makalah anak cemas

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perawatan gigi mulai semakin diperhatikan oleh setiap kalangan. Bukan hanya orang dewasa melainkan juga anak – anak. Perawatan yang dilakukan pada anak – anak, pada dasarnya sama dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa, namun pada anak – anak ada faktor yang perlu diperhatikan yakni faktor perilaku dan psikologi pada anak tersebut. Anak-anak yang datang ke klinik gigi bersama orang tuanya memiliki pola tingkah yang berbeda-beda. Ada anak yang menunjukkan sikap kooperatif yaitu anak mau bekerja sama dalam proses perawatan gigi. Ada pula yang menunjukkan sikap yang tidak kooperatif yaitu dengan menolak untuk membuka mulut dan tidak menjawab pertanyaan dari dokter gigi. Perilaku ini didorong oleh berbagai faktor. Salah satunya yaitu kecemasan anak yang berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang ditunjukkan anak terhadap dokter gigi. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap proses perawatan gigi pada anak. Rasa cemas pada anak tentunya juga dipicu oleh berbagai faktor 1

Upload: ikramullah-mahmuddin

Post on 27-Oct-2015

431 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Makalah Anak Cemas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah anak Cemas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, perawatan gigi mulai semakin diperhatikan oleh setiap

kalangan. Bukan hanya orang dewasa melainkan juga anak – anak.

Perawatan yang dilakukan pada anak – anak, pada dasarnya sama

dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa, namun pada anak –

anak ada faktor yang perlu diperhatikan yakni faktor perilaku dan

psikologi pada anak tersebut. Anak-anak yang datang ke klinik gigi

bersama orang tuanya memiliki pola tingkah yang berbeda-beda. Ada

anak yang menunjukkan sikap kooperatif yaitu anak mau bekerja sama

dalam proses perawatan gigi. Ada pula yang menunjukkan sikap yang

tidak kooperatif yaitu dengan menolak untuk membuka mulut dan tidak

menjawab pertanyaan dari dokter gigi.

Perilaku ini didorong oleh berbagai faktor. Salah satunya yaitu

kecemasan anak yang berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang

ditunjukkan anak terhadap dokter gigi. Hal ini tentunya berpengaruh

terhadap proses perawatan gigi pada anak. Rasa cemas pada anak

tentunya juga dipicu oleh berbagai faktor yang bisa saja datang dari

anak itu sendiri, orang tua, tim dokter gigi, dan keadaan lingkungan.

Oleh karena itu, penting bagi seorang dokter gigi untuk mengenali

pola tingkah laku anak dan penyebab terjadinya tingkah laku anak

tersebut sehingga dokter gigi dapat menangani tingkah laku anak

tersebut yang cenderung nonkooperatif. Untuk mengubah pola tingkah

laku anak dari nonkooperatif menjadi kooperatif dapat dilakukan dengan

dua pendekatan yaitu pendekatan nonfarmakologi dan pendekatan

farmakologi. Penanganan ini dilakukan secara bertahap dan saling

berkesinambungan hingga dapat membuat anak menjadi kooperatif.

1

Page 2: Makalah anak Cemas

Selain itu, diperlukan hubungan yang baik antara anak, orang tua, dan

dokter gigi.

Tingkah laku anak yang kooperatif selama perawatan gigi perlu

dipertahankan sehingga kunjungan selanjutnya anak dapat

mempertahankan perilaku kooperatifnya. Orang tua berperan penting

dalam mencegah rasa cemas pada anak. Rasa cemas ini perlu dicegah

agar anak menganggap perawatan gigi adalah hal yang menyenangkan.

Untuk penjelasan selanjutnya akan dibahas dalam bab selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan rasa cemas pada anak?

Bagaimana mekanisme terjadinya kecemasan?

Apa saja faktor penyebab terjadinya rasa cemas pada anak?

Bagaimana gejala klinis rasa cemas pada anak?

Bagaimana cara menanggulangi rasa cemas anak?

Bagaimana cara mencegah rasa cemas pada anak?

Bagaimana cara merawat sikap kooperatif anak?

