makalah seminar kerja praktek pengaturan...

Download MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN …elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F006042... · menurunkan biaya produksi d ... rangkaian rotor di searahkan menjadi

If you can't read please download the document

Upload: vuongxuyen

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

    MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

    PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA

    DENGAN STATIC SCHERBIUS DRIVE PADA

    SUSPENTION PREHEATER FAN PLANT 9

    Gafur Nugroho, Bambang Winardi

    Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

    Jl. Prof. Sudharto, SH Tembalang, Semarang

    Abstrak: Pada proses pembuatan semen, terdapat tiga reaksi penting yaitu dehidrasi, kalsinasi, dan

    molekulerisasi. Dua di antara proses tersebut berada pada suspention preheter, maka di sini sangatlah

    penting peran dari Fan yang ada pada suspention preheater tersebut (SP Fan) yaitu berfungsi untuk

    menarik gas panas yang dimanfaatkan untuk proses kalsinasi dan material untuk masuk ke dalam cyclone

    pada suspention preheater. Dalam proses penarikan gas panas dan material ini motor yang di gunakan

    adalah motor induksi 3 fasa. Laporan Kerja Praktek ini membahas mengenai pengaturan putaran motor

    induksi 3 fasa dengan system static scherbius drive.

    Kata kunci : Suspention preheater, static scherbius drive, motor induksi 3 fasa

    I. PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    PT. Indocement, Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

    semen. Semen yang dihasilkan di PT. Indocement,

    Tbk. merupakan semen PCC, dan PT. Indocement,

    Tbk. adalah satu-satunya industry semen yang

    memproduksi semen putih di Indonesia.

    Pada proses pembuatan semen, terdapat tiga

    reaksi penting yaitu dehidrasi, kalsinasi, dan

    molekulerisasi. Dua di antara proses tersebut

    berada pada suspention preheter, maka di sini

    sangatlah penting peran dari Fan yang ada pada

    suspention preheater tersebut (SP Fan) yaitu

    berfungsi untuk menarik gas panas yang

    dimanfaatkan untuk proses kalsinasi dan material

    untuk masuk ke dalam cyclone pada suspention

    preheater. Dalam proses penarikan gas panas dan

    material ini motor yang di gunakan adalah motor

    induksi 3 fasa.

    Tujuan

    Makalah kerja praktek ini bertujuan untuk

    mengetahui prinsip pengaturan kecepatan motor

    Induksi 3 fasa menggunakan static scherbius drive

    secara umum pada suspention preheater di PT.

    Indocement, Tbk Plant 9, Cirebon.

    Batasan Masalah

    Dalam laporan kerja praktek ini membahas

    hal-hal yang bersifat umum tentang penggunaan

    static scherbius drive untuk pengaturan kecepatan

    putaran motor induksi 3fasa pada suspention

    preheter fan di palnt 9 PT. Indocement, Tbk.

    Cirebon.

    II. DASAR TEORI

    Langkah-langkah Proses Pembuatan Semen

    Secara garis besar proses pembuatan semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa dibagi

    dalam beberapa tahap :

    1. Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku (Unit Mining)

    Bahan baku utama yang digunakan dalam

    proses pembuatan semen adalah batu kapur

    (lime stone), sedangkan tanah liat (clay), pasir

    silica, pasir besi dan gypsum sebagai bahan

    aditif.

    2. Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Unit Raw Mill)

    Tahapan ini terdiri dari :

    a. Pengeringan bahan aditif Bahan aditif dari masing-masing storage

    diambil untuk kemudian diumpankan ke

    dalam rotary dryer untuk dikeringkan. Media

    pemanasnya adalah gas panas yang berasal

    dari Reinforced Suspention Preheater (RSP).

