makalah seminar 3 emg

Upload: ibrahim-achmad

Post on 11-Jul-2015

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN Diskusi Modul Endokrin Metabolisme Gizi (EMG) dengan topik Seorang laki-laki yang merasa khawatir mempunyai penyakit jantung diadakan sebanyak dua sesi. Sesi pertama diadakan tanggal 27 September 2011 pukul 08.00-09.50 WIB dengan diketuai olehIta Indriani dan Katherine Rinova selaku sekretaris. dr. Lukman.Halim,MS. selaku tutor datang tepat waktu dan memulai diskusi dengan membagikan skenario. Peserta diskusi mulai membahas masalah dan hipotesis kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien berdasarkan data yang ada. Peserta terlihat cukup aktif dan semua berpartisipasi dalam diskusi. Pada sesi kedua tanggal 29 September 2011, diskusi berlangsung pukul 13.00 WIB hingga 14.50 WIB. Ketua sesi kedua ini adalah Jessica Wirjosoenjoto dan bertugas sebagai sekretaris adalah saudari Irina Aulianisa. dr. Lukman.Halim,MS. selaku tutor sesi kedua datang tepat waktu. Lanjutan sesi kedua pada pemeriksaan lebih lanjut didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium darah. Hal yang paling menonjol yang terjadi selama diskusi adalah sulitnya menentukan etiologi setiap masalah dan hubungan yang dapat dibangun dari masalah-masalah yang ada sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya.

1

BAB II LAPORAN KASUS

A. INFORMASI LENGKAP PASIEN IDENTITAS PASIEN: Nama Usia Jenis Kelamin Agama Alamat Pekerjaan : Tn. Cholid : 35 tahun : Laki-laki ::: Pembuat program computer

ANAMNESIS Keluhan Utama: Khawatir mempunyai penyakit jantung. Keluhan Tambahan: -

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis 1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Tanda vital a. Nadi b. Tekanan darah c. Pernapasan d. Suhu 4. Antropometri 5. Kulit 6. Kepala dan wajah a. Kepala b. Mata ::2

:: Compos mentis

: 92x/menit : 170/100 mmHg ::: BB: 82 kg, TB: 175 cm :-

c. Telinga d. Hidung e. Mulut 7. Leher a. Kelenjar Tiroid

:::-

:: -

b. Kelenjar getah bening leher 8. Thorax a. Jantung b. Pulmo 9. Abdomen a. Nyeri tekan b. Bising usus c. Shifting dulness d. Hepar e. Lien 10. Urogenital 11. Genitalia eksterna 12. Anus dan rectum 13. Ekstremitas ::::::::: ::-

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil pemeriksaan GDS : 160 mg/dL Kolesterol total : 362 mg/dL Trigliserida : 800 mg/dL HDL : 26 mg% LDL : 266 mg% HbA1C : 7%

Nilai normal >

Gangguan hormon Retensi Na dan Air Resisten Leptin Hipertensi Primer(idiopatik)

19

Alkoholic

(-) Oksidasi Asam lemak

Prioritaskan pengeluaran alcohol dari darah

Enzim pemecah >TG Glukosa Tidak dipakai PENIMBUNAN Primer(Tipe III/V) Sekunder) DILAKUKAN PEMERIKSAAN LANJUTAN LDL HDL VLDL

Dislipidemi C. Total 362 mg/dL TG 800 mg/dL HDL 26 mg%

FATTY LIVER (periksa USG dan Lab hati)

TG

Obesitas

Produksi VLDL

Resistensi insulin

uptake glukosa

(+) Adenilat siklase (-) fosfodiesterase

CAMP

FFA

20

E. RENCANA PENATALAKSANAAN

UPAYA DIAGNOSTIK 1. EKG Untuk melihat apakah ada kelainan jantung, melihat dari adanya faktor resiko dari genetiknya, dan juga adanya dislipidemi yang meningkatkan terjadinya aterosklerosis. 2. Faal Hati Untuk melihat fungsi hati. Pada kasus didapatkan bahwa Tn. Cholid sejak 3 tahun yang lalu meminum alkohol, hal ini dapat menimbulkan fatty liver yang ditandai dengan penurunan fungsi hati. 3. USG Hati Untuk melihat ukuran, bentuk, letak dan permukaan hepar. Biasanya pada fatty liver akan didapatkan hepar yang sedikit membesar dengan permukaan yang bisa masih bagus atau apabila lebih lanjut akan terlihat bernodul-nodul. 5. Gula Darah Puasa dan Post Prandial Pada Tn. Cholid didapatkan gula darah sewaktu (GDS) yang sedikit meningkat. Pemeriksaan GDS kurang akurat untuk menggambarkan kadar gula darah karena gula darah pada tubuh berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan gula darah puasa dan post prandial untuk mengetahui apakah Tn. Cholid menderita diabetes melitus, mengingat adanya faktor risiko diabetes melitus pada Tn. Cholid.

