tinjauan kritis terhadap pendidikan karakter kepada pemuda...

29
i TINJAUAN KRITIS TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER KEPADA PEMUDA DI GKS KAMBAJAWA oleh, Lery M. Butar Butar 712010014 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologia Program Studi Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015

Upload: voquynh

Post on 22-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

i

TINJAUAN KRITIS TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER KEPADA

PEMUDA DI GKS KAMBAJAWA

oleh,

Lery M. Butar Butar

712010014

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologia

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2015

Page 2: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

ii

Page 3: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

iii

Page 4: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

iv

Page 5: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

v

MOTTO

Do what you say and never tell what you have done

(and it must be a good thing)

Page 6: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ............................................................................................................ ii

Lembar Pernyataan Tidak Plagiat ....................................................................................... iii

Lembar Pernyataan Persetujuan Akses ............................................................................... iv

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi .......................................................................... v

Motto ................................................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................................. vii

Abstrak ................................................................................................................................ viii

I. Pendahuluan ................................................................................................................... 1

II. Karakter dan Pengembangannya ................................................................................... 3

A. Gereja, Pemuda dan Pengembangan Karakter .......................................................... 6

B. Membangun Karakter yang EfektifKawin Kontrak .................................................. 8

III. Upaya Komisi Pemuda GKS Kambajawa dalam Membangun Karakter terhadap

Pemuda ........................................................................................................................... 9

A. Kegiatan GKS Kambajawa bagi Pemuda GKS Kambajawa .................................... 10

B. Metode Pendidikan Karakter bagi Pemuda di GKS Kambajawa .............................. 11

C. Pandangan Majelis Jemaat akan Pembangunan Karakter Pemuda di GKS

Kambajawa ..................................................................................................................... 13

IV. Tinjauan Kritis terhadap Upaya Komisi Pemuda GKS Kambajawa dalam

Pembangunan/Pendidikan Karakter ............................................................................... 14

V. Penutup........................................................................................................................... 18

5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 18

5.2 Saran ......................................................................................................................... 19

Kepustakaan ........................................................................................................................ 20

Page 7: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

vii

Abstrak

Pendidikan karakter itu sendiri dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengembangkan

kebajikan manusia yang adil, penuh kasih, dan berkembang. Menanamkan inti dari nilai-nilai etis

yang penting. Pendidikan karakter ini dimulai dari kecil hingga dewasa. Pemuda, sekalipun telah

membangun pemikirannya masih memerlukan arahan. Pendidikan karakter terhadap pemuda

memberikan kesempatan membimbing pemuda untuk mencapai serta mengembangkan karakter

yang baik. Dalam GKS Jemaat Kambajawa perhatian majelis dan BPMJ kepada Komisi Pemuda

terkesan ‘membebaskan’. Tindakan ini memicu dampak baik, dimana pemuda diberikan

kebebasan untuk berkreatifitas dan menerapkan paham ‘dari pemuda untuk pemuda’, tetapi

terdapat juga dampak buruknya, terkhususnya dengan pendidikan karakter, dimana pemuda

belum cukup pengalaman dalam menyusun hal yang benar-benar dibutuhkan oleh pemuda itu

sendiri.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada program yang benar-benar disusun untuk

membentuk sebuah karakter yang baik atau program tentang pendidikan karakter sekalipun

pengurus Komisi Pemuda maupun majelis GKS Kambajawa telah mengetahui dan memahami

apa itu pendidikan karakter. Mereka mengatakan bahwa sekalipun tidak melakukan pendidikan

karakter yang terstruktur tetapi sudah melakukannya secara spontan dan situasional, misalnya

melalui kotbah atau ceramah, maupun mempercayakan pemuda untuk melakukan tugas dari

Gereja agar melatih tanggung jawab mereka. Secara teori, hal ini bukanlah cara yang terbaik.

Karena dalam sebuah pendidikan karakter dibutuhkan perencanaan dan juga kesinambungan

dalam setiap program. Sehingga nara didik tidak menerima secara dangkal apa yang diajarkan.

Evaluasi terhadap ajaran dalam Komisi Pemuda juga perlu dilakukan agar dapat mengetahui

sejauh mana pemuda mengerti dan mengaplikasikan pengetahuan mereka.

Kata kunci : Pendidikan karakter, pemuda, Gereja

Page 8: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

1

TINJAUAN KRITIS TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER KEPADA

PEMUDA DI GKS KAMBAJAWA

I. Pendahuluan

Pendidikan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh Pemerintah Indonesia,

karena itu dirancanglah sebuah program “Pendidikan Karakter” yang bertujuan untuk

membangun karakter yang baik.1Program ini didukung dengan dimulainya Gerakan Nasional

Pendidikan Karakter di Indonesia sejak tahun 2010 dan pemberlakuan kurikulum 2013dengan

fokus kepada karakter yang baik. Program ini digalakkan gunamemperbaiki karakter bangsa

yang saat ini tengah dilanda berbagai persoalan yang dapat merusak karakter seseorang,

misalnya korupsi, kekerasan dalam sekolah maupun rumah tangga. Pendidikan karakter dapat

dikatakan sebagai usaha untuk mengembangkan kebajikan manusia yang adil, penuh kasih,

dan berkembang, menanamkaninti dari nilai-nilai etis yang penting.2 Pendidikan karakter

dapat dilakukan di berbagai tempat dengan dukungan orang sekitar, keterlibatan orang sekitar

nara didik lebih ditekankan sebagai role modelterhadapkarakter yang baik itu sendiri,

sehingga menimbulkan reaksi meniru.

Mengingat begitu pentingnya pemberlakukan pendidikan karakter dalam sendi-sendi

kehidupan masa kini, maka tulisan ini akan berfokus pada pendidikan karakter terhadap

pemuda di dalam Gereja, secara khusus Gereja Kristen Sumba (GKS) Kambajawa. Gereja

dapat dikatakan sebagai sekolah, wadah untuk mengajarkan seseorang yang hidupnya harus

bertransformasi dan harus menemukan tujuan serta arti hidupnya.3Sebagai wadah pengajaran,

Gereja seharusnya turut memberlakukan pendidikan karakter pada setiap komisi pelayanan.

