isi makalah kelompok 3 diabetes mellitus

31
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes dapat terjadi pada kucing segala usia, meskipun sebagian besar terjadi setelah usia kucing lebih dari enam tahun. Beberapa kucing dapat tergantung pada insulin dan dapat dibantu dengan terapi insulin seumur hidup. Kucing lainnya dapat non- insulin dependent dan hanya membutuhkan insulin bila stres. Biasanya, kucing mendapatkan kembali keseimbangan mereka setelah kondisi stres berakhir. Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang berhubungan dengan kadar insulin di dalam darah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai etiologinya. Insulin adalah hormon yang dibentuk di β-cell pancreas. Fungsi insulin terutama adalah dalam pengaturan glukosa dalam tubuh yaitu menurunkan kadar glukosa darah, dengan meningkatkan uptake glukosa ke dalam jaringan. Sedangkan fungsi lainnya adalah meningkatkan katabolisme protein dan lemak, menghambat pembentukan glukosa dari asam amino dan lemak di daerah perifer dengan menstimulasi pembentukan asam amino otot dan penyimpanan lemak di sel adiposa (Foster. 2012). 1

Upload: 17rd

Post on 17-Feb-2016

94 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

diates mellitus

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Diabetes dapat terjadi pada kucing segala usia, meskipun sebagian besar

terjadi setelah usia kucing lebih dari enam tahun. Beberapa kucing dapat

tergantung pada insulin dan dapat dibantu dengan terapi insulin seumur hidup.

Kucing lainnya dapat non-insulin dependent dan hanya membutuhkan insulin bila

stres. Biasanya, kucing mendapatkan kembali keseimbangan mereka setelah

kondisi stres berakhir. Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang

berhubungan dengan kadar insulin di dalam darah yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor sebagai etiologinya. Insulin adalah hormon yang dibentuk di β-cell

pancreas. Fungsi insulin terutama adalah dalam pengaturan glukosa dalam tubuh

yaitu menurunkan kadar glukosa darah, dengan meningkatkan uptake glukosa ke

dalam jaringan. Sedangkan fungsi lainnya adalah meningkatkan katabolisme

protein dan lemak, menghambat pembentukan glukosa dari asam amino dan

lemak di daerah perifer dengan menstimulasi pembentukan asam amino otot dan

penyimpanan lemak di sel adiposa (Foster. 2012).

Hormon yang juga berpengaruh dalam pengaturan glukosa, yaitu untuk

menaikkan kadar glukosa darah, adalah hormon glukagon yang diproduksi oleh α-

cell pankreas. Hormon ini memiliki fungsi yang berkebalikan dengan insulin,

yakni meningkatkan konversi glikogen menjadi glukosa, meningkatkan

pembentukan glukosa atau prekursor glukosa dari asam amino dan lemak

(prekorsor glukosa dari lemak yaitu asam lemak dan gliserol).

Kasus Diabetes yang terjadi pada kucing lebih kecil dibandingkan dengan

anjing. Namun, bila hal itu terjadi, diabetes kucing dapat lebih sulit untuk diatasi.

Kucing yang dikebiri, kucing jantan dan kucing yang mengalami obesitas

termasuk  berisiko tinggi terkena penyakit ini. Ketika kucing diabetes

mengkonsumsi makanan berglukosa, tubuhnya tidak dapat memproses glukosa

dengan benar, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam

1

aliran darah. Akhirnya, gula darah tinggi mengakibatkan gula mulai masuk ke

dalam urin kucing. Konsekuensinya kadang-kadang akan mengancam kehidupan

kucing itu sendiri. Kecenderungan genetik juga merupakan salah satu pemicu

tingginya risiko diabetes pada kucing. Baru-baru ini, beberapa riset di Australia

dan Selandia Baru, menemukan fakta bahwa genetika  memainkan peran dalam

perkembangan diabetes pada kucing. Di negara ini, kucing Burma teridentifikasi

mengalami kecenderungan diabetes, dan analisis silsilah menunjukkan  bahwa

pada ras ini, penyakit diabetes adalah penyakit keturunan. Mengenai hal itu akan

dibahas lebih lanjut pada makalah ini.