    Proses pengeringan berlangsung hingga

    didapatkan kondisi material memiliki

    kandungan air kurang lebih 1%.

    b. Penggilingan bahan baku High lime, low lime, aditif dan pasir besi

    diumpankan ke dalam alat penggiling (raw

    mill). Di dalam alat ini, material digiling

    dengan menggunakan bola-bola baja dengan

    ukuran tertentu sambil diputar. Proses ini

    menggunakan gas panas dari stabilizer yang

    diambil dari RSP sehingga dalam proses ini

    berlangsung pula proses pengeringan.

    Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Undip

    Dosen Jurusan Teknik Elektro Undip

  • 2

    c. Pencampuran bahan baku Raw meal di homogenisasi dengan proses

    aerasi di dalam Homogenizing Silo (HS).

    3. Pembakaran Raw Meal dan Pendinginan Clinker (Unit Burning)

    Proses pembakaran raw meal dalam

    pembuatan semen merupakan tahap yang

    paling penting karena pada tahap inilah

    terbentuk mineral-mineral yang diperlukan

    dalam semen. Proses pembakaran di preheater

    (proses prekalsinasi) dan proses pembakaran

    di kiln menjadi klinker.

    Klinker yang keluar dari kiln dan masuk ke

    dalam cooler sudah terbentuk padatan dan

    bersuhu kurang lebih 1000 1200C. Klinker yang masih panas ini perlu

    didinginkan karena :

    a. klinker yang panas sulit diangkut b. klinker panas mempunyai pengaruh

    negatif pada proses penggilingan

    c. udara panas hasil pendinginan klinker dapat dimanfaatkan, sehingga dapat

    menurunkan biaya produksi

    d. pendinginan yang tepat akan meningkatkan kualitas semen

    Gambar 1 Alur produksi

    4. Penggilingan Akhir (Unit finish Mill) Proses penggilingan klinker bertujuan

    untuk mencampur dan menggiling klinker

    dengan gypsum sampai tingkat kehalusan

    tertentu sehingga terbentuk produk semen.

    Material digiling di dalam cement mill.

    Material yang keluar dari cement mill

    dibawa oleh ATC (Air Truck Conveyor)

    kemudian dipusingkan kedalam Air Separator.

    Dalam air separator terjadi dua gaya yaitu gaya

    sentrifugal dan gravitasi sehingga produk yang

    halus masuk ke siklon dan produk yang masih

    kasar masuk kembali ke cement mill sebagai

    tailing.

    5. Pengantongan Semen (Unit Packing) Semen disimpan dalam cement silo. Semen

    dari silo dibawa ke bagian pengepakan

    (packing) dengan menggunakan air sliding

    Conveyor dan Bucket Elevator. Dari bucket

    elevator, semen dilewatkan ke vibrating

    screen untuk memisahkan material asing yang

    terdapat didalam semen. Lalu semen

    dimasukkan ke dalam feed bin dan dikeluarkan

    melalui mesin pengepakan.

    Dari mesin pengepakan, semen yang sudah

    dikemas diangkut dengan belt conveyor

    menuju ke dua buah bag loader untuk dimuat

    ke atas truk dan siap untuk dipasarkan.

    Motor Induksi 3 Fasa

    Prinsip Kerja

    Motor induksi adalah alat listrik yang

    mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.

    Listrik yang diubah adalah listrik 3 phasa. Motor

    induksi sering juga disebut motor tidak serempak

    atau motor asinkron. Prinsip kerja motor induksi

    lihat Gambar 2

    Gambar 2 Prinsip kerja motor induksi

    Ketika tegangan phasa U masuk ke belitan

    stator menjadikan kutub S (south = selatan), garis-

    garis gaya magnet mengalir melalui stator,

    sedangkan dua kutub lainnya adalah N (north =

    utara) untuk phasa V dan phasa W. Kompas akan

    saling tarik-menarik dengan kutub S.

    Berikutnya kutub S pindah ke phasa V,

    kompas berputar 120, dilanjutkan kutub S pindah

    ke phasa W, sehingga pada belitan stator timbul

    medan magnet putar. Buktinya kompas akan

    memutar lagi menjadi 240. Kejadian berlangsung

    silih berganti membentuk medan magnet putar

    sehingga kompas berputar dalam satu putaran

    penuh, proses ini berlangsung terus menerus.

