makalah model diabetes
DESCRIPTION
Makalah Model DiabetesTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus atau lebih dikenal dengan diabetes merupakan salah satu
penyakit yang berbahaya karena dapat berujung pada kematian. Diabetes
menduduki peringkat kedua penyebab kematian pada kelompok usia 45-54
tahun di perkotaan (Kompas, 15 November 2010). Price dan Wilson
(2006,1263) juga mengatakan bahwa 75% penderita penyakit diabetes pada
akhirnya meninggal.Berdasarkan laporan WHO ( World Healthy
Organization) diperkirakan 6 persen dari total populasi dunia positif
mengalami diabetes. Jumlah ini tentunya semakin meningkat dikarenakan
ketidakpedulian dari individu penderita atau pihak yang terkait.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh gangguan
sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Price dan Wilson, 2006
: 1259 – 1263). Gangguan diabetes tidak hanya dirasakan pada organ
pankreas, tetapi juga beresiko tinggi terjadinya komplikasi (terjadinya
penyakit pada orga lain). Komplikasi yang terjadi biasanya dijadikan
informasi awal bagi individu tersebut untuk mengetahui dirinya terdiagnosa
penyakit diabetes. Hal ini wajar, dikarenakan diabetes timbul tanpa adanya
rasa keluhan sampai beberapa tahun dan kurangnya informasi mengenai gejala
penyakit diabetes yang diperoleh masyarakat.
1
Komplikasi penyakit diabetes terjadi pada pembuluh darah, sehingga
mengakibatkan kerusakan syaraf (neuropathy), kerusakan ginjal
(nephropathy), dan kerusakan mata (retinopathy).Kerusakan pada syaraf
dikenal sebagai diabetic neuropathy, yang biasanya merupakan komplikasi
utama dari diabetes. Gejala-gejalnya dapat meliputi numbness, tingling, nyeri,
dan sensasi nyeri lainnya, yang bisa menyebabkan kerusakan pada
kulit.Kerusakan pada ginjal dikenal sebagai diabetic nephropathy, dapat
menimbulkan parut, kehilangan protein, dan kadang-kadang mengalami ginjal
kronis, yang kadang-kadang memerlukan dialisa atau transplantasi ginjal.
Terakhir kerusakan pada mata dikenal sebagai diabetic retinopathy, yang
disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah pada retina, dan dapat
mengakibatkan kehilangan penglihatan secara berangsur dan akhirnya buta.
Dalam rangka menekan jumlah penderita diabetes dan juga sebagai
langkah pencegahan,diperlukan pemahaman yang baik tentang penyakit ini.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah penderita diabetes
serta langkah pencegahannya. Setidaknya ada 4 cara untuk mencegah atau
menanggulangi penyakit diabetes antara lain, pemahaman yang baik tentang
penyakit diabetes, mengatur pola makan yang sehat, olahraga yang cukup dan
terakhir penggunaan obat jika hanya diperlukan.
Namun pada kenyataannya, tingginya jumlahpenderita diabetes
mengindikasikan bahwa program-program di atas masih jauh dari kata sukses.
Hal ini diperparah dengan fakta bahwa diabetes dapat menurun secara vertikal
pada keturunannnya, meskipun demikian tidak berarti pasti menurun pada
2
keturunannya. Walaupun kedua orang tuanya menderita penyakit diabetes,
kadang-kadang ada anaknya yang tidak menderita diabetes. Namun
dibandingkan dengan orang tua yang menderita diabetes, jelas penderita
penyakit diabetes lebih cenderung mempunyai keturunan yang menderita
penyakit diabetes.
Selain itu, penyakit diabetes ini juga mudah menyerang pada individu
yang berbadan besar (kegemukan) dengan gaya hidup tinggi
(Misnadiarly,2006). Penyakit ini juga diduga ada hubungannya dengan pola
hidup yang berubah seperti pola makan yang tidak sehat. Pola makan di kota-
kota besar telah bergeser dari pola makan yang tradisional yang mengandung
banyak karbohidrat dan serat, ke pola makan ke barat-baratan, dengan
komposisi makanan yang terlalu banyak protein, lemak, gula, gram, dan
sedikit mengandung serat (Sudoyo, 2009:1873). Hal ini juga menjelaskan
bahwa interaksi dengan orang yang mempunyai kebiasaan buruk terhadap pola
makan akan mempengaruhi kebiasaan pola makan kita.
Model matematika merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
memprediksipenyebaran penyakit diabetes.Model matematika pada penyakit
diabetes akan dibahas dalam makalah ini yang melibatkan interaksi sosial
antara manusia dalam konteks hubunganinteraksi sosial. Transmisi vertikal
pada faktor kelahiran akan diakomodir pula dalam modeluntuk mencakup
fakta bahwa terjadi penurunan sifat pada penyakit diabetes.Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Model
Matematika Penyakit Diabetes”
3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk model
matematika penyakit diabetes?”
C. PENDEKATAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan
menggunakan buku-buku atau sumber yang relavan pada pembentukan model
matematika penyakit diabetes dengan pengaruh trasmisi vertikal
Adapun pertanyaan penelitian adalah:
1. Bagaimana bentuk model matematika penyakit diabetes?
2. Bagaimana hasil analisis dari model matematika penyakit diabetes?
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Membentuk model matematika penyakit diabetes
E. MANFAAT PENELITIAN
Melalui penelitian ini diharapkan dapat:
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan pembaca
tentang penyakit diabetes serta cara penangulangannya.
2. Sebagai informasi bagi mahasiswa terutama dalam membentuk model
matematika penyakit diabetes.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Tentang Penyakit Diabetes
1.1 Penyakit Diabetes
Diabetes atau diabetes melitus (DM)merupakan nama lain dari
penyakit kencing manis ataupenyakit gula darah.Diabetes tergolong
kedalam penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam
tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin
sesuai kebutuhan tubuh. Hormon insulin berfungsi untuk memecah gula
yang ada dalam tubuh.
Diabetes dapat juga didefinisikan sebagai gangguan yang ditandai
oleh berlebihnya gula dalam darah (hyperglycemia) serta gangguan –
gangguan metabolisme karbonhidrat, lemak dan protein.
Sistem pencernaan memecah karbohidrat menjadi glukosa.
Apabilaglukosa diserap ke pembuluh darah, kadar glukosa darah akan
meningkat. Pankreas mengeluarkan hormon insulin yang membantu
memasukkan glukosa dari darah ke sel untuk digunakan sebagai energi.
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai oleh ketidak mampuan
tubuh untuk memasukkan glukosa dari darah ke sel. Dengan demikian sel
kekurangan glukosa, sedangkan darah mengandung glukosa berlebihan.
Glukosa darah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan koma bahkan
5
sampai mati. Diabetes Melitus dapat merusak pembuluh darah, saraf tepi,
jantung, ginjal dan mata.
(dr Wara, Pengantar Kesehatan)
1.2 Penyebab Penyakit Diabetes Melitus
Penyebab DM adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin
dalamtubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau
terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam
mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan
dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang normal)
(Universitas Sumatera Utara)
Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian
kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar
penkreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan DM sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan,
bukanditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki
kemungkinan lebih besarterserang penyakit ini dibandingkan
dengan anggota keluarga yang tidakmenderita DM. Para ahli
kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakityang terpaut
kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi
penderitasesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak
yang membawa genuntuk diwariskan kepada anak-anaknya.
6
b. Asupan Makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan
denganasupan makanan, baik sebagai factor penyebab maupun
pengobatan. Asupanmakanan yang berlebihan merupakan factor
risiko pertama yang diketahuimenyebabkan DM. Salah satu asupan
makanan tersebut yaitu asupankarbohidrat. Semakin berlebihan
asupan makanan semakin besar kemungkinanterjangkitnya DM.
c. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan
atauobesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut
gemuk dan selseperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang
digolongkan sebagaiadipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari
keadaan pada waktu tidakgemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan
resistensi terhadap insulin.
