difteria anak makalah

31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya. Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat dan bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Difteri tersebar di seluruh dunia, tetapi insiden penyakit ini menurun secara drastis setelah penggunaan vaksin difteri secara meluas. Insiden tergantung kekebalan individu, lingkungan, dan akses pelayanan kesehatan. Serangan difteri sering terjadi dikalangan penduduk miskin yang tinggal di tempat berdesakan, memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan terbatas, dan mempunyai pengetahuan serta pendidikan rendah. Kematian umumnya terjadi pada individu yang belum mendapat imunisasi. Obstruksi saluran nafas atas karena difteri adalah suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi untuk mencegah kematian. Gejala obstruksi jalan nafas yang tampak adalah sesak nafas, disfoni sampai afoni, stridor inspirasi, retraksi otot di suprasternal, supraklavikula, epigastrial, dan 1

Upload: riindhu-screamo

Post on 16-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kep anak

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya. Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat dan bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.Difteri tersebar di seluruh dunia, tetapi insiden penyakit ini menurun secara drastis setelah penggunaan vaksin difteri secara meluas. Insiden tergantung kekebalan individu, lingkungan, dan akses pelayanan kesehatan. Serangan difteri sering terjadi dikalangan penduduk miskin yang tinggal di tempat berdesakan, memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan terbatas, dan mempunyai pengetahuan serta pendidikan rendah. Kematian umumnya terjadi pada individu yang belum mendapat imunisasi.Obstruksi saluran nafas atas karena difteri adalah suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi untuk mencegah kematian. Gejala obstruksi jalan nafas yang tampak adalah sesak nafas, disfoni sampai afoni, stridor inspirasi, retraksi otot di suprasternal, supraklavikula, epigastrial, dan interkostal, dan apabila tidak mendapat terapi yang adekuat pasien akan gelisah dan sianosis karena hipoksia.Pada 1400 kasus difteri di Kalifornia, fokus infeksi primer sekitar 94% adalah tonsil atau faring, sedangkan hidung dan laring merupakan dua tempat berikutnya yang angka kejadiannya lebih jarang daripada tonsil dan faring. Penyumbatan mekanik karena difteri laring atau difteri Bullneck dan miokarditis menyebabkan kematian paling besar. Angka kematian kasus difteri saluran nafas hampir 10%.Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan penyakit difteri ?2. Bagaimana klasifikasi penyakit difteri ?3. Apa etiologi penyakit difteri ?4. Bagaimana patofisiologi penyakit difteri ?5. Bagaimanakah pathway penyakit difteri ?6. Apa manifestasi klinis penyakit difteri ?7. Apa komplikasi penyakit difteri ?8. Apa pemeriksaan diagnostik pada penyakit difteri ?

C. TUJUAN PENULISANAdapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :1. Tujuan Umuma. Untuk memenuhi tugas Mata Ajar Keperawatan Anak dengan Difterib. Diperoleh pengalaman dalam membuat Asuhan Keperawatan Anak dengan Difteri.

2. Tujuan Khususa. Mampu mengetahui penyakit difteri yang terjadi pada bayi dan anak.b. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan difteric. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan difterid. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan difterie. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan difterif. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan difteri

BAB IILANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Difteri adalah toksikoinfeksi yang disebabkan oleh corynobacterium diphteriae.(Nelson,2000 ; 180).

Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman corynebacteriumdifteri( Arif Mansjoer, Suproharta, Wahyu Ika Wardani, (2000: 430)

Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak dini. (Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya pseudomembran.(Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal. 41)Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan. (www.podnova.com)

Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina.(www.padnova.com)B. KLASIFIKASIBerdasar berat ringannya penyakit diajukan Beach (1950):1. Infeksi ringanPseudomembran terbatas pada mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri menelan2. Infeksi sedangPseudomembran menyebar lebih luas sampai dinding posterior faring dengan edema ringan laring yang dapat diatasi dengan pengobatan konservatif3. Infeksi berata. Ada sumbatan jalan nafas, hanya dapat diatasi dengan trakeostomib. Dapat disertai gejala komplikasi miokarditis, paralisis/ nefritisBerdasarkan letaknya, digolongkan sebagai berikut:1. Difteri hidungDifteri hidung pada awalnya menyerupai common cold, dengan gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Sekret hidung pada awalnya serous, kemudian serosanguinus, pada beberapa kasus terjadi epistaksis. Pengeluaran sekret bisa hanya berasal dari satu lubang hidung ataupun dari keduanya. Sekret hidung bisa menjadi mukopurulen dan dijumpai ekskoriasi pada lubang hidung luar dan bibir bagian atas yang terlihat seperti impetigo. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak membran putih pada daerah septum nasi. Sekret hidung kadang mengaburkan adanya membran putih pada septum nasiAbsorpsi toksin difteri pada hidung sangat lambat dan gejala sistemik yang timbul tidak nyata, sehingga dalam penegakan diagnosis dibutuhkan waktu yang lebih lama. Pada penderita yang tidak diobati, pengeluaran sekret akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, dan ini merupakan sumber penularan. Infeksi dapat diatasi secara cepat dengan pemberian antibiotika2. Difteria Tonsil Faring (fausial)Gejala difteria tonsil-faring adalah anoreksia, malaise, demam ringan, dan nyeri menelan. Dalam 1-2 hari kemudian timbul membran yang melekat, berwarna putih-kelabu dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan pallatum molle atau ke bawah ke laring dan trakea. Usaha melepaskan membran akan mengakibatkan pendarahan. Dapat terjadi limfadetis servikalis dan submandibularis, bila limfadentis terjadi bersamaan dengan edema jaringan lunak leher yang luas, timbulbullneck. Selanjutnya, gejala tergantung dari derjat penetrasi toksin dan luas memban. Pada kasus berat, dapat terjadi kegagalan pernafsan atau sirkulasi. Dapat terjadi paralis palatum molle baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran menelan dan regurgitasi. Stupor, koma, kematian dapat berangsur-angsur dan bisa disertai penyulit miokarditis dan neuritis. Pada kasus ringan membran akan terlepas dalam 7-10 hari dan biasanya terjadi penyembuhan sempurna.3. Diteria LaringDifteria laring biasanya merupakan perluasan difteri faring. Pda difteri primer gejala toksik kurang nyata, oleh karena mukosa laring mempunyai daya serap toksin yang rendah dibandingkan mukosa faring sehingga gejala obstruksi saluran nafas atas lebih mencolok. Gejala klinis difteri laring sukar untuk dibedakan dengan tipeinfectius croupsyang lain, seperti nafas bunyi, stridor yang progresif, suara parau dan batuk kering. Pada obstruksi laring yang berat terdapat retraksi suprasternal, interkostal dan supraklavikular. Bila terjadi pelepasan membran yang menutup jalan nafas bisa terjadi kematian mendadak.4. Difteri Kulit, Vulvovaginal, Konjungtiva dan TelingaDifteria kulit, difteria vulvovaginal, diftera konjungtiva dan difteri telinga merupakan tipe difteri yang tidak lazim. Difteri kulit berupa tukak di kulit, tetapi jelas dan terdapat membran pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Difteri pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dan sekret purulen dan berbau.C. ETIOLOGIDisebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae, bakteri gram positif, yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarnaan sediaan langsung