    Dalam motor induksi kompas digantikan oleh rotor

    sangkar yang akan berputar pada porosnya. Karena

    ada perbedaan putaran antara medan putar stator

    dengan putaran rotor, maka disebut motor induksi

    tidak serempak atau motor asinkron.

    Konstruksi

    Konstruksi motor induksi secara detail

    terdiri atas dua bagian, yaitu: bagian stator dan

  • 3

    bagian rotor (Gambar 3). Stator adalah bagian

    motor yang diam terdiri: badan motor, inti stator,

    belitan stator, bearing, dan terminal box. Bagian

    rotor adalah bagian motor yang berputar, terdiri

    atas rotor sangkar, dan poros rotor. Konstruksi

    motor induksi tidak ada bagian rotor yang

    bersentuhan dengan bagian stator, karena dalam

    motor induksi tidak ada komutator dan sikat arang.

    Gambar 3 Konstruksi Motor Induksi

    Kecepatan dan Slip Motor Induksi 3 Fasa

    Tampak stator dengan dua kutub, dapat

    diterangkan dengan empat kondisi.

    Gambar 4 Bentuk gelombang sinusoida dan timbulnya

    medan putar pada stator motor induksi

    1. Saat sudut 0o, arus I1 bernilai positif sedangkan arus I2 dan arus I3 bernilai negatif, dalam hal ini

    belitan V2, U1 dan W2 bertanda silang (arus

    masuk), dan belitan V1, U2 dan W1 bertanda

    titik (arus keluar). Terbentuk fluks magnet pada

    garis horizontal sudut 0o kutub S (South =

    selatan) dan kutub N (North = utara).

    2. Saat sudut 120o, arus I2 bernilai positif, sedangkan arus I1 dan arus I3 bernilai negatif,

    dalam hal ini belitan W2, V1, dan U2 bertanda

    silang (arus masuk), dan belitan W1, V2, dan

    U1 bertanda titik (arus keluar). Garis fluks

    magnet kutub S dan N bergeser 120o dari posisi

    awal.

    3. Saat sudut 240o, arus I3 bernilai positif, sedangkan arus I1 dan arus I2 bernilai negatif,

    dalam hal ini belitan U2, W1 dan V2 bertanda

    silang (arus masuk), dan belitan U1, W2 dan V1

    bertanda titik (arus keluar). Garis fluks magnet

    kutub S dan N bergeser 120o dari posisi kedua.

    4. Saat sudut 360. posisi ini sama dengan saat sudut 0, di mana kutub S dan N kembali

    keposisi awal sekali.

    Dari keempat kondisi di atas saat sudut 0,

    120, 240, dan 360, dapat dijelaskan terbentuknya

    medan putar pada stator, medan magnet putar stator

    akan memotong belitan rotor. Kecepatan medan

    putar stator ini sering disebut kecepatan sinkron,

    tidak dapat diamati dengan alat ukur tetapi dapat

    dihitung secara teoritis besarnya,

    di mana,

    ns : kecepatan sinkron (sator)

    f : frekuensi

    p : jumlah kutub

    Rotor ditempatkan di dalam rongga stator,

    sehingga garis medan magnet putar stator akan

    memotong belitan rotor. Rotor motor induksi

    adalah beberapa batang penghantar yang ujung-

    ujungnya dihubungsingkatkan menyerupai sangkar

    tupai, maka sering disebut rotor sangkar, kejadian

    ini mengakibatkan pada rotor timbul induksi

    elektromagnetis. Medan magnet putar dari stator

    saling berinteraksi dengan medan magnet rotor,

    terjadilah torsi putar yang berakibat rotor berputar.

