makalah pla (indusrti rokok).docx

35
PENGOLAHAN LIMBAH PADA INDUSTRI ROKOK DISUSUN OLEH : FAHUKA NORIN (3335100469) MELA WIDIAWATI (3335100745) RISKA RISTIYANTI (3335100599) SINGGIH NURDIANTO (3335101101) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Upload: riska-ristiyanti

Post on 15-Dec-2014

597 views

Category:

Documents


70 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah PLA (indusrti rokok).docx

PENGOLAHAN LIMBAH PADA INDUSTRI ROKOK

DISUSUN OLEH :

FAHUKA NORIN (3335100469)

MELA WIDIAWATI (3335100745)

RISKA RISTIYANTI (3335100599)

SINGGIH NURDIANTO (3335101101)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

JALAN JENDRAL SOEDIRMAN KM.03 CILEGON- BANTEN

TAHUN 2012

Page 2: makalah PLA (indusrti rokok).docx

PENGOLAHAN LIMBAH PT. DJARUM

MENJADI KOMPOS

1. INDRUSTRI ROKOK

Yang dimaksud Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana

pekerjanya mengolah atau memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh

dan bumbu bumbu lain menjadi suatu produk yang disebut rokok, dengan

demikian yang dimaksud rokok ialah silinder dari kertas yang ukuran

panjangnya bervariasi berkisar antara 65 mm sampai 125 mm (sesuai

Industrinya) yang berisi rajangan daun tembakau dan bunga cengkeh kering

dan bumbu bumbu (sauce) lain dan dikonsumsi dengan cara dibakar pada

ujung satu dan dibiarkan membara agar asapnya dapat diisap melalui mulut

pada ujungnya yang lain. Di Indonesia saat ini, konsumsi rokok oleh

masyarakat cukup tinggi, bahkan menurut WHO, Indonesia dengan jumlah

jiwa sebanyak 200 juta lebih, diperkirakan sekitar 141 Juta jiwanya adalah

pengkonsumsi rokok aktif yang menghabiskan sekitar 215 milyar batang per

tahunnya (Anonymous, 2006).

Industri rokok memang menjadi salah satu tulang punggung baik

penerimaan negara maupun penyerapan tenaga kerja. Dapat dibayangkan

dengan jumlah Industri rokok yang saat ini telah mencapai 4416 Industri

( golongan I : 6 Industri, golongan II : 27 Industri, golongan III : 106 Industri,

golongan IIIA : 282 Industri, dan sisanya adalah Industri golongan IIIB)

tentunya jumlah tenaga kerja yang diserap pun juga telah mencapai jutaan

orang (Anonymous, 2008) dan dari sektor Industri rokok memberikan

sumbangan pendapatan berupa pajak sebesar Rp. 38,5 trilliun tahun 2006 dan

tahun 2007 sebesar Rp. 42 trilliun (Anonymous,2007).

Limbah yang dihasilkan oleh PT. Djarum, yaitu perusahaan yang

berdiri sejak tahun 1950, setiap harinya memproduksi hampir 200.000 batang

rokok. Limbah tersebut berasal dari proses pelunakan cengkeh. Limbah inilah

yang diolah menjadi pupuk kompos dan air untuk irigasi. Dan pada pabrik ini

Page 3: makalah PLA (indusrti rokok).docx

setiap hari menghasilkan 3 ton pupuk kompos dan 100 meter kubik air. Pupuk

kompos yang dihasilkan ini diberikan kepada petani tembakau yang tinggal di

Temanggung, dimana PT Djarum mengambil bahan baku tembakau dari sana.

Kompos tersebut dibagikan secara gratis dan petani hanya menanggung biaya

pengiriman Kudus-Temanggung. Sementara itu, air limbah yang telah diolah

digunakan untuk membantu irigasi sawah di sekitar perusahaan. 