PENATALAKSANAAN

Pada kasus ini, tatalaksana yang dibutuhkan adalah pengobatan diet maupun latihan fisik. Adapun pengobatan medikamentosa akan diberikan setelah program diet dan latihan fisik ini sudah terlaksana, minimal tiga bulan setelahnya. Non-medikamentosa 1. Edukasi Pasien Pasien diaedukasikan mengenai bahaya penyakitnya dan kemungkinan-

kemungkinan komplikasi yang akan terjadi. Pasien juga diedukasikan mengenai pentingnya kepatuhan dalam terapi dengan perubahan lifestyle.21

2.

Pengobatan Diet Untuk pengobatan diet, ada beberapa langkah untuk melakukan pengobatan diet tersebut. 1. Penilaian status gizi Penilaian status gizi ini meliputi anamnesa pasien seperti apakah mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol atau merokok, apakah sering mengkonsumsi makanan berlemak, dsb. Yang kedua adalah antropometri. Pada antropometri ditemukan Index Massa Tubuh dari pasien yaitu 26,8, dimana Index Massa Tubuh ini sudah termasuk kategori obesitas kelas I. 2. Penilaian status metabolik Penilaian ini untuk melihat metabolisme daripada zat-zat gizi yang kita makan, seperti karbohidrat, lemak, dan protein. 3. Perancangan pemberian makanan Akan dihitung kebutuhan kalori seseorang, sehingga kita dapat menyesuaikan kebutuhan kalorinya. Pada pasien ini, kebutuhan kalorinya adalah sebagai berikut: Berat Badan Ideal = 175-(100-(175-100 x 10%)) = 67,5 kg Kalori yang dibutuhkan = 82 x 24 = 1968 kal Overweight 30% = -590,4 kal Kerja sedang + 30 % = 590,4 kal Total kalori yang dibutuhkan 1968 kalori. Distribusi makanan: Karbohidrat: 60% x 1968 = 1180,8 kalori dari karbohidrat yang setara dengan 295, 2 gram karbohidrat. Protein: 15% x 1968 kalori = 295,2 kalori dari protein yang setara dengan 73,8 gram protein. Lemak: 20% x 1968 = 393,6 kalori dari lemak yang setara dengan 98,4 gram lemak. Terutama lemak tak jenuh (MUFA dan PUFA) yang terdapat pada minyak bunga matahari, minyak jagung, dan ikan tuna. Serat, sebaiknya diberikan 30 gram per hari.

4. Pelaksanaan pemberian

22

Pelaksanaan pemberian digunakan dengan mengikuti pola 3 makan besar dengan 3 makan kecil. Perhatikan pula 3 J, Jumlah, Jenis, Jadwal pemberian. 5. Pemantauan dan evaluasi Pada pasien ini, perhatikan bahwa pasien harus diet rendah garam untuk mengatasi hipertensinya, diet rendah lemak jenuh atau kolesterol untuk permasalahan dislipidemia, dan dianjurkan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat. Di dalam makanan nabati terdapat fitosterol, yaitu sterol yang terdapat pada makanan nabati. Fitosterol maupun kolesterol saling bersaing dalam tubuh. Maka dari itulah, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat dan rendah lemak. 3. Latihan Jasmani

Untuk latihan jasmani, diberlakukan program CRIPE: Continuous, yaitu berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh : jogging selama 30 menit tanpa istirahat Rhythmical, pilihlah latihan yang berirama seperti jalan kaki, jogging, berlari, berenang maupun bersepeda. Tidak dianjurkan tennis atau badminton karena banyak berhenti. Interval, latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Progressive, latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai berat. Endurance, latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi.

Pada Tn. Cholid, yang merupakan computer programmer, pasien jarang sekali melakukan exercise. Olahraga ini penting dilakukan karena membantu pembakaran lemak berlebih dalam tubuh pasien. Selain diet dan latihan jasmani, pasien harus menghilangkan faktor resiko lainnya yaitu minum alkohol. Kebiasan pasien ini harus dihentikan, mengingat akan semakin memberatkan kerja hati.

