proposal rokok

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan yang meliputi sehat fisik mental, dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 1948). Sudah tidak asing lagi, kehidupan masyarakat sekarang ini sangat erat kaitannya dengan gangguan kesehatan yang sangat beragam. Banyak penyakit yang diderita saat ini bukanlah hanya dari bakteri, virus, jamur, melainkan lebih disebabkan oleh pola penerapan hidup yang kurang sehat . Salah satu pola hidup yang kurang sehat yaitu merokok. Merokok, dapat memicu timbulnya masalah berbagai penyakit gangguan pernapasan berupa kanker paru, penyempitan pembuluh darah, emfisema, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan lain-lain yang dapat berunjung pada kematian. Selain merokok, aktifitas fisik dan tingkat kebugaran jasmani yang rendah serta kebiasaan merokok, dapat meningkatkan faktor resiko timbulnya masalah-masalah kesehatan (Diada.dkk,2006). Menurut World of Health Organization (WHO), rokok dapat membunuh hingga setengah dari penggunanya.

Upload: christin-lombu

Post on 22-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Rokok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan yang meliputi sehat fisik mental, dan sosial yang

tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan

(WHO, 1948). Sudah tidak asing lagi, kehidupan masyarakat sekarang ini

sangat erat kaitannya dengan gangguan kesehatan yang sangat beragam.

Banyak penyakit yang diderita saat ini bukanlah hanya dari bakteri, virus,

jamur, melainkan lebih disebabkan oleh pola penerapan hidup yang kurang

sehat . Salah satu pola hidup yang kurang sehat yaitu merokok. Merokok, dapat

memicu timbulnya masalah berbagai penyakit gangguan pernapasan berupa

kanker paru, penyempitan pembuluh darah, emfisema, bronkitis, penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK) dan lain-lain yang dapat berunjung pada kematian.

Selain merokok, aktifitas fisik dan tingkat kebugaran jasmani yang rendah serta

kebiasaan merokok, dapat meningkatkan faktor resiko timbulnya masalah-

masalah kesehatan (Diada.dkk,2006).

Menurut World of Health Organization (WHO), rokok dapat membunuh

hingga setengah dari penggunanya. Lebih dari lima juta kematian adalah hasil

dari pengguna rokok secara langsung, sedangkan lebih dari 6000.000 adalah

hasil dari non-perokok (perokok pasif) yang terpapar perokok aktif. Terdapat

215 miliar batang rokok dikonsumsi setiap tahun di Indonesia, yang

menempatkan Indonesia sebagai negara konsumsi rokok peringkat lima teratas

di dunia. Sekitar 60 % laki-laki di Indonesia dan kurang dari 5 % perempuan

Indonesia adalah perokok. Secara keseluruhan, sekitar 30% dari seluruh

penduduk Indonesia, yang lebih dari 60 juta penduduk Indonesia adalah

perokok. Menurut data hasil Global Adulth Tobacco Survey (GATS) 2011,

mengalami kenaikan perokok laki-laki dalam 6 tahun sebelumnya, berawal dari

53% menjadi 67% dari jumlah penduduk, untuk perempuan tetap yaitu sebesar

Page 2: Proposal Rokok

2,7%. Data Biro Pusat Statistik (SUSENAS) menunjukkan jumlah perokok

pemula usia 5-9 tahun meningkat tajam dari 0,4 % (2001) menjadi 2,8%

(2004). Trend perokok pemula pada usia 10-14 tahun pun meningkat tajam dari

9,5% menjadi 17,5%. Hal tersebut harus cepat ditangani sejak dini untuk

menghindari penyakit akibat penggunaan rokok.

Kandungan yang dapat memberikan dampak negatif bagi prnggunanya maupun

orang di sekitarnya. Seperti senyawa alkaloid (nikotin), TSNA (tobacco

spesific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), residu pupuk (klor), dan bahan

plasstik.

Pada kalangan remaja akibat dari kurang stabilnya untuk mengatur ego,

didalam kondisi kebingungan untuk memilih, rasa ingin tahu yang tinggi dan

sulit dimengerti oleh orang lain yang dapat menyebabkan tingkat derajat

merokok pada remaja terutama laki-laki semakin meningkat terlihat dari hasil

data diatas. Hal ini dapat mempengaruhi rendahnya volume dan/atau kecepatan

aliran udara yang diinspirasi maupun diekspirasi dan juga lebih mudah

mengidap penyakit, misalnya serangan jantung dan tekanan darah tinggi pada

remaja. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan kualitas hidup menjadi rendah.

Kemampuan paru normal (faal paru) terdiri dari ventilasi, difusi, dan perfusi.

Untuk mengetahui kemampuan paru-paru maka diukur volume parun yang

terdiri dari vital capacity (VC), Foerce expiratory (FEV1), expiratory reserve

volume (ERV), inspiratory reserve volume (IRV). Pengukuran dilakukan

dengan menggunakan alat spirometri.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Perbedaan Pengaruh Jumlah Isapan Rokok, Lama Merokok Dan

Jenis Isapan Rokok Yang Berfilter Dan Tidak Berfilter Perhari Terhadap

Fungsi Paru (VC, FEV1, ERV, IRV) Pada Sma Padjajaran Bandung. Dari Data

Tersebut, penelti dapat mengetahui bagaimana Fungsi Paru (VC, FEV1, ERV,

Page 3: Proposal Rokok

IRV) Pada Remaja berdasarkan Jumlah, lama dan Jenis Isapan Rokok Yang

Berfilter Dan Tidak Berfilter Perhari.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka rumusan

masalah penelitian adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh jumlah isapan rokok perhari terhadap fungsi paru

(VC, FEV1, ERV, IRV) pada sma padjajaran bandung?

