makalah petrokimia

51
UNIVERSITAS INDONESIA PROSES PETROKIMIA Industri PVC GROUP C GROUP PERSONNEL: ABI SATRIO PRAMONO 1206261296 FARANDY HARIS 1206261251 REYNALDI RACHMAT 1206263300 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, MEI 2015

Upload: farandyharis

Post on 17-Sep-2015

546 views

Category:

Documents


72 download

DESCRIPTION

Petrokimia

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    PROSES PETROKIMIA

    Industri PVC

    GROUP C

    GROUP PERSONNEL:

    ABI SATRIO PRAMONO 1206261296

    FARANDY HARIS 1206261251

    REYNALDI RACHMAT 1206263300

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK, MEI 2015

  • I

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

    rahmatNya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul PVC untuk memenuhi tugas mata

    kuliah Proses Petrokimia.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Yuliusman selaku dosen mata kuliah

    Proses Petrokimia, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah

    ini dapat menambah pemahaman dan wawasan kita dalam proses petrokimia, terutama

    mengenai PVC sebagai produk antara yang pemanfaatan komponen turunan yang sangat luas

    dalam kehidupan sehari-hari.

    Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan

    saran yang bersifat membangun sehingga kesalahan yang masih terdapat pada makalah ini

    dapat diperbaiki pada pembuatan makalah berikutnya.

    Depok, Mei 2015

    Penyusun

  • II

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR.I

    DAFTAR ISI..II

    DAFTAR TABEL....................................................................................................................IV

    DAFTAR GAMBAR.V

    BAB I : PENDAHULUAN.1

    1.1 Latar Belakang..1

    1.2 Sejarah PVC..1

    BAB II : KEBUTUHAN PVC DI INDONESIA DAN DUNIA..3

    2.1 Kebutuhan Nasional..3

    2.2 Kapasitas Produksi dan Konsumsi Dunia..3

    2.3 Industri PVC di Indonesia.4

    BAB III : SIFAT-SIFAT PVC6

    3.1 PVC..6

    3.2 Sifat-Sifat PVC.7

    3.3 Modifikasi Sifat-Sifat PVC.17

    BAB IV : MANFAAT DAN APLIKASI PVC.19

    4.1 Pipa PVC.19

    4.2 PVC pada Pakaian...20

    4.3 PVC pada Alat Medis..20

    4.4 PVC pada Kabel Listrik..21

    BAB V : BAHAN BAKU DAN PROSES22

    5.1 Bahan Baku.22

    5.2 Katalis.23

    5.3 Langkah Pembentukan PVC...24

    5.4. Reaksi yang Terkait dalam Pembuatan PVC..27

    5.5 Kelarutan PVC dalam Monomer.29

  • III

    5.6 Kinetika Polimerisasi..29

    BAB VI : ADITIF PVC32

    6.1 Plasticiser32

    6.2 Stabilizer.35

    BAB VII : DAMPAK PVC TERHADAP LINGKUNGAN, KESEHATAN, DAN

    PENGOLAHAN LIMBAH PVC..37

    7.1 Dampak PVC Terhadap Lingkungan dan Kesehatan..37

    7.2 Pengolahan Limbah PVC39

    DAFTAR PUSTAKA.......44

  • IV

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1. Sifat-sifat PVC..6

    Tabel 3.2. Ketahan Kimia dari Berbagai Macam Plastik..12

    Tabel 3.3. Haze Value dan Gloss Value dari Berbagai Film.13

    Tabel 3.4. Indeks Oksigen dari Berbagai Plastik..15

    Tabel 3.5. Panas yang Dilepas oleh Berbagai Plastik...15

    Tabel 3.6. Specific Gravity Berbagai Plastik16

    Tabel 3.7. Temperatur Distorsi Panas dari Berbagai Plastik17

    Tabel 6.1. Aditif dan Sifat yang Diperoleh...32

    Tabel 6.2. Karakteristik dan Aplikasi Berbagai Jenis Plasticiser..........34

  • V

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Kapasitas Produksi PVC pada 2009..4

    Gambar 2.2. Konsumsi PVC Dunia pada 2012..4

    Gambar 3.1. Bentuk Molekul PVC6

    Gambar 3.2. Tensile Strength Berbagai Macam Plastik8

    Gambar 3.3. Modulus Young Berbagai Macam Plastik8

    Gambar 3.4. Bending Strength Berbagai Macam Plastik...9

    Gambar 3.5. Compressive Strength Berbagai Macam Plastik...9

    Gambar 3.6. Fatigue Strength Berbagai Macam Plastik..10

    Gambar 3.7. Impact Strength Berbagai Macam Plastik...10

    Gambar 3.8. Creep Properties Berbagai Macam Plastik11

    Gambar 3.9. Efek dari Plasticiser12

    Gambar 3.10. Ignition Temperature dari Berbagai Macam Bahan..14

    Gambar 3.11. Madifikasi Sifat-Sifat PVC...17

    Gambar 3.12. Efek Penambahan Impact Modifier...18

    Gambar 4.1. Aplikasi PVC di Dunia Tahun 201219

    Gambar 4.2. Pipa PVC19

    Gambar 4.3. Jas Hujan dari PVC.20

    Gambar 4.4. Selang infus dari PVC21

    Gambar 4.5. PVC pada Kabel Listrik..21

    Gambar 5.1 Skema produksi PVC...22

    Gambar 5.2. Proses Cracking dari Etana menjadi Etilen.24

    Gambar 5.3. Skema Polimerisasi PVC28

    Gambar 5.4. Laju reaksi panas vs konversi.30

    Gambar 5.5. Inisiasi30

    Gambar 5.6. Propagasi31

  • VI

    Gambar 5.7. Terminasi31

    Gambar 5.8. Monomer Vinil Klorida dan PVC...31

    Gambar 6.1. Molekul PVC, Molekul Plasticiser, dan Rumus Molekul DEHP33

    Gambar 6.2. Mekanisme Perkembangan Warna pada PVC35

    Gambar 7.1. Logo Daur Ulang PVC37

    Gambar 7.2. MSDS PVC.38

    Gambar 7.3. Faktor yang Mempengaruhi Daur Ulang PVC40

    Gambar 7.4. Skema daur ulang PVC...41

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Plastik juga disebut dengan resin sintetik dan secara luas diklasifikasikan menjadi dua

    kategori, yaitu thermosetting resins dan thermoplastic resins. Thermosetting resins diantaranya

    adalah resin fenolik dan resin melamin, yang secara termal dikeraskan dan tidak akan menjadi

    kembali menjadi lembek. PVC (Polyvinyl Chloride), polietilena (PE), polistirena (PS), dan

    polipropilena (PP) merupakan thermoplastic resin yang dapat dibuat kembali menjadi lembek

    dengan menggunakan pemanasan. Bahan-bahan thermoplastic merupakan bahan yang dapat

    dicairkan berulang kali dan dapat dipanaskan sampai temperatur tertentu dan akan mengeras

    kembali saat suhunya menjadi dingin.

    Biasanya, termoplastik disediakan dalam bentuk material pelletised (senyawa) dengan

    aditiv (antioksidan, dll) yang telah dicampur di dalamnya. Walaupun demikian, resin PVC

    seringkali disediakan dalam bentuk bubuk (powder) dan penyimpanan jangka panjang dapat

    dilakukan karena material tahan terhadap oksidasi dan degradasi. Berbagai macam aditiv dan

    pewarna (pigment)) ditambahkan ke PVC selama tahap pemrosesan, dan campuran lalu diubah

    menjadi produk-produk PVC.

    PVC terkadang dikenal dengan nama Vinil di Eropa dan terutama di Amerika Utara.

    Di Eropa, Vinil biasanya mengarah pada aplikasi fleksibel spesifik tertentu, seperti flooring

    (bahan untuk lantai), lembaran dekoratif, dan kulit buatan/ palsu.

    1.2 Sejarah PVC

    Polivinil klorida secara tidak sengaja ditemukan pada setidaknya dua kejadian pada

    akhir abad ke-19. Yang pertama pada tahun 1835 oleh Henri Victor Regnault dan pada tahun

    1872 oleh Eugen Baumann. Pada dua penemuan tersebut, polimer hadir sebagai padatan putih

    di dalam botol vinil klorida yang tersinari matahari. Pada awal abad ke-20, ahli kimia Rusia

    Ivan Ostromislensky dan Fritz Klatte dari perusahaan kimia Jerman Griesheim-Elektron

    berusaha menggunakan PVC (Polyvinyl Chloride) sebagai produk komersial. Tetapi usaha

    mereka tidak berhasil karena kesulitan dalam memproses PVC menjadi kaku dan terkadang

    muncul polimer yang rapuh

  • 2

    Pada tahun 1926, ahli karet Waldo Semon dan perusahaan B. F. Goodrich berusaha

    mengembangkan karet sintetis untuk menggantikan naiknya penggunaan karet alami yang

    semakin mahal. Percobaan tersebut malah mengembangkan suatu metode plasticize PVC

    dengan cara mencampurnya dengan berbagai macam aditiv. Hasilnya adalah bahan yang lebih

    lentur (fleksibel) dan lebih mudah diproses sehingga dalam waktu singkat digunakan secara

    luas untuk kepentingan komersial. Walaupun pengembang produk PVC mulai

    menggunakannya dalam berbagai cara misalnya pada hak sepatu, bola golf, dan jas hujan

    penggunaan PVC meningkat pesat selama Perang Dunia II. PVC menjadi pengganti yang amat

    baik untuk insulasi karet pada kabel dan digunakan secara luas pada kapal militer AS. Pada

    tahun 1913, PVC menjadi produk sintetis pertama yang dipatenkan.

