lari ke luar tidak kunjung kembali, apalagi modal baru.

4.  Yang keempat, perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan

pada gilirannya memberbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri.

Faktor ini merupakan hal yang paling sulit diatasi. Kegagalan dalam mengembalikan stabilitas sosial-

politik

telah mempersulit kinerja ekonomi dalam mencapai momentum pemulihan secara mantap dan

berkesinambungan.

Meskipun persoalan perbankan dan hutang swasta menjadi penyebab dari krisis ekonomi, namun,

kedua faktor yang disebut terakhir di atas adalah penyebab lambatnya pemulihan krisis di Indonesia.

Pemulihan ekonomi musykil, bahkan tidak mungkin dicapai, tanpa pulihnya kepercayaan pasar, dan

kepercayaan pasar tidak mungkin pulih tanpa stabilitas politik dan adanya permerintahan yang

terpercaya (credible).

Page 12: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

4.ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI 3

Keniscayaan Mengangkat Derajat Mustahik

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim mempunyai peluang yang sangat

besar dalam pengentasan kemiskinan. Sesuai data dari Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (sekarang: CSRC/Center for the Studi of Religion and Culture) dalam sebuah

penelitiannya tentang potensi zakat di Indonesia menemukan bahwa potensi zakat di Indonesia

mencapai Rp. 19 triliun lebih, begitu juga penelitian yang dilakukan oleh PIRAC. Bahkan menurut

Direktur Thoha Putra Center Semarang, H. Hasan Toha Putra MBA diperkirakan potensi zakat

masyarakat Indonesia setiap tahunnya mencapai Rp. 100 trilyun lebih.

Akan tetapi potensi yang demikian besar ini belum dimaksimalkan dan didistribusikankan dalam

bentuk yang produktif[2].

Pendistribusian zakat selama ini pada umumnya terfokus pada para mustahiq yang cenderung bersifat

konsumtif, hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok pada saat tertentu. Dengan begitu, untuk

selanjutnya mereka menjadi miskin kembali. Setiap tahun fakir-miskin bukan semakin berkurang,

bahkan semakin bertambah dalam antrian panjang para penerima zakat. Kalau kondisi ini dibiarkan,

maka umat Islam tidak bisa menyelesaikan problema ekonomi umatnya.

Oleh sebab itu, diperlukan strategi pendayagunaan zakat secara efektif yaitu sistem pendistribusian

zakat yang berorientasi pada produktivitas. Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan bagian

zakat kepada mustahiq yang cukup sebagai modal untuk memulai atau membuka bidang usaha

produktif yang memberikan income yang memadai, hingga pada gilirannya ia tidak lagi menjadi

mustahiq zakat tetapi meningkat menjadi muzakki[3].

Sistem pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1.      Melakukan studi kelayakan/analisis kebutuhan

2.      Menetapkan jenis usaha produktif

3.      Melakukan bimbingan dan penyuluhan

4.      Mengadakan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan

5.      Melakukan evaluasi secara komprehensif

6.      Membuat laporan secara berkala

Berkenaan dengan pengawasan zakat, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik

(Undang-undang Nomor 38 pasal 18). Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan terhadap

Page 13: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat (Undang-undang Nomor 38 pasal 20). Untuk

menghindari kecurangan dan penyimpangan. Dalam pelaksanaannya juga haruslah bersifat objektif,

transparan, dan akuntabilitas[4].

Potret Kesuksesan Zakat Produktif

Penerapan zakat dengan orientasi seperti ini pernah mencapai titik gemilang pada masa Umar bin

Abdul Aziz. Hanya dalam masa 2 tahun beliau berhasil mengentaskan kemiskinan sehingga tidak ada

lagi yang mau menerima zakat. Semua rakyatnya merasa sudah menjadi muzakki (pembayar zakat)

bukan lagi mustahik (penerima zakat).

Sebagaimana dituturkan Abu Ubaid bahwa Gubernur Irak Hamid bin Abdurrahman sewaktu

mengirim surat kepada Amirul Mukminin tentang melimpahnya dana zakat di baitul maal karena

sudah tidak ada lagi yang mau menerimanya.

Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk memberikan gaji dan hak rutin orang di daerah itu.

Dijawab oleh Hamid “Kami sudah memberikannya tetapi dana zakat begitu banyak di baitul maal.

Lalu Umar bin Abdul Aziz menginstruksikan untuk memberikan dana zakat tersebut kepada mereka

yang berhutang dan tidak boros. Hamid berkata, “Kami sudah bayarkan hutang−hutang mereka, tetapi

dana zakat begitu banyak di Baitul Maal”

Kemudian Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar ia mencari orang lajang tidak memiliki cukup

uang dan ingin segera menikah, agar dinikahkan dan dibayarkan maharnya. Dijawab lagi “Kami

sudah nikahkan mereka dan bayarkan maharnya tetapi dana zakat begitu banyak di baitul maal”.

Akhirnya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar Hamid bin Abdurrahman mencari seorang yang

biasa membayar upeti atau pajak hasil bumi. Jika ada kekurangan modal dalam usahanya, berilah

pinjaman kepada mereka agar ia mampu kembali mengolah lahannya dengan baik. Kita tidak

menuntut kecuali setelah dua tahun atau lebih[5]”. Cara inilah yang disebut penyaluran zakat

produktif.

Page 14: MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

Referensi:

1.      www.vivanews.com

2.      http://lowonganterbaru.uni.cc

3.      M. Nur A Birton, 2001.

4.       http://anakbanyumas.wordpress.com

5.      Faidhul-Qadir, karya Imam Munawi

6.       Dauruz Zakat Fii Ilajil Musykilat Al-Iqtishadiyah, Dr. Yusuf Qaradhawi

7.      Al-Majmu, karya Imam Nawawi

8.      Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq, Cet.Al-Maktabah Al-Ashriyah Beirut

9.      http://www.elzawa-uinmaliki.org

10.  http://mihrabia.blogspot.com

11.   Zakat Sebagai Tiang Utama Ekonomi Syari’ah, Oleh: Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin, MSc

12.  Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 38 Tahun 1999, Tentang Pengelolaan Zakat

13.  http://rudipower.blogspot.com