makalah psikologi belajar

12
 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka timbullah beberapa pertanyaan yaitu : 1. Apa yang dimaksud dengan potensi bahasa anak? 2. Bagaimana pemerolehan bahasa anak ? 3. Apa saja t ugas-tugas perkembangan bahasa anak? 4. Bagaimana perkembangan berbahasa anak ? 5. Apa kaitannya Bimbingan dan Konseling dengan perkembanga n bahasa anak?

Upload: eibi-pramitha-miranda-fahmi

Post on 20-Jul-2015

583 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 1/12

 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang.

Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul

(social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan

sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak 

akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya

menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh

anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak 

dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap

sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak 

berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa dapat dimaknai sebagai

suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar

manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat

dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang

dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk 

mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu

menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat

mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca

yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka timbullah beberapa pertanyaan yaitu :

1.  Apa yang dimaksud dengan potensi bahasa anak?

2.  Bagaimana pemerolehan bahasa anak ?

3.  Apa saja tugas-tugas perkembangan bahasa anak?

4.  Bagaimana perkembangan berbahasa anak ?

5.  Apa kaitannya Bimbingan dan Konseling dengan perkembangan bahasa anak?

Page 2: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 2/12

 

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Potensi Berbahasa Anak

Setiap anak memiliki potensi untuk berbahasa. Potensi kebahasaan itu akan

tumbuh dan berkembang jika fungsi lingkungan diperankan dengan baik. Jika tidak, maka

 potensi tersebut akan bersifat “ laten “ ( terpendam ) selamanya. Perolehan bahasa

pertama kali akan terjadi, manakala seorang anak mengenal bahasa di lingkungan

keluarga. Bahasa yang dikenal dan dikuasai oleh anak yang berasal daari keluarga inilah

yang menjadi titik awal dalam perkembangan anak. Tingkat perkembangan bahasa anak 

berbeda-beda sesuai dengan apa yang di dengar dan dikenalnya. Penguasaan bahasa ini

akan berkembang sejalan dengan perkembangan usia anak. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata potensi berarti kekuatan, kesanggupan, kemampuan. Jika potensi dipahami

sebagai kemampuan maka potensi adalah kesanggupan yang masih terpendam dalam diri

seseorang. Sedangkan berbahasa merupakan prosese penyampaian informasi dalam

berkomunikasi. Jadi, potensi berbahasa individu ialah kemampuan yang masih terpendam

yang dimiliki oleh setiap orang untuk menyampaikan informasi dalam berkomunikasi.

Heyster dengan tegas menyebutkan fungsi bahasa bagi manusia. Menurut nya ada tiga

fungsi bahasa bagi manusia, yaitu :

1.  Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa.

2.  Bahasa sebagai perasaan ( mempengaruhi orang lain )

3.  Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat.

Meskipun anak memiliki potensi untuk berbahasa, tetapi potensi itu tidak akan

didukung oleh lingkungan. Disini lingkungan memiliki nilai yang strategis untuk 

menumbuhkembangkan potensi berbahasa anak. Ketika seorang anak dilahirkan

kemudian dia dibesarkan di dalam lingkungan sosial, berinteraksi dengan banyak orang

maka potensi berbahasa anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sejalan dengan

bertambahnya usia anak.

Page 3: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 3/12

 

II. 2 Perolehan Bahasa Anak

Berdasarkan tahap pemerolehannya, Chaer dan Agustina ( 2004 : 81) membagi

pemerolehan bahasa anak menjadi dua macam, yaitu bahasa ibu ( bahasa pertama ) dan

bahasa kedua (ketiga dan seterusnya). Penamaan bahasa ibu/ bahasa pertama adalah

mengacu pada satu sistem linguistik yang sama. Yang dimaksud bahasa ibu adalah satu

sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluarga yang

memelihara seorang anak. Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1)

karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajari seorang anak. Kalau kemudian si anak 

mempelajari bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya maka bahasa lain yang dipelajarinya

itu disebut bahasa kedua (disingkat B2). Andaikan kemudian si anak mempelajari bahasa

lainnya lagi maka bahasa yang terakhir ini disebut bahasa ketiga (disingkat B3).