1.3. Tujuan

Mengetahui definisi dari rasa cemas anak.

Mengetahui mekanisme terjadinya rasa cemas.

Mengetahui faktor penyebab terjadinya rasa cemas pada anak.

Mengetahui gejala klinis adanya rasa cemas pada anak.

Mengetahui penanggulangan rasa cemas secara nonfarmakologi

dan farmakologi.

Mengetahui pencegahan rasa cemas pada anak.

Mengetahui cara memelihara sikap kooperatif pada anak.

2

Page 3: Makalah anak Cemas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rasa Cemas

Kecemasan (anxiety) berasal dari bahasa latin "angutus" yg berarti

kaku dan "ango","anci" yang berarti mencekik. Menurut Post,

kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan dengan

tanda-tanda subjektif, seperti ketengangan, ketakutan, dan

kekhawatiran.1 Rasa takut pada anak ini adalah rasa takut pada

perawatan gigi. Dalam hal ini kecemasan pada anak dapat dimaksudkan

sebagai rasa takut terhadap perawatan gigi.2

2.2 Mekanisme Rasa Cemas

Proses terjadinya kecemasan, perasaan tidak nyaman atau

terancam pada ansietas diawali dengan adanya faktor predisposisi dan

faktor presipitasi:3

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis

dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi

stress. Berbagai teori dikembangkan mengenai faktor predisposisi

terjadinya ansietas:3

Biologi (Fisik)

Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya

ansietas yang berlawanan dengan penyebab psikologis.

Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan,

iritabilitas, perilaku sosial dan perasaan menyangkal terhadap

kenyataan hidup dapat menyebabkan ansietas tingkat berat

bahkan ke arah panik. Salah satu faktor penyebab secara fisik

yaitu adanya  gangguan atau ketidakseimbangan pada fisik

seseorang.3

3

Page 4: Makalah anak Cemas

Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas

dari neurotransmmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang

mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk

pengeluaran ansietas. Mekansime kerja terjadinya ansietas

diawali dengan penghambatan neurotransmmiter di otak oleh

GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat

ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor

terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi

penghambatan atau reduksi sel yang dirangsang dan kemudian

sel beraktivitas dengan lamban.3

Mekanisme biologis ini menunjukkan bahwa ansietas terjadi

karena adanya masalah terhadap efisiensi proses

neurotransmmiter.  Neurotransmiter adalah utusan kimia khusus

yang membantu informasi bergerak dari sel saraf ke sel saraf.

Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan tidak bisa

melalui otak dengan benar.  Hal ini dapat mengubah cara otak

bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan kecemasan.3

Psikologis

Pendapat yang dikemukan oleh Taylor bahwa kecemasan

merupakan pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental

yang menggelisahkan sebagai bentuk reaksi umum dan ketidak-

mampuan menghadapi masalah atau munculnya rasa tidak aman

pada individu.3

Kecemasan muncul dikarenakan adanya ketakutan atas

sesuatu yang mengancam pada seseorang, dan tidak ada

kemampuan untuk mengetahui penyebab dari kecemasan

tersebut. Freud mengemukakan bahwa lemahnya ego akan

menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan.

Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terha-

dap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting

4

Page 5: Makalah anak Cemas

dari id dan tuntutan-tuntutan dari superego. Freud juga mengata-

kan jika pikiran menguasai tubuh maka ini berarti bahwa ego

yang menguasai pikiran dan pikiran berkuasa secara mutlak.3

Freud menyatakan bahwa ego disebut sebagai eksekutif

kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan,

memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan

respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan

dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-

fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha mengintegrasikan

tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering bertentangan.

Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan

menyebabkan timbulnya kecemasan. Freud membagi teori

kecemasan menjadi 3 yaitu:3

a) ID/Impulse anxiety : perasaan tidak nyaman pada anak

b) Saparation anxiety : pada anak yang merasa takut akan

kehilangan kasih saying orangtuanya

c) Stration anxiety : merupakan fantasi kastrasi pada masa

kanak-kanak yang berhubungan dengan pembentukan impuls

seksual

d) Super Ego anxiety : pada fase ahkir pembentukan super ego

yaitu pre pubertas.

