makalah pengendalian hama secara biologi (print)

29
MAKALAH DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN “PENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI” Disusun oleh kelompok 02 Kelas : K 1. Nevi Meita D. R (135040201111148) 2. Elend Arinta Sances (135040201111149) 3. Amanda H. (135040201111150) 4. Anna Windari (135040201111151) 5. Iman Irsad S (135040201111152) 6. Lutfi Ari S. (135040201111153)

Upload: mahardian

Post on 17-Sep-2015

526 views

Category:

Documents


55 download

DESCRIPTION

tugas kelompok

TRANSCRIPT

MAKALAH DASAR PERLINDUNGAN TANAMANPENGENDALIAN HAMA SECARA BIOLOGI

Disusun oleh kelompok 02 Kelas : K

1. Nevi Meita D. R (135040201111148)2. Elend Arinta Sances (135040201111149)3. Amanda H. (135040201111150)4. Anna Windari (135040201111151)5. Iman Irsad S(135040201111152)6. Lutfi Ari S. (135040201111153)7. Yogi Nasrul A. (135040201111154)8. Mahardian A.P(135040201111155)9. Yuni Intan Anastya(135040201111156)

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYA2013/2014

KATA PENGANTARSegala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah "DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN". Kemudian shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad S.A.W yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman di program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Prof. Dr. Ir. Siti Rusminah Chailani CH.S selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari teman-teman satu kelas demi kesempurnaan makalah ini. Kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dimasa mendatang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, September 2013 Penyusun

i

DAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR..................................iDAFTAR ISI....iiBAB I PENDAHULUAN1.1.Latar Belakang.....11.2.Rumusan masalah........21.3.Tujuan makalah.......21.4.Manfaat makalah......2BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian perlindungan tanaman.......32.2. Tujuan perlindungan tanaman .. ......42.3. Bentuk-bentuk pengendalian hama......42.4. Pengertian pengendalian hama secara biologi......52.5. Komponen-komponen pengendalian hayati/biologi.........................82.6. Penerapan pengendalian hayati/biologi......102.7. Kelebihan dan kelemahan hayati/biologi.......112.8. Kasus penting OPT.........................................................................11

iiBAB III KESIMPULAN DAN SARAN3.1. Kesimpulan.....................143.2. Saran...14Lampiran................................................................................................................15DAFTAR PUSTAKA....16

iiiBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGangguan hama dan patogen pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam usaha pertanian. Keberadaan hama dan patogen merupakan faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak dan dapat bersifat eksplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relatif singkat seringkali dapat mematikan seluruh tanaman dan menggagalkan panen.Pemberantasan hama dan penyakit secara total tidak mungkin dapat dilakukan karena perkembangannya yang sangat cepat dan sulit dikontrol. Namun dengan pengamatan yang baik di lapangan sejak awal penanaman sampai panen, serangan hama dan patogen dapat ditekan.Hama adalah binatang yang dianggap dapat mengganggu atau merusak tanaman dengan memakan bagian tanaman yang disukainya. Misalnya : Serangga (insekta), cacing (nematode), binatang menyusui, dan lain-lain. Patogen yang menyerang tanaman bukan disebabkan oleh binatang, melainkan oleh makhluk mikrokospis, misalnya bakteri, virus, cendawan (jamur), dan lain-lain.Salah satu cara petani dalam menanggulangi hama tanaman adalah dengan pengendalian tanaman secara biologi atau hayati. Pengendalian secara biologi ini bertujuan mengupayakan agar populasi hama tidak menimbulkan banyak kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan (ramah lingkungan). Dengan cara ini petani dapat memahami pentingnya menjaga kelestarian ekosistem lingkungan.

11.2.Rumusan masalahMeninjau dari latar belakang, ada beberapa rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini. Rumusan masalah tersebut adalah :1. Apa pengertian perlindungan tanaman ?2. Apa tujuan perlindungan tanaman ?3. Apa sajakah bentuk-bentuk pengendalian hama ?4. Apa pengertian pengendalian hama secara biologi ?5. Apa saja komponen-komponen pengendalian hayati/biologi ?6. Bagaimana penerapan pengendalian hayati/biologi ?7. Apa kelebihan dan kelemahan hayati/biologi ?1.3.Tujuan makalah1. Mengetahui pengertian perlindungan tanaman2. Mengetahui tujuan perlindungan tanaman3. Mengetahui apa saja bentuk-bentuk pengendalian hama4. Mengetahui pengertian pengendalian hama secara biologi 5. Mengetahui apa saja komponen-komponen pengendalian hayati/biologi6. Mengetahui bentuk penerapan pengendalian hayati/biologi7. Mengetahui kelebihan dan kelemahan hayati/biologi1.4. Manfaat makalah1. Dengan dibuatnya makalah ini kita dapat memahami konsep tentang pengendalian hama secara biologi atau hayati yang ramah lingkungan.2. Dapat menunjang keperluan referansi bagi teman-teman.3. Sebagai sarana pembelajaran dalam mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman.