Pada umumnya, bahasa pertama seorang anak indonesia adalah bahasa daerahnya

masing-masing. Sedangkan bahasa indonesia adalah bahasa kedua karena anak baru

mempelajarinya ketika di sekolah, setelah anak mempelajari bahasa ibunya. Lalu jika

anak sejak bayi sudah mempelajri bahasa Indonesia dari ibunya maka bahasa itulah yang

menjadi bahasa pertama (B1) bagi anak. Yang disebut bahasa asing yaitu, bahasa yang

akan selalu merupakan bahasa kedua (B2) bagi seorang anak. Di samping itu, penanaman

bahasa asing juga bersifat politis, yaitu bahasa yang digunakan oleh bangsa lain. Maka

bahasa Malaysia, bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Cina adalah bahasa asing bagi

bangsa Indonesia. Sebuah bahasa asing, bahasa yang bukan milik suatu bangsa (dalam arti

kenegaraan) dapat menjadi bahasa kedua. Bila kita mengamati perkembangan

kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang

berjenjang dan teratur.

Pada usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri

dari satu kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna banyak.

Contoh anak mengucapkan kata “makan”, maknanya mungkin ingin makan, sudah

makan, lapar atau mungkin makanannya tidak enak, dsb. Pada perkembangan berikutnya

mungkin anak sudah dapat mengucapkan dua kata, contoh, “mama masak ”, yang

maknanya dapat berarti: ibu masak, ibu telah masak, atau ibu akan masak sesuatu.

Demikian seterusnya hingga umur enam tahun anak telah siap menggunakan bahasanya

untuk belajar di sekolah dasar, sekaligus dengan bentuk-bentuk tulisannya. Uraian di atas

adalah contoh singkat bagaimana seorang anak menguasai bahasa hingga enam tahun.

Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang

Page 4: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 4/12

 

disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Jadi pemerolehan bahasa pertama terjadi bila

anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada

masa perolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi

daripada bentuk atau struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya

untuk keperluan komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.

Gracia (dalam Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak 

dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan,

yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih

rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari

kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual dan

kadang aneh seperti: “mamam” atau “maem” untuk makan, hal ini menandai tahap

pertama perkembangan bahasa formal. Untuk perkembangan berikutnya kemampuan

anak akan bergerak ke tahap yang melebihi tahap awal tadi, yaitu anak akan

menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan fonologi, morfologi,

sintaksis dan semantik. Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (McGraw

dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak 

atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak 

menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa

pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari

prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.

Khusus mengenai hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan bahasa

anak dapat disimpulkan 2 hal. Pertama, jika seorang anak dapat menghasilkan

ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi tidaklah secara otomatis

mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik.

Kedua, penutur bahasa harus memperoleh kategori- kategori kognitif yang mendasari

berbagai makna ekspresif bahasa alamiah, seperti: waktu, ruang, kausalitas dan

sebagainya. Lenneberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal

(1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak 

secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya

memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia

memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa

Page 5: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 5/12

 

kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa, khusus untuk manusia. Bukti yang

memperkuat pendapatnya itu, antara lain:

1. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian

anatomi dan fisiologi manusia, seperti bagian otak tertentu yang mendasari bahasa.

Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal.

2. Kelainan hanya sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan

bahasa anak.

3. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain.

4. Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantik dan

sintaksis yang universal.

