iklan rokok, menjual kematian. uang bisnis rokok, uang darah
TRANSCRIPT
Page 1
Iklan Rokok, Menjual Kematian.
Uang Bisnis Rokok, Uang Darah Sebuah Studi Hukum Larangan Reklame Rokok Luar Ruang Untuk Jakarta
Oleh: Azas Tigor Nainggolan
Forum Warga Kota Jakarta FAKTA) dan Fellow Lawyer South East Asia Tobacco
Control Aliance (SEATCA)
1. Pendahuluan
Membaca judul di atas sepertinya terkesan terlalu provokatif dan mungkin juga dikatakan
mengada-ngada. Tapi akibat dari merokok dan asap rokok membuat kanker dan kematian pada
perokok atau orang di sekitarnya adalah fakta. Menurut ahli kesehatan masyarakat Tuti Soerojo
bahwa setiap tahun 200.000 orang meninggal akibat rokok di Indonesia. Selain itu, biaya
kesehatan untuk penyakit yang terkait rokok mencapai Rp 2,9 sampai Rp 11 triliun per
tahunnya.1 Melihat angka tersebut membuat kita yang waras dan yang membacanya tentu
menjadi sangat ketakutan juga mungkin akan marah terhadap industri rokok. Inilah kiranya
makna salah satunya dari judul di atas, yakni mengiklankan rokok adalah menjual kematian
manusia. Produk rokok yang dihasilkan oleh industri rokok sudah mencapai angka jutaan
1 Tuti Soerojo, Pemerintah Akui Bahaya Rokok Belum Prioritas 2020, Aturan Rokok Diperketat, Suarapembaruan, 20-2-2009
Page 2
perokok di Jakarta ini. Jutaan perokok ini tentunya sudah atau sedang dalam kondisi sekarat
karena penyakit akibat rokok atau akan berhenti merokok atau sudah berhenti merokok. Kondisi
ini tentunya akan menjadi ancaman bagi industri rokok jika diketahui atau disadari oleh para
perokok itu sendiri atau masyarakat lainnya yang belum menjadi perokok dan merupakan
sasaran industri rokok. Sangatlah penting bagi industri untuk selalu menarik konsumen rokok
baru di setiap saat atau kesempatan. Kebanyakan para perokok memulai hidupnya menjadi
perokok rata-rata pada usia sangat muda yakni umur 14 tahunan. Tetapi tidak menutup
kemungkinan juga banyak anak-anak di bawah usia 14 tahun ini sudah menjadi perokok (Baby
Smoker). Selain itu juga para perempuan muda dijadikan sasaran khusus industri rokok agar para
perempuan itu menjadi perokok aktif. Anak-anak dan perempuan saat ini menjadi sasaran utama
industri rokok agar mereka menjadi perokok karena jumlahnya yang sangat besar.
Melihat latar belakang ini menjadikan industri rokok merasa perlu mengembangkan bisnisnya
dengan mencoba menarik perhatian atau menggaet anak muda atau remaja dan perempuan
menjadi perokok barunya. Dikembangkannya sasaran kepada anak-anak dan perempuan karena
industri rokok melihat bahwa mereka mudah sekali dibohongi atau dibuai dengan rayuan bahasa-
bahasa iklan. Mayoritas perokok mulai merokok pada usia 14 tahun-an, oleh karena itu industri
harus menggaet anak muda melalui iklan-iklan super kreatif yang diharapkan dapat menciptakan
pecandu rokok baru. Menggunakan iklan atau pemasaran produk rokok oleh industri rokok
menjadi sangat penting. Begitu pula menguasai media iklan baik cetak atau elektronik dan dalam
ruangan atau di luar ruangan adalah salah satu tujuan atau cara pemasaran industri rokok.
Industri rokok tahu betul bahwa iklan rokok sangatlah efektif dan mendukung peningkatan
Page 3
perokok khususnya anak-anak dan perempuan. Kebebsan mengiklankan rokok menjadi sangat
penting dan industri rokok berani membayar mahal untuk beriklan dan mengatur agar tidak ada
peraturan yang melarang iklan rokok. Banyak cara dan taktik busuk industri rokok untuk
mengakali atau lepas dari jeratan aturan yang membatasi dan melarang iklan atau pemasaran
rokok di sebuah kota atau negara. Ada saja peluang dan cara busuk dilakukan industri rokok
yakni misalnya dengan mempengaruhi pemerintah atau pembuat kebijakan agar tidak membuat
peraturan yang melarang iklan atau pemasaran rokok.
Sementara itu trend atau perkembangan global saat ini sudah sangat sadar akan bahaya rokok
dan asap rokok. Banyak negara atau kota yang terus mempersempit ruang merokok, ruang
pemasaran rokok juga ruang iklan bagi produk rokok. Perkembangan kesadaran inilah yang
menjadi sasaran untuk dirubah oleh upaya advokasi industri rokok untuk terus mempengaruhi
agar bisa mengembangkan pemasarannya. Upaya ini dilakukan dengan satu tujuan
mempengaruhi pemerintah atau pembuat kebijakan, LSM dan para pakar untuk mendukung
perlawanan terhadap advokasi dan kebijakan yang mengatur kawasan dilarangan merokok,
pemasaran atau iklan rokok. Industri rokok tidak akan pernah berhenti berupaya atau
mengadvokasi walau sekarang ini semakin banyak negara yang mengenakan larangan
menyeluruh atau sebagian terhadap ruang untuk merokok atau iklan rokok. Ada saja dan
memang industri rokok terbukti sangat cerdik menemukan cara sangat kreatif untuk
mempopulerkan nama dagangnya, terutama di kalangan generasi muda dan perempuan.
Advokasi keras dan licik itu terutama dilakukan oleh industri rokok di negara-negara yang
belum meratifikasi Frame Work Convention on Tobacco Control (FCTC) dan belum memiliki
Page 4
peraturan lengkap di bidang Tobacco Control (TC). Salah satunya adalah di Indonesia yang juga
merupakan salah satu negara produsen dan negara dengan jumlah perokok sangat besar yakni
sekitar 70 juta orang perokok.
Lemahnya pengaturan tentang pengendalian dampak rokok di Indonesia diakui oleh pemerintah
Indonesia sendiri. Pemerintah Indonesia sendiri mengakui bahwa saat ini faktor kesehatan belum
menjadi prioritas utama dalam merumuskan kebijakan menyangkut pengendalian dampak
bahaya rokok.2 Faktor ketenagakerjaan dan penerimaan keuangan dari cukai rokok masih
menjadi pertimbangan utama pemerintah Indonesia sehingga masih lemah berhadapan dengan
industri rokok. Pemerintah Indonesia baru berencana memperketat peredaran rokok baru pada
tahun 2020. Faktor kesehatan akan dijadikan pertimbangan utama pada masa itu untuk membuat
kebijakan atau peraturan yang memperketat peredaran rokok di Indonesia. Kelemahan
pemerintah Indonesia terhadap produk rokok dan industri rokok ini juga adalah pertimbangan
tenaga kerja dan pendapatan cukai dari industri rokok. Padahal jika bicara faktor tenaga kerja
adalah sangat jelas bahwa hingga saat ini kondisi pengupahan atau kehidupan buruh pabrik
termasuk buruh industri rokok sangat jauh dari hidup layak. Industri, termasuk di dalamnya
industri rokok masih memberi upah dan kehidupan yang belum manusiawi kepada para
buruhnya. Berbicara tentang cukai rokok adalah salah besar jika itu dikatakan pendapatan yang
diberikan oleh industri rokok. Cukai rokok adalah dijadikan tambahan harga jual oleh industri
rokok kepada para perokok. Jadi cukai rokok itu adalah dibayarkan oleh para perokok dan bukan
industri rokok.
2 Pemerintah Akui Bahaya Rokok Belum Prioritas 2020, Aturan Rokok Diperketat, Suarapembaruan, 20-2-2009
Page 5
2. Iklan Rokok Mempengaruhi Anak-anak dan kaum Perempuan
Salah satu pengeluaran terbesar iondustri rokok adalah biaya untuk
melakukan iklan atau sponsorship. Keberanian dan menempatkan uang cukup
begitu besar untuk iklan dan sponsorship oleh industri rokok dilakukan
untuk membangun dunia perokok secara berkelanjutan meningkat terus.
Menghamburkan uang jutaan dolar secara berlebihan seperti ini membuat
industri rokok menjadi seperti pahlawan atau industri yang baik hati. Coba lihat saja beragamnya
dan banyak kegiatan sponsorship yang sebenarnya untuk membangun citra dan iklan bagi
produk rokok. Melalui kegiatan sponsorship seperti itu, industri telah berhasil melakukan iklan
efektif dan menjadikan industri rokok pahlawan bagi kaum muda, perempuan dan bahkan untuk
orang miskin seperti asongan rokok atau pedagang rokok. Bahkan sebuah industri rokok di
Indonesia pada tahun 2010 lalu berhasil menggaet seorang penyanyi idola kritis membangun
sebuah gerakan lingkungan hidup. Hebat memang upaya industri rokok dalam melakukan iklan
produknya dengan berbagai topeng kebaikan.
Di balik topeng kebaikan yang dibangun adalah iklan industri rokok untuk terus membangun
perokok baru dari kalangan remaja dan perempuan sebagai pasar utamanya saat ini. Melalui
kegiatan topeng iklan ini mereka berhasil mempublikasikan nama dagang dan menciptakan
dalam benak anak muda serta kaum perempuan hubungan antara rokok dan kesehatan serta
kehebatan berolahraga juga pendidikan. Telah banyak acara olahraga, pendidikan dan bahkan
Page 6
kegiatan agama yang disponsori oleh industri rokok dan ditayangkan secara terbuka di tempat-
tempat publik secara cetak maupun elektronik dengan sama sekali tidak mengindahkan etika
beriklan.
Kita berada di bisnis rokok, bukan di bisnis olahraga. Kita menggunakan olahraga sebagai
peluang untuk mengiklankan produk kita.....kita bisa memasuki wilayah dimana kita
memasarkan sebuah acara, menghitung penjualan selama acara tersebut dan menghitung
penjualan pasca acara, dan melihat adanya peningkatan dalam penjualan.”
R.J.. Reynolds
”Tujuan diselenggarakannya Marlboro Superbike Show (di Taiwan) adalah untuk memperkuat
citra merek dagang yang dikaitkan dengan hura-hura, vitalitas, maskulinitas, terutama di
kalangan konsumen dewasa”
Philip Morris
(Balap Motor) olahraga ideal untuk disponsori oleh perusahaan rokok. Ada daya tarik dan
diliput secara luas oleh televisi secara internasional. Acara tersebut dilangsungkan selama 10
bulan dan melibatkan 16 balap motor di 14 negara dengan pembalap dari 16 kebangsaan.
Setelah sepak bola, olahraga ini adalah olahraga multinasional nomor satu. Acara ini diekspos
secara luas di dunia, mendapat sambutan secara global, dan secara keseluruhan diliput media
Page 7
massa, dan ditonton oleh 600 juta orang setiap 2 minggu. Kesan yang ditampilkan adalah
”kejantanan, kegembiraan, warna, internasional, dan glamor”. Kehadirannya (sponsor rokok,
red) adalah agar dapat terlihat, yaitu untuk menjual rokok.
Barrie Gill. Chief Executive of Championship Sports Specialists Ltd.
Seringkali juga di Jakarta setiap kegiatan sponsorship industri rokok, kegiatan
olah raga, konser musik atau bahkan kegiatan keagamaan tersebut diiklan lagi
secara terbuka melalui iklan luar ruang (billboard) raksasa di jalan0jalan bahkan
di kampung-kampung pemukiman warga. Keberadaan iklan billboard dan
perusahaan iklan ini akhirnya melahiurkan sekutu bahkan ada sebuah industri
rokok di Jakarta yang membangun sebuah perusahaan iklan (advertising) sendiri
untuik membangun kekuasaan beriklan di luar ruang Jakarta. Jika melihat
dampak kematian yang dialami oleh para perokok jelaslah bagi kita bahwa
beriklan rokok adalah menjual kematian. Menjual kematian tersebut secara khusus ditujukan
oleh industri rokok kepada generasi muda dan kaum perempuan. Semua industri atau pihak yang
terlibat dengan kegiatan beriklannya industri rokok jelas telah bekerja sama secara sadar untuk
menjual kematian. Alur menjual kematian itu dapat dilacak sebagai berikut: menjual atletisisme
melalui kegiatan olah raga, menjual kehebatan melalui bisnis pertunjukan, menjual mode dan
kecantikan, menjual kebebasan atau memakmuran melalui iklan adalah menjual kematian
Page 8
Coba kita pikirkan baik-baik, bagaimana mungkin kepulan asap rokok akan dapat memberikan
kesehatan dan kebugaran bagi si perokok atau orang di sekitarnya? Bagaimana mungkin juga
racun dan nikotin atau TAR di dalam rokok akan memberikan kecantikan dan
kesehatan serta kemakmuran bagi kaum perempuan yang merokok? Bagaimana
mungkin dan apa faktanya seorang anak-anak atau remaja bisa bebas merokok
dan menjadi pandai dengan merokok? Bukankah sudah rahasia umum, dan
perusahaan rokok mengakui sendiri dalam setiap kemasan rokoknya dengan
menuliskan bahwa merokok akan menyebabkan kanker dan kematian serta
keguguran bagi wanita hamil. Jadi jelas bahwa iklan rokok hanya membohongi
dan menjual kematian bagi anak muda dan kaum perempuan yang menjadi
target iklan industri rokok.