(Universitas Sumatera Utara)
1.3 Jenis – Jenis Diabetes Melitus
Ada tiga bentuk diabetes melitus, yaitu tipe 1, tipe 2, dan diabetes
gestasional.
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah hasil kegagalan tubuh dalam
memproduksi insulin. Diperkirakan ada sekitar 5 – 10 % penderita
diabetes didiagnosa menderita diabetes tipe 1. Diabetes militus tipe 1
juga disebut insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM), yaitu diabetes
7
yang tergantung pada insulin atau diabetes anak – anak. Ciri khusus
diabetes tipe 1 adalah hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau –
pulau Langerhans Pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada
tubuh. Penyebab utama kehilangan sel bata pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.
Saat ini diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan metode suntik
insulin dan memantau tingkat glukosa yang ketat menggunakan alat
monitor pengujian darah. Perawatan pada penderita diabetes tipe 1
harus dilakukan secara kontinu. Tanpa bantuan insulin, penyakit ini
dapat mennyebapkan penderita koma atau bahkan kematian.
b. Diabetes militus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah hasil dari penolakan atau kegagalan
tubuh menggunakan zat insulin, yaitu suatu kondisi dimana sel gagal
untuk menggunakan insulin dengan benar.
Diabetes melitus tipe 2 disebut juga dengan non-insulin-
dependent diabetes mellitus (NIDDM) atau diabetes yang tidak
bergantung pada insulin. Diabetes seperti ini terjadi karena kombinasi
karena kekurangan produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau
berkurangnya kemampuan terhadap penggunaan insulin yang
melibatkan reseptor insulin di membran sel.
8
Tidak ada cara penyembuhan yang pasti untuk penyakit diabetes
melitus tipe 2 meski baru – baru ini operasi by pass lambung di klaim
dapat menormalkan kadar glukosa darah mencapai 80 % pada penderita
obesitas dengan diabetes.
c. Diabetes gestational
Diabetes gestational terjadi pada wanita hamil yang belum pernah
menderita diabetes, tetapi memiliki angka gula darah yang cukup tinggi
selama kehamilan. Diabetes ini terjadi akibat sekresi insulin relatif tidak
memadai dan responsif. Diabates gestational dapat diobati sepenuhnya,
akan tetapi harus melalui pengawasan medis selama kehamilan.
Meskipun mungkin bersifat sementara, diabetes gestational yang
tidak ditangani dapat berpotensi merusak kesehatan janin dan ibu.
(Sutanto, 2010 : 150 – 154)
1.4 Gejala Penyakit Diabetes
Diabetes melitus mempunyai ciri yang sangat spesifik yaitu dapat
dilihat dari kondisi badan dan pemeriksaan kadar gula.
Tanda umum gejala penyakit diabetes melitus, yaitu :
a. Banyak kecing (poliuria)
Penderita diabetes melitus biasanya sering buang air kecil,
terutama saat malam hari.
b. Banyak minum tapi sering merasa haus (polidipsia)
9
Penderita diabetes melitus akan merasa haus terus menerus
sepanjang hari. Rasa haus ini sebagai penyeimbang terhadap air yang
selalu dikeluarkan melalui air kencing.
c. Banyak makan tapi sering merasa lapar (polifagia)
Penderita diabetes melitus sering merasa lapar karena gula darah
tidak dipecah menjadi energi. Ini terjadi karena jumlah insulin tidak
cukup untuk memecah gula tersebut. Sehingga gula yang tidak terpecah
itu akan terbawa air kencing saat penderita buang air kecil.
(Soeryoko, 2011 : 11 – 12)
Secara umum ada tiga kebiasaan yang bertambah dan satu hal yang
berkurang pada penderita diabetes melitus, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi makan
b. Bertambahnya frekuensi minum
c. Bertambahnya frekuensi buang air kecil
d. Berkurangnya berat badan
(Soeryoko, 2011 : 13)
1.5 Komplikasi Penyakit Diabetes
Diabetes melitus merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme
yang perlu dikontrol setiap saat. Kelalaian dalam mengontrol penyankit
diabetes dapat menyebabkan terjadinya penyakit komplikasi.
Komplikasi diabetes melitus dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
a. Komplikasi diabetes melitus bersifat mendadak (akut)
10
Komplikasi ini terjadi secara mendadak / tiba – tiba, baik pada
penderita baru maupun penderita yang sudah lama. Komplikasi yang
muncul secara tiba – tiba adalah sebagai berikut :
i. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan di mana kadar gula darah
darah di bawah kadar gula darah normal. Hipoglikemia dapat
menyebabkan sistem organ tubuh terganggu, sehingga banyak orgsn
tubuh yang tidak dapat menjalankan fungsinya karena kekurangan
glukosa.
ii. Koma Diabetic
Koma diabetic adalah keadaan tidak sadar diri (koma) secara
mendadak pada penderita diabetes melitus yang disebkan karena
kadar gula darah yang sangat tinggi.
iii. Koma Hiperosmolar Nonketotik
Koma Hiperosmolar Nonketotik adalah suatu keadaan tubuh
tanpa penimbunan lemak. Keadaan ini mengakibatka penderita
diabetes melitus mengalami permasalahan saat bernafas.
iv. Koma Lakto Asidosis
Koma lakto asidosis adalah suatu keadaan tubuh dimana asam
laktak tidak dapat diubah menjadi bikarbonat. Sehingga dapat
meningkatkan kadar asam laktat di dalam darah. Jika jumlah asam
laktat melebihi batas normal, maka penderita diabetes dapat
mengalami koma / tidak sadarkan diri.
11
b. Komplikasi diabetes melitus bersifat menahun (kronis)
Komplikasi ini muncul setelah beberapa tahun menderita
diabetes. Pada penderita diabetes melitus yang telah lama dapat
menyebapkan rusaknya pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah
besar. Oleh karena itu komplikasi kronis dibagi dua, yaitu : komplikasi
khusus dan komplikasi umum.
i. Komplikasi Khusus
Komplikasi khusus (spesifik) terjadi karena adanya kelainan
pembuluh darah kecil pada tubuh. Pembuluh darah kecil yang
paling rentan menderita akibat diabetes adalah mata, ginjal, dan
kaki.
Komplikasi spesifik dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan
anggota tubuh, yaitu :
a) Retinopati Diabetik
Retinopati diabetic merupakan komplikasi diabetes
melitus yang ditandai adanya gangguan pembuluh darah retina
mata. Gangguan ini berupa kebocoran maupun sumbatan pada
retina mata, sehingga menyebabkan penumpukan cairan yang
mengandung lemak.
b) Neuropati Diabetik
Komplikasi neuropati diabetik diatandai dengan
menurunnya sensitivitas kulit terhadap dingin, panas, dan
getaran. Contohnya yaitu kesemutan dan panas pada ujung jari.
12
c) Nefropati Diabetik
Komplikasi nefropati diabetik adalah terjadinya
gangguan fungsi pada ginjal. Contohnya proteinuria,
pembengkakan, hipertensi, dan gagal ginjal.
d) Diabetik Foot
Diabetic foot adalah keadaan luka pada kaki akibat
diabetes melitus.
ii. Komplikasi Umum
Komplikasi ini dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain
kelainan pembuluh darah besar. Contohnya adalah :
a) Gangren
Gangren adalah luka membusuk yang terjadi karena
diabetes. Luka ini bisa terjadi di seluruh tubuh. Namun, lokasi
pembusukan awal biasanya dimulai dari kaki kemudian
menyebar keseluruh tubuh.
b) Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah penimbunan lemak yang
menempel pada dinding sebelah dalam pembuluh darah arteri.