2. Apakah terdapat pengaruh lama merokok terhadap fungsi paru (VC, FEV1,

ERV, IRV ) pada sma padjajaran bandung?

3. Apakah terdapat pengaruh jenis isapan rokok yang berfilter perhari

terhadap fungsi paru (VC, FEV1, ERV, IRV) pada sma padjajaran bandung?

4. Apakah terdapat pengaruh tidak rokok yang berfilter perhari terhadap

fungsi paru (VC, FEV1, ERV, IRV) pada sma padjajaran bandung?

5. Apakah terdapat perbedaan pengaruh jumlah isapan rokok, lama merokok

dan jenis isapan rokok yang berfilter dan tidak berfilter perhari terhadap

fungsi paru (VC, FEV1, ERV, IRV) pada sma padjajaran bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk: Pengaruh Jumlah Isapan Rokok, Lama

Merokok Dan Jenis Isapan Rokok Yang Berfilter Dan Tidak Berfilter

Perhari Terhadap Fungsi Paru (VC, FEV1, ERV, IRV) Pada Sma Padjajaran

Bandung

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui:

a. Pengaruh jumlah isapan rokok perhari terhadap fungsi paru (VC, FEV1,

ERV, IRV ) pada sma padjajaran bandung?

Page 4: Proposal Rokok

b. Pengaruh lama merokok terhadap fungsi paru (VC, FEV1, ERV, IRV )

pada sma padjajaran bandung?

c. Pengaruh jenis isapan rokok yang berfilter perhari terhadap fungsi paru

(VC, FEV1, ERV, IRV ) pada sma padjajaran bandung?

d. Pengaruh tidak rokok yang berfilter perhari terhadap fungsi paru (VC,

FEV1, ERV, IRV ) pada sma padjajaran bandung?

e. Perbedaan pengaruh jumlah isapan rokok, lama merokok dan jenis isapan

rokok yang berfilter dan tidak berfilter perhari terhadap fungsi paru (VC,

FEV1, ERV, IRV ) pada sma padjajaran bandung?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah: hasil penelitian dapat memberikan

informasi perbedaan pengaruh jumlah isapan rokok, lama merokok dan jenis

isapan rokok dapat menurunkan fungsi paru seseorang.

2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah: diharapkan dapat menjelaskan secara

ilmiah tentang perbedaan pengaruh jumlah isapan rokok, lama merokok dan

jenis isapan rokok yang berfilter dan tidak berfilter perhari terhadap fungsi

paru (VC, FEV1, ERV, IRV ) pada SMA Padjajaran Bandung

E. DefinisiKonseptual

1. Rokok

Rokok menurut kamus bahasa Indonesia adalah gulungan tembakau (kira-

kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nimpah, kertas, dsb).

Menurut Jaya rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

Page 5: Proposal Rokok

hingga 120mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10

mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

2. Remaja

Menurut Widyastuti, masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh

adanya perubahan fisik, psikis, dan emosi. Masa remaja adalah periode

peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Masa ini antara usia 10-19 tahun,

merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan

sering disebut masa pubertas.

3. Fungsi paru

Fungsi paru dalam penelitian iniakan dinilai dari Vital Capacity, Force

Expiratory Volume 1, Exipiratory Reserve Volume Inspiratory Reserve

Volume. Force Expiratory Volume one second adalah jumlah maksimal

udara yang dapat diehalasi dengan cepat dan kuat oleh seseorang dalam satu

detik, setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal. Vital Capacity

(VC) pada penelitian ini diukur dengan spirometri. Hasil perhitungan akan

dikategorikan normal, gangguan obstruksi, gangguan refriksi, dan gangguan

campuran.

Page 6: Proposal Rokok
Page 7: Proposal Rokok

F. Defenisi Operasional

Variabel Indiktor Alat Ukur Jenis data Hasil ukur

Independen

Fungsi Paru Usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan

oksigen untuk proses metabolisme dan

mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil

metabolisme, yang ditunjukkan dengan hasil

pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE).

Peak

expiratory flow

meter (PEF

meter)

Nilai APE 0%-

100%

Page 8: Proposal Rokok

Dependen

1) jumlah isapan rokok

2) lama merokok

3) jenis isapan rokok yang

berfilter dan tidak berfilter

Konfoding

Usia

Page 9: Proposal Rokok

Jenis kelamin

Berat Badan

(BB)

Tinggi Badan

(TB)

Page 10: Proposal Rokok
Page 11: Proposal Rokok

G. Kerangka Pemikiran

-jumlah rokokLama merokokJenis rokok

VC, FEV1, ERV, IRV(spirometri)

Fungsi paru

Page 12: Proposal Rokok

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok menurut kamus bahasa Indonesia adalah gulungan tembakau (kira-

kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nimpah, kertas, dsb).

Menurut Jaya rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

hingga 120mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10

mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

2. Jenis Rokok

Di Indonesia rokok dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Rokok Berdasarkan Bahan pembungkus

1) Klobot

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung

2) Kawung

Rokok yang bahan pembungkusnyaberupa daun aren

3) Sigaret

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas

4) Cerutu

Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembangkau

b. Rokok Berdasarkan Bahan Baku

1) Rokok Putih

Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi

saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2) Rokok Kretek

Rokok yang bahan baku atau isinya daun tembakau dan cengkeh yang

diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok Klembak

Page 13: Proposal Rokok

Rokok yang bahan bakunya atau isinya daun tembakau, cengkeh dan

kemeyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

c. Rokok Berdasarkan Penggunaan Filter

1) Rokok Filter

Rokok yang bagian pangkalnya terdapat gabus.