  • 3

    BAB II

    KEBUTUHAN PVC DI INDONESIA DAN DUNIA

    2.1 Kebutuhan Nasional

    Selama lebih dari 10 tahun terakhir Industri PVC resin di Indonesia praktis tidak banyak

    berkembang yakni masih tetap 5 produsen. Hal ini tercermin dari jumlah perusahaan penghasil

    PVC resin belum berubah sejak pendirian Satomo Indovyl Polimers (SIP) dan Siam Maspion

    Polymer (SMP) pada tahun 1995.

    Tingkat konsumsi plastik PVC di Indonesia pertahun saat ini adalah 1,45 kg per kapita

    (data tahun 2007), hanya sedikit lebih tinggi dibanding negara-negara miskin di Afrika. Angka

    ini masih 4 kali lebih rendah dari Thailand (5,97 kg per kapita) dan 7 kali lebih rendah

    dibandingkan Malaysia (10,4 kg per kapita) (data tahun 2004). Dan tingkat konsumsi plastik

    PVC tertinggi adalah di Eropa Barat (14,1 kg per kapita) dan Amerika Serikat (15,5 kg per

    kapita) (data tahun 2004). Sementara tingkat konsumsi plastik jenis lain di negara-negara

    tersebut kurang lebih proporsional dengan tingkat konsumsi PVC tersebut. Pada saat ini, bea

    bahan baku plastic PVC adalah sebesar 25%.

    Kelima produsen PVC resin di Indonesia tersebut memiliki total kapasitas produksi

    pada tahun 2006 sebesar 588.000 ton per tahun. Kapasitas ini lebih rendah dari tahun 2004

    yang mencapai 592.000 ton per tahun. Penurunan kapasitas terjadi pada Eastern Polymer dari

    50.000 ton per tahun menjadi 36.000 ton per tahun. Sementara peningkatan terjadi pada

    Sulfindo Adi Usaha dari 70.000 menjadi 80.000 ton per tahun.

    Upaya peningkatan kapasitas terbentur oleh masalah tidak terjaminnya pasokan bahan

    baku yang terjadi karena tingkat integrasi industri ini yang rendah. Seperti diketahui di

    Indonesia hanya ada satu produsen ehtylena yakni Chandra Asri yang kapasitasnya sudah

    penuh.

    Padahal, ethylena adalah salah satu bahan baku pembuatan PVC resin. Selain itu

    investasi di industri ini juga sangat tinggi karena industri ini padat teknologi. Dengan kondisi

    ini maka peningkatan kapasitas terkendala.

    2.2 Kapasitas Produksi dan Konsumsi Dunia

    Kapasitas produksi pada tahun 2009 adalah 45 juta ton per tahun Kenaikannya adalah

    11 juta ton dari tahun 2004. Kenaikan setiap tahun rata-rata 5.9%. Untuk konsumsi dunia, total

  • 4

    konsumsi PVC pada tahun 2012 mencapai 37,400 kiloton dengan konsumen terbesar dari cina

    sebanyak 38%.

    Gambar 2.1. Kapasitas Produksi PVC pada 2009

    Gambar 2.2. Konsumsi PVC Dunia pada 2012

    2.3 Industri PVC di Indonesia

    Eastern Polymer

    Perkembangan industri PVC resin di Indonesia dimulai pada tahun 1976 ketika

    produsen pertama yakni Eastern Polymer (EP) yang didirikan di Cilincing Jakarta. EP

    merupakan perusahaan gabungan PT Anugrah Daya Laksana Indonesia (50%) and

    Mitsubishi Corporation and Tokuyama Co. Ltd. of Japan (50%). Pada tahun 1995 seluruh

    saham Tokuyama diambil alih oleh Mitsubishi.

    Kapasitas produksi EP sesuai izin dari Departemen Perindustrian adalah 50.000 ton

    per tahun, akan tetapi kapasitas produksi aktual EP saat ini adalah 36.000 ton per tahun

    yang dengan efisiensi mampu memproduksi hingga 42.000 ton per tahun.

  • 5

    Standard Toyo Polymer

    Kapasitas produksi PVC bertambah setahun kemudian ketika Standard Toyo

    Polymer (Statomer) didirikan pada tahun 1977. Dimiliki oleh Toyo Soda Manufacturing

    Co. Ltd. (30%) and Mitsui & Co. of Japan (20%), PT Sempurna Catur Guna (40%) dan PT

    Blue Standard Polymer (10%). Kapasitas produksi Statomer adalah 87.000 ton per tahun.

    Plant milik Statomer berlokasi di Cilegon, Banten.

    Asahimas Chemical

    Setelah lebih dari 10 tahun kapasitas produksi PVC resin di Indonesia kembali

    meningkat dengan kehadiran Asahimas Chemical (ASC) pada tahun 1989 yang merupakan

    produsen terbesar PVC resin di Indonesia hingga saat ini. Kapasitas produksi ASC sebesar

    285.000 ton per tahun. Di atas lahan seluas 90 hektar di Cilegon, Banten. Kapasitas

    produksi VCM yang dimiliki ASC adalah 400.000 ton per tahun sedangkan EDC adalah

    29.900 ton per tahun. Pemegang saham ASC adalah Asahi Glass Company dan Mitsubishi

    Corp, Jepang..

    Sulvindo Adi Usaha

    Pada tahun 1995 terdapat dua pemain baru yakni Satomo Indovyl Polimers (SIP)

    dan Siam Maspion Polymer (SMP) masing-masing dengan kapasitas 70.000 ton dan

    100.000 ton. SIP mendapatkan izin dari BKPM pada tahun 1995 sebagai perusahaan

    gabungan antara konglomerat Salim (50%), Tosoh Corp. (25%), dan Sumitomo Corp

    (25%).

    SIP ini merupakan perluasan usaha Kelompok Salim pada bisnis petrokimia. Bisnis

    pertama Salim pada petrokimia adalah PT. Indochlor (1977) yang pada tahun 1995 diganti

    namanya menjadi PT. Sulfindo Adi Usaha (SAU). Perusahaan ini memproduksi chlorine

    dan caustic soda. Salim memiliki saham sebesar 95 persen pada perusahaan ini. Perluasan

    usaha Salim yang lainnya adalah PT. Satomo Indovyl Monomer (SIM) yang didirikan pada

    tahun 1995 memproduksi Ethylene Dichloride (EDC) dan Vinyl Chloride Monomer

    (VCM).

    Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi 95.000 ton per tahun, tetapi produksi

    aktualnya adalah 70.000-80.000 ton pvc per tahun

    Siam Maspion Polymer

    Berlokasi di Kawasan Industri Maspion, Gresik. Memiliki kapasitas produksi

    sebesar 100.000 ton per tahun

  • 6

    BAB III

    SIFAT-SIFAT PVC

    3.1 PVC

    PVC (Polivinyl chloride) merupakan polimer termoplastik yang dibangun oleh

    monomer vinyl klorida (kloroetena) yang mana 1 atom hidrogen disubsitusikan oleh 1 atom

    klor. Sifat asli PVC adalah kaku, namun dapat dibuat lebih lunak dan lebih fleksibel dengan

    penambahan plasticizer.

    Gambar 3.1. Bentuk Molekul PVC

    Polivinil klorida (PVC) memiliki beberapa sifat-sifat kimia dan fisika yang

    digambarkan

    dalam tabel di bawah ini :

    Tabel 3.1. Sifat-sifat PVC

  • 7

    PVC memiliki struktur yang tidak berbentuk (amorphous) dengan atom-atom klor (Cl)

    sebagai bagian polar pada struktur 14lasticiz. Terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan

    antara adanya atom-atom klor dan struktur 14lasticiz yang tidak berbentuk. Walaupun plastic

    terlihat sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, PVC memiliki ciri-ciri yang

    berbeda dalam hal cara kerja dan fungsi jika dibandingkan dengan 14lastic-plastik olefin yang

    hanya memiliki atom karbon dan 14lastici (H) dalam struktur molekulnya. Perbedaan

    struktur molekul PVC dan 14lastic-plastik lain dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana terlihat

    PVC memiliki struktur molekul tak berbentuk (amorphous) dan memiliki atom klor pada

    gugusnya.

    Kestabilan kimia merupakan sifat yang umum diantara zat kimia yang mengandung

    halogen seperti klor dan fluor. Hal ini mengarah pada resin PVC, dimana lebih lanjut PVC

    memiliki sifat memperlambat api, daya tahan (durability), dan tahan terhadap minyak/ bahan

    kimia.

