makalah psikologi belajar
TRANSCRIPT
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 1/12
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang.
Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul
(social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan
sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak
akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya
menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh
anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak
dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap
sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak
berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa dapat dimaknai sebagai
suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar
manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat
dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang
dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk
mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu
menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat
mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca
yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka timbullah beberapa pertanyaan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan potensi bahasa anak?
2. Bagaimana pemerolehan bahasa anak ?
3. Apa saja tugas-tugas perkembangan bahasa anak?
4. Bagaimana perkembangan berbahasa anak ?
5. Apa kaitannya Bimbingan dan Konseling dengan perkembangan bahasa anak?
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 2/12
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Potensi Berbahasa Anak
Setiap anak memiliki potensi untuk berbahasa. Potensi kebahasaan itu akan
tumbuh dan berkembang jika fungsi lingkungan diperankan dengan baik. Jika tidak, maka
potensi tersebut akan bersifat “ laten “ ( terpendam ) selamanya. Perolehan bahasa
pertama kali akan terjadi, manakala seorang anak mengenal bahasa di lingkungan
keluarga. Bahasa yang dikenal dan dikuasai oleh anak yang berasal daari keluarga inilah
yang menjadi titik awal dalam perkembangan anak. Tingkat perkembangan bahasa anak
berbeda-beda sesuai dengan apa yang di dengar dan dikenalnya. Penguasaan bahasa ini
akan berkembang sejalan dengan perkembangan usia anak. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata potensi berarti kekuatan, kesanggupan, kemampuan. Jika potensi dipahami
sebagai kemampuan maka potensi adalah kesanggupan yang masih terpendam dalam diri
seseorang. Sedangkan berbahasa merupakan prosese penyampaian informasi dalam
berkomunikasi. Jadi, potensi berbahasa individu ialah kemampuan yang masih terpendam
yang dimiliki oleh setiap orang untuk menyampaikan informasi dalam berkomunikasi.
Heyster dengan tegas menyebutkan fungsi bahasa bagi manusia. Menurut nya ada tiga
fungsi bahasa bagi manusia, yaitu :
1. Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa.
2. Bahasa sebagai perasaan ( mempengaruhi orang lain )
3. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat.
Meskipun anak memiliki potensi untuk berbahasa, tetapi potensi itu tidak akan
didukung oleh lingkungan. Disini lingkungan memiliki nilai yang strategis untuk
menumbuhkembangkan potensi berbahasa anak. Ketika seorang anak dilahirkan
kemudian dia dibesarkan di dalam lingkungan sosial, berinteraksi dengan banyak orang
maka potensi berbahasa anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sejalan dengan
bertambahnya usia anak.
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 3/12
II. 2 Perolehan Bahasa Anak
Berdasarkan tahap pemerolehannya, Chaer dan Agustina ( 2004 : 81) membagi
pemerolehan bahasa anak menjadi dua macam, yaitu bahasa ibu ( bahasa pertama ) dan
bahasa kedua (ketiga dan seterusnya). Penamaan bahasa ibu/ bahasa pertama adalah
mengacu pada satu sistem linguistik yang sama. Yang dimaksud bahasa ibu adalah satu
sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibu atau keluarga yang
memelihara seorang anak. Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1)
karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajari seorang anak. Kalau kemudian si anak
mempelajari bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya maka bahasa lain yang dipelajarinya
itu disebut bahasa kedua (disingkat B2). Andaikan kemudian si anak mempelajari bahasa
lainnya lagi maka bahasa yang terakhir ini disebut bahasa ketiga (disingkat B3).
Pada umumnya, bahasa pertama seorang anak indonesia adalah bahasa daerahnya
masing-masing. Sedangkan bahasa indonesia adalah bahasa kedua karena anak baru
mempelajarinya ketika di sekolah, setelah anak mempelajari bahasa ibunya. Lalu jika
anak sejak bayi sudah mempelajri bahasa Indonesia dari ibunya maka bahasa itulah yang
menjadi bahasa pertama (B1) bagi anak. Yang disebut bahasa asing yaitu, bahasa yang
akan selalu merupakan bahasa kedua (B2) bagi seorang anak. Di samping itu, penanaman
bahasa asing juga bersifat politis, yaitu bahasa yang digunakan oleh bangsa lain. Maka
bahasa Malaysia, bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Cina adalah bahasa asing bagi
bangsa Indonesia. Sebuah bahasa asing, bahasa yang bukan milik suatu bangsa (dalam arti
kenegaraan) dapat menjadi bahasa kedua. Bila kita mengamati perkembangan
kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang
berjenjang dan teratur.