I.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni:

1. Apa definisi dari Diabetes Mellitus?

2. Apa etiologi terjadinya Diabetes mellitus?

3. Bagaimana gejala klinis yang tampak pada penyakit Diabetes Mellitus?

4. Bagaimana proses patofisiologis terjadinya penyakit Diabetes Mellitus?

5. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Diabetes Mellitus?

6. Pengobatan apa yang dapat dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus?

7. Bagaimana cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes Mellitus?

I.3. Tujuan Makalah

Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini, yakni:

1. Dapat mengetahui definisi dari Diabetes Mellitus?

2. Dapat mengetahui etiologi terjadinya Diabetes mellitus?

3. Dapat mengetahui gejala klinis yang tampak pada penyakit Diabetes Mellitus?

4. Dapat mengetahui proses patofisiologis terjadinya penyakit Diabetes

Mellitus?

5. Dapat mengetahui cara mendiagnosa penyakit Diabetes Mellitus?

6. Dapat mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita Diabetes

Mellitus?

7. Dapat mengetahui cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes

Mellitus?

2

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang berhubungan dengan

kadar insulin di dalam darah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai

etiologinya.

Penyakit diabetes adalah penyakit yang juga dapat terjadi pada hewan

peliharaan. Pada umumnya hewan yang menderita diabetes adalah anjing dan

kucing. Kasus terjadinya diabetes pada kedua hewan tersebut sudah umum terjadi.

Terutama diabetes pada anjing lebih tinggi dibandingkan dengan kucing. Sama

seperti yang terjadi pada manusia, hewan peliharaan yang mengidap penyakit

diabetes tidak dapat memproduksi insulin yang cukup, atau mungkin hewan

peliharaan tidak dapat menggunakan insulin dengan benar (Tilley. 2000).

II. 2. Etiologi Diabetes Millitus

Ada 2 tipe Diabetes melitus berdasarkan etiologinya. Pada hewan tipe 1

disebut tipe dependent diabetes mellitus (DDM), dan tipe 2 disebut tipe non

dependent diabetes mellitus (NDDM).

1. Diabetes Melitus Tipe 1: Disebabkan karena kerusakan β-cell pancreas.

Pada Diabetes Melitus Tipe 1 penyebab utamanya ialah terjadinya

kekurangan hormon insulin pada proses penyerapan makanan. Jika insulin

berkurang, kadar gula di dalam darah akan meningkat. Gula dalam darah

berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula

disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormon

insulin sebagai “stabilizer” alami terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika

terjadi gangguan sekresi (produksi) hormon insulin ataupun terjadi gangguan

pada proses penyerapan hormon insulin pada sel-sel darah, maka potensi

terjadinya diabetes melitus sangat besar sekali.

3

2. Diabetes Melitus Tipe 2: Disebabkan kurang sensitifnya jaringan terhadap

insulin, karena:

1. Obesitas

2. Hormon diabetogenik seperti glukocorticoid, cortisol

3. Tiroksin (T4)

4. Glukagon

5. Hormon pertumbuhan

6. Progesteron

Jika pada Diabetes Melitus 1 penyebab utamanya adalah dari malfungsi

kalenjar pankreas, pada Diabetes Melitus Tipe 2, gangguan utama justru

terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah.

Dalam kondisi ini produktifitas hormon insulin bekerja dengan baik, namun

tidak terdukung oleh kuantitas volume reseptor yang cukup pada sel darah,

keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin. Walau belum dapat dipastikan

penyebab utama resistensi insulin, dibawah ini terdapat beberapa faktor-faktor

yang memiliki berperan penting terjadinya hal tersebut:

• Obesitas, terutama yang besifat sentral (bentuk tubuh apel)

• Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

• Kurang gerak badan (olahraga)

• Faktor keturunan (herediter)

II. 3. Gejala Klinis

Kucing yang mengalami diabetes akan mengalami hiperglikemia sehingga

glukosa diekskresikan dalam urin (glikosuria). Tingginya pengeluaran glukosa

melalui glikosuria menyebabkan kucing seringkali melakukan urinasi. Hal ini

menyebabkan kucing mengalami rasa haus meningkat (polidipsia kompensasi).