    3.2 Sifat-Sifat PVC

    PVC mengandung halogen yang membuatnya sifat tahan panas, daya tahan, dan

    memiliki ketahanan terhadap minyak maupun bahan kimia Beberapa sifat PVC yang

    disebutkan diatas adalah, tahan panas, daya tahan yang tinggi, serta daya tahan yang tinggi

    terhadap minyak maupun bahan kimia. Adanya kandungan klorin pun menyebabkan PVC

    tahan terhadap oksigen sehingga tidak mudah teroksidasi. Dibandingkan dengan 14lastic

    lainnya lebih mudah teroksidasi karena hanya mengandung karbon dan oksigen. Sifat lain dari

    PVC adalah tahan terhadap asam, alkali dan 14lasti semua bahan kimia anorganik. Walaupun

    PVC larut dalam hidrokarbon 14lastici, keton, dan eter siklik, PVC sulit larut dalam pelarut

    14lastic lainnya.

    Beberapa sifat fisika yang dimiliki PVC adalah :

    Kekuatan PVC

    PVC digunakan secara luas untuk hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan air/ pipa

    pembuangan, penyemprot, profiles, dll. Karena PVC memiliki sifat-sifat mekanis seperti

    kekuatan renggang (tensile strength) dan modulus elastis yang lebih baik dibandingkan

    14lastic-plastik olefin lainnya yang sering digunakan, dan produk-produk PVC kuat dan

    tahan lama.

    Ketika 14lasticizer ditambahkan, PVC memperlihatkan elastisitas seperti karet dengan

    kekuatan renggang yang tinggi dan kekuatan terhadap kelelahan (fatigue strength) sehingga

  • 8

    PVC dapat digunakan untuk pipa air industrial, pengepakan, bagian-bagian otomotif, dan

    pelindung kabel listrik.

    1. Tensile Strength

    Gambar 3.2. menunjukkan perbandingan tensile strength antara produk PVC

    dengan plastic-plastik lainnya. Tensile strength dijelaskan dalam tegangan maksimum

    per unit area dari perpotongan (cross section) ketika benda yang diuji patah karena

    adanya beban pada kedua ujung benda yang diuji tersebut. (Suatu indeks untuk

    menunjukkan besarnya gaya saat patah, ketika kedua ujung benda yang diuji ditarik).

    Gambar 3.2. Tensile Strength Berbagai Macam Plastik

    2. Tensile Modulus

    Gambar 3.3. menunjukkan perbandingan tensile modulus antara produk PVC

    dengan plastik-plastik lainnya. Tensile modulus juga dikenal dengan Modulus Young

    yang ditunjukkan dengan rasio/ perbandingan antara tegangan renggang per unit area

    dari perpotongan dan pemuluran (elongasi) pada arah tegangan renggang. Tensile

    modulus yang besar dari pemrosesan plastik memiliki perbandingan stress-strain yang

    kecil. Dengan kata lain tensile modulus merupakan suatu indeks yang menunjukkan

    besarnya pemuluran, dimana benda yang diuji ditarik. Tensile modulus ekivalen dengan

    konstanta pegas.

    Gambar 3.3. Modulus Young Berbagai Macam Plast

  • 9

    3. Bending Strength

    Gambar 3.4 menunjukkan perbandingan bending strength antara produk PVC

    dengan plastik lainnya. Bending strength ditunjukkan dengan tegangan maksimum

    pada saat patah dari benda yang diuji, dimana benda yang diuji ditopang pada dua titik

    terpisah dan suatu beban yang memberikan tegangan vertikal diaplikasikan di tengah.

    (Merupakan indeks untuk menunjukkan besarnya gaya saat patah, ketika benda yang

    diuji bengkok).

    Gambar 3.4. Bending Strength Berbagai Macam Plastik

    4. Compressive Strength

    Gambar 3.5 menunjukkan compressive strength dari produk PVC dibandingkan

    dengan plastik-plastik lainnya. Compressive strength ditunjukkan dengan hubungan

    dari tegangan maksimum saat patah per unit area perpotongan, ketika suatu tegangan

    vertikal diberikan pada benda yang diuji berbentuk seperti sandwich oleh dua papan

    penguji.

    Gambar 3.5. Compressive Strength Berbagai Macam Plastik

    5. Fatigue Strength

    Gambar 3.6. menunjukkan fatigue strength atau kekuatan terhadap kelelahan

    dari produk PVC dibandingkan dengan plastik-plastik lainnya. Fatigue strength

    ditunjukkan dengan hubungan dari tegangan maksimum pada saat benda yang diuji

    tidak patah setelah diberikan tegangan berulang selama 107 (10 juta) kali. Tegangan

    maksimum merupakan tegangan ketika benda yang diuji dapat bertahan setelah

    diberikan gaya eksternal berulang

  • 10

    Gambar 3.6. Fatigue Strength Berbagai Macam Plastik

    6. Impact Strength

    Temperatur gelas transisi (titik transisi orde kedua) dari PVC lebih dari 70C.

    Hasilnya adalah impact strength yang rendah pada temperatur ruang. Hal ini merupakan

    salah satu kelemahan dari PVC. Terdapat berbagai cara untuk mengukur impact

    strength. Gambar 3.7 menunjukkan hasil dari energi yang diserap oleh benda yang diuji

    ketika benda tersebut diatur dan dipalu (dipukul) sampai patah (impact failure).

    Semakin tinggi nilai energi yang diserap, semakin tinggi impact strength.

    Gambar 3.7. Impact Strength Berbagai Macam Plastik

    Creep Properties

    Produk-produk plastik dikatakan menunjukkan suatu creep behaviour, dimana

    produk dibentuk kembali saat temperatur ruang ketika waktu berlalu ketika gaya eksternal

    diberikan secara terus-menerus. Fenomena creep juga dikenal dengan aliran dingin (cold

    flow). Ketika plastik digunakan untuk konstruksi atau aplikasi industri, cold flow

    merupakan titik yang amat penting untuk dipertimbangkan. Di bawah kondisi lingkungan

    normal, produk PVC kaku menunjukkan creep yang amat kecil dan unggul jika

    dibandingkan dengan produk plastik

  • 11

    lainnya seperti PE atau PP (lihat gambar 3.8). Oleh karena itu, PVC digunakan pada

    berbagai macam material konstruksi interior dan eksterior (misalnya: pipa, panel, bingkai

    jendela, dan

    pembungkus/ deck) dan juga bagian-bagian elektrik atau mesin.

    Gambar 3.8. Creep Properties Berbagai Macam Plastik

    Plasticising

    PVC merupakan polimer polar dengan gaya intermolekular yang kuat sehingga

    PVC kaku saat temperatur ruang. Di sisi lain, ketika plasticiser ditambahkan saat fabrikasi,

    dihasilkan produk PVC yang lentur/ fleksibel. Hal ini merupakan kelebihan utama dari

    PVC.

    Produk-produk PVC tanpa plasticiser disebut produk PVC kaku (rigid) sedangkan

    produk PVC yang diberikan plasticiser disebut produk PVC fleksibel. Kelembekan

    (softness) dari produk PVC fleksibel diperoleh sebagai hasil dari adanya plasticiser antara

    molekul yang memisahkan molekul-molekul tersebut (mengurangi gaya intermolekular).

    Grafik pada Gambar 3.9 menunjukkan korelasi atau hubungan antara konsentrasi

    plasticiser dan tensile strength dan tensile elongation dari produk yang dicetak. Dapat

    dilihat bahwa ketika konsentrasi plasticiser meningkat, softness dari produk PVC fleksibel

    meningkat, menghasilkan keadaan lembek (soft) yang lebih mudah untuk merenggang/

    memulur. Karena diperoleh elastisitas seperti karet atau tekstur yang lembut dari kulit, PVC

    fleksibel digunakan untuk pengepakan, pipa/ selang karet, bagian-bagian otomotif, kulit

    sintetis, dan pelapis permukaan

  • 12

    Gambar 3.9. Efek dari Plasticiser

    Chemical Resistance

    Karena rantai utama dari polimer dibuat dari ikatan tunggal antara atom-atom karbon,

    PVC memiliki ketahanan kimia yang baik, seperti plastik-plastik lain yang digunakan

    secara umum (PE, PP, atau PS). Tabel 4.8 menunjukkan ketahanan kimia dari PVC

    dibandingkan dengan plastik lainnya.

    PVC memiliki ketahanan bahan kimia yang amat baik, juga sifat mekanik yang baik.

    Oleh karena itu, PVC digunakan sebagai bahan tangki penyimpanan bahan kimia, katup

    (valve)/ flange plastik, pipa saluran/ pembuangan, dan perpipaan pabrik.

    Tabel 3.2. Ketahan Kimia dari Berbagai Macam Plastik

  • 13

    Transparansi

    PVC merupakan polimer tidak berbentuk dan sebagai hasilnya, pada dasarnya

    produkproduk PVC transparan. Produk-produk PVC tidak transparan ketika dimanufaktur

    menggunakan agen pencampur yang tidak sesuai. Nilai kekaburan (haze value) digunakan

    untuk mengukur transparansi dari produk-produk plastik.

