makalah pendidikan anak tunalaras

16
PENANGGULANGAN TINGKAH LAKU ANAK HIPERAKTIF Dosen Pengampu: Dr. Ibnu Syamsi, M.Pd. oleh : Rahmat Sulistiyo K. PLB-B / 12103244018 PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Upload: big-four

Post on 16-Feb-2015

242 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

PENANGGULANGAN TINGKAH LAKU ANAK HIPERAKTIF

Dosen Pengampu: Dr. Ibnu Syamsi, M.Pd.

oleh :

Rahmat Sulistiyo K.

PLB-B / 12103244018

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012/2013

Page 2: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

PENANGGULANGAN TINGKAH LAKU ANAK HIPERAKTIF

RAHMAT SULISTIYO K.NIM : 12103244018

Email: [email protected]

ABSTRAK

Mencegah lebih baik daripada mengobati, sama saja dengan menanggulangi lebih baik daripada mengatasi. Hal tersebut berlaku dalam banyak bidang, terutama dalam bidang ketunalarasan. Penanggulangan tingkah laku anak hiperaktif menjadi sebuah keharusan yang dilakukan oleh para orang tua, guru dan masyarakat diseluruh dunia terutama di Indonesia. Banyak teknik atau cara yang digunakan untuk menanggulangi tingkah laku anak hiperaktif tergantung dari teori apa yang dipakai oleh seseorang atau sekolah tertentu. Walaupun teknik atau cara yang dipergunakan untuk menanggulangi anak hiperaktif berbeda-beda namun tujuannya sama, yaitu membantu anak hiperaktif merubah tingkah laku yang tidak sesuai menjadi bertingkah laku sesuai, sehingga mereka dapat diterima oleh lingkungannya. Karena mau tidak mau apabila sudah waktunya, seorang anak yang mengalami hiperaktif akan kembali ke masyarakat atau lingkungannya seperti dulu lagi. Diharapkan setelah mendapat pendidikan di sekolah, asrama atau panti rehabilitasi perilaku atau tingkah laku hiperaktifnya menghilang atau setidaknya berkurang drastis. Orang tua harus berperan utama dalam penanggulangan tingkah laku anak hiperaktif, karena orang tualah yang menjadi guru pertama kali seorang anak, apabila orang tua mencontohkan perilaku atau tingkah laku yang buruk kepada anak, maka kemungkinan besar seorang anak yang ikut menirukan tingkah laku buruk orang tuannya dan akan bertambah parah seiring dengan bertambahnya usia anak. Dan dapat pula dipengaruhi oleh pergaulan anak disekolah atau lingkungan bermain anak.

Kata kunci : pengertian hiperaktif, penanggulangan hiperaktif

Page 3: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

PENDAHULUAN

Tunalaras sangat identik dengan tingkah laku yang menyimpang, tidak sesuai, nakal,

kriminal, menyalahi aturan, melanggar norma, dan masih banyak banyak lainnya. Dengan

kata lain tunalaras adalah suatu keadaan dimana seorang anak tidak dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan sosialnya yang berakibat pada tingkah laku yang melanggar norma aturan,

menyimpang dari yang seharusnya dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Hallahan & Kauffman (Dalam Mohammad Efendi,2006: 142) Sebutan anak

berkelainan perilaku (Tunalaras) didasarkan pada realitanya bahwa penderita kelainan

perilaku mengalami gangguan intrapersonal dan atau interpersonal secara ekstrem. Dan

menurut T.Sutjihati Somantri, (2007: 139) “Anak tunalaras sering juga disebut anak

tunasosial karena tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma

sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan

perilaku yang ekstrem, melanggar norma aturan dan dapat merugikan diri sendiri maupun

orang lain. Dengan munculnya perilaku tunalaras maka muncul pula cara penanggulangan

anak tunalaras yang dapat dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat. Sebaiknya

antara orang tua, sekolah dan masyarakat bisa saling membantu agar hasil yang diperoleh

lebih maksimal dan dapat menghilangkan perilaku menyimpang anak tunalaras. Dengan

kerjasama juga dapat meringankan beban orang tua anak dalam menanggulangi tingkah laku

tunalaras.

Page 4: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

PEMBAHASAN

PENGERTIAN ANAK HIPERAKTIF

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian

dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).

Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut

minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak

yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama

tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai

berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya

“Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif

adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang

anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan

bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat

kompleks; gejalanya berbeda-beda. Dengan adanya perilaku hiperaktif maka perlu juga

ada penanggulangan untuk anak hiperaktif, banyak cara yang dapat dilakukan untuk itu,

beberapa cara tersebut, antara lain:

a. Intervensi Biofisik

Hiperaktif dapat disebabkan karena dari tidak normalnya turunan (genetik),

faktor organik (sistem saraf pusat ) yang rusak, tak berfungsinya otak secara

maksimal atau faktor lingkungan (toksin, infeksi, penyakit, dll). Pandangan

biofisik ini menghasilkan rancangan penyembuhan/penanggulangan tingkah laku

hiperaktif menggunakan obat dan diet.

1) Terapi Menggunakan Obat

Menurut Barkley (1981), Safer & Krager (1984,1988) yang dikutip oleh

Rosenberg et al., (1992) menyatakan bahwa diatas 600.000 anak-anak

populasi anak sekolah (1-2 %) menggunakan obat untuk menangani perilaku

hiperaktif. Jenis obat yang sering digunakan antara lain pemolina,

dekstroamfetamina, dan metilfenidat. Walaupun banyak argumentasi

(Gadow, 1986) yang dikutip Rosenberg, et al, (1992) tentang pemakaian obat

tersebut diatas, tetapi ketiga obat itu telah mendapatkan respon positif. Fish

(1975) yang dikutip Rosenberg, et al., (1992) melaporkan bahwa obat tersebut

bekerja membantu sel-sel saraf dalam otak mengirimkan pesan-pesan ke sel

Page 5: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

lain. Pemakaian obat ini dapat menenangkan perilaku anak hiperaktif,

memungkinkan anak untuk berkonsentrasi lebih lama, dan dapat lebih mampu

mengontrol dan mengendalikan diri. Jadi, penanggulangan anak hiperaktif

dengan menggunakan obat stimulan ini sangat efektif pada situasi yang

membutuhkan perhatian pada tugas dan pengendalian tingkah laku. Namun

demikian, obat ini tidak dapat mempertinggi prestasi akademik anak

hiperaktif, mungkin karena obat ini sering terlambat diberikan sebagai terapi.

Efek samping dari obat-obatan ini antara lain:

- Menganggu selera makan anak dan turunnya berat badan

- Anak selalu terlihat bersedih dan mudah merajuk

- Menyebabkan anak susah tidur dan cepat marah

Karena itu Rosenberg, et al, (1992) menganjurkan penanggulangan dengan

cara lain bagi anak daripada menggunakan obat-obatan.

2) Terapi Melakukan Diet

Diet yang dimaksudkan adalah menambah unsur-unsur yang tidak ada

didalam makanan, misalnya beberapa vitamin, terutama piridoksin (vitamin

B6), dan beberapa mineral misalnya seng (Taylor, 1985). Para orang tua

dianjurkan agar lebih hati-hati untuk menerapkan pemakaian diet ini, karena:

Pertama, belum ada hasil penelitian yang sungguh-sungguh dapat dipercaya

mengenai hasil dan efek diet yang jitu untuk menanggulangi tingkah laku anak

hiperaktif. Kedua, banyak hal yang perlu diperhitungkan untuk memulai diet.

Misalnya efek psikologis dari tekanan harapan-harapan yang diterapakan akan

muncul dari diet tersebut, mempengaruhi para orang tua dan anak. Sehingga

banyak orang tua yang merasakan pengaruh diet yang berlebihan dan tidak

sesuai dengan pengaruh semestinya. Taylor (1985) memberikan beberapa

strategi yang dapat menjadi pedoman, yaitu: Pertama, melakukan pengamatan

terhadap makanan yang menyebabkan anak terganggu lalu menghindarinya.

Kedua, menghindari makanan tertentu dari anak, hanya berdasarkan makanan

tersebut menyebabkan alergi pada anak-anak lain. Ketiga, menghindarkan

anak dari sejumlah besar makanan, untuk mengubah tingkah laku anak

hiperaktif.