2) Rokok Non Filter

Rokok yang bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

3. Komponen Rokok

Kandungan kimia tembakau yang sudah teridentifikasi jumlahnya mencapai

2.500 komponen. Dari kompone kimia ini telah diidentifikasi yang

membahayakan kesehatan adalah tar, nikotin, gas CO, dan NO yang

dihasilkan oleh tanaman tembakau, dan beberapa bahan-bahan residu pupuk

dan pestisida, TSNA, B-a-P, dan NTRM (nontobacco related material).

4. Derajat Merokok

Menurut indeks Brinkman (IB), derajat berat merokok dapat dilihat dari

perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama

merokok dalam tahun

1) Ringan : 1-199 batang

2) Sedang : 200-599 batang

3) Berat : >600 batang

B. Pengaruh Rokok Terhadap Respirasi

Rokok dapat menimbulkan berubahnya struktur dan fungsi jaringan paru-paru,

saluran pernapasan, kerusakan jaringan yang lain seperti jantung dan pembuluh

darah. Pada pernapasan kecil, terjadi peradangan ringan hingga adanya

Page 14: Proposal Rokok

penyempitan sebagai akibat adanya penumpukan lendir dan bertambahnya sel.

Pada saluran pernapasan besar, ukuran sel mukosa membesar dan

bertambahnya kelenjar mukus menjadi banyak. Pada jaringan paru-paru,

jumlah sel radang mengalami peninngkatan dan alveoli mengalami kerusakan.

Rokok dapat mengurangi penggunaan efesiensi oksigen, dikarenakan

terjadinya peningkatan resitensi paru akibat bronkhokonstriksi yang distimulasi

oleh nikotin. Selain itu, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan

masalah kesehatan yang banyak diderita oleh perokok berat, dimana pada

penderita ini terjadi kerusakan sekitar empat perlima dari membran respirasi,

sehingga penderita merasakan kesulitan bernafas pada saat melakukan aktifitas.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Widyastuti, masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh

adanya perubahan fisik, psikis, dan emosi. Masa remaja adalah periode

peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Masa ini antara usia 10-19 tahun,

merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan

sering disebut masa pubertas.

2. Tahap perkembangan remaja

Menurut Sarwono, ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu

1) Remaja Awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan

yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai

perubahan itu. Pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun. Remaja

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,

dan mudah terangsang secara erotiss. Namun orang remaja sulit

dimengerti orang dewasa akibat dari kurangnya kendali terhadap ego.

2) Remaj Madya (middle adolescent)

Dimulai dari usia sekitar 13-15 tahun. Remaja madya berada dalam

kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau

Page 15: Proposal Rokok

tidak peduli, optimistis atau pesimistis, idealis atau mkaterialis, dan lain

sebagainya.

3) Remaja Akhir (late adolescent)

Dimulai pada usia 16-19 tahun, tahap ini adalah masa konsolodasi

menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:

a. Fungsi intelektual yang makin mantap

b. Egonya mulai menurun untuk berrsatu dengan orang lain dan mencari pengalaman

baru.

c. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

d. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum.

D. Sistem Kardiorespirasi

Sistem kardiorespirasi secara garis besar melibatkan jantung, paru-paru dan

pembuluh darah. Udara dari atmosfer masuk kedalam paru melalui ventilasi paru

dengan cara inspirasi karena adanya perbedaan tekanan. Oksigen yang masuk ke

paru-paru akan menembus menuju pembuluh kapiler melewati membran alveolar-

kapiler dengan cara berdifusi yang nantinya oksigen akan berikatan dengan

hemoglobin pada sel darah merah. Pada saat yang bersamaan, kapiler yang

membawa darah yang mengandung karbon dioksida dari jaringan akan

mengeluarkan karbon dioksida dari alveoli melewati membran alvolar-kapiler

dengan cara difusi juga akan dikeluarkan ke luar tubuh dengan cara ekspirasi.

Tahap selanjutnnya adalah pengantaran darah yang kaya akan oksigen menuju

jaringan darah. Darah yang mengandung kaya akan oksigen akan dipompakan

keseluruh tubuh oleh ventrikel kiri jantung. Pada saat darah mencapai jaringan,

oksigen akan berdifusi menuju sel-sel otot melewati membran jaringan-kapiler,

disinilah terjadi pertukaran gas yang kedua kalinya. Oksigen akan masuk ke

Page 16: Proposal Rokok

dalam sel, kemudian karbon dioksida akan keluar dari sel menuju darah dengan

cara bedifusi melewati membran jaringan-kapiler. Kemudian darah yang kaya

akan karbon dioksida akan kembali ke jantung sebelah kanan, yang nantinya

darah pun masuk ke paru-paru dan terulang kembali siklus yang sudah dijelaskan

sebelumnya.

E. Anatomi Fisiologi Paru

1. Anatomi Paru

Paru-paru merupakan organ respirasi utama. Paru-paru pada orang hidup yang

normal bersifat ring soft, dan kenyal, dan memenuhi rongga paru. Paru juga

bersifat elastis dan seperti pegas, bisa membentuk sampai 1/3 dari ukurannya

ketika dinding thorak dibuka. Paruparu dipisahkan satu sama lain oleh jantung,

pembuluh darah besar antara lain aorta dan trunkus pulmonalis serta struktur lain

dalam mediastinum. Paru-paru terdapat dalam rongga pleuranya sendiri dan

dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis.