Berat badan dan nafsu makan yang rakus (polifagia) juga sering terlihat. Namun,

tanda-tanda ini dapat terjadi pada kucing yang memiliki penyakit lainnya. Tanda-

tanda klinis utama terlihat pada kucing diabetes adalah (Andre, 2008):

4

Penurunan berat badan

Pengembangan ketacidosis

Insulin adalah inhibitor lipolisis dan oksidasi asam lemak. Kekurangan

insulin relatif atau absolut menyebabkan lipolisis meningkat dan

menyebabkan mobilitas asam lemak ke hati meningkat, meningkatkan asam

lemak dan ketogenesis. Keton jadi terakumulasi dalam darah menyebabkan

asidosis metabolik. Keton terakumulasi pada ruang ekstraseluler, jumlahnya

melebihi ambang batas tubulus renalis untuk resorpsi lengkap dan

menyebabkan adanya keton dalam urine (ketonuria).

Napas berat dan bau kimia

Komplikasi yang berhubungan dengan diabetes Hypoglikemia (gula darah

rendah) dapat terjadi pada hewan karena overdosis insulin

Polifagia

Polifagia muncul karena baik pankreas tidak memproduksi insulin (tipe

1 diabetes mellitus) atau tubuh telah menjadi tidak peka terhadap efek insulin

yang diproduksi (diabetes mellitus tipe 2). Dalam kedua kasus ini, yang terjadi

adalah bahwa gula (glukosa) dalam sistem tidak sedang dibuat tersedia untuk

sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. Akibatnya, tubuh kelaparan. Untuk

kompensasi, makanan lebih diperlukan dalam upaya untuk 'memberi makan'

sel-sel tubuh, maka asupan makanan hampir tidak bisa dihindari lagi.

Poliuria / polidipsia

Poliuria pada diabetes menunjukkan bahwa tubuh tidak mampu untuk

metabolisme karbohidrat dengan benar. Karbohidrat diubah menjadi glukosa,

yang dikirim ke dalam darah untuk memberi makan sel-sel. Karena kekurang

insulin, sel tubuh tidak dapat menerima glukosa, sehingga tetap dalam darah

menyebabkan hiperglikemia. Glukosa yang berlebihan dalam darah

terakumulasi di sana sampai ginjal melihatnya sebagai benda ekskresi untuk

disaring dan dibuang.

Polidipsia merupakan tanda atau gejala yang menunjukkan karena

kurangnya insulin yang cukup, tubuh tidak mampu untuk memetabolisme

5

karbohidrat. Seperti tubuh buang cairan begitu banyak, akan mengalami

dehidrasi. Pertahanan alami adalah untuk menggantikan cairan dengan

penghisapan cairan tubuh berlebihan.

Muntah

Diare

Kehilangan nafsu makan

Kesulitan bernapas

Kelemahan

Sulit urinasi

Obesitas dengan berat badan terakhir adalah khas.

Otot dorsal pemborosan dan sebuah mantel berminyak dengan ketombe yang

lazim pada kucing

Hepatomegali pada kedua spesies, tetapi ikterus lebih umum pada kucing

Kurang umum temuan-katarak pada anjing; sikap plantigrade pada kucing

(neuropati diabetikum)

Gejala-gejala diatas dapat muncul tiba-tiba selama beberapa hari, atau

selama beberapa bulan.

Komplikasi diabetes mellitus dapat terjadi secara akut dan kronik.

Komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan koma

diabetik. Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan

glukosa akibat obat antidiabetes yang diminum dengan dosis tinggi, atau

penderita terlambat makan atau latihan fisik yang berlebihan. Koma diabetik

terjadi karena kadar glukosa dalam darah yang terlalu tinggi. Komplikasi-

komplikasi kronik pada organ-organ tubuh, misalnya :

1. Gagal ginjal ringan sampai berat.

2. Mata kabur karena adanya katarak atau kerusakan retina.

3. Gangguan pada saraf tepi yang ditandai dengan gejala kesemutan, mengalami

baal pada anggota tubuh.

4. Gangguan saraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan peredaran darah

otak sehingga memudahkan terserang stroke.

6

5. Gangguan pada jantung berupa penyakit jantung koroner.

6. Gangguan pada hati berupa perlemakan hati dan sirosis hati.

7. Gangguan pada pembuluh darah berupa penyakit hipertensi dan penebalan

dinding pembuluh darah.