Untuk mengolah limbah menjadi kompos, PT Djarum memanfaatkan

lumpur yang telah diaktivasi dengan mikroba, kapur, urea, dan asam fosfat

encer. Awalnya, limbah hasil proses pelunakan cengkeh memiliki kadar pH 4,

Biological Oxygen Demand (BOD) 6000 ppm dan Chemical Oxygen Demand

(COD) 12.000 ppm. Limbah ini kemudian dicampur dengan lumpur yang

sudah diaktivasi. Sekitar dua bulan kemudian, campuran itu pun berubah

menjadi pupuk kompos.

a) Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok

Setiap aktivitas industri termasuk aktivitas industri rokok pasti ada

sisa-sisa atau bahan buangan yang memerlukan proses managemen lebih

lanjut untuk meminimumkan pengaruh negative dari sisa-sisa tersebut

sehingga tidak membahayakan terhadap lingkungan alam baik udara air

dan tanah dan juga terhadap ligkungan sosial (Social Environmental) yang

sangat dimungkinkan menimbulkan penyakit bagi manusia dan juga

makhluk-makhluk lainnya, sedang pada proses industri rokok ada salah

satu sisa produksi yang disebut dengan Limbah Jengkok Tembakau.

Limbah Jengkok Tembakau Industri rokok ialah sisa-sisa atau

limbah pencausan tembakau dalam proses produksi rokok dan berbentuk

halus (bubuk), dimasukkan dalam wadah karung atau goni dan disimpan

dalam gudang tertentu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

terhadap lingkungan (Budiono,2003).

b) Bahaya Limbah Jengkok tembakau

Limbah jengkok tembakau belum terbukti menimbulkan

pencemaran lingkungan tetapi perlu diwaspadai bahwa setiap aktivitas

Page 4: makalah PLA (indusrti rokok).docx

industri memunculkan sisa-sisa yang membahayakan lingkungan termasuk

sisa limbah yang disebut dengan libah jengkok tembakau Industri rokok.

Darmono (2001), menyatakan bahwa udara di sekitar kita dewasa ini

sangat peka terhadap pencemaran, hal ini sangat erat hubungannya dengan

aktifitas manusia untuk mengejar kehidupan modern, berbagai jenis

polutan sebagai efek samping dari produk-produk yang diperlukan manusia

telah banyak mencemari udara yang kita isap setiap saat, bahan pencemar

seperti senyawa Carbon (CO, CO2), Sulfida (SO2, SO3), Nitrogen (NO,

NO2, N2O), partikel-partikel logam (Pb, Cd, As, Hg) dan senyawa kimia

lainnya telah terbukti mencemari udara terutama didaerah industri dan

perkotaan semakin hari pencemaran udara tersebut bila diteliti dan

dianalisa jumlahnya semakin meningkat sehingga kita harus selalu

waspada terhadap akibat yang ditimbulkan.

Air yang kita gunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh

pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga, beberapa bahan

pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit) bahan

organik (pestisida, detergen) dan beberapa bahan anorganik (garam;

logam; asam) serta bahan-bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan

dalam air yang kita pergunakan.

Pencemaran lingkungan sangat buruk akibatnya terhadap

kehidupan di bumi, oleh sebab itu pengawasan dan pencegahan

pencemaran lingkungan harus selalu diupayakan demi kelestarian

kehidupan di bumi. Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka limbah

jengkok tembakau Industri rokok harus diupayakan pencegahan

pencemaran terhadap lingkungan dan bahkan ditemukan manfaat dari

limbah jengkok tembakau Industri rokok setelah diadakan pengkajian dan

penelitian.

Limbah jengkok tembakau Industri rokok mengadung logam berat

yang berbahaya adalah logam berat Arsen (As). Arsenik, atau arsenikum

adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan

nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan

Page 5: makalah PLA (indusrti rokok).docx

memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam dan abu-abu. Arsenik dan

senyawa arsenic digunakan sebagai pestisida, herbisida dan insektisida.

(Anonymous, 2009)

c) Potensi Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok Sebagai Pupuk

Organik

Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok berasal sebagian besar

dari daun tembakau dan bunga cengkeh yang masih tersimpan rapi di

gudang karena belum ditemukan solusinya, Berdasarkan penelitian Talkah

(2003) : 1). Fermenter MoMixA mampu memfermentasi jengkok

tembakau menjadi pupuk organik, 2) Penelitian membuktikan bahwa

jengkok tembakau yang merupakan limbah Industri yang tidak berguna

ternyata masih dapat digunakan sebagai pupuk organik. Permasalahan hasil

penelitian ini adalah masih tingginya kandungan logam berat Arsenik

(24,32 ppm), Berdasar hasil penelitian yang pernah dilakukan, menyatakan

:

1) Pupuk organik jengkok tembakau mempunyai pengaruh terhadap

produktivitas tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis), Buncis

(Phaseolus vulgaris L), Tomat (Licopersicum esculentum Mill),

2) Hasil buah mangga dengan pupuk organic jengkok tembakau aman

dikonsumsi, walaupun belum dapat disebut produk organik, dan untuk

lebih aman lagi kandungan. Lead (Pb) yang kurang dari 0,50 ppm

diturunkan menjadi lebih kecil dan bahkan menjadi nol. (Talkah,

2004).