Akibatnya, tingkat kelenturan pembuluh darah akan menurun
dan pembuluh darah akan menjadi rapuh. Selain itu
atherosklerosis juga dapat menyebabkan hipertensi, sakit
jantung, stroke, dan gagal ginjal.
13
c) Katarak
Katarak adalah penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan mata. Mata yang menderita katarak seperti dilapisi
plastik yang dapat mengganggu pandangan. Pada umumnya,
katarak timbul pada usia senja, namun pada penderita diabeetes
melitus, katarak dapat timbul pada usia muda.
d) TBC Paru
TBC paru memiliki hubungan yang sangat erat dengan
diabetes melitus. Bakteri dan kuman sangat mudah berkembang
biak pada kondisi kadar gula darah yang sangat tinggi.
e) Infeksi Saluran Kencing
Infeksi saluran kencing terjadi karena lemahnya
pertahanan tubuh sehingga kuman mudah menyerang.
f) Radang Mulut
Radang mulut akibar diabetes melitus dimulai dari
radang gusi kemudian berkelanjut menjadi gigi mudah lepas.
g) Pembekuan Darah Otak
Diabetes mempunyai resiko meningkatkan pembekuan
darah otak. Kadar gula yang tinggi menyebabkan darah menjadi
lebih kental dan mengakibatkan rapuhnya pembuluh darah. Jika
pembuluh darah yang mengalami kerapuhan adalah pembuluh
darah otak maka resiko terjadi pembekuan darah otak sangat
besar.
14
h) Jantung Koroner
Diabetes melitus menyebabkan munculnya
artherosklerosis. Bila tidak segera diatasi, endapan tersebut akan
mengganggu aliran darah pada jantung.
(Soeryoko, 2011 :19 - 26)
Komplikasi diabetes melitus dapat terjadi karena beberapa hal,
antara lain :
i. Pasien suka melanggar larangan yang berhubungan dengan
penyakit tersebut.
ii. Semakin lemahnya organ tubuh yang berhubungan dengan
penyakit diabetes melitus mengakibatkan organ tersebut tidak dapat
bekerja dengan baik.
(Soeryoko, 2011 : 26)
1.6 Pencegahan Penyakit Diabetes
Untuk penanggulang diabetes, setiap penderita diabetes mempunyai
cara dan kebiasaan yang berbeda-beda. Ada yang minum obat, terapi, dan
ada pula yang minum herbal.
Upaya pencegahan penyakit diabetes melitus terdiri dari empat tahap
yaitu pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder,
dan Pencegahan Tersier.
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang
yang masih sehat agar tidak memilki faktor resiko untuk terjadinya DM.
15
Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan
primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan
mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur,
pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan
menghindari obat yang bersifat diabetagenik.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang belum
terkena DM namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi
untuk terkena penyakit DM.
Pada pencegahan primer ini masyarakat harus mengenal faktor –
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit DM dan upaya
untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
Berikut ini adalah upaya dari pencegahan primer yaitu :
i. Penyuluhan
Materi yang perlu diberikan kepada masyarakat tentang
penyakit diabetes melitus antara lain adalah definisi penyakit DM,
faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya penyakit DM serta
upaya-upaya untuk menekan penyakit DM, pengelolaan penyakit
DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi
penyakit DM, serta pemeliharaan kaki.
ii. Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan
16
primer terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga
memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga.
Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain
adalah : Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar
glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin dan
meningkatkan jumlah pengangkut glukosa, membantu menurunkan
berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya
diri, serta mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
iii. Perencanaan Pola makan
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan
kunci sukses supaya terbebasdari penyakit DM. Seluruh penderita
harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk
penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori
yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi penderita.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan
DM, meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan
yang sesuai untuk semua penderita, namun ada standar yang
dianjurkan yaitu makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik
17
yakni sebagai berikut: Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %,
dan Lemak = 20-25 %.
Jumlah asupan kolesterol disarankan < 300 mg/hari dan
diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak
jenuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani .
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa
gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi
menahun. Edukasi dan pengelolaan DM memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
i. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus
Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya
dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya.
18
Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pasien yang umum
dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa.
Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar
antara 70-110 mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar
glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri lebih dari 126
mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa
diambil dari pembuluh vena.
b) Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.
Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199
mg/dl, maka harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis
DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri
ataupun vena lebih dari 200 mg/dl.
c) Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam
pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut
dengan nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200
mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.
ii. Pengobatan Segera
Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa
darah belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan
jasmani. Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu
pemberian secara oral atau disebut juga Obat Hipoglikemik Oral
19
(OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO dibagi
menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan
Glinid), penambah sensitivitas terhadap insulin (Metformin dan
Tiazolidindion), penambah absobsi glukosa (penghambat
glukosidase alfa).
Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan
dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua
atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal sasaran kadar
glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi
kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan pemakaian
OHO baik tunggal maupun kombinasi.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi
kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien
pasien dengan dokter mapupun antara dokter ahli diabetes dengan
dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk
mengendalikan penyakit DM.
Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan mengenai :
i. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes
ii. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
20
iii. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan
memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
(Universitas Sumatera Utara)
2. Model Matematika
2.1 Definisi Model Matematika
Model matematika merupakan representasi dari sistem-sistem fisik atau
problem dunia nyata dalam pernyataan matematika. Model matematika banyak
digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan bidang studi, misalnya bidang
fisika, ilmu biologi dan kedokteran, ilmu sosial, ekonomi dan sebagainya.
(Widowati, 2007 : 2)
Model matematika terdiri dari tiga jenis, yaitu model empiris, model
simulasi, dan model stokastik dan deterministik.
a. Model Empiris
Pada model empiris, data yang berhubungan dengan masalah
menentukan peran yang penting. Dalam pendekatan ini, gagasan utama
adalah mengkonstruksi formula (persamaan) matematika yang dapat
menghasilkan grafik yang terbaik untuk mencocokan data.
b. Model Simulasi
Dalam pendekatan ini, program komputer ditulis bersdasarkan
aturan-aturan. Aturan-aturan ini dipercaya untuk membentuk suatu proses
atau fenomena yang akan berjalan terhadap waktu dalam kehidupan nyata.
c. Model Deterministik dan Stokastik
21
Model deterninistik meliputi penggunaan persamaan atau himpunan
persamaan untuk mempresentasikan hubungan antara berbagai komponen
(variabel) suatu sistem atau masalah. Suatu contoh adalah persamaan
diferensial biasa yang menjelaskan bagaimana suatu kuantitas (yang
dinyatakan dengan variabel tak bebas dari persamaan) dan waktu sebagai
variabel bebas. Diberikan syarat awak yang sesuai untuk memprediksi
perilaku sistem model.
(Widowati, 2007 : 1-2)
2.2 Proses Pembentukan Model
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan model
matematika dapat dinyatakan dalam bagan berikut:
22
Problem Dunia Real
Problem Matematika
Membuat Asumsi
Formulasi Persamaan /
Pertidaksamaan
Penyelesaian Persamaan /
Pertidaksamaan
Interpretasi Solusi
Bandingkan Data
Solusi Dunia Real
Dunia Real Dunia Matematika
Gambar 2.1 Proses Pemodelan Matematika
Berdasarkan bagan di atas, langkah-langkah pembentukan model
matematika dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Menyatakan problem dunia nyata kedalam bentuk problem matematika.
23
Menyatakan problem pada dunia nyata ke bentuk problem matematika
dilakukan dengan membuat pertanyaan untuk permasalahan dan
menentukan faktor yang dianggap penting atau sesuai dengan permasalahan.
2. Membuat Asumsi
Asumsi dibuat dengan melihat hubungan antar faktor yang terpilih
pada langkah 1. Hubungan ditentukan oleh hukum yang berlaku dalam
permasalahan tersebut.