Namun, pada realitanya Komisi Pemuda GKS Kambajawa belum memperhatikan pendidikan

karakter bagi para pemuda. Pemuda masih diarahkan pada ibadah yang mengutamakan

pengetahuan Alkitabiah saja dan beberapa kegiatan yang difokuskan untuk menumbuhkan

iman pemuda.4 Masalah lain yang ditemui Komisi Pemuda adalah beberapa pemudi yang

aktif dalam Komisi Pemuda telah hamil diluar nikah, serta banyak pemuda yang masih sering

terlibat dalam kekerasan di sekolah maupun disekitar masyarakat.Melihat realita yang

1Daniel Nuhamara, Pendidikan Karakter: Suatu Kajian dari Perspektif Agama (makalah

dipresentasikan dalam temu alumni f. Teologi UKSW), hal. 1. 2Charles C. HaynesAndOliver Thomas, Common Ground A Guide To Religious Liberty In Public

School. (Nashville: First Amandement Center, 2001), hal. 151. 3Bruce O. Powers (editor), Christian Education Handbook,(Tennesse: Broadman Press, 1981), hal. 11.

4Informasi didapat dari ketua pemuda.

Page 9: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

2

dihadapi Komisi Pemuda GKS Kambajawa ini, makatulisan ini diberi judul “Tinjauan Kritis

Terhadap Pendidikan Karakter Terhadap Pemuda di GKS Kambajawa”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya Komisi Pemuda

GKS Kambajawa dalam membangun karakter Pemuda, sehingga dapat mendeskripsikan

upaya-upay tersebut. Batasan penelitian ini, bertempat di GKS Kambajawa dan target

penelitian adalahmajelis dan Komisi PemudaGKS Kambajawa.Dengan penulisan ini, penulis

berharap dapat memberikan suatu pandangan baru tentang peran Gereja dalam pendidikan

karakter para pemudanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, dengan metode

kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik : observasi terhadap anggota Komisi

Pemuda Induk GKS Jemaat Kambajawa. Selanjutnya wawancara dilakukan terhadap majelis,

pengurusdan anggota Komisi Pemuda induk GKS Kambajawa. Serta penulis mengumpulkan

data melalui kepustakaan dari berbagai buku, artikel, jurnal maupun dokumen lainnya yang

mendukung penelitian ini.

Page 10: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

3

II. Karakter dan Pengembangannya

Pendidikan karakter tidak dapat kita mengerti dengan baik jika tidak mengetahui apa

itu pendidikan serta apa itu karakter yang baik, dimana kedua hal inimerupakan fokus dari

pendidikan karakter. Oleh karena itu, dalam bagian inipenulis akan menjabarkan pengertian

dari pendidikan dan karakter.

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani (Kharakter), dalam bahasa inggris adalah

„to engrave‟ yang berarti „mengukir‟, dimana merupakan kata kerja aktif untuk mengukir satu

tanda (atau kebiasaan baik) pada diri seseorang.5 Dalam setiap kehidupan, karakter masing-

masing orang tentu berbeda-beda.Kamus Besar Bahasa Indonesia menjabarkan karakter

adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pakerti yang membedakan seseorang dengan

yang lain, tabiat atau watak.6 Dalam konseptualnya, karakter dibagi menjadi 2 pengertian,

yang pertama yakni bersifat deterministic dimana karakter adalah anugerah dari awalnya,

sehingga tidak bisa dirubah dengan berbagai cara dan bersifat tetap dan menjadi tanda khusus

yang membedakan orang. Kedua, bersifat non deterministik atau dinamis, karakter dipahami

sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya menyempurnakan

kemanusiaannya.7 Seorang filsuf Yunani, Heraclitus mengatakan bahwa karakter adalah

takdir.8 Karakter membentuk sebuah takdir bagi seseorang dan membentuk takdir dari sebuah

komunitas.

Karakter yang baik adalah bagaimana kita mengerti „sesuatu yang baik‟,9 bagaimana

kita mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan yang baik,10

ketiga hal

ini sangat berhubungan dan menunjukkan tiga aksi nyata dari pengetahuan moral, perasaan

moral dan perilaku moral. Isi dari karakter yang baik adalah kebajikan (virtues).11

Kebajikan

itu sendiri merupakan kecenderungan untuk melakukan tindakan yang baik menurut sudut

pandang moral universal12

.13

5 Diunduh dari http://education.stateuniversity.com/pages/2246/Moral-Education.html pada tanggal

6 Januari 2015 6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2008), hal. 392. 7 Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan karakter (Wawasan, Strategi dan Langkah Praktis), (Esense,

2011), hal. 18. 8 Terjemahan bebas dari Characther is destiny.

9 Thomas Lickona, Why Character Matters, hal.2.

10 Thomas Lickona, Educating for Character (Jakarta :Bumi Aksara, 2012) hal. 82.

11 Thomas Lickona, Character Matters (Jakarta : Paragonamata Jaya, 2012), Hal 15.

12 Thomas Licona memisahkan nilai-nilai moral menjadi 2. Nilai moral universal yaitu kewajiban yang

mengikuti setiap orang dimanapun mereka berada untuk menghargai martabat kemanusiaan fundamental seseorang. Dan nilai moral non universal, dimana tidak membawa serta kewajiban universal melainkan moral

Page 11: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

4

Ada 10 esensi kebajikan kebijaksanaan (wisdom), keadilan (Justice), keberanian

(Fortitude), pengendalian diri (temperance), cinta, sikap positif, bekerja keras, integritas,

syukur dan kerendahan hati.14

Memiliki 10 esensi kebajikan ini bukanlah hal yang mudah

untuk dilakukan. Namun, sebenarnya ketika kita melakukan satu esensi dari kebajikan, maka

esensi yang lainnya pun akan mengikuti, tetapi bila terjadi keterpurukan satu esensi maka hal

itu akan membawa keterpurukan bagi esensi lainnya.15

Lickona juga menyebutkan bahwa ada

2 kebajikan fundamental yang seharusnya ditanamkan untuk membentuk sebuah karakter

yang baik, yaitu hormat (respect) dan tanggung jawab (responsibility).16

Rasa hormat berarti

mengungkapkan penghargaan terhadap seseorang atau sesuatu. Rasa hormat terdiri dari 3

bagian yakni rasa hormat terhadap diri sendiri, orang lain dan segala bentuk kehidupan yang

mendukung keberlangsungan. Tanggung jawab itu sendiri merupakan perluasan dari rasa

hormat yang memiliki pengertian sebagai suatu tindakan aktif untuk menanggapi secara

positif kebutuhan pihak lain.