Apakah ada peran pematangan otak dalam perkembangan ide dan pikiran

manusia, sampai saat ini masih diperdebatkan, tetapi hampir semua ahli teori belajar

bahasa meyakini bahwa sewaktu seorang bayi lahir dia telah dikaruniai dengan semua

perlengkapan dasar otak dan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk perkembangan otak 

dan pikirannya. Dengan demikian pertalian antara pertumbuhan otak dan perkembangan

pikiran, termasuk bahasa anak kemungkinan hasil rangsangan pertumbuhan otak atau

sebaliknya. Lebih jauh Steinberg (1990) seorang ahli psikolinguistik, menjelaskan perihal

hubungan bahasa dan pikiran. Menurutnya sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak 

dibangun sedikit-demi sedikit apabila ada rangsangan lingkungan sekitarnya sebagai

masukan atau input. Input ini dapat berupa apa yang didengar, dilihat dan apa yang

disentuh anak yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang

mereka alami. Lama-kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Apabila

pikiran telah terbentuk dengan sempurna dan apabila masukan bahasa dialami secara

serentak dengan benda, peristiwa, dan keadaan maka barulah bahasa mulai dipelajari.

Lama-kelamaan sistem bahasanya lengkap dengan perbendaharaan kata dan tata

bahasanya pun terbentuklah. Sebagian dari sistem bahasanya adalah sistem pikirannya

karena makna dan semantik bahasa yang digunakan adalah ide yang merupakan

bagian dari isi pikirannya . Sistem pikiran dan bahasa bergabung melalui makna dan

ide.

Page 6: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 6/12

 

Walaupun masih terdapat perbedaan tentang teori pemerolehan bahasa anak,

tetapi kita semua meyakini bahwa bahasa merupakan media yang dapat dipergunakan

anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama dan nilai-nilai lain yang hidup

di masyarakat. Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan

perkembangan sosial anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan

identitas sosial. Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuknya benar

atau gramatikal, belum berarti ia telah menguasai bahasa pertama. Agar seorang anak 

dapat disebut menguasai bahasa pertama ada beberapa unsur penting yang berkaitan

dengan perkembangan kognitif anak, yaitu pemahaman tentang waktu,

ruang, modalitas, sebab akibat yang merupakan bagian penting dalam perkembangan

kognitif penguasaan bahasa ibu seorang anak. Sejak bayi, anak telah berinteraksi di

dalam lingkungan sosialnya. Jika Anda memperhatikan seorang ibu, ayah atau keluarga

yang memiliki seorang bayi, pada umumnya mereka sudah sejak awal mengajak bicara

pada bayi dan memperlakukan bayi tersebut seolah-olah sudah dapat berbicara. Pola

bicara mereka sudah dua arah, orang tua berusaha menanggapi setiap reaksi bayi dan

bertindak seolah-olah reaksi bayi tersebut ada maknanya dan perlu ditanggapi.

Melalui bahasa khususnya bahasa pertama, seorang anak belajar untuk menjadi

anggota masyarakat. Dengan demikian bahasa ibu (bahasa pertama) menjadi salah satu

sarana bagi seorang anak untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian,

gagasan, harapan, dan sebagainya. Anak belajar pula bahwa ada bentuk-bentuk 

yang tidak dapat diterima anggota masyarakatnya dan ia tahu bahwa tidak selalu ia

dapat mengungkapkan perasaannya secara gamblang. Ujaran-ujaran yang dituturkan

secara salah dari seorang anak masih dapat dimaklumi, tetapi ia harus sudah mulai

belajar bahwa ada norma budaya tertentu yang harus diperhatikan, yang berubah sesuai

kemajuan zaman. Ada ciri lain yang khas dari seorang anak ketika sudah masuk sekolah

dasar yaitu keinginan yang kuat untuk menyatu dengan anggota masyarakat

sekelilingnya, khususnya dengan anak sebayanya. Kalau anak-anak sebayanya

menggunakan kata-kata seperti: asyik, oke,bo, mah, tea, bokap, nyokap dan sebagainya,

maka dengan segera istilah-istila itu akan digunakannya.