3. Memformulasikan persamaan
Untuk menyatakan hubungan antar asumsi, dilakukan dengan
menformulasikan persamaan atau sekumpulan persamaan menjadi model
matematika.
4. Melakukan Analisis
Pada langkah ini akan dicari solusi dari persamaan yang telah
diperoleh dari langkah 3.
5. Melakukan Pengujian
Model yang diperoleh dilakukan pengujian dengan membandingkan
hasil atau solusi yang didapat dengan keadaan sebenarnya.
6. Menginterpretasikan Model
Menerjemahkan solusi matematika yang telah didapat ke dalam
keadaan yang sesungguhnya.
7. Solusi dunia nyata
Jika langkah diatas membentuk hasil yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, maka diperoleh solusi dunia nyata.
24
(Widowati, 2007 : 3)
3. Teori Persamaan Diferensial
3.1 Persamaan Diferensial
Definisi 1
Persamaan diferensial (PD) adalah suatu persamaan yang memuat
turunan dari satu variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas.
( Ross, 1989:1)
Persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi persamaan diferensial
biasa (PDB) dan persamaan diferensial parsial (PDP).
Definisi 2
Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah suatu persamaan yang
memuat turunan biasa dari satu variabel terikat terhadap satu variabel bebas.
( Ross, 1989:2)
Contoh 1:
dydx
=3 x− y
Definisi 3
Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah suatu persamaan yang
memuat turunan parsial dari satu variabel terikat terhadap lebih dari satu
variabel bebas.
(Ross, 1989:2)
Contoh 2:
∂2 u∂ x2 +
∂2 u∂ y2 +
∂2u∂ z2 =0
25
Berdasarkan kelinearan, persamaan diferensial dapat dibagi menjadi
dua, yaitu persamaan diferensial linear dan persamaan diferensial non linear,
seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
Definisi 4
Suatu persamaan diferensial linear orde-n, dalam variabel terikat y dan
variabel bebas x, adalah suatu persamaan yang berbentuk
a0 ( x ) dn yd xn +a1 (x ) dn−1 y
d xn−1 +⋯+an−1 (x ) dydx
+an ( x ) y=b (x)
dimana a0≠ 0.
(Ross, 1989:3)
Persamaan diferensial biasa dikatakan linear jika memenuhi tiga
kondisi berikut (Ross, 1989:3):
a. Turunan atau variabel terikatnya berpangkat satu.
b. Tidak mengandung perkalian antara variabel terikat dengan turunannya.
c. Tidak mengandung fungsi transeden dalam variabel terikat maupun
turunannya.
Contoh 3:
d2 xd y2 + dx
dy+x=0
Persamaan diferensial yang tidak termasuk kriteria persamaan
diferensial linear disebut persamaan diferensial nonlinear.
Contoh 4:
d2 yd x2 + y dy
dx−2 y=0
26
Persamaan diferensial linear orde satu homogen
3.2 Sistem Persamaan Differensial
Sistem persamaan diferensial dapat dikelompokkan berdasarkan
bentuk persamaannya, yaitu sistem persamaan diferensial linear dan sistem
persamaan diferensial non linear.
Definisi 5
Diberikan Sistem persamaan diferensial linear orde satu berikut:
d xdt
= x=A x+b ( t ) ,
Dimana A adalah matriks koefisien berukuran nxn dan b (t) fungsi
kontinu. Sistem tersebut dinamakan sistem persamaan diferensial linear orde
satu. Jika b ( t )=0 maka sistem dikatakan homogen dan jika b (t)≠ 0 maka
sistem dikatakan nonhomogen.
(Perko, 1996:60)
Contoh 5 :
d x1
dt= 2x1 – x2 – 5x3
d x1
dt= –x1 – 9x2+ 3x3
d x1
dt= 6x1 + 2x2 – 7x3
Definisi 6
Sistem persamaan diferensial nonlinear orde satu dinyatakan sebagai
berikut:
x=f (t , x )
27
Merupakan sistem persamaan diferensial nonlinear orde satu
dengan x=(x1( t)x2(t)⋮
xn(t)), dan
f ( t , x )=¿
Jikaf (t , x) fungsi nonlinear padax1 , …, xn maka sistem disebut
sebagai sistem persamaan diferensial nonlinear.
(Perko, 1996:65)
Contoh 6
dadt = −¿2a + 5a2
dbdt = −¿b + 5a2 + 8a
Model matematika penyakit diabetes dengan pengaruh transmisi
vertikal berbentuk persamaan diferensial nonlinear, sehingga untuk
menganalisis model diperlukan teori kestabilan.
4. Teori Kestabilan
Dalam menganalisa kestabilan diperlukan titik tetap dari persamaan diferensial.
4.1 Titik Tetap
Definisi 7
Diberikan sistem persamaan diferensial berikut:
dxdt
=f ( x , y )
dydt
=g(x , y )
28
Jika titik ( x0 , y0 ) memenuhi persamaan f ( x0 , y0 )=0dan g ( x0 , y0 )=0,
maka titik ( x0 , y0 ) disebut titik tetap.
(Ross, 1989:634)
Contoh 7 :
Misalkan x(t) dan y(t) memenuhi sistem persamaan berikut :
x = ax – bxy
y = –cy + dxy … (1)
Dengan a, b, c, dan d adalah konstanta positif. Titik (x0 ,y0) dikatakan
titik tetap dari sistem persamaan (1), jika :
ax0 – bx0 y0 = 0
–cy0 + d x0 y0= 0 … (2)
Dengan menyelesaikan sistem persamaan (2) diperoleh dua titik
tetap, yaitu : (0,0) dan (cd , a
b )
Untuk menganalisis kestabilan titik tetap dari suatu sistem
persamaan nonlinear, dapat dilakukan dengan melinearkan sistem
persamaan diferensial nonlinear tersebut.
4.2 Pelinearan
Diberikan sistem persamaan diferensial nonlinear berikut
dxdt
=f (x , y )
dydt
=g (x , y )}⋯(3)
29
Karena sistem persamaan diferensial (3) merupakan sistem
persamaan nonlinear, maka dilakukan pelinearan dengan menggunakan
ekspansi Taylor (Blanchard, 2002: 44) untuk suatu titik tetap.
Misalkan titik tetap persamaan (1) adalah (x0 , y0). Misalkan
u=x−x0 dan v= y− y0, maka x=u+x0 dan y=v+ y0. Sehingga persamaan
(1) dapat ditulis dalam bentuk u dan v sebagai berikut:
dudt
=d (x−x0)
dt= f ( x , y )= f (x0+u , y0+v )
dvdt
=d ( y− y0)
dt=g (x , y )=g(x0+u , y0+v )
maka didapatkan:
dudt
=f (x0+u , y 0+v )
dvdt
=g(x0+u , y0+v )
Pada keadaan setimbang f ( x0 , y0 )=g ( x0 , y0 )=0 ,dengan
menggunakan ekspansi Taylor pada titik tetap ( x0 , y0 ) sehingga diperoleh
persamaan linear berikut:
f (x , y )=f ( x0 , y0 )+∂ f ( x0 , y0 )
∂ x ( x−x0 )+∂ f ( x0, y0 )
∂ y ( y− y0 )+φ1(x , y )
g ( x , y )=g ( x0 , y0 )+∂ g ( x0 , y0 )
∂ x ( x−x0 )+∂ g ( x0 , y0 )
∂ y ( y− y0 )+φ2( x , y)
Karenaf ( x0 , y0 )=g ( x0 , y0 )=0 ,kemudian karena nilai φ sangat kecil,
sehingga nilai φ dapat diabaikan. Sistem persamaan (1) dapat ditulis dalam
bentuk matriks berikut:
30
(dudtdvdt
)=(∂ f∂ x
( x0 , y0)∂ f∂ y ( x0 , y0 )
∂ g∂ x ( x0 , y0 ) ∂ g
∂ y ( x0 , y0 ) )(uv)Atau dapat ditulis sebagai:
ddt (uv)=A (uv)
A merupakan matriks Jacobi yang dihitung di titik (x0 , y0), dimana
matriks jacobi didefinisikan J=[ ∂ f∂ x
∂ f∂ y
∂ g∂ x
∂ g∂ y ].