Menurut Thomas Lickona, karakter pun merupakan transformasi moral diri, dimana

dari hal ini, orang tua, guru atau masyarakat dapat mempelajari 2 hal pertama, memberikan

kesempatan kepada kaum muda untuk memikirkan dan menetapkan tujuan yang bermanfaat

bagi pembangunan membangun karakter mereka dan memberi mereka kesadaran bahwa

setiap orang membutuhkan tujuan hidup. Kedua, menjadi teladan sehingga kaum muda

memiliki orang dewasa yang mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi serta terlibat dalam

melaksanakan karakter yang baik secara lebih lengkap dalam kehidupan mereka.17

Kata ' pendidikan ' berasal dari bahasa Latin akar 'educare'. Educare berarti untuk

membawa keluar dari dalam.18

Menurut UUD Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 pasal 1

butir 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan dapat dikatakan juga sebagai usaha kebudayaan dimana sebagai suatu proses

individual, seperti ajaran agama. Dan karakter lebih terikat dengan moral universal. (Thomas…, Character…, hal. 21)

13 Saptono, Dimensi-dimensi…, hal. 20.

14 Thomas…,Character…, hal. 16-20.

15Thomas…, Character… hal. 21.

16 Thomas…, Educating…, hal. 69.

17 Thomas…, Character…, hal. 34.

18 Diunduh dari http://www.educare.org/pada tanggal 6 Januari 2015

Page 12: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

5

transformasi nilai-nilai.19

Seperti yang sudah disampaikan bahwa pendidikan adalah suatu

aktifitas yang sadar, maka sudah pasti segala yang ingin disampaikan sebelumnya sudah

terarah, teratur dan jelas sasarannya. Segala yang ingin disampaikan itulah nilai-nilai yang

ingin diturunkan. Hal ini jelas membuat pendidikan merupakan satu tempat yang strategis

untuk menurunkan atau memberi pemahaman yang baik tentang karakter itu sendiri.

Dari pembahasan akan pendidikan dan karakter baik yang harus dicapai, maka penulis

mencoba menarik satu kesimpulan, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha yang

terstruktur untuk menanamkan, membangun dan menguatkan moralitas yang baik kepada

nara didik. Hal ini tentu bukan saja melibatkan satu bagian kelompok masyarakat, tapi setiap

aspek dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri, baik keluarga, sekolah, organisasi

keagamaan, kelompok-kelompok masyarakat, budaya, media massa, dan sebagainya. Setiap

aspek ini tentu harus sadar dan menyatukan pemikiran akan apa yang hendak mereka bangun

untuk generasi penerus bangsa kedepan. Apabila hal ini gagal, maka sebuah bangsa yang

memiliki berbagai pengertian tentang karakter akan kesusahan untuk menentukan

pencapaiannya.

Saptono menuliskan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan

sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan kebajikan-kebajikan inti yang

secara objekif baik bagi individu maupun masyarakat.20

Thomas Lickona dalam bukunya

Educating For Character (1991) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan

yang membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pakerti, yang hasilnya

terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung

jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Pendidikan karakter itu

adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi peserta didik.21

Hal

ini juga berlaku dalam kehidupan bukan saja di sekolah, tetapi dimana pendidikan karakter

itu dilakukan tergantung dari siapa yang melakukannya. Dengan melaksanakan pendidikan

karakter berarti menanamkan inti dari nilai-nilai etis yang penting: kepedulian, kejujuran,

keadilan, rasa tanggungjawab, dan rasa hormat kepada diri sendiri dan orang lain.

19

Ki Fudyartanta, Membangun Kepribadian dan Watak Bangsa Indonesia yang Harmonis dan Integral (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 216.

20 Saptono, Dimensi-dimensi…, hal.23.

21 Heri Gunawan, Pendidikan karakter. (Bandung : Alfabeta, 2012), hal. 24.

Page 13: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

6

Tujuanutama pendidikan karakter adalah mengembangkan dalam diri secara sosial, etika dan

juga akademik.22

A. Gereja, Pemuda dan Pengembangan karakter

Pemuda adalah seseorang yang berada pada jenjang usia 15-24 tahun,23

berdasarkan

tahap perkembangannya, usia pemuda secara moral lebih menyukai menegakkan hukum dan

disiplin. Fokus pada tahapan ini adalah bagaimana memelihara masyarakat, tidak hanya

mematuhinya. Secara iman tahap perkembangan usia pemuda telah sampai pada individual

reflektif, dimana mereka mulai serius untuk membangun keyakinannya sendiri, gaya hidup

mandiri, dan sikap pribadi yang khas. Secara mental, kemampuannya beralasan semakin

meningkat, menyukai perdebatan dan adu argumen, kreatif dan idealis, penilaiannya

berkembang, daya imaginasinya cenderung berada dibawah.24

Jadi, pada usia yang

digolongan sebagai usia pemuda ini, secara konsepsi seharusnya sudah dapat mengetahui

mana yang benar, dan mana yang salah sehingga dapat mengambil tindakan yang sesuai

dengan apa yang ia ketahui itu. Namun, bukan berarti pada usia ini orang-orang dewasa

melepaskan kontrol terhadap pemuda, karena dalam menentukan salah-benar, pemuda masih

memerlukan arahan dari orang lain.

Berbicara mengenai Gereja dan pemuda, maka Komisi Pemuda menjadi satu tempat

yang sesuai dengan tumbuh kembang pemuda. Tindakan Gereja terhadap pemuda salah

satunya adalah mempersiapkan calon-calon pemimpin yang takut akan Tuhan. Gereja sebagai

organisasi agama menjadi unsur yang kuat dan istimewa dalam pendidikan karakter ketika

agama diajarkan dan diterima dalam cara yang pasti.25

Gerejayang mempunyai pengaruh

dalam perkembangan kehidupan kaum muda, harus sadar akan pentingnya peran mereka.26

Gereja perlu menyadari dan memperhatikan kaum mudanya, karena merekalah yang akan

22

Charles c. Haynes And Oliver Thomas, Common Ground A Guide To Religious Liberty In Public

School. (Nashville : First Amandement Center, 2001), hal. 151. 23

Batasan umur ini penulis gunakan berdasarkan United State Organitation(Persatuan Bangsa-Bangsa), dimana tidak membedakan Member State-nya.