Page 7: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 7/12

 

II. 3 Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa

Masa kanak-kanak awal disebut juga disebut juga masa anak prasekolah, terbentang

antara usia 2-6 tahun. Beberapa ciri perkembangan pada masa ini salah satunya adalah

perkembangan bahasa dan berpikir (Gunarsa, 1995 :11). Sebagai alat komunikasi dan

mengerti dunianya, kemampuan berbahasa lisan pada anak akan berkembang karena selain

terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan

ikut membantu mengembangkannya. Di dalam hal berpikir, anak berada pada tahap pra

operasional dan egosentris. Dengan bertambahnya usia, egosentrisme akan berkurang dan

ditambah dengan kefasihan berbicara, anak makin lama makin mampu menggunakan simbol-

simbol.

Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun yaitu pada saat anak dapat

menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu adalah sebagai berikut :

a.  Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif seperti: “ Bapak makan “ 

b.  Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti: “ Bapak 

tidak makan” 

c.  Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat:

1.  Kritikan : “ Ini tidak boleh, ini tidak baik.”  

2.  Keragu-raguan: “barangkali,mungkin, bisa jadi, ini terjadi apabila anak sudah

menyadari akan kemungkinan, kekhilafannnya.” 

3.  Menarik kesimpulan analogi, seperti : anak melihat ibunya tidur karena sakit, pada

waktu lain anak melihat ibunya tidur dan mengatakan bahwa ibunya tidur karena

sakit.

Dalam konteks ini, menurut Gunarsa, ada empat tugas yang perlu diperhatikan dalam

perkembangan bahasa anak, yaitu :

1.  Anak dapat mengerti pembicaraan orang lain,

2.  Anak dapat menyusun dan menambah perbendaharaan kata,

3.  Anak dapat menggabungkan kata menjadi kalimat,

4.  Anak dapat mengucapkan dengan baik dan benar

Page 8: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 8/12

 

Apabila anak berhasil dalam menuntaskan tugas yang satu maka berarti juga ia dapat

menuntaskan tugas-tugas yang lainnya, penjelasan terhadap keempat tugas perkembangan

bahasa anak tersebut sebagai berikut :

1.  Pemahaman

Yaitu kemampuan memahami makna ucapan oran lain. Bayi memahami

bahasa dengan orang lain, bukan memahami kata – kata yang diucapkannya,

tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau gesturenya (bahasa tubuhnya)

2.  Pengembangan Perbendaharaan Kata

Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia

dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-

sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah

3.  Penyusunan kata-kata Menjadi Kalimat

Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya

berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat

tunggal (kalimat satu kata) yang disertai bahasa tubuh untuk melengkapi cara

 berpikirnya. Contohnya anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola dengan

satu jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “ tolong ambilkan bola untuk saya”.

Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe

kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.

4.  Ucapan

Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi

(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama

orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka

belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas sehingga

sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada

usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara

menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-

huruf tertentu.

Page 9: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 9/12

 

II. 4 Perkembangan Kemampuan Berbahasa Anak

Yusuf (2001: 120) membagi tipe perkembangan bahasa anak menjadi dua, yaitu :

1.   Egocentric speech, terjadi ketika anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog)

Berbicara monolog (egosentric speech) berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3

tahun. Sementara yang socialized speech mengembangkan kemampuan

penyesuaian social (social adjusment)

2.  Socialized speech, terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya

atau dengan lingkungannya. Perkembangan bahasa pada masa socialized speech dibagi ke dalam lima bentuk :

a.  Adapted information : terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan

bersama yang dicari

b.  Critism : yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah

laku orang lain

c.  Command : perintah, Request : permintaan, dan Threat (ancaman)

d. 