    Haze value merupakan nilai persentase yang dihitung dengan membagi transmitansi

    cahaya terdifusi dengan transmitansi total cahaya dari benda yang diuji. Juga dimungkinkan

    untuk membuat produk PVC dengan permukaan yang amat halus (superior gloss). Gloss

    ditunjukkan dengan hubungan antara gloss value, yang biasanya menunjukkan jumlah

    cahaya yang direfleksikan dari benda yang diuji dibandingkan dengan jumlah cahaya yang

    direfleksikan dari gelas (jumlah gelas didefinisikan 100%). Tabel 4.9 menunjukkan haze

    value dan gloss value dari lapisan tipis/ film PVC dibandingkan dengan film lainnya yang

    dibuat dari plastik-plastik yang digunakan secara umum. Semakin kecil haze value,

    semakin tinggi transparansinya, dan semakin tinggi gloss value mengindikasikan

    meningkatnya kehalusan (gloss).

    Produk-produk PVC kaku yang memiliki transparansi tinggi digunakan pada bahan-

    bahan konstruksi seperti day-lighting, sekat transparan untuk ruangan, atau pelat rata

    industri, papan/ panel berombak, dan pengepakan (bahan panas/ blister). Contoh dari

    produk PVC fleksibel yang membutuhkan transparansi adalah film pembungkus, tas

    transparan, dan coating film.

    Tabel 3.3. Haze Value dan Gloss Value dari Berbagai Film

  • 14

    Sifat Memperlambat Api

    PVC merupakan plastik yang memiliki sifat tahan api (pengecualian diantara plastik

    yang digunakan secara umum) karena PVC mengandung lebih dari 50% klor walaupun

    tidak ada bahan penghambat api. Sebagai contoh, temperatur nyala (ignition temperature)

    PVC adalah 455C sehingga PVC merupakan bahan dengan risiko kebakaran yang kecil

    karena tidak mudah menyala (terbakar). Perbandingan temperatur nyala PVC dengan

    plastik lainnya dapat dilihat pada Gambar 3.10.

    Gambar 3.10. Ignition Temperature dari Berbagai Macam Bahan

    Ketika produk PVC dibakar, gas hidrogen klorida yang dihasilkan dari perengkahan

    termal (thermal cracking) memperlambat reaksi pembakaran terus-menerus dan mencegah

    berkembangnya kebakaran dengan mengisolasi permukaan produk PVC dari oksigen di

    udara. Gas hidrogen klorida juga terdeteksi karena baunya (sangat tidak menyenangkan)

    pada konsentrasi di bawah normal yang dapat menyebabkan bahaya pada kesehatan. Sifat

    ini memungkinkan deteksi awal terhadap api. Asam hidroklorik fasa gas, sebagai contoh,

    lebih tidak berbahaya dibandingkan karbon monoksida yang bersifat narkotik dan tidak

    memiliki bau serta dapat secara cepat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

    Keuntungan lainnya dari PVC adalah PVC melepaskan panas pembakaran yang

    lebih sedikit dibandingkan plastik lainnya (sehingga hanya sedikit membuat terjadinya atau

    menyebarnya api) dan memproduksi tidak atau sedikit sisa pembakaran. Membakar PVC

    menghasilkan suatu struktur karbon yang berkembang biasa disebut intumescence.

    Struktur ini membentuk rintangan termal yang melindungi bagian-bagian di bawahnya.

    Pada beberapa kasus, seperti pada pipa, PVC bahkan dapat mencegah menyebarnya api

    dengan menghalangi lubang melalui dinding atau lantai

  • 15

    Terdapat berbagai macam cara untuk mengevaluasi sifat memperlambat api, tetapi

    indeks oksigen dapat digunakan untuk evaluasi dengan ketepatan yang relatif tinggi dan

    menghasilkan suatu hasil. Indeks oksigen ditunjukkan dengan konsentrasi oksigen

    minimum yang dibutuhkan benda yang diuji untuk terus terbakar dalam campuran gas

    oksigen dan nitrogen. Semakin tinggi nilai indeks oksigen, semakin tinggi sifat

    memperlambat apinya. Karena konsentrasi oksigen di udara adalah 21%, plastic dengan

    indeks oksigen lebih besar dari 22 memiliki sifat dapat memadamkan sendiri

    (selfextinguishing), sedangkan plastik dengan indeks oksigen lebih kecil dari 21 bersifat

    flammable (lihat Tabel 3.4).

    Tabel 3.4. Indeks Oksigen dari Berbagai Plastik

    PVC juga memiliki pelepasan panas ketika dibakar yang rendah dibandingkan

    dengan PE dan PP (lihat Tabel 3.5). Oleh karena itu, PVC menyumbang lebih sedikit dalam

    hal penyebaran api ke bahan-bahan di dekatnya ketika PVC terbakar. Hal ini menyebabkan

    PVC sangat sesuai digunakan dalam produk sehari-hari karena keamanannya.

    Tabel 3.5. Panas yang Dilepas oleh Berbagai Plastik

  • 16

    Specific Gravity

    Specific gravity sebenarnya dari PVC adalah sekitar 1,4, yang termasuk berat

    diantara plastik. Hal ini dapat menjadi keunggulan tergantung dari aplikasinya. Dengan

    mengambil keuntungan bahwa PVC tidak mengapung dalam air, PVC digunakan untuk

    lembar penyegel air untuk sumur air pertanian atau kolam renang, atau bahan lapisan

    (lining material) untuk sungai. Berdasarkan fleksibilitas produk-produk PVC, specific

    gravity menurun sampai 1,1-1,3 tergantung dari jumlah plasticiser yang digunakan, yang

    lebih rendah dari PVC kaku. Perbandingan specific gravity antar PVC dan plastik lainnya

    dapat dilihat pada tabel 4.14.

    Tabel 3.6. Specific Gravity Berbagai Plastik

    Temperatur Distorsi/Pelembutan

    Temperatur distorsi/ penyimpangan panas (heat distortion temperature) merupakan

    temperatur untuk pelembutan (softening temperature). Struktur molekul PVC terbuat dari

    ikatan ikatan tunggal karbon-karbon yang berlangsung terus-menerus pada rantai

    utamanya. Karena rantai utamanya sangat fleksibel, produk PVC memiliki kelemahan

    memiliki heat distortion temperature yang rendah dibandingkan dengan plastik lainnya

    yang memiliki struktur molekul serupa. Tabel 3.7 menunjukan temperatur distorsi panas

    untuk perlembutan dari plastik-plastik utama. Heat distortion temperature merupakan

    temperatur ketika benda yang diuji ditempatkan dalam medium pemanas dengan beban

    pembengkok yang diberikan mencapai belokan/ defleksi spesifik saat meningkatnya

    temperatur

  • 17

    Tabel 3.7. Temperatur Distorsi Panas dari Berbagai Plastik

    3.3 Modifikasi Sifat-Sifat PVC

    Karena PVC memiliki polaritas yang tinggi dan kesesuaian yang tinggi dengan berbagai

    macam plastik performansi tinggi lainnya, dimungkinkan mencampur PVC dengan plastik lain

    tersebut dengan mudah untuk membentuk campuran polimer. Dengan teknik pencampuran

    polimer, beberapa kekurangan dari produk PVC kaku dapat dimodifikasi. Gambar 3.11

    menunjukkan outline dari modifikasi sifat (property) melalui pencampuran polimer.

    Gambar 3.11. Madifikasi Sifat-Sifat PVC

    Secara umum, dengan tujuan meningkatkan/ memperbaiki impact resistance dari

    produk PVC, impact modifier (agen penguat) yang memiliki sifat seperti karet, seperti ABS,

    MBS, karet akrilik, polietilen terklorinasi atau EVA, dicampur dengan PVC. Impact resistance

    yang cukup yang dapat digunakan dapat diperoleh dengan mencampur 5 20 bagian berat dari

    impact modifier

  • 18

    dengan 100 bagian berat dari PVC. Impact modifier dalam bentuk partikel-partikel mikro akan

    terpecah/ menyebar di dalam struktur molekul PVC. Ketika produk PVC menerima suatu

    tumbukan/ tubrukan (impact), partikel-partikel mikro di dalam struktur molekul ini akan

    menyerap energi tumbukan dan mencegah kerusakan pada produk PVC. PVC yang impact

    resistance-nya dimodifikasi digunakan secara luas dalam material konstruksi eksterior (bingkai

    jendela, siding), papan industrial, pipa air tahan tumbukan, pengepakan PVC kaku (blister

    pack, cap, casing), lapisan tipis/ film pelindung permukaan, atau bagian-bagian elektrik

    (penghubung/konektor).

    Gambar 3.12. Efek Penambahan Impact Modifier

  • 19

    BAB IV

    MANFAAT DAN APLIKASI PVC

    Sifat PVC yang menarik membuatnya cocok untuk berbagai macam penggunaan. PVC

    tahan secara biologi dan kimia. Berdasarkan data IHS pada tahun 2012 pada Gambar 4.1

    penggunaan PVC paling banyak di dunia digunakan sebagai pipa/fittings untuk mengalirkan

    fluida sebanyak 42%.