Pada usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri
dari satu kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna banyak.
Contoh anak mengucapkan kata “makan”, maknanya mungkin ingin makan, sudah
makan, lapar atau mungkin makanannya tidak enak, dsb. Pada perkembangan berikutnya
mungkin anak sudah dapat mengucapkan dua kata, contoh, “mama masak ”, yang
maknanya dapat berarti: ibu masak, ibu telah masak, atau ibu akan masak sesuatu.
Demikian seterusnya hingga umur enam tahun anak telah siap menggunakan bahasanya
untuk belajar di sekolah dasar, sekaligus dengan bentuk-bentuk tulisannya. Uraian di atas
adalah contoh singkat bagaimana seorang anak menguasai bahasa hingga enam tahun.
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 4/12
disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Jadi pemerolehan bahasa pertama terjadi bila
anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada
masa perolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi
daripada bentuk atau struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya
untuk keperluan komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.
Gracia (dalam Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak
dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan,
yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih
rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari
kompetensi komunikasi, maka ucapan kata tunggal yang biasanya sangat individual dan
kadang aneh seperti: “mamam” atau “maem” untuk makan, hal ini menandai tahap
pertama perkembangan bahasa formal. Untuk perkembangan berikutnya kemampuan
anak akan bergerak ke tahap yang melebihi tahap awal tadi, yaitu anak akan
menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan fonologi, morfologi,
sintaksis dan semantik. Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (McGraw
dalam Krisanjaya, 1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak
atau tiba-tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak
menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari
prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.
Khusus mengenai hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan bahasa
anak dapat disimpulkan 2 hal. Pertama, jika seorang anak dapat menghasilkan
ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi tidaklah secara otomatis
mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik.
Kedua, penutur bahasa harus memperoleh kategori- kategori kognitif yang mendasari
berbagai makna ekspresif bahasa alamiah, seperti: waktu, ruang, kausalitas dan
sebagainya. Lenneberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal
(1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak
secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya
memungkinkan pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia
memiliki warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 5/12
kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa, khusus untuk manusia. Bukti yang
memperkuat pendapatnya itu, antara lain:
1. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian
anatomi dan fisiologi manusia, seperti bagian otak tertentu yang mendasari bahasa.
Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal.
2. Kelainan hanya sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan
bahasa anak.
3. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain.
4. Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi, semantik dan
sintaksis yang universal.
Apakah ada peran pematangan otak dalam perkembangan ide dan pikiran
manusia, sampai saat ini masih diperdebatkan, tetapi hampir semua ahli teori belajar
bahasa meyakini bahwa sewaktu seorang bayi lahir dia telah dikaruniai dengan semua
perlengkapan dasar otak dan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk perkembangan otak
dan pikirannya. Dengan demikian pertalian antara pertumbuhan otak dan perkembangan
pikiran, termasuk bahasa anak kemungkinan hasil rangsangan pertumbuhan otak atau
sebaliknya. Lebih jauh Steinberg (1990) seorang ahli psikolinguistik, menjelaskan perihal
hubungan bahasa dan pikiran. Menurutnya sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak
dibangun sedikit-demi sedikit apabila ada rangsangan lingkungan sekitarnya sebagai
masukan atau input. Input ini dapat berupa apa yang didengar, dilihat dan apa yang
disentuh anak yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang
mereka alami. Lama-kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Apabila
pikiran telah terbentuk dengan sempurna dan apabila masukan bahasa dialami secara
serentak dengan benda, peristiwa, dan keadaan maka barulah bahasa mulai dipelajari.
Lama-kelamaan sistem bahasanya lengkap dengan perbendaharaan kata dan tata
bahasanya pun terbentuklah. Sebagian dari sistem bahasanya adalah sistem pikirannya
karena makna dan semantik bahasa yang digunakan adalah ide yang merupakan
bagian dari isi pikirannya . Sistem pikiran dan bahasa bergabung melalui makna dan
ide.