Keinginan praktis dan instan kaum perempuan dan anak muda untuk selalu ingin tampil hebat
dan menjadi pusat perhatian sekitar inilah yang dijadikan slogan iklan para industri rokok.
Slogan menipu, akan jadi bintang yang sehat dan bahagia dan pilihannya adalah merokok
dengan nikotin dan tar rendah cukup masuk akal sebagai gambaran gaya hidup ini thema pilihan
iklan luar ruang industri rokok di banyak tempat termasuk di Jakarta. Kelicikan industri rokok
yang paling keji ini dapat disimpulkan ketika menjadikan perempuan dan generasi muda atau
anak muda sebagai target market. Bagi kaum muda atau anak muda upaya industri rokok itu
dilakukan melalui menjual isi iklan tentang gaya hidup (life style), rendah tar (low tar atau light)
agar terkesan lebih aman. Secara khusus bagi perokok kaum perempuan iklan rokok menipu
Page 9
dengan isi iklan salah satu manfaat merokok adalah tetap langsing,
kemasan feminine dan chic, slim cigarette (fashionable). Indonesia
masih sangat welcome terhadap iklan rokok di televisi dan radio,
juga billboard yang tersebar di seluruh pelosok negeri, yang kita
lihat sebagai contoh adalah iklan rokok impor untuk slim cigarette
yang ditargetkan bagi perempuan karir, dengan citra chic,
fashionable, tubuh langsing, cantik, dan menarik. Billboard rokok
tersebut terpampang besar di seberang Hotel Mulia, Senayan,
Jakarta, dekat dengan mal-mal mewah di mana perempuan kalangan
atas shopping dan hang out.3
Laporan Bank Dunia 2003 dalam buku berjudul The Economics of
Tobacco Use and Tobacco Control in the Developing World, The
World Bank, 2003, menyimpulkan bahwa di negara-negara maju konsumsi rokok pada laki-laki
menurun pada tahun 1990-an, sementara prevalensi merokok meningkat justru di kalangan anak
muda khususnya remaja puteri. Variasi prevalensi merokok pada perempuan di seluruh dunia
berbeda. Pada tahun 1995, Di Eropa Timur dan Asia Tengah, 59% laki-laki merokok, dan 26%
perempuan merokok, sementara di Asia Timur dan Pasifik, 59% laki-laki dan 4% perempuan
adalah perokok.
Indonesia juga menunjukkan gejala serupa pada negara-negara kaya, bahwa prevalensi merokok
pada perempuan meningkat justru di kalangan mereka yang berpendidikan dan berpenghasilan
3 Sri Utari Setyawati, PEREMPUAN INDONESIA YANG MALANG: Kini Menjadi Target Pemasaran Rokok
Page 10
tinggi.4 Cara licik industri rokok dalam beriklan ini jelas telah mengabaikan etika beriklan yakni
tidak berisi kebohongan atau tipuan. Tipuan ini telah melanggar hak anak-anak dan kaum
perempuan untuk mendapatkan informasi yang benar dan hidup sehat.Hak perempuan dan anak
untuk sehat adalah hak dasar yang tak dapat ditawar-tawar lagi.
Sri Utari juga mengatakan bahwa empat juta kematian yang dapat dicegah telah terjadi setiap
tahun, atau 11.000 kematian per hari, angka yang langka dan tidak mungkin ditemukan
contohnya dalam sejarah manapun, yang dapat menyamai jejak kematian dan penghancuran
yang terprogram karena tembakau.5 Jika angka pertumbuhan meningkat terus sampai dengan
2020, maka penggunaan tembakau akan bertanggungjawab terhadap 10% beban penyakit di
dunia. Yang sangat mengkhawatirkan adalah prevalensi merokok pada remaja, khususnya
remaja puteri meningkat di berbagai belahan dunia. Pada negara-negara dimana perempuan
perokok prevalensinya masih rendah, merupakan kesempatan emas untuk melakukan upaya
pencegahan untuk mulai merokok maupun kematian dini. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) dan Konvensi Perlindungan Anak (yang telah
diratifikasi oleh Indonesia), turut menjadi bahan pertimbangan untuk melindungi hak perempuan
dan anak (pesan Brundtland 2001, Women and The Tobacco, WHO & JHSPH, Jonathan M.
Samet and Soon-Young Yoon). Jelaslah sekarang bahwa kaum perempuan dan anak-anak perlu
dilindungi dari dampak rokok yang diiklan secara terbuka tanpa pengaturan dari pihak
pemerintah.
4 Sri Utari Setyawati, PEREMPUAN INDONESIA YANG MALANG: Kini Menjadi Target Pemasaran Rokok
5 Sri Utari Setyawati, PEREMPUAN INDONESIA YANG MALANG: Kini Menjadi Target Pemasaran Rokok
Page 11
Apabila menginginkan sebuah generasi atau bangsa yang sehat juga berkualitas maka tidak bisa
ditawar-tawar lagi yakni jauhi mereka dari rokok dan iklan rokok yang selama ini telah
membangun citra atau semangat kebohongan serta menipu. Sehatkanlah mereka para anak-anak
muda dan kaum perempuannya dan bangun kesadaran sehat tanpa rokok dan jangan percaya
pada iklan rokok dengan melarang total iklan rokok. Jangan biarkan perempuan menjadi
perokok atau anak muda menjadi perokok, agar generasi yang akan datang betul-betul menjadi
generasi berkualitas dan bebas dari paparan asap rokok.
3. Iklan Rokok Mempengaruhi Peningkatan Penggunaan Tembakau
Mungkin ada sementara pertanyaan, mengapa kaum perempuan dan anak-anak muda atau
remaja menjadi sasaran industri rokok melalui iklan-iklannya. Kedua golongan ini ykani
perempuan dan remaja menjadi sasaran pengaruhi melalui reklame atau iklan rokok karena:
Di seluruh dunia jumlah perempuan masih jauh kurang ketimbang jumlah laki-laki
perokok.
Di negara maju jumlah kaum laki merokok mulai menetap dan cenderung berkurang.
Jumlah perempuan yang ingin merokok malah bertambah (feminis/emansipasi),
hingga merupakan pangsa pasar industri rokok
Jumlah anak-anak dan remaja yang ingin merokok terus bertambah
Page 12
Melihat keadaan ini jelas menjawab pertanyaan tentang pentingnya perusahaan rokok
membangun kebebasan reklame atau iklan rokok. Kebebasan iklan rokok ini agar tetap bisa terus
meningkatkan angka penggunaan tembakau dengan menggaet perokok baru dari kalangan
remaja dan perempuan.
Siaran iklan atau promosi rokok telah mengakibatkan anak dan remaja (yang masih berusia
anak) terpengaruh oleh iklan promosi rokok dan mempengaruhi untuk merokok. Berdasarkan
hasil Penelitian Fakutas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
pada tahun 2007 tentang dampak iklan rokok terhadap anak dan remaja, diperoleh fakta antara
lain:6
(a) dari hasil analisis terhadap jawaban atas pertanyaan tentang media tempat disiarkannya
iklan, dapat dilihat bahwa Televisi merupakan media pemajanan iklan rokok tertinggi
terhadap responden (99,7%), disusul oleh Spanduk/Poster/Billboard (86.7%), kegiatan
yang disponsori perusahaan rokok (77%), dan Koran/Majalah (76.2%);
(b) Tingginya keterpajanan terhadap iklan rokok melalui Televisi, Spanduk/
Poster/Billboard, dan koran/majalah juga terungkap dari respon informan kualitatif
remaja;
“....sering, di televisi....”
“.....pernah, di televisi dan di jalan....”
6 Laporan Penelitian Fakutas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA yang berjudul “Dampak Keterpajanan Iklan Rokok dan Kegiatan
Yang Disponsori Perusahaan Rokok Terhadap Aspek Kognitif, Afektif, dan Perilaku Merokok pada Remaja”, Jakarta, 2007
Page 13
“.....televisi, spanduk, billboard....”
“Sering, di televisi, majalah, koran, spanduk...”
“Sering, seperti di televisi, spanduk, billboard, koran, dan majalah...”
(c) gambaran pengaruh iklan rokok terhadap aspek kognitif remaja dapat diidentifikasi
dari jumlah slogan yang diingat. Iklan rokok sekarang sangat mengutamakan slogan-
slogan yang menarik dan mudah diingat dan bukan berupa bujukan yang langsung agar
khalayak yang terpajan membeli dan menghisap rokok merek yang diiklankan. Hasil
analisis atas pertanyaan “Sebutkan slogan-slogan.....” memperlihatkan bahwa hanya 10.8
% responden yang tidak dapat mengingat dan menyebutkan satu slogan pun, sedangkan
sisanya dapat menyebutkan satu sampai sembilan slogan.
Bila responden dikategorikan menjadi 2 kategori berdasarkan nilai rata-rata 3 jumlah
slogan yang disebut, maka responden yang tergolong dapat menyebutkan dalam jumlah
banyak (> mean) sebanyak 182 responden (51.6%). Data ini memperlihatkan besarnya
pengaruh iklan rokok terhadap aspek kognitif remaja;
(d) pengaruh iklan rokok terhadap aspek kognitif remaja dapat diidentifikasi dari jumlah
slogan yang diingat. Secara keseluruhan slogan-slogan yang diungkapkan oleh responden
mencapai 60 buah, 20 tertinggi diantaranya disajikan pada tabel 4.13.
Page 14
Lima slogan yang terbanyak disebutkan adalah “Enjoy Aja” dengan responden yang
menjawab sebanyak 45.33%, “Pria Punya Selera” (29.18%), “Gak ada Loe gak rame”
(27,2%), “Bukan Basa Basi” (17,56%), dan “Tanya Kenapa” (16,15%). Tampak jelas
sekali bahwa slogan-slogan tersebut adalah slogan-slogan yang gayanya sesuai untuk
remaja;
Distribusi Responden Menurut 20 Slogan Yang Paling Diingat
No. Slogan iklan rokok f % No. Slogan iklan rokok f %
1 Enjoy aja 160 45.33 11 Aksinya rame-rame 21 5.95
2 Pria punya selera 103 29.18 12 U are U 20 5.67
3 Gak ada loe, gak
rame 96 27.2 13
Yang muda yang gak
dipercaya 17 4.82
4 Bukan basa basi 62 17.56 14 May be yes! May be
no! 16 4.53
5 Tanya kenapa? 57 16.15 15 The flavour of
adventure 15 4.25
6 Bikin hidup ebih
hidup 54 15.3 16 Pria sejati 12 3.4
7 Buktikan merahmu 33 9.35 17 Memang bikin bangga 11 3.12
8 Selera pemberani 27 7.65 18 Citra eklusif 11 3.12
9 Ekspresikan aksimu 26 7.37 19 Kawan sejati 10 2.83
10 Apa obsesimu? 26 7.37 20 Dji sam Soe 9 2.55
11 Aksinya rame-rame 21 5.95
12 U are U 20 5.67
Page 15
Wawancara mendalam menunjukkan 21 informan dari 30 informan remaja mengaku
pernah menggunakan slogan iklan rokok dalam pergaulan sehari-hari. Seperti yang
diungkap oleh beberapa informan remaja ;
“...Sering...misalnya “Kapan Kawin...?”, “Enjoy Aja”, “Asyiknya rame-rame”...”
“...Pernah...kalo lagi bercanda dengan teman, Enjoy Aja mas....”
“…Pernah, karena kata-katanya menarik…”
(e)Pengaruh iklan promosi rokok secara langsung bisa menjadi cara anak dan remaja
mengidentifikasi diri dan persepsinya, sehingga seakan-akan merokok (dan rokok) yang
merupakan zat berbahaya yang mengandung 4000 jenis zat berbahaya dan 69
diantaranya bersifat karsinogenik dan juga adiktif, bermetamorfosa dengan iklan promosi
rokok seakan-akan dicitrakan tidak berbahaya. Sebaliknya, dengan iklan promosi rokok
adalah sesuai yang wajar bahkan sesuai dengan jiwa remaja.
“Persepsi terhadap perilaku merokok sesuai dengan pencitraan iklan rokok, karena
slogan-slogan iklan rokok memperlihatkan citra yang dibangun untuk menarik perhatian
dan untuk menumbuhkan gaya hidup. Citra-citra tersebut meliputi Percaya Diri, Keren,
Setia Kawan, Kreatif, Pemberani, Suka Menolong, Gaul, Berjiwa Petualang, Pria Sejati,
Kritis, dan Gagah.
Kepada remaja perokok dan mantan perokok ditanyakan apakah dengan merokok dia
merasa seperti yang dicitrakan oleh iklan tersebut. Sedangkan pada yang tidak pernah
Page 16
merokok diajukan pertanyaan apakah seorang perokok itu memiliki sifat seperti yang
dicitrakan oleh iklan rokok. Bahwa dikalangan perokok, persentase yang merasakan citra
yang sesuai dengan yang digambarkan oleh iklan rokok lebih tinggi dibandingkan
dengan pada mantan perokok dan yang tidak merokok.