    Gambar 4.1. Aplikasi PVC di Dunia Tahun 2012

    Berikut adalah contoh pengaplikasian dari Polivinilclorida (PVC):

    4.1 Pipa PVC

    Produk pipa PVC yang distabilisasi dengan Calcim-Zinc untuk pertama kalinya

    memperoleh penghargaan. Masuknya produk ini kedalam klasifikasi sebagai bahan yang

    menarik secara ekologi. Pipa PVC yang distabilisasi dengan Calcium-Zinc dinilai sebagai

    produk yang sangat ramah lingkungan.

    Gambar 4.2. Pipa PVC

    Sumber : http://www.engineering.com/DesignerEdge/DesignerEdgeArticles/ArticleID/

    7047/Cleaner-PVC-through-Engineering.aspx

  • 20

    4.2 PVC pada Pakaian

    PVC telah digunakan secara luas pada bahan pakaian, dengan bahan serupa kulit. PVC

    lebih murah dari karet, kulit, atau lateks sehingga digunakan secara luas. PVC pada pakaian ini

    bersifat tahan air. Sehingga biasa digunakan pada pembuatan mantel, perlengkapan ski, sepatu

    bot, jaket anti air, celemek, dan tas.

    Gambar 4.3. Jas Hujan dari PVC

    Sumber : http://pemmz.wordpress.com/2013/01/17/hujan-tips-untuk-menyelamatkan-gadget-anda/

    4.3 PVC pada Alat Medis

    Alat bantu pernafasan yang dapat diandalkan, kantung darah yang steril ataupun sarung

    tangan higienis sekali pakai adalah beberapa contoh yang menjadikan produk peralatan medis

    dari bahan PVC, sesuatu yang tidak tergantikan dalam dunia medis selama 50 tahun terakhir.

    Salah satunya adalah sistem suplai nutrisi yang dapat diandalkan sebuah perusahaan Jerman

    yang bermarkas di Erlangen. Perusahaan ini mengembangkan produk peralatan medis Flocare

    yang mengatur dan mengalirkan zat nutrisi yang diperlukan bagi kelangsungan hidup pasien.

    Sistem ini mengalirkan makanan cair melalui selang yang terbuat dari PVC ke dalam suatu

    kantong plastik ataupun botol gelas kedalam tubuh pasien menggunakan gaya gravitasi ataupun

    pompa sebagai pendorong.

    Gambar 4.4. Selang infus dari PVC

    Sumber : :http://pvcindonesia.wordpress.com/category/isu-kesehatan

  • 21

    4.4 PVC pada Kabel Listrik

    PVC yang digunakan sebagai insulasi kabel listrik harus memakai plasticizer agar lebih

    elastis. Namun jika terpapar api, kabel yang tertutup PVC akan menghasilkan asap HCl dan

    menjadi bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

    Gambar 4.5. PVC pada Kabel Listrik

    Sumber : http://www.abovio.pl/f11-tsv-z-linka-nosna/

  • 22

    BAB V

    BAHAN BAKU DAN PROSES

    5.1 Bahan Baku

    PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama yaitu etilena yang berasal dari minyak

    bumi atau gas alam dan klorin yang berasal dari garam dapur (NaCl). Minyak Bumi diolah

    melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai Macam zat,

    termasuk etilena (C2H4), sementara garam dapur yang diolah melalui proses elektrolisa menjadi

    natrium hidroksida (NaOH) dan gas klor (Cl2).

    Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida (CH2Cl

    CH2Cl). Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan gas vinil

    Klorida (CHCl = CH2) dan asam klorida (HCl). Akhirnya, melalui proses polimerisasi

    (penggabungan molekul yang disebut monomer, dalam hal ini vinil klorida) dihasilkan molekul

    raksasa dengan rantai panjang (polimer) yaitu polivinil klorida (PVC), yang berupa bubuk

    berwarna putih halus. Masih diperlukan satu langkah lagi untuk mengubah resin PVC menjadi

    berbagai produk akhir yang bermanfaat. Skema proses untuk produksi PVC, yaitu sebagai

    berikut:

    Gambar 5.1 Skema produksi PVC

    Sumber : http://chemistryismyworld..com

  • 23

    5.2 Katalis

    Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam polimerisasi di dalam reactor.

    Terdapat 2 macam katalis yang digunakan, yaitu :

    a) CT 2

    Sifat Kimia

    Nama Kimia : Di-(2-Ethylhexyl) Peroxy Dicarbonate

    Kelarutan : sedikit larut dalam alifatik dan aromatic, tidak larut dalam air.

    Sifat Fisika

    Bentuk : cairan bening.

    Bau : khas.

    Densitas : 944 kg/m3 pada suhu -10 0C

    Titik Nyala : 63oC.

    Titik Lebur : di bawah 30 oC.

    Komposisi : O2 Aktif (3,4-5%), Peroxide 75%, Hidrokarbon alifatik 25 %.

    Viskositas : 26 mPa.S pada suhu -10 0C

    b) CT 3

    Sifat Kimia

    Nama kimia : Cumyl Peroxy Neodecanoate.

    Kestabilan : tidak stabil bila terkena panas matahari.

    Kelarutan dalam air : tidak larut

    Sifat Fisika

    Tekanan uap : 0,07 Pascal pada suhu 20 oC.

    Bentuk : cairan bening.

    Komposisi : O2 aktif 3,87 %, peroxide 75 %, HC-alifatik 25%.

    Densitas : 960 kg/m3 pada suhu -10 0C

    Viskositas : 52 mPa.S pada suhu -10 0C

  • 24

    5.3 Langkah Pembentukan PVC

    Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing langkah proses pembentukan PVC:

    Cracker

    Proses cracker dibutuhkan untuk menghasilkan salah satu reaktan dari proses

    pembentukan vinyl klorida. Dilihat dari diagram diatas, bahwa feed dari proses cracking

    ini adalah natural gas. Natural gas mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon, terutama

    senyawa hidrokarbon dengan rantai karbon yang sedikit (C1, C2, dan C3). Proses cracking

    menggunan senyawa hidrokarbon etana sebagai feed untuk menghasilkan senyawa etilen,

    gas hidrogen dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa etilen ini adalah salah satu feed

    untuk proses pembuatan vinyl klorida

    Gambar 5.2. Proses Cracking dari Etana menjadi Etilen

    Sumber : Anonym, http://www.green-planet-solar-energy.com/ethene.html, 2014

    Reaksi dari proses cracking etana adalah sebagai berikut:

    26 24 + 2

    Senyawa lain yang tidak bereaksi diproses untuk tujuan lain. Etilena yang dihasilkan

    dipisahkan dan dialirkan pada reaktor VCM

  • 25

    Electrolysis Cell

    Selain dari etilena, salah satu reaktan untuk proses pembentukan vinil klorida adalah

    gas klorin. Gas klorin didapat dari proses elektrolisis sel air asin (brine). Brine merupakan air

    dengan kadar garam yang tinggi. Brine kemudian dimasukkan kedalam cell dan dialiri arus

    listrik. Terjadilah proses elektrolisis pada cell tersebut, yang memisahkan klorin dengan

    sodium dari garam yang ada. Sodium yang dihasilkan akan bereaksi dengan air, menghasilkan

    sodium hidroksida dan gas hidrogen. Kedua zat tersebut memiliki nilai guna yang cukup tinggi.

    Gas klorin kemudian dipisahkan dan dialirkan pada reaktor VCM.

    VCM Plant

    Feed untuk reaksi pembentukan vinil klorida adalah etilen dan gas klorin. Saat gas

    klorin dan etilen bertemu, kedua senyawa akan bereaksi dan membentuk senyawa etilen

    diklorida. Etilen diklorida dengan etilena saat dipanaskan akan menghasilkan vinil klorida dan

    hidrogen klorida.

    Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

    Senyawa hidrogen klorida dipisahkan dari vinil klorida dan di proses lebih lanjut,

    karena hidrogen klorida merupakan senyawa asam kuat dan beracun. Senyawa vinil klorida

    kemudian dialiri menuju reaktor PVC.

    PVC Plant

    Dengan proses polimerisasi, vinil klorida akan terpolimerisasi menjadi polivinil klorida

    (PVC). Proses polimerisasi terjadi pada tekanan tinggi dan suhu sekitar 50-70 C.

    Blender

    Setelah PVC terbentuk, langkah berikutnya adalah memberikan karakteristik pada PVC

    yang ingin dikomersilkan. Hal ini dilakukan dengan penambahan aditif pada PVC.

    Karakteristik yang diberikan termasuk: tekstur, warna, stabilitas, sifat mekanik dan elektrik,

    kejelasan, dan ketahanan terhadap cuaca.

    Berikut ini adalah beberapa aditif yang biasa digunakan:

    1. Plasticicers = membuat PVC fleksibel.

    2. Heat Stabilizers = memberi PVC ketahanan terhadap panas

  • 26

    3. Lubricants = membuat PVC tidak menempel pada lapisan logam.

    4. Colourants = memberikan warna pada PVC.

    5. Fillers = mengisi PVC untuk mempermurah harga.

    Polimerisasi Vinil Klorida

    Polimerisasi dari vinil klorida di dalam bulk dengan menggunakan water cooled vertical

    autoclave yang di-stirred dengan agitator turbulen dapat memberikan produk yang lebih bersih.