Medikamentosa Pada kasus ini Tn. Cholid memiliki faktor risiko (selain kolesterol LDL yang tinggi) seperti riwayat keluarga penyakit jantung dini, hipertensi (140/90 mmHg), dan kolesterol HDL yang rendah. Dengan jumlah faktor risiko lebih dari 2 dan kadar kolesterol LDL 130 mg/dl, untuk terapi awal yaitu dengan terapi diet dan latihan jasmani selama 3 bulan. Kemudian periksa23

ulang kadar kolesterol LDL. Jika kadar kolesterol LDL berkisar antara 130-159 mg/dl maka terapi diet dan latihan jasmani diteruskan. Pada keadaan ini dapat dipertimbangkan pemberian statin. Namun jika kadar kolesterol LDL 160 mg/dl, pengobatan dikombinasikan dengan medikamentosa. Pada Tn. Cholid jika terapi diet dan latihan jasmani selama 3 bulan tidak menunjukkan penurunan kadar kolesterol LDL, atau kolesterol LDL 160 mg/dl, maka kelompok kami memutuskan untuk memberikan obat penurun lipid, yaitu golongan penghambat HMG KoA reduktase dan niasin untuk menurunkan kadar kolesterol LDL, trigliserid, dan meningkatkan kolesterol HDL. Tatalaksana untuk hipertensi pada pasien ini dapat diberikan ACE inhibitor.

F. PROGNOSIS

Ad vitam: dubia ad bonam. Karena tanda-tanda vital pada pasien masih dalam batas normal, kecuali untuk tekanan darahnya. Selain itu juga pasien mengaku belum ada keluhan dan merasa sehat. Ad fungsionam: dubia ad bonam. Kebiasaan buruk pasien seperti mengonsumsi alkohol sejak 3 tahun yang lalu memungkinkan terjadinya fatty liver dan menyebabkan penurunan fungsi hati. Kadar LDL yang tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah karena adanya aterosklerosis. Ad sannationam: dubia ad bonam. Dengan menerapkan pola hidup sehat, diharapkan kolesterol Tn. Cholid menurun, yang pada akhirnya akan menurunkan risiko terkena penyakit jantung.

24

BAB III PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini, akan dibahas mengenai informasi apa yang kurang dari kasus ini dan juga perbandingan, baik perbedaan maupun persamaan, antara kasus ini dengan studi pustaka yang ada.

INFORMASI YANG KURANG Anamnesis tambahan Riwayat Penyakit Sekarang Apakah pernah merasakan nyeri dada? Bagaimana sifat nyerinya? Di mana lokasinya? Apakah ada penjalaran? Apakah suka merasa pusing atau palpitasi? Apakah sedang mengalami stress?

Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pernah mengalami keluhan serupa? Apakah pasien memiliki riwayat hipertensi?

Riwayat Keluarga Riwayat Kebiasaan Bagaimana pola makan dan gaya hidup pasien? Teratur atau tidak?

DISLIPIDEMIA 1. Etiologi Kebanyakan pasien, kadar kolesterol yang abnormal merupakan akibat dari gaya hidup yang tidak sehat. Kebanyakan disebabkan karena makan banyak lemak. Selain itu, faktor yang dapat menyebabkan dislipidemia diantaranya berat badan yang berlebih/obesitas, mengonsumsi alkohol, dan kurangnya berolahraga. Jalur metabolism lipid eksogen: Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserida dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak yang berasal dari hati maupun yang berasal dari25

makanan disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedangkan kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak akan diubah kembali menjadi trigliserid, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus toraksikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas (free fatty acid = FFA). FFA dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembuatan trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung koelsterol ester dan akan dibawa ke hati. Peran alkohol terhadap pembentukan lemak: Pengaktifan hormon sensitive lipase untuk lipolisis Sedangkan perangsangan adenilat oleh intake alkohol sehingga hormon sensitive lipase ini semakin aktif dan banyak

Membutuhkan siklik AMP

Adenilat sintase untuk merangsang siklik AMP

lipolisis meningkat

Yang dipengaruhi oleh 2 enzim

Adenilat siklase dan fosfodiesterase

Penyebab-penyebab lain yang dapat meningkatkan kadar kolesterol diantaranya diabetes, kelenjar tiroid yang kurang aktif, sindrom polikistik overium, dan penyakit ginjal. Beberapa kelainan yang berkaitan dengan riwayat keluarga yang menyebabkan kadar kolesterol dan

26

trigliserid

abnormal

diantaranya:

Familial

combined

hyperlipidemia,

Familial

dysbetalipoproteinemia, Familial hypercholesterolemia, dan Familial hypertriglyceridemia. 10

Perbandingan dengan kasus: Mungkin didapatkan faktor keturunan yaitu familial combined hyperlidemia (paling sering) dan disertai alhokol yang menimbulkan kolerasi dengan profil lipid pasien.

