makalah pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan model poe
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA MENGGUNAKAN MODEL PREDICT, OBSERVE,
DAN EXPLAIN (POE) BERBANTU SIMULASI PADA
KONSEP ELEKTROLISIS UNTUK SISWA SMA
Abstrak
Elektrolisis merupakan konsep yang menyatakan nama proses.
Sehingga untuk mempelajari konsep elektrolisis salah satunya bisa
dilakukan dengan pembelajaran yang sifatnya mengkonstruk
pengetahuan siswa secara mandiri. Diharapkan pembelajaran
tersebut mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa. Pembelajaran yang dapat mengkonstruk pengetahuan siswa
salah satunya digunakan model pembelajaran POE (predict,
observe, and explain). Terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu, predict
(mengajak siswa untuk memprediksi suatu jawaban),
observe(mengajak siswa untuk membuktikan jawaban melalui
praktikum), dan explain (mengajak siswa untuk menjelaskan
jawabannya melalui diskusi kelompok). Karena pembelajaran ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,
maka dapat model pembelajran dibantu dengan simulasi, simuslasi
berfungsi sebagai jembatan dalam menerangkan konsep secara
makroskopi kedalam submikroskopi.
Kata kunci: Elektrolisis, Model Pembelajaran POE, Simulasi
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu ilmu yang penting untuk di pelajari siswa di sekolah
adalah ilmu kimia. Karena ilmu kimia mampu menerangkan konsep
secara mikro dari fenomena makro. Penjelasan secara makro
didapat dari sebuah eksperimen, karena “Ilmu kimia merupakan
ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen
yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan
komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan
energetika zat”( Depdiknas, 2003: 6). Oleh sebab itu, mata
pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat
yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika
dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.
Penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan
karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses. Oleh karena itu
ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang diterima
oleh seseorang berupa fakta, teori, prinsip, hukum), temuan ilmiah
dan proses (kerja ilmiah).
Karena ilmu kimia memiliki karakteristik sebagai produk dan preoses, maka
dalam mempelajari ilmu kimia harus disesuaikan dengan metode dan pendekatan
yang sesuai. Misalnya ilmu kimia yang bersifat abstrak dapat diajarkan kepada siswa
dengan pendekatan konstruktivis menggunakan analogi inkuiri. Untuk ilmu kimia
berupa hitungan dapat digunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah
(problem base learning) sehingga siswa dapat menghubungkan permasalahan
kehidupan sehari-hari dengan penerpan konsep kimia yang mereka miliki. Untuk
kimia terapan dapat menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual atau
pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project base learning) atau pendekatan
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (salingtemas) atau SLTM sehingga
dengan pendekatan-pendekatan tersebut siswa dapat mempelajari konsep kimia dari
produk yang mereka hasilkan. Berbagai pendekatan, model dan metode pembelajaran
yang digunakan, sebaiknya digunakan pembelajaran yang mampu mengkonstruk
pengetahuan siswa secara mandiri dan guru hanya sebagai fasilitator bukan sumber
informasi utama.Namun apapun metode/pendekatan/ model/teknik pembelajaran
yang digunakan (depdiknas, 2003:13). Sehingga pembelajaran diharapakan lebih
mengaktifkan siswa dalam belajar secara mandiri tanpa harus disuapi oleh guru
secara terus menerus.
Artinya pembelajaran jaman sekarang lebih berpusat pada
siswa. Namun tantangan abad ke 21 menuntut siswa agar bisa
berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis yang memiliki fungsi
salah satunya agar siswa dapat menjawab fenomena alam yang
terjadi disekitarnya. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, maka pembelajaran kimia perlu dirubah yaitu dari dimensi
belajar kimia sebagai pengetahuan menjadi belajra kimia sebagai
cara berpikir untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta
didik (liliasari, 2011:13).