Setiap paru memiliki apeks (bagian akhir superior yang tumpul memuncak di atas

tulang iga pertama yang dilapisi oleh cervical pleura), dasar (permukaan inferior

yang cekung, berkebalikan dengan apeks, memgakomodasi kubah diafragma

ipsilateral), 2/3 lobus yang dibentuk oleh ½ fisura, 3 permukaan (costal,

mediatinal, diafragma) dan 3 batas (anterior, inferior, dan posterior).

Paru kanan 10% lebih besar dibandingkan dengan paru kiri dikarenakan area yang

ditempati oleh jantung, namun paru kiri lebih panjang dinbandingkan dengan paru

kanan dikarenakan diafragma lebih tinggi pada sisi kanan oleh karena organ hati

dibawahnya.

Terdapat perbedaan dalam paru kanan dan paru kiri. Perbedaan tersebut meliputi

a. Paru kanan

1) Memiliki oblique dan horizontal fisura kanan yang membaginya menjadi tiga

lobus: superior, middle, dan inferior.

2) Anterior batas: relatif lurus

Page 17: Proposal Rokok

b. Paru kiri

1) Memiliki satu oblique fisura kiri yang membaginya menjadi dua lobus: superior

dan inferior

2) Anterior batas : memiliki cardiac notch yang dalam, merupakan suatu lekukan

sebagai akibat dari deviasi apeks jantung kesisi kiri. Notch pada umumnya

melekuk disisi anterioinferior dari lobus superior menjadi suatu tongue-like

process tip yang disebut lingula, yang berjalan dibawah cardiac notch dan

bergeser keluar dan kedalam costomediastinal recess selama inspirasi dan

ekspirasi. (moore dan tortora).

2. Fisilogi Paru

Tujuan respirasi adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang

karbon dioksida yang dihasilkan dari metabolisme jaringan. Tujuan tersebut

tercapai apabila beberapa fungsi sistem respirasi bekerja yaitu :

a. Ventilasi paru-paru yang merupakan keluar dan masuknya udara antara atmosfer

dan alveoli paru-paru

b. Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah

c. Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan

dari sel jaringan tubuh

d. Pengaturan ventilasi dan aspek lain dari respirasi.

Ventilasi paru meliputi dua proses yaitu, inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah

masuknya udara dari atmosfer menuju paru-paru, sedangkan ekspirasi adalah

keluarnya udara dari paru-paru menuju atmosfer. Hal ini terjadi akibat adanya

perbedaan perbedaan tekanna antara atmosfer dan paru-paru sehingga udara dapt

bergerak dalam proses respirasi. Udara masuk ke dalam paru ketika tekanan udara

di atmosfer lebih tinggi dibandingkan tekanan di dalam paru, sedangkan udara

akan keluar dari paru-paru ketika tekanan paru lebih tinggi dibandingkan dengan

tekanan atmosfer.

Page 18: Proposal Rokok

Inspirasi dan ekspirasi dapat terjadi apabila paru dapat mengembang dan

mengempis . proses tersebut meliputi dua cara, yaitu :

a. Dengan gerakan mekanik naik turunnya diafragma untuk memperbesar atau

memperkecil rongga dada

b. Dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil

diameter anteroposterior rongga dada.

Selama inspirasi, kontraksi diafragma mengadakan relaksasi, dan sifat elastis daya

lenting paru (elastic recoil), dinding dada , dan struktur abdomen akan menekan

paru-paru dan mengeluarkan udara. Namun tenaga ekstra yang terutama diperoleh

dari kontraksi otot-otot abdomen, yang mendorong isi abdomen ke atas melawan

dasar diafragma dapat membantu selama bernapas kuat, karena daya elastis tidak

cukup kuat untuk menghasilkan ekspirasi cepat yang diperlukan.

Pengangkatan dan penurunan tulang iga dapat membantu proses pengembangan

paru-paru dimana paru-paru dapat memperluas volumenya ke arah antroposterior.

Pada saat tulang iga mengangkat, proyeksi tulang iga mangarah kedepan yang

diikuti dengan sternum yang bergerak kedepan ymenjauhi tulangbelakang

sehingga ketebalan dada meningkat 20% lebih besar selama inspirasi maksimum

dibandingkan selama ekspirasi. Posisi tulang iga pada saat relaksasi sedikit

mengarah turun, dengan demikian sternum uturn ke belakang ke arah kolumna

vetebratalis. Dari proses tersebut, pergerakan tulang iga dapat terjadi akibat

adanya kontraksi relaksasi dari otot rangka dada yangdapat diklasifikasikan

sebagai otot-otot inspirasi untuk mengangkat rangka dada dan otot-otot ekspirasi

untuk menurunkan rangka dada.

Otot yang sangat berperan dalam pengangkatan ranga dada adalah otot exsternal

intercostalis, dibatu oleh otot sternocleidomastoid yang mengangkat sterunum ke

atas, anterior serrati yang mengangkat sebagian besar iga dan scaleni yang

mengangkat dua iga pertama.

Page 19: Proposal Rokok

Otot-otot yang menarik rangka dada ke bawah selama ekspirasi adaalah

abdominal recti yang mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat

terhadap tulang iga dibagian bawah pada saat yang bersamaan ketika otot-otot

abdomen lainnya menekan isi abdomen ke atas ke arah diafragma, kemudian di

bantu juga oleh otot internal intercostalis.