dapat dilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi. Sifat basil polimorf, gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60C selama 10 menit, tahan sampai beberapa minggu dalam es, air susu, dan lendir yang telah mengering. Terdapat 3 jenis basil yaitu bentuk gravis mitis dan intermedius atas dasar perbedaan bentuk koleni dalam biakan agar darah yang mengandung kalium terlarut. Basil dapat membentuk :a. Pseudomembran yang sukar diangkat, mudah berdarah dan berwarna putih keabu-abuan yang terkena terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan basil.b. Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf (Ilmu Kesehatan Anak)Penyebab penyakit difteri adalahCorynebacterium diphtheriae. Berbentuk batang gram positif, tidak berspora, bercampak atau kapsul. Infeksi oleh kuman sifatnya tidak invasif, tetapi kuman dapat mengeluarkan toxin, yaitu exotoxin. Toxin difteri ini, karena mempunyai efek patoligik meyebabkan orang jadi sakit. Ada tiga type variants dariCorynebacterium diphtheriaeini yaitu : type mitis, type intermedius dan type gravis. Corynebacterium diphtheriaedapat dikalsifikasikan dengan cara bacteriophage lysis menjadi 19 tipe. Tipe 1-3 termasuk tipe mitis, tipe 4-6 termasuk tipe intermedius, tipe 7 termasuk tipe gravis yang tidak ganas, sedangkan tipe-tipe lainnya termasuk tipe gravis yang virulen.Corynebacterium diphtheriaeini dalam bentuk satu atau dua varian yang tidak ganas dapat ditemukan pada tenggorokan manusia, pada selaput mukosa. (Depkes, 2007)D. PATOFISIOLOGIPenularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu dapat pula melalui benda atau makanan yang terkontaminasi kuman difteri, dimana sebagai penderita maupun sebagaicarier.Cara penularannya yaitu melalui kontak dengan penderita pada masa inkubasi atau kontak dengancarier. Caranya melalui pernafasan ataudroplet infection. Masa inkubasi penyakit difteri ini 2 5 hari, masa penularan penderita 2-4minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularancarierbisa sampai 6 bulan. Penyakit difteri yang diserang terutama saluran pernafasan bagian atas. Ciri khas dari penyakit ini ialah pembekakan di daerah tenggorokan, yang berupa reaksi radang lokal, dimana pembuluh-pembuluh darah melebar mengeluarkan sel darah putih sedang sel-sel epitel disitu rusak, lalu terbentuklah disitu membaran putih keabu-abuan(pseudomembrane). Membran ini sukar diangkat dan mudah berdarah. Di bawah membran ini bersarang kuman difteri dan kuman-kuman ini mengeluarkanexotoxinyang memberikan gejala-gejala yang lebih berat dan kelenjer getah bening yang berada disekitarnya akan mengalami hiperplasia dan mengandung toksin. Eksotoksin dapat mengenai jantung dapat menyebabkan myocarditis toksikatau mengenai jaringan perifer sehingga timbul paralisis terutama pada otot-otot pernafasan.Toksin ini juga dapat menimbulkan nekrosis fokal pada hati dan ginjal, malahan dapat timbul nefritis interstisial (jarang sekali). Penderita yang paling berat didapatkan pada difterifauncialdanfaringeakarena terjadi penyumbatan membran pada laring dan trakea sehingga saluran nafas atas obstruksi dan terjadi gagal nafas, gagal jantung yang bisa mengakibatkan kematian, ini akibat komplikasi yang sering pada bronkopneumoni. Berdasarkan berat ringannya penyakit difteri, Beach dkk (1950) membagi menjadi 3 tingkat yaitu:1. Infeksi ringan bilapseudomembranhanya terdapat pada mukosa hidung atau fausial dengan gejala hanya nyeri menelan.2. Infeksi sedang bilapseudomembrantelah menyebar luas ke dinding posterior faring dengan udema ringan laring yang dapat diatasi dengan pengobatan konservatif.3. Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi sepertimiokarditis(radang otot jantung),paralisis (kelemahan anggota gerak) dannefritis(radang ginjal).