8. Gangguan pada saraf dan pembuluh darah dapat menimbulkan impotensi.

9. Paru-paru mudah terserang penyakit tuberkolosis.

II. 4. Patofisiologi Penyakit Diabetes Mellitus

Pada keadaan kurang insulin, maka terjadi hiperglikemia, tetapi energi tetap

tidak mencukupi sehingga metabolisme lemak meningkat. Seperti diketahui

metabolisme lemak menghasilkan keton bodies, sehingga jika metabolisme lemak

meningkat jumlah keton bodies yang dihasilkan juga meningkat, menimbulkan

ketonemia dan ketonuria. (Diabetic ketosis). Ketosis menyebabkan keadaan asam

dalam darah yang menyebabkan asidosis metabolik, yang disebut Diabetic

KetoAcidosis.

Pada keadaan kurang insulin, sintesis protein meningkat, menyebabkan

pembentukan glukosa di hati meningkat, dan pengambilan trigliserida dan asam

lemak oleh jaringan juga menurun. Akibatnya kadar glukosa tetap tinggi, dan

asam lemak dan trigliserida yang merupakan prekursor glukosa tetap beredar di

sirkulasi dan kembali ke hati, menyebabkan pembentukan glukosa sangat

dimungkinkan untuk tetap tinggi. Pada akhirnya hiperglikemia semakin parah.

Pada keadaan hiperglikemia, tekanan osmotik dalam darah meningkat

sehingga cairan tertarik ke dalam pembuluh darah menyebabkan hipertensi.

Karena cairan sel tertarik masuk ke ekstrasel (pembuluh darah), maka terjadi

dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan peningkatkan nafsu minum (polidipsia) yang

mengakibatkan polyuria. Polyuria menyebabkan elektrolituria (terlarutnya

elektrolit – K+, Na+, Mg+ – pada urine) karena tekanan osmotik meningkat.

Tekanan osmotik meningkat karena glikosuria. Selain itu karena benda keton

dapat mengikat elektrolit dapat mengikat elektrolit, pada kasus ketonuria eletrolit

terbawa dan terbuang.

7

II. 5. Diagnosa Penyakit Diabetes Mellitus

Dalam banyak kasus, kucing yang menderita diabetes bisa sulit untuk

didiagnosa karena mereka juga menderita penyakit lain secara bersamaan atau

penyakit yang bisa mirip dengan diabetes. Beberapa penyakit ini hipertiroidisme,

penyakit ginjal atau kegagalan, penyakit kelenjar adrenal, penyakit

gastrointestinal, kanker, penyakit hati atau kegagalan, dan beberapa jenis terapi

obat merupakan penyakit yang mirip dengan penyakit diabetes.

a. Sinyalemen

Spesies : Anjing dan kucing

Breed Predilections : Tinggi resiko dari lainnya keturunan-keeshond, puli,

miniatur pinscher, dan Cairn, terrier mungkin lebih berisiko dibandingkan

lainnya keturunan-pudel, dachshund, miniatur schnauzer, dan anjing

beagle. Beberapa jenis Anjing pun memiliki kecenderungan obesitas

cukup tinggi seperti German Shepherd, Golden Retriever, Labrador,

Daschund dan Rottweiller. Hampir seluruh kucing memiliki

kecenderungan untuk obesitas terutama kucing yang jarang beraktifitas.

Rata-rata Usia dan Rentang : Anjing-rata, sekitar 8 tahun, kisaran, 4-14

tahun (tidak termasuk bentuk juvenile jarang) Kucing-75% adalah 8-13

tahun, kisaran, 1-19 tahun

Dominan : Anjing betina dan Kucing jantan (Andre, 2008).

Untuk mendiagnosa diabetes kucing, dokter hewan menggunakan tes

sebagai berikut (Tilley, 2010).

Glukosuria ginjal-biasanya tidak menyebabkan PU / PD, penurunan berat

badan, atau hiperglikemia

Stres hiperglikemia pada kucing-tidak PU / PD atau penurunan berat

badan. Konsentrasi glukosa darah normal jika sampel yang diambil ketika

kucing tidak stres.