Selaian itu, terdapat pula pengaruh positif pupuk organic jengkok

tembakau fermentasi MoMixA terhadap pertumbuhan dan produktivitas

Semangka (Citrullus vulgaris schard) varietas Hitam Manis.

2. Pupuk Organik (Kompos)

Kompos didefinisikan sejenis pupuk organik, dimana kandungan unsur N,

P dan K yang tidak terlalu tinggi , hal ini membedakan kompos dengan pupuk

buatan. Kompos sangat banyak mengandung unsur hara mikro yang berfungsi

Page 6: makalah PLA (indusrti rokok).docx

membantu memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan porositas tanah

sehingga tanah menjadi gembur dan lebih mampu menyimpan air (Tchobanoglous

et al.,1993). Adapun manfaat dari kompos adalah :

- Memperbaiki struktur tanah;

- Sebagai bahan baku pupuk organik;

- Sebagai media remediasi tanah yang tercemar (pemulih tanah akibat pencemaran bahan kimia yang toxic terhadap mikroba tanah);

- Meningkatkan oksigen dalam tanah;

- Menjaga kesuburan tanah;

- Mengurangi kebutuhan pupuk inorganik.

Cara atau metoda untuk membuat kompos adalah proses komposting.

Proses komposting ini merupakan proses dengan memanfaatkan proses biologis

yaitu pengembangan massa mikroba yang dapat tumbuh selama proses terjadi.

Metoda ini adalah proses biologi yang mendekomposisi sampah (terutama

sampah organic yang basah) menjadi kompos karena adanya interaksi kompleks

dari organisme yang terdapat secara alami. Berdasarkan prinsip proses biologis

ini, maka karakteristik dari mikroba menjadi penting untuk diperhatikan. Jenis

mikroba yang dimaksud adalah jenis mikroba yang diklasifikasikan dari cara

hidupnya, yaitu :

- Mikroba anaerobic (yaitu mikroba yang hidup tanpa oksigen); jenis mikroba ini

juga dibagi dalam 2-jenis yaitu : mesophilic (hidup pada temperatur (20-40 oC),

dan thermophilic (hidup pada temperatur (45-70 oC).

- Mikroba aerobic adalah mikroba yang hanya dapat hidup dengan adanya

oksigen. Sama dengan mikroba anaerobic berdasarkan fluktuasi kondisi suhu di

dalam tumpukan kompos dapat dibedakan menjadi mesophilic dan

thermophilic.

Kompos dan Proses Pengomposan

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari

campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh

populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,

lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford, 2003). Menurut Isroi

(2008), proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik

Page 7: makalah PLA (indusrti rokok).docx

mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba

yang memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energi, membuat

kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar

kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat

campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan

aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan yang disebut fermenter.

Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahanbahan

mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi

menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-

tahap awal proses, oksigen dan senyawasenyawa yang mudah terdegradasi

akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos

akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan

peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o 70o

C.

Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada

kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu

tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang

sangat aktif. Mikroba (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada

oksigen).

Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana

mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik.

Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang

disebut proses anaerobik. Namun proses ini tidak diinginkan selama proses

pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik

akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti

asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine),

amonia, dan H2S. Setiap organisme pendegradasi bahan organik

membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila

kondisinya sesuai, maka fermenter akan bekerja secara efektif untuk

mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai

atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat

lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses

Page 8: makalah PLA (indusrti rokok).docx

pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu

sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan

diantaranya :

1. Rasio C/N

Perbandingan C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar

antara 30 : 1 hingga 40 : 1. mikroba memecah senyawa C sebagai sumber

energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara

30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis

protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N

untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

2. Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.

Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba

dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran

partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk

meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil

ukuran partikel bahan tersebut.

3. Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup

oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi

peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang

lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh

posiritas dan kandungan air bahan (kelembaban). Apabila aerasi terhambat,

maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak

sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau

mengalirkan udara di dalam tumpukan.

4. Porositas

Porositas ialah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos,

Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume

Page 9: makalah PLA (indusrti rokok).docx

total.Rongga rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan

mensuplay oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi

oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan

juga akan terganggu.

5. Kelembaban (Moisture content)

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses

metabolism mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay

oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila

bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah

kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban

dibawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan

lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar

dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas

mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobic yang

menimbulkan bau tidak sedap.

6. Temperatur

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba berhubungan langsung

antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi

temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin

cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan

cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30-60oC

menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi

dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba

thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga

akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih

gulma.

7. Ph

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH

yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5.

pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses

pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik

Page 10: makalah PLA (indusrti rokok).docx

dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara

temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman),

sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung

nitrogen akan meningkatkan pH pada fasefase awal pengomposan. pH

kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

8. Kandungan hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan

biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan

dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

9. Kandungan bahan berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang

berbahaya bagi kehidupan mikroba.Logam-logam berat seperti As, Mg,

Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini.

Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses

pengomposan. Isroi (2008), menyatakan bahwa faktor-faktor yang harus

diperhatikan dalam proses pengomposan adalah : C/N ratio, ukuran

partikel bahan organik, aerasi, porositas, kelembaban, temperatur, pH,

Kandungan unsur hara, kandungan bahan-bahan berbahaya. Menurut Rynk

(1992), kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan

seperti pada Tabel 2.1 berikut :

Table 2.1 Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses

pengomposan

Page 11: makalah PLA (indusrti rokok).docx

Teknologi Proses Komposting

Berdasarkan teknologi proses, pengolahan kompos dapat dibedakan

sebagai berikut:

Komposting aerobik

Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan

memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang

menghasilkan energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu transport

elektron dari electron donor menuju external electron acceptor adalah oksigen.

Reaksi yang terjadi :

Bahan organik + O2 + nutrien kompos + sel baru + CO2 + H2O + NH3

+ SO4 = + energy

Ada beberapa metoda atau teknologi proses komposting secara aerobik ini yaitu :

Windrow composting

Didefinisikan sebagai sistem terbuka, pemberian oksigen secara alamiah,

dengan pengadukan/pembalikan, dibutuhkan penyiraman air untuk menjaga

kelembabannya.

Page 12: makalah PLA (indusrti rokok).docx

Keuntungan :

- Biaya relatif murah untuk windrow composting

- Proses lebih sederhana dan cepat (khususnya yang menggunakan aerasi

mekanis)

- Dapat dibuat dalam skala kecil dan mobile (in-vessel composting) Sehingga

dapat dibuat dalam bentuk modul-modul

Kerugian :

- Masih menimbulkan dampak negatif berupa : bau, lalat, cacing dan rodent, serta

air leachate 11

- Operasional kontrol temperatur dan kelembaban sulit, karena kontak langsung

dengan udara bebas, sering tidak mencapai kondisi optimal

- Membutuhkan lahan yang luas untuk sistem windrow composting, karena

proses pengomposan sampai pematangan membutuhkan waktu minimal 60 hari.

Komposting anaerobic

Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan

adalah bakteri obligate anaerobik. Proses berlangsung dengan reaksi sebagai

berikut :

Komposting cara anaerobik dengan reaksi:

Bahan organik + H2O + nutrien kompos + sel baru + CO2 + CH4 + NH3 + H2S +

energy

Dalam proses ini terdapat potensi hasil sampingan yang cukup

mempunyai arti secara ekonomis yaitu gas bio, yang merupakan sumber energi

alternatif yang sangat potensial. Berdasarkan pendekatan waste to energy (WTE)

diketahui bahwa 1 ton sampah organik dapat menghasilkan 403 Kwh listrik.