Paru-paru merupakan organ tubuh dengan struktur elastis sehingga dapat

mengembang dan mengepis seperti balon. Tidak terdapat pelekatan antara paru-

paru dan dinding rangka dada kecuali pada bagian paru yang tergantung pada

hilumnya dari mediastinum. Paru-paru dikelilingi oleh struktur yang elastis yang

menykong pergerakaknnya yaitu pleura. Terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar

(pariental) dan lapisan dalam (viseral) . diantara kedua lapisan tersebut terdapat

cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru di dalam rongga untuk

melindungi terhadap efek gesekan pada saat paru-paru bergerak. Pergerakan paru-

paru disebabkan oleh adanya udara yang masuk, udara yang keluar dan perbedaan

tekanan baik di dalam maupun diluar paru-paru . berikut merupakan beberapa hal

yang dapat mempengaruhi prgerakan paru-paru:

a. Tekanan pleural, merupakan tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura

dinding dada dimana normal pada awal inspirasi adalah -5 cm air.

b. Tekanan alveolar, merupakan tekanan udara dibagian dalam alveoli paru. Dimana

normal pada awal inspirasi menurun sampai -1 cm air. Untuk menyebabkan udara

mengalir ke dalam alveoli sampai selama inspirasi, maka tekanan alveoli harus

turun sampai tekanan nilainya sedikit dibawah tekanan atmosfer. Begitu pula

untuk mengeluarkan udara ke atmosfer, tekanan alveolar harus meningkat sampai

tekanan nilainya sedikit melebihi tekanan atmosfer.

c. Tekanan transpulmoner, merupakan perbedaan tekanan antara tekanan alveolus

dan tekanana pleura.

Luasnya pengembangan paru untuk setiap unit peningkatan tekanan

transpulmonal disebut komplians paru. Dimana setiap kali tekanan transpulmonal

meningkat 1 CH2O, maka terjadi pengembangan paru sebanyak 200 mililiter.

Page 20: Proposal Rokok

Volume paru-paru seseorang dapat mencapai 5,8 liter, dan ukuran paru-paru

didapat lebih besar pada pria dibandingkan dengan wanita. Pada saat bernapas

pria dewasa menghisap sekitar 500mL udara, dengan rata-rata menghirup udara

sebanyak dua belas kali per menit, kemudian terdapat dead space pada saluran

napas sebanyak 150 mL dari udara yang dihirup, sehingga total udara yang dapat

mencapai alveoli sebanyak 350 mL udara. Dari hasil pengukuran spirogram dapat

dilihat menjadi empat volume paru-paru dan empat kapasitas paru-paru, yang

merupakan rata-rata pada laki-laki dewasa muada.

Volume paru-paru dapat dibagi menjadi empat komponen, yaitu:

1. Tidal volume merupakan volume udara yang diinspirasi atau dekskripsi setiap kali

bernapas normal. Jumlah tidal volume mencapai sekitar 500 mililiter pada laki-

laki dewasa.

2. Inspiratory reserve volume merupakan volume udara ekstra yang dapat diinspirasi

setelah dan diatas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat, yang dapat

mencapai 3000 mililiter.

3. Expiratory reserve volume merupakan volume udara ekstra maksimal yang dapat

di ekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal, yang dapat

mencapai 1100 mililiter.

4. Residual volume merupakan volume udara yang masih tetap berada dalam paru

setelah ekspirasi paling kuat, yang dapat mencapai 1200 mililiter.

Kapasitass paru-paru meliputi empat komponen, yaitu :

1. Inspiratory capacity merupakan gabungan dari tidal volume ditambah inspiratory

reserve volume. Udara yang dihirupmencapai sekitar 35000 mililiter pada saaat

seseorang bernapas dengan ekspirasi normal lalu meningkatkan kapasitas paru-

paru hingga maksimal.

2. Capacity vital merupakan gabungan dari xxpiratory reserve volume ditambah

residual volum yang dimana jumlah udara paru-paru saat ekspirasi normal,

mencatat jumlah 2300 mililiter.

Page 21: Proposal Rokok

3. Capacity vital merupakan gabungan dari inspiratory reserve volume. Ini

merupakan jumlah udara maksimum udara yang dapat dikeluarkan setelah

inspirasi maksimum lalu ekspirasi maksimal.

4. Total lung capacity merupakan gabungan dari vital capacity ditambah dengan

residual volume. Ini merupakan volume maksimal paru-paru hasil dari kekuatan

maksimal pada saat inspirasi, yang dapat mencapai 5800 mililiter.

Pada wanita kapasitas dan volume paru-paru lebih kecil dua puluh hingga lima

puluh persen dibandimgkan dengan seseorang yang berukuran tubuh lebih kecil

dan kurus.

F. Forced Expiratory Volume One Second (FEV1)

Forced Expiratory Volume One Second (FEV1) menilai volume udara yang di

ekshalasi dalam 1 detik pertama dari total udara yang diekhalasi. Sebesar 85%

dari kapasitas vital dikeluarkan dalam 1 detik ketika proses ekhalasi. Dalam

keadaan normal, udara akan terekspirasi penuh dalam waktu 4 detik. FEV menilai

kekuatan ekspiratif serta resistensi keseluruhan dari pergerakan udara di dalam

paru.