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 6/12
Walaupun masih terdapat perbedaan tentang teori pemerolehan bahasa anak,
tetapi kita semua meyakini bahwa bahasa merupakan media yang dapat dipergunakan
anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama dan nilai-nilai lain yang hidup
di masyarakat. Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan
perkembangan sosial anak dan karenanya erat hubungannya dengan pembentukan
identitas sosial. Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuknya benar
atau gramatikal, belum berarti ia telah menguasai bahasa pertama. Agar seorang anak
dapat disebut menguasai bahasa pertama ada beberapa unsur penting yang berkaitan
dengan perkembangan kognitif anak, yaitu pemahaman tentang waktu,
ruang, modalitas, sebab akibat yang merupakan bagian penting dalam perkembangan
kognitif penguasaan bahasa ibu seorang anak. Sejak bayi, anak telah berinteraksi di
dalam lingkungan sosialnya. Jika Anda memperhatikan seorang ibu, ayah atau keluarga
yang memiliki seorang bayi, pada umumnya mereka sudah sejak awal mengajak bicara
pada bayi dan memperlakukan bayi tersebut seolah-olah sudah dapat berbicara. Pola
bicara mereka sudah dua arah, orang tua berusaha menanggapi setiap reaksi bayi dan
bertindak seolah-olah reaksi bayi tersebut ada maknanya dan perlu ditanggapi.
Melalui bahasa khususnya bahasa pertama, seorang anak belajar untuk menjadi
anggota masyarakat. Dengan demikian bahasa ibu (bahasa pertama) menjadi salah satu
sarana bagi seorang anak untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian,
gagasan, harapan, dan sebagainya. Anak belajar pula bahwa ada bentuk-bentuk
yang tidak dapat diterima anggota masyarakatnya dan ia tahu bahwa tidak selalu ia
dapat mengungkapkan perasaannya secara gamblang. Ujaran-ujaran yang dituturkan
secara salah dari seorang anak masih dapat dimaklumi, tetapi ia harus sudah mulai
belajar bahwa ada norma budaya tertentu yang harus diperhatikan, yang berubah sesuai
kemajuan zaman. Ada ciri lain yang khas dari seorang anak ketika sudah masuk sekolah
dasar yaitu keinginan yang kuat untuk menyatu dengan anggota masyarakat
sekelilingnya, khususnya dengan anak sebayanya. Kalau anak-anak sebayanya
menggunakan kata-kata seperti: asyik, oke,bo, mah, tea, bokap, nyokap dan sebagainya,
maka dengan segera istilah-istila itu akan digunakannya.
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 7/12
II. 3 Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa
Masa kanak-kanak awal disebut juga disebut juga masa anak prasekolah, terbentang
antara usia 2-6 tahun. Beberapa ciri perkembangan pada masa ini salah satunya adalah
perkembangan bahasa dan berpikir (Gunarsa, 1995 :11). Sebagai alat komunikasi dan
mengerti dunianya, kemampuan berbahasa lisan pada anak akan berkembang karena selain
terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan
ikut membantu mengembangkannya. Di dalam hal berpikir, anak berada pada tahap pra
operasional dan egosentris. Dengan bertambahnya usia, egosentrisme akan berkurang dan
ditambah dengan kefasihan berbicara, anak makin lama makin mampu menggunakan simbol-
simbol.
Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun yaitu pada saat anak dapat
menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu adalah sebagai berikut :
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif seperti: “ Bapak makan “
b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti: “ Bapak
tidak makan”
c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat:
1. Kritikan : “ Ini tidak boleh, ini tidak baik.”
2. Keragu-raguan: “barangkali,mungkin, bisa jadi, ini terjadi apabila anak sudah
menyadari akan kemungkinan, kekhilafannnya.”
3. Menarik kesimpulan analogi, seperti : anak melihat ibunya tidur karena sakit, pada
waktu lain anak melihat ibunya tidur dan mengatakan bahwa ibunya tidur karena
sakit.
Dalam konteks ini, menurut Gunarsa, ada empat tugas yang perlu diperhatikan dalam
perkembangan bahasa anak, yaitu :
1. Anak dapat mengerti pembicaraan orang lain,
2. Anak dapat menyusun dan menambah perbendaharaan kata,
3. Anak dapat menggabungkan kata menjadi kalimat,
4. Anak dapat mengucapkan dengan baik dan benar
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 8/12
Apabila anak berhasil dalam menuntaskan tugas yang satu maka berarti juga ia dapat
menuntaskan tugas-tugas yang lainnya, penjelasan terhadap keempat tugas perkembangan
bahasa anak tersebut sebagai berikut :
1. Pemahaman
Yaitu kemampuan memahami makna ucapan oran lain. Bayi memahami
bahasa dengan orang lain, bukan memahami kata – kata yang diucapkannya,
tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau gesturenya (bahasa tubuhnya)
2. Pengembangan Perbendaharaan Kata
Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia
dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-
sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah
3. Penyusunan kata-kata Menjadi Kalimat
Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya
berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat
tunggal (kalimat satu kata) yang disertai bahasa tubuh untuk melengkapi cara
berpikirnya. Contohnya anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola dengan
satu jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “ tolong ambilkan bola untuk saya”.
Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe
kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
4. Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi
(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama
orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka
belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas sehingga
sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada
usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara
menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-
huruf tertentu.
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 9/12
II. 4 Perkembangan Kemampuan Berbahasa Anak
Yusuf (2001: 120) membagi tipe perkembangan bahasa anak menjadi dua, yaitu :
1. Egocentric speech, terjadi ketika anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog)
Berbicara monolog (egosentric speech) berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3
tahun. Sementara yang socialized speech mengembangkan kemampuan
penyesuaian social (social adjusment)
2. Socialized speech, terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya
atau dengan lingkungannya. Perkembangan bahasa pada masa socialized speech dibagi ke dalam lima bentuk :
a. Adapted information : terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan
bersama yang dicari
b. Critism : yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah
laku orang lain
c. Command : perintah, Request : permintaan, dan Threat (ancaman)
d.
Quetions : pertanyaane. Answer : jawaban
Agus Sujanto ( 1996:26) membagi perkembangan kemampuan berbahasa anak
yang dibedakannya atas empat masa, yaitu :
1. Masa Pertama (umur 1,0-1,6)
Kata-kata pertama yang diiucapkan anak adalah kelanjutan dari
meraban. Ini dapat kita lihat dengan jelas, jika kita perhatikan bahwa
antara kata-kata itu terdapat beberapa kata yang diucapkan juga oleh anak
dari bahasa apapun di dunia ini. Misalnya kata anak terhadap ayah atau
ibunya. Kata “ma” untuk ibu dan kata “pa” untuk ayah. Bila setiap kali
anggota keluarga menyebut seseuatu kata pada waktu mereka mendekat
kepadanya, maka secara wajar ia mengerti bahwa kata itu adalah tertuju
padanya.
2. Masa Kedua (Umur 1,6-2,0)
Pada masa ini, dengan kemampuannya berjalan anak makin banyak
melihat segala sesuatu dan ingin mengetahui namanya. Oleh karena itu, ia
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 10/12
selalu menanyakan nama diantara benda-benda yang kebetulan
ditemuinya. Karena masa ini disebut “apa itu”. Rasa ingin tahu anak ini
harus disikapi dengan arif dan bijaksana. Orang tua (ayah atau ibu), kakak
atau siapa pun juga harus menjawabnya dengan semestinya, dan dengan
ucapan yang benar, meskipun disadari anak belum mampu menirukan
dengan tepat dan benar apa yang diucapkan itu.
Adanya kesukaran berkata pada anak terjadi pada masa ini diyakini ada
faktor penyebabnya. Ada kesenjangan antara perkembangan kemauan dan
kekayaan bahasa. Karena perkembangan kemauan atau keinginan anak
lebih cepat daripada kekayaan bahasanya sehingga apa yang diinginkan
tidak terwakili lewat kata-kata. Sebenarnya anak inin bercerita, tetapi
karena perbendaharaan kata-katanya belum mencukupi maka ia
melengkapinya dengan gerakan-gerakan tangan dan kakinya.
3. Masa Ketiga (umur 2,0-2,6)
Pada masa ini anak telah mulai tampak makin sempurna dalam
menyusun kata-kata. Ia sudah menggunakan awalan dan akhiran, sekalipun
belum sesempurna seperti apa yang dikatakan orang dewasa. Oleh karena
itu orang yang arif, akan membenarkannya dengan hati-hati. Tetapi
kadang-kadang anak itu tidak begitu senang bila kata-katanya itu selalu
dibenarkan. Acapkali kita dengar kesalahan yang lucu dan kerapkali ia
membuat kata-kata baru menurut caranya sendiri.
4. Masa Keempat (umur 2,6-seterusnya)
Pada masa ini keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu
semakin bertambah. Rasa ingin tahu anak terhadap segala sesuatu
membuat anak sering bertanya. Setiap jawaban singkat yang diberikan
terkadang tidak memberikan kepuasan kepada anak. Setiap jawaban yang
baru akan menimbulkan pertanyaan yang baru bagi anak. Kreativitas
bertanya anak ini tidak boleh disikapi dengan sinis. Apalagi memarahinya,
karena hal itu bisa mematikan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.
Orang tua yang baik tentu saja harus menanggapi kreativitas bertanya ini
dengan arif dan bijaksana.