    Besarnya slip yang terjadi pada motor

    induksi adalah,

    di mana,

    s : slip

    ns : kecepatan stator

    nr : kecepatan rotor

    Rugi-Rugi Motor Induksi

    Motor induksi memiliki rugi-rugi yang

    terjadi karena dalam motor induksi terdapat

    komponen tahanan tembaga dari belitan stator dan

    komponen induktor belitan stator. Pada motor

    induksi terdapat rugirugi tembaga, rugi inti, dan

    rugi karena gesekan dan hambatan angin.

    Gambar 5 Rugi-rugi daya motor induksi

  • 4

    Besarnya rugi tembaga sebanding dengan

    kuadrat arus dan hambatannya, semakin makin

    besar arus beban maka rugi tembaga makin besar

    juga. Atau jika dituliskan dalam persamaan adalah

    sebagai berikut:

    Daya input motor sebesar P1, daya yang

    diubah menjadi daya output sebesar P2. Maka

    besarnya rugi-rugi motor adalah P1-P2. Untuk

    menghitung efisiensi dari motor, menggunakan

    persamaan berikut,

    =

    100%

    di mana

    : efisiensi motor

    P1 : daya input motor

    P2 : daya output motor

    III. Static Scherbius Drive Starting Motor

    Pada system pengaturan kecepatan motor

    SP (Suspension Preheater) Fan dengan satic

    scherbius drive di PT. Indocement, Tbk. ini, untuk

    starting atau pengasutannya menggunkan

    pengasutan tipe resistor luar atau tahanan luar, yang

    dihubungkan dengan rotor melalui slip ring.

    Resistor pada stator di pasang secara bertingkat.

    Gambar 6 pengasutan motor induksi tipe resistor

    bertingkat

    Resistor pada rotor dipasang secara

    bertingkat, dimana resistor yang terhubung bernilai

    maksimum pada awal starting dijalankan, yang

    kemudian berkurang sedikit demi sedikit dan

    akhirnya semua resistor terlepas dari rotor.

    Pengasutan dengan cara menambahkan

    resistor atau tahanan luar pada rotor motor induksi

    ini hanya dapat dilakukan pada motor induksi

    dengan rotor belitan (wound rotor induction

    motor).

    Static Scherbius Drive

    Dalam static scherbius drive seperti yang

    ditunjukkan pada gambar 7, daya slip pada

    rangkaian rotor di searahkan menjadi DC

    menggunakan penyearah dioda atau penyearah tak

    terkontrol dan kemudian diubah kembali menjadi

    AC dengan menggunakan inverter. Daya yang telah

    di ubah menjadi AC dengan frekuensi 50 Hz ini,

    kemudian dikembalikan ke jala-jala melalui

    transformator terlebih dahulu. Mesin atau motor

    selalu bekerja dengan kecepatan subsynchronous

    dengan sisa fluks airgap yang konstan. Ini berarti

    kecepatan motor dapat dikontrol pada kecepatan

    , tapi motor tidak dapat beroperasi dengan

    kecepatan melebihi .

    Gambar 7 Static scherbius drive

    Dalam sistem ini juga tidak dimungkinkan

    untuk bisa berputar balik, dan pengereman

    regenerative. Kecepatan motor dikontrol dengan

    cara mengatur firing angle atau sudut pemicuan

    dari inverter. Besarnya torsi motor proporsional

    atau berbanding lurus dengan arus yang melewati

    DC link Id. Jika kecepatan menurun dari kecepatan

    sinkronnya, tegangan DC link Vd akan meningkat,

    tapi pada saat steady state besar Vd sama dengan

    V1. Oleh karena itu, jika V1 meningkat dengan cara

    menurunkan firing angle dari inverter, kecepatan

    motor akan meningkat pula. Oleh karena semakin

    besar firing angle inverter akan mengurangi faktor

    daya saluran, maka digunakan transformator step

    up atau trafo penaik tegangan. Transformator

    penaik tegangan ini dapat memperbaiki faktor daya

    saluran dengan cara membatasi range pengaturan

    firing angle. Selain untuk memperbaiki faktor daya,

    transformator penaik tegangan ini juga berfungsi

    untuk mengurangi power ratings dari converter.