G. Vital Capacity

Vital Capacity (VC) adalah volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan

setelah melakukan inspirasi maksimal. Vital Capacity merupakan indikator

kemampuan ventilasi. Seseorang dengan Vital Capacity yang besar, memiliki

kemampuan yang tinggi serta kekuatan otot yang baik untuk melakukan ventilasi.

Faktor yang mempengaruhi Vital Capacity adalah

1. Usia

Vital Capacity pada dewasa muda memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan

pada anak dan orang tua. Berkaitan dengan bertambahnya usia terjadi kelemahan

Page 22: Proposal Rokok

otot pernafasan karena proses penuaan, penurunan kemampuan paru serta

elastisitas dinding dada yang menurun.

2. Jenis Kelamin

Vital Capacity lebih tinggi pada pria karena ukuran dada dan kekuatan otot yang

lebih besar dibandingkan wanita.

3. Latihan Fisik

Kekuatan otot yang meningkat, serta latihan fisik membuat Vital Capacity

menjadi lebih tinggi, contohnya pada atlet.

4. Kehamilan

Vital Capacity lebih rendah saat hamil karena ekspansi dada menurun akibat

ukuran perut yang membesar sehingga menyebabkan penyempitan area ekspansi

paru

5. Postur

Vital Capacity lebih tinggi terutama pada saat berdiri tegak karena darah

berkumpul di tungkai bawah oleh adanya gaya gravitasi, aliran vena balik

menurun sehingga menurunkan aliran darah pulmoner. Dalam keadaan berdiri

pula, diafragma dapat menfasilitasi ekspansi paru.

6. Perawakan

Vital Capacity rendah pada orangh yang obesitas dan sangat kurus. Vital

Capacity bergantung pada ukuran dada, kekuatan otot, dan luas area permukaan

tubuh

7. Keadaan Patologis

Kelainan paru obstruksi dan restriktif, penyakit dinding dada, pleura, serta

penyakit pada abdomen menurunkan Vital Capacity .

H. Interprestasi Fungsi Ventilasi

Pengukuran fungsi ventilasi sangat berguna dalam arti diagnostik dan juga

berguna dalam mengikuti riwayat alami penyakit selama periode waktu, menilai

resiko pra operasi dan dalam mengukur dampak pengobatan. Kelainan ventilasi

Page 23: Proposal Rokok

dapat disimpulkan jika ada FEV1, FVC, PEV atau FEV1/FVC adalah luar kisaran

normal.

1. Normal : FVC > 80%, FEV1/FVC > 75%

2. Gangguan Obstruksi FEV1 < 80% nilai prediksi, FEV1/FVC < 70% nilai prediksi

3. Gangguan Restriksi : Forced Vital (FV) < 80% nilai prediksi, FVC < 80%

4. Gangguan Campuran : FVC < 80% nilai prediksi, Fev1?fvc< 75% nilai prediksi

Page 24: Proposal Rokok

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik, yaitu penelitian diarahkan

untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional atau potong lintang, yaitu variabel sebab atau resiko

dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan

secara stimultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2005).

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

(Arikunto, 2002).

a. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependent (variabel terikat) (Sugiyono,

2005). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

1. Jumlah isapan rokok

2. Lama merokok

3. Jenis isapan rokok yang berfilter dan tidak berfilter

b. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2005). Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah status fungsi paru (vc, fev1, erv, irv ) pada remaja SMA Padjajaran

Bandung.

3. Populasi dan Sampel

Page 25: Proposal Rokok

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi dalam

penelitian ini adalah remaja SMA Padjajaran Bandung. Yang merokok

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiono, 2005). Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara sampling

accidental. Pengambilan sampel accidental ini dilakukan dengan mengambil

responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks

penelitian.

Peneliti mendapatkan sampel sebanyak 33 responden dalam waktu 9 hari dari

tanggal 21 Januari 2015 sampai 29 Januari 2015.

Dalam penelitian ini kriteria inklusi sampel meliputi :

1. Subjek yang sehat

2. Subjek yang merokok aktif

3. Subjek berusia 16-19 tahun

4. ubjek mampu menyelesaikan seluruh tes

Dalam penelitian ini kriteria ekslusi sampel meliputi :

1. Subjek yang menolak disertakan ke dalam penelitian

2. Subjek yang mempunyai riwayat asma

3. Subjek yang memiliki disabilitasi

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data

dalam penelitian (Alimul, 2007).

Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data

agar dapat memperkuat hasil penelitian atau yang disebut instrumen penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

Page 26: Proposal Rokok

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2006). Instrumen dalam penelitian ini adalah berbentuk kuisioner,

dokumentasi (checklist) dan alat spirometri.

Kuisioner dalam penelitian ini bersifat tertutup yaitu berisikan pertanyaan dengan

alternatif jawaban yang sudah disediakan. Komponen kuisioner terdiri dari

variabel bebas yaitu aspek pengetahuan dan sikap tentang diet bagi pasien

hemodialisa. Kuisioner pengetahuan terdiri dari 18 item pertanyaan dengan

jawaban pilihan yang mempunyai kunci jawaban pada setiap item yang telah

ditentukan. Jawaban dari responden dianggap benar jika sesuai kunci jawaban dan

diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban yang salah/ganda/tidak diisi diberi skor 0.

Kuisioner sikap terdiri dari item-item pertanyaan dengan jawaban menggunakan

skala Likert, dimana masing-masing pertanyaan memiliki 4 kemungkinan

jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju). S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat

Tidak Setuju). Pertanyaan sikap terdiri dari pernyataan yang bersifat positif dan

pernyataan yang bersifat negatif, dimana pernyataan yang bersifat positif diberi

skor 4 untuk SS, 3 untuk S, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Pernyataan negatif SS

diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Dengan

jumlah pertanyaan 22, yang terdiri dari 12 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan

negatif.