Untuk melihat kestabilan titik tetap, dibutuhkan nilai eigen dan
vektor eigen yang didefinisikan sebagai berikut :
5. Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Dalam menganalisa kestabilan dari titik tetap maka dibutuhkan
beberapa teori mengenai nilai eigen dan vektor eigen, berikut definisinya.
Definisi 8
Jika A matriks n x n, maka vektor tak nol dalam Rn disebut vektor
eigen dari A, jika Ax kelipatan skalar dari x yaitu:
Ax = λx , untuk suatu skalar λ.
Skalar λ merupakan nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor eigen
yang bersesuaian dengan λ.
(Anton, 1993:277)
Teorema 1
31
Jika J adalah matriks n x n, maka pernyataan-pernyataan berikut
ekivalen satu sama lain:
a. λadalah nilai eigen dari J.
b. Sistem persamaan ( λI−J ) x=0 mempunyai pemecahan yang tak trivial.
c. Ada vektor tak nol x di dalam Rn, sehingga J x=λ x.
d. λ adalah pemecahan riil dari persamaan karakteristik det ( λI−J )=0.
(Anton, 1998:280)
Kestabilan dari titik tetap dapat dilihat dari kondisi nilai eigen dari
matriks Jacobiannya. Berikut klasifikasi kestabilan titik tetap berdasarkan nilai
eigennya:
Tabel 2.1 Klasifikasi Kestabilan Titik Tetap
Nilai eigenTipe titik
tetapKarakteristik
kestabilanNilai eigen real λ1 , λ2, dimana
λ1≤ λ2<0
0< λ1≤ λ2
Simpul
Simpul
Stabil asimtotik
Tak stabil
Nilai eigen real λ1 , λ2, dimana
λ1<0<λ2 Sadel Tak stabil
Nilai eigen kompleks dimana
λ1,2=α ± iβα>0
λ1,2=α ± iβα>0
Spiral
Spiral
Stabil asimtotik
Tak stabil
32
Nilai eigen kompleks dimana
λ1,2=± iββ≠ 0 Pusat Stabil tapi bukan stabil
asimtotik
Sumber: Kohler (2006: 451)
Pada kondisi tertentu nilai eigen dari matriks Jacobian sulit ditemukan,
analisis kestabilan titik tetap dapat dilakukan dengan kriteria kestabilan Routh-
Hurwitz.
6. Kriteria Routh Hurwith
Definisi 9
Kriteria Routh-Hurwitz digunakan untuk menganalisis titik tetap suatu
sistem apabila nilai eigen persamaan pada matriks Jacobi sulit dicari.
(Edelstein, 1988:234)
Diketahui sistem persamaan dengan k persamaan dan X variabel sebagai
berikut:
d X1
dt=f 1 ( X1 , X2 ,…, X k ) ,
d X2
dt=f 2 ( X1 , X2 ,…, X k ) ,
⋮d X k
dt=f k ( X1 , X2 ,…, Xk )
dengan matriks Jacobi
J=[∂ f 1
∂ X1
∂ f 1
∂ X2…
∂ f 1
∂ X k
⋮∂ f k
∂ X1
⋮∂ f k
∂ X2
⋱…
⋮∂ f k
∂ Xk
]33
dan persamaan karakteristiknya λk+a1 λk−1+a2 λk−2+…+ak=0.
Diberikan matriks Hurwitz H j, dengan j=1,2 ,…, k sebagai berikut:
H 1=( a1 ) ,H2=(a1 1a3 a2) , H3=( a1 1 0
a3
a5
a2
a4
a1
a3) ,…,
H j=(a1 1 0 … 0a3 a2 a1 … 0⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
a2 j−1 a2 j−2 a2 j−3 … a j) , …
dengan unsur baris ke l kolom ke m dari matriks H j yaitu:
H j={ a2 l−m untuk 0<2 l<m<k1untuk 2l=m
0untuk 2l<m atau2 l>k+m
Jika semua nilai eigen dari matriks Jacobi adalah real negatif maka titik
tetapnya adalah stabil. Hal ini terjadi jika dan hanya jika semua determinan
matriks Hurwitz adalah positif yaitu det H j>0 , j=1,2,3 , …, k. Contoh untuk
k=2,3,4 diperoleh kriteria sebagai berikut:
k=2 , a1>0 , a2>0
k=3 , a1>0 , a3>0 , a1a2>a3
k=4 , a1>0 , a3>0 , a4>0 , a1 a2 a3>a32+a1
2 a4
(Edelstein, 1988: 234)
7. Bilangan Reproduksi Dasar
Untuk mengetahui penyebaran suatu penyakit, digunakan suatu
bilangan yang menjadi ukuran untuk mengetahui apakah dalam populasi
terjadi endemik atau tidak. Bilangan tersebut dikenal dengan bilangan
34
reproduksi dasar. Hethcote (2000) menyatakan bahwa bilangan reproduksi
dasar merupakan rasio yang menunjukkan jumlah individu rentan yang
dapat menderita penyakit yang disebabkan oleh satu individu infeksi.
Bilangan Reproduksi Dasar (Ro) adalah rata-rata banyaknya individu
rentan yang terkena atau menderita secara langsung oleh individu lain yang
sudah terkena atau menderita bila individu yang terkena atau menderita
tersebut masuk ke dalam populasi yang seluruhnya masih rentan. Kondisi
yang akan timbul adalah salah satu diantara kemungkinan berikut:
1. Jika Ro<1, maka penyakit akan menghilang.
2. Jika Ro=1, maka penyakit akanmenetap (endemik).
3. Jika Ro>1 , maka penyakit akan meningkat menjadi wabah.
(Blyuss dan Kyrychko, 2005)
Saat Ro<1 artinya 1 individu yang terkena atau menderita
berkemungkinan tidak berhasil menginfeksi 1 individu sehat lainnya sehingga
pada kondisi ini dalam jangka waktu tertentu, penyebaran penyakit semakin
lama semakin sedikit hingga nantinya tidak ada penyebaran sama sekali. Saat
Ro=1 artinya 1 individu yang terkena atau menderita dapat menginfeksi 1
individu sehat sehingga dalam jangka waktu tertentu penyebaran penyakit
masih ada dan dapat mewabah. Sedangkan pada kondisi Ro>1 artinya 1
indvidu terkena atau menderita dapat menginfeksi lebih dari 1 individu yang
sehat, sehingga dapat dipastikan penyakit akan mewabah.
8. Model Dasar SIS
35
Model SIS merupakan model penyebaran penyakit dengan fase
kompartemen yaitu S dan I. S (susceptible) adalah individu yang sehat namun
rentan (tak kebal) terhadap penyakit dan I (infective) adalah individu yang
terkena penyakit dan dapat menularkan penyakitnya. Individu yang rentan (S)
tersebut berinteraksi dengan individu yang terkena atau menderita (I), sehingga
terkena atau menderita suatu penyakit. Dalam model SIS ini, individu dalam
kelas infeksi dapat sembuh dengan pengobatan medis atau proses alam,
sehingga masuk kelas sehat (susceptible), tetapi kesembuhan itu tidak
mengakibatkan individu tersebut kebal, sehingga memungkinkan terkena atau
menderita kembali dan masuk kelas infeksi (infektive).