    Pada tipikal bulk process, VCM dipompa menuju vertical autoclave prepolymerizer dimana 8-

    12% monomer dikonversikan menjadi biji PVC. Reaksi produk kemudian ditransfer ke

    horizontal post-polymerizator dimana katalis dan monomer ditambahkan. Peningkatan

    konversi yang terjadi pada akhir siklus polimerisasi adalah sekitar 80-85%.

    Terdapat tiga metode umum yang biasa digunakan dalam pembuatan PVC dari VCM,

    yaitu polimerisasi suspensi, polimerisasi emulsi, dan polimerisasi bulk. Polimerisasi emulsi

    menghasilkan resin yang kualitas yang lebih baik dengan ukuran partikel yang lebih kecil,

    dimana sering dibutuhkan dalam aplikasi tertentu. Tipe resin jenis ini disebut sebagai paste

    PVC dimana sering disebut sebagai P-PVC. Lebih dari 75% PVC di dunia diproduksi dengan

    menggunakan proses suspensi (S-PVC). Proses suspensi ini terjadi dari VCM yang

    didispersikan dengan media air. Produk yang terbentuk bersifat porous dengan diameter butir

    antara 100-150 mikro meter. Sedangkan sekitar 15% produksi PVC di dunia menggunakan

    polimerisasi emulsi dan polimerisasi kopolimer, dimana produknya dalam bentuk dispersi

    lateks encer dari PVC dengan diameter partikel 0,1-

    teknologi polimerisasi bulk adalah sekitar 10% dimana produknya didapat dengan cara

    mengeliminasi molekul air. Berikut beberapa metode umum polimerisasi VCM menjadi PVC:

    1. Polimerisasi Suspensi

    Monomer VCM didispersikan ke dalam air kemudian ditambahkan stabilizer antara lain

    talc atau bentonite. Inisiator ditambahkan di dalam suspensi monomer. PVC yang dihasilkan

    lebih murni, memiliki sifat isolasi listrik dan ketahanan panas yang baik serta lebih jernih dari

    PVC emulsi.

    2. Polimerisasi Emulsi

    Monomer VCM dicampur dengan air dan ditambahkan stabilizer dan inisiator.

    Campuran dimasukkan ke dalam reaktor sehingga monomer teremulsi masuk ke dalam

    soapmicell.

  • 27

    Inisiator akan terurai menjadi radikal bebas sehingga berdifusi ke dalam soapmicelle

    untuk memulai polimerisasi PVC. Produk berbentuk lateks yang halus. Proses ini berlangsung

    relatif lebih cepat pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan metode lain. Produk

    yang dihasilkan memiliki daya tahan listrik rendah sehingga tidak dapat dipakai untuk isolasi

    listrik.

    3. Polimerisasi Bulk

    Proses ini tidak menggunakan suspending agent atau emulsifier sehingga produk yang

    dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi. Tujuan dari proses polimerisasi itu sendiri

    adalah untuk menghasilkan resin dengan cara aman dan efisien, sehingga dapat ditangani dan

    diproses dengan mudah yang kemudian akan membentuk produk akhir dengan sifat-sifat yang

    diinginkan. Sifat-sifat polimer yang harus dioptimalkan adalah:

    1) Berat molekul; menentukan proses polimerisasi dan sifat-sifat produk.

    2) Komposisi kimia; berhubungan dengan pembentukan kopolimer dan menentukan sifat

    aliran pada saat pencairan polimer.

    3) Ukuran butir dan lebarnya; menentukan cara penanganan bubuk dan prosesnya.

    4) Sifat menyerap dari butir harus maksimal unutk memudahkan pemindahan reaksi VCM.

    5) Kemurnian; resin harus bebas dari kotoran.

    6) Warna yang bagus dan stabilitas termal dibutuhkan untuk memungkinkan polimer tidak

    terdegradasi dan untuk memaksimalkan bentuk akhir produk

    5.4. Reaksi yang Terkait dalam Pembuatan PVC

    Sesuai dengan nama dari Poly Vinyl Chloride, PVC merupakan hasil polimerisasi dari

    monomer vinil klorida. Monomer vinil klorida berwujud cairan tak berwarna yang mempunyai

    titik didih -13 0C dan densitas 0.85-0.9 g/cm3. Sedangkan polimer dari monomer ini

    mempunyai densitas 1.4 g/cm3. Hal ini menunjukan bahwa terjadi penyusutan volume yang

    cukup besar selama proses polimerisasi. Polimerisasi PVC menggunakan polimerisasi radikal

    bebas yang terdiri dari tiga tahap, yaitu : Inisiasi, Propagasi dan Terminasi.

  • 28

    Gambar 5.3. Skema Polimerisasi PVC.

    Sumber : Polymer Science & Engineering Course,

    http://faculty.ksu.edu.sa/alhajali/ChE534_CourseNotes/PVC.pdf, diakses pada 11 Maret 2007

    Selama proses polimerisasi terdapat zat-zat yang harus dihindari, yaitu : oksigen dan

    nitrogen. Oksigen adalah penghenti reaksi sementara yang efektif tetapi hal ini tentunya tidak

    harus berada dalam reaksi polimerisasi. Selain itu, kopolimer oksigen seperti poli vinil klorida

    peroksida akan terbentuk dari peroksida dan VCM ketika terdapat oksigen. Oleh karena itu,

    ketika proses polimerisasi berlangsung diharuskan dalam keadaan tanpa oksigen.

    Kemudian, senyawa nirogen juga harus dihindari. Nitrogen tidak seperti oksigen yang

    menggangu proses polimerisasi. Namun, nitrogen merupakan senyawa yang cukup larut dalam

    monomer vinil klorida dan tidak larut dalam polimer. Tekanan yang signifikan dapat terbentuk

    dalam bejana polimerisasi yang mengandung nitrogen selama proses polimerisasi, terutama

    jika tidak ada banyak ruang di dalam bejana.

    Karena monomer vinil klorida mempunyai titik didih yang rendah dan stabilitas polimer

    yang terbatas, polimerisasi vinil klorida harus dilakukan di bawah kondisi yang menyebabkan

    reaksi cepat pada suhu rendah sehingga suhu optimal untuk polimerisasi adalah 50 C.

    Seumlah besar polimerisasi tidak dapat dibawa ke konversi tinggi karena pemanasan yang

    menyebabkan kerusakan polimer. Banyak pelarut yang sering digunakan untuk mencegah efek

    ini. PVC sebagian besar diproduksi oleh polimerisasi suspensi karena reaksi dapat dikontrol

    lebih baik.

  • 29

    5.5 Kelarutan PVC dalam Monomer

    Kelarutan PVC sangat tidak larut dalam cairan monomer sendiri. PVC mengendap

    selama polimerisasi berupa partikel-partikel kecil dan aglomerasi partikel-partikel ini

    menghasilkan struktur internal berpori dalam partikel resin. Namun, monomer vinil klorida

    cukup larut dalam PVC sehingga partikel PVC yang diendapkan selama polimerisasi sangat

    melunak oleh monomer. Tingkat polimerisasi VCM dalam partikel meningkat secara

    substansial lebih cepat dari tingkat polimerisasi dalam fase cair. Hal ini dikarenakan gel

    mencegah mobilitas tumbuhnya polimer radikal dan hasil dalam substansial menurunkan

    tingkat radikal terminasi dalam gel dilihat dari penghentian polimerisasi berlangsung dengan

    baik kombinasi atau disproporsionasi. Dengan demikian, polimerisasi PVC adalah mengalami

    percepatan secara alami atau disebut auto-accelerating. Konversi yang semakin meningkat,

    maka polimerisasi yang terjadi juga akan semakin cepat pada fase ini.

    5.6 Kinetika Polimerisasi

    Kurva laju reaksi panas dibandingkan konversi ditunjukkan pada Gambar 2. Kurva ini

    dihasilkan oleh simulasi model komputer, tetapi kurva yang sama dihasilkan dari pengukuran

    nyata pelepasan panas dari reaksi polimerisasi yang sebenarnya. Garis padat pada kurva adalah

    reaksi yang diprediksi dan garis putus-putus adalah panas aktual yang harus dikeluarkan dari

    reaktor polimerisasi. Perhatikan bahwa garis putus-putus sedikit lebih rendah dari garis yang

    solid, hal ini dikarenakan efek dari injeksi air. Pada konversi sekitar 60 %, tingkat puncak mulai

    diamati. Tingkat puncak ini dimulai ketika semua monomer cair telah dikonsumsi dan terdapat

    pressure drop. Polimerisasi lebih lanjut menghasilkan perubahan dalam komposisi sisa fase

    polimer yang meningkat. Sebagai perubahan komposisi, mobilitas lokal rantai polimer yang

    berkembang relatif berkurang terhadap mobilitas monomer berat molekul rendah. Antara satu

    radikal tidak dapat menemukan satu sama lain dengan mudah. Oleh karena itu, tingkat

    terminasi berkurang yang menyebabkan konsentrasi radikal bebas dan tingkat polimerisasi

    meningkat sesuai. Pada konversi 75%, komposisi berubah dan monomer telah mengurangi

    mobilitas dan konsentrasi. Kemudian, tingkat polimerisasi mulai jatuh karena tingkat propagasi

    berkurang. Pada konversi lebih dari 90%, tingkat dasarnya mendekati nol, karena tahap polimer

    VCM melewati suhu transisi kaca dan semua mobilitas berhenti. Secara komersial, reaksi

    dengan konversi 80-85% sangat tidak efisien. Dalam rangka untuk menjaga reaksi ini di bawah

    kontrol selama puncak reaksi, reaktor polimerisasi yan

  • 30

    digunakan untuk harus mengurangi 2.250 kilowatt energi, yang memungkinkan sedikit

    kemampuan penghapusan kelebihan panas untuk margin of error.

