makalah menulis puisi

29
Menulis Puisi 1. Pembuka 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, kami menyimpulkan rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimanakah pengertian dialog? 1.2.2 Apa sajakah aturan dasar dialog? 1.2.3 Apakah landasan dialog? 1.2.4 Apa sajakah syarat dialog? 1.2.5 Apakah manfaat dialog? 1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1.3.1 Menjelaskan pengertian dialog 1.3.2 Menjelaskan aturan dasar dialog 1.3.3 Menjelaskan landasan dialog 1.3.4 Menyebutkan syarat-syarat dialog 1.3.5 Menyebutkan manfaat dialog 1

Upload: intan-fajar-isnaini

Post on 28-Dec-2015

823 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

this isme

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH menulis puisi

Menulis Puisi

1. Pembuka

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, kami menyimpulkan rumusan

masalah dalam makalah ini sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah pengertian dialog?

1.2.2 Apa sajakah aturan dasar dialog?

1.2.3 Apakah landasan dialog?

1.2.4 Apa sajakah syarat dialog?

1.2.5 Apakah manfaat dialog?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Menjelaskan pengertian dialog

1.3.2 Menjelaskan aturan dasar dialog

1.3.3 Menjelaskan landasan dialog

1.3.4 Menyebutkan syarat-syarat dialog

1.3.5 Menyebutkan manfaat dialog

1

Page 2: MAKALAH menulis puisi

2. Pembahasan

2.1 Pengertian Menulis

Menurut (Tarigan, 1994 : 3) menulis merupakan suatu ketrampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis ini maka

sang penulis haruslah trampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan

kosa kata. Ketrampilan menulis ini tidak hanya akan datang secara otomatis,

melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.

2.2 Tujuan menulis

Tujuan menulis menurut Hartig (Tarigan, 1994 : 24) adalah sebagai

berikut :

2.2.1 Tujuan Penugasan (Assigment Purpose)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama

sekali. Dalam artian penulis menulis sesuatu karena ditugaskan,

bukan atas kemauan sendiri.

2.2.2 Tujuan Altruistik (Altruistic Purpose)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,

menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para

pembaca memahami, menghargai, perasaan dan penaarannya, ingin

membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan

dengan karyanya itu.

2.2.3 Tujuan Persuasif (Persuasive Purpose)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan.

2.2.4 Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan (Informational Purpose)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau

keteragan/penerangan kepada para pembaca.

2.2.5 Tujuan Pernyataan diri (Self-Expressive)

Tulisan yang bertujuan memperkelnakan atau menyatakan diri sang

pengarang kepada para pembaca.

2

Page 3: MAKALAH menulis puisi

2.2.6 Tujuan kreatif (Creative Purpose)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan

ini bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistik, niaai-nilai kesenian.

2.2.7 Tujuan Pemecahan Masalah (Problem-Solving Purpose)

Dalam tulisan seperti ini sang penulis hanya ingin memecahkan

masalah tertentu yang sedang dihadapinya.

2.3 Puisi

Puisi merupakan suatu bentuk kesusastraan yang paling tua. Tradisi

berpuisi sudah merupakan tradisi kuno dalam masyarakat. Puisi juga

memiliki bahasa multidimensional, yang mampu menembus alam pikiran,

perasaan, dan imajinasi manusia.

Jadi puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan

perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang

berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan

diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan

2.4 Unsur-Unsur Pembangun Puisi

Puisi terdiri atas dua bagian besar, yaitu metode puisi dan hakikat puisi.

Kedua bagian tersebut terdiri atas unsur-unsur yang saling mengikat

keterjalinan dan semua unsur tersebut membentuk totalitas makna yang utuh.

Unsur-unsur itu bersifat fungsional terhadap unsur yang lainnya.

Bentuk dan struktur fisik puisi sering disebut metode puisi yang

mencangkup (1) perwajahan puisi, (2) diksi, (3) pengimajian, (4) kata

konkret, (5) majas atau bahasa figuratif, dan (6) verifikasi. Semua unsur

tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.

Struktur batin puisi dengan istilah hakikat puisi. Struktur batin puisi

terdiri atas empat unsur : (1) tema, makna (sense), (2) rasa (feeling), (3) nada

(tone), dan (4) amanat,tujuan, maksud (intention).

3

Page 4: MAKALAH menulis puisi

2.5 Metode Puisi

Menurut Siswanto (2008:113) bahwa metode puisi atau struktur fisik

puisi dibangun oleh perwajahan puisi, diksi, pengimajian, kata konkret dan

majas atau bahasa figuratif, dan verifikasi.

Hal senada juga menurut pendapat Waluyo (1995:71) bahwa unsur-unsur

bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi yakni

unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur-unsur itu dapa

ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh.

Unsur-unsur itu ialah : diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif

(majas), versifiksi, dan tata wajah puisi.

2.5.1 Diksi

Kata-kata yang dipilih oleh penyair sangat cermat dan melalui proses

yang sangat panjang. Penyair juga mempertimbangkan dari berbagai

aspek estetis dan kekuatan daya magis yang akan ditimbulkan dari

kata-kata tersebut karena kata-kata yang dipakai dalam puisinya

sangat penting.

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyairnya

dalam puisinya. Karena puisi itu adalah bentuk karya sastra yang

dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-

katanya harus dipilh secermat mungkin. Pemilihan kata dalam puisi

berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

Bahasa puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari

tetapi kata-kata tersebut oleh penyair diberi makna yang baru. Selain

itu, sebuah puisi biasanya ditulis dengan tujuan menyampaikan

sesuatu dengan mengungkapkan makna, tetapi dengan menggunakan

seminimal mungkin kata-kata. Oleh karena itu, puisi terkadang sukar

untuk ditafsirkan karena telah mengalami proses pemadatan makna

dan kreativitas pemilihan diksi dari penyairnya.

Sebagai contoh dalam puisinya “Aku”, Chairil menulis salah satu

4

Page 5: MAKALAH menulis puisi

baris berbunyi:kalau sampai waktuku/ ku mau tak seorang kan

merayu; kata-kata dalam baris itu tidak boleh dibolak-balik

menjadi : kalau waktuku sampai/ ku mau kan tak seorang merayu;

atau salah satu katanya diganti kata lain yang semakna : kalau sampai

saatku/ kuingin tak seorang kan membujuk. Penggantian urutan kata

dan penggantian kata-kata akan merusak konstruksi puisi itu

sehingga kehilangan daya gaib yang ada dalam puisi.

Hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif

artinya memilki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Kata-

katanya juga dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan

dan berbeda dari kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan pemilihan kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu

bahwa yang dihadapi itu puisi setelah membaca kata-kata yang

dibacanya itu kata-kata yang tepat untuk puisi. Selanjutnya akan

dibahas perbendaharaan kata, ungkapan, urutan kata-kata, dan daya

sugesti dari kata-kata.

1. Perbendaharaan kata

Perbendaharan kata penyair disamping sangat penting

untuk kekuatan ekspresi, juga menunjukan ciri khas penyair.

Dalam memilih kata-kata, di samping penyair memilih

berdasarkan makna yang akan disampaikan dan tingkat

perasaan serta suasana batinnya, juga dilatarbelakangi oleh

faktor sosial budaya penyair.

Suasana perasaan penyair juga menentukan pilihan kata.

Intensitas perasaan penyair,kadar emosi, cinta, benci, rindu, dan

sebagainya menentukan pemlihan kata.

2.  Urutan Kata (Word Order)

Dalam puisi urutan kata bersifat beku artinya tidak dapat

dipindah-pindahkan tempatnya meskipun maknanya tidak

berubah oleh perpindahan tempat itu. Cara menyusun urutan

5

Page 6: MAKALAH menulis puisi

kata-kata itu bersifat khas karena penyair yang satu berbeda

caranya dari penyair yang lainnya. Dapat pula dikatakan bahwa

ada perbedaan teknik menyusun urutan kata, baik urutan dalam

tiap baris maupun urutan dalam suatu bait puisi

3. Daya Sugesti Kata-kata

Dalam memilih kata-kata, penyair mempertimbangkan

daya sugesti kata-kata itu. Sugesti itu ditimbulkan oleh makna

kata yang dapat dipandang sangat tepat mewakili perasaan

penyair. Karena ketepatan pilihan dan ketepatan penempatanya,

maka kata-kata itu seolah memancarkan daya gaib yang mampu

memberikan sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu,

bersemangat, marah dan sebagainya.

Untuk mengungkapkan penghargaan yang tinggi kepada

kekasihnya, Rendra melukiskan kekasihnya itu, seperti baris

puisi berikut ini :

Engkaulah putri duyung/ tawananku/ putri duyung dengan

suara merdu lembut/ bagai angin laut/ mendesahlah bagiku.

(“Surat Cinta”,1959)

Dengan demikian , dapat disimpulkan bahawa pemilihan kata

dalam puisi merupakan suatu kegiatan penyair dalam mencari

dan mengolah berbagai kata-kata dengan sebaik mungkin. Hal

ini dimaksudkan agar semua luapan hati dalam jiwa penyair

dapat tersampaikan secara lengkap sesuai dengan kehendak

penyairnya.

2.5.2 Pengimajian

Waluyo (1995:78) bahwa ada hubugan erat antara diksi,

pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus

menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih

konkret. Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian kata atau

susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,

6

Page 7: MAKALAH menulis puisi

seperti penglihatan, pendengaran, atau cita rasa (perasaan).

Effendi dalam Waluyo (1995:80) juga mempertegas bahwa

pengimajian adalah usaha penyair untuk menciptakan atau

menggugah timbulnya imaji dalam diri pembacanya sehingga

pembaca tergugah untuk menggunakan mata hati untuk melihat

benda-benda, warna, dengan telinga hati mendengar bunyi-bunyian,

dan dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukan dan keindahan

benda dan warna.

Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata yang konkret dan

khas. Imaji yang ditimbulkan ada tiga macam, yakni imaji visual,

imaji auditif, dan imaji taktil (cita rasa). Ketiganya digambarkan

atas bayangan konkret apa yang dapa dihayati secara nyata. Waluyo

(1995:79) memberikan contoh sebagai berikut :

1. Imaji Visual

Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh

indera penglihatan (mata).Citraan ini paling sering digunakan

oleh penyair.Citraan penglihatan mampu memberi

rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang

tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.

Baris-baris puisi Rendra dibawah ini menunjukan adanya

pengimajian sehingga menimbulkan  imaji visual:

Satu demi satu yang maju tersadap darahnya

Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka

                             (“Balada Terbunhnya Atmo Karpo”)

2. Imaji Auditif

Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan

menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya

dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang,

dentum, dan sebagainya.Citraan pendengaran berhubungan

7

Page 8: MAKALAH menulis puisi

dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga).

Bait sajak Ramadhan K.H berikut ini mengungkapkan imaji

auditif dan visual:

Serung di pasir ipis, merdu / antara gundukan pohon pina

(“Priangan si jelita”)

3. Imaji Taktil

Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh

indera peraba (kulit).Pada saat membacakan atau

mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi

yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut,

kasar, dan sebagainya.

Imaji taktil dapat dihayati dalam puisi Chairil Anwar

dibawah ini:

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku

Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin

Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di karet, di karet daerahku( y.a.d) sampai juga deru angin

(“yang terhempas dan Yang Putus”)

2.5.3 Kata Konkret

Waluyo (1995:81) mengemukakan Jika imaji pembaca

merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka

kata konkret ini merupakan syarat atau sebab terjadinya

pengimajian itu. Dengan kata yang diperkonkret tersebut, pembaca

dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang

dilukiskan oleh penyairnya. Contoh pada sajak “Gadis Peminta-

minta” karya Toto Sudarto Bachtiar, untuk memperkonkret puisi

tersebut penyair benar-benar melukiskan gadis iu seorang pengemis

gembel, maka penyair menggunakan kata-kata “gadis kecil

8

Page 9: MAKALAH menulis puisi

berkaleng kecil”.

2.5.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Sudjito dalam Siswanto (2008:120) majas ialah bahasa berkias

yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan

menimbulkan konotasi tertentu.

Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau

berfigura sehingga disebut figuratif. Bahasa figuratf menyebabkan

puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau

kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa,

yakni tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya

bermakna kiasan atau makna lambang.

Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa

yang dimaksudkan penyair, karena : (1) bahasa figuratif mampu

menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahas figuratif adalah cara

untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang

abstrak jadi konkret dan menambah puisi lebih nikmat dibaca, (3)

bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair

untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa

figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak

disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas

dengan bahasa yang singkat.

2.5.5 Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma

Waluyo (1995:90) Rima adalah bunyi dalam puisi. Digunakan

kata rima untuk mengganti istilah persajakan pada sistem lama

karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya tidak

hanya pada akhir setiap baris, namun juga untuk keseluruhan baris

dan bait. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa

yang berulang-ulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu.

2.5.5.1 Rima

9

Page 10: MAKALAH menulis puisi

Pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk

musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu,

puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini,

penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana

puisi.

Siswanto (2008:122) juga mengemukakan bahwa ada

sedikit perbedaan konsep rima dengan sajak. Sajak adalah

persamaan bunyi pada akhir baris puisi, sedangkan rima adalah

persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun

akhir baris puisi. Rima mencakup : (1) Onomatope, (2) Bentuk

intern pola bunyi, dan (3) Pengulangan kata.

2.5.5.2 Ritma

Siswanto (2008:123) mengungkapkan bahwa ritma

merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya

bunyi. Ritma sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Ada ahli

yang menyamakan ritma dengan metrum. Dalam deklamasi,

biasanya puisi diberi tanda (‘) pada suku kata bertekanan keras,

dan (u) di atas suku kata yang bertekanan lemah.

Ritma sangat berhubunan dengan bunyi dan juga

berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase, dan

kalimat. Ritma berasa dari bahasa yunani “rheo” yang berarti

gerakan-gerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak

putus-putus (mengalir terus).

Lain halnya dengan Mulyana dalam Waluyo (1995:94)

mengungkapan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi:

tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun

dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan.

2.5.6 Tata Wajah (Tipografi)

10

Page 11: MAKALAH menulis puisi

Waluyo (1995:97) mengemukakan tipografi merupakan

pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-

larik puisi tidak membangun periodistet yang disebut paragraf.

Namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan

berakhir di tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu dipenuhi tulisan, hal yang sama

tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Tipografi puisi

terkadang membentuk suasana dan maksud yang hendak dikatakan

penyair.

Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi

adalah perwajahannya. Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan

kata, larik dan bait dalam puisi. Pada puisi konvesional, kata-

katanya diatur dalam deret yang disebut larik atau baris, Siswanto

(2008:113).

2.6 Hakikat Puisi

Hakikat puisi atau struktur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna

puisi yang terdiri atas tema, perasaan, nada dan amanat yang disampaikan

penyair. Dari unsur-unsur tersebut menciptakan sebuah puisi menjadi

struktur yang utuh sehingga berbeda dengan karya sastra lainnya.

2.6.1 Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang

dikemukakan penyairnya (Waluyo, 1995:106). Tema puisi itu harus

dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang

terimajinasikan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus, objektif, dan

lugas atau tidak dibuat-buat. Tema juga tidak dapat terlepas dari

perasaan penyair, nada yang ditimbulkan, dan amanat yanga akan

disampaikan.

Tema yang diungkapkan oleh penyair dapat berasal dari dirinya

berupa renungan, orang lain, atau masyarakat. Penyair

11

Page 12: MAKALAH menulis puisi

menggunakan tema yang berhubungan dengan gagasan, pencitraan,

cita-cita, keinginan, dan harapanya yang kemudian dituangkan

dalam puisinya.

2.6.2 Perasaan

Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang

ditampilkan (Aminudin, 2010:150). Dalam menciptakan puisi,

suasana perasaan penyair, suasana perasaan penyair ikut

diekspresikan sehingga dapat dihayati oleh pembaca. Jika pembaca

tidak mampu melibatkan emosi ke dalam emosi penyair, maka

pembaca tidak mampu menghayati jiwa puisi itu sehingga tafsiran

yang diberikan pembaca tidak sesuai dengan puisi tersebut.

Perasaan penyair yang dituangkan ke dalam puisi dapat berupa

perasaan sedih, senang, gembira, kesal, marah, terharu, rindu, rasa

benci, setia kawan, dan sebagainya.

2.6.3 Nada

Menurut Waluyo (1995:125) nada merupakan sikap penyair

terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca

setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan

puisi itu terhadap pembacanya.

Nada pun berhubungan dengan tema dan pembaca. Nada yang

berhubungan dengan tema menunjukan sikap penyair terhadap

objek yang digarapnya. Nada yang berhubungan dengan pembaca,

misalnya menggurui, nada sinis, nada menghasut, mengejek, nada

filosofis, nada santai, dan lain-lain.

2.6.4 Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair

kepada pembaca. Banyak penyair yang tidak menyadari apa amanat

puisi yang ditulisnya. Mereka yang berada dalam situasi demikian

biasanya merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk

berekspresi atau kebutuhan untuk berkomunikasi atau kebutuhan

12

Page 13: MAKALAH menulis puisi

untuk aktualisasi diri. Bagaimanapun juga, penyair adalah manusia

biasa yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan manusia biasa

dalam hal menghayati kehidupan ini, maka karyanya pasti

mengandung amanat yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan.

Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk

menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang

disusun, dan juga berda dibaik tema yang diungkapkan. Amanat

yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar akan

amanat yang diberikan. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan

martabat manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap sebuah

amanat puisi tidak secara objektif, namun secara subjektif, artinya

berdasarkan interprestasi pembaca.

2.7 Jenis-Jenis Puisi

Waluyo (1995:135-144) mengungkapkan  Jenis-jenis puisi itu antara lain

adalah sebagai berikut:

2.7.1 Puisi Naratif, Lirik dan Deskriptif

Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi

atau gagasan yang hendak disampaikan.

2.7.2 Puisi Naratif

Mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi

naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada pula yang

kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya : epik, romansa, balada, dan

syair. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang

perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat

perhatian. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan

bahasa romantis yang berisi kisah percintaan yang berhubungan

dengan kesatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang

menambah percintaan mereka lebih mempesonakan.

2.7.3 Puisi Lirik

13

Page 14: MAKALAH menulis puisi

Mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku liriknya.

Jenis puisi ini misalnya : elegy, ode, dan serenade. Elegy adalah

puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenade adalah sajak

percintaan yang dapat dinyaniykan. Ode adalah puisi yang berisi

pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau suatu keadaan.

2.7.4 Puisi Deskriptif

Puisi Deskriptif adalah puisi yang di dalamnya penyair

bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda,

atau suasana yang dapat dipandang menarik perhatian penyair. Jenis

puisi ini antara lain puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi

impresionistik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan

tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara

menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik sosial adala

puisi yang juga menyatakan ketidaksenagan penyair terhadap

keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara

membeberkan kepincangan atau kketidakberesan orang lain.

2.7.5 Puisi Auditorium dan Puisi Kamar

Puisi Auditorium disebut pula puisi Hukla (puisi yang

mementingkan suara atau serangkai suara). Puisi auditorium adalah

puisi yang cocok untuk dibaca di uditorium, di mimbar yang jumlah

pendengarnya dapat mencapai ratusan orang. Sedangkan puisi

kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu

dua orang pendengar saja dikala berada di kamar atau sebuah

ruangan cukup kecil.

2.7.6 Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisik

Puisi Fisikal bersifat realistis, artinya menggambarkan

kenyataan apa adanya, seperti hal-hal yang dapat dilihat, didengar

dan dirasakan adalah merupakan objek ciptaannya. Puisi Platonik

adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal bersifat spiritual atau

kejiwaan. Puisi metafisik adalah puisi yang bersifat filosofis dan

14

Page 15: MAKALAH menulis puisi

mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan

Tuhan. Puisi religius disatu pihak dapat dinyatakan sebagai puisi

platonik (menggambarkan ide atau gagasan penyair) di lain pihak

dapat disebut juga sebagai puisi metafisik (mengajak pembaca

merenungkan hidup, kehidupan dan Tuhan).

2.7.7 Puisi Subjektif dan Puisi Objektif

Puisi subjektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang

mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan dan suasana dala diri

penyair sendiri. Puisi objektif berarti juga puisi yang

mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi

objektif disebut juga puisi impersonal.