24Hamilton, S.F., Hamilton, M.A., and Pittman, Karen. Principal Young Development in S.F. Hamilton

and M.A Hamilton (Eds), 2004. The Youth Development Handbook : Coming of Age in American Communities. Thousand Oaks : Sage Publications.

25 Thommas C. Hennesih, The Role Of Religion in Character Development in Kevin Ryan and Thomas

Lickona, Character Development in School and Beyond (New York : The Council for Research of Values and Philosophy, 1992), hal. 219.

26 E. G. Homrighausen, I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),

hal.138.

Page 14: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

7

menjadi penerus Gereja bahkan menjadi para pembangun dan pembaru bagi Gereja di tengah

zaman yang terus berubah.27

Seperti yang telah dijabarkan diatas dalam perkembangannya, pemuda pada umumnya

mencari jawaban dan respon, mereka seharusnya diajarkan untuk memimpin, dimana pemuda

diberi dorongan dan digugah.28

Pemuda bagaikan berada di persimpangan jalan.29

Belum

dapat secara pasti menentukan apa yang mereka inginkan, oleh karena itu Gereja menjadi

salah satu bagian yang bertanggung jawab dalam mengajarkan pemudanya. Pengarahan dan

ajaran dari gereja ini akan berpengaruh kepada keputusan penting yang akan pemuda ambil

ketika mereka dewasa. Dengan demikian, tindakan Gereja yang membantu, bukan hanya

sebatas membantu pemuda dalam masanya tetapi juga membantu mempersiapkan calon-

calon pemimpin yang takut akan Tuhan ketika mereka dewasa. Gereja juga dapat dikatakan

sebagai sekolah, namun bukan sekedar sekolah, tetapi sebagai wadah untuk mengajarkan

seseorang yang hidupnya harus bertransformasi dan telah menemukan tujuan serta arti

hidupnya.30

Ada 4 posisi Gereja, salah satunya adalah sebagai Manusia Baru.31

Posisi Gereja

sebagai manusia baru membuat Gereja melanjutkan pekerjaan Tuhan dalam membentuk

sebuah komunitas manusia yang baru, yang lebih baik daripada sebelumnya. Jemaat

seharusnya menjadi manusia baru yang harus berpusat pada Tuhan, mencintai sesama,

persatuan dan perdamaian. Gereja sebagai komunitas yang melakukan perintah Tuhan di

bumi tentu harus melakukan pekerjaan Tuhan tersebut. Posisinya sebagai „manusia baru‟

secara sadar atau tidak sejalan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat membantu

Gereja untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan itu, hemat penulis. Kolaborasi ini dapat

menjadikan jemaatnya memiliki karakter yang baik, bukan saja pengetahuannya terhadap

Alkitab atau iman.Agama dan Pendidikan karakter tidak bisa kita satukan.Pendidikan

karakter berpusat pada kebajikan umum dan nilai moral yang dipegang oleh umat manusia

pada umunya tanpa memandang agama dan perbedaan lainnya (karakter bersifat

27

Youth Development Series, Keluarga dan Masyarakat (Jakarta: Binawarga, 2007). 28

Kenneth O. Ganggel, Howard G Hendriks and The Christian Educations Faculty of Dallas Theological Seminary, The Christian Educators Handbook of Theaching, (USA: Victor Books, 1989),hal 168.

29 Kenneth, The Christian... 168.

30Bruce O. Powers (editor/complier), Christian Education Handbook, (Tennesse: Broadman Press,

1981), hal 11 31

Daniel A Leshire, Christian Education and Theology in Bruce P. Powers, Christian Education Hanbook, (Tennesse, Broadman Perss, 1981), hal. 27-30.

Page 15: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

8

universal).32

Sedangkan agama itu sendiri pada umumnya berpegang pada ajaran yang mereka

percayai atau kitab mereka. Sekalipun berbeda, agama dan pendidikan karakter dapat

dikolaborasikan.

B. Membangun Karakter yang Efektif

Secara umum ada 11 prinsip untuk melaksanakan pendidikan karakter yang efektif

sebagaimana dikembangkan oleh Character Education Partnership (CEP).Cara membangun

karakter yang efektif ini didasari dari hasil penelitian CEP agar dapat diterapkan di sekolah.

Namun tidak tertutup kemungkinan dapat digunakan di tempat lain. Ketika gereja

mengadopsi teori Membangun Karakter yang Efektif, secara tidak langsung gereja telah

mengambil bagiannya dalam sebuah komunitas pendidikan karakter, yang mengharuskan

gereja menjadikan dirinya sebagai ‘role model’ yang menyeluruh.

Menurut penulis, ada beberapa teori dari 11 teori diatas, yang sesuai dengan

penerapan di gereja: pertama, pendidikan karakter mempromosikan nilai-nilai inti etika

sebagai dasar karakter yang baik. Apapun tujuannya, nilai-nilai inti yang dipromosikan oleh

pendidikan karakter yang berkualitas adalah martabat manusia, meningkatkan pembangunan

dan kesejahteraan pribadi, menjadi pelaku kebaikan bagi sesama, mendefinisikan hak dan

tanggung jawab dalam masyarakat yang demokratis, dan dipertemukan dengan sebuah „tes

klasik‟ (yaitu, apakah anda ingin orang lain untuk bertindak dengan cara yang anda lakukan

dalam situasi yang sama?) dan kebalikannya (contoh, Apakah anda ingin diperlakukan

dengan cara seperti yang anda lakukan saat ini?).33

Nilai-nilai kemanusiaan ini melampaui

segala perbedaan, baik agama dan budaya serta kembali mengekspresikan kemanusiaan kita.