36
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, akan dibahas model matematika penyakit diabetes.
A. Bentuk Model Matematika Penyakit Diabetes Mellitus
Model penyebaran penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu
pengembangan model SIS. Pada pembentukan model matematika penyakit
diabetes ini selain pola hidup tidak sehat, transmisi vertikal pada faktor
kelahiran akan diperhitungkan. Sehingga proses pembentukan model penyakit
ini, populasi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok manusia sehat namun
didalam darahnya tidak terdapat gen pembawa penyakit diabetes, kelompok
manusia sehat dimana didalam darahnya terdapat gen pembawa penyakit
diabetes, dan kelompok manusia yang telah terkena penyakit diabetes.
Dalam pembentukan model matematika akan ditinjau faktor-faktor yang
mempengaruhi penyebaran penyakit diabetes. Dikhawatirkan antara kelompok
manusia sehat tanpa gen pembawa penyakit diabetes maupun sehat namun
terdapat gen pembawa penyakit diabetes dengan kelompok manusia yang telah
terkena penyakit diabetes dapat meningkatkan jumlah penderita penyakit
diabetes. Oleh karena itu, akan dibentuk model matematika dan dari hasil
37
analisis dapat dilihat fakor-faktor yang lebih berpengaruh dan dapat dikontrol
dalam menekan jumlah penderita penyakit diabetes
Untuk membentuk model matematika penyakit diabetes, variable yang
digunakan dalam model matematika penyakit diabetes ini adalah sebagai
berikut:
1. kelompok manusia sehat namun didalam darahnya tidak terdapat gen
pembawa penyakit diabetes yang dilambangkan dengan X1
2. kelompok manusia sehat dimana didalam darahnya terdapat gen pembawa
penyakit diabetes yang dilambangkan dengan X2
3. kelompok manusia yang telah terkena penyakit diabetes serta mempunyai
pola hidup tidak sehat yang dilambangkan X3.
Dengan demikian jumlah total populasi adalah N = X1 + X2 + X3
Parameter yang digunakan adalah
p : peluang terlahirnya manusia sehat pada kelompok X1
β1 : tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompok X3 ke kelompok X1
β2 : tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompok X3 ke kelompok X2
µ : tingkat kematian natural
δ : tingkat kematian yang diakibatkan oleh penyakit diabetes pada kelompok
X3
γ : tingkat kesembuhan orang yang telah terkena diabetes.
Langkah selanjutnya adalah membuat kerangka dasar model. Hal ini
dilakukan dengan menentukan asumsi yang akan digunakan dalam membentuk
38
δ
µ
β2
µ
p
X3
X1
X2
A
(1- p)
β1
γ
model matematika penyakit diabetes. Asumsi yang digunakan dalam
pembentukan model matematika penyakit diabetessebagai berikut :
1. Populasi manusia bersifat tertutup dimana tidak terjadi imigrasi maupun
emigrasi.
2. Total populasi manusia bersifat konstan sebesar N, artinya jumlah kelahiran
akan sama dengan jumlah kematian secara alami
3. Jumlah kelahiran manusia yaitu sebesar A
4. Jumlah kematian secara alami setiap kompartemen sama
5. Setiap individu yang lahir diasumsikan rentan terkana penyakit diabetes
mellitus
6. Individu yang berada pada kelompok terkena penyakit diabetes dapat
sembuh dari penyakit diabetes dengan tingkat kesembuhan dari individu
yang terkena penyakit diabetes sebesar γ
7. Individu yang telah sembuh dapat terkena penyakit diabetes kembali
8. Individu yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai pola hidup tidak
sehat yang berada pada kelompok manusia terkena penyakit diabetes (X3)
apabila sembuh dari penyakit diabetes akan masuk ke kelompok manusia
sehat dimana didalam darahnya terdapat gen pembawa penyakit diabetes
(X2)
Berdasarkan asumsi diatas dapat dibuat diagram sebagai berikut:
39
Gambar 3.1Bagan Model Penyakit Diabetes
Berdasarkan diagram diatas proses pembentukan model matematika
penyakit diabetes adalah sebagai berikut
1. Laju jumlah kelompok manusia sehat namun didalam darahnya tidak
terdapat gen pembawa penyakit diabetes dipengaruhi oleh:
i. Banyaknya jumlah manusia yang lahir sebesar A dengan peluang
terlahirnya manusia sehat tanpa gen penyakit diabetes sebesar p, yaitu
sebanyak
pA
ii. Besarnya tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompokmanusia
yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai pola hidup tidak sehat (
X3) ke kelompok manusia sehat namun didalam darahnya tidak terdapat
gen pembawa penyakit diabetes(X1) sebesar −β1 dengan peluang sebesar
X1 X3
N, yaitu sebanyak
−β1 X1 X3
N
40
iii. Banyaknya jumlah manusia yang mati secara natural pada kelompok
manusia sehat tanpa gen pembawa penyakit diabetes (X1) sebesar −µ,
yaitu sebanyak
−µ X1
Berdasarkan uraian di atas, maka perubahanjumlah kelompok
manusia sehat namun didalam darahnya tidak terdapat gen pembawa
penyakit diabetes (X1) terhadap satuan waktu dipengaruhi oleh jumlah
kelahiran manusia tanpa gen pembawa penyakit diabetes perkapita
dikurangi besarnya tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompok
manusia yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai pola hidup tidak
sehat (X3) ke kelompok manusia sehat namun didalam darahnya tidak
terdapat gen pembawa penyakit diabetes(X1) dan dikurangi dengan jumlah
manusia yang mati secara natural pada kelompok manusia sehat tanpa gen
pembawa penyakit diabetes (X1) perkapita. Sehingga diperoleh persamaan
sebagai berikut:
d X1
dt=pA−
β1 X1 X3
N−µ X1 (1)
2. Laju jumlah kelompok manusia sehat dimana didalam darahnya terdapat
gen pembawa penyakit diabetes dipengaruhi oleh:
i. Banyaknya jumlah manusia yang lahir sebesar A dengan Peluang
terlahirnya manusia sehat dengan gen penyakit diabetes yaitu sebesar (1-
p), yaitu sebanyak
(1−p ) A
41
ii. Besarnya tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompok manusia
yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai pola hidup tidak sehat (
X3) kekelompok manusia sehat dimana didalam darahnya terdapat gen
pembawa penyakit diabetes (X2) sebesar −β2 dengan peluang sebesar
X2 X3
N, yaitu sebanyak
−β2 X2 X3
N
iii. Banyaknya jumlah manusia yang matisecara naturalpada kelompok
manusia sehat dimana didalam darahnya terdapat gen pembawa penyakit
diabetes (X2)sebesar−µ, yaitu sebanyak
−µ X2
iv. Banyaknya jumlah manusia yang sembuh pada kelompok manusia yang
telah terkena penyakit diabetes namun dalam darahnya masih terkandung
gen penyakit diabetes sebesar γ, yaitu sebanyak
γ X3
Berdasarkan uraian di atas, maka perubahanjumlah
kelompokmanusia sehat dimana didalam darahnya terdapat gen pembawa
penyakit diabetes (X2) terhadap satuan waktu dipengaruhi oleh jumlah
kelahiran manusia dengan gen pembawa penyakit diabetes perkapita