2. Keluhan Subjektif Tanda dan gejala orang dengan dislipidemia tidak terlihat, oleh karena itu diperlukan anamnesis dan pemeriksaan profil lipid untuk mengetahui apakah terdapat dislipidemia. Beberapa pedoman nasional merekomendasikan untuk dilakukan skrining kolesterol pada umur 20 tahun. paling tidak skrining pertama dilakukan pada usia 35 tahun untuk pria dan 45 tahun untuk wanita.

Perbandingan dengan kasus: Pada pasien juga tidak didapatkan tanda dan gejala dislipidemia. Pasien tidak mengeluh adanya suatu keluhan yang berarti dan mengaku sehat, namun khawatir dengan kesehatannya karena ada riwayat anggota keluarga yang merupakan faktor risiko dislipidemia.

3. Faktor Risiko 1. Jenis kelamin Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar dari pada wanita. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita reproduktif terdapat efek perlindungan dari hormon reproduksi. Pemberian estrogen menyebabkan profil lemak membaik, dan memperbaiki fungsi endothelium sehingga menurunkan risiko terhadap penyakit jantung koroner juga. 2. Usia Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL. 3. Genetik Terdapat hubungan yang erat antara genetik dengan dislipidemia. familial combined hyperlidemia27

4.

Life style Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol, makan makanan yang berlemak, dan tidak aktif secara fisik merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia. Pada merokok juga dapat menurunkan kadar HDL darah.

Perbandingan dengan kasus: Faktor risiko yang terdapt pada Tn. Cholid: 1. Jenis kelamin (pria). 2. Umur (35 tahun). 3. Pekerjaan Tn. Cholid sebagai pembuat program komputer yang membuatnya kurang beraktivitas. 4. Kebiasaan minum bir 2-3 gelas tiap akhir minggu sejak 3 tahun terakhir. 5. Riwayat keluarga. Ayah Tn. Cholid yang terkena serangan jantung pertama kali pada usia 36 tahun dan akhirnya meninggal pada usia 49 tahun. Kakak laki-laki Tn. Cholid menderita kencing manis dan kolesterolnya tinggi.

4. Kelainan Fisik Dislipidemia erat hubungannya dengan obesitas, hipertensi, dan diabetes melitus tipe 2. Maka bisa dijumpai adanya tekanan darah yang tinggi dan nadi yang tinggi. Obesitas, terutama obesitas sentral yaitu dengan lingkar pinggang yang lebih dari 102 cm untuk laki-laki dan lebih dari 88 untuk wanita.

Perbandingan dengan kasus: Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan pada pasien. Namun terdapt hipertensi (170/100 mmHg) dengan nadi yang sedikit meningkat (92x/menit).

5. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis penyakit dislipidemia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan pemeriksaan penunjang hanya untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan Profil Lipid

28

Kolesterol, merupakan salah satu dari komponen lemak itu sendiri. Kehadiran lemak sendiri dalam tubuh kita sesungguhnya memiliki fungsi sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Kolesterol mempunyai fungsi dalam tubuh yaitu untuk melapisi dinding sel tubuh, membentuk asam empedu, membentuk hormon seksual, berperan dalam pertumbuhan jaringan saraf dan otak. Kolesterol sebanyak 75% dibentuk di organ hati sedangkan 25% diperoleh dari asupan makanan. Kenaikan kadar kolesterol di atas nilai normal diantaranya disebabkan oleh berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makanan-makanan yang dewasa ini disebut sebagai makanan sampah (junkfood).

Trigliserida adalah asam-asam lemak dan merupakan jenis lemak yang paling banyak di dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah (hipertrigliseridemia) juga dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Tingginya trigliserida sering disertai dengan keadaan kadar HDL rendah. Sementara yang lebih mengerikannya lagi, ditemukan pula pada kadar trigliserida diatas 500 mg/dl dapat menyebabkan peradangan pada pankreas. Kadar trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan.

HDL, dikatakan kolesterol baik karena berperan membawa kelebihan kolesterol di jaringan kembali ke hati untuk diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. HDL ini mencegah terjadinya penumpukkan kolesterol di jaringan, terutama di pembuluh darah.