Salah satu konsep yang bisa mengembangakan kemampuan
keterampilan berpikir kritis siswa adalah konsep elektrolisis. Karena
konsep elektrolisis merupakan konsep yang menjelaskan proses
menggunakan energi listrik agar rekasi nonspontan dapat terjadi.
Sehingga konsep elektrolisis merupakan konsep yang menyatakan
nama proses. Untuk mengetahui proses elektrolisis dapat dipelajari
melalui praktikum atau melalui multimedia berupa simulasi. Sesuai
yang diutarakan oleh nursa’adah (2011:115) bahwa pembelajaran
elektrolisis menggunakan multimedia mampu meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa.
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk konsep
elektrolisis dapat digunakan model pembelajaran POE (predict,
observe dan explain). Model POE memiliki tahapan pembelajaran
yang dimulai dari predict, observe, explain, dan writing. Proses
predict adalah proses mengira-ngira atau menduga-duga suatu
maslah untuk menentukan sebuah jawaban. Proses observe adalah
proses pengamatan untuk membuktikan ramalan yang telah kita
buat. Proses explain adalah proses menjelakan hasil pengamatan.
Sehingga gabungan model POE ini akan membawa siswa kedalam
pembelajaran aktif.
Model pembelajaran POE akan membuat siswa aktif dalam
pembelajaran, dapat mengkonstruk pengetahuannya,
mengkomunikasikan pemikirannya kepada teman-temannya dan
menuliskan hasil diskusi. Pembelajaran model POE dapat
meningkatkan memahami dan menguasai konsep yang diberikan
dan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membauat
suatu alasan atas jawaban yang diberikannya.Sehingga model POE
ini dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa.
Sehingga dalam makalah ini pemakalah akan mengembangkan
keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan model POE (predict,
observe, dan explain) berbantu simulasi pada konsep elektrolisis untuk
siswa sma.
Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran predict-
observe-explain (POE) berbantu simulasi dapat
mengembangakan keterampilan berpikir kritis siswa
2. Bagaimana hubungan model pembelajaran predict-observe-
explain (POE) pada konsep elektrolisis
Tujuan makalah:
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui Langkah-langkah model pembelajaran predict-
observe-explain (POE) berbantu simulasi dapat
mengembangakan keterampilan berpikir kritis siswa
2. Mengetahui hubungan model pembelajaran predict-observe-
explain (POE) pada konsep elektrolisis
II. KAJIAN TEORITIK
A. Pembelajaran Kontruktivisme
Menurut Piaget (dalam dahar, 1989:159) setiap anak membangun
pengetahuannya. pengatahuan dibangun melalui pengalaman anak. Melalui
pengalaman yang telah didapat anak memiliki sedikit pengetahuan hidup. Contohnya
ketika seorang anak mencari makanan favoritnya. Pengalaman salah satu kotruksi
kognitif dalam pendekata kontruktivestik. Sehingga pendekatan kontruktivestik
mayatakan bahwa pengetahauan bukan kumpulan fakta dari hasil kenyataan yang
sedang dipelajari melainkan, sebagai kontruksi kognitif seseorang terhadap objek,
pengalaman, dan lingkungannya.(dalam budiningsih, 2005:56).
Berdasarkan kegiatan seseorang terhadap objek, pengalaman, dan lingkungannya
terjadilah proses belajar. Sesuai yang diutarakan oleh Gagne (dalam dahar, 1989:11)
bahwa belajar adalah suatu proses di mana organime mengalami perubahan perilaku
akibat pengalaman yang didapat. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru
untuk mentransferkan ilmunya pada murid-muridnya, pentransferan yang dilakukan
guru kedapa murid tidak langsung akan diserap, melainkan akan diinterpretasikan
dan dikontruksi oleh siswa melalui pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri
(dalam Budiningsih, 2005: 57).
B. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran POE
(Predict, Observe And Explain)
Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan metode eksperimen yang dimulai dengan
penyajian masalah dimana peserta didik diajak untuk memberikan
dugaan sementara terhadap kemungkinan yang terjadi, dilanjutkan
dengan observasi atau pengamatan langsung terhadap masalah
kimia dan kemudian dibuktikan dengan melakukan percobaan
untuk dapat menemukan kebenaran dari prediksi awal dalam
bentuk penjelasan (dalam Samosir, 2010: 10).
Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran
kontruktivisme. Langkah awal dalam model pembelajaran POE akan
memberikan sebuah permasalahan awal untuk dipecahkan oleh
siswa. Langkah awal pembelajaran POE akan membentuk
pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal siswa dibentuk saat
memecahkan sebuah masalah atau memperediksi jawaban sebuah
permasalahan. Jawaban yang sudah didapat kemudain dibuktikan
melalui praktikum.
Sir Francis Bacon (1561-1626) (dalam samosir, 2010: 11)
seorang filosof Inggris, mengemukakan bahwa untuk
mengkonstruksi pengetahuan diperlukan langkah-langkah: (1)
mengamati dan mencatat data dan pola yang muncul dari peristiwa
tersebut, (2) merumuskan hipotesis, menguji kebenaran hipotesis,
(4) menggunakan hipotesis untuk penyelidikan selanjutnya, dan (5)
jika kebenaran hipotesis berlaku secara umum maka dapat
diangkat menjadi hukum.
C. Langkah-Langkah Pembelajaran Model POE
Tiga langkah utama dari pembelajaran POE (dalam samosir, 2010:
11), yaitu:
a. Prediction, atau membuat prediksi,
membuat dugaan terhadap suatu peristiwa kimia.
b. Observation, melakukan penelitian, pengamatan apa yang
terjadi. Pertanyaan pokok dalam observasi adalah apakah
prediksinya memang terjadi atau tidak. Kita bisa lakukkan
kegiatan observasi ini dalam praktikum.
c. Explanation, yaitu memberi penjelasan, terutama tentang
kesesuaian antara dugaan (prediksi) dengan yang
sesungguhnya terjadi.
D. Keterampilan Berpikir Kritis
Saat belajar siswa selalu berpikir agar materi pelajaran yang
mereka pelajari dapat mereka pahami. Selama berpikir siswa
mengalami proses berpikir. Proses berpikir yang dilakukan siswa
dapat dikelompokkan dalam berpikir dasar (berpikir rasional) dan
berpikir kompleks (tingkat tinggi). Berpikir dasar merupakan
gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sejumlah
langkah dari sederhana menuju yang kompleks. Aktivitas berpikir
rasional meliputi menghafal, membayangkan, mengelompokkan,
menggeneralisasi, membandingkan, mengevaluasi, menganalisis,
mensintesis, mendeduksi, dan menyimpulkan. Dalam hal ini
keterampilan berpikir tingkat dasar meliputi menghubungkan
sebabakibat, mentransformasi, menemukan hubungan dan
memberikan kualifikasi. Proses berpikir kompleks yang disebut
berpikir tingkat tinggi, antara lain pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif ( Costa
dalam samosir 2010: 11).
Keterampilan berfikir kitis merupakan kemampuan bernalar dan
berfikir reflektif apa yang diyakini dan apa yang harus dilakukan
(Ennis dalam Sa’adah, 2011:25). Menurut Ennis (1989)
keterampilan berpikir kritis terdiri dari 12 indikator yang dibagi
dalam 5 kelompok seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 1. Indikator kemampuan berfikir kritis
Berpikir
KritisSub Berpikir Kritis Penjelasan
1. Memberi
penjelasan
sederhana
1. Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan.
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan
jawaban yang mungkin.
c. Menjaga kondisi pikiran.
2. Menganalisis
argument
a. Menidentifikasi kesimpulan.
b. Mengidentifikasi alasan
yang dinyatakan.
c. Mengidentifikasi alasan
yang tidak dinyatakan.
d. Mengidentifikasi
kerelevavan dan tidak
relevan.
e. Mencari struktur argumen.
f. Merangkum.
3. Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
a. Mengapa?
b. Apa intinya?
c. Apa artinya?
d. Apa contohnya?
e. Apa bukan contohnya?
f. Bagaimana menerapkan
pada kasus tersebut?
g. Perbedaan apa yang
menyebabkan?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah yang anda
katakan?
j. Akankah anda menytakan
lebih dari itu?
Berpikir
Kritis
Sub Berpikir Kritis Penjelasan
2. Membangun
keterampila
m dasar.
1. Mempertimbang
kan kredibilitas
suatu sumber.
a. Ahli
b. Tidak ada konflik interest.
c. Kesepakatan antar sumber.
d. Reputasi.
e. Menggunakan prosedur
yang baku.
f. Mengetahui resiko terhadap
reputasi.
g. Mampu memberi alasan.
h. Kebiasaan berhati-hati.
2. Mengobservasi
dan
mempertimbang
kan hasil
observasi.
a. Ikut terlibat dalam
menyimpulkan.
b. Dilaporkan oleh sendiri.
c. Mencatat hal-hal yang
diinginkan.
d. Penguatan dan
kemungkinan penguatan.
e. Kondisi akses yang baik.
f. Penggunaan teknologi yang
kompeten.
g. Kepuasan observer dan
kredibilitas yang baik.
3. Kesimpula
n
1. Membuat diskusi
dan
me
mpertimbangkan
hasil diskusi.
a. Kelompok yang logis.
b. Kondisi yang logis.
c. Interpretasi pernyataan.
2. Membuat induksi
dan
mempertimbang
kan induksi.
a. Membuat generalisasi.
b. Membuat kesimpulan dan
hipotesis.
c. Investigasi.
d. Kriteria berdasarkan
diskusi.
Berpikir
KritisSub Berpikir Kritis Penjelasan
3. Membuat dan
mempertimbang
kan nilai
keputusan.
a. Latar belakang fakta.
b. Konsekuensi.
c. Penerapan prinsip-prinsip.
d. Memikirkan alternatif.
e. Menyeimbangkan,
memberatkan, dan
memutuskan.
4. Membuat
penjelasan
lebih
lanjut.
1. Mendefinisikan
istilah,
mempertimbang
kan definisi.
a. Bentuk : sinonif, klasifikasi,
rentang, ekspresi yang
sama, oprasional, contoh
dan contoh.
b. Strategi definisi: aksi,
tindakan,
pengidentifikasian.
c. Isi.
2. Mengidentifikasi
asumsi.
a. Alasan yang tidak
dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan
5. Strategi
dan taktik1. Memutuskan
suatu tindakan.
a. Mendefinisikan suatu
masalah.
b. Menyelesikan kriteria untuk
membuat solusi.
c. Merumuskan alternatif yang
memungkinkan.
d. Memutuskan hal-hal yang
dilakukan secara tentatif.
e. Mereview.
f. Memonitor implementasi.
Berpikir
KritisSub Berpikir Kritis Penjelasan
2. Berinteraksi
dengan orang
lain.
a. Mengembangkan dan
menanggapi konsep-konsep
yang keliru.
b. Strategi logis.
c. Strategi retorika.
d. Mempresentasikan sebuah
pendapat baik lisan maupun
tulisan.
E. Simulasi Komputer
Media pembelajaran yang dilakukan guru kebanyakan
menggunakan papan tulis saja. Pembelajaran dapat diotimalkan
dengan berbantuan komputer. Pembelajaran ini dinamakan
Computer-Assisted Instruction (CAI) atau pembelajaran berbantuan
kompute. Menurut Dowd, S. B. dan Bower, R. (dalam nugraha,
2011:30), pembelajaran berbantuan komputer (CAI) dapat
dikelompokkan menjadi macam-macam bentuk (mode) Aplikasi,
yaitu: penggalian dan latihan (Drill and Practice), tutorial (Tutorial),
simulasi (Simulation), permainan (Games), pertanyaan/penyelidikan
(Inquiry), dan pemecahan masalah (Problem solving). Dalam
makalah ini bentuk CAI yang akan digunakan ialah bentuk simulasi,
yaitu berupa program yang menyediakan gambaran keadaan atau
fenomena yang menyerupai keadaan atau fenomena yang
sebenarnya.