Keuntungan :

Page 13: makalah PLA (indusrti rokok).docx

- Tidak membutuhkan energi, tetapi justru menghasilkan energy

- Dalam tangki tertutup sehingga tedak menimbulkan dampak negative terhadap

lingkungan

Kerugian :

- Untuk pemanfaatan biogas dibutuhkan kapasitas yang besar karena factor skala

ekonomis, sehingga kurang cocok diterapkan pada suatu kawasan kecil

- Biaya lebih mahal, karena harus dalam reaktor yang tertutup.

Untuk menunjang keberhasilan dalam proses komposting ada beberapa

factor yang perlu diperhatikan dan sangat mempengaruhi berjalannya proses ini

yaitu :

o Kadar air, untuk menjaga aktivitas mikroorganisme. Kadar air

berkisar antara 50-60%, optimum 55%.

o Rasio C/N, dimana karbon (C) merupakan sumber energi bagi

mikrooganisme, sedangkan nitrogen (N) berfungsi untuk

membangun sel-sel tubuh mikroorganisme. Nilai C/N berkisar

antara 25-50.

o Temperatur, merupakan faktor penting dalam kehidupan

mikroorganisme agar dapat hidup dengan baik. Suhu pada hari-

hari pertama pengomposan harus dipertahankan berkisar antara

50-55oC, sedangkan pada hari-hari berikutnya 55-60oC

o pH, juga sebagai indicator kehidupan mikroorganisme. Rentang

pH dipertahankan berkisar antara 7 sampai 7,5.

o Ukuran partikel, berhubungan dengan peningkatan rata-rata

reaksi dalam proses. Ukuran partikel berkisar antara 25-75 mm.

o Blending dan Seeding , pencampuran ini dipengaruhi oleh rasio

C/N dan kadar air. Lumpur tinja sering ditambahkan pada

kompsoting sampah untuk meningkatkan rasio C/N.

o Suplai oksigen, sangat penting dalam proses pengomposan secara

aerobic. Suplai oksigen secara teoritis biasanya ditentukan

berdasarkan komposisi sampah yang dikomposkan.

o Pengadukan, berfungsi untuk menjaga kadar air, menyeragamkan

nutrient dan mikroorganisme.

Page 14: makalah PLA (indusrti rokok).docx

o Kontrol pathogen, dilakukan dengan pengontrolan suhu, dimana

pathogen biasanya akan mati pada suhu 60-700C selama 24 jam.

3. Proses pengolahan limbah

Dalam industry rokok, tembakau sangatlah diperlukan karena merupakan

bahan utama produk tersebut yang kemudian akan diproses. Proses tersebut

menimbulkan limbah cair berupa cairan coklat pekat yang bersifat asam. Selain

limbah cair, ada juga limbah padat yaitu tempat bekas membungkus tembakau.

Limbah-limbah tersebut kemudian akan diproses agar tidak menjadi berbahaya. IPAL

(Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan suatu tempat yang disediakan oleh PT

Djarum untuk mengolah limbah-limbah tersebut. PT.Djarum yang sangat

memperhatikan lingkungan itu tidak mungkin membuang limbah-limbah beracun itu

secara sembarangan. Jadi, sebelum dibuang limbah-limbah tersebut harus melalui

beberapa tahap pada IPAL. Pada IPAL, limbah-limbah cair tersebut diolah kembali

untuk di netralisir, dan limbah padatnya dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat.

Dalam pengolahan limbah cair tersebut PT.Djarum menggunakan alat-alat yang

canggih. Saat limbah sisa pencucian cengkeh tersebut di alirkan ke IPAL maka

limbah cair itu akan diolah sedemikian rupa agar kadar racunnya dapat dinetralisir.

Cairan penetralnya adalah Ca (OH)2 yang bersifat basa sehingga cairan yang asam

tersebut mendapatkan pH yang mendekati netral. Setelah itu, cairan diaduk2 dengan

maksud pemberian oksigen (oksigenasi) dan dicampur dengan bakteri yang sengaja

dikembangbiakkan di tempat tersebut. Bakteri aerob dibantu oksigen untuk proses

pembusukan limbah sehingga limbah tersebut tidak lagi terlalu berbahaya.

Page 15: makalah PLA (indusrti rokok).docx

Gambar 1 Pengolahan limbah

Setelah itu, cairan yang sudah agak berwarna bening tersebut dialirkan

menuju tempat berikutnya. Pada tempat ini, jika diperhatikan, ada suatu

pemisahan antara air bersih dengan ampas yang tersisa dengan proses

pengendapan. Air yang bersih mengalir sedikit demi sedikit melalui celah pada

design alat tersebut dan dialirkan menuju kolam ikan.Setelah diolah maka sisa

cairan pembersih cengkeh tersebut akan menjadi netral dan tidak beracun lagi.