CBC / BIOKIMIA / urinalisis

8

Hasil hemogram biasanya normal, Glukosa> 200 mg / dL pada anjing;>

250 mg / dL pada kucing, Tinggi SAP, alanin aminotransferase (ALT),

aspartat aminotransferase (AST), hiperkolesterolemia, dan lipemia umum

Elektrolit bervariasi, tetapi hipernatremia, hipokalemia, dan

hypophosphatemia menunjukkan dekompensasi parah.

CO2 total atau HCO3 rendah jika pasien telah ketoasidosis atau dehidrasi

berat.

Glukosuria adalah temuan yang konsisten.

Ketonuria adalah umum.

Gravitasi spesifik kemih sering rendah.

Tes laboratorium

Gap anion-tinggi pada pasien dengan ketoasidosis

Plasma insulin dapat membantu untuk membedakan tipe I dari DM tipe II

Insulin normal atau tinggi konsentrasi dengan hiperglikemia ditemukan

pada pasien dengan DM tipe II; konsentrasi insulin rendah menunjukkan

tipe I DM tetapi mungkin diagnosis salah karena hiperglikemia persisten

dapat mengganggu aktivitas insulin sekretori, bahkan jika sel-sel b

fungsional yang hadir.

Gucose tes toleransi-cara terbaik untuk membedakan jenis DM, tapi tidak

praktis.

Imaging Radiografi-berguna untuk mengevaluasi untuk penyakit

bersamaan atau yang mendasari (misalnya, kalkuli kistik atau ginjal,

sistitis emphysematous atau kolesistitis, dan pankreatitis)

Ultrasonografi-diindikasikan pada pasien tertentu, terutama mereka

dengan penyakit kuning, untuk mengevaluasi lipidosis hati,

cholangiohepatitis, dan pancreatitis.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Tingkat gula darah puasa

9

Hasil uji yang menunjukkan tingkat gula darah lebih dari 200

menunjukkan kemungkinan diabetes. Namun, diabetes karena stres sendiri

dapat menghasilkan kadar gula darah lebih tinggi (hingga 300-400) pada

kucing tanpa diabetes, hal ini disebabkan karena gelombang adrenalin.

Urin glukosa

Diabetes kucing memiliki gula dalam urin mereka. Mereka juga

dapat memiliki keton dalam urine, yang hasil dari metabolisme asam

lemak yang rusak. Kucing tanpa diabetes yang sedang stres juga mungkin

memiliki beberapa glukosa dalam urin, tetapi sifatnya hanya sementara.

Darah kimia

Lipemia, yang peningkatan lemak dalam darah dapat menjadi bukti

disfungsi hati.

Urinalisis

Selain gula dan keton, mungkin ada tanda-tanda infeksi kandung

kemih (Foster. 2012).

II. 6. Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus

Suntikan insulin masih merupakan cara yang paling baik diterima untuk

merawat kucing insulin-dependent diabetes. Awalnya, kucing diabetes dirawat di

rumah sakit dan diatur selama tiga sampai empat hari. Selama waktu itu, beberapa

tes darah gula diberikan untuk menetapkan jadwal yang tepat untuk kucing.

Tujuan pengobatan adalah untuk menjaga tingkat gula darah antara 100 dan 200

di setiap periode 24-jam dan untuk memperbaiki atau menghilangkan gejala.

Seringkali, banyak rumah sakit untuk memantau gula darah serial dan melakukan

penyesuaian dalam dosis insulin yang diperlukan. Sifat kucing mudah stress dapat

membuat manajemen diabetes menjadi sulit. Karena kucing memiliki respon stres

yang kuat, akan sulit untuk menafsirkan tes gula darahnya (Rahardjo. 1985).

Pengobatan diet untuk hewan peliharaan dengan Diabetes Mellitus tipe II

dapat berperan dalam meningkatkan kontrol glukosa darah dan membuat

kebutuhan terapi insulin eksogen seumur hidup kurang mungkin. Selain itu ada

10

beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk mengobati DM yakni : (Andre.

2008).

Insulin-pilihan perawatan untuk semua anjing dan kucing.

Kristal reguler insulin cepat bioavailabilitas dan durasi pendek tindakan, dapat

diberikan oleh setiap rute parenteral; digunakan untuk pasien dengan

anoreksia, muntah, atau ketoasidosis; dapat bercampur dengan insulin lainnya

NPH (Isophane) insulin antara durasi; diberikan SC q12h di semua kucing dan

anjing yang paling; dosis awal: anjing, 0,5 U / kg; kucing, 0,25-0,5 unit / kg;

menyesuaikan dosis sesuai dengan respon individu.