Quetions : pertanyaane.  Answer : jawaban

Agus Sujanto ( 1996:26) membagi perkembangan kemampuan berbahasa anak 

yang dibedakannya atas empat masa, yaitu :

1.  Masa Pertama (umur 1,0-1,6)

Kata-kata pertama yang diiucapkan anak adalah kelanjutan dari

meraban. Ini dapat kita lihat dengan jelas, jika kita perhatikan bahwa

antara kata-kata itu terdapat beberapa kata yang diucapkan juga oleh anak 

dari bahasa apapun di dunia ini. Misalnya kata anak terhadap ayah atau

ibunya. Kata “ma” untuk ibu dan kata “pa” untuk ayah. Bila setiap kali

anggota keluarga menyebut seseuatu kata pada waktu mereka mendekat

kepadanya, maka secara wajar ia mengerti bahwa kata itu adalah tertuju

padanya.

2.  Masa Kedua (Umur 1,6-2,0)

Pada masa ini, dengan kemampuannya berjalan anak makin banyak 

melihat segala sesuatu dan ingin mengetahui namanya. Oleh karena itu, ia

Page 10: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 10/12

 

selalu menanyakan nama diantara benda-benda yang kebetulan

ditemuinya. Karena masa ini disebut “apa itu”. Rasa ingin tahu anak ini

harus disikapi dengan arif dan bijaksana. Orang tua (ayah atau ibu), kakak 

atau siapa pun juga harus menjawabnya dengan semestinya, dan dengan

ucapan yang benar, meskipun disadari anak belum mampu menirukan

dengan tepat dan benar apa yang diucapkan itu.

Adanya kesukaran berkata pada anak terjadi pada masa ini diyakini ada

faktor penyebabnya. Ada kesenjangan antara perkembangan kemauan dan

kekayaan bahasa. Karena perkembangan kemauan atau keinginan anak 

lebih cepat daripada kekayaan bahasanya sehingga apa yang diinginkan

tidak terwakili lewat kata-kata. Sebenarnya anak inin bercerita, tetapi

karena perbendaharaan kata-katanya belum mencukupi maka ia

melengkapinya dengan gerakan-gerakan tangan dan kakinya.

3.  Masa Ketiga (umur 2,0-2,6)

Pada masa ini anak telah mulai tampak makin sempurna dalam

menyusun kata-kata. Ia sudah menggunakan awalan dan akhiran, sekalipun

belum sesempurna seperti apa yang dikatakan orang dewasa. Oleh karena

itu orang yang arif, akan membenarkannya dengan hati-hati. Tetapi

kadang-kadang anak itu tidak begitu senang bila kata-katanya itu selalu

dibenarkan. Acapkali kita dengar kesalahan yang lucu dan kerapkali ia

membuat kata-kata baru menurut caranya sendiri.

4.  Masa Keempat (umur 2,6-seterusnya)

Pada masa ini keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu

semakin bertambah. Rasa ingin tahu anak terhadap segala sesuatu

membuat anak sering bertanya. Setiap jawaban singkat yang diberikan

terkadang tidak memberikan kepuasan kepada anak. Setiap jawaban yang

baru akan menimbulkan pertanyaan yang baru bagi anak. Kreativitas

bertanya anak ini tidak boleh disikapi dengan sinis. Apalagi memarahinya,

karena hal itu bisa mematikan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.

Orang tua yang baik tentu saja harus menanggapi kreativitas bertanya ini

dengan arif dan bijaksana.

Page 11: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 11/12

 

 

Dengan sudut pandangan yang berbeda, misalnya berdasarkan pendekatan

linguistik, ada juga ahli yang mengklasifikasikan perkembangan bahasa anak seperti

berikut :

1.  Permulaan Bicara : Meraban (Mengoceh)

Suara pertama yang dilakukan anak adalah jerit tangis pada waktu dilahirkan.