Menurut De Jong dan Van Joolingen (dalam nugraha 2011:31),
simulasi adalah program yang berisi sebuah model dari sebuah
sistem (alami atau buatan) atau sebuah proses, yang terbagi atas
dua tipe yaitu simulasi yang mengandung model konseptual dan
yang operatif. Model konseptual menyatukan prinsip, konsep, dan
fakta atas suatu sistem (materi) yang disimulasikan. Sedangkan
model operasional meliputi urutan operasi atau prosedur kognitif
dan non-kognitif yang dapat diaplikasikan di sistem yang
disimulasikan. (dalam nugraha, 2011:31). Sehingga dengan
simulasi praktikum-praktikum kimia bisa lebih detail. Misalnya pada
konsep elektrolisis selain memperlihatkan perubhan yang terjadi di
katoda dan anoda juga dapat memperliahatkan pergerakan
elektron baik di katoda maupun anoda.
F. Karakteristik Konsep Elektrolisis
Menurut kenaan (1984) bila aliran elektron yang menyertai
suatu reaksi membentuk arus listrik, maka perubahan kimia itu
dirujuk sebagai elektrokimia. Perubahan kimia yang terjadi pada
elektrokimia terdapat dua kelas yaitu rekasi yang menghasilkan
arus listrik yaitu sel volta dan yang dihasilkan oleh arus listrik yaitu
sel elektolisis.
Yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai elektrolisis.
Menurut Chang (2004: 219) elektrolisis adalah proses merubah
rekasi kimia non spontan agar bisa terjadi menggunakan energi
listrik. Sehingga elektrolisis menurut Sa’adah (2011: 29) terdapat
dua atribut yang mengkonstruk konsep elektrolisis, yaitu konsep
listrik dan rekasi kimia, reaksi kimia dalam hal ini adalah rekasi
oksidai-reduksi. Garnet,treagust, dan barral (dalam Sa’adah 2011:
29) menemukkan fakta bahwa pemahaman kelistrikan yang
menyangkut pergerakan elektron dalam logam dan pergerakan ion
dalam larutan elektrolit, serta pemahaman dan kemampuan
menyetarakan reaksi redoks sangat diperlukan sebagai prasyarat
mendasar untuk memahami yang terjadi dalam proses sel
elektrolisis.
Sebagai contoh, elektrolisis lelehan NaCl. Elektrolisis NaCl
berfungsi untuk menghasilkan logam natrium dan gas klorin.
Dimana elektrolisis lelehan NaCl dapat dilihat dalam gambar sel
elektrolisis pada gambar 1.