Lente insulin antara durasi; diberikan SC, dosis awal yang sama seperti untuk

NPH; sering diberikan q12h tapi q24h mungkin cocok untuk beberapa pasien

Ultralente insulin long-acting insulin; diberikan SC, biasanya q24h; beberapa

hewan membutuhkan suntikan q12h.

Campuran insulin menambahkan bioavailabilitas cepat untuk lagi-durasi

insulin; seri Lente dapat dicampur dalam kombinasi apapun, NPH dan teratur

campuran insulin yang tersedia secara komersial, sebuah kombinasi dari 25%

reguler dan ultralente 75% dapat digunakan setelah menyeimbangkan dalam

vial untuk 24 jam; sebagian besar pasien dapat dikelola tanpa campuran

insulin.

Spesies asal insulin dapat mempengaruhi farmakokinetik, daging sapi, daging

babi, daging sapi / babi, dan insulin rekombinan manusia pilihan, binatang

asal insulin sedang dihapus; menjaga hewan peliharaan pada jenis yang sama

dan spesies insulin jika mungkin, ketika perubahan dari asal hewan terhadap

insulin rekombinan manusia, lebih rendah dosis dan reregulate hewan.

Oral agen-Glipizide hipoglikemik berguna dengan terapi diet pada beberapa

kucing dengan DM tipe II, kucing harus memiliki DM tidak rumit dan tidak

ada riwayat ketoasidosis, dosis awal, 2,5 mg PO q12h, pemantauan adalah

sama seperti untuk pasien pada insulin; jika hiperglikemia tidak dikendalikan,

5 mg q12h mungkin dicoba; Potensi efek samping hipoglikemia, perubahan

hati enzim, ikterus, dan muntah.

11

Obat alternatif yang dapat digunakan untuk pasien DM adalah Terapi diet

atau oral agen hipoglikemik atau keduanya dapat dicoba jika pemilik tidak mau

atau tidak memberikan insulin, ini lebih berhasil pada kucing daripada anjing

(Wardhana. 2010).

II. 7. Pencegahaan dan Perawatan Penyakit Diabetes Mellitus

Glukokortikoid, megestrol asetat, dan progesteron menyebabkan resistensi

insulin.

Hyperosmotic agen (misalnya, agen kontras manitol dan radiografi) jika

pasien sudah hiperosmolar hiperglikemia dari Interaksi Banyak obat

(misalnya, NSAIDs, sulfonamida, mikonazol, kloramfenikol, inhibitor

monoamine oksidase, dan b-blocker) mempotensiasi efek agen hipoglikemik

diberikan secara oral; berkonsultasi dengan memasukkan produk.

Mencegah atau memperbaiki obesitas; menghindari penggunaan

glukokortikoid atau megestrol asetat.

Kemungkinan komplikasi Katarak (anjing) dan neuropati diabetes (kucing)

dengan kontrol glikemik yang buruk. Kejang atau koma dengan overdosis

insulin. Anemia dan hemoglobinemia dengan hypophosphatemia parah, yang

dapat terjadi setelah terapi (Andre. 2008).

Kucing yang terjangkit diabetes berpotensi mengalami penurunan berat

badan yang signifikan. Oleh karenanya, kucing akan  membutuhkan energi diet

padat sampai berat badan mereka akan normal. Untuk kucing diabetes yang

mengalami obesitas, sangat disarankan untuk mendaftarkan kucing tersebut pada

program penurunan berat badan di bawah bimbingan seorang dokter hewan. Hal

ini dikarenakan obesitas pada kucing akan mengganggu efek dari insulin yang

akan diberikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa karbohidrat rendah dan diet

protein tinggi dapat membantu mengurangi kebutuhan insulin dan meningkatkan

manajemen diabetes. Selain program diet, dapat dilihat komposisi dari beberapa

jenis makanan komersial bagi kucing yang tersedia di pasaran. Beberapa produsen

12

makanan hewan peliharaan komersial memproduksi makanan dengan

kandungan diet rendah karbohidrat resep yang cocok untuk digunakan pada

kucing diabetes. Sangat disarankan bagi kucing penderita diabetes untuk

melakukan diet secara konsisten baik dari segi apa yang dimakan serta waktu

makan dan sebagainya. Mengubah pola makan dapat mengganggu stabilisasi

diabetes. (Tilley. 2010).