Kedua, Karakter harus didefinisikan sebagai pikiran, perasaan, dan perilaku. Ini adalah

sebuah pendekatan yang menyeluruh dari pengembangan karakterkarena

berusahauntukmengembangkankognitif, emosional, dantindakan/motorikyang dibutuhkan

untukmelakukan hal yang benar. Nara didik tumbuhuntuk memahaminilai-nilai intidengan

mempelajaridanmendiskusikannya, mengamatimodelperilaku baik dari orang-orang sekitar

maupun seorang yang mereka anggap memiliki karakter yang baik,

danmenyelesaikanmasalah yang melibatkannilai-nilai moral dan etis. Mereka belajar

untukpedulinilai-nilai intidengan mengembangkanempati, membentuk kepedulian,

32

Charles c. Haynes And Oliver Thomas, Common Ground A Guide To Religious Liberty In Public

School. (Nashville : First Amandement Center, 2001), hal. 159. 33

Character Education Partnership, 11 Principles Of Effective Character Education. (Washington, 2010), hal 2.

Page 16: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

9

mengembangkankebiasaan yang baik dan bertanggungjawab.Sebagaianak-anak yang

tumbuhdalam karakter, merekamengembangkan pemahamanyangbaik akankeeetisan

dannilai-nilai moral, sertaberkomitmenuntukhidupsesuai dengannilai-nilai tersebut.34

Ketiga,

pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang disengaja, proaktif, dan

komprehensif dimana mempromosikan nilai-nilai inti dalam kehidupan.35

Keempat,

menciptakan komunitas yang peduli. Hal ini membantu menciptakansebuah komunitasyang

membantusemuaanggotanyamembentuk hubunganyang saling menghormati, saling pedulidan

tanggung jawabsatu terhadap yang lainnya.36

Kelima, untuk mengembangkan karakter, peserta

didik membutuhkan kesempatan untuk mengaplikasikan tindakan moral yang telah dipelajari.

Baik di dalam sekolah maupun komunitas, cara terbaik dalam belajar adalah dengan

melakukannya (praktek). Untukmengembangkanaspekkognitif,emosional,

dantindakan/motorikkaraktermereka, nara didik perlubanyak dan beragamkesempatan

untukbergulat dengantantangankehidupan nyata(misalnya, bagaimana merencanakan

danmelaksanakantanggung jawab yang penting, bekerja dalamtim,

bernegosiasi/berdiskusiuntuk sebuah solusi, mengenali danmengatasidilema etika.).Melalui

pengalaman yangberulangdan refleksi, membantu mengembangkanapresiasidankomitmen

untukbertindak dalam lingkupnilai-nilai etika.37

Keenam, pendidik harus menjadi contoh baik

moral maupun etika yang baik itu sendiri, dimana semua berbagi tanggung jawab dalam

pendidikan karakter dan menunjukan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama sesuai

yang diajarkan kepada nara didik.38

Ketujuh dari 11 teori CEP yang penulispakai dengan

menyesuaikan keadaan gereja adalah evaluasi terhadap pendidikan karakter yang telah

diajarkan harus dilakukan, baik terhadap budaya dan suasana sekitar, menilai karakter

komunitas, fungsi pendidik pendidikan karakter, dan sejauh mana siswa menanamkan

karakter yang baik itu. Pendidikan karakteryang efektifmeliputipenilaian

berkelanjutanmenggunakanlangkah-langkahkualitatif dan kuantitatif.39

Evaluasi ini dapat

menggunakan berbagai cara, di mana keakuratannya dapat sejajar dengan pemahaman nara

didik terhadap karakter yang baik itu sendiri.

III. Upaya Komisi Pemuda GKS Kambajawa dalam Membangun Karakter

terhadap Pemuda

34

Character…, 11 Principles…. hal 4. 35

Character…, 11 Principles…. hal 6. 36

Character…, 11 Principles…. hal 8. 37

Character…, 11 Principles…. hal 10. 38

Character…, 11 Principles…. hal 16. 39

Character…, 11 Principles…. hal 22.

Page 17: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

10

GKS Kambajawa telah berdiri pada 25 November 2007 sebagai cabang Kambajawa

dari GKS Payeti. Pendeta pertama GKS Kambajawa adalah Pdt. Sherlin Lesniawati Wudi

Padadengo, S. Si-Teol dengan jumlah warga jemaat pada waktu itu adalah 829 jiwa. Jemaat

Kambajawa terdiri dari 1 pusat, 1 Cabang, 2 Ranting. GKS Kambajawa merupakan bagian

dari Klasis Waingapu, yang teridiri dari 3 Jemaat yakni: GKS Waingapu, GKS Payeti dan

GKS Kambajawa.

A. Kegiatan GKS Kambajawa bagi Pemuda GKS Kambajawa

Komisi Pemuda merupakan salah satu komisi dari beberapa komisi yang ada di GKS

Jemaat Kambajawa, berada diantara komisi kaum bapak, kaum ibu, pekabaran injil, Anak dan

Remaja serta komisi yang lain. Komisi Pemuda adalah komisi yang dibentuk dengan tujuan

pemuda dapat diatur dan mendapat perhatian yang lebih sehingga mereka dapat dibantu untuk

mengembangkan diri dan terus bertumbuh dalam iman yang benar kepada Kristus. Selain itu,

pembentukkan Komisi Pemuda didasari dengan pemikiran bahwa pemuda adalah tulang

punggung Gereja, yang kelak diharapkan akan meneruskan berbagai pelayanan pada masa

mendatang.40

Komisi Pemuda GKS Jemaat Kambajawa mempunyai kepengurusan inti

sebagai berikut koordinator adalah Pnt. U. Ngandji, S. Pt, ketua, Ishak Lani Pandango, S. Pd,

wakil Matheos Boby Paja Gae, sekretaris, Fernandus Ndakunau dan bendaharaadalah

Asinkritus Ng. L. Manusmesa, ST.

Kepengurusan ini telah dibentuk dari tahun 2010 hingga saat ini. Mereka memiliki 5

tahun masa jabatan. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh Komisi Pemuda adalah

melakukan Ibadah bersama. Ibadah disebut dengan PA Pemuda (Pemahaman Alkitab

Pemuda) yang dilakukan setiap hari Sabtu,pukul 16.00 WIT. Pemahaman Alkitab ini

biasanya dipimpin oleh majelis, beberapa orang dari pihak luar gereja, dan juga oleh pemuda

dari GKS Jemaat Kambajawa sendiri. Nats atau ayat Alkitab yang menjadi bahan perenungan

dalam ibadah disediakan langsung oleh seksi kerohanian. Bahan-bahan renungan yang

disediakan pada hari-hari khusus disesuaikan dengan perayaan hari raya Gerejawi.Artinya

bahan ajar atau bahan khotbah mengikuti hari-hari perayaan yang ditentukan oleh sinode

GKS, contoh, bulan keluarga, paskah, maupun natal. Selepas dari hari-hari khusus tersebut,

bahan khotbah bebas ditentukan oleh seksi kerohanian yang beranggotakan pemuda itu

sendiri dan seorang vicaris.