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 11/12
Dengan sudut pandangan yang berbeda, misalnya berdasarkan pendekatan
linguistik, ada juga ahli yang mengklasifikasikan perkembangan bahasa anak seperti
berikut :
1. Permulaan Bicara : Meraban (Mengoceh)
Suara pertama yang dilakukan anak adalah jerit tangis pada waktu dilahirkan.
Tangis pertama ini berguna untuk memungkinkan anak dapat bernapas karena
mulai saat itu anak harus bernapas sendiri. Suara-suara yang dikeluarkan anak
dapat dibedakan antara suara tangis dan ocehan. Tangis menunjukkan keadaan
tidak senang sedangkan ocehan menunjukkan rasa senang dan kepuasaan. Tangisbukan suatu gejala yang berdiri sendiri, melainkan suatu tingkah laku refleks
terhadap sesuatu karena di satu pihak menunjukkan keadaan tidak nyaman tetapi
pada waktu bersamaan juga menginginkan reaksi keliling. Van Ginneken (1917)
dalam bukunya “ Roman vann een kleuter” mengatakan bahwa suara-suara
pertama yang dikeluarkan adalah huruf-huruf vokal. Menurutnya tangis terletak
pada dasar vokalisasi, ketawa pada dasar artikulasi. Gregoire (1937)
mengemukakan dalam “ L’apprrentissage du langage” bahwa suara-suarapertama yang dikeluarkan adalah a,e,i,o,u. Baik Van Ginneken maupun Gregoire
berpendapat bahwa bahasa mempunyai dasar fisiologis.
Suara-suara pertama menurut Van Ginneken maupun Gregoire dianggap
mempunyai dasar fisiologis itu merupakan proses emosional, sebab rasa nyaman
dan tidak nyaman tadi memang ditentukan oleh faktor- faktor fisiologis, namun
mempunyai arti emosional juga. Atas dasar itulah anak mengeluarkan suara-suara.
Pada umumnya ada persamaan pendapat bahwa anak usia sekitar 10 bulan betul-
betul dapat menirukan kata-kata yang diengarnya. Meskipun belum merupakan
peniruan yang benar namun sudah mengandung unsur-unsur peniruan yang
banyak.
2. Kalimat Satu Kata dan Kalimat Dua Kata
Kata-kata pertama anak ini bisa dipandang sebagai oenyebutan objek murni,
mereka mempunyai isi psikologis yang bersifat intelektual, emosional, dan
sekaligus volisional yaitu anak mau atau tidak mau akan sesuatu hal. Diantara
bulan ke 18 dan 20 (dengan kemungkinan penyimpangan yang banyak) datanglah
5/17/2018 MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psikologi-belajar-55b07c2c08ad1 12/12
kalimat dua kata yang pertama. Anak mempunyai kemungkinan yang lebih
banyak untuk menyatakan maksudnya dan untuk mengadakan komunikasi. Dalam
bahasa anak ada dua kelompok kata yang spesifik, yaitu kata pivot dan kata
terbuka. Dalam kelompok yang pertama termasuk kata-kata yangs ering dipakai
oleh anak, sedangkan kata-kata dari kelompok kedua tidak sering dipakai oleh
anak. Seringkali kata-kata pivot juga mempunyai tempat yang tetap dalam kalimat
dua kata. Jumlah kata-kata yang termasuk kelompok pivot tidak banyak,
sedangkan kelompok terbuka ditambah dengan kata-kata baru. Yang perlu
diperhatikan disini ialah bahwa kata pivot yang sama dapat berbeda-beda artinya
dalam kombinasi dengan kata-kata terbuka yang berlainan. “ Gi Susu” dapat
berarti bahwa anak tidak mau minum susu lagi.
3. Kalimat Tiga Kata
Dari kalimat dua kata berkembanglah lambat laun kalimat tiga kata yang
dalam arti struktural mula-mula masih mirip dengan kalimat dua kata. Perubahan
ini terjadi kurang lebih antara bulan ke-24 dan bulan ke 30. Mengenai proses
pengaturan baru dalam kata-kata ini belum dapat diperoleh hasil-hasil penelitian
secara meluas mengenai waktu timbulnya kalimat satu kata, dua kata, dan tiga
kata dan juga mengenai apa yang dikatakan oleh anak. Tetapi arti yang langsung
mengenai pengaturan baru dalam kata-kata ini dan kata-kata apa yang
mendapatkan tempat baru, belum dapat diketahui. Menurut istiwidyanti,
dkk.(1980:82) berbahasa merupakan sarana berkomunikasi. Untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain, semua individu