Di kalangan responden perokok yang merasa citra dirinya Percaya Diri mencapai 50%,
yang merasa Keren mencapai 37,04%. Sedangkan pada responden mantan perokok, yang
merasa citra perokok itu adalah Percaya Diri sebesar 17.05 % dan yang merasa Keren
sebesar 13.64%. Berbeda dengan perokok dan mantan perokok, pilihan terbanyak
responden bukan perokok tentang pencitraan ini adalah pada citra perokok sebagai orang
Kritis (13.27 %).
Di kalangan remaja perokok, citra yang tumbuh ini mempunyai potensi untuk
mempertahankan statusnya sebagai perokok. Dan walaupun persentase di kalangan
mantan perokok dan bukan perokok tidak terlalu tinggi (< 50%) namun responden
yang merasakan citra tersebut sesuai mempunyai potensi untuk kembali merokok atau
mulai mencoba merokok.
Berdasarkan wawancara mendalam terhadap 30 informan remaja baik perokok maupun
bukan perokok, didapatkan pencitraan iklan yang sama dengan hasil dari kuisioner, yaitu
“Gagah”, “Pemberani”, “Percaya Diri”, “Setia Kawan”, “Gaul”, dan “Keren”.
Page 17
Dari 30 orang informan, 25 orang mengatakan bahwa orang yang merokok identik
dengan karakter yang dicitrakan oleh iklan rokok tersebut, juga kepada dirinya ketika
merokok. Hal ini menunjukkan besarnya dampak keterpaparan iklan rokok terhadap
ranah kognitif remaja”
Data dan hasil studi ini menegaskan adanya fakta dan kausalitas bahwa siaran niaga iklan
rokok pada lembaga penyiaran televisi memang secara terencana dimaksudkan untuk
membidik anak dan remaja. Siaran iklan niaga promosi rokok memang diarahkan untuk
menjaring orang muda atau remaja bukan orang tua atau kakek-kakek. Hal ini dikemukakan
Dr. Widyastuti Soerodjo, memberikan pernyataan bahwa iklan dan sponsor itu semuanya
untuk kaum muda.
Gambaran pengaruh iklan terhadap anak-anak atau kaum muda dan kaum perempuan di atas
menunjukkan bahwa iklan rokok berpengaruh terhadap penggunaan tembakau atau rokok.
Sering kali di banyak kesempatan terlihat bahwa industri rokok dengan licik mau menutupi
dampak langsung iklan terhadap penjualan rokok. Bagaimana tidak terjadi peningkatan
penjualan rokok jika perokoknya pun bertambah dan memang industri rokok berani
mengeluarkan dana besar untuk beriklan. Adalah perbuatan bodoh jika industri rokok mau dan
berani mengeluarkan dana besar untuk iklan jika memang tidak menghasilkan angka
peningkatan penjualan rokok produksinya. Dalam katalog atau kamus mana pun akan disebutkan
bahwa beriklan itu untuk menambah atau mempengaruhi terjadi peningkatan pengikut atau
Page 18
penggunaan produk yang diiklankan. Industri tembakau memanfaatkan strategi pemasaran yang
komprehensif untuk menciptakan kesan bahwa penggunaan tembakau sudah meluas dan
berterima. Pesan pemasarannya mengusung karakter yang diidam-idamkan seperti popularitas,
glamor dan daya tarik seksual melalui penggunaan tembakau dan meremehkan risiko
kesehatannya.7
Industri tembakau menghabiskan miliaran dolar setiap tahunnya untuk memasarkan produk-
produknya melalui iklan-iklan untuk mempengaruhi penggunaan tembakau atau rokok.8 Di
Indonesia, perusahaan rokok menghabiskan sekitar 196 juta USD setiap tahunnya untuk iklan.9
Industri tembakau menggunakan taktik iklan, promosi dan sponsor untuk secara langsung
mempengaruhi penggunaan tembakau dan sikap terkait tembakau. Iklan, pomosi dan sponsor
tembakau:
Mempromosikan penggunaan tembakau sebagai suatu kebiasaan dan keglamoran
Menipu dan menyesatkan
Memudarkan kampanye kesehatan masyarakat
7 World Health Organization (WHO). WHO Report on the global tobacco epidemic, 2008: The MPOWER package. Geneva: 2008. Available from:
http://www.who.int/entity/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf.
8 U.S. Federal Trade Commission (FTC). Cigarette Report for 2003. Washington DC: FTC; 2005. Available from: http://www.ftc.gov/reports/cigarette05/050809cigrpt.pdf.
9 Oxford Business Group. Tobacco producers roll with the times. Emerging Markets Economic Briefings [serial on the Internet]. 2009 [cited 2009 July 21]: Available from:
http://www.oxfordbusinessgroup.com/weekly01.asp?id=4534.
Page 19
Menargetkan populasi tertentu seperti wanita, kawula muda dan rakyat miskin dengan cara:
o Mengeksploitasi citra glamor, kemandirian, daya tarik seks dan kelangsingan yang
sangat menarik bagi wanita dan remaja putri10
o Mensponsori konser, memberikan hadiah setelah membeli beberapa bungkus rokok,
dan sampel rokok gratis, yang khusus ditujukan kepada kelompok berpenghasilan
rendah seperti kawula muda dan rakyat miskin11
Melalui iklan produk-produknya, industri tembakau mencoba
menciptakan lingkungan di mana penggunaan tembakau merupakan
hal yang biasa dan dapat diterima umum, serta meremehkan
peringatan tentang dampak kesehatannya.12
10 Kaufman NJ, Nichter M. The marketing of tobacco to women: Global perspectives. In: Samet JM, Yoon S-Y, editors. Women and the tobacco epidemic: Challenges for the
21st century: World Health Organization, Institute for Global Tobacco Control at Johns Hopkins School of Public Health; 2001.
U.S. Department of Health and Human Services (HHS). Women and smoking: A report of the Surgeon General. 2001. Available from:
http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/sgr/sgr_2001/index.htm.
11 Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) (SEATCA). Targeting the poor: Casualties in Cambodia, Indonesia, and Laos. 2008.
Action on Smoking and Health (United Kingdom) (ASH). BAT's African footprint. London: 2008. Available from: http://www.ash.org.uk/ash_zuufw093.htm.
12 U.S. Department of Health and Human Services. Reducing the health consequences of smoking: 25 years of progress. A report of the Surgeon General. Centers for Disease
Control and Prevention, Office of Smoking and Health; 1989. Available from: http://profiles.nlm.nih.gov/NN/B/B/X/S/.
Page 20
Perusahaan tembakau atau industri rokok harus menarik generasi baru pengguna tembakau untuk
menggantikan mereka yang telah berhenti merokok atau meninggal akibat penyakit terkait
merokok. Untuk mencapainya, perusahaan tembakau mengembangkan kampanye pemasaran
besar-besaran untuk membujuk kawula muda untuk merokok dan menjadi perokok jangka
panjang. Budaya Indonesia begitu kental dengan iklan dan sponsor industri tembakau hingga
dalam kurun waktu antara bulan Januari dan Oktober 2007 saja, terdapat 1.350 acara yang
disponsori oleh industri tembakau – rata-rata 135 acara setiap bulannya. Pemasaran tembakau,
yang meliputi iklan, promosi dan sponsor, telah terbukti meningkatkan jumlah kawula muda
yang mulai merokok.13
Sebuah studi tahun 2007 di Indonesia menemukan bahwa 70% anak muda terpengaruh kuat
(46,3%) dan sedang (24,1%) oleh iklan tembakau untuk mulai merokok.14
Kajian tahun 2003 dari sembilan studi longitudinal yang melibatkan lebih dari 12.000 anak
muda menyimpulkan bahwa iklan dan promosi tembakau meningkatkan kemungkinan
remaja mulai merokok.15
13 DiFranza JR, Wellman RJ, Sargent JD, Weitzman M, Hipple BJ, Winickoff JP. Tobacco promotion and the initiation of tobacco use: Assessing the evidence for causality.
Pediatrics. 2006 June;117(6):e1237-48.
14 University of Indonesia, National Commission for Child Protection, Southeast Asia Tobacco Control Alliance. Study on the impact of exposure to tobacco advertisement
and sponsorship towards knowledge, attitude and smoking behavior in youth. Jakarat; 2007.
15 Lovato C, Linn G, Stead LF, Best A. Impact of tobacco advertising and promotion on increasing adolescent smoking behaviours. Cochrane Database Systematic Review.
2003(4):CD003439.
Page 21
Sebuah studi di Inggris yang dilakukan antara tahun 1999 dan 2004 menemukan bahwa,
dengan tiap bentuk pemasaran tembakau yang dikenali kawula muda, kemungkinan untuk
mulai merokok meningkat sebesar 7%.16
Sebuah studi tahun 2004 menemukan bahwa familiaritas dengan papan iklan tembakau
lokal meningkatkan kemungkinan untuk mulai merokok di kalangan usia 13 hingga 14
tahun di Spanyol.17
Sebuah kajian tahun 2009 dari delapan studi penampang terhadap dampak iklan dan
promosi tembakau pada titik penjualan secara konsisten menemukan keterkaitan yang erat
antara paparan terhadap promosi tembakau di dalam toko dengan dimulainya merokok atau
kerentanan untuk merokok. Penulis menyimpulkan bahwa kecanduan tembakau, parahnya
bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok, bukti bahwa pemasaran dan promosi
tembakau mendorong anak-anak untuk mulai merokok, dan konsistensi bukti bahwa hal
tersebut mempengaruhi mulai merokoknya anak, memberikan alasan yang kuat untuk
melarang iklan dan dipajangnya produk tembakau hisap di titik penjualan.18
16 Moodie C, MacKintosh AM, Brown A, Hastings GB. Tobacco marketing awareness on youth smoking susceptibility and perceived prevalence before and after an
advertising ban. European Journal of Public Health. 2008 October;18(5):484-90.
17 Lopez ML, Herrero P, Comas A, Leijs I, Cueto A, Charlton A, et al. Impact of cigarette advertising on smoking behaviour in Spanish adolescents as measured using
recognition of billboard advertising. European Journal of Public Health. 2004 December;14(4):428-32.
18 Paynter J, Edwards R. The impact of tobacco promotion at the point of sale: a systematic review. Nicotine Tob Res. 2009 Jan;11(1):25-35.
Page 22
4. Larangan Iklan Menyeluruh Lebih Efektif Kendalikan Bahaya Rokok
Pemasaran produk tembakau seperti rokok beserta iklannya adalah untuk mempertahankan serta
meningkatkan penggunaan produk tembakau yakni rokok khususnya perokok pemula (anak-
anak dan remaja) dan perempuan. Saat ini iklan
rokok dan citra rokok bertindak sebagai isyarat
merokok adalah sah dan sehat bagi perokok. Studi
menunjukkan bahwa perokok dari semua usia
memiliki keinginan yang lebih besar untuk merokok
ketika disajikan dengan gambar terkait rokok, seperti
seseorang yang merokok atau sebungkus rokok, atau
benda lain yang berkaitan dengan rokok. Iklan
tembakau berisi banyak sekali jenis-jenis gambar
ini.19 Perusahaan tembakau telah menggasak uang perokok terkait manfaat rokok light atau
rendah tar dengan memasarkan rokok tersebut sebagai rokok yang lebih sehat dibandingkan
rokok biasa. Penghisap rokok “light” dan “rendah tar” menambah jumlah rokok yang dihisap
19 Centers for Disease Control and Prevention, Office of Smoking and Health; 1989. Available from: http://profiles.nlm.nih.gov/NN/B/B/X/S/.
Upadhyaya HP, Drobes DJ, Thomas SE. Reactivity to smoking cues in adolescent cigarette smokers. Addictive Behaviors. 2004 July;29(5):849-56.
Page 23
dalam sehari, menghirup hisapan yang lebih besar, menghisap lebih sering, menghisap lebih
dalam atau menghalangi lubang ventilasi rokok – semuanya ini dilakukan untuk mendapatkan
dosis nikotin yang dibutuhkan guna mempertahankan kecanduan mereka.20 Penjualan global
untuk rokok “light” dan “rendah tar” meningkat drastis dari 388 miliar batang rokok yang terjual
di tahun 2000 menjadi hampir 500 miliar batang rokok yang terjual di tahun 2005, yang
menggambarkan keberhasilan industri tembakau dengan teknik pemasarannya yang menipu.21
Negara memiliki hak untuk membatasi pemasaran produk berbahaya guna melindungi kesehatan
masyarakat.22 Larangan menyeluruh, yang melarang penggunaan semua strategi pemasaran oleh
industri tembakau, efektif melindungi kesehatan masyarakat. Larangan iklan parsial kurang
efektif, sebagian karena industri tembakau mengalihkan upaya pemasarannya ke saluran yang
tidak dibatasi ketika larangan sifatnya tidak menyeluruh.23 Iklan dan promosi tembakau
didefinisikan sebagai “segala bentuk komunikasi, rekomendasi atau aksi komersial dengan
20 U.S. Department of Health and Human Services (HHS). Risks associated with smoking cigarettes with low machine-measured yields of tar and nicotine. Smoking and
tobacco control monograph no. 13. Bethesda, MD: National Cancer Institute; 2001. Available from: http://dccps.nci.nih.gov/tcrb/monographs/13/m13_5.pdf.
21 Euromonitor International. Table 208: Global sales of cigarettes by subsector: Volume 2000-2005. 2008; Available from: http://portal.euromonitor.com.
22 Action on Smoking and Health (United Kingdom) (ASH). Tobacco advertising: Banning tobacco promotion: Ethical and civil liberties issues. London: ASH; 1997.