Berdasarkan elektrolisis lelehan NaCl pada gambar diatas diketahui
bahwa pada anoda terjadi rekasi oksidasi dimana dihasilkan gas
klor, rekasinya sebagai berikut :
Oksidasi : 2Cl- (l) → Cl2(g) + 2 e-
Pada katoda terjadi reaksi reduksi ion Na+ menjadi logam Na dan
reaksinya sebagai berikut:
Reduksi : Na+(l) + e- → Na(l)
Untuk reaksi secara keseluruhannya dapat dituliskan sebgai
berikut:
Reduksi (katoda) : Na+(l) + e- → Na(l)
Oksidasi (anoda) : 2Cl - ( l ) → Cl 2( g ) + 2 e -
Gambar 1. Elektrolisis lelehan NaCl
Macmurry dan Fay, 2004 : 792
Keseluruhan : Na+(l) + 2Cl- (l) → Na(l) + Cl2(g)
Jika diperhatikan sel elektrolisis diatas digunakan elektroda inert
pada anoda dan katodanya. Sehingga katoda menjadi katoda inert
yaitu katoda yang tidak mengalami reaksi reduksi dan pada anoda
menjadi anoda inert yaitu anoda yang tidak mengalami reaksi
oksidasi. Adapun kebalikan dari elektroda inert yaitu elektroda tak -
inert. Maka jika digunakan elektroda tak inert, katoda pun akan
bersifat tak inert artinya katoda akan mengalami reaksi reduksi dan
anoda sama akan bersifat tak inert artinya anoda akan mengalami
reaksi oksidasi. (Sa’adah, 2011:32)
Sebagai contoh elektrolisis pemurnian tembaga, yang dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Berdasarkan gambar tersebut untuk memurnikan logam Cu
maka pada anoda digunakan anoda tak inert maka disimpan logam
Cu tak murni dan pada katoda digunakan katoda tak inert maka
disimpan logam Cu murni. Sehingga untuk rekasi setengah cell
pada anoda dan kotodanya adalah
Gambar 2. Elektrolisis pemurnian logam Cu (tambaga) menggunakan larutan CuSO4
Macmurry dan Fay, 2004 : 798
Oksidasi (anoda) : Cu(s) → Cu2+(aq) + e-
Reduksi (katoda) : Cu2+ (aq) + 2 e- → Cu(s)
Metode elektrolisis ini digunakan dalam proses elektroplating.
Elektroplating adalah prinsip-prinsip elektrolisis yang digunakan
dalam proses penyepuhan logam.
Pergerakan elektron di dalam sel elektrolisis akan bergerak dari
anoda menuju katoda. Pergerakan ion-ion dalam sel elektrolisis, ion
positif atau kation dan ion negatif akan bergerak ke anoda. Satu
mol elektron yang lewat pada rangkaian elektrolisis mengakibatkan
satu bobot ekuivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi
satu bobot ekuivalen pada elektroda yang lain dapat dihitung
menggunakan hukum faraday. Untuk mengatahui produk-produk
yang akan dihasilkan selama proses elektrolisis dimasing-masing
elektroda, digunakan elektroda hidrogen sebagai pembanding
untuk kedua reaksi yang terjadi di elektroda tersebut.
III. APLIKASI DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan POE Dengan Simulasi Computer
Model pembelajaran POE merupakan model pembalajaran
praktikum yang dimulai dengan penyajian masalah pada tahap
prediksi. Permasalah yang didapat kemudian di prediksi jawbanya.
Jawaban yang di dapat kemudian di buktikan di tahap observasi
melalui praktikum. Setelah tahap observasi dilakukan, maka
dilakukanlah tahap explain atau tahap menjelaskan. Pada tahap ini
siswa diminta untuk menjelelaskan jawaban yang mereka dapat
untuk dipresentasikan dalam pembelajaran.
Model pembalajaran POE yang berbasis praktikum barulah
menjelaskan konsep secara makroskopi. Sehingga data yang
didapat oleh siswa masih kurang untuk penguatan konsep siswa.
Untuk membantu siswa kita bisa gunakan Animasi konseptual yang
disajikan dalam multimedia, merupakan penghubung dengan mata
kuliah praktikum, sehingga memudahkan siswa untuk dapat
membuat hubungan antara kemampuan representasi makroskopik,
submikroskopik, dan simbolik (dalam Sa’adah, 2011:13).
Multimedia yang digunaka bisa berbentuk simulasi komputer.
simulasi komputer dapat memberikan kesempatan kepada siswa
tidak hanya untuk mengembangkan pemahaman siswa dan
penguatan konsep kimia, tetapi juga dapat mengembangkan
kemampuan mereka dalam investigasi ilmiah dan penyelidikan
sehingga dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa
(Escalada dan Zollman dalam nugraha, 2011).Agar model
pembelajaran POE bisa berjalan dengan optimal maka perlu
berbantuan simulasi agar konsep kimia secara submikroskopi dapat
terjelaskan juga.