Pakan seimbang ditujukan bagi kucing penderita Diabetes Mellitus, dimana

kadar glukosa darah yang tinggi dikarenakan gangguan organ pankreas dan juga

kucing tidak dapat mengubah fruktosa menjadi gula sederhana, maka di perlukan

diet khusus untuk menjaga keseimbangan gula darahnya. Pada manusia diabetes,

dengan diet protein tinggi tidak dianjurkan karena kejadian diabetes neuropathy

yang bias terjadi. Namun, pada kucing ketika asupan diet karbohidat menurun

maka dengan penigkatan protein akan mendukung glukoneogensis pada hati dan

mendorong normalnya konsentrasi gula darah. Protein Tinggi, Kandungan protein

yang tinggi. Pemeliharaan massa otot sangat penting pada kucing karena pada

kondisi DM jalur metabolism karbohidrat terutama glukosa kurang, dengan

adanya jalur glukoneogenesis sangat membantu pembentukan energy (Foster.

2012).

Untuk terapi tingkat lanjut, dokter hewan mungkin akan menyarankan untuk

memberikan terapi insulin di bagian awal program. Insulin pada kucing yang

terkena diabetes diberikan melalui suntikan di bawah kulit tengkuk. Kucing yang

disuntik insulin sebagian besar akan mengalami stabilitas yang baik. Ada

beberapa program terapi, yaitu yang melibatkan suntikan sekali atau dua kali

sehari. Lokasi suntikan harus diubah setiap hari untuk mengurangi jaringan parut

atau reaksi di tempat suntikan yang dapat membatasi penyerapan insulin. Jarum

suntik insulin khusus dengan jarum yang sangat halus digunakan sehingga kucing

tidak akan merasakan proses injeksi (Wardhana. 2010).

13

II. 8. Contoh Studi Kasus

Sinyalemen: kucing jantan (steril) domestic shorthair bernama okun yang

berumur 12 tahun.

Anamnesa: Okun memiliki sejarah peningkatan buang air kecil dan minum.

Tidak ada batuk dilaporkan, bersin atau muntah. Dia adalah kucing dalam

ruangan-satunya dan saat ini pada semua vaksin yang tepat. Skor aktivitas nya

adalah 9/10, dengan 10 menjadi tingkat aktivitas normal untuk usianya seperti

yang dirasakan oleh pemiliknya.

Pemeriksaan Klinis: Pada pemeriksaan fisik, Okun tenang, waspada, responsif

dan terhidrasi. Selaput lendir yang merah muda dan waktu pengisian kapiler

(CRT) adalah < 2 detik. Suhu adalah 102oF dan nadi dan pernapasan normal.

Dia kelebihan berat badan (tubuh skor kondisi [BCS] dari 4/5). Auskultasi

dada, palpasi abdomen dan palpasi tiroid yang biasa-biasa saja.

Pemeriksaan lanjutan

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, meliputi;

Hematology

Chemistry

Electrolyte

Urinalysis

a. Hematology

14

Interpretasi :

Erythrogram: Tidak ada kelainan signifikan yang hadir. Tidak ada

kelainan morfologi yang dicatat pada review film darah.

Leukogram: Potensi pengaruh glukokortikoid ("stress") harus

dipertimbangkan bahkan dengan semua parameter leukosit dalam batas

rentang acuan; limfosit jumlah kurang dari 1.000/uL di kucing yang

sangat mendukung pengaruh glukokortikoid. Tidak ada kelainan

morfologi yang dicatat pada review film darah.

Thrombogram: Tidak ada kelainan signifikan yang hadir. Tidak ada

kelainan morfologi yang dicatat review film darah.

b. Chemistry

15

Interpretasi:

Glukosa: Temuan dari hiperglikemia yang cukup (dikombinasikan dengan

glukosuria mencatat di bawah ini dan temuan klinis) sangat mendukung

diagnosis diabetes mellitus. Karena terjadinya stres hiperglikemia, tingkat

fruktosamin sering digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis diabetes

pada pasien kucing tetapi tidak dianggap perlu dalam hal ini.