Page 6: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

Metode diet juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: anak-anak

tidak suka disuruh diet, karena banyak jenis makanan yang enak dan manis tak

boleh mereka makan. Dan orang tua lama-lama akan merasa bosan dan

kecewa apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

b. Intervensi Behavioral

Intervensi Behavioral ini menitikberatkan penanggulangan perilaku hiperaktif

pada tingkah laku individu yang dapat diobservasi. Menurut model behavior ini,

bahwa masa depan individu sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian lingkungan

yang merupakan pengalaman baginya. Jadi menurut model ini anak menjadi

hiperaktif karena tingkah laku yang dipelajarinya dari lingkungan. Beberapa

teknik yang dapat dipergunakan dalam model ini, antara lain:

1) Meningkatkan Tingkah Laku Positif.

Setiap anak walaupun ia seorang hiperaktif tetap memiliki tingkah laku

yang positif bahkan anak yang paling parah tingkatan hiperaktifnya masih bisa

asyik dengan mainannya, menonton televisi, walaupun dalam tempo yang

relatif singkat (Taylor, 1985). Beberapa strategi untuk meningkatkan tingkah

laku positif, yaitu:

a) Membuat daftar kelakuan baik.

Daftar tingkah laku baik ini dibuat dengan tujuan untuk

mengidentifikasi hal-hal yang positif, dapat diobservasi dan dapat diberi

penguatan. Misalnya orang tua atau guru segera mencatat sifat-sifat atau

tingkah laku anak yang dianggap positif oleh orang tua atau guru itu

sendiri.

Page 7: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

Contoh Daftar Kelakuan Baik.

Sumber: Dr. Eric Taylor, 1985. Alih bahasa, Alex Tri Kancono W. 1988.

Anak Yang Hiperaktif, hal 89.

b) Memberi Imbalan

Tujuan memberikan imbalan adalah untuk memperkuat tingkah

lakunya yang sudah positif. Setiap kali anak melakukan perbuatan terpuji

atau tingkah laku positif, orang tua atau guru hendaklah sesegera mungkin

memberikan imbalan kepada anak, karena dengan demikian akan lebih

besar pengaruhnya kepada penguatan tingkah laku anak tersebut. Menurut

Morris (1985), ada 6 jenis imbalan yang berbeda-beda yang dapat

menyenangkan anak-anak, yaitu:

(1) Yang merupakan objek, misalnya berbagai jenis makanan, pensil

dan kertas gambar, buku komik, suling, stiker, dan sebagainya.

(2) Sebagai aktifitas, misalnya berlatih renang, bermain layang-

layang, dan sebagainya.

(3) Merupakan hadiah sosial, misalnya ucapan “Bagus sekali”, “Oh,

menajubkan”, “Hebat”, dan sebagainya.

(4) Hadiah tanpa kata, misalnya senyuman, ciuman, meraba sambil

menglus-elus punggung anak, dan sebagainya.

(5) Makanan kecil, misalnya permen, es krim, dan sebagainya.

Daftar Kelakuan Baik

1. Ia sangat ramah waktu bertemu seseorang.

2. Ia sering melompat-lompat dengan bahagia sewaktu pulang

sekolah dan bermain dengan manisnya brsama kakaknya dan

kucingnya selama 5 menit.

3. Ia sangat berani dan tak menangis jika terluka atau diganggu.

4. Ia tak pernah dendam jika punya masalah paling lama 10

menit.

Page 8: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

(6) Minuman ringan, misalnya lemon juice, softdrink, dan sebagainya.

c) Membuat Perjanjian (kontrak) Secara Tertulis.

Kontrak adalah persetujuan tertulis yang menetapkan hubungan antara

tingkah laku anak yang sesuai dengan konsekwensi positif tertentu. Isi

kontrak itu haruslah merupakan negoisasi antara anak dan orang tua atau

guru. Anak hanya tahu pasti tingkah laku yang bagaimana yang

diharapakan mereka tunjukan. Dalam sebuah kontrak tertera:

(1) Tanggal kontrak dimulai, kontrak berakhir dan yang disepakati.

(2) Tingkah laku yang ditargetkan secara spesifik untuk diberikan

penguatan (reinforcement).

(3) Konsekwensi (hadiah yang akan diterima) bila tingkah laku yang

ditargetkan telah dilakukan dengan baik. Sistem ini diberlakukan

bagi anak yang sudah bisa membaca dan menulis.

2) Mengurangi Tingak Laku Negatif.

Beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi frekwensi

tingkah laku yang negatif, antara lain:

a) Pembasmian (extinction).