Sosial Budaya

Cara hidup orang di masyarakat juga sangat mempengaruhi

pada timbulnya ansietas. Individu yang mempunyai cara hidup

sangat teratur dan mempunyai falsafah hidup yang jelas maka

pada umumnya lebih sukar mengalami ansietas. Budaya

seseorang juga dapat menjadi pemicu terjadinya ansietas.

Namun demikian, faktor predisposisi di atas tidaklah cukup kuat

menyebabkan sesorang mengalami ansietas apabila tidak

disertai faktor presipitasi (pencetus).3

5

Page 6: Makalah anak Cemas

b. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh

individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang

membutuhkan energi ekstra untuk koping. Faktor presipitasi dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yakni:3

Biologi (fisik)

Salah satu penyebab biologis yang dapat menimbulkan

ansietas yaitu gangguan fisik. Kecemasan yang sudah

mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, dapat

mempengaruhi sistem saraf , misalnya tidak dapat tidur, jantung

berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.3

Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri seseorang.

Ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal.

Ancaman eksternal yaitu masuknya kuman, virus, polusi

lingkungan, rumah yang tidak memadai, makanan, pakaian, atau

trauma injuri. Sedangkan ancaman internal yaitu kegagalan

mekanisme fisiologis tubuh seperti jantung, sistem kekebalan,

pengaturan suhu, kehamilan dan kondisi patologis yang berkaitan

dengan mentruasi.3

Psikologis

Penanganan terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan

ketidak-mampuan psikologis atau penurunan terhadap aktivitas

sehari-hari seseorang. Demikian pula apabila penanganan

tersebut menyangkut identitas diri, dan harga diri seseorang,

dapat mengakibatkan ancaman terhadap self system.3

Ancaman tersebut berupa ancaman eksternal, yaitu

kehilangan orang yang berarti, seperti: meninggal, perceraian,

dilema etik, pindah kerja, perubahan dalam status kerja; dapat

pula berupa ancaman internal seperti: gangguan hubungan

interpersonal di rumah, disekolah atau ketika dalam lingkungan

6

Page 7: Makalah anak Cemas

bermainnya. Kecemasan seringkali berkembang selama jangka

waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh

pengalaman hidup seseorang.3

2.3. Faktor Penyebab Rasa Cemas pada Anak

a. Anak Sendiri sebagai Sumber Perilaku Nonkooperatif

Anak yang belum cukup umur yang berusia kurang dari 2 tahun.