    3, 50 Hz supply

  • 5

    Pada sistem static scherbius drive ini,

    selain memiliki faktor daya saluran yang rendah,

    juga menimbulkan arus harmonisa. Harmonisa ini

    di pantulkan ke rotor oleh transformator. Arus

    harmonisa juga di hasilkan dari inverter. Akibatnya,

    rugi-rugi akan meningkat dan akan menghasilkan

    harmonic torque (torsi harmonisa).

    Sistem close loop satu kuadran dari

    pengaturan kecepatan motor induksi dengan static

    scherbius drive ditunjukkan oleh gambar 6.

    Sebagian rangkaian static scherbius drive ini

    mempunyai karakteristik seperti rangkaian penguat

    DC, oleh karena itu system pengontrolannya juga

    sama seperti pengontrolan penyearah satu fasa dari

    DC driver. Dengan fluks airgap yang konstan,

    besarnya torsi proporsional atau berbanding lurus

    dengan arus yang melalui DC link Id. Arus Id

    dikontrol di dalam loop menjadi feedback seperti

    ditunjukkan pada gambar 8 sama halnya seperti

    arus Id, kecepatan motor r juga dikontrol dalam

    loop yang ditunjukkan pada gambar 8.

    Kontrol Kecepatan dengan Tacho Feedback

    Tachometer digunakan agar pengukuran

    putaran lebih akurat bila dibandingkan dengan

    EMF. Pengukuran kecepatan aktual yang tejadi

    kemudian dibandingkan kecepatan referensi

    sebagai input speed controller. Speed kontroller

    akan mengatur penambahan atau pengurangan

    tegangan rotor dengan cara menurunkan atau

    menaikan firing angle untuk mempertahankan

    kecepatan konstan dengan variasi pembebanan.

    Sebagai contoh: beban tiba-tiba meningkat dan

    motor melambat, mengurangi feedback kecepatan.

    Speed controller akan menghasilkan sinyal lebih

    tinggi ke current controller yang akan

    meningkatkan tegangan rotor sehingga memberikan

    tambahan torka ke motor dan akan mengimbangi

    kenaikan beban. Kecepatan motor akan meningkat

    sampai setara dengan kecepatan referensi setpoint.

    Saat motor berputar lebih cepat dari yang

    diinginkan, tegangan rotor akan dikurangi dengan

    cara menaikkan firing angle .

    Gambar 8 Kontrol Kecepatan dengan Tacho Feedback

    Karakteristik Kontrol Kecepatan dengan Static

    Scherbius Drive

    Gambar 9 static scherbius drive

    Tegangan output penyearah tak terkontrol

    Vr(dc) diperoleh dengan persamaan,

    di mana Vr adalah tegangan rotor. Hubungan antara

    tegangan rotor, tegangan suplai Vs dan slip

    ditunjukkan oleh persamaan berikut,

    dari persamaan (1) dan (2) diperoleh persamaan

    berikut,

    Pada gambar 9 terlihat bahwa suplai 3 fasa

    dihubungkan dengan saluran commutated inverter,

    sehingga diperoleh persamaan output,

    Vs di sini adalah tegangan suplai rms satu fasa,

    ketika line commutated converter berfungsi sebagai

    inverter ( > 90o), maka kemudian outputnya akan

    sama dengan dan opposite dari tegangan output

    penyearah,

    dari persamaan (5), maka akan diperoleh hubungan

    antara persamaan (3) dan (4), yang menghasilkan

    persamaan berikut,

    3, 50 Hz supply

  • 6

    Persamaan di atas menunjukkan bahwa

    besarnya slip dapat dikontrol dengan mengubah

    firing angle dari line commutated converter. Oleh

    karena itu, besarnya daya slip dan kecepatan motor

    juga dapat dikontrol dengan cara mengubah firing

    angle . Gambar 5.22 menunjukan karakteristik

    torsi dan kecepatan dari motor induksi yang

    dikontrol dengan sistem static scherbius drive ini.