LDL dikatakan kolesterol jahat karena LDL berperan membawa kolesterol ke sel dan jaringan tubuh. Sehingga bila jumlahnya berlebihan, kolesterol dapat menumpuk dan mengendap pada dinding pembuluh darah dan mengeras menjadi plak. Plak dibentuk dari unsur lemak, kolesterol, kalsium, produk sisa sel dan materi-materi yang berperan dalam proses pembekuan darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi menebal dan mengerasnya pembuluh darah yang dikenal dengan nama aterosklerosis. Nilai LDL dan HDL berdampak terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan risiko tinggi terhadap serangan jantung, sebaliknya HDL tinggi dikaitkan dengan risiko rendah

29

Pemeriksaan USG hati dan fungsi hati (SGOT/SGPT) diperlukan untuk mengetahui apakah terjadi gangguan pada organ ini. Pada penyakit dislipidemia memiliki presentase yang besar dalam menyebabkan fatty liver. Pemeriksaan EKG bertujuan untuk melihat gambaran kerja fisiologis ataupun patologis dalam keadaan sistol dan diastol. Dislipidemia juga merupakan fackor resiko terjadinya PJK (Penyakit Jantung Koroner). Apabia EKG memiliki gambaran yang normal, dapat dilanjutkan dengan tes treadmill EKG. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan post prandial lebih bermafaat dibandingkan sewaktu karena bersifat fluktuatif. Perlu di periksa karena mempengaruhi dengan pengobatan yang nantinya akan diberikan..

Perbandingan dengan kasus: Pada kasus Tn.Cholid pemeriksaan laboratorium yang dilakukan diantaranya

pemeriksaan profil lipid (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL). Terjadi peningkatan kadar dari masing-masing yang di periksa. Banyak hal yang menjadi penyebab dislipidemia. Tetapi pada kasus ini dicurigai bahwa keadaan ini diawali dari kebiasaan buruknya minum alkohol dan riwayat penyakit keluarga. Pada Tn. Cholid dilakukan pemeriksaan HbA1c. Pemerikaan ini dapat menggamarkan keadaan gula darah selama 2-3 bulan kebelakang. Peningkatan yang tidak terlalu banyak belum bisa mendiagnosis bahwa terdapat diabetes mellitus pada pasien. Masih diperlukan pemeriksaan gula darah puasa dan post prandial untuk memastikannya. Untuk Tn. Cholid, kelompok kami juga menyarankan pemeriksaan penunjang lainnya seperti: 1) EKG untuk mengetahui apakah ada kelainan jantung lainnya selain hipertensi, mengingat Tn. Cholid mempunyai riwayat keluarga terhadap penyakit jantung. 2) Faal hati dan USG hepar, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah sudah terjadi gangguan fungsi hati yang dikarenakan kebiasaan Tn. Cholid meminum alkohol sejak 3 tahun terakhir. 3) Gula darah puasa dan post prandial. Pemeriksaan ini kami anjurkan karena dislipidemia dan obesitas sangat erat hubungannya dengan diabetes melitus. Selain itu pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengkonfirmasi peningkatan sedikit gula darah sewaktu dan HbA1C pada Tn. Cholid.30

6. Tatalaksana Langkah awal penatalaksanaan dislipidemi harus dimulai dengan penilaian jumlah faktor risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut untuk menentukan sasaran kolesterol LDL yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemi terdari dari penatalaksanaan nonfarmakologis dan penggunaan obat penurun lipid. Dianjurkan agar semua pasien dislipidemi harus dimulai dengan pengobatan nonfarmakologis, terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun lipid. Pada umumnya pengobatan nonfarmakologi dilakukan selama 3 bulan sebelum memutuskan untuk menambahkan obat penurun lipid. Pada keadaan tertentu pengobatan nonfarmakologis dapat bersamaan dengan pemberian obat. 11

Faktor Resiko(Selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai Umur Pria 45 tahun ; wanita 55 tahun Riwayat keluarga PAK dini(ayah 55 tahun ; ibu 65 tahun Kebiasaan Merokok Hipertensi (140/90 mmHg / dalam pengobatan AH) Kolesterol HDL rendah (< 40 mg/dL)Dikutip dari: executive summary of the third report of the national cholesterol education program(NCEP) *PAK: Penyakit Arteri Koroner

Sasaran Kadar Kolesterol LDL Serta Batasan untuk Mulai Perubahan Gaya Hidup dan Pemberian Obat Penurun Lipid Kelompok Sasaran Kadar kolesterol LDL Kadar Kolesterol LDL dimana perlu Resiko Kolesterol dimana Harus mulai dipertimbangkan pemberian obat Perubahan gaya LDL(mg/dl) hidup PAK atau yang < 100 100 10 tahun resiko 10-20 % : 130 disamakan PAK 2 faktor < 130 130 10 tahun resiko 160 resiko 0-1 faktor 190 (160-189 pemberian obat 160 resiko < 160 optional)Dikutip dari: penatalaksaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia *PAK: Penyakit Arteri Koroner

Bagan penatalaksanaan dislipidemia:

31

A. Faktor Resiko 0-1Jumlah Faktor Risiko 0-1 Kol-LDL