2BAB IIPEMBAHASAN2.1. Pengertian Perlindungan TanamanPerlindungan tanaman mempunyai makna yang sangat penting di dalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tidak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan. Dengan demikian, perlindungan tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pratanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996)Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad pengganggu atau organisme pengganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Sehingga Perlindungan tanaman meliputi segala kegiatan perlindungan terhadap kerusakan pertanaman mulai dari tanam sampai diterima konsumen

32.2. Tujuan perlindungan tanamanTujuan perlindungan tanaman adalah sebagai berikut :(a) Pencegahan, pengendalian dan pemantauan/peramalan OPT.(b) Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil-hasil pertanian.(c) Peningkatan daya saing produk pertanian di pasar.(d) Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani. (e) Peningkatan kualitas dan keseimbangan lingkungan hidup.(f) Untuk mendapatkan rendemen ekonomi yang optimal dengan kerusakan lingkungan yang minimal.

2.3. Bentuk-bentuk pengendalian hamaBeberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu sebagai berikut : 1. Pengendalian hama secara kimiawi2. Pengendalian hama secara biologi (hayati)3. Pengendalian hama secara terpadu 4. Pengendalian hama secara fisik dan mekanik5. Pengendalian hama secara kultur teknis

42.4. Pengertian pengendalian hama secara biologiPengendalian hayati merupakan pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Proses pengendalian ini dapat berjalan secara alami atau dapat dikatakan proses pengendalian hama yang berjalan secara sendiri tanpa ada campur tangan manusia Menurut Huffaker et al. (1976), penjagaan jumlah populasi suatu organisme dalam kisaran limit atas dan bawah tertentu sebagai hasil dari tindakan keseluruhan lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Oleh karena itu, pengendalian alami disebut pula sebagai keseimbangan alami (balance of nature).Pengendalian hayati dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendalian alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama bekerja tergantung kepadatan, sehingga keefektifannya ditentukan pula oleh kehidupan dan perkembangan hama yang bersangkutan. Ketersediaan lingkungan yang cocok bagi perkembangan musuh alami merupakan prasyarat akan keberhasilan pengendalian hayati. Perbaikan teknologi introduksi dan pelepasan di lapangan akan mendukung dan meningkatkan fungsi musuh alami (Untung, 1993).Konsep pengendalian hayati berangkat dari pengertian dan kesadaran akan sifat dan mekanisme terbentuknya keanekaragaman hayati pada ekosistem alami. Penerapan pengendalian hayati secara klasik yaitu dengan teknik melakukan introduksi musuh alami dari daerah/negara tempat asal-usul hama ke daerah sasaran, jelas merupakan usaha untuk meningkatkan keanekaragaman hayati.Ekosistem pertanian, khususnya tanaman pangan dan holtikultura sangat dinamik. Campur tangan manusia dalam usaha tani kadang sangat melampaui batas. Sehingga kondisi ini tentu akan merubah ekosistem yang telah dibentuk oleh alam. 5Kegiatan usaha tani yang intensif dan dilakukan dengan tidak bijaksana, akan mengarah kepada kondisi yang tidak menguntungkan musuh alami bahkan akan ikut punah. Apabila hal ini terjadi, kondisi lingkungan menjadi lebih membahayakan untuk perkembangan OPT. Dewasa ini beberapa jenis musuh alami khususnya jenis mikroorganisme entomopatogen telah dapat diproduksi dalam skala industri dan dipasarkan sebagai pestisida atau dikenal sebagai pestisida biologi. Artinya manusia tidak harus melakukan dengan tergesa-gesa mengendalikan dengan bahan-bahan (kimia) yang merusak lingkungan pertanian. Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme penggganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik. Tujuan pengendalian adalah mengupayakan agar populasi hama tidak menimbulkan kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif, menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan.Ada dua pendekatan pengendalian yaitu proaktif dan reaktif. Proaktif adalah upaya mengekang perkembangan hama agar populasinya tetap dibawah ambang ekonominya, contohnya seperti penanaman varietas tahan, cara bercocok tanam yang baik, dan penggunaan musuh alami. Sedangkan reaktif adalah upaya menekan perkembangan hama agar populasinya kembali dibawah ambang ekonominya, umumnya berupa pengendalian kimiawi.Upaya mengganti insektisida bisa dilakukan dengan pengendalian hama secara biologis. Menurut Dr. Rosichon Ubaidillah MPhil, taksonom serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pengendalian hama secara biologis menggunakan musuh alami hama. Metode itu diarahkan untuk mengendalikan hama secara alami dengan membiarkan musuh-musuh alami tetap hidup. Cara itu memang ramah lingkungan, tapi hasilnya tampak dalam jangka waktu lama.6Seperti yang telah dijelaskan diatas, pengendalian hama secara biologi dengan menggunakan musuh alami seperti pemangsa atau disebut dengan predator, parasitoid, dan patogen. Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya. Pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan populasi hama disebut pengendalian hama secara biologi. Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak ada.