Setiap minggunya, anggota pemuda secara bergantian menjadi operator LCD,

pemimpin lagu serta pemimpin doa syafaat. Jika melihat kehadiran pemuda, terendah dalam

40

Hasil wawancara dengan bapak UN (inisial), 14 November 2014, 10.00 WIT.

Page 18: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

11

satu kali ibadah tiap minggunya adalah 8 orang dengan jumlah kehadiran tertinggi 50 orang.

Komisi Pemuda GKS Kambajawa belum memiliki data yang akurat tentang berapa jumlah

pemuda yang terdapat dalam GKS Jemaat Kambajawa, karenanya pengurus mengadakan

program perkunjungan, guna mendaftar pemuda GKS Kambajawa yang aktif maupun tidak,

agar diketahui secara pasti berapa jumlah pemuda GKS Kambajawa.

Kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Komisi Pemuda GKS Jemaat

Kambajawa dapat dikatakan sangat beragam. Ada yang terstruktur dan terencana seperti

acara PA Pemuda, perayaan Paskah, perayaan Natal, retreat, dan juga ibadah padang dengan

tujuan untuk membangun iman para pemuda yang mengikuti kegiatan tersebut, sertaterdapat

pula kegiatan yang secara spontan dilakukan, misalnya piknik bersama, mengunjungi kerabat

pemuda yang sakit, dan jalan-jalan, kegiatan ini semata-mata untuk membangun kebersamaan

dari sesama anggota Komisi Pemuda.41

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Komisi Pemuda GKS Jemaat

Kambajawa, penulis menemukan bahwa para pengurus mengetahui pentingnya pendidikan

karakter. Penulis menemukan beberapa pandangan mengenai alasan dibalik pentingnya

pendidikan karakter yang dipahami oleh Komisi Pemuda. Pertama, karena karakter

merupakan satu hal yang paling mendasar. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang luas,

tetapi karakternya tidak baik, maka yang jahat akan keluar dari dirinya.Dari hal yang

mendasar itu maka terbangunlah sosok pribadi manusia yang baik. Ini tentunya akan

membawa dampak yang baik pula kedepannya.42

Kedua, bahwa karakter sudah selayaknya

menjadi salah satu dasar dari diri manusia yang menentukan jati diri pemuda itu sendiri,

ketika jati diri itu telah luntur maka demikian juga karakter.43

Ketiga, bahwa pendidikan

karakter merupakan bentuk pendidikan yang sangat membantu bagaimana seharusnya

seorang manusia itu bersikap. Di dalam pendidikan karakter setidaknya telah terdapat hal-hal

yang merupakan tujuan yang ingin dicapai pada akhirnya, dan hal itu tentunya baik untuk

diterapkan didalam kehidupan seseorang.44

B. Metode Pendidikan Karakter bagi Pemuda di GKS Kambajawa

Pengurus Komisi Pemuda GKS jemaat Kambajawa,

mengakuibelummenjadikanpendidikankaraktersebagai dasar penyusunanprogramnya.

41

Hasil wawancara dengan saudara IP (inisial), 4 November 2014, 14.00 WIT. 42

Hasil wawancara dengan saudara IP (inisial), 4 November 2014, 14.00 WIT. 43

Hasil wawancara dengan saudari VB (inisial), 4 November 2014, 16.00 WIT. 44

Hasil wawancara dengan saudari M (inisial), 14 November 2014, 16.00 WIT.

Page 19: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

12

Namun, Komisi Pemuda menyatakan sudah melakukan pendidikan karaktersecara tidak

langsung melalui pemahaman Alkitab. Sedapat mungkin pemahaman Alkitab selalu

membawa isu bagaimana seorang pemuda itu harus bersikap. Dalamsetiap

penyusunanbahanpemahaman Alkitab, Komisi Pemuda sudah memberikan tujuan khusus

yang harus dicapai oleh anggota pemuda, dimanapadaakhirnyapesertadiharapkan tidak

hanyamemahamitetapi harusmengimplementasikan apa yang dibahaspada 1 kali pemahaman

Alkitab.45

Hal ini dirasa mampu membawa pemuda mempunyai satu pandangan dan sikap

yang baru di setiap PA Pemuda. Selanjutnya, dalam proses Pemahaman Alkitab Pemuda,

selaludisediakan sesi untuk bersaksi, kesempatan ini dipakai untuk seorang pemuda bersaksi,

baik tentang kehidupan atau masalahnya dan pemuda lain menganggapi. Hal ini membuat

seorang pemuda tahu bagaimana dia harus bertindak pada satu keadaan dan memberikan

sudut pandang lain melalui tanggapan yang diterimanya.46

Di dalam Komisi Pemuda, pendidikan karakter hanya terjadi secara spontan dan

situasional. Contoh :1. pemuda ditunjuk untuk memimpin ibadah pemahaman Alkitab, baik

itu sebagai pembawa firman, operator LCD, atau pembawa doa syafaat maupun song leader,

mereka diajarkan untuk bertanggung jawab dan percaya diri dalam setiap tugas yang

dipercayakan kepada mereka. 2. Pemuda selalu dilibatkan dalam kepanitiaan suatu acara baik

yang dilaksanakan oleh Komisi Pemuda, melalui kepanitiaan ini, pengurus Komisi Pemuda

melihat bahwa para anggota Komisi Pemuda diajarkan untuk bekerja sama dan menghargai

sesama serta mampu untuk bekerja sama dalam tim. 3. Dalam perlombaan yang diikuti oleh

anggota Komisi Pemuda misalnya, mereka diajarkan untuk berlaku sportif dan mau

menerima kekalahan.