Kolam ikan yang ada didalam IPAL tersebut merupakan suatu indikator alamiah

yang menunjukkan kenetralan air karena pada logikanya, ikan tidak akan dapat

bertahan hidup dalam air beracun.

Gambar 2 kolam ikan yang berisi air limbah yang sudah diolah oleh IPAL PT. Djarum

Page 16: makalah PLA (indusrti rokok).docx

Kemudian untuk limbah padatnya yaitu bekas bungkus tembakau juga

diolah sedemikian rupa di dalam IPAL ini, dan hasil olahan limbah ini berupa

pupuk kompos. Caranya dengan menghancurkan bungkus tersebut, lalu ditimbun.

Hancuran bungkus yang telah ditimbun tersebut kemudian disiram, ditutupi dan

dibalik secara berkala sehingga bakteri dan jamur yang ada akan membusukkan

hancuran tersebut dengan cepat. Maka dari itu, pupuk kompos tersebut terasa

panas di bagian dalam tumpukannya karena mengalami proses pembusukan.

Ternyata limbah-limbah yang beracun tersebut di dalam IPAL ini dapat menjadi

sesuatu yang lebih bermanfaat. Hasil dari pupuk kompos itu akan dikirim ke

segala penjuru Kota Kudus dan tempat pembibitan PT Djarum untuk kepentingan

penghijauan di kota tersebut.

Diagram Alir pengolahan limbah

Page 17: makalah PLA (indusrti rokok).docx

Collecting Tank(80 m3)

Pre-Sedimentasi(30 m3)

Bio Reaktor 1(600 m3)

Bio Reaktor 0(700 m3)

Bio Reaktor 2(300 m3)

Sedimentasi(175 m3)

Penjernihan(175 m3)

Thickener(80 m3)

Filter Press(1m3/press) Kolam Ikan

Padat

CairPadat

Cair

SUNGAIPENGOMPOSAN

Cair

Screen

WASTE WATER

Returnsludge

Padat

Gambar 3 pengolahan limbah cair di IPAL

Dalam melakukan pengolahan limbah pada pabrik rokok ini, terdapat

tahapan teknis yang harus di lakukan, yaitu:

Page 18: makalah PLA (indusrti rokok).docx

1. Identifikasi terhadap sumber dan jenis limbah

2. Identifikasi alternative penerapan produksi bersih

3. Pemilahan dan pemisahan dari sumbernya

4. Pengelolaan dan pemanfaatan berdasarkan karakteristik limbah

5. Pengolahan (treatment) dan pembuangan akhir

Selain tahapan di atas, terdapat langkah-langkah lain dalam pengolahan

limbah pada pabrik rokok, yaitu:

Pengolahan limbah padat

SUMBER LIMBAH PADAT PENGELOLAAN

1. Gagang dan jengkok tembakau

dan cengkeh dari penyiapan

bahan baku

2. Aki bekas, kemasan bekas,

pallet bekas dari penyiapan

bahan baku proses produksi

3. Keranjang bekas/tikar bekas,

lumpur eks IPAL dari proses

penyiapan bahan baku dan hasil

IPAL

4. Filter bekas/sortiran, kayu bekas

pallet dari proses produksi dan

penyiapan bahan baku

5. Pasir, kerikil,metal dari proses

penyiapan bahan baku

6. Sampah rumah tangga

(domestik)

7. Tali rafia, plak-ban-botol bekas,

dll dari kegiatan perkantoran dan

1. Dijual untuk dimanfaatkan

(Re-sale-able)

2. Daur ulang dan digunakan

kembali (Recycle-able dan

Re-use-able)

3. Dibuat kompos (Compost-

able)

4. Dibakar (Combustible)

5. Limbah yang tidak

berpengaruh (Innert waste)

untuk tanah urug

6. Masuk ke TPS dibuang ke

TPA

7. Dijual untuk di daur ulang

Kompensasi ke masyarakat

sekitar (Comdev dan CSR)