Karena usianya, anak belum mampu berkomunikasi sehingga

kurang mampu untuk bersikap kooperatif.4

Anak dengan penyakit yang melemahkan, penyandang cacat,

atau menderita gangguan perkembangan.4

Anak yang mempunyai toleransi rendah terhadap rasa sakit,

biasanya mudah berperilaku nonkooperatif.4

Anak yang pernah mendapat pengalaman buruk pada

perawatan gigi dapat bersikap nonkooperatif pada perawatan

selanjutnya.4

Merasa diejek karena kesehatan kesehatan rongga mulut yang

kurang baik.2

b. Orang Tua/Keluarga sebagai Sumber Perilaku Nonkooperatif

Rasa takut dan cemas orang tua atau keluarga yang ditularkan

pada anak.4

Membicarakan perawatan gigi di depan anak.4

Sikap atau perilaku orang tua misalnya terlalu memanjakan anak

secara berlebihan, memenuhi keinginan anak tanpa batas dan

kekhawatiran yang berlebihan.4

Kesan negatif dari perawatan gigi di dapatkan dari pengalaman

keluarga atau teman.2

c. Tim Dokter Gigi

Sikap dokter gigi yang kaku atau keras, kurang sabar, kurang

menunjukkan kehanganatan dan perhatian dapat menyebabkan

anak bersikap negatif.4

7

Page 8: Makalah anak Cemas

d. Keadaan Lingkungan

Ruang tunggu

Pemandangan disekitar ruang praktik dilihat oleh pasien

merupakan faktor utama. Suara alat juga dapat menimbulkan

rasa cemas pada pasien sehingga ruang praktik harusnya tidak

terlalu dekat dengan ruang tunggu. Ruang tunggu yang panas

dan pengap dapat membuat anak menjadi gelisah dibandingkan

dengan ruang tunggu yang nyaman dan sejuk.4

Ruang perawatan

Warna dinding ruangan, dental unit dan perlengkapan

lainnya dapat memberikan efek pada anak. Susunan alat-alat,

bau obat-obatan, alat bor, ultra skeler dan instrument lainnya

dapat menakuti pasien.4

2.4. Gejala Klinis Kecemasan pada Anak

Gejala Psikologis dan Kognitif:5

Kecemasan yang berlebihan.

Kekhawatiran yang sulit dikendalikan.

Perasaan cemas dan gelisah sebelum sesuatu terjadi.

Sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong.

Sensitif terhadap suara, perhatian terganggu, pelupa, hambatan

berpikir, dan ketakutan.

Gejala Fisik:5

Gelisah

Letih

Otot tegang

Sulit tidur

Mudah marah

Wajah memerah

Gugup atau gembira

8

Page 9: Makalah anak Cemas

Berkeringat

Diare

Tangan berkeringat dan gemetar

2.5. Penanggulangan Kecemasan Anak

Perawatan gigi tidak mungkin dilakukan sebelum anak berperilaku

kooperatif. Beberapa teknik pengelolaan anak dengan pendekatan

nonfarmakologi antara lain:

a. Komunikasi

Komunikasi dokter gigi dengan pasien anak merupakan

hubungan yang berlangsung antara dokter gigi, pasien anak dan

orang tua pasien selama proses pemeriksaan atau pengobatan.

Komunikasi sangat diperlukan, terutama saat menangani pasien

anak. Komunikasi yang efektif antara dokter gigi, anak dan orang

tua pasien merupakan komponen yang penting agar dapat

menumbuhkan kepercayaan pasien. Hubungan yang efektif antar

ketiganya dapat mengurangi keraguan akan perawatan gigi pada

anak. Bila dokter gigi tanggap pada respon anak dan orang tua atas

informasi yang disampaikannya maka anak dan orang tua akan

lebih terbuka dalam mendengar dan belajar.6

Pedodontic Treatment Triangle adalah gambaran hubungan

antar komponen dalam segitiga perawatan pedodontik dimana

setiap komponen saling berhubungan erat, posisi anak pada puncak

segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-masing

sudut kaki segitiga. Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah

antar masing komponen dan merupakan hubungan timbal balik.6

Pedodontic Treatment Triangle terdiri dari tiga komponen, yaitu:

anak, perbedaan umum antara perawatan pasien dewasa dan anak

terletak pada teknik komunikasi. Teknik komunikasi antara pasien

anak dan dokter gigi dalam kasusnya merupakan hubungan satu

9

Page 10: Makalah anak Cemas

untuk dua, yang berarti anak menjadi fokus perhatian dokter gigi

dan orang tua. Ini digambarkan pada penempatan anak pada

segitiga dimana anak menempati puncak dari segitiga dan menjadi

fokus dari perhatian dokter gigi dan orangtua.6

Posisi dokter gigi pada Pedodontic Treatment Triangle berada di

sudut kiri bawah. Agar dapat tercipta komunikasi antar personal

oleh dokter gigi dengan pasien anak dan orangtuanya, terdapat

syarat yang harus dipenuhi yaitu:6

1. Positiveness (sikap positif) dokter gigi diharapkan mau

menunjukan sikap positif pada pesan yang disampaikan oleh

pasien anak atau orangtuanya seperti keluhan, usulan,

pendapat, dan pertanyaan.6

2. Supportiveness ( sikap mendukung) ketika pasien atau orang tua

pasien anak nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan

tindakan, maka dokter gigi diharapkan memberikan dukungan

agar keraguan tersebut berkurang atau bahkan hilang.6

3. Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi) yang

dimaksud dengan kesamaan atau kesetaraan adalah bahwa

diantara dokter gigi, pasien, dan orang tua pasien tidak boleh

ada kedudukan yang sangat berbeda misalnya dokter yang

menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak berdaya.6

4. Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka) dokter gigi bila

perlu juga mengatakan kesulitan yang dihadapinya saat

menangani masalah pasien. Dengan keterbukaan komunikasi ini

maka akan terbangun kepercayaan dari pasien anak dan orang

tuanya.6

Kerjasama antar komponen Pedodontic Treatment Triangle

yaitu: pasien anak, dokter gigi dan orangtua mutlak diperlukan.