Evaluasi terhadap PA Pemuda pun tidak pernah dilakukan oleh Komisi Pemuda GKS

Kambajawa. Hal ini disebabkan setiap minggunya pemahaman Alkitab bagi pemuda selalu

menemukan tema baru. Evaluasi lebih bersifat sepintas, dimana hanya sebagai sebuah

pertanyaan untuk mengawali sebuah kotbah atau pemahaman Alkitab apabila tema pada saat

itu mempunyai hubungan atau kesamaan dengan tema minggu sebelumnya. Setiap pemuda

yang hadir dalam setiap kegiatan selalu dianggap telah mengerti dan mempunyai komitmen

untuk melakukan apa yang telah mereka pelajari dalam satu pertemuan.

Evaluasi ini juga mengalami kendala karena setiap minggunya seorang pemuda tidak

pasti mengikuti ibadah PA Pemuda. Kehadiran yang naik-turun ini disebabkan banyak hal,

baik itu disebabkan banyaknya tugas dalam rumah mereka (mengingat sebagian pemuda

45

Hasil wawancaradengan saudari VB (inisial), 4 November 2014, 16.00 WIT. 46

Hasil wawancara dengan saudara T (inisial), 31 Oktober 2014, 18.00 WIT.

Page 20: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

13

merupakan „anak tinggal‟ dimana mereka tidak tinggal dirumah orang tua kandungnya, tetapi

bersama keluarga mereka yang setidaknya mewajibkan mereka untuk membantu pekerjaan

dalam rumah), waktu selesai ibadah yang dinilai terlalu malam dan jarak yang jauh dari

rumah ke Gereja.

C. Pandangan Majelis Jemaat akan Pembangunan Karakter Pemuda di GKS

Kambajawa

Majelis GKS Jemaat Kambajawa beranggapan bahwaPemahaman Alkitab yang

dilakukan oleh Komisi Pemuda setiap Sabtu pukul 17.00 WIT sebenarnya telah menjadi

salah satu cara pendidikan karakter. Didalam pemahaman Alkitab tersebut, pemuda diajarkan

tentang bagaimana menjadi seorang Kristen, sedangkan didalam kekristenan itu sendiri sudah

terkandung karakter-karakter yang baik. Hukum kasih adalah dasar bagaimana seharusnya

seorang Kristiani bertindak, bukan saja kepada sesama orang Kristen tetapi kepada orang di

luar dari agama Kristen. Hal ini mau tidak mau menjadikan seseorang harus berkarakter baik

kepada semua orang, karena hanya dengan karakter yang baik, manusia dimampukan untuk

mengasihi. Berdasarkan kenyataan tersebut, pendidikan karakter bisa dikatakan sangat

berpengaruh untuk mengubah karakter seseorang.47

Selain itu, pendidikan karakter pun turut

berpengaruh kepada dasar dari kehidupan seseorang.48

Dari pandangan majelis jemaat GKS Kambajawa, pendidikan karakter di GKS Jemaat

Kambajawa, diakui memang belum diberlakukan secara terstruktur, tetapi berlangsung secara

spontan (tidak sistematis) dan situasional. Contoh, pemuda selalu dilibatkan dalam kegiatan-

kegiatan Gereja. Mereka kerapkali diajak untuk terlibat dan memiliki peran penting dalam

kegiatan-kegiatan tersebut. Misalnya dalam retreat komisi perempuan, pemuda dipanggil

untuk membantu, pemuda diajak untuk bersama-sama melakukan penginjilan ke kampung-

kampung bersama Komisi Pekabaran Injil, juga dalam acara perayaan natal atau beberapa

acara lainnya, mereka biasanya diikutsertakan untuk membantu. Hal-hal diatas diakui secara

tidak langsung merupakan bentuk dari keterlibatan pihak Gereja untuk membentuk karakter

para pemuda. 49

47

Hasil wawancara dengan bapak UN (inisial), 14 November 2014, 10.00 WIT. 48

Hasil wawancara dengan ibu YDG(inisial), 5 November 2014, 17.00 WIT. 49

Hasil wawancara dengan bapak UN (inisial), 14 November 2014, 10.00 WIT.

Page 21: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

14

IV. Tinjauan Kritis terhadap Upaya Komisi Pemuda GKS Kambajawa

dalam Pembangunan/Pendidikan Karakter

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, penulis mencoba menganalisa

pelaksanaan pendidikan karakter di GKS Kambajawa yang menurut penulis belum

dilaksanakan dengan baik. Penulis berasumsi demikian karena program-program yang

dimiliki Komisi Pemuda tidak berfokus pada pendidikan karakter. Kegiatan rutin pemuda

hanya berfokus pada pendalaman iman Kristiani saja sedangkan kegiatan untuk

pembangunan karakter pemuda hanya dilakukan secara tidak langsung bersamaan dengan

pendalaman iman. Menurut penulis, sesungguhnya GKS Kambajawa telah memahami bahwa

pemuda adalah tulang punggung Gereja yang kelak memikul tanggung jawab pelayanan

Gereja, tetapi mereka kurang memberi perhatian khusus pada pendidikan karakter pemuda.

Sesuai dengan tahap perkembangannya, pemuda sudah mulai serius untuk

membangun keyakinannya sendiri, gaya hidup mandiri, dan sikap pribadi yang khas. Secara

mental, kemampuannya beralasan semakin meningkat, menyukai perdebatan dan adu

argumen, kreatif dan idealis, penilaiannya berkembang, daya imajinasinya cenderung berada

dibawah. Dalam fase perkembangan ini, pemuda jelas masih membutuhkan perhatian dan

pengarahan dari Gereja dan lingkungan sekitar mereka. Penulis melihat bahwa GKS

Kambajawa memberikan kebebasan yang seluasnya kepada pemuda. Hal ini terlihat jelas dari

pemberian kebebasan kepada komisi muda untuk membuat bahan ajar dalam ibadah

pendalaman Alkitab (perlu diketahui bahwa bahan ajar pemahaman Alkitab tidak disediakan

oleh Sinode GKS sehingga setiap Gereja harus menyiapkannya sendiri), penyusunan kegiatan

dan sebagainya. Sebenarnya hal ini cukup baik karena Komisi Pemuda diajarkan untuk

memiliki tanggung jawab, tetapi perlu diingat bahwa pemuda masih membutuhkan

pengarahan dari Gereja.50

Contoh sederhana yang seharusnya dilakukan adalah pendeta turut

campur tangan dalam penentuan bahan ajar pemuda karena setidaknya Pendeta dipandang

lebih bisa mendalami apa yang dibutuhkan pemuda berkaitan dengan pendidikan karakter dan

masalah keimanan. Pendeta dapat memposisikan dirinya sebagai pengajar pendidikan

karakter ketika campur tangan dalam penyusunan bahan ajar. Campur tangan ini akan

mewujudkan pernyataan Kenneth bahwa Gereja sudah seharusnya menyadari bahwa pemuda

bagaikan berada di persimpangan jalan. Dengan memberikan perhatian kepada karakter baik

50

Kenneth O. Ganggel, Howard G Hendriks and The Christian Educations Faculty of Dallas Theological Seminary, The Christian Educators Handbook of Theaching, (USA: Victor Books, 1989), hal. 168.