dikurangi besarnya tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompok
manusia yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai pola hidup tidak
sehat (X3) ke kelompok manusia sehat dimana didalam darahnya terdapat
gen pembawa penyakit diabetes (X2) dikurangi dengan jumlah manusia
42
yang matisecara naturalpada kelompok manusia sehat dimana didalam
darahnya terdapat gen pembawa penyakit diabetes (X2) perkapita dan
ditambah dengan banyaknya jumlah manusia yang sembuh pada kelompok
manusia yang telah terkena penyakit diabetes namun dalam darahnya masih
terkandung gen penyakit diabetes. Sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut:
d X2
dt= (1−p ) A−
β2 X2 X3
N−µ X2+γ X3 (2)
3. Laju jumlah Kelompok manusia yang terkena penyakit diabetes di
pengaruhi oleh:
i. Besarnya tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompok manusia
yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai ola hidup tidak sehat (
X3) ke kelompok manusia sehat namun didalam darahnya tidak terdapat
gen pembawa penyakit diabetes(X1) sebesar β1 dengan peluang sebesar
X1 X3
N, yaitu sebanyak
β1 X1 X3
N
ii. Besarnya tingkat transfer pola hidup tidak sehat dari kelompok manusia
yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai ola hidup tidak sehat (
X3) kekelompok manusia sehat dimana didalam darahnya terdapat gen
pembawa penyakit diabetes (X2) sebesar β2 dengan peluang sebesar
X2 X3
N, yaitu sebanyak
43
β2 X2 X3
N
iii. Banyaknya jumlah manusia yang mati secara natural pada kelompok
manusia yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai ola hidup tidak
sehat (X3) sebesar−µ, yaitu sebanyak
−µ X3
iv. Banyaknya jumlah manusia yang sembuh pada kelompok manusia yang
telah terkena penyakit diabetes serta mempunyai ola hidup tidak sehat
namun dalam darahnya masih terkandung gen penyakit diabetes sebesar
−γ, yaitu sebanyak
−γ X3
v. Banyaknya jumlah manusia yang mati karena penyakit diabetes pada
kelompok manusia yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai ola
hidup tidak sehat serta mempunyai ola hidup tidak sehat (X3) sebesar−δ ,
yaitu sebanyak
−δ X3
Berdasarkan uraian di atas, maka perubahanjumlah kelompok
manusia yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai ola hidup tidak
sehat (X3) terhadap satuan waktu dipengaruhi oleh besarnya tingkat transfer
pola hidup tidak sehat dari kelompok manusia yang terkena penyakit
diabetes serta mempunyai ola hidup tidak sehat (X3) ke kelompok manusia
sehat namun didalam darahnya tidak terdapat gen pembawa penyakit
diabetes(X1) ditambah dengan besarnya tingkat transfer pola hidup tidak
44
sehat dari kelompok manusia yang terkena penyakit diabetes serta
mempunyai ola hidup tidak sehat (X3) ke kelompok manusia sehat dimana
didalam darahnya terdapat gen pembawa penyakit diabetes (X2) dikurangi
dengan banyaknya jumlah manusia yang mati secara natural pada
kelompok manusia yang terkena penyakit diabetes serta mempunyai ola
hidup tidak sehat (X3) dikurangi juga dengan banyaknya jumlah manusia
yang sembuh pada kelompok manusia yang telah terkena penyakit diabetes
namun dalam darahnya masih terkandung gen penyakit diabetes dan
dikurangi dengan banyaknya jumlah manusia yang mati karena penyakit
diabetes pada kelompok manusia yang terkena penyakit diabetes serta
mempunyai ola hidup tidak sehat (X3). Sehingga diperoleh persamaan
sebagai berikut:
d X3
dt=
β1 X1 X3
N+
β2 X2 X3
N−( µ+γ +δ ) X 3 (3)
Sehingga model matematika penyakit diabetes adalah sebagai berikut
(4 ) {d X1
dt=pA−
β1 X1 X3
N−µX 1
d X2
dt=(1−p ) A−
β2 X2 X3
N−µX 2+γ X3
d X3
dt =β1 X1 X3
N +β2 X 2 X3
N −( µ+γ +δ ) X3
dengan A=µ (X1+X2+X3) dan N=X1+ X2+X3
B. Analisis Model matematika penyakit diabetes
45
Pandang model penyakit diabetes dengan transmisi vertikal. Misal
B=µ+γ+δ , sistem persamaan (4) dapat dinyatakan kedalam bentuk yang lebih
sederhana sebagai berikut
(5 ) {d X1
dt=pA−
β1 X1 X3
N−µ X1
d X2
dt=(1−p ) A−
β2 X2 X3
N−µX 2+γ X3
d X3
dt =β1 X1 X3
N +β2 X2 X3
N −B X3
Selanjutnya akan ditentukan titik tetap dari system (5) diatas dengan
menggunakan menggunakan definisi.
1. Titik Tetap Model Matematika Penyakit Diabetes
Titik tetap merupakan titik keseimbangan dari sistem yang
diperoleh pada saat
d X1
dt=0 ,
d X2
dt=0 ,
d X3
dt=0
Sehingga akan diperoleh system persamaan diferensial berikut
pA−β1 X1 X3
N−µ X1=0 (6)
(1−p ) A−β2 X2 X3
N−µ X2+γ X3=0 (7)
β1 X1 X3
N+
β2 X2 X 3
N−B X3=0 (8)
Terdapat dua titik tetap dari model matematika penyakit diabetes
tanpa transmisi vertikal yairu titik bebas penyakit diabetes dan titik bebes
endemik diabetes.
a. Titik Tetap Bebas Penyakit Diabetes DFE=( X10, X 20
, X30)
46
Titik tetap bebas penyakit diabetes diartikan bahwa tidak ada
individu yang terkena atau menderita penyakit diabetes, secara matematis
X3=0.
Substitusikan nilai X3=0 kepersamaan (6) sampai (8) maka
pA−β1 X1 X3
N−µ X1=0 (6)
Diperolehµ X1=pA−β1 X1 X3
N
µ X1= pA−β1 X1(0)
N
X1=pAµ
Sehingga X10= pA
µ
(1−p ) A−β2 X2 X3
N−µ X2+γ X3=0 (8)
Diperoleh µ X2=(1−p ) A−β2 X2 X3
N+γ X3
µ X2=(1−p ) A−β2 X2(0)
N+γ (0)
X2=(1−p ) A
µ
Sehingga X20=
(1−p ) Aµ
β1 X1 X3
N+
β2 X2 X 3
N−B X3=0
(9)
47
Diperoleh β1 X1 X3
N+
β2 X2 X 3
N−B X3=0
β1 X1(0)N
+β2 X2(0)
N−B (0)=0
Sehingga X30=0
Diperoleh titik tetap bebas penyakit diabetes adalah
DFE=( pAµ
, (1−p ) Aµ
,0)
b. Titik Tetap Endemik Penyakit Diabetes EE=( X1 , X2 , X3 )
Titik tetap Endemik penyakit diabetes diartikan bahwa terdapat
individu yang terkena penyakit diabetes, maka X3>0.
Sehingga diperoleh titik tetap bebas penyakit diabetes dengan
transmisi vertikal adalah
EE= X1*, -(pA+γ X1+δ X1 -X1 β1 )δ β1 X1 -β1β2 X1+γ β1 X1 +µβ1 X1 -µβ2 X1 +pAβ2
,X1 (µ X1β1-µ X1β1-pA β2+pA β2 ) X1 β1
δβ1 X1-β1β2 X1 +γ β1 X1+µ β1 X1-µ β2 X1+pA β2)
Bentuk eksplisit dari titik EE tidak dapat ditunjukan dalam
makalah ini secara eksplisit karena kompleksitas dari bentuknya. Titik
keseimbangan untuk X1* didapatkan dari akar persamaan
f ( Ω, x1 )=X12 (( β2−µ+ ( p−1 ) δ−γ ) β1−β2 ( pδ−µ ))
−µ (−β2+β1 )(−β1+δ )Ax 1−
A2 β2 p−µ (−β2+β1 )(−β1+δ )
Dimana Ω adalah himpunan semua parameter dalam model
persamaan (1) sampai (3). Titik DFE merupakan titik keseimbangan
dimana tidak terdapat orang yang terkena atau menderita oleh penyakit
diabetes di lapangan olehnya X3 bernilai 0. Bila diperhatikan, total
48
populasi manusia sehat yaitu X1+X 2 ekivalen dengan Aµ yang dapat
dipresentasikan bahwa total populasi manusia sebenarnya adalah rasio
antara laju kelahiran dan laju kematian secara natural. Titik
keseimbangan yaitu EE merupakan titik keseimbangan dimana semua
kompartemen eksis dilapangan.