    Gambar 5.4. Laju reaksi panas vs konversi.

    Sumber : Polymer Science & Engineering Course,

    http://faculty.ksu.edu.sa/alhajali/ChE534_CourseNotes/PVC.pdf

    Terdapat tiga jenis tahap dalam proses polimerisasi radikal bebas yang digunakan

    dalam penggabungan monomer vinil klorida, yaitu : inisiasi, propagasi dan terminasi. Berikut

    adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing tahapan.

    Inisiasi

    Inisiasi adalah proses pemecahan ikatan tunggal yang tak stabil yang menghasilkan dua

    radikal yaitu atom yang memiliki satu elektron yang belum berpasangan. Inisiasi dapat

    dilakukan dengan dua cara yaitu : pemanasan monomer dan penambahan inisiator yang akan

    membentuk radikal bebas ketika dipanaskan. Pada penambahan inisiator dapat berupa disosiasi

    homolitik inisiator yang menghasilkan sepasang radikal R. Kemudian penambahan gugus

    radikal pada molekul monomer.

    Gambar 5.5. Inisiasi

    Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret

    2013

  • 31

    Propagasi

    Propagasi adalah reaksi yang terjadi antara radikal bebas dengan sebuah monomer.

    Gambar 5.6. Propagasi

    Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret

    2013

    Terminasi

    Terminasi adalah proses dimana dua radikal bebas berkombinasi kemudian membantu

    terminate dalam langkah propagasi.

    Gambar 5.7. Terminasi Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret

    2013

    Secara keseluruhan proses polimerisasi yang terjadi adalah sebagai berikut.

    Gambar 5.8. Monomer Vinil Klorida dan PVC Sumber : Anonim, http://www.mpcfaculty.net/mark_bishop/addition_polymers.htm. Diakses pada 20 Maret

    2013

  • 32

    BAB VI

    ADITIF PVC

    Aditif dapat ditambahkan saat produksi PVC untuk mendapatkan sifat sifat tertentu

    yang diinginkan pada PVC. Contoh jenis-jenis aditif yang dapat ditambahkan pada PVC dan

    efek yang diberikan adalah sebagai berikut:

    Tabel 6.1. Aditif dan Sifat yang Diperoleh

    Untuk aditif Plasticiser dan Stabiliser akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini

    6.1 Plasticiser

    Plasticiser merupakan suatu zat kimia yang jika ditambahkan ke suatu material,

    biasanya plastik, akan membuat material tersebut lentur/ fleksibel, berpegas (seperti karet), dan

    lebih mudah

  • 33

    ditangani. Terdapat lebih dari 300 jenis plasticiser, dengan sekitar 50-100 digunakan secara

    komersial. Plasticiser yang sering digunakan adalah phthalates dan adipates. Pada dasarnya,

    PVC bersifat kaku pada temperatur normal. Hal ini karena jarak yang pendek antara

    molekulnya sehingga terdapat gaya tarik yang besar antar molekul PVC (gaya intermolekular).

    Ketika dipanaskan, energi dari pergerakan molekular menjadi lebih besar daripada gaya

    intermolekular yang menyebabkan jarak molekul makin besar dan menghasilkanresin yang

    lebih lembut. Ketika plasticiser ditambahkan ke PVC pada tahap ini, molekul-molekul

    plasticiser membuat jalannya antara molekul-molekul PVC dan menghalangi molekul polimer

    PVC untuk saling mendekat satu sama lain. Akibatnya, molekul-molekul polimer terpisah jauh

    walaupun dalam temperatur normal dan diperoleh sifat lembek (softness). Ini adalah peran dari

    plasticiser dan proses tersebut secara teknik disebut plasticizing.

    Molekul-molekul polimer PVC memiliki kutub positif dan negatif di dalamnya,

    sementara molekul-molekul plasticiser juga memiliki bagian-bagian polar dan non-

    polar.Molekul polimer PVC dan molekul plasticiser saling tarik-menarik secara elektrik, dan

    bagian non-polar akan memperbesar jarak antara molekul-molekul polimer untuk menjaga sifat

    lembek. Produk-produk PVC yang telah memiliki sifat lembek karena plasticiser disebut

    produk soft (fleksibel) PVC. Di Eropa, sekitar 30% dari total produksi resin PVC digunakan

    untuk produk PVC fleksibel.

    Gambar 6.1. Molekul PVC, Molekul Plasticiser, dan Rumus Molekul DEHP

  • 34

    Berikut adalah karakteristik dan aplikasi dari berbagai macam jenis plasticizer :

    Tabel 6.2. Karakteristik dan Aplikasi Berbagai Jenis Plasticiser

  • 35

    6.2 Stabilizer

    Ketika PVC dipanaskan pada 170-180C, klorin dan hidrogen dalam molekul berkurang

    dengan adanya pelepasan hidrogen klorida. Stabiliser (senyawa logam) mencegah reaksi rantai

    dekomposisi eliminasi awal HCl dari PVC tersebut. Stabiliser meningkatkan ketahanan PVC

    terhadap sinar matahari, cuaca, dan kerusakan akibat panas, serta memiliki pengaruh penting

    pada sifat-sifat fisik. Pemilihan terhadap stabiliser panas tergantung dari jumlah faktor,

    termasuk kebutuhan teknis dari produk PVC, dan biaya.

    Gambar 6.2. Mekanisme Perkembangan Warna pada PVC

  • 36

    Stabilizer memiliki beberapa syarat seperti berikut

    Bereaksi cepat dengan HCl untuk mencegah pengaruh katalitik HCl.

    Bereaksi dengan ikatan-ikatan ganda dan dengan demikian memutus rangkaian ikatan

    tunggal terkonjugasi.

    Kemampuan untuk menggantikan atom-atom Cl labil dengan kelompok yang stabil.

    Menyerap radikal-radikal bebas.

    Mampu menyebar dengan senyawa PVC dan amat cocok selama proses pencampuran dan

    penggunaan selanjutnya.

    Mencegah oksidasi.

    Membantu kestabilan terhadap UV.

  • 37

    BAB VII

    DAMPAK PVC TERHADAP LINGKUNGAN, KESEHATAN, DAN

    PENGOLAHAN LIMBAH PVC

    7.1 Dampak PVC Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

    V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik

    ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol-botol. Kandungan dari

    PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan

    berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal dan hati. Pada kemasan,

    tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan

    V V itu berarti PVC (polyvinyl chloride).

    Gambar 7.1. Logo Daur Ulang PVC

    Dalam penggunaannya, PVC yang merupakan bahan plastik memiliki dampak terhadap

    lingkungan dan kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya migrasi atau

    berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan

    tersebut tidak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya. Pada makanan yang dikemas

    dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak mungkin dapat dicegah 100% (terutama jika

    plastik yang digunakan tak cocok dengan jenis makanannya). Migrasi monomer terjadi karena

    dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi

    suhu tersebut, semakin banyak makanan yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Demikian

    pula dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama kontak antara

    makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka jumlah monomer yang bermigrasi dapat

    makin tinggi jumlahnya.

    Monomer vinil klorida cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada

    manusia. Vinil klorida dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA. Aditif plastik jenis

    plasticizer,

  • 38

    stabilizer dan antioksidan dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat

    makanan berubah rasa serta aroma, dan bisa menimbulkan keracunan.

    Aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada PVC termigrasi cukup

    banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak kedelai pada

    suhu 3oC selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP dan DOP yang termigrasi tersebut berkisar

    dari 155 189 mg. DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) pada PVC termigrasi ke dalam daging yang

    dibungkusnya, pada daging yang berkadar lemak antara 2030%, DEHA yang termigrasi 14,5-

    23,5 mg tiap dm2 (desimeter persegi) pada suhu 4oC selama 72 jam.

    Selain itu,VCM, monomer dari PVC harus ditangani dan disimpan dengan hati-hati,

    karena: Sangat mudah terbakar (highly flammable). gas yang berpotensi eksplosif (seperti

    bahan bakar ringan butana). Jika dihirup dalam jumlah tertentu, VCM dapat menjadi narkotik

    (obat bius) yang kuat (seperti kloroform). Karsinogenik (kanker pembuluh darah hati

    angiosarcoma).