Available from: http://www.ash.org.uk/files/documents/ASH_168.pdf.
Joossens L. Questions and answers: Why ban tobacco advertising in the European Union? Geneva: International Union against Cancer; 1998. Available from:
http://globalink.org/tobacco/docs/eu-docs/9802faq.html.
23 Saffer H. Tobacco advertising and promotion. In: Jha P, Chaloupka F, editors. Tobacco control in developing countries. New York: Oxford University Press, Inc.; 2000.
Blecher E. The impact of tobacco advertising bans on consumption in developing countries. Journal of Health Economics. 2008 July;27(4):930-42.
Page 24
tujuan, dampak atau dampak potensial untuk mempromosikan produk tembakau baik secara
langsung maupun tidak langsung.24 Contohnya meliputi:
Siaran, iklan cetak dan luar ruang
Iklan di titik penjualan
Berbagai pengaturan penjualan dan/atau distribusi dengan pengecer dalam penempatan
produk, promosi penjualan dan diskon
Kemasan produk
Iklan di internet
Penggunaan nama merek, logo atau identitas merek visual tembakau pada produk, kegiatan
atau acara non-tembakau
Penempatan produk tembakau atau penggunaan tembakau di media hiburan
Sponsor didefinisikan sebagai “segala bentuk sumbangan kepada acara, kegiatan atau orang
perorangan mana pun dengan tujuan, dampak atau dampak potensial untuk mempromosikan
produk tembakau atau penggunaan tembakau baik secara langsung maupun tidak langsung.”25
Contohnya meliputi:
24 World Health Organization (WHO). Framework Convention on Tobacco Control. Geneva: 2003. Available from: http://www.who.int/fctc/text_download/en/.
25 World Health Organization (WHO). Framework Convention on Tobacco Control. Geneva: 2003. Available from: http://www.who.int/fctc/text_download/en/.
Page 25
Olahraga
Acara budaya
Konser
Program sekolah
Kegiatan tanggung jawab sosial korporat seperti prakarsa pencegahan kawula muda dan
sumbangan amal kepada organisasi publik dan swasta
Jadi sebuah dasar pikir yang sah yakni perlindungan anak dan kaum perempuan dalam
pengendalian tembakau dan pengendalian atau pelarangan iklan rokok. Bahaya terhadap
tembakau atau rokok serta peningkatan perdagangan juga jumlah perokok serta korban hamparan
asap rokok jelas memiliki hubungan langsung dengan kebebasan mengiklankan rokok di
Indonesia dan khusus di kota Jakarta. Melihat masalah dampak iklan ini, pemerintah harus sudah
mulai memikirkan untuk membatasi atau bahkan melarang secara total iklan rokok. Bahaya
tembakau sudah menjadi epidemi global (global epidemic) dan sudah menjadi bahaya dan
mengancam kehidupan . WHO menyebutnya bahwa tembakau adalah pemunuh (tobacco kills)
karena tiap 6 detik satu orang meninggal terkait penyakit akibat merokok. Di Indonesia, korban
tobacco kills bukan tak menyayat hati, tragis dan berkelanjutan. Bayangkan 1.172 orang
meninggal per tahun akibat penyakit terkait merokok. Lembaga Demografi FE-UI dalam
’Ekonomi Tembakau’ (2008) melaporkan konsumsi rokok penyebab sampai 200.000 kematian
setiap tahun.
Page 26
Jelas bahwa rokok diakui mengandung zat adiktif dan karsinogenik serta mematikan, namun
iklan rokok masih dihalalkan di Jakarta. Bahkan rokok diiklankan dan disiarkan secara agresif
dengan strategi pencitraan yang menyesatkan anak dan remaja serta kaum perempuan tanpa
kendali. Iklan-iklan rokok semua bertujuan agar mendapatkan penmgganti perokok lama yang
sadar atau sudah meninggal. Berbekal uang yang sangat besar industri rokok menggarap
perokok pemula loyalis dan keberlanjutan (suistainability) bagi keuntungan industri rokok.
Misi iklan rokok yang massif dan agresif adalah mengubah kesadaran anak dan remaja serta
kaum perempuan seakan-akan rokok barang normal.
Bagaimana mungkin rokok yang bersifat adiktif, karsinogenik dan membunuh perokoknya,
dirubah citranya seakan-akan menjadi benda normal? Seakan menjadi barang yang baik, sehat
dan mencerdaskan? Perubahan citra ini dilakukan industri rokok melalui iklannya agar rokok
menjadi barang yang legal, tidak bisa dijerat oleh hukum. Posisi legal ini pun membuat rokok
dan merokok betrsifat pribadi dan pilihan bebas perorangan warga negara tanpa perlu campur
tangan negara. Melihat rokok itu bersifat adiktif, karsinogenik dan membunuh perokoknya maka
urusan pengendalian pemsarannya dan promosi (iklannya) rokok (tembakau) adalah menjadi
urusan publik dimana pemerintah memiliki tanggung jawab mengatur juga
mengendalikannya.Campur tangan pemerintah ini didasari oleh kewajiban pemerintah
melindungi warga negaranya dari kematian secara masif akibat dari rokok dan dampak iklan
rokok yang menyesatkan.
Page 27
Tanggung jawab pemerintah inilah yang menjadikan
pentingnya sebuah kebijakan pelarangan total iklan,
promosi dan sponsorship rokok mesti dimutlakkan.
Upaya pencitraan dalam iklan rokok bermetamorfosa
menjadi kejantanan, enjoy, setia kawan, dan aneka jargon
remaja dan kaum perempuan. Sepertinmya soal bahaya
rokok yang adiktif, karsinogenik dan membunuh
perokoknya hanya isapan jempol dan upaya agen asing
untuk memiskinkan petani tembakau dan buruh pabrik
rokok, mengurangi pendapatan cukai rokok serta
menghapuskan penghasilan pajak daerah dari pajak iklan
rokok. Peluang atau pencitraan bohong sebuah iklan itu sendiri DR.Thomas Noach Peea, yang
dalam disertasinya pada Universitas Indonesia mengenai manipulasi iklan mengatakan bahwa, ”
demi kepentingan mencari pangsa pasar, tak jarang iklan berubah menjadi media disinformasi,
manipulasi, dan dominasi, yang mengandung bias serta cenderung memberikan pemahaman
yang keliru mengenai produk yang sebenarnya”. Thomas melanjutkan, ”Fenomena ini
menyebabkan munculnya kejahatan kolektif secara simbolik (symbolic collective crime) yang
terjadi karena sikap masyarakat yang belum kritis”.26
26 Muhammad Joni, SH.,MH, TOBACCO KILLS, IRONI IKLAN ROKOK, tanpa tahun
Page 28
Memang para industry rokok dan biro reklame mengatakan dan bersikeras bahwa rokok adalah
produk legal dan tidak boleh dilarang pengiklanannya. Sepertinya para industri rokok dan biro
iklan tersebut akan mengenyampingkan fakta rokok adalah bersifat adiktif, karsinogenik dan
membunuh perokoknya. Bahayanya rokok ini adalah sama dengan bahaya yang dimiliki
minuman alkohol yang oleh peraturan nasional Indonesia dilarang diiklankan secara terbuka.
Rokok dan minuman beralkohol adalah sama-sama barang yang oleh UU Penyiaran Pasal 46
ayat 3 huruf b untuk tidak boleh diiklankan. Berdasarkan pengaturan dalam UU Penyiaran ini
jelas adalah rokok dan minuman alkohol adalah sama dan dilarang untuk diiklankan secara
hukum. Seharusnya pemerintah nasional dan daerah seluruh Indonesia memahami aturan hukum
ini dan menerapkan larangan iklan rokok di tempatnya masing-masing sebagaimana mereka
melarang iklan minuman alkohol karena sama-sama juga bersifat adiktif. Dalam hal pelarangan
iklan rokok ini membutuhkan sikap aktif dan keberanian pemerintah nasional dan daerah untuk
melarang iklan rokok di seluruh Indonesia termasuk di kota Jakarta. Sikap berani ini sangat
dibutuhkan semua warga negara agar tidak mati percuma karena menjadi korban rokok dan asap
rokok yang bebas diiklankan. Melihat dampak dan bahayanya iklan rokok maka diperlukan
peraturan larangan yang menyeluruh terhadap iklan, promosi dan sponsor tembakau secara
lengkap dan diberlakukan bagi semua strategi pemasaran dan promosi langsung dan tidak
langsung. Di negara yang memiliki batasan konstitusional yang menghalangi diadopsinya
larangan yang menyeluruh, kebijakan paling tidak harus mewajibkan peringatan kesehatan pada
semua iklan, promosi dan sponsor, dan melarang semua bentuk iklan yang keliru, menyesatkan
atau menipu.27
27 World Health Organization Framework Convention on Tobacco Control (WHO). Guidelines for implementation: Article 5.2, article 8, article 11, article 13. Geneva:
Page 29
5. Iklan Media Luar Ruang (Reklame) Rokok di Jakarta
Tidak ada upaya yang tidak sengaja dilakukan oleh perusahaan rokok untuk melanggengkan
bisnis, lebih jauh lagi mengembangkan dan meningkatkan keuntungan. Apalagi di negara seperti
Indonesia, dimana apa saja mungkin terjadi, negara senantiasa memerlukan tambahan
penerimaan untuk memberi makan, dan menyediakan layanan kesehatan serta pendidikan kepada
jutaan tambahan penduduk miskin setiap tahunnya. Berbagai alasan inilah yang terus
dikampanyekan oleh indiustri rokok untuk menghasut negara atau kota-kota untuk mendukung
industri rokok di wilayahnya.
Begitu pula dengan kota Jakarta yang saat ini berpenduduk sekitar 11 juta orang pada siang hari
atau 9 juta orang pada malam hari merupakan sasaran empuk industri rokok untuk memasarkan
rokok dan kebebasan beriklan luar ruang produk rokok. Memang saat ini ruang bagi perokok di
Jakarta sudah semakin kecil dan tidak bebas setelah gubernur Jakarta Fauzi Bowo mengeluarkan
Peraturan Gubernur (Pergub) nomor: 88 tahun 2010 tentang Kawasan dilarang merokok.
Berdasarkan Pergub 88 ini memang diatur bahwa para perokok tidak boleh merokok di 7
kawasan yakni di kawasan pendidikan, pelayanan kesehatan (rumah sakit), tempat ibadah,
tempat bekerja, arena bermain anak-anak, tempat umum dan di angkutan umum. Berdsasarkan
Pergub 88 ini gedung-gedung di 7 kawasan tersebut sudah tidak boleh lagi menyediakan ruang
WHO; 2009. Available from: http://www.who.int/fctc/guidelines/en/
Page 30
merokok dan perokok hanya boleh merokok di ruangan terbuka. Aturan ini jelas membuat
industri rokok juga para perokok menjadi kesal dan berusaha untuk melakukan perlawanan.
Para perokok dan Industri rokok tetap saja memperkenalkan rokok melalui berbagai media,
termasuk di dalamnya televisi, majalah, dan koran, papan iklan, dan sekarang internet. Para
industri rokok terlebih juga memiliki banyak cara atau tipuan menarik para remaja atau anak-
anak dan perempuan agar tetap menjadi perokok.