Tangis pertama ini berguna untuk memungkinkan anak dapat bernapas karena

mulai saat itu anak harus bernapas sendiri. Suara-suara yang dikeluarkan anak 

dapat dibedakan antara suara tangis dan ocehan. Tangis menunjukkan keadaan

tidak senang sedangkan ocehan menunjukkan rasa senang dan kepuasaan. Tangisbukan suatu gejala yang berdiri sendiri, melainkan suatu tingkah laku refleks

terhadap sesuatu karena di satu pihak menunjukkan keadaan tidak nyaman tetapi

pada waktu bersamaan juga menginginkan reaksi keliling. Van Ginneken (1917)

dalam bukunya “ Roman vann een kleuter” mengatakan bahwa suara-suara

pertama yang dikeluarkan adalah huruf-huruf vokal. Menurutnya tangis terletak 

pada dasar vokalisasi, ketawa pada dasar artikulasi. Gregoire (1937)

mengemukakan dalam “  L’apprrentissage du langage” bahwa suara-suarapertama yang dikeluarkan adalah a,e,i,o,u. Baik Van Ginneken maupun Gregoire

berpendapat bahwa bahasa mempunyai dasar fisiologis.

Suara-suara pertama menurut Van Ginneken maupun Gregoire dianggap

mempunyai dasar fisiologis itu merupakan proses emosional, sebab rasa nyaman

dan tidak nyaman tadi memang ditentukan oleh faktor- faktor fisiologis, namun

mempunyai arti emosional juga. Atas dasar itulah anak mengeluarkan suara-suara.

Pada umumnya ada persamaan pendapat bahwa anak usia sekitar 10 bulan betul-

betul dapat menirukan kata-kata yang diengarnya. Meskipun belum merupakan

peniruan yang benar namun sudah mengandung unsur-unsur peniruan yang

banyak.

2.  Kalimat Satu Kata dan Kalimat Dua Kata

Kata-kata pertama anak ini bisa dipandang sebagai oenyebutan objek murni,

mereka mempunyai isi psikologis yang bersifat intelektual, emosional, dan

sekaligus volisional yaitu anak mau atau tidak mau akan sesuatu hal. Diantara

bulan ke 18 dan 20 (dengan kemungkinan penyimpangan yang banyak) datanglah

Page 12: MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 12/12

 

kalimat dua kata yang pertama. Anak mempunyai kemungkinan yang lebih

banyak untuk menyatakan maksudnya dan untuk mengadakan komunikasi. Dalam

bahasa anak ada dua kelompok kata yang spesifik, yaitu kata pivot dan kata

terbuka. Dalam kelompok yang pertama termasuk kata-kata yangs ering dipakai

oleh anak, sedangkan kata-kata dari kelompok kedua tidak sering dipakai oleh

anak. Seringkali kata-kata pivot juga mempunyai tempat yang tetap dalam kalimat

dua kata. Jumlah kata-kata yang termasuk kelompok pivot tidak banyak,

sedangkan kelompok terbuka ditambah dengan kata-kata baru. Yang perlu

diperhatikan disini ialah bahwa kata pivot yang sama dapat berbeda-beda artinya

dalam kombinasi dengan kata-kata terbuka yang berlainan. “ Gi Susu” dapat

berarti bahwa anak tidak mau minum susu lagi.

3.  Kalimat Tiga Kata

Dari kalimat dua kata berkembanglah lambat laun kalimat tiga kata yang

dalam arti struktural mula-mula masih mirip dengan kalimat dua kata. Perubahan

ini terjadi kurang lebih antara bulan ke-24 dan bulan ke 30. Mengenai proses

pengaturan baru dalam kata-kata ini belum dapat diperoleh hasil-hasil penelitian

secara meluas mengenai waktu timbulnya kalimat satu kata, dua kata, dan tiga

kata dan juga mengenai apa yang dikatakan oleh anak. Tetapi arti yang langsung

mengenai pengaturan baru dalam kata-kata ini dan kata-kata apa yang

mendapatkan tempat baru, belum dapat diketahui. Menurut istiwidyanti,

dkk.(1980:82) berbahasa merupakan sarana berkomunikasi. Untuk dapat

berkomunikasi dengan orang lain, semua individu