Tingkah laku orangtua merupakan hal yang penting antara

hubungan interpersonal anak yang mempengaruhi respon tingkah

10

Page 11: Makalah anak Cemas

laku anak tersebut terhadap perawatan gigi. Tanda keberhasilan

dokter gigi dalam manajemen pasien anak adalah kesanggupan

berkomunikasi dengan anak dan memperoleh rasa percaya dari

anak sehingga anak bersikap kooperatif. Terdapat dua cara

komunikasi yaitu verbal dan nonverbal. Cara verbal merupakan cara

komunikasi paling umum yang digunakan dengan anak. Komunikasi

verbal dapat dimulai dengan menanyakan kepada anak kecil

mengenai pakaian baru, kakak, adik, benda atau binatang

kesayangan, dan sebagainya. Untuk anak dengan usia sekolah

dapat ditanyakan tentang sekolah, aktivitas, olahraga, atau teman.

Berbicara dengan anak harus disesuaikan dengan tingkat

pemahamannya. Komunikasi nonverbal dapat dilakukan dengan

menjabat tangan anak, tersenyum dengan penuh kehangatan,

menggandeng tangan anak sebelum mendudukkannya ke kursi

perawatan gigi, dan lain-lain.6

b. Pengaturan Suara

Nada suara dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku

anak. Perubahan nada dan volume suara dapat digunakan untuk

mengekspresikan perasaan kepada anak. Perintah yang tiba-tiba

dan tegas dapat mengejutkan dan menarik perhatian anak dengan

cepat. Dengan adanya perhatian anak yang diperoleh melalui

intonasi tersebut, dokter gigi dapat melanjutkan komunikasinya atau

untuk menghentikan apa yang sedang dilakukan oleh anak.4

c. Terapi Relaksasi

Terapi relaksasi dapat meningkatkan kepercayaan dan pasien

dapat mengontrol perasaan atas keadaan psikologi mereka. Metode

ini dapat menjadi sangat efektif dalam memotivasi pasien dan

kerjasama dari pasien, dan dapat digunakan sebelum dan selama

perawatan. Teknik ini aman, tidak memiliki efek samping dan pasien

dapat mengontrol kecemasan mereka.7

11

Page 12: Makalah anak Cemas

Metode umum yang digunakan adalah relaksasi progresif otot

dari Jacobsen, yaitu melemaskan pasien dengan mengurangi

ketegangan fisik (otot), dan membuat pasien lebih sadar terhadap

tingkat kecemasan mereka, dan cara mengatasi hal tersebut.

Metode sederhana lain untuk relaksasi yaitu melalui pernapasan,

pasien menghirup panjang menggunakan pernapasan diafragma,

tahan selama 5 detik, lalu buang napas lebih dari 5 detik.

Pernapasan ini dapat dikombinasikan dengan menggunakan kata-

kata tertentu, citra visual atau pikiran yang dihubungkan dengan

irama pernapasan, misalnya menggunakan kata isyarat seperti

"tenang" pada siklus napas.7

d. Modeling

Modeling merupakan prinsip psikologis yaitu belajar dari

pengamatan model. Anak diajak mengamati anak lain sebaya yang

sedang dirawat giginya yang berperilaku kooperatif, baik secara

langsung pada kursi perawatan gigi atau melalui film. Setelah

pengamatan diharapkan anak berperilaku kooperatif seperti pada

model yang telah diamati.4

e. Desensitisasi sistematis (systematic desensitization)