    Gambar 10 karakteristik torsi-kecepatan sistem static

    scherbius drive

    Keuntungan dan Kerugian

    Keuntungan

    Efisiensi dari keseluruhan sistem tinggi, karena dayanya akan menjadi feed back atau

    dikembalikan ke jala-jala.

    Pengontrolan kecepatan yang sederhana, hanya dengan mengatur besarnya firing angle dari

    line commutated converter.

    Kerugian

    Memiliki faktor daya yang rendah dikarenakan daya reaktif dari motor dan inverter.

    Menimbulkan arus harmonisa.

    Range pengaturan kecepatan yang tidak terlalu besar atau terbatas.

    IV. PENUTUP

    Kesimpulan

    Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan

    bahwa :

    1. Bahan yangdigunakan untuk pembuatan semen adalah limestone, clay, pasir sillika,

    pasir besi, dan gypsum dengan komposisi

    tertentu. Bahan-bahan ini harus memenuhi

    standar yang ditetapkan oleh unit

    laboratorium.

    2. Suspension Preheater adalah salah satu peralatan dalam proses pembuatan semen,

    dan termasuk dalam proses kalsinasi.

    3. Pada pengontrolan kecepatan motor dengan menggunakan static scherbius drive, daya

    slip akan dikembalikan ke jala-jala

    sehingga sistem ini memiliki efisiensi yang

    tinggi. 4. Sistem static scherbius drive memiliki

    faktor daya yang rendah dikarenakan daya

    reaktif masukanya merupakan hasil

    penjumlahan dari daya reaktif motor dan

    daya reaktif inverter.

    5. Untuk mengatasi masalah rendahnya faktor daya dari static scherbius drive dapat

    dilakukan dengan memperkecil range

    pengubahan firing angle dari inverter, dan

    juga dengan menghubungkan kapasitor.

    Saran

    Beberapa hal yang dapat diperhatikan

    diantaranya adalah :

    1. Perlu adanya pemahaman yang mendasar baik teori maupun praktek dalam

    melakukan perawatan dan perbaikanpada

    suspension preheater fan, hal ini

    dimaksudkan untuk mempermudah

    pelacakan kesalahan atau kerusakan yang

    ada.

    2. Penguasaan teknik perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)

    mutlak diperlukan dan tidak bisa

    dipisahkan satu sama lain.

    3. Perlu adanya tenaga khusus yang mempunyai tugas sebagai pembimbing

    kerja praktek.

  • 7

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Duda, W. H., 1985, Cement Data Book,

    International Process Engineering in The

    Cement Industry, 3th edition, Bauverlag GmBH,

    Wiesbaden and Berun.

    [2] Bose, Bimal K., 2006, Power Electronics and

    Motor Drives, Academic Press is an imprint of

    Elsevier, USA.

    [3] Boldea, Ion and Syed A. Nasar, 2002, The

    Induction Machine Handbook, CRC Press LLC

    Boca Raton, London, New York, Washington

    D.C.

    [4] Wildi, Theodore ,1989, Electrical Machenes

    Drives and Power System. Prentice Hall.

    [5] Sumardjati, P.,Sofian Yahya, dan Ali Mashar,

    2008, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik,

    jilid 3, Direktorat Pembinaan Sekolah

    Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal

    Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah ,

    Departemen Pendidikan Nasional .

    BIOGRAFI

    Gafur Nugroho (L2F006042)

    Dilahirkan di Cirebon, 16 Juni

    1988, menempuh pendidikan di

    SDN Pegagan 1, SLTPN 1

    Palimanan, SMAN 1

    Palimanan, dan saat ini sedang

    melanjutkan studi S1 di jurusan

    Teknik Elektro Fakultas

    Teknik Universitas Diponegoro

    Semarang angkatan 2006 dengan konsentrasi

    Teknik Energi Listrik.

    Mengetahui dan Mengesahkan,

    Pembimbing

    Ir. Bambang Winardi

    NIP. 196106161993031002

    Tanggal : April 2010