E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINISGejala klinis penyakit difteri ini adalah panas lebih dari 38 C, ada pseudomembrane bisa di faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher. Tidak semua gejala-gejala klinik ini tampak jelas, maka setiap anak panas yang sakit waktu menelan harus diperiksa faring dan tonsilnya apakah ada psedomembrane. Jika pada tonsil tampak membran putih keabu-abuan disekitarnya, walaupun tidak khas rupanya, sebaiknya diambil sediaan (spesimen) berupa apusan tenggorokan (throat swab) untuk pemeriksaan laboratorium.Gejala diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi. (Ditjen P2PL Depkes,2003)Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis dapat dibagi dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf atau nefritis.

G. KOMPLIKASI DIFTERI Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ lainnya:1. Infeksi tumpangan oleh kuman lainInfeksi ini dapat disebabkan oleh kuman streptokokus dan staphilokokus. Panas tinggi terutama didapatkan pada penderita difteri dengan infeksi tumpangan dengan kuman streptokokus.2. Obstruksi jalan napas akibat membran atau oedem jalan nafasObstruksi ini dapat terjadi akibat membaran atau oedem jalan nafas. Obstruksi jalan nafas dengan sengaja akibatnya, bronkopneumoni dan atelektasis.

3. Sistemika. MiokarditisSering timbul akibat komplikasi difteri berat tetapi juga dapat terjadi pada bentuk ringan. Komplikasi terhadap jantung pada anak diperkirakan 10-20%. Faktor yangmempengaruhi terhadap niokarditis adalah virulensi kuman. Virulensi makin tinggi komplikasi jantung. Miokarditis dapat terjadi cepat pada minggu pertama atau lambat pada minggu keenam.b. NeuritisTerjadi 5-10% pada penderita difteri yang biasanya merupakan komplikasi dari difteri berat. Manifestasi klinik ditandai dengan: Timbul setelah masa laten Lesi biasanya bilateral dimana motorik kena lebih dominan dari pada sensorik Biasanya sembuh sempurna.4. Susunan sarafKira-kira 10% penderita difteri akan mengalami komplikasi yang mengenai sistem susunan saraf terutama sistem motorik. Paralysis ini dapat berupa:a. Paralysis palatum molleb. Manifestasi saraf yang paling seringc. Timbul pada minggu ketiga dan khas dengan adanya suara dan regurgitasi hidung, tetapi ada yang mengatakan suara ini timbul pada minggu 1-2d. Kelainan ini biasanya hilang sama sekali dalam 1-2 minggu.e. Ocular palsyf. Biasanya timbul pada minggu kelima atau khas ditandai oleh paralysis dari otot akomodasi yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Otot yang kena ialah m. rectus externus.g. Paralysis diafragmah. Dapat terjadi pada minus 5-7i. Paralisis ini disebabkan neuritis n. phrenicus dan bila tidak segera diatasi penderita akan meninggal.j. Paralysis anggota gerak Dapat terjadi pada minggu 6-10 Pada pemeriksaan didapati lesi bilateral, refleks tendon menghilang, cairan cerebrospinal menunjukan peningkatan protein yang mirip dengan sindrom guillian barre.H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Gram Noda kultur kerongkongan atau selaput untuk mengidentifikasi Corynebacterium diphtheriae.2. Pemeriksaan Laboratorium dengan pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada urin terdapat albumin ringan, kadar enzim jantung meningkat (LDH,CPK,SGOT,SGPT)3. Untuk melihat ada tidaknya myocarditis (peradangan dinding otot jantung) dapat di lakukan dengan elektrokardiogram (EKG). Gambaran EKG yaitu depresi segmen ST, inversi gelombang T, blok AV, tachicardi ventrikel, fibrilasi ventrikel dan perubahan interval QT4. Pengambilan sediaan (spesimen) berupa apusan tenggorokan (throat swab) untuk pemeriksaan laboratorium atau pengambilan smear dari membran dan bahan dibawah membrane. 5. Pemeriksaan Schick test bisa dilakukan yaitu tes kulit yang digunakan untuk menentukan status imunitas penderita. Tes ini tidak berguna untuk diagnosis dini karena baru dapat dibaca beberapa hari kemudian. Untuk pemeriksaan ini digunakan dosis 1/50 MED. Yang diberikan intrakutan dalam bentuk larutan yang telah diencerkan sebanyak 0,1 ml bila orang tersebut tidak mengandung antitoksin akan timbul vesikel pada bekas suntikan akan hilang setelah beberapa minggu. Pada orang yang mengandung titer antitoksin yang rendah uji schick dapat positif, pada bekas suntikan akan timbul warna merah kecoklatan dalam 24 jam. Uji schick dikatakan negatif bila tidak didapatkan reaksi apapun pada tempat suntikan dan ini terdapat pada orang dengan imunitas atau mengandung antitoksin yang tinggi. Positif palsu dapat terjadi akibat reaksi alergi terhadap protwin antitoksin yang akan menghilang dalam 72 jam.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodataa. Umur: Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahunb. Suku bangsa: Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskinc. Tempat tinggal: Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang.2. Keluhan utamaKlien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah3. Riwayat keperawatan sekarangDemam, sakit kepala, batuk, lesu/ lemah, sianosis, sesak nafas, dan pilek. Difteria Nasal: Sakit jantung serosa inguinosa, epistaksis, ada membrane putih pada septum nadiDifteria Tonsil dan Faring: Panas tidak tinggi, nyeri telan ringan, mual, muntah, nafas berbau, Bullneck. Difteria Laring dan Trachea: Sesak nafas hebat, stridor inspirator, terdapat retraksi otot supra sternal dan epigastrium, laring tampak kemerahan, sembab, banyak secret, permukaan tertutup oleh pseudomembran.4. Riwayat penyakit keluargaDimungkinkan ada keluarga/ lingkungan yang menderita penyakit Difteria.5. Riwayat Imunisasi Imunisasi DPT 1, 2, 3 pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan yang kurang memadai.6. ADL a. Nutrisi: kesulitan menelan, anoreksia, sakit tenggorokan.b. Eliminasi: terjadi konstipasi.c. Istirahat tidur: sukar tidur7. Pemeriksaan a. Pemeriksaan umum Kesadaran : compos mentis sampai dengan coma TD: turun RR: cepat dan dangkal Nadi: cepat Suhu : peningkatan suhu tubuhb. Pemeriksaan fisik Wajah: sianosis Hidung : terdapat secret berbau busuk sedikit bercampur darah, ada membran putih pada septum nasi Mulut: bibir kering, mulut terbuka, ada membran putih pada tonsil dan faring. Leher: pembesaran getah bening pada leher, edema pada laring dan trachea (Bullneck), permukaan laring dan trachea tertutup oleh pseudomembran.c. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium Bakteriologi : Hapusan tenggorokan di temukan kuman corinebakterium difteria Darah : Penurunan kadar HB dan leukosit polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin. Skin test : Test kulit untuk menentukan status imunitas.d. Therapi Therapi atau penatalaksanaan sesuai dengan konsep dasar: Pengobatan umum Pengobatan spesifik ADS Anti biotik PP 500.000 u/kg/BB/hari sampai 3 hari bebas demam. Pada pasien yang di lakukan trakheostomi ditambahkan kloramphenikol 75 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosisB. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas akibat pembengkakan.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri menelan akibat peradangan pada faring.3. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen.4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit (metabolisme meningkat, intake cairan menurun)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSI

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.

Kriteria Evaluasi :Anak akan menunjukan tanda jalan nafas efektif1. Mengkaji status pernafasan dengan mengobservasi irama dan bunnyi pernafasan2. Mengatur posisi kepala dengan posisi ekstensi3. Melakukan suction jalan nafas jika terdapat sumbatan4. Melakukan fisioterapi dada5. Mempersiapkan anak untuk dilakukan trakeostomi6. Melakukan pemeriksaan analisa gas darah7. Melakukan intubasi jika ada indikasi

2.Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulenKriteria evaluasi :Penyebar luasan infeksi tidak terjadi1. Menempatkan anak pada daerah khusus2. Mempertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit3. Menggunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak4. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik

3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.Kriteria evaluasi: anak menunjukan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi1. Mengkaji ketidak mampuan anak untuk makan2. Memasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak3. Melakukan kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral4. Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa) yang adekuat

4.Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit (metabolisme meningkat, intake cairan menurun)Kriteria Evaluasi :volume cairan adekuat

1

1

1. Memonitor intake output secara tepat, pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat2. Mengakaji adanya tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa kering, turgor kulit kurang, produksi urin menurun, frekuensi denyut nadi dan pernafasan, meningkat tekannan darah, fontanel cekung3. Berkolaborasi untuk pemberian cairan parenteral jika pemberian cairan melalui oral tidak memungkinkan

D. EVALUASI1. Tidak terjadi obtruksi jalan napas, anak bisa bernapas dengan efektif2. BB stabil, pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan anak dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.3. Resiko infeksi tidak menyebar luas4. Kurangnya volume cairan tidak terjadi.

BAB IVPENUTUP

1. KESIMPULANDifteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga jantung.

2. SARANKarena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka disarankan untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilkaukan uji schick.Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. Juga menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 4 sehat 5 sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35518-Kep%20Respirasi-Askep%20Difteri.htmlhttp://danz1309.blogspot.com/p/askep-difteri-pada-anak.htmlhttp://www.riyawan.com/2013/06/asuhan-keperawatan-anak-pada-kasus.html#.VLkC1JhSkuq

10