B. Langkah-langkah pembelajaran POE berbantuan simulasi
Seperti yang telah dijelaskan dalam kajian teoritik bahwa model
pembelajaran POE memiliki tiga langkah utama, yaitu prediksi,
observasi dan explain. Langkah-langkah pembelajran ini bisa
dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap predict
Kegiatan awal yang dilakukan guru pada tahap ini adalah
membentuk kelompok untuk siswa-siswanya. Guru
mengajarkan konsep utama terlebih dahulu mengenai konsep
elektrolisis. Kemudian guru memberikan sebuah penyajian
masalah di dalam LKS mengenai elektrolisis. Penyajian masalah
tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam mencari struktur argument mengenai
reaksi yang terjadi di anode dan katode pada larutan atau cairan dengan
elektrode tak inert ataupun elektrode inert. Siswa dapat melakukan
diskusi kelompok untuk memecahakan jawaban ditiap-tiap
pertanyaan. Sehingga siswa mempunyai konsep awal mengenai
elektrolisis.
2. Tahap observe
Setelah tahap prediksi dilakukan maka siswa di ajak untuk
membuktikan jawaban yang mereka dapat pada tahap prediksi
melalui praktikum. Siswa melakukan praktikum sesuai dengan
panduan di dalam LKS praktikum. Pada tahap observe guru bisa
mengukur kemampuan siswa dalam mengobservasi reaksi yang
terjadi di anode dan katode pada sel elektrolisis melalui percobaan dan
mempertimbangkan hasil observasi.
3. Tahap explain
Setelah tahapan observe terselesaikan siswa diperlihatkan
simulasi seperti pada gambar 3 dibawah ini:
Kemudian siswa melakukan diskusi kelompok untuk
menjelaskan teori yang mereka miliki mengenai elektrolisis.
Dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah definisi yang benar.
Siswa diminta untuk menjelaskan hasil observasi sehingga
siswa dapat menjawab kebenaran dari peridiksi awal yang
mereka punya.
Gambar 3. Simulasi sel elektrolisis
Tom Greenbowe
Adapun kegiatan guru dalam kegiatan ini hanya sebagai
fasilitator. Dimana jika prediksi siswa terbukti di dalam
percobaan maka guru hanya melakukan rangkuman saja.
Namun jika jawaban siswa kurang tepat guru meluruskan
jawaban siswa dan mencari tau mengapa dugaan siswa tidak
tepat dengan memberikan alasan yang sebenarnya. Sehingga
dalam tahap ini guru bisa meluruskan jawaban siswa yang
masih miskonsepsi.
Tahap explain bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memberikan penjelasan lebih lanjut dan kemampuan
dalam strategi dan taktik. Maksud dari kemampuan strategi dan
taktik adalah siswa diharapkan dapat menari jawaban yang
benar ketika hasil observasi yang mereka temukan tidak sesuai.
Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat dibuat
perbandingan indikator pembelajran biasa dengan indikator
pembelajaran berpikir kritis yang akan dikembangkan sebagai
berikut:
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Pembelajaran
Berpikir Kritis
2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari
2.2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi dalam sel elektrolisis
Menuliskan reaksi yang terjadi di anode dan katode pada larutan atau cairan dengan elektrode aktif ataupun elektrode inert.
Mengamati reaksi yang terjadi di anode dan katode pada sel elektrolisis
Mencari struktur argument mengenai reaksi yang terjadi di anode dan katode pada larutan atau cairan dengan elektrode tak inert ataupun elektrode inert.
Table 2. indicator berpikir kritis yang akan digunakan
melalui percobaan.
Mengobservasi reaksi yang terjadi di anode dan katode pada sel elektrolisis melalui percobaan dan mempertimbangkan hasil observasi
Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi berdasarkan data percobaan elektrolisis yang didapat.