Metode dokumentasi dilakukan untuk mengetahui variabel terikat yakni tentang

status gizi pasien hemodialisa. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode

dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk lembar check-list

yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya (Arikunto, 2006).

Page 27: Proposal Rokok

Dalam pengisian lembar check-list ini, peneliti menggunakan status pasien

(dokumentasi) yang berisi hasil spirometri. Data yang diambil oleh peneliti adalah

hasil tes fungsi paru menggunakan alat spirometri yang dilakukan saat itu juga.

5. Uji Instrumen

Uji coba dilakukan untuk mengetahui fungsi paru responden terhadap instrumen

yang akan digunakan untuk penelitian (Arikunto, 2002). Instrumen diujicobakan

kepada responden yang bukan merupakan anggota sampel penelitian. Instrumen

yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel

(Arikunto, 2002).

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur pada yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2005).

Uji validitas ini dilakukan untuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran

instrumennya. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di SMA Padjajaran. Uji

validitas dan reliabilitas dilakukan SMA tersebut karena dianggap mempunyai

kesamaan tentang karakteristik SMA dan responden yang akan diteliti.

1) Jumlah isapan rokok

Uji validitas yang digunakan untuk instumen jumlah rokok yang berupa skor

dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial (Arikunto,

2002), dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

R pbis = koefisien point biserial

Page 28: Proposal Rokok

Mp = rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab

betul item yang dicari korelasinya dengan tes.

Mt = rata-rata skor total (skor rata-rata dari seluruh

pengikut tes).

St = standar deviasi skor total

P = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut.

q = 1- p

2) Lama merokok

Uji validitas yang digunakan untuk instrumen sikap yang berupa skala Likert

digunakan adalah koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal

dengan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2002), dengan rumus sebagai

berikut :

r xy =

Keterangan :

X = skor butir soal (misalnya pertanyaan no.1)

Y = skor total

XY= skor butir soal dikali skor total

R xy = indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan

Suatu pernyataan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang

dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,3

(Sugiyono, 2005). Hal ini dikemukakan oleh sugiyono (2005), bahwa jika

koefisien korelasi kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut tidak

valid.

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan bantuan perangkat komputer melalui

program Excel. Setelah dilakukan uji validitas pada 30 orang pasien hemodialisa

di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum St. Antonius Pontianak pada bulan

Desember 2010, maka hasil perhitungan untuk variabel pengetahuan didapatkan

18 pertanyaan yang valid (nomor 11 dan 15 tidak valid). Variabel sikap

Page 29: Proposal Rokok

didapatkan 22 pertanyaan yang valid (nomor 4, 5, 7, 8, 13, 14, 16, 20, 21, 24, 27,

30, 35 tidak valid). Pada tahap ini, peneliti mencoba memperbaiki instrumen

penelitian dengan cara menghilangkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid,

tanpa mengurangi tujuan untuk menjawab masing-masing variabel yang diteliti.

2. Reliabilitas

Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Reliabilitas menunjuk

pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya

mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu

mengungkap data yang bisa dipercaya (Arikunto, 2002). Uji Reliabilitas ini

dilakukan pada seluruh item pertanyaan yang valid atau seluruh item pertanyaan

yang tidak valid disisihkan. Syarat minimal dianggap reliabel adalah 0,7

sedangkan 0,9 dianggap memuaskan.

a. Jumlah rokok

Uji reliabilitas yang digunakan instrumen jumlah rokok adalah teknik koefisien

Kuder Richardson 20 (K-R20) (Arikunto, 2002), dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

r 11 = Reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan.

Vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab benar untuk setiap item (skor 1).

q = proporsi subjek yang menjawab salah untuk setiap item (1 – p).

b. Lama merokok

Uji reliabilitas instrumen untuk tes yang berbentuk skala bertingkat (Skala Likert)

digunakan Rumus Alpha (Azwar, 2008), dengan rumus sebagai berikut :

Page 30: Proposal Rokok

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas Alpha

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

∑ S2 j = jumlah varians butir.

S2 x = varians total

Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan perangkat komputer melalui

program Excel. Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap seluruh item yang telah

valid atau dengan kata lain menyisihkan item yang tidak valid, maka diperoleh

hasil reliabilitas instrumen sebesar 0,917 untuk variabel pengetahuan dan 0,931

untuk variabel sikap. Kedua koefisien reliabilitas tersebut diatas lebih besar dari

0,7 sehingga instrumen tersebut telah memenuhi syarat reliabel.

6. Teknik pengolahan data

1. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekkan terhadap data-data yang ada

mencakup kelengkapan data, antara lain adalah jumlah angket yang terkumpul,

kelengkapan jawaban dan pengisian lembar jawaban.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Dalam tahap ini peneliti memberikan kode dengan

karakter masing-masing atau dengan kata lain mengklasifikasikan data untuk

mempermudah dalam pengolahan data-data tersebut.

3. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menyusun data atau mengorganisir data

sedemikian rupa sehingga mudah untuk dijumlah, disusun, dan disajikan dalam

bentuk tabel sesuai dengan fasilitas yang digunakan.

7. Teknik Analisa Data

Page 31: Proposal Rokok

Data yang telah disusun dalam bentuk tabulasi dilakukan analisis disesuaikan

dengan bentuk kategori data yang telah ditetapkan pada masing-masing variabel

penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat.

1. Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian, pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).

Bobot untuk kuisioner yang mengukur variabel pengetahuan, tiap responden akan

memperoleh nilai yaitu menggunakan skor 1 untuk jawaban yang benar dan untuk

jawaban yang salah/ganda/tidak diisi diberi skor 0. Kemudian seluruh skor dari

tiap pertanyaan dijumlahkan. Setelah data tersebut dikategorikan dan diberi kode,

kemudian data dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = persentase yang dicari

x = jumlah skor jawaban yang benar

n = skor maksimal

Selanjutnya hasil perhitungan persentase tersebut dimasukkan ke dalam standar

kriteria objektif, seperti yang diutarakan Arikunto (2002) sebagai berikut :

76 – 100% = baik

61 – 75% = cukup

≤ 60% = kurang

Untuk kuisioner yang mengukur variabel sikap, tiap responden akan memperoleh

nilai yaitu untuk pertanyaan sikap yang bersifat positif diberi skor 4 untuk Sangat

Setuju (SS), 3 untuk Setuju (S), 2 untuk Tidak Setuju (TS), dan 1 untuk Sangat

Tidak Setuju (STS), sedangkan untuk pernyataan negatif SS diberi skor 1, S diberi

skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Skor yang berupa skala Likert

Page 32: Proposal Rokok

selanjutnya dijumlahkan dan ditransformasi ke dalam skor T (Azwar, 2008),

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

T = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah

menjadi skor-T.

x = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok

Penentuan skor-T dilakukan pada sikap dengan kriteria :

a. Sikap responden mendukung/favorable, bila nilai T ≥ mean T.

b. Sikap responden tidak mendukung/unfavorable, bila nilai T ≤ mean T.

Untuk mengetahui sfungsi paru pada remaja perokok SMA dikategorikan :

a. Pengaruh jumlah rokok, lama merokok dan jenis rokok Terhadap Perubahan

Vital Capacity

b. Pengaruh jumlah rokok, lama merokok dan jenis rokok Terhadap Force

Expiratory Volume 1

c. Pengaruh jumlah rokok, lama merokok dan jenis rokok Terhadap Perubahan

Exipiratory Reserve Volume

d. Pengaruh jumlah rokok, lama merokok dan jenis rokok Terhadap Perubahan

Inspiratory Reserve Volume

Penghitungan untuk fungsi paru yang didapat dari hasil tes spirometri

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2005). Setelah diketahui nilai dari masing-

masing responden tentang jumlah rokok, lama dan jenis rokok dan fungsi paru

maka tahap berikutnya analisis bivariat. Analisis bivariat adalah melihat hubungan

antar variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel

terikat) dengan menggunakan Chi Square dengan rumus sebagai berikut :

Page 33: Proposal Rokok

Keterangan :

X2 = Chi kuadrat

f0 = frekuensi yang diobservasi

fe = frekuensi yang diharapkan

Pengambilan keputusan didasarkan pada besarnya nilai yaitu bila p-value ≤ 0,05

maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh antara jumlah rokok, lama merokok dan

jenis rokok dengan fungsi paru remaja SMA Padjajaran sedangkan bila p-value >

0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh antara jumlah rokok, lama

merokok dan jenis rokok dengan fungsi paru remaja SMA Padjajaran.

Syarat Uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5,

maksimal 20% dari jumlah sel. Bila terdapat keterbatasan pada tabel 3 x 3 dan

tabel 2 x 3 maka akan dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2 x 2. Jika syarat

tidak terpenuhi maka dipakai uji alternatifnya yaitu uji fisher. Pengambilan

keputusan didasarkan pada besarnya nilai yaitu bila p-value ≤ 0,05 maka Ho

ditolak, artinya ada jumlah rokok, lama merokok dan jenis rokok dengan fungsi

paru remaja SMA Padjajaran. Sedangkan bila p-value > 0,05 maka Ho diterima,

artinya tidak ada pengaruh jumlah rokok, lama merokok dan jenis rokok dengan

fungsi paru remaja SMA Padjajaran

8. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian berguna untuk mempermudah dalam menyelesaikan

penelitian.

Adapun langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Memilih lahan penelitian

b. Menyiapkan ijin studi pendahuluan

c. Mengadakan studi pendahuluan

d. Mengajukan topik penelitian kepada koordinator skripsi

e. Menyusun proposal dan instrumen

f. Konsultasi dengan pembimbing

Page 34: Proposal Rokok

g. Seminar proposal

h. Perbaikan proposal dan instrumen.

2. Tahap pelaksanaan

a. Mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian

b. Uji coba instrumen pengumpulan data

c. Penggandaan instrumen

d. Melaksanakan penelitian

3. Tahap akhir

a. Pengolahan data

b. Penyusunan laporan penelitian

c. Sidang atau pertanggungjawaban penelitian

d. Penggandaan laporan penelitian

9. Etika penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti meminta ijin penelitian kepada pihak

yang berwenang, dalam hal ini adalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel

Bandung dan Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Sebelum responden diberi lembar kuisioner untuk diisi dan sebelum peneliti

melakukan observasi, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, setelah

responden memahami, maka penulis memberikan surat persetujuan (informent

consent) kepada responden. Setelah responden mengisi informent consent

kemudian responden dipersilahkan mengisi kuisioner, dan selanjutnya dilakukan

observasi oleh peneliti dengan melihat status pasien.

10. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan Maret 2015.