    Gambar 7.2. MSDS PVC

  • 39

    7.2 Pengolahan Limbah PVC

    Pada semua industri yang ada baik industri petrokimia ataupun industri-industri lain

    pastilah memiliki limbah yang dihasilkan dari proses produksi industri tersebut. Limbah

    tersebut dapat berasal dari sisa-sisa bahan baku yang tidak bereaksi atau bersisa, senyawa

    sampingan yang dihasilkan dari reaksi, sisa-sisa hasil utilitas, ataupun produk-produk hasil

    akhir yang cacat. Pada sebuah pabrik yang baik, diharuskanlah terdapat unit pengolah limbah.

    Hal ini harus dilakukan agar limbah-limbah tersebut dapat dibuang ke lingkungan pada batas

    yang aman agar tidak menganggu keseimbangan lingkungan.

    Pada sebuah unit pengolahan limbah, sistem pengolahan limbah haruslah dapat berjalan

    dengan efisien. Sistem pengolahan limbah yang efisien akan mengurangi jumlah limbah yang

    tidak dapat di recover dan memaksimalkan kegunaan secara ekonomis dan lingkungan yang

    baik. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah PVC adalah:

    Mechanical Recycling

    Feedstock Recycling

    Incineration with Energy Recovery

    Safe Disposal

    Ada beberapa factor yang akan mempengaruhi mengapa limbah-limbah dari PVC

    tersebut perlu untuk direcycle yaitu seperti terlihat pada gambar dibawah ini

  • 40

    Gambar 7.3. Faktor yang Mempengaruhi Daur Ulang PVC

    Terlihat pada gambar bahwa ada 4 faktor yang akan mempengaruhi daur ulang dari

    PVC yaitu faktor teknis, faktor ekologis, faktor ekonomis, dan faktor legal dan organisasional.

    Untuk faktor teknis seperti apakah kualitas dari hasil daur ulang PVC akan sebanding dengan

    kebutuhan teknis daur ulang tersebut dan juga apakah ada kemungkinan untuk dapat dilakukan

    pemisahan baik terhadap tipe produk ataupun komposisi material. Untuk faktor ekologis yaitu

    apakah mungkin mengurangi dampak terhadap lingkungan dengan hubungannya dengan PVC

    murni. Untuk faktor ekonomis, apakah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan daur ulang

    PVC akan sebanding dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk cara pembuangan limbah PVC

    lainnya. Dan untuk faktor yang terakhir apakah masuk kedalam regulasi daur ulang, memenuhi

    syarat untuk pembuangan dan lainnya.

    Secara umum, skema proses untuk daur ulang sebuah PVC adalah seperti berikut

  • 41

    Gambar 7.4. Skema daur ulang PVC

    Untuk proses umum dari daur ulang PVC adalah meliputi 3 proses besar yaitu

    Pengumpulan, Penyortiran, dan Pengolahan. Hasil dari daur ulang ini dapat berbagai macam

    yaitu dapat berupa recyclates kualitas tinggi ataupun kualitas rendah. Bagian pengumpulan

    adalah saat pengumpulan semua barang yang berbahan dasar PVC. Bagian penyortiran adalah

    penyortiran setiap bahan kekelompok yang sama misalkan pipa dipisahkan sendiri berbeda

    dengan tempat pemisahan kabel. Penyortiran dapat dilakukan ataupun tidak. Selanjutnya

    adalah bagian pengolahan yaitu akan didaur ulang secara mekanis atau feedstock.

    Mechanical Recycling

    Yang dimaksud dengan daur ulang mekanis adalah daur ulang yang pada dasarnya

    hanya berdasar pada perubahan bentuk mekanis dari PVC itu sendiri secara fisik, tanpa adanya

  • 42

    reaksi yang dapat menyebabkan perubahan struktur molekular dari PVC itu sendiri. Contoh

    produk bekas PVC adalah produk yang mudah untuk diidentifikasi dan dipisahkan dari aliran

    waste yang secara relatif dapat dikatakan sebagai limbah bersih, aliran ini disebut recyclate

    yang memiliki kualitas tinggi, dapat dipergunakan secara luas untuk aplikasi PVC yang luas.

    Contohnya adalah: pipa, bagian pinggiran jendela, bagian membran atap, atau kain-kain

    modifikasi PVC. Aplikasi yang fleksibel memungkinkan contoh-contoh tersebut di daur ulang

    melalui proses yang disebut sebagai proses Vinyloop, atau di reproses menjadi produk-produk

    seperti karpet kerucut lalu lintas, setelah melalui proses crushing atau pemecahan limbah

    menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Recyclate dari aplikasi PVC lain yang mengandung

    material selain PVC, tidak dapat dipisahkan menjadi PVC murni (contoh: bahan komposit)

    yang hanya dapat diaplikasikan dimana komposisi campuran dapat ditoleransi. Proses daur

    ulang untuk bahan limbah PVC campuran telah diinisiasikan sebelumnya. Biasanya limbah

    plastik campuran-PVC, mengandung sekitar 15% PVC, rata-rata tidak menimbulkan masalah

    teknis, meskipun pada kenyataannya tidak semua hasil daur ulang dari feed limbah campuran

    ini cocok untuk sejumlah aplikasi.

    Feedstock Recycling

    Feedstock recycling, biasanya merupakan cara komplementer dari mechanical recycling karena

    dua alasan: pertama, karena teknologi yang ada belum terlalu sensistif terhadap bahan baku

    limbah daur ulang yang terkontaminasi, kedua, karena bertujuan untuk memperbesar kapasitas

    daur ulang secara total untuk kuantitas limbah yang lebih banyak di masa depan. Faktanya, ada

    beberapa komposisi produk yang tediri dari berbagai bahan yang tidak bisa di daur ulang, tidak

    bisa di sortir secara ekonomis menjadi aliran polimer single. Contohnya adalah : film laminasi,

    kain modifikasi, alas kaki, atau dashboard mobil, dimana bahan konstruksi nya mencakup

    sejumlah plastik yang berbedan dan bahan non plastik. Bahan-bahan ini sangat erat terhubung

    satu sama lain untuk alasan kinerja tetapi pemisahannya secara ekonomis belum layak untuk

    dilakukan daur ulang. Feedstock recycling di masa kini mengolah limbah plastik campuran dari

    sumber bekas kemasan. Ini berarti dengan PVC dengan konten hingga 10 persen. Proses

    thermal cracking' dari aliran ini dapat dilakukan melalui hidrogenasi, pirolisis atau gasifikasi.

    Karena produk hidrokarbon pulih sebagian besar digunakan dalam proses petrokimia,

    spesifikasi membatasi jumlah halogen di bawah ambang batas limbah bervariasi biasanya

    antara 0,1 dan 1%. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah untuk melakukan pre-treatment

    waste. Kemungkinan kedua adalah termal atau dehalogenation

  • 43

    kimia sebelum produk diproses lebih lanjut. Dehalogenation ini berlangsung baik dalam cairan

    atau di tempat reaktor pirolisis fluidized. Asam klorida yang dihasilkan dinetralkan atau

    dipisahkan untuk keperluan industri.

    Isi klorin dari umpan hidrokarbon yang dihasilkan dapat bervariasi tergantung pada

    langkah pemrosesan akhir yang merupakan faktor yang menentukan. Hal serupa juga dilakukan

    untuk mencairkan umpan hidrokarbon klor yang mengandung fraksi minyak bumi dengan

    klorin bebas yang berasal dari kilang. Jadi konten PVC/klorin yang relatif rendah, seperti yang

    ditemukan dalam campuran limbah plastik (yang datang terutama dari aplikasi kemasan

    produk) dapat diterima untuk proses daur ulang bahan baku selama ada jaminan bahwa proses

    pre-treatment dilakukan dengan baik. Feedstock recycling dari aliran limbah di mana PVC

    merupakan bahan dominan (> 30 persen) - misalnya produk multi- bahan seperti yang

    dijelaskan sebelumnya - harus dirancang terutama untuk pemulihan asam klorida, tetapi juga

    untuk memulihkan hidrokarbon konten dan atau energi.

  • 44

    DAFTAR PUSTAKA

    Chandra, Aditiawan. 2006. Kesiapan Industri Produk Plastik Indonesia Dalam Menghadapi

    Era Globalisasi. http://businessenvironment.wordpress.com/2006/10/15/17/

    Kayne, R. What is Polyvinyl Chloride?.

    http://www.checnet.org/HEALTHEHOUSE/education/articles-

    detail.asp?Main_ID=185

    Leadbitter, J., J.A. Day, and J.L. Ryan. PVC Compounding and Processing. Rapra

    Technologies Limited.

    Lenntech Water treatment & air purification Holding B.V. 2008. Polyvinyl Chloride (PVC).

    http://www.lenntech.com

    PPFA. History of PVC. http://www.ppfahome.org/pvc/historypvc.html

    Simanjuntak, Yeni H. 2007. Harga Etilena Mulai Turun, Konsumsi PVC Diprediksi Naik

    5%. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/manufaktur/1id1261.html

    Vinyl Environmental Council. Manufacturing Process for Various PVC Products: Molding

    and Processing Technologies http://www.vec.gr.jp

    Wikimedia Foundation Inc. 2009. Polyvinyl Chloride.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Polyvinyl_chloride.html

    http://www.pvc.org