Yaitu cara untuk membasmi tingkah laku yang negatif dengan

menangguhkan hadiah untuk tingkah laku yang sudah ditargetkan

sebelumnya. Misalnya anak menyerahkan pekerjaan rumah yang selesai

setiap pagi pada guru, maka ia akan mendapatkan hadiah. Tetapi bila tugas

dan pekerjaan rumah tersebut tidak diserahkan maka hadiahnyapun akan

ditunda pemberiannya sampai tugas tersebut diserahkan. Dalam

melaksanakan prosedur extinction ini pelaksanaan modifikasi tingkah laku

hendaknya, Pertama, mengetahui melakukan hal-hal apa yang mendorong

anak melakukan tingkah laku negatif tersebut. Kedua, menetapkan atau

memastikan bahwa hal-hal tersebut selalu akan diikuti oleh tingkah laku

anak yang negatif. Ketiga, mengontrol kejadian yang disebabkan dorongan

atau penguatan tersebut. Keempat, konsisten dalam memakai prosedur

pada setiap tingkah laku terjadi.

Page 9: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

b) Hukuman.

Merupakan salah satu cara untuk menurunkan tingkah laku yang

negatif. Namun sangat sedikit ahli yang menganjurkan menggunakan

hukuman untuk mengurangi tingkah laku anak hiperaktif karena hukuman

fisik dapat mengakibatkan efek samping. Menurut Morris, (1985) efek

samping yang timbul akibat hukuman antara lain: Pertama, tidak dapat

menghilangkan tingkah laku anak yang negatif, hanya menekannya saja.

Kedua, disamping tingkah laku negatif yang akan dihilangkan dapat

ditekan, tetapi tingkh laku negatif yang lain dapat muncul. Ketiga,

hukuman dapat menimbulkan respon menarik diri dan rasa takut pada

anak. Keempat, bila pelaksanaan pengubah tingkah laku menggunakan

hukuman, dapat juga mengakibatkan anak menjadi agresif dan

bermusuhan, baik dengan teman sekelasnya maupun dengan pelaksana

penggubah tingkah laku. Kelima, anak pada umumnya menghindari

berbagai kegiatan. Dan dapat pula hukuman itu ditiru untuk menghukum

orang lain. Ada 3 jenis tindakan yang dapat dilakukan sebagai hukuman

kepada anak:

(1) Teguran, dipakai untuk mengurangi perbuatan anak yang negatif.

(2) Denda, adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan tingkah laku yang tidak sesuai atau melanggar.

(3) Disisihkan, yaitu menyisihkan anak yang melakukan perbuatan

negatif dari kegiatan kelas, menempatkannya disuatu tempat

tertentu yang disebut daerah penyisihan (time-out), tetapi anak

tersebut masih bisa melihat dan mendengar kegiatan dikelasnya,

walaupun ia tidak boleh ikut dalam kegiatan kelas itu, selama ia

menjalani waktu penyisihan.

c. Terapi Lainnya.

1) Progessive Relaxation Awal (Biofeedback)

Adalah suatu terapi untuk menaggulangi tingkah laku anak hiperaktif

dengan memberi obat perangsang. Tujuan dari obat ini agar dapat

membantu anak mengontrol perilakunya yang berhubungan dengan irama

gerakan sensoris anak.

Page 10: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pengertian Anak Hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan

perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity

disorder (ADHD).

2. Penanggulangan anak hiperaktif dapat dilakukan dengan cara:

a. Intervensi Biofisik, terbagi menjadi 2 cara, yaitu:

1) Terapi dengan menggunakan obat, dan

2) Terapi melakukan diet.

b. Intervensi Behavioral, terbagi menjadi 2 cara, yaitu:

1) Meningkatkan tingkah laku yang positif. Cara untuk meningkatkan tingkah

laku positif, antara lain:

a) Membuat daftar kelakuan baik,

b) Memberi imbalan, dan

c) Membuat perjanjian (kontrak) secara tertulis.

2) Mengurangi Tingak Laku Negatif. Beberapa alternatif untuk mengurangi

tingkah laku negatif, antara lain:

a) Pembasmian, dan

b) Hukuman.

c. Terapi lainnya, yaitu:

1) Progessive Relaxation Awal (Biofeedback).

Page 11: Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

DAFTAR PUSTAKA

http://arif-plb2011.blogspot.com/2011/11/pengertian-tunalaras.html

http://gitta-raka.blogspot.com/2012/04/definisi-anak-hiperaktif_02.html

Ibrahim N, & Aldy R. 1996. Etiologi dan Terapi Anak Tunalaras. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.