72.5.Komponen-komponen pengendalian hayati/biologiPengendalian alami merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendiri tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya karena bekerjanya musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponen-komponen ekosistem.Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :a. Parasitoid dan Parasit Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan atau menghisap cairan inangnya.Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid yang bertindak sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu : Daya kelangsungan hidupnya baik Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk melengkapi siklus hidupnya. Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang rendah. Memiliki inang yang sempit. Kelemahan parasitoid sebagai pengendali Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan pencarian inang untuk peletakan telur. Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah telurnya sedikit.

8b. PredatorPredator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme yang lain. Perbedaan antara parasitoid dengan predator PARASITOIDPREDATOR

Umumnya bersifat monofag atau oligofagBersifat poliphag.

Hanya memerlukan satu inang untuk perkembangannyaMemerlukan banyak mangsa untuk menyelesaikan siklus hidupnya.

Pencari inangnya adalah imago betinaPencari mangsanya adalah jantan dan betina, juga pradewasanya

Mematikan inang untuk keturunannya.

Mematikan mangsa untuk dirinya

Ukuran tubuhnya lebih kecil dibanding inangnyaUkuran tubuhnya lebih besar dari mangsanya.

Metamorfosis sempurna

Metamorfosis ada yang sempurna dan tidak sempurna.

Memarasit inangnya pada stadia tertentu, misalnya larvaMemangsa semua stadia perkembangan mangsanya.

Mematikan inangya memerlukan waktu yang agak lamaMematikan mangsanya dalam waktu yang singkat

c. Patogen Serangga seperti juga organisme lainnya di dalam hidupnya juga diserang oleh banyak patogen atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan, Bakteri, Nematoda, dan Protozoa. Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan faktor mortalitas utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya membunuh serangga hama sehingga sejak lama patogen digunakan dalam pengendalian hayati 92.6. Penerapan pengendalian hayati/biologi1. Introduksi Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami dari suatu daerah atau negeri ke daerah lain sering kali cara ini disebut sebagai cara klasik Contoh : Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissima dari pulau Jawa ke Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di Indonesia. 2. Augmentasi Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami 3. Konservasi Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestarikan musuh alami yang telah ada di suatu daerah. Teknik ini bertujuan untuk menghindarkan tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami.Contoh : penggunaan pestisida.4. InundasiInundasi yaitu penambahan musuh alami dalam jumlah banyak dengan tujuan dapat menurunkan populasi hama dengan cepat sampai pada tingkat yang tidak merugikan

102.7. Kelebihan dan kelemahan hayati/biologiDalam pelaksanaannya, pengendalian hayati memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari pengendalian hayati, antara lain: 1. Selektifitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru 2. Organisme yang digunakan sudah ada di lapangan/lahan3. Organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama4. Dapat berkembang biak dan menyebar secara alamiah, hama tidak menjadi resisten atau terjadi sangat lambat5. Pengendalian ini dapat berjalan dengan sendirinya6. Tidak ada pengaruh/efek samping yang buruk, seperti pada penggunaan pestisida