Desensitisasi sistematis adalah cara memodifikasi perilaku

dengan menggunakan dua elemen penting yaitu 1) pemaparan

anak terhadap rasa takut secara bertahap dan 2) membuat keadaan

yang mengurangi rasa ketidakberdayaan anak terhadap rasa

takutnya.4

f. Teknik tell-show-do

Tell-show-do merupakan suatu rangkaian pendekatan secara

berurutan. Sebelum melakukan perawatan, dokter gigi menjelaskan

terlebih dahulu kepada anak apa yang akan dilakukan dengan

bahasa yang dapat dimengerti anak dan menunjukkan berbagai

instrumen yang akan digunakan. Kemudian, didemonstrasikan

12

Page 13: Makalah anak Cemas

kepada anak mengenai prosedur yang akan dilakukan. Setelah

anak mempunyai pandangan tentang prosedur perawatan, dokter

gigi melakukan prosedur tersebut sesuai dengan yang telah

dijelaskan dan didemonstrasikan.4

g. Pembentukan perilaku (behavior shaping)

Pembentukan perilaku merupakan gabungan antara teknik tell-

show-do dan penguatan positif untuk memberi dorongan atau

semangat. Pembentukan perilaku mencakup langkah-langkah

penelusuran bila perilaku buruk terjadi.4

h. Retraining

Anak yang datang ke dokter gigi menunjukkan ketakutan dan

perilaku negatif, memerlukan retraining. Perilaku yang ditunjukkan

oleh anak mungkin sebagai akibat dari kunjungan ke dokter gigi

sebelumnya atau karena orientasi orang tua atau teman sebaya

yang kurang baik. Menentukkan sumber masalahnya dapat sangat

membantu karena masalah tersebut kemudian dihindari dengan

teknik lain atau dengan tidak membesar-besarkannya maupun

dengan mengalihkan perhatian.4

i. Aversive conditioning

Untuk anak yang sangat menentang dapat digunakan oversive

conditioning: Hand Over Mouth Exercise (HOME). Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan perhatian dari anak sehingga komunikasi dapat

dijalin dan diperoleh kerjasama dalam melakukan perawatan yang

aman. Teknik ini digunakan sebagai upaya terakhir dan tidak boleh

digunakan secara rutin.4

j. Penguatan positif

Dalam proses mendirikan perilaku pasien yang diinginkan,

sangat penting untuk memberikan umpan balik yang sesuai.

Penguatan positif adalah teknik yang efektif untuk menghargai

perilaku yang diinginkan dan, dengan demikian, memperkuat

13

Page 14: Makalah anak Cemas

terulangnya perilaku tersebut. Penguatan sosial termasuk ekspresi

wajah, memuji dan kasih sayang oleh semua anggota tim dokter

gigi. Penguatan nonsosial termasuk hadiah dan mainan.4

k. Hipnotis

Hipnotis memerlukan cukup banyak latihan, sehingga baik

pasien maupun operator terapi akan menjadi mahir melakukan

tindakan ini. Meskipun baru ada sedikit penelitian yang terkendali

baik mengenai hipnotis dalam kedokteran gigi. Tujuan utama dari

hipnotis adalah membantu pasien memperoleh perasaan tenang

dan percaya bahwa ia dapat menghadapi stress pada situasi

tersebut. Hipnotis dapat juga digunakan untuk mengurangi

kecemasan, suatu keadaan yang dapat mengurangi efektivitas

analgesik.8

Adapun penanganan anak secara farmakologi antara lain berupa

sedasi. Sedasi dapat digunakan dengan aman dan efektif oleh pasien

tidak dapat menerima perawatan gigi karena alasan usia atau kondisi

mental, fisik atau medis. Sedasi diindikasikan untuk: 1) ketakutan atau

kecemasan pasien yang belum berhasil ditangani, 2) pasien yang tidak

bisa bekerja sama karena kurangnya psikologis, kedewasaan emosi,

atau cacat mental, fisik atau medis, 3) pasien yang menggunakan

sedasi dapat melindungi perkembangan jiwa. Adapun kontraindikasi

penggunaan sedasi yaitu 1) tingkat kooperatif yang dibutuhkan minimal

dan 2) predisposisi kondisi medis dan atau fisik yang akan membuat

sedasi tidak bijaksana.9

Inhalasi sedasi (relatif analgesia atau sedasi nitrous oksida)

Inhalasi sedasi bermanfaat besar dalam mengurangi

kecemasan. Hal ini efektif untuk anak-anak yang cemas tetapi

kooperatif. Seorang anak yang tidak kooperatif sering tidak akan

membiarkan masker untuk ditempatkan di atas hidung. Sedasi

14

Page 15: Makalah anak Cemas

juga memerlukan cukup kedewasaan anak, usia atau

pemahaman akan membantu selama prosedur gigi.10

Keuntungan:10

Teknik aman dan relatif mudah.

Induksi cepat dan dengan mudah disembuhkan dengan waktu

pemulihan singkat

Kontraindikasi untuk inhalasi sedasi pada anak-anak adalah

hidung tersumbat. Kondisi berikut secara signifikan dapat

mempengaruhi kemanjuran teknik ini dan itu sebaiknya dihindari

pada:10

Anak-anak dengan gangguan kejiwaan yang parah.

Penyakit paru obstruktif.

Penyakit pernapasan obstruktif kronis.

Masalah komunikasi.

Pasien yang menolak.

Kehamilan.

Infeksi saluran pernapasan akut (ganas hipertermia bukanlah

kontraindikasi untuk menggunakan nitrogen oksida).

Oral sedasi

Oral sedasi adalah jalur yang paling populer digunakan oleh

dokter gigi pediatrik, karena kemudahan prosedur untuk

kebanyakan anak-anak. Beberapa agen yang digunakan untuk

teknik ini, termasuk:10

Benzodiazepin (misalnya midazolam).

Klor hidrat.

Hidroksizin

Promethazine.

Ketamin.

Midazolam meningkat dalam popularitas dalam dekade

terakhir karena memungkinkan pemulihan yang cepat. Dosis

15

Page 16: Makalah anak Cemas

bervariasi dari 0,3 mg/kg hingga 0,7 mg/kg, namun dosis

maksimum plafon (misalnya 10 mg) biasanya ditentukan untuk

kelompok usia yang lebih tua. Meskipun teknik sukses dalam

kelompok usia yang lebih tua, mungkin lebih sulit untuk berurusan

dengan anak-anak setelah dibius. Anak-anak lebih dari 6 tahun

mungkin menjadi penghambat dan sulit untuk dikendalikan.

Kelemahan utama dari teknik ini adalah bahwa obat-obatan yang

diberikan secara oral tidak dititrasi akurat.10

2.6. Pencegahan Rasa Cemas pada Anak

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua ketika berencana

membawa anak ke praktek dokter gigi:

Jangan membawa anak ke dokter gigi ketika mendekati waktu

tidurnya karena anak akan merasa mengantuk, lekas marah, dan

sulit kooperatif.2

Jangan menunggu sampai gigi anak sakit, bawalah mereka ke

dokter gigi sebelum giginya sakit sehingga kunjungan dapat

dijadikan sebagai perjalanan yang menyenangkan.2

Jangan menjadikan kunjungan sebagai hukuman karena hal

tersebut akan membuat anak berpikir negatif terhadap dokter gigi.2

Orang tua juga berperan untuk tidak membiarkan anak

mendengarkan cerita yang menakutkan tentang perawatan gigi. Hal

ini akan menyebabkan anak merasa cemas bila akan mengunjungi

dokter gigi.2

Mendorong orang tua untuk selalu memotivasi anak dalam hal

kesiapan untuk kunjungan selanjutnya.11

Kecemasan pada orang tua diusahakan agar tidak diketahui anak

saat kunjungan.11

Dokter gigi selalu menyarankan ke orang tua untuk meninggalkan

kesan positif pada anak.11

16

Page 17: Makalah anak Cemas

Membuat suasana lingkungan menjadi nyaman dan sebaiknya

antara ruang tunggu dan ruang perawatan diberi jarak sehingga

anak tidak mendengar bunyi alat.11

2.7. Cara Memelihara Sikap Kooperatif pada Anak

Mengutamakan kenyamanan anak saat sebelum perawatan gigi

yang dapat diperoleh melalui desain atau tata ruang tunggu antara

lain:4

a. Ruang tunggu

Pasien bisa mendapat kecemasan yang tinggi ketika berada

diruang tunggu. Jadi hal yang perlu dilakukan adokter gigi adalah

mengarahkan anak bahwa pengalaman perawatan gigi bukanlah hal

yang menakutkan.4

b. Ruang perawatan

Ruangan harus dibuat lebih menarik untuk anak-anak dengan

cara memotivasi pada anak agar sikap kooperatif dapat terpelihara

komitmen dan memberi pengarahan tentang perawatan yang

menyenangkan.4

Selain itu, untuk memelihara sikap kooperatif anak dapat dilakukan

dengan cara penguatan positif. Hal ini dilakukan untuk membuat

tingkah laku anak agar pada kunjungan berikutnya dapat menjadi

normal dengan cara memberikan hadiah seperti buku-buku dan

gambar.4

BAB III

KESIMPULAN

Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang

ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif, seperti ketegangan, ketakutan,

dan kekhawatiran. Rasa cemas adalah sifat kepribadian dan dapat berupa

17

Page 18: Makalah anak Cemas

kebimbangan, ketegangan, atau kegelisahan yang berasal dari antisipasi

terhadap bahaya. Faktor-faktor dari timbulnya kecemasan pada anak sendiri

bisa datang dari diri anak itu sendiri, pengaruh dari orang tuanya, pengaruh

dari dokter gigi, maupun pengaruh dari lingkungan. Hal ini dapat

menyebabkan anak menjadi tidak kooperatif.

Gejala-gejala dari adanya rasa cemas itu sendiri bisa dilihat dari segi

psikologi dan kognitifnya, seperti adanya kecemasan yang berlebihan,

kekhawatiran yang sulit dikendalikan, sensitif terhadap suara, ketakutan, dan

lain sebagainya, serta dari segi fisiknya berupa gelisah, letih, otot tegang,

tangan berkeringat, dan lain sebagainya. Untuk menangani rasa cemas ini

diperlukan penanganan secara nonfarmakologi dahulu di mana dilakukan

secara bertahap dan jika penanganan secara nonfarmakologi tidak berhasil

maka dilanjutkan penanganan secara farmakologi. Selain itu, diperlukan juga

pencegahan agar rasa cemas tidak datang kepada anak lagi sehingga dapat

kooperatif pada kunjungan ke dokter gigi.

18

Page 19: Makalah anak Cemas

DAFTAR PUSTAKA

1. Trismiati. Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita

akseptor kontrasepsi mantap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2004.

Yogyakarta: Jurnal PSYCHE Vol. 1 No. 1.

2. Soesilo Soeparmin,dkk. Peranan musik dalam mengurangi

kecemasan anak selama perawatan gigi. Denpasar: Universitas

Mahasaraswati. p. 1-3.

3. http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/01/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi.html

4. E. Arlia Budiyanti dan Yuke Yulianingsih Heriandi. Pengelolaan

anak nonkooperatif pada perawatan gigi (pendekatan nonfarmakologik).

2001. Dentika Dental Jurnal Vol. 6 No. 1. p. 13-7.

5. Elin Yulinah Sukandar dkk. ISO Farmakoterapi. 2008. Jakarta:

PT. ISFI Penerbitan. p. 236-8.

6. Soesilo Soeparmin. Pedodontic treatment triangle berperan

dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak. Denpasar: Universitas

Mahasaraswati. p. 2-4.

7. C. Campbell et al. Update of Non-pharmacological behavior

management guidleline. p. 4-14.

8. G. G. Kent and A. S. Blinkhorn. Pengelolaan tingkah laku

pasien pada praktik dokter gigi. 2005. Jakarta: EGC. p. 131-3.

9. Clinical Guidelines. Guideline on behavior guidance for the

pediatric dental patient. 1990. Reference Manual. V. 14 No. 6.

10. Angus C. Cameron and Richard P. Widmer. Handbook of

pediatric dentistry. 2008. Australia. p. 27-30.

11. Barbara L. Chadwick and Marie Therese Hosey. Child taming:

how to manage children in dental practice. 2003. London. p. 32.

19