2. Analisis Kestabilan Titik Tetap Model Matematika Penyakit Diabetes
a. Matriks jacobian
Analisis kestabilan titik tetap dapat ditentukan dengan cara
menentukan nilai eigen dari matriks Jacobi dari system (1)-(3) yang
diperoleh sebagai berikut
J (f ( x ) ) =(d f1
d X1
d f1
d X2
df 1
d X3
d f2
d X1
d f2
d X2
df 2
d X3
d f3
d X1
d f3
d X2
df 3
d X3
)denganf 1=
d X1
dt, f 2=
d X2
dt, f 3=
d X3
dt, dan diperoleh:
J൫fሺxሻ൯=ۉ
ۈۈۈۇ
-ቆβ1X3ሺX1+X2+X3ሻ-β1X1X3ሺX1+X2+X3ሻ2 ቇ-μ β2X2X3
ሺX1+X2+X3ሻ2β1X3ሺX1+X2+X3ሻ-β1X1X3
ሺX1+X2+X3ሻ2 − β2X2X3ሺX1+X2+X3ሻ2β1X1X3
ሺX1+X2+X3ሻ2 -ቆβ2X3ሺX1+X2+X3ሻ-β2X2X3ሺX1+X2+X3ሻ2 ቇ-μ − β1X1X3
ሺX1+X2+X3ሻ2 +β2X3ሺX1+X2+X3ሻ-β2X2X3ሺX1+X2+X3ሻ2-ቆβ1X1ሺX1+X2+X3ሻ-β1X1X3
ሺX1+X2+X3ሻ2 ቇ -ቆβ2X2ሺX1+X2+X3ሻ-β2X2X3ሺX1+X2+X3ሻ2 ቇ+γ β1X1ሺX1+X2+X3ሻ-β1X1X3
ሺX1+X2+X3ሻ2 +β2X2ሺX1+X2+X3ሻ-β2X2X3ሺX1+X2+X3ሻ2 +ሺ𝜇+𝛾+𝛿ሻی
ۋۋۋۊ
Matriks Jacobi dititik tetap bebas penyakit DFE = ( pAµ
, (1−p ) Aµ
, 0)
49
J=[−µ0
0−µ
−p β1
−β2+p β2+γ0 0 β2−p β2+ p β1−γ−δ−µ ]
b. Analisis Kestabilan Titik Tetap Bebas Penyakit
Untuk melihat kestabilan dari titik tetap sistem dapat ditentukan
berdasarkan nilai-nilai eigen dari matriks Jacobinya.
J=[−µ0
0−µ
−p β1
−β2+p β2+γ0 0 β2−p β2+ p β1−γ−δ−µ ]
Untuk menentukan nilai eigen dari matriks Jacobian tersebut dapat
dilakukan dengan menyelesaikan persamaan det (J (DFE )− λI )=0.
|J ( DFE )−λI|=|(−µ0
0−µ
−p β1
−β2+ p β2+γ0 0 β2−p β2+ p β1−γ−δ−µ)−λ (1 0 0
0 1 00 0 1)|=0
|J ( DFE )−λI|=( µ+λ )2( β2 (1−p )+ p β1−γ−δ−µ−λ)=0
Nilai eigen dari matriks J diberikan oleh akar kembar
λ1,2=¿-µ dan
λ3=(1−p) β2+ p β1−(γ +δ+µ).
Agar sistem stabil, maka semua nilai eigen haruslah bernilai
negatif. Oleh karena itu, agar semua nilai eigen bernilai negatif maka
haruslah dipenuhi bahwa R1=(1−p ) β2+ β1
γ+µ+δ<1.
3. Bilangan Reproduksi Kontrol (R0) Model matematika Penyakit
Diabetes
50
Basic reproduction ratio didefinisikan sebagai jumlah ekspektasi
kejadian kasus sekunder dari satu kasus primer pada populasi virgin selama
periode proses infeksi. Basic reproductive ratio merupakan bilangan non
dimensional yang dapat mengatur tingkat keendemikan suatu wilayah dan
didapatkan dari pectral radius dri matriks generasi. Basic Reproducrive ratio
sistem (1) sampai (3) diberikan oleh
d X3
dt=
β1 X1 X3
N+
β2 X2 X3
N−( µ+γ +δ ) X 3
d X3
dt=X3(
β1 X1
N+
β2 X2
N−(µ+γ+δ ))
Subsitusi titik DFE, maka diperoleh
d X3
dt=X3(
β1pAµ
N+
β2(1−p) A
µN
−( µ+γ+δ ))
d X3
dt=X3(
β1pµ( X1+ X2+X3)
µN
+β2
(1−p)µ( X1+ X2+ X3)µ
N−( µ+γ +δ ))
d X3
dt=X3(
β1pµN
µN
+β2
(1−p)µNµ
N−(µ+γ+δ ))
d X3
dt=X3(β1 p+β2(1−p)− (µ+γ+δ ))
d X3
dt=X3(
β1 p+β2(1−p)(µ+γ+δ )
−1)
Sehingga diperoleh nilai R0 adalah
R0=(1−p ) β2+β1
γ+µ+δ
51
Titik DFE akan stabil lokal jika dan hanya jika R0<1 dan
sebaliknya, titik EE akan stabil lokal jika R0>1. Level set untuk sensitivitas
parameter dari R0 terhadap γ danδ dapat dilihat dari gambar 1. Dapat dilihat
bahwa untuk menekan besaran R0 hingga bernilai kurang dari 1 maka
dibutuhkan usaha yang lebih besar untuk memperbesar nilai γ yaitu laju
kesembuhan orang terkena atau menderita. Hal ini bisa dilakukan misalnya
dengan budaya hidup sehat, program diet dan lain sebagainya.
52
BAB IV
PENUTUP1. Kesimpulan
Model matematika pada penyakit diabetes populasi tertutup telah
dikonstruksi dalam makalah ini. Basic reproductive ratio (R¿¿0)¿ sebagai
indikator keendemikan ditunjukan secara analitik. Berdasarkan kajian analitik
terhadap R0 dan didukung dengan simulasi numerik, ditunjukan bahwa
jumlah orang sehat akan lebih besar apabila proporsi atau peluang kelahiran
dalam keadaan carrier (pembawa) diabetes lebih kecil. Pengembangan model
dapat dilanjutkan dengan melibatkan beberapa faktor antara lain kelas umur,
program penanggulangan dan pencegahan, dan lain-lain.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. 1987. Aljabar Linear Elementer. 8th edition. Bandung: Erlangga.
Ross, S. 1989. Introduction to Ordinary Differential Equation. Jhon Wiley and Sons Inc: New York.
Soeryoko, Hery. 2011. 25 Tananman Obat Ampuh Penakluk Diabetes Mellitus. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern (Hipertensi, Stroke, Jantung, dan Diabetes)
Debby Agustine, (2013). “Model Matematika Penyakit Diabetes Dengan Pengaruh Transmisi Vertikal”, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta 9 November 2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29762/4/Chapter%20II.pdf, Diakses 03 Oktober 2015
https://pemodelanmatematikauin.files.wordpress.com/2013/05/lectures-kalkuus-variasi-figueroa.pdf , Diakses 03 Oktober 2015
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-26681-Presentation-4629755.pdf , Diakses 03 Oktober 2015
54