Cara-cara tersebut dilakukan dengan menyediakan uang yang cukup besar mengadakan iklan
luar ruang, mensponsori acara olahraga, konser musik dan diskotik, menempatkan logo industri
rokok di asbak, gelas, piring, kaos, tas korek api dan berbagai suvenir yang disukai remaja,
mensponsori acara kagamaan, kontes pelajar, membagikan rokok gratis dan beas siswa pada
pelajar, guru atau bahkan tokok agama atau tokoh masyarakat di seluruh kota Jakarta. Begitu
pula untuk mengagalkan atau melawan keberadaan Pergub 88 industri rokok berani membayar
para aktivis sosial, partai politik, ahli sosial atau LSM menggugat di pengadilan atau
mengkampanyekan merokok sebagai hak asasi manusia dan Pergub 88 melanggar hak asasi
manusia. Semangat memulai atau membatasi reklame rokok di Jakarta sebenarnya sudah ada
sejak tahun 2006 lalu. Kebijakan tersebut cukup menggembirakan dan pertanda Jakarta memiliki
melindungi kota dan warganya. Saat ini setidaknya pemda Jakarta memiliki dua peraturan yang
membuat perusahaan rokok sulit memasang reklame di Jakarta. sudah diatur tentang keberadaan
iklan rokok di luar ruang (Billboard) di Jakarta. Pengaturan tersebut misalnya saja dengan
mengatur larangan iklan billboard rokok di kawasan kendali ketat di 4 jalan utama Jakarta yakni
di jalan Sudirman, Thamrin, Rasuna Said dan jalan Gatot Subroto melalui larangan reklame
Page 31
rokok di 4 wilayah Jakarta tersebut diatur dengan Peraturan Gubernur (Pergub) nomor: 23
Tahun 2006 tentang Penyelenggaran Reklame di Kawasan kendali ketat di Provinsi DKI
Jakarta. Selain itu juga saat ini ditetapkan kebijakan menambahkan pajak iklan bagi iklan
billboard rokok di seluruh kawasan Jakarta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta
menambahkan sebesar 25% pajak iklan rokok bagi iklan billboard (luar ruang) di kawasan
Jakarta melalui Perda no: 7 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Perda nomor: 2
Tahun 2004 tentang Pajak Reklame.28
Dua upaya kebijakan tersebut semangatnya memang untuk memulai pengetatan iklan
(billboard) rokok oleh pemprov Jakarta. Rupanya dua kebijakan awal pembatasan ini tidak
membuat industri rokok menyerah begitu saja. Tetap saja industri yang bekerja sama dengan
perusahaan Biro Reklame dan secara melanggar hukum dengan pegawai pemda Jakarta
menembus agar tetap bisa memasang reklame di 4 jalan strategis tersebut.29 Upaya melanggar
hukum itu menurut salah seorang sumber yakni seorang pekerja Biro Reklame di Jakarta terlihat
dengan banyaknya reklame rokok di 4 jalan yang dilarang oleh dengan Peraturan Gubernur
(Pergub) nomor: 23 Tahun 2006 tentang Penyelenggaran Reklame di Kawasan kendali ketat di
Provinsi DKI Jakarta. Sumber tersebut juga mengatakan bahwa saat ini banyak pelanggaran atas
larangan tersebut karena perusahaan tersebut selama ini menguasai banyak bisnis reklame di
Jakarta khususnya dengan perusahaan rokok. Menurut sumber kami itu juga dikatakan bahwa
besarnya tambahan pajak yang dibebankan kepada produk rokok tetap saja tidak menyulitkan
28 Wawancara dengan Kepala Dinas Pelayanan Pajak Pemprov DKI Jakarta, Bapak Iwan Setiawan, Maret 2011
29 Wawancara dengan salah seorang pegawai dari sebuah Biro Reklame di Jakarta pada April 2011
Page 32
mereka. Perusahaan rokok tetap saja bisa dengan mudah dan membayarkan pajak reklame
produknya secara bebas. Begitu pula dengan kebijakan kawasan kendali ketat iklan rokok bisa
juga ditembus dan meloloskan iklan rokok tetap ada di 4 kawasan terlarang itu. Kondisi ini
akhirnya memang membuat kota Jakarta menjadi surga luar biasa bagi iklan billboard rokok di
seluruh pelosok hingga ke pemukiman warga Jakarta. Seolah tidak ada batasan dan tidaka ada
kesulitan berarti bagi industri rokok memasang iklan billboard atau iklan luar ruang lainnya.
Menyedihkannya juga saat ini di Jakarta ada berbagai bentuk iklan luar ruang produk rokok
selain berbentuk billboar rokok. Iklan ruang rokok sangat gencar dan masuk hingga ke dalam
rumah warga Jakarta. Lihat saja warung atau rumah warga Jakarta di cat dan didisain ulang
dengan menunjukkan ciri produk rokok oleh industri rokok. Warung atau toko-toko warga
Jakarta di buat seperti tempat khusus penjualan rokok dengan disain dan asesoris yang diberikan
oleh industri rokok. Bagi warung atau toko juga rumah warga yang bangunannya dirubah seperti
disain produk rokok akan mendapatkan bayaran cukup besar dari industri rokok.
Begitu pula dengan iklan rokok yang berbentuk spanduk, poster atau stiker rokok yang
menguasai dan masuk hingga ke kampung-kampung di Jakarta. Iklan dan promosi rokok itu
sudah tidak lagi memperhatikan etika kesopanan atau tata kota dan membuat kota kotor tanpa
kendali. Jika kita keliling kota Jakarta pun kita akan diberi pemandangan iklan-iklan rokok di
banyak billboar dan juga iklan elektronik di atas pos polisi atau gedung lainnya yang sangat
besar menggambarkan produk rokok. Keberadaan billboard atau iklan elektronik ini membuat
Jakarta memang hutan iklan iklan rokok yang seakan tidak bisa dikendalikan lagi. Semua ini
jelas dikarenakan lemahnya pengawasan dan konsistensi aparat di kota Jakarta terhadap serangan
Page 33
suap atau sogokan dari industri agar bisa bebas beriklan di Jakarta. Bayangkan saja berdasarkan
aturan yang melarang di 4 kawasan itu tidak boleh beriklan rokok tetapi tetap saja ada iklan
rokok di sana. Kelemahan dan ketidak-konsistenan aparat ini terus dipelihara oleh industri rokok
agar tetap bebas menguasai ruang terbuka Jakarta oleh industri rokok.
Soal pendapatan dari pajak reklame rokok juga selalu dikampanyekan oleh perusahaan rokok
untuk melindun gi kebebsan mereka beriklan di Jakarta. Pendapatan dari pajak reklame ini pun
dibesar-besarkan ke publik dengan mengatakan bahwa iklan rokok memberikan kontribusi atau
pemasukan cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta. Padahal hasil studi
menunjukkan bahwa saat ini pendapatan reklame rokok tidaklah besar jika dibandingkan dengan
pendapatan pajak keseluruhan dan pajak reklame secara umum di Jakarta. Tabel Pendapatan
Pajak Daerah Kota Jakarta juga menunjukkan bahwa pendapatan dari pajak reklame rokok
setidaknya sejak 2008 menurun secara signifikan hingga 2010. Jika dicermati secara baik maka
dapat disimpulkan bahwa pendapatan daerah Jakarta dari sektor pajak iklan produk rokok
sangatlah kecil. Padahal sejak tahun 2007 sudah diterapkan penambahan beban 25% bagi
reklame rokok di Jakarta Tabel 1:Pendapatan Pajak Daerah Kota Jakarta (dalam Rp)
Tahun Pajak Daerah Pajak Reklame Pajak Reklame Rokok
2008 8.751.315.392.33 306.953.676.694 22.901.873.850
2009 8.554.125.777.570 274.909.287.168 20.411.574.100
2010 10.787.250.243.274 251.430.250.023 14.101.874.600
Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA): sumber dari Sumber Dinas Pelayanan Pajak Pemprov Jakarta
Page 34
Sebagaimana pengalaman di banyak negara, iklan rokok berupa papan reklame ada di mana-
mana, terutama di kawasan yang tertangkap mata anak-anak. Perusahaan rokok membekali
penjual eceran dengan materi promosi termasuk poster dan kemasan pajang dan pengaruhnya
adalah mengubah toko-toko menjadi iklan rokok raksasa. Jakarta sendiri sebenarnya memiliki
peraturan daerah yang mengatur tentang pembuatan atau penyelenggaraan reklame atau iklan
luar ruang. Peraturan Daerah (Perda) Jakarta nomor: 7 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan
reklame pada pasal 1 mengatakan bahwa bangunan Reklame adalah reklame yang terdiri dari
bidang reklame berikut komponen struktur yang memikulnya. Dalam pasal 1 pada poin 10
dikatakan bahwa Reklame adalah benda, alat perbuatan atau media yang menurut bentuk,
susunan dan/atau corak ragamnya untuk tujuan komersil dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik perhatian umum
kepada suatu barang, jasa, seseorang atau badan yang diselenggarakan/ditempatkan atau dapat
dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh
Pemerintah. Begitu pula pada poin 11 pasal 10 Perda ini mengatakan bahwa Reklame
papan/billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu, calli brete, vinyle termasuk seng
atau bahan lain yang sejenis dipasang atau digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman,
di atas bangunan. Mengenai media atau jenis reklame oleh perda ini diatur dalam pasal 1 pada
poin 12 yang mengatur bahwa Reklame Megatron/Videotron/Large Elektronik Display (LED)
adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan
bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan
difungsikan dengan tenaga listrik.
Page 35
Secara umum dasar hukum penyelenggaraan Reklame di kota Jakarta terdapat beberapa
peraturan terkait seperti Perizinan, Perpajakan dan Pelelangan Titik Reklame, yakni:
a. Perizinan:
PERDA Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan Salam Wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
PERDA Nomor 8 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame.
PERDA Nomor 7 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Reklame.
PERDA Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah.
Peraturan Gubernur (Pergub) nomor: 23 Tahun 2006 tentang Penyelenggaran Reklame di
Kawasan kendali ketat di Provinsi DKI Jakarta
Keputusan Gubernur Nomor 37 tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
Reklame.
b. Perpajakan:
PERDA Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pajak Reklame. ( berpedoman pada Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, sekarang diperbaharui dengan Undang-undang nomor: 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
Page 36
c. Pelelangan Titik Reklame:
Keputusan Gubernur Nomor 37 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Reklame.
Keputusan Gubernur Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pedoman Pemanfaatan Barang Daerah
Provinsi DKI Jakarta.
Keputusan Gubernur Nomor 112 tentang Tata Cara Pelelangan Titik Reklame.
Keputusan Gubernur Nomor 128 Tahun 2000 tentang penghitungan Nilai Sewa Titik
Reklame di Dalam Sarana dan Prasarana Kota.
Sementara itu untuk pengaturan pembatasan iklan atau reklame ruang terbuka ) bilboard
terhadap produk industri rokok, pemprov DKI Jakarta sendiri sudah memulainya sejak tahun
2006. Pada 2 Maret 2006 pemprov Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) nomor:
23 Tahun 2006 tentang Penyelenggaran Reklame di Kawasan kendali Ketatdi Provinsi DKI
Jakarta. Dalam pertimbangannya Pergub nomor: 23 tahun 2006 dikeluarkan untuk mengatur agar
reklame di ruang terbuka agar tidak merusak keindahan kota Jakarta. Kawasan kendali ketat di
sebutkan adalah meliputi koridor dan lingkungan terbatas seperti Jalan M.H. Thamrin, Jalan
Jenderal Sudirman, Jalan H.R. Rasuna Said, dan Jalan Jend. Gatot Subroto. Dalam pasal 3
Pergub nomor: 23 ini diatur bahwa:
(1) Pada kawasan kendali ketat tidak diperkenankan menyelenggarakan reklame
Rokok.
Page 37
(2) Penyelenggaraan reklame Rokok di kawasan kendali ketat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 yang ditetapkan sebelum berlakunya peraturan Gubernur ini, masih
tetap berlaku sampai masa berlakunya berakhir.
(3) Penyelenggaran reklame rokok yang masa berlakunya telah berakhir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak diperkenankan untuk memperpanjang
penyelenggaraan reklame rokok kembali,
Melihat semangat pembatasan reklame rokok di kawasan kendali ketat dalam Pergub nomor 23
tahun 2006 ini menunjukkan bahwa sudah ada keinginan awal pemprov Jakarta untuk melarang
keberadaan iklan rokok di ruang terbuka. Adanya kebijakan melarang reklame atau iklan ruang
terbuka terhadap produk industri rokok dalam Pergub nomor: 23 ini bisa dilanjutkan dengan
kebijakan tambahan atau meningkatkannya. Melihat adanya dampak dan bahaya dari iklan rokok
sebagaimana diuraikan di atas menjadikan perlunya upaya membatas secara signifikan lagi atau
nahkan melarang secara total keberadaan reklame rokok di ruang terbuka di wilayah Provinsi
DKI Jakarta. Pembatasan atau pelarangan total terhadap reklame ini menjadi sangat diperlukan
agar bisa menyelamatkan anak-anak, remaja dan kaum perempuan dari perubahan perilakunya
menjadi perokok aktif. Memulai untuk dibatasi atau dikendalikannya reklame rokok ini akan
menekan pertumbuhan angka perokok atau setidaknya menjaga agar anak-anak, remaja dan
kaum perempuan kota Jakarta tidak menjadi perokok aktif. Upaya pembatasan atau pelarangan
iklan rokok ini juga akan berdampak langsung agar mereka tidak menjadi korban dari asap
rokok orang lain.
Page 38
DINAS
TATA RUANG DINAS
P2B
SUDIN
DPP
SKRD
TLB-BR
SKRD
IMB-BBR
SKPD
TLB-BR
IMB-BBR
PENNING
PROSES IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME
DENGAN IZIN BERUPA IMB-BBR
WAJIB PAJAK /
PEMOHON BPKD
DINAS
PELAYANAN
PAJAK
Page 39
6. Jakarta Perlu Melarang Reklame Rokok
Berbagai penelitian ilmiah tentang dampak negatif rokok terhadap kesehatan yang dilakukan
oleh para ahli dalam lembaga yang berkompeten semakin memperjelas keseriusan ancaman
kesehatan bagi manusia dan lingkungannya akibat dari konsumsi rokok. Perokok di Indonesia
sejumlah 57 Juta orang dimana 200.000 orang meninggal dunia dikarenakan penyakit yang
memiliki hubungan dengan konsumsi rokok dan 97 juta orang terpaparkan oleh asap rokok.30
Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki resiko antara 50%-70% terhadap epidemik
global karena tembakau. Tidak ada keraguan dan perbedaan pendapat sedikitpun bahwa
konsumsi rokok dapat membahayakan kesehatan. Konsumsi rokok menyebabkan kerugian pada
hampir seluruh organ tubuh manusia perokok aktif, perokok pasif dan secara lebih luas pada
kesehatan lingkungan.
Prevalensi perokok dewasa di Indonesia menunjukkan bahwa 61,7% pria dan 5.2% wanita
(WHO, 2010). Pada sumber yang sama, perokok remaja berusia antara 13-15 tahun adalah 41.0
% pria dan 6.2% wanita, sementara pada tahun 2006 jumlah perokok remaja pria adalah 24.5 %.