Page 22: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

15

untuk pemuda dan dengan arahan yang tepat, ketika pemuda memutuskan untuk memilih

jalannya saat dewasa, mereka sudah memiliki „perlengkapan‟ yang baik.

Dipihak lain, terbukanya GKS Kambajawa dalam melibatkan pemuda pada acara-

acara besar, menimbulkan efek positif dalam diri pemuda. Sesuai yang diharapkan, bahwa

pemuda belajar untuk bertanggung jawab dalam tugas yang dipercayakan dengan

diselesaikannya setiap tugas yang diberikan. Keterbukaan ini memberikan pemuda tempat

untuk mempraktekkan karakter bertanggung jawab, sesuai dengan teori yang dikembangkan

oleh Character Education Partnership (yang selanjutnya disingkat CEP).

Salah seorang narasumber mengatakan bahwa Gereja telah melakukan pendidikan

karakter secara spontan dengan mengajak pemuda untuk berpartisipasi dalam kegiatan

pelayan Gereja, memberikan kepercayaan dalam ibadah Pemahaman Alkitab Pemuda

maupun dalam ibadah hari minggu dan sebagainya agar memberikan pemuda karakter yang

baik dalam hal ini tanggung jawab dan rasa hormat, sebenarnya tanpa disadari GKS

Kambajawa telah menerapkan pemahaman Lickona dimana dalam pembentukkan karakter

harus didasari rasa hormat dan tanggung jawab. Namun, pendidikan karakter yang spontan,

tidak dapat ditindaklanjuti jika tidak terus didukung oleh program-program Komisi Pemuda

dan Gereja. Menurut penulis, pendidikan karakter yang spontan tidaklah tepat, karena pada

hakekatnya pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai moral yang dilakukan secara

sadar dan sistematis dalam membangun karakter seseorang. Bila hanya dilakukan secara

spontan maka hasil perkembangan karakter tidak dapat diikuti secara berkelanjutan karena

hanya dilakukan secara tidak sengaja serta menyentuh hanya permukaannya. Segala ajaran

yang bersifat spontan dan situasional hanya memiliki efek sepintas yang meninggalkan

pemuda hanya „mengecap‟ apa itu pendidikan karakter, tetapi tidak bisa menikmati secara

keseluruhan atau lebih mendalam lagi.

Ketika penulis menanyakan apakah agama (dalam hal ini Gereja) mampu untuk

membentuk sebuah karakter yang baik atau mampukah agama menjadi landasan pendidikan

karakter, narasumber menjawab bahwa agama saja tidak cukup, diperlukan tambahan dari

sekolah, masyarakat, keluarga dan suatu komunitas, yang mengajarkan apa yang tidak ada

dalam agama. Hal ini sejalan dengan Thomas Lickona yang mengatakan perlunya dukungan

dari semua pihak, yang dibahas juga oleh CEP dalam penyempurnaan teori 11 Cara Efektif

untuk melakukan Pendidikan Karakter. Pernyataan tersebut sebenarnya mengidentifikasikan

bahwa iman saja tidaklah cukup. Lickona memang selalu memisahkan pendidikan karakter di

Page 23: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

16

sekolah dari agama, dimana Lickona landaskan dari hasil penelitian Profesor Larry Nucci

(1985) yang membuktikan bahwa adanya hukum moral diluar dari agama. Iman dijadikan

satu nilai dari sekian banyak nilai. Sekali lagi penulis sampaikan bahwa pendidikan karakter

menyediakan kesempatan nara didik untuk mempraktekkan, diawasi dan ditinjau serta

dituntun sehingga mencapai karakter yang baik itu sendiri. Menurut penulis, nara didik tidak

hanya diberi pengetahuan mana yang baik dan salah, tetapi juga diarahkan sehingga dapat

mempraktekkan karakter yang baik itu sendiri dan selalu di evaluasi agar mengetahui sejauh

mana satu ajaran telah didalami dan dilakukan, satu hal yang tidak didapat dari iman yang

bersifat pribadi.

Menyinggung tentang Heri Gunawan dalam pernyataannya, bahwa pendidikan

karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi peserta

didik.51

Hal ini berhubungan erat dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Komisi

Pemuda. Kreatifitas tentu sangat mendukung hal ini. Penulis melihat kegiatan yang dilakukan

adalah kegiatan yang sama tiap tahunnya, namun hanya mengusung tema yang berbeda.

Tidak menjadi masalah apabila „eksekusinya‟ terus diperbaharui, karena hal ini akan semakin

memicu pemuda untuk semakin aktif dan menanti kegiatan-kegiatan selanjutnya. Namun,

kegiatan itu akan menjadi sesuatu yang membosankan jika kegiatan yang sama dilakukan

dengan cara yang juga sama. Komisi Pemuda memang menyadari akan hal itu, mereka sadar

bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan kreatifitas, namun hal ini

terhambat dengan kurangnya sumber daya. Kegiatan-kegiatan seharusnya menginspirasi,

mengasah kreatifitas, dan mengajarkan pemuda untuk mengembangkan diri dan moral

mereka. Mereka harus diajarkan untuk melakukan moral secara langsung (teori dan praktek).

Perhatian kepada pemuda pun harus diberikan oleh keluarga, majelis, pendeta, dan rekan

rekan pemuda sendiri. Perhatian ini akhirnya membawa pemuda kepada satu kesadaran

bahwa karakter yang baik memang mempengaruhi kehidupan seseorang.

Dari hasil wawancara dengan pemuda,52

pemuda memang belum mengetahui dengan

pasti apa itu pