makalah kritis
DESCRIPTION
nnnmnmbbghhghbTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di rumah sakit terutama di ruangan khusus seperti UGD, ICU, ICCU, OK
seringkali perawat memberikan injeksi obat-obatan emergency kepada pasien dengan
keadaan tertentu atas perintah dokter. mungkin masih ada sebagian diantara kita yang
belum mengetahui secara mendalam fungsi dari obat-obatan tersebut berikut ini
adalah jenis-jenis obat yang digunakan untuk resusitasi jantung paru dalam keadaan
emergency yang sering digunakan di lingkungan rumah sakit.
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai
gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki
tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien.hal
ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pemebrian obat adalah suatu
tindakan yang dilakukan pemberian subtansi kepada pasien dengan tujuan
pemyembuhan dan pencegahan.
Pemeberian obat emergency adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan saat kondisi darurat dengan cara pemeberian obat dengan tujuan
meminimalisirkan keadaan darurat pada pasien.
B. Tujuan
1. Mengetahui jenis obat-obat emergency
2. Mengetahui penggunaan obat emergency
3. Mengetahui indikasi pemberian obat emergency
4. Mengetahui cara pemberian obat emergency
5. Mengetahui efek pemberian obat emergency
6. Mengetahui Peran Perawat Dalam Pemberian Obat-Obat Emergency
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis Obat-Obat Emergency
1. Epinephrine (adrenalin)
preparat: 1mg dalam 1 ampul bekerja di reseptor alfa adrenergic (diperlukan saat
henti sirkulasi untuk penyediaan cadangan oksigen otot jantung) dan reseptor beta
adrenergic (diperlukan saat mulai ada kontraksi jantung spontan)
efek : vasokontriksi (menciptakan diastolic > tinggi) terutama vasokontriksi
perifer, merangsang kontraksi jantung dengan meningkatkan HR, memperbaiki
tekanan perfusi koroner.
indikasi : pada asystole, fibrilasi ventrikel, PEA (Pulseless Electrical Activity) dan
EMD (Electro Mechanical Dissociation)
anafilaktik : subcutaneus 0,3-0,5 mg pada henti jantung dosis : 1 mg i.v dapat
diberikan / diulang setiap 3-5 menit, dapat pula pemberian dengan dosis
meningkat 1-3-5 mg setiap menit. tidak ada kontraindikasi untuk adrenalin pada
henti jantung / cardiac arrest
2. Lidocain (lignocain, xylocain)
efek : menekan aktivitas ektopik ventrikel dengan menekan / menurunkan
eksitabilitas otot jantung dan sistem konduksi jantung
indikasi : untuk mengurangi gangguan irama antara lain VF/VT (ventrikel
fibrilasi/ventrikel takikardi), PVC yang multipel, multifokal, salvo R on T
kontraindikasi : riwayat alergi (?), 2nd-3rd degree block, sinus arrest,
idioventrikuler rhytm
dosis : 1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total
3 mg/kg BB pada aritmia yang membandel dengan pemberian bolus maka
diteruskan pemberian secara drip dosis 2-4 mg/menit pada cardiac arrest oleh
karena VF/VT termasuk kelas IIa. bila ada gangguan hepar kurangi dosis sampai
1/2 nya
3. Sulfat Atropin
digunakan pada bradikardia (denyut nadi < 60x/menit) bertujuan untuk
memperbaiki tonus vagal dan memperbaiki sistem konduksi atrioventrikuler
pada kelas IIa bradikardia dosis : bolus 0,5-1mg i.v. total dosis : 0,03-0,04 mg/kg
BB. kelas IIb –> asystole PEA –>bradikardia dosis : 1 mg i.v, dapat diulang 3-5
menit. bila lewat ETT, dosis 2-3 kalinya –>2-3 mg dalam 10 cc. pada asystole
yang membandel terhadap epinephrine dapat diberikan bolus 3 mg i.v
pada 3rd degree block –> kelas IIb –> siap pacing
4. Ephedrin simpatomimetik
Menyebabkan pelepasan nor adrenalin dan menstimulasi alfa dan beta
adenoreseptor
indikasi : hypotensi selama operasi dengan GA, epidural, spinal, nocturnal
eneuresis, narcolepsi, hiccup, diabetic autonomy neuropathy, nasal dekongesti
B. Penggunaan Obat Emergency
1. Epinephrine (adrenalin)
anafilaktik : subcutaneus 0,3-0,5 mg pada henti jantung dosis : 1 mg i.v dapat
diberikan / diulang setiap 3-5 menit, dapat pula pemberian dengan dosis
meningkat 1-3-5 mg setiap menit. tidak ada kontraindikasi untuk adrenalin pada
henti jantung / cardiac arrest
2. Lidocain (lignocain, xylocain)
1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 3
mg/kg BB pada aritmia yang membandel dengan pemberian bolus maka diteruskan
pemberian secara drip dosis 2-4 mg/menit pada cardiac arrest oleh karena VF/VT
termasuk kelas IIa. bila ada gangguan hepar kurangi dosis sampai 1/2 nya
3. Sulfat Atropin
bolus 0,5-1mg i.v. total dosis : 0,03-0,04 mg/kg BB. kelas IIb –> asystole PEA –
>bradikardia dosis : 1 mg i.v, dapat diulang 3-5 menit. bila lewat ETT, dosis 2-3
kalinya –>2-3 mg dalam 10 cc. pada asystole yang membandel terhadap
epinephrine dapat diberikan bolus 3 mg i.v
pada 3rd degree block –> kelas IIb –> siap pacing.