Penelitian lain menemukan bahwa 81% para remaja ini terpaparkan asap rokok ditempat umum
dan 65% dirumah (Pardono, 2002). Realita rendahnya penerimaan uang dari rokok sangat
besarnya jumlah pengeluaran akibat dari rokok diungkapka juga oleh seorang ahli penyakit
30 Barber, Adioetomo, Ahsan, & Setynoaluri, 2008
Page 40
Paru-paru Dr Muherman Harun yang sejak tahun 1990 aktif mengkampanyekan gerakan
berhenti merokok dan bahaya rokok. Dr Muherman Harun mengatakan bahwa faktanya uang
rokok yang diterima negara Rp 30 Trilyun dan jauh lebih kecil dari pada seluruh biaya
pengobatan / perawatan orang sakit akibat penyakit berasal dari rokok sebesar Rp 167 Trilyun. 31
Mengenai bahaya merokok, Dr Muherman harun juga mengatakan bahwa Korban jiwa akibat
rokok di seluruh dunia sebanyak 5,4 juta setiap tahun. Angka mengerikan ini Sama dengan
seluruh jumlah korban jiwa dari 30 pesawat Jet Jumbo yang berpenumpang 500 orang yang
harus jatuh setiap hari selama setahun. Bencana kematian akibat rokok ini harus dapat
dikendalikan dengan upaya pengendalian jumlah perokok saewrta iklan-iklan yang membohongi
masyarakat. Pengendalian bencana ini dapat ditanggulangi pemerintah Indonesia dan khususnya
juga pemerintah daerah provinsi DKI Jakarta.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2KL) Kementerian
Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, biaya penanggulangan penyakit akibat
tembakau menghabiskan biaya 18,1 miliar Dollar AS di tahun 2005. Angka ini 5,1 kali lipat
lebih besar dari pendapatan negara dari cukai tembakau pada tahun yang sama.32 Diungkapkan
oleh Tjandra Yoga bahwa angka kematian akibat penyakit tidak menular pun meningkat. Dari
41,75 persen pada 1995 menjadi 59,7 persen di tahun 2007 dan sebanyak 35 persen di antaranya
disebabkan karena rokok. Tjandra juga mengaku prihatin melihat tingkat konsumsi masyarakat
Indonesia yang begitu tinggi untuk rokok. Berdasarkan Survei Ekonomi Nasional 2006,
31 Dr. Muherman Harun, TEMBAKAU: BENCANA GLOBAL WAHAI NIKOTIN !, Paper Bagi Pelatihan Lawyer Publik TC oleh Forum warga Jakarta (FAKTA), 13-
15 April 2011.
32 http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/28/21164623/Biaya.Pengobatan.Lebih.Besar.dari.Cukai, 29 April 2011
Page 41
penduduk miskin menghabiskan 12,6 persen penghasilannya untuk konsumsi rokok. Konsumsi
ini menduduki peringkat kedua setelah konsumsi padi-padian atau rokok bisa mengalahkan
konsumsi nutrisi bagi keluarga, terutama anak-anak. Diakui juga oleh Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2KL) Kementerian Kesehatan ini bahwa
aparan asap rokok ini bisa menimbulkan iritasi mata, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan,
pusing, dan mual. Dalam jangka panjang, asap rokok tersebut bisa mengakibatkan kanker paru-
paru, jantung, stroke, penyakit pernapasan, sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), infeksi
pernafasan atas, infeksi telinga, dan asma kronis untuk anak. Uang dihasilkan oleh atau kegiatan
yang berkaitan dengan bisnis perusahaan rokok menurut Dr Muherman Harun sebagai uang
darah.33 Pendapat dokter ahli paru ini di dasari oleh pengalamannya yang mendapatkan bahwa
rokok mengakibatkan kematian, kecanduan dan penderitaan luar biasa bagi kehidupan manusia.
Penderitaan kemanusiaan itu terlihat dengan dampak rokok yang menelan jutaan korban jiwa
akibat rokok akibat dari Kanker Paru, Serangan Jantung, Stroke dan penyakit paru menahun
lainnya.
Untuk memulai secara tegas larangan reklame di ruang terbuka di Jakarta bukanlah tanpa dasar
hukum atau pertimbangan hukum sama sekali. Jakarta sendiri sekarang ini setidaknya sudah
memilkiki dua aturan yang bertujuan membatasi atau hendak mempersulit rokok beriklan atau
memasang reklame di ruang terbuka di wilayah Jakarta. Kedua peraturan awal tersebut adalah
Perda no: 7 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Perda nomor: 2 Tahun 2004
33 Dr. Muherman Harun, TEMBAKAU: BENCANA GLOBAL WAHAI NIKOTIN !, Paper Bagi Pelatihan Lawyer Publik TC oleh Forum warga Jakarta (FAKTA), 13-
15 April 2011.
Page 42
tentang Pajak Reklame serta Peraturan Gubernur (Pergub) nomor: 23 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaran Reklame di Kawasan kendali ketat di Provinsi DKI Jakarta. Jika ingin
melanjutkan atau mengembangkan kebijakan larangan secara total reklame rokok di Jakarta ada
beberapa kebijakan atau aturan lainnya yang bisa digunakansewbagai dasar hukumnya. Dasar
hukum yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan larangan terhadap reklame (iklan) luar
ruang di Jakarta tersebut antara lain:
Undang-Undang (Indonesia Law) nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Indonesia Law no. 2, year 2002 on The Police Force
Indonesia Goverment Regulatian (PP). No:19, year 2003 on concerning Security Cigarettes
For Health.
Peraturan Daerah (Perda) Jakarta nomor: 2 Tahun: 2005 tentang Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara.
Peraturan Daerah (Perda) Jakarta Nomor: 7 Tahun: 2004 tentang Penyelenggaraan
Reklame.
Peraturan Gubernur (Pergub) Jakarta No. 75 Tahun: 2005 tentang Kawasan Dilarang
Merokok
Peraturan Gubernur (Pergub) Jakarta No. 88 Tahun: 2010 tentang Kawasan Dilarang
Merokok
Undang-undang (UU) nomor: 39 Tahun: 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-undang (UU) nom,or: 32 Tahun: 2002 tentang Penyiaran.
Undang-undang Nomor: 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Page 43
Undang-undang (UU) nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Upaya untuk melarang reklame rokok jelas akan
ditentang atau dilawan oleh para perusahaan rokok
terutama perusahaan rokok besar. Reklame rokok
lebih sering dilakukan oleh perusahaan rokok besara
karena mereka lebih memiliki uang. Penentangan
terhadap upaya pengaturan ini terutama dilakukan
perusahaan rokok karena dapat mengurangi jumlah
perokok anka atau remaja dan perempuan. Sikap
menentang atau melawan ini tentunya tidakm akan
ditunjukkan secara terbuka. Perusahaan rokok akan
menentang dengan berpura-pura mendukung upaya
melarang karena yakin di Indonesia atau di Jakarta
akan sulit berhasil melarang reklame rokok. Lihat saja di kota-kota yang telah memiliki aturan
tegas melarang iklan rokok maka perusahaan rokok Indonesia tidak terlihat memasang secara
gila-gilaan reklame rokok mereka seperti di Indonesia sendiri termasuk di Jakarta. Sikap standar
ganda (double standart) perusahaan rokok Indonesia ini juga terlihat dalam pemasangan
peringatan kesehatan pada iklan rokok. Produk yang sma dari perusahaan rokok Indonesia
mematuhi pemasangan sebesar 50% halaman pembungkus rokoknya yang dipasarkan di luar
negeri yang telah mengatur hal ini. Jika ditanya mengapa mereka mau tidak memasang reklame
Page 44
di Singapur maka jawaban mereka adalah mereka
patuh karena Singapura telah membuat peraturan yang
melarang reklame rokok. Perusahaan rokok di
Indonesia tersebut tetap genjar dan gila-gila memasang
reklame rokok di Indonesia karena Indonesia tidak
memiliki peraturan yang melarang reklame rokok.
Lihat saja sikap double standart perusahaan rokok
lainnya yang sangat jelas juga adalah dalam mengakui
bahaya rokok adalah produk berbahaya sebagaimana
mereka cantumkan dalam bungkus rokok tetapi mereka
berkampanye bahwa rokok adalah produk legal yang
tidak boleh dilarang untuk diiklankan atau dipromosikan. Bagaimana mungkin produk
berbahaya bisa diberikan kebebasan untuk mengiklankan atau mempromosikannya ke tengah-
tengah publik? Apalagi iklan atau reklame barang berbahaya seperti rokok tersebut ditujukan
untuk anak-anaka atau kaum perempuan. Bukankah sikap kita yang membiarkan iklan atau
promosi rokok berarti sudah membiarkan rokok terus menghancurkan bangsa ini? Anak-anak
dan kaum perempuan bangsa kita dibiarkan terus hidup tidak sehat dan tidak dilindungi hak
hidup sehatnya dari racun rokok dihirup secara langsung atau dari asap rokok yang diisap oleh
orang di sekitarnya.
Sikap ragu-ragu atau mendua dari pemerintah Indonesia terhadap reklame rokok atau iklan
rokok ini disebabkan oleh mitos yang dikembangkan perusahaan rokok bahwa iklan rokok
memberi uang banyak kepada kas pemerintah. Atau juga perusahaan rokok mengembangkan
Page 45
mitos lain bahwa pelarangan iklan rokok ini akan berdampak terhadap kehidupan atau akan
memiskinkan petani tembakau atau buruh pabrik rokok. Pelarangan rokok menurut mereka
adalah sikap menolak produksi rokok sehingga akan mematikan petani tembakau dan buruh
pabrik rokok. Kampanye mitos perlawanan perusahaan rokok ini cukup berhasil menekan
pemerintah Indonesia atau stidaknya bersikap ragu-ragu terhadap produk rokok termasuk soal
larangan iklan atau promosi rokok. Pada satu kesempatan kita akan mendapatkan bahwa
pemerintah Indonesia akan berani mengeluarkan larangan sponsor dan iklan rokok di berbagai
media massa dan elektronik di Indonesia. Peraturan ini menurut pemerintah perlu dilakukan
untuk melindungi anak-anak usia sekolah."Pemerintah secepatnya akan mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) mengenai pelarangan sponsorship dan promosi iklan di media cetak dan
elektronik," ujar Menkokesra Agung Laksono. Hal ini dikatakan dalam Rapat Kordinasi (Rakor)
Tembakau dan Susu Formula di Kementerian Kesejahteraan Rakyat, Jl Medan Merdeka Barat,
Jakarta Pusat, Kamis (17/2/2011).34
Menurut Agung, peraturan itu bertujuan untuk melindungi anak-
anak yang berada dalam usia sekolah dan juga termasuk
masyarakat ekonomi ke bawah. Rencananya, Kemenkokesra akan
segera mengajukan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) ini ke
Presiden. "Kita akan secepatnya mengajukan RPP ini ke
presiden," ucap polisi Partai Golkar ini. Sementara itu, Menteri
Kesehatan Sri Endang Rahayu mengatakan, pemerintah juga akan
34 Pemerintah Segera Keluarkan Larangan Sponsor dan Iklan Rokok di Media http://www.detiknews.com/read/2011/02/17/113836/1572729/10/pemerintah-segera-
keluarkan-larangan-sponsor-dan-iklan-rokok-di-media
Page 46
membatasi jumlah penjualan rokok dengan menargetkan penjualan rokok tidak kurang dari 20
batang per-bungkus. "Sehingga harga tidak bisa dijangkau oleh masyarakat ekonomi kecil dan
anak-anak sekolah karena sebagian besar yang mengkonsumsi rokok adalah masyarakat
ekonomi kecil," terang Endang. Endang menerangkan, pihaknya juga telah melakukan konsultasi
dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan tentang RPP Tembakau ini. "Kita
harapkan RPP bisa keluar dalam waktu dekat ini," harapnya.35 Tetapi hingga saat ini pemerintah
Indonesai belum juga menyelesaikan pembuatan Peraturan Pemerintah tersebut walau
pembahsan pembuatannya sudah lebih dari satu tahun. Menurut Agung Laksono dikatakan
bahwa pemerintah baru akan memberlakukan pelarangan iklan rokok secara bertahap.
''Pelarangan iklan, reklame, sponsorship secara bertahap dengan roadmap yang akan segera
disusun,'' tutur Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, usai rakor tingkat
menteri di Jakarta.36 Pelarangan secara bertahap itu dalam rangka menyelesaikan Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif. Hingga
saat ini pembahasan RPP masih tersandung masalah pelarangan total terhadap iklan rokok.
Agung Laksono juga menambahkan bahwa penyelesaian RPP harus mempertimbangkan aspek
kesehatan, anak, tenaga kerja dan juga pendapatan negara. Dalam RPP ini, cukai rokok setiap
tahunnya yang mencapai Rp 62 triliun akan berkurang, sehingga harus dicarikan alternatif
pendapaatan lain. Menurut Agung Laksono dikatakan bahwa pihak yang akan bersinggungan
35 Pemerintah Segera Keluarkan Larangan Sponsor dan Iklan Rokok di Media http://www.detiknews.com/read/2011/02/17/113836/1572729/10/pemerintah-segera-
keluarkan-larangan-sponsor-dan-iklan-rokok-di-media
36 Pemerintah Segera Keluarkan Larangan Sponsor dan Iklan Rokok di Media http://www.detiknews.com/read/2011/02/17/113836/1572729/10/pemerintah-segera-
keluarkan-larangan-sponsor-dan-iklan-rokok-di-media
Page 47
langsung dengan RPP diperkirakan mencapai 2 juta orang (petani dan pekerja pabrik) dan tidak
bersinggungan langsung sebanyak enam juta orang (pedagang rokok eceran), ini akan
dimasukkan ke dalam road map pembahasan RPP.” Dalam kesempatan lain, menteri Kesehatan
Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan bahwa 18 kementrian dan lembaga yang membahas
RPP ini sudah sepakat terhadap banyak hal, tinggal satu yang belum sepakat yaitu iklan rokok.
Melihat pengalaman awal pemda Jakarta yang sudah memulai pelarangan secara terbatas dan
memberi beban pajak tambahan pada reklame rokok maka Jakarta sudah mau, berani dan
mampu melakukan pelarangan. Sikap awal ini rupanya juga mendapatkan dukungan dari para
pejabat pelayanan pajak Jakarta. Kesadaran ini berkembang dikarenakan keberadaan ruang
rokok secara global juga sudah semakin dipersempit. Iklan rokok atau sponsorship rokok
memang di banyak kota di luar negeri sudah dilarang secara total. Pajak memiliki 2 fungsi,
yakni fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi mengatur (regular). Sebagai fungsi budgeter
tentunya rokok ini merupakan potensi, penyeimbang atau kontribusi terhadap pendapatan
daerah bagi Jakarta. Oleh karenanya dari sisi penerimaan pajak sudah barang tentu dengan
adanya beberapa wilayah di Jakarta yang dilarang penyelenggaraan ikmlan rokok ini akan
mengurangi pendapatan pajak. Tetapi dari sisi regulasi pelarangan reklame rokok sejalan dengan
kebijakan bahwa iklan rokok ini yang akan mempengaruhi terhadap masalah kesehatan bangsa
ke depan maka tentu perlu dibatasi.
Cara pembatasan melalui instrumen pajak dengan pajak yang lebih tinggi dari pada produk lain
oleh pemda Jakarta sebelum pelarangan total reklame rokok adalah sebuah langkah hukum lebih
maju ketimbang sikap pemerintah pusat. Penerapan pembatasan dan pemberatan ini sudah
Page 48
diterapkan berdasarkan ketentuan Perda Jakarta nomor: 2 tahun 2004 tentang Pajak Reklame dan
Perda Jakarta nomor: 7 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Reklame dikaitkan Peraturan
Gubernur (Pergub) nomor: 23 Tahun 2006 tentang Penyelenggaran Reklame di Kawasan
kendali Ketatdi Provinsi DKI Jakarta. Penerapan pembatasan kawasan reklame rokok dan
tambahan pajak bagi rokok sudah sangat maju dan antisipatif. Penambahan pajak rokok sebesar
25% dari pokok pajak yang berlaku secara umum terhadap rokok produk lainnya yang
mengandungalkohol. Dalam pembahasan revisi Perda Jakarta tentang Pajak Reklame saat ini
pun dalam rancangan perda barunya masih diberlakukan kebijakan penambahan pajak tersebut.
Berangkat dari komitmen awal pemda Jakarta membatasi reklame rokok melalui instrumen
pajak sudah juga masuk pada konsep regulasi untuk memulai melarang secara total reklame
rokok. Artinya pemdaJakarta saat ini sebetulnya terhadap iklan rokok itu sudah mengantisipasi
lebih awal dari kebijakan-kebijakan tentang pengendalian dampak bahaya rokok dan iklan rokok
yang sudah diterapkan saat ini.
Perihal pembatasan ini tentu akan mempengaruhi pendapatan pajak pemda Jakarta. Memang
pendapatan itu berkurang dan memang nyatanya pendapatan pajak Jakarta dari Reklame Rokok
sejak 2008 hingga 2010 terus menurun. Tetapi pemda Jakarta melalui Dinas Pelayanan Pajak
memperhitungkan bahwa penurunan pajak tersebut tidak berpengaruhi terhadap pendapatan
pajak Jakarta keseluruhan. Larangan reklame terhadap produk rokok intinya tidak akan
mematikan pendapatan pajak daerah Jakarta. Hal ini disebabkan reklame ruang terbuka masih
menjadi pilihan beriklan murah. Dalam penghitungan pemasangan reklame jauh lebih murah
dibandingkan memasang iklan di media elektronik atau media cetak.
Page 49
Reklame ruang terbuka masih menjadi pilihan sehingga apabila dilakukan larangan terhadap
produk rokok maka akan banyak produk lainnya menggantikan. Memang pada saat krisis
ekonomi melanda Indonesia tahun 1996 sampai tahun 2000, iklan rokok merajai reklame luar
ruang (billboard) di Jakarta. Tetapi saat ini produk yang menggunakan reklame untuk beriklan
sudah lebih merata jenisnya dan tidak hanya dikuasai oleh produk rokok.37 Sempat memang saat
krisis ekonomi Indonesia tersebut reklame rokok mengasai hingga 60% iklan luar ruang dan
menjadi andalan pendapatan pajak daerah. Sebab saat itu kondisi bisnis property, elektronik dan
perbankan sedang jatuh. Namun dengan pemulihan ekonomi sekarang ini, keadaan yang menjadi
lebih baik dan kebijakan pembatasan reklame rokok otomatis iklan rokok (billboard) luar ruang
juga berkurang. Berkurang iklan rokok di billboard ini tidak perlu menjadi ketakutan akan
berkurangnya potensi pendapatan pajak daerah Jakarta. Hasil pendapatan Pajak Daerah Jakarta
sendiri tahun 2008 hingga tahun 2010 sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1 menunjukkan
peningkatan. Potensi penggantinya sudah menunggu yakni pemasangan reklame untuk produksi
dan jasa lainnya misalkan produk telepon seluler, property, perbankan dan elektronik. Semua
produk alternatif selalin rokok ini sekarang sudah mengisi dan mengambil alih reklame billboard
yang ditinggalkan produk rokok.
37Wawancara dengan Kepala Dinas Pelayanan Pajak Pemprov DKI Jakarta, Bapak Iwan Setiawan, Maret 2011 dan wawancara dengan salah seorang pegawai dari sebuah Biro
Reklame di Jakarta pada April 2011
Page 50
Melihat potensi pendapatan pajak reklame non rokok
maka Jakarta tidak perlu takut pada ,mitos pendapatan
pajak iklan rokok yang digembar-gemborkan
perusahaan rokok. Masalahnya sekarang adalah yang
harus dilakukan memulai dean menyiapkan secara
baik pelarangan total reklame atau iklan luar ruang
produk rokok. Larangan tersebut tidak bisa dilakukan
hanya pada kawasan tertentu atau pendekatan
pelaranagn terbatas. Pengalaman menunjukkan bahwa
perusahaan rokok akan terus berupaya secara licik
untuk tetap bisa beriklan secara bebas. Kebijakan
larang ini memang mau harus dilakukan total di
seluruh wilayah Jakarta jika tidak maka reklame rokok akan akan bergeser dan mencari lokasi-
lokasi pemukiman, perkantoran, atau pasar-pasar yang cukup membahayakan pengaruhnya
terhadap anak-anak serta kaum perempuan. Bagi perusahaan rokok reklame itu tidak perlu besar
tetapi penting banyak dan bisa masuk hingga ke dekat publik. Jika pelarangan dilakukan hanya
terbatas maka rokok akan sangat cerdik menipu peraturan dan tetap beriklan pada lokasi-lokasi
pemukiman/perumahan atau bahkan dekat sekolah dan rumah sakit seperti sekarang di Jakarta.
Dasar pikir dan dasar hukum pelarangan total iklan rokok ini adalah dalam Undang-undang
Kesehatan Nasional nomor 36 Tahun 2010 dikatakan bahwa produk tembakau dalam hal ini
rokok adalah produk yang adiktif dan berbahaya. Suatu bahan yang adiktif itu tidak boleh
diiklankan dan ini bersesuaian dengan Undang-Undang Penyiaran dan Undang-undang Pers.
Page 51
Selain itu juga bahwa iklan atau reklame rokok selalu melakukan kebohongan publik dan ini
melanggar hak warga negara untuk mendapatkan informasi yang benar. Dalam iklannya selalu
mengatakan bahwa rokok akan mengahasilkan penampilan sehat dan indah pada perokoknya,
atau juga rokok akan membuat perokoknya tampil lebih macho. Padahal rokok adalah sebuah
produk bermasaqlah dan adiktif juga mematikan, bagaimana mungkin bisa membuat perokok
atau orang lain yang mengisap asap rokok menjadi lebih macho, langsing atau bertubuh indah?
Jadi untuk itu, kota Jakarta sudah selayaknya memiliki aturan dan melarang semua bentuk iklan
atau reklame luar ruang di seluruh wilayahnya.
7. Pengalaman Kota yang telah Melarang Total Reklame Rokok
Semua negara di Asia, kecuali Indonesia telah meratifikasi perjanjian internasional pengendalian
tembakau yakni Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC). Semua negara itu
kecuali Indonesia juga telah melaksanakan konvensi tgersebut termasuk melarang semua bentuk
iklan rokok, sponsorship dan promosi (FCTC Pasal 13). Article 13 Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC/Konvensi Kerangka Kerja WHO untuk Pengendalian Tembakau) tahun
2003 mengatur secara tegas pelarangan total iklan, promosi dan sponsorship produk tembakau
(rokok). Bunyi dalam artikel 13 ayat 1 itu adalah negara anggota menyadari bahwa pelarangan
iklan, promosi dan sponsorship akan mengurangi konsumsi tembakau. Ayat 2 artikel 13 ini
berbunyi bahwa dalam hal ini termasuk lingkungan hukum dan perangkat teknis yang berlaku
Page 52
bagi negara anggota terkait, pelarangan bersifat komprehensif terhadap iklan, promosi dan
sponsorship yang berasal dari wilayah asal ke wilayah lain.
Sebagian besar negara ASEAN ini juga telah membuat undang-undang nasional dalam rangka
menegakkan larangan iklan rokok yakni Brunei, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand
dan Vietnam. Sementara yang lainnya seperti Kamboja sedang dalam proses penyelesaian
perundang-undangan nasionalnya. Hampir semua kota modal dan besar di wilayah ASEAN telah
melarang iklan rokok termasuk Bandar Seri Begawan, Bangkok, Hanoi, Kuala Lumpur, Manila,
Singapura dan Vientiane. Larangan iklan ada di semua bentuk seperti spanduk, poster, payung,
hiburan spanduk, disponsori dan acara olahraga. Walaupun Indonesia bukan Pihak pada FCTC
namun, penting bagi Indonesia untuk menyadari tren internasional yang diikuti oleh tetangga
terdekatnya, di Asia dan dunia. Untuk dapat FCTC keluhan, setiap negara akan melakukan
larangan komprehensif dari semua promosi tembakau iklan, dan sponsorship.
Di antara persyaratan minimum adalah:
(A) melarang semua bentuk reklame produk tembakau (rokok), promosi iklan dan sponsor
yang mempromosikan produk tembakau dengan cara apapun yang palsu, menyesatkan
atau menipu atau mungkin untuk menciptakan kesan yang salah tentang karakteristik,
efek kesehatan, bahaya atau emisi;
(B) membatasi penggunaan insentif langsung atau tidak langsung yang mendorong
pembelian produk tembakau oleh publik;
Page 53
(C) melakukan larangan komprehensif terhadap iklan rokok, promosi dan sponsor di radio,
televisi, media cetak dan, jika perlu, media lain, seperti internet, dalam jangka waktu
lima tahun;
(D) melarang sponsor tembakau peristiwa internasional, kegiatan dan / atau peserta di
dalamnya.
Jakarta adalah kota dengan pertumbuhan tercepat di kawasan ASEAN38 dan sudah berkeingan
untuk mulai mengikuti standar internasional. Saat ini kota Jakarta belum mengikuti salah satu
kota ASEAN lainnya yang sudah total melarang iklan atau reklame rokok di luar ruangan.
Tingkat iklan rokok outdoor di Jakarta pada tingkat rekor dan tidak sesuai dengan tempat lain di
wilayah ASEAN atau di dunia dalam hal ini. Tidak ada tempat lain di dunia adalah polisi beats
diperbolehkan untuk mengiklankan rokok atau di halte bus yang anak-anak juga menggunakan.
38 The world’s fastest growing cities and urban areas from 2006 to 2020, http://www.citymayors.com/statistics/urban_growth1.html
Page 54
Table 2: Status of Tobacco Advertising Ban in ASEAN Capital Cities
Capital City City Population Density per sqKm39
Outdoor tobacco advertising
and sponsorship
World Ranking40
Liveable City41
Singapore 4,000,000 8,350 Comprehensive ban: All forms
of advertising are banned
including outdoor tobacco
advertising. Point of Sale
advertising is banned
34
Kuala Lumpur 4,400,000 2,750 Comprehensive ban: All forms
of advertising are banned
including outdoor tobacco
advertising. Point of Sale
advertising is banned
75
Bangkok 6,500,000 6,450 Comprehensive ban: All forms
of advertising are banned
including outdoor tobacco
advertising and at Point of
Sale. Pack display at retail
outlets is banned.