Sedangkan, kekurangan dari pengendalian hayati ini, antara lain :1. Pengendalian berjalan lambat2. Tidak dapat diramalkan, ditentukan dengan paksa3. Sulit dan mahal untuk pengembangannya dan penggunaannya4. Memerlukan pengawasan pakar2.8 Kasus penting OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama padi utama di Indonesia, kerusakan yang ditimbulkan cukup luas dan hampir terjadi setiap musim. Tikus menyerang semua stadium tanaman padi, baik vegetatif maupun generatif, sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti. Tikus sawah sebagian besar tinggal di persawahan dan lingkungan sekitar sawah.11 Daya adaptasi tinggi, sehingga mudah tersebar di dataran rendah dan dataran tinggi. Mereka suka menggali liang untuk berlindung dan berkembang biak, membuat terowongan atau jalur sepanjang pematang dan tanggul irigasi. Tikus sawah termasuk omnivora (pemakan segala jenis makanan). Apabila makanan berlimpah mereka cenderung memilih yang paling disukai, yaitu biji-bijian/padi yang tersedia di sawah. Pada kondisi bera, tikus sering berada di pemukiman, mereka menyerang semua stadium tanaman padi, sejak pesemaian sampai panen. Tingkat kerusakan yang diakibatkan bervariasi tergantung stadium tanaman. Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan tikus sawah diperkirakan dapat mencapai 200.000 300.000 ton per tahun. Usaha pengendalian yang intensif sering terlambat, karena baru dilaksanakan setelah terjadi kerusakan yang luas dan berat. Oleh karena itu, usaha pengendalian tikus perlu memperhatikan perilaku dan habitatnya, sehingga dapat mencapai sasaran. Tinggi rendahnya tingkat kerusakan tergantung pada stadium tanaman dan tinggi rendahnya populasi tikus yang ada. Tikus sawah sampai saat ini masih menjadi hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Sebaran populasinya cukup luas dari dataran rendah sampai pegunungan, dari areal sawah sampai di gudang/perumahan. Kerusakan padi akibat serangan tikus yang mencapai ribuan hektar dilaporkan pertama kali pada tahun 1915 di Cirebon, Jawa Barat, selanjutnya tiap tahun terjadi peningkatan kerusakan tanaman padi dengan intensitas serangan sebesar 35%. Pemanfaatan musuh alami tikus diharapkan dapat mengurangi populasi tikus. Ular sawah sebenarnya menjadi pemangsa tikus yang handal, hanya sekarang populasinya di alam turun drastis karena ditangkap dan mungkin lingkungan tidak cocok lagi. Burung hantu (Tito alba) kini mulai diberdayakan di beberapa daerah untuk ikut menanggulangi hama tikus. Musang sawah juga memangsa tikus, namun sekarang sangat sedikit populasinya dan sulit dijumpai di sawah.12Hama tikus yang membuat resah petani di beberapa lokasi seperti Kecamatan Welahan direspon Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Jepara dengan mencari predator alami. Dengan predator alami yang tepa bisa menekan perkembangan hama tikus. Salah satu predator yang sedang dikaji adalah burung hantu. Menurut petani perlu diciptakannya predator sebagai musuh alami tikus adalah untuk mengontrol populasi. Ketika populasi terkontrol maka tidak akan merusakan pertanian. Contoh daerah yang menerapkan pengendalian secara biologi adalah di daerah Demak."Di Demak terdapat penggunaan burung hantu jenis tito alba. Burung itu merupakan musuh tikus. Tikus kerja di malam hari dan burung hantu juga demikian sehingga bisa menekan populasi tikus. Menciptakan predator alami untuk tikus perlu dilakukan. Sebab, peningkatan populasi tikus salah satu penyebabnya adalah semakin sedikitnya predator alami, salah satunya ular.Para petani menambahkan penggunaan burung hantu sebagai predator alami tikus tepat diterapkan. Mereka akan menindaklanjuti hingga ke bagian teknis untuk memelihara burung hantu. Sehingga pengendalian hama secara biologi atau hayati perlu ditingkatkan penerapannya pada sektor pertanian karena dengan menggunakan predator alami dapat menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.

13BAB III KESIMPULAN DAN SARAN3.1. KesimpulanDalam bercocok tanam haruslah menjaga ekosistem tempat kita menanam agar terjadi keseimbangan di lingkungan tersebut. Kebanyakan para petani menginginkan tanaman mereka jauh dari serangan hama dengan cara yang instan tanpa memerhatikan efek sampingnya terhadap lingkungan misalnya dengan penggunaan pestisida. Padahal dengan penggunaan bahan kimia (pestisida) menimbulkan efek kerusakan lingkungan yang serius. Oleh sebab itu,dengan menggunakan pengendalian hama secara biologi akan lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan musuh alami walaupun sedikit membutuhkan waktu yang cukup lama.

3.2 SaranPerlu adanya pengenalan oleh penyuluh pertanian kepada petani mengenai pengendalian hama secara biologi/hayati ini,karena dengan menggunakan pengendalian secara biologi ini dapat meminimalisir ketidakseimbangan ekosistem akibat pengendalian yang kurang tepat dan pengendalian hama secara biologi ini memiliki sifat yang sangat ramah lingkungan.Sehingga tujuan sukses pertanian dapat terwujud yaitu berupa peningkatan hasil dan kesejahteraan petani.

14LAMPIRANContoh berbagai hewan pemangsa hama tanaman Ulat kupu artona diberantas dengan hewan semacam lebah penyengat.

Kutu loncat diberantas dengan semut rangrang

Tikus diberantas dengan burung hantu

15DAFTAR PUSTAKA : AnonymousA,2013.hama tikus.http:// deptan.go.id. Diakses tanggal 24 September 2013 AnonymousB,2013.Hama-Tikus-Akan-Diberantas-dengan-Burung-Hantu.http:// suaramerdeka.com.Diakses tanggal 24 September 2013

16