C. Indikasi Pemberian
1. Epinephrine (adrenalin)
Pada asystole, fibrilasi ventrikel, PEA (Pulseless Electrical Activity) dan EMD
(Electro Mechanical Dissociation).
2. Lidocain (lignocain, xylocain)
Untuk mengurangi gangguan irama antara lain VF/VT (ventrikel fibrilasi/ventrikel
takikardi), PVC yang multipel, multifokal, salvo R on T.
3. Sulfat Atropin
Untuk memperbaiki tonus vagal dan memperbaiki sistem konduksi atrioventrikuler
pada kelas IIa bradikardia
4. Ephedrin simpatomimetik
Hypotensi selama operasi dengan GA, epidural, spinal, nocturnal eneuresis,
narcolepsi, hiccup, diabetic autonomy neuropathy, nasal dekongesti.
D. Cara Pemberian
Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi
seorang perawat. Meskipun menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang
merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam
pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsp enam benar.
1. Oral
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat ini
relatif aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat secaraoral
adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif pengguna sering muntah-
muntah, diare, tidak kooperatif dan kurang disukai jika rasanya pahit.
2. Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah
agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual
adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan
metabolisme dingding usus dan hati dapat dihindari.
3. Inhalasi
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari
pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen,
kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan
langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam
bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru
serta membran mukosa pada saluran pernapasan.
4. Rektal
Adalah obat yang carapemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah
mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.
5. Pervaginam
Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara
rektal, hanya saja di masukkan ke dalam vagina.
6. Parenteral
Adalah obat yang cara pemberiannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darh. Misalnya sediaan injeksi atau
suntikan. Tujuannnya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya
bisa untuk pasien yang tidak sadr, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi
cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikkan ke
dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
a. Intravena (IV)
Tidak ada fase absopsi dalam pemberian obat secara intravena karena obat
langsung masuk ke dalam vena, “onset of action”, efisien, biovaliabilitas 100%,
baik untuk obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain,
biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya pendek
(Joenoes, 2002).
b. Intramuskular (IM)
“Onset of action” pemberian obat secara intramuscular bervariasi, berupa
larutan dalam air yang lebih cepat diabsorbsi daripada obat berupa larutan dalam
minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan
penyerapan obat yang sangat tergantung besar kecilnya partikel yang
tersuspensi:semakin kecil partikel, semakin cepat proses absopsinya (Joenoes,
2002).
c. Subcutan (SC)
“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinanan dari
kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi penyerapan,
menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokak sehingga difusi obat
tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyalurodase,
suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan (Joenoes,
2002).
E. Efek Pemberian
1. Epinephrine (adrenalin)
Vasokontriksi (menciptakan diastolic > tinggi) terutama vasokontriksi perifer,
merangsang kontraksi jantung dengan meningkatkan HR, memperbaiki tekanan
perfusi koroner.
2. Lidocain (lignocain, xylocain)
Menekan aktivitas ektopik ventrikel dengan menekan / menurunkan eksitabilitas
otot jantung dan sistem konduksi jantung.
F. Peran Perawat Dalam Pemberian Obat-Obat Emergency
1. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian obat
2. Mampu melakukan penghitungan dosis yang tepat
3. Mampu memberikan obat-obat emergency dengan rute yang tepat
4. Mengetahui hal-hal yang harus dievaluasi setelah pemberian obat.