109
Manila 14,750,000 10,550 Outdoor tobacco billboards
are banned. Point of Sale
advertising is allowed
123
39 Quality of Living worldwide city rankings 2010 – Mercer survey, http://www.mercer.com/press-releases/quality-of-living-report-2010#City_Ranking_Tables
40 Quality of Living worldwide city rankings 2010 – Mercer survey, http://www.mercer.com/press-releases/quality-of-living-report-2010#City_Ranking_Tables
41 World’s to[ 100 liveable cities http://www.businessweek.com/interactive_reports/livable_cities_worldwide.html
Page 55
Capital City City Population Density per sqKm42
Outdoor tobacco advertising
and sponsorship
World Ranking
Liveable City
Jakarta 14,250,000 10,500 No ban on tobacco advertising 142
Hanoi 6,450,000 1,92643
Outdoor tobacco advertising
on billboards is banned. Point
of Sale advertising still
allowed. Vietnam is reviewing
national tobacco control
legislation to make it FCTC
compliant
157
Vientiane 700,000 17844
All outdoor tobacco
advertising is banned. Point of
Sale advertising is banned
169
Bandar Seri
Begawan
140,000 272 Comprehensive ban: All forms
of advertising are banned
including outdoor tobacco
advertising and Point of Sale
advertising
NA
Thailand sudah memiliki peraturan atau Undang-undang Pengendalian Produk Tembakau sejak
tahun 1992. Dalam Undang0undangnya itu diatur juga bahwa Thailand melarang secara total
iklan atau promosi produk tembakau (rokok) dan penjualan rokok kepada remaja di bawah usia
42 Quality of Living worldwide city rankings 2010 – Mercer survey, http://www.mercer.com/press-releases/quality-of-living-report-2010#City_Ranking_Tables 43
http://www.presscenter.org.vn/en/content/view/1210/89/
44 Lao Department of Statistics, Population Distribution and Migration http://www.nsc.gov.la/Products/Populationcensus2005/PopulationCensus2005_chapter2.htm
Page 56
18 tahun. Jika kita berjalan di bangkok, ibu kota Thailand maka kita akan sulit mendapatkan
pemandangan iklan rokok atau promosi penjualan rokok. Ruang publik di kota-kota di Thailand
berusaha membangun menjadi kota sehat dan melarang secara total reklame rokok. kepadatan
tinggi yang penting dan harus digunakan secara bijak untuk kepentingan publik. Billboard rokok
dan poster mempromosikan produk berbahaya dan karenanya tidak punya tempat di kota-kota
berjuang untuk memenuhi status kota sehat. Amerika Serikat, seperti Indonesia, belum
meratifikasi FCTC, tetapi perusahaan-perusahaan tembakau di sana tidak diperbolehkan untuk
mengiklankan outdoor. Pada tahun 1971 ketika Kesehatan Masyarakat Rokok bebas UU dilarang
iklan rokok di televisi dan radio di Amerika Serikat, tembakau iklan outdoor di papan reklame
meningkat dan merupakan tempat utama dari iklan. Namun setelah tembakau Master
Penyelesaian pada tahun 1999, tembakau iklan di papan reklame tidak lagi diperbolehkan dan
bukan anti-merokok pesan berisi beberapa orang billboard.
Salah satu kota di Indonesia yang sudah bebas asap rokok dan iklan rokok adalah Palembang
Sumatera Selatan. Melalui Peraturan daerah (Perda) Kota Palembang diatur bahwa kota bebas
asap rokok dan iklan rokok. Kota lain di Indonesia yang sudah mencoba membatasi iklan rokok
adalah kota Padang panjang Sumatera Barat dan Bogor Jawa Barat. Namun sayangnya kebijakan
tersebut hanyalah kebijakan pribadi atau secara lisan saja tanpa ada aturan dikeluarkan untuk
melarang reklame iklan di kota Bogor Jawa Barat dan Padang Panjang Sumatera Barat. Kedua
walikota dari kota tersebut hanya menyatakan bahwa di kotanya tidak boleh dipasang reklame
atau iklan rokok. Contohnya adalah kebijakan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kawasan Tanpa
Rokok Kota Bogor dimana pasal 16 mengatur bahwa orang dan/atau badan yang menjual rokok
di Kawasan Tanpa Rokok dilarang memperlihatkan secara jelas jenis dan produk rokok tetapi
Page 57
dapat di tunjukkan dengan tanda tulisan ”disini tersedia rokok”. Cara yang dilakukan oleh kedua
walikota itu mendekati dan mengaskan pada biro reklame di mkotanya untuk tidak menerima
pemasangan promosi atau reklame rokok. Walau pun demikian pemndekatan kebijakan secara
personal ini cukup berhasil dan membebaskan kota mereka dari bahaya peningkatan penggunaan
rokok sebagai dampak dari iklan rokok di ruang terbuka kotanya.
Jakarta sendiri sebagai ibu kota negara Republik Indonesia sebagaimana diungkapkan di bagian
terdahulu telah melakukan upaya awal pembatasan reklame rokok dengan kebijakan kawasan
kendali ketat tanpa reklame rokok dan penambahan besaran pajak 25% pada reklame rokok.
Indonesia yang pada 11-25 November 2011 akan menjadi tuan rumah SEA Games ke 26 telah
menyatakan kota penyelenggara pertandingan di Jakarta dan Palembang telah dinyatakan harus
bebas rokok. Selama ini panitia penyelenggara Sea Games menyatakan bahwa kota
penyelenggara harus bebas asap rokok dan panitia lokalnya harus tidak boleh mengizinkan
perusahaan rokok menjadi sponsor Sea Games. Kebijakan penyelenggara ini sudah dijalankan
sebelaumnya seperti Laos PDR (2009), Thailand (2007) dan Filipina (2005) semuanya telah
bebas asap rokok serta bebs dari keterlibatan sponsor rokok. Berdasarkan kebijakan Sea Games
ini Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Indonesia, Andi Alifian Mallarangeng telah
menyatakan bahwa SEA Games di Indonesia akan akan bebas rokok. Seperti Jakarta, sebagai
salah satu tuan rumah Sea Games akan di dorong untuk melarang iklan luar ruang selama Sea
Games berlangsung dan tidak disponsori oleh [perusahaan rokok serta semua tempat
penyelenggaran pertandingan harus bebas asap rokok. Kebijakan ini diambil karena selama Sea
Games akan banyak wisatawan luar negeri ke Jakarta dan mereka harus dijamin bebas dari asap
rokok dan iklan rokok. Sikap ini menunjukkan bahwa kota Jakarta akan berada di bawah standar
Page 58
internasional dan diawasi oleh media internasional. Sementara itu kota Palembang Sumatera
Selatan sudah bebas asap rokok dan bebas dari iklan rokok di luar ruangan, ini membuat mereka
siap untuk menjadi tuan rumah Sea Games.
8.Rekomendasi Kebijakan Melarang Reklame Rokok di Jakarta
Berdasarkan uraian dan analisis dapat disimpulkan bahwa iklan atau reklame rokok perlu diatur
untuk dilarang secara total di ruang terbuka di seluruh wilayah kota Jakarta. Kebijakan melarang
secara total ini didasari oleh berbagai pengalaman dan hasil studi bahwa jika reklame atau iklan
rokok masih diperbolehkan maka:
1. Konsumsi rokok akan terus meningkat
2. Usia perokok dini atau di bawah umum dan perokok perempuan lebih banyak lagi di
Indonesia atau di Jakarta
3. Usia awal merokok akan lebih muda lagi Indonesia
4. Perusahaan rokok akan terus melakukan praktek standar ganda di Indonesia
5. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa pesakitan dan tercemar asap rokok
Dampak atas tidak dilarangnya reklame rokok tersebut di atas juga akan menjadi masalah besar
bagi kota Jakarta jika tidak segera melarang reklame media luar ruang rokok. Maka dalam
aturan atau kebijakan larangan reklame media luar ruang terhadap rokok itu harus dijelaskan
secara tegas bahwa setiap produk tembakau (rokok) sebagai zat adiktif harus dilarang untuk
diiklankan dan dipromosikan. Pelarangan tersebut diberlakukan secara total di seluruh media
luar ruang (ruang terbuka) sebagai upaya menjauhkan dari jangkauan pengetahuan anak-anak di
Page 59
bawah umum dan klaum perempuan. Perlu juga ditegaskan dalam pelarangan reklame rokok itu
yang dimaksud dengan “media luar ruang” dalam ketentuan itu nantinya adalah segala benda
yang diletakkan di luar ruang yang tidak digunakan sebagai alat penunjang aktivitas proses
produksi dan peredaran produk tembakau atau rokok. Reklame media luar ruang tersebut antara
lain papan reklame, billboard, baliho, poster, stiker, megatron, stiker, spanduk, umbul-umbul,
neon box, lampu hias, papan nama, kaos, balon udara, gerobak, rumah, kantin, tokok atau kios,
gardu, tempat ojek, tenda, bus, mobil, motor, halte, sarung ban, korek api, asbak.
Terdapat bebarapa strategi atau langkah kebijakan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
Jakarta yang bebas dari reklame media luar ruang rokok atau industri rokok. Strategi ini tentunya
dilakukan berdasarkan kebijakan pembatasan atau pengendalian terhadap reklame rokok yang
sebelumnya sudah dilakukan oleh pemda Jakarta yakni Larangan Reklame di Kawasan Kendali
Ketat dan Tambahn Pajak sebesar 25% dari Pajak Pokok Reklame Rokok. Kebijakan larangan
ini dapat dilakukan dalam bentuk Peraturan Gubernur (Pergub) dan Peraturan Daerah (Perda)
DKI Jakarta. Langkah awalnya adalah dapat melakukan perluasan terhadap kawasan kendali
ketat yang semula baru di kawasan jalan Sudirman, Thamrin, Gatot Subroto dan Rasuna Said.
Perluasan dapat dilakukan secara bertahap dengan memulai kebijakan tambahan kawasan bebas
reklame media luar ruang rokok dan industri rokok di dalam radius 1 kilometer dari setiap 7
Kawasan Dilarang Merokok (Peraturan Gubernur (Pergub) nomor: 88 Tahun 2010 Tentang
Kawasan Dilarang Merokok). Bersamaan dengan itu juga dilakukan tambahan beban pajak bagi
reklame rokok hingga mencapai 100% dari pajak pajak pokoknya. Belajar dari pengalaman
sebelumnya dimana masih ada kelemahan penegakan hukum atas kendali reklame rokok ini
Page 60
33%
5%
39%
24%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Mendukung
Menentang
Kuat Lumayan
maka perlu dibuat sebuah sistem kontrol partisipatif dalam penegakan serta pembuatan
kebijakan larangan total reklame rokok. Langkah-langkah ini terus dilakukan secara bertahap
dan berproses hingga Jakarta membuat dan memiliki kebijakan yang melarang secara total
reklame rokok atau industri rokok.
Adanya larangan reklame rokok akan sangat mendukung dan didukung oleh banyak publik
karena kebijakan ini akan melakukan perlindungan anak-anak dari bahaya merokok dan iklan
rokok. Secara khusus juga Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan Riset
Opini Publik tentang Pengendalian Tembakau di Indonesia. Riset itu dilakukan terhadap 1.200
orang dewasa di perkotaan di Indonesia antara tanggal 20 Oktober dan 10 November 2010.
Hasil riset menunjukkan bahwa mayoritas orang Indonesia, sebanyak 33% mendukung kuat dan
39% mendukung lumayan larangan iklan produk tembakau (rokok)
Page 61
Riset tersebut juga mendapatkan bahwa sebanyak 58% perokok mendukung dilakukannya
larangan iklan tembakau (rokok) dan 42 % yang menetang larangan tersebut.
Sementara itu secara khusus responden riset yang berasal dari kota Jakarta sebanyak 73%
mengungkapkan mendukung larangan iklan rokok atau produk tembakau.
58%
42%
0%
20%
40%
60%
80%
PerokokMendukung Menentang
71% 73%67%
62%
80%77% 75%
72%67%
29% 27%33%
38%
20%23% 25%
28%33%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Semua Jakarta Surabaya Bandung Medan Semarang Palembang Makasar Banjarmasin
Mendukung Menentang
Page 62
Melihat hasil riset ini maka tidak perlu ada ketakutan karena
mayoritas setidaknya ada 73% warga Jakarta yang
mendukung larangan iklan rokok dilakukan di wilayah kota
Jakarta. Dukungan ini tentunya sangat didasari oleh
kesadaran bahwa Iklan, promosi dan sponsor tembakau akan
mendorong orang yang melihat atau mendengarnya,
terutama anak-anak atau remaja untuk menggunakan
tembakau atau menjadi perokok. Larangan yang
menyeluruh terhadap iklan rokok atau produk tembakau
akan melindungi hak atas kesehatan dengan melindungi
orang perorangan, terutama anak-anak, dari pemasaran atau informasi menyesatkan dan bohong
yang menggambarkan produk tembakau atau rokok sebagai produk yang tidak berbahaya dan
diidam-idamkan. Iklan, promosi dan sponsor rokok atau produk tembakau memiliki tujuan
utama lainnya yakni menargetkan rakyat miskin dengan menggunakan hadiah, undian dan
diskon yang mendorong rakyat miskin menggunakan penghasilannya yang kecil untuk membeli
produk tembakau. Akhirnya memang marilah kita wujudkan adanya larangan total terhadap
iklan atau reklame luar ruang di seluruh kota Jakarta agar kota ini sehat dan memberikan hak
hidup sehat serta hak atas udara sehat bagi warganya.
Jakarta, 3 Mei 2011
Azas Tigor Nainggolan