16

c. Electrolyte

Interpretasi:

Elektrolit / asam-basa panel: Meskipun semua elektrolit dalam batas

rentang acuan, ada perubahan ringan tetapi berpotensi signifikan

mendukung suatu gangguan metabolik yang mendasari. Biasanya natrium

dan klorida mengikuti satu sama lain sangat erat selama perubahan status

hidrasi. Dalam hal ini, klorida adalah agak rendah relatif terhadap natrium,

yang umumnya diamati dengan alkalosis metabolik. Situasi di mana ada

hilangnya klorida selama alkalosis metabolik termasuk hilangnya asam

klorida (HCl) selama muntah lambung atau penyerapan klorida dalam

saluran pencernaan bagian atas. Pola klorida rendah dibandingkan dengan

natrium mendukung alkalosis metabolik sederhana ringan. Karena tidak

ada pengamatan muntah dan gangguan asam-basa yang lebih khas terlihat

dengan diabetes mellitus adalah asidosis metabolik, re-evaluasi panel

elektrolit / asam basa dijamin sekali kucing stabil dan diabetes terkendali.

d. Urinalysis

17

Interpretasi

Kehadiran glukosuria mendukung diabetes mellitus. Peningkatan RBC

dianggap iatrogenik (karena cystocentesis).

Diagnosa: Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan

(pemeriksaan laboratorium), okun di diagnosa menderita Diabetes mellitus.

Rencana Terapi

Pemberian insulin lente (Vetsulin®, Merck) secara subkutan setiap 12

jam dan diet rendah karbohidrat.

18

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Penyakit diabetes adalah penyakit yang juga dapat terjadi pada hewan

peliharaan. Pada umumnya hewan yang menderita diabetes adalah anjing dan

kucing. Kasus terjadinya diabetes pada kedua hewan tersebut sudah umum terjadi.

Terutama diabetes pada anjing lebih tinggi dibandingkan dengan kucing. Sama

seperti yang terjadi pada manusia, hewan peliharaan yang mengidap penyakit

diabetes tidak dapat memproduksi insulin yang cukup, atau mungkin hewan

peliharaan tidak dapat menggunakan insulin dengan benar.

III.2. Saran

19

Memelihara hewan kesayangan bukanlah hal yang mudah. Perlu perawatan

dan pemeliharaan yang benar untuk menjaga agar hewan kesayangan kita dapat

tetap dalam keadaan sehat. Beberapa penyakit yang bisa disebabkan akibat

pemeliharaan yang kurang benar, dalam hal ini dalam pemenuhan nutrisi bagi

hewan kesayangan adalah penyakit metabolik yang biasa disebut Diabetes

Melitus. Penyakit ini beraktibat fatal bagi hewan kesayangan. Olehnya itu penting

untuk menjaga keseimbangan nutrisi dari hewan kesayangan.

DAFTAR PUSTAKA

Andre, Renaldy. 2008. Penyakit Metabolik pada Hewan. Medan : Sinar Ilmu.

Foster & Smith. 2012. Long-term Complications of Diabetes Mellitus in Cats. Veterinary & Aquatic Services Department.

Greco DS. 2011. Diabetes mellitus without complications—cats. In: Tilley LP, Smith FWK, eds. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult: Canine and Feline. 5th ed. Ames, IA: Wiley Blackwell; 366–367.

Latimer KS, ed. 2011. Duncan & Prasse’s Veterinary Laboratory Medicine: Clinical Pathology. 5th ed. Ames, IA: Wiley-Blackwell.

Rahardjo, S.D., 1985. Diabetes Mellitus pada Kucing. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

20

Rand JS. 2012. Feline diabetes mellitus. In: Mooney CT, Peterson ME, eds. BSAVA Manual of Canine and Feline Endocrinology. 4th ed. Gloucester, England: British Small Animal Vet Assoc;133–147.

Tilley & Smith. 2000. The 5-Minute Veterinary Consult, ver2. Software: Ready Reference , Lippincott Williams & Wilkins.

Wardhana, A., 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Rumahan dengan Kejadian Diabetes. Artikel Ilmiah. Surabaya : FKH Universitas Airlangga.

21