2.7.8 Puisi Konkret

Puisi Konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat

dihayati keindahan bentuknya dari sudut penglihatan. Dalam puisi

konkret, tanda baca dan huruf-huruf dsangat potensial membentuk

gambar yang memiliki arti.

2.7.9 Puisi Diafan, Gelap, dan Prismitis

Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali

menggunakan pengimajian, kata konkret, dan bahasa figurative

sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Pusi yang

demikian akan sangat mudah dihayati maknanya. Puisi Gelap adalah

puisi yang terlalu banyak mengandung lambing, kiasan, majas dan

sebagainya. Puisi gelap biasanya sukar ditafsirkan. Dalam puisi

prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan

majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga

pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun

tidak terlalu gelap.

2.7.10 Puisi Pernasian dan Puisi Inspiratif

Pernasian adalah sekelompok penyair perancir pada

pertengahan akhir abad 19 yang menunjukan sifat puisi-puisi yang

15

Page 16: MAKALAH menulis puisi

mengandung nilai keilmuan.

Puisi Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion.

Penyair benar-benar masuk ke dalam nuansa yang hendak

dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam

puisi itu.

2.7.11 Stansa

Stansa artinya puisi yang terdiri atas 8 baris. Stansa berbeda

dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24.

2.7.12 Puisi Demonstrasi dan pamphlet

Puisi demonstrasi bersifat kekitaan, artinya melukiskan

perasaan sekelompok bukan perasaan individual.  Puisi pamflet juga

megungkapkan protes sosial. Disebut puisi pamflet karena

bahasanya adalah bahasa pamphlet.

2.7.13 Alerogi

Puisi sering-sering mengungkapkan ceria yang isinya

dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan

agama. Jenis alerogi yang terkenal ialah parabel yang juga disebut

dongeng perumpamaan.

Contoh puisi :

IBU

Ibu…….

Kau selalu menuntunku ke jalan yang benar

memberikanku cinta dan kasih sayang

Memperhatikanku saatku terpuruk

Memperlihatkanku apa saja yang ada didunia ini

Mengajariku hal baru agar ku dapat meraih impianku

Memberikan kebahagiaan yang tak pernah kulupa

16

Page 17: MAKALAH menulis puisi

Memelukku dan menemaniku saat keinginan

menjagaku degan kehangatanmu

memberikanku dorongan tuk maju

Mengajarkanku tuk menjadi diri sendiri

Mengajariku tuk bangkit lebih tinggi

Mengajariku tuk selalu bersyukur

Menasihatiku untuk menjadi lebih baik

mengajariku tuk menyayangi sesama makhluk tuhan

TANAH AIRKU

Angin berdesir dipantai

Burung berkicau dengan merdu

Embun pagi membasahi rumput-rumput

Itulah tanah airku

Sawahnya menghijau

Gunungnya tinggi menjulang

Rakyat aman dan makmur

Indonesiaku

Tanah tumpah darahku

Jaga dan rawatlah selalu

Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan

Disanalah aku menutup mata

Oh..... tanah airku tercinta

Indonesia jaya.....

JALAN HIDUP

Di kala senang...

17

Page 18: MAKALAH menulis puisi

Aku terbawa suasana

Terhanyut dalam kegembiraan

Di raut muka ku slalu ada canda tawa

Di saat ku merasakan kebahagiaan

Di kala sedih ...

Aku terhanyut oleh penderitaan

Masalah hidup yang ku jalani

Terpampang jelas raut muka kesedihan

Yang sedang ku rasakan ini

Entah bagaimana...

Semua ini sudah ada yang mengatur nya

Yang Maha Kuasa Alam Semesta

Hanya bisa bersabar,dan pasrah diri

Kepada nya memohon pertolongan

18

Page 19: MAKALAH menulis puisi

3 Penutup

3.1 Simpulan

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Puisi

http://definisi.net/story.php?title=puisi (Online 6 Juni 2014)

Pengertian puisi dan Unsur-unsur puisi

http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-unsurnya/ (Online 6 Juni 2014)Jenis-jenis puisi

http://duniapuisi.110mb.com/jenis-jenis%20puisi.htm (Online 6 Juni 2014)

Teknik membuat puisi

http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan%20puisi.htm (Online 6 Juni

2014)

19