Page 19: makalah PLA (indusrti rokok).docx

proses produksi

Pengolahan sampah non produksi

Jenis limbah/ sampah Cleaner production Final disposal alternative

Office wastes

Kertas, karton Paperless Daur ulang 3rd party

Plastic Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

Battery kering Less hazardous,

battere alkaline

B-3/ PPLI

Non recycle

combustible

Segregasi, Energy

recovery

Incineration (own, co-

partner)

Botol, kaca dlsb Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

Household wastes

Kertas, karton Paperless Daur ulang 3rd party

Plastic Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

Non recycle

combustible

Washable and Re-

useable materials

(lunch boxes)

Menuju zero waste

Non recycle, Segregasi, Energy Incineration (own, co-

Page 20: makalah PLA (indusrti rokok).docx

combustible recovery partner)

Non recycle,

compostable

Segregasi,

Pengomposan

Composting (own, co-

partner)

TPA - Pemda

Botol, kaca dlsb Segregasi, daur ulang Daur ulang 3rd party

Pengolahan limbah cair

SUMBER LIMBAH CAIR PENGELOLAAN

Page 21: makalah PLA (indusrti rokok).docx

1. Air cucian dan admoist pada

proses pelunakan cengkeh

2. Air cucian dan admoist pada

proses pelunakan gagang

tembakau

3. Air cucian dan residual dari

proses ekstraksi bahan–bahan

pembuat saos dari bahan

rempah-rempah alami dan

campurannya pada proses

Assembling Flavor

4. Air cucian peralatan proses

produksi (ex casing drum)

pada primary process

5. Air cucian lem dari

secondary process

6. Air limbah ex utility : blow

down boiler

7. Limbah Domestik (MCK)

8. Limbah oli bekas

Limbah Cair diolah dengan :

1. Pengolahan secara fisik – kimia

2. (penyaringan, sedimentasi,

penetralan

3. pH, koagulasi-flokulasi,dsb)

2. Pengolahan secara biologis

4. (anaerobik dan aerobik)

3. Pengolahan lanjutan (absorsi)

4. Pemanfaatan lumpur Limbah oli

bekas ditampung dalam drum

diserahkan ke pihak ketiga yg

berijin Kompensasi ke

masyarakat sekitar (Comdev

dan CSR)

Pengolahan limbah ke udara

SUMBER LIMBAH KE UDR PENGELOLAAN

Page 22: makalah PLA (indusrti rokok).docx

1. Debu organik dari penyiapan

tembakau, cengkeh

2. VOC tembakau, cengkeh,

dan flavour

3. Emisi gas buang hasil

pembakaran bahan bakar

1.a. Penggunaan alat sedot debu

1.b. Melokalisir lokasi penghasil debu

2.a. Minimalisasi proses penguapan

2.b. Melokalisir lokasi penghasil

VOC

3.a. Penggunaan bahan bakar yang

ramah lingkungan, hemat bhn

bakar

3.b. Penanaman pohon

3.c. Adanya ruang terbuka hijau

3.d. Stack yang tinggi dilengkapi

filter

3.e. Perawatan mesin-mesin penghasil

emisi gas buang

Kompensasi ke masyarakat sekitar

(Comdev dan CSR)

Pengelolaan bising

SUMBER BISING PENGELOLAAN BISING

Page 23: makalah PLA (indusrti rokok).docx

Suara mesin-mesin produksi

dan utilitas

1. Penanaman pohon di pabrik

2. Perawatan mesin-mesin produksi dan

utilitas

3. Penggunaan alat pelindung diri (ear-plug

dan ear-muff)

4. Adanya silencer pada manifold mesin

5. Pembuatan ruang kedap suara

6. Kompensasi ke masyarakat sekitar

(Comdev dan CSR)

Pengelolaan abu

SUMBER BAU PENGELOLAAN BAU

Page 24: makalah PLA (indusrti rokok).docx

Cengkeh, tembakau, saos

rempah - rempah, flavor,

essence, septic tank (H2S),

sampah, IPAL

1. Penanaman pohon di pabrik

2. Penanaman pohon di luar pabrik

3. Pembuatan TPS, dan pembuangan

sampah secepat mungkin

4. Adanya ruang terbuka hijau

5. Adanya proses aerobik pada IPAL

6. Kompensasi ke masyarakat sekitar

(Comdev dan CSR)