Berinteraksi dengan orang lain untuk menyelesaikan kegunaan elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada proses penyepuhan logam
Setelah dibuat indikator pembelajran kirtis yang akan
dikembangkan dalam penelitian. Maka dapat dibauat hubungan
tahapan pembelajaran POE dengan indikator pembelajaran kritis
yang telah dibuat. Hubungan tahapan pembelajaran POE dengan
indikator berpikir kritis terdapat dalam tabel dibawah ini :
Tahapan Pembelajaran POE Indikator Pembelajaran Berpikir Kritis
Predict (prediksi) Mencari struktur argument mengenai reaksi yang terjadi di anode dan katode pada larutan atau cairan dengan elektrode tak inert ataupun elektrode inert.
Table 3. Hubungan tahapan pembelajaran POE dengan indicator keterampilan berpikir kritis
Observe Mengobservasi reaksi yang terjadi di anode dan katode pada sel elektrolisis melalui percobaan dan mempertimbangkan hasil observasi
Explain (menjelaskan) Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi berdasarkan data percobaan elektrolisis yang didapat.
Berinteraksi dengan orang lain untuk menyelesaikan kegunaan elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada proses penyepuhan logam
IV. PENUTUP
Subkonsep elektrolisis adalah cabang dari elektrokimia.
Elektrolisis merupakan sebuah konsep abstrak contoh konkrit.
Pembelajaran elektrolisis guru memerlukan
multipelrespersentation, yaitu submikroskopi, maksroskopi, dan
simbolik. Namun ketiga tahap ini tidak tersampaikan dalam suatu
pembelajaran. Yang mengakibatkan pemahaman siswa menjadi
kurang.
Pembelajaran model POE berbantu simulasi, mengajak siswa
untuk mengkonstruk pemikirannya melalui tahap kegiatan model
POE. Kemudian dengan model pembelajaran berbantu simulasi
dapat memperkuat konsep siswa. Karena dengan adanya simulasi
siswa dapat melihat pergerakan elektron dan ion-ion yang terjadi
selama proses elektrolisis berlangsung. Maksud pemberian simulasi
ini adalah untuk memberikan konsep-konsep yang hanya bisa
dijelaskan secara submikroskopik. Pembelajaran model POE
berbantu simulasi akan memberikan tiga respresentasi dari
subkonsep elektrolisis.
Selama kegiatan pembelajaran POE berbantu simulasi siswa
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Kemudian kita
berikan beberapa pertanyaan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa. Sehingga berdasarkan uraian diatas pemakalah
menyrankan untuk dilakukan tindakan lebih lanjut mengenai
pembelajaran elektrolisis menggunakan model POE berbantu
simulasi untuk meningkatan kemampuan berfikir kritis siswa SMA.
V. DAFTAR RUJUKAN
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan PembelajaranKontruksi pengetahuan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Departemen nasional. (2003). Kurikulum 2004 standar kompetensi mata
pelajran kimia SMA dan MA. Jakarta: Balitbang depdiknas
Keenan, Charles W. (1984). Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi Keenam Jilid
2. Jakarta: Erlangga
Liliasari. (2011). Pengembangan Keterampilan Generik Sains Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik.Makalah.
Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
McMurry, J. dan R.C. Fay. (2004). McMurry Fay Chemistry. 4th edition.
Pearson Education International. Belmont, CA.
Nurgaha. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Simulasi
Komputer, Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis, Dan
Pokok Bahasan Fluida Statis. Tesis. UPI. Bandung : tidak
diterbitkan.
Sa’adah, Euis Nur. (2011). Multimedia, Pemahaman Representasi
Submikroskopik, Keterampilan Generik Sains, Keterampilan Berpikir
Kritis, Dan Elektrolisis. Tesis. UPI. Bandung : tidak diterbitkan.
Samosir Heppy. (2010). Model Pembelajaran POEW (Predict Observe
Explain Write) untuk meningkatkan penguasaan konsep kalor dan
Keterampilan Berfikir Kritis SMA. Tesis. UPI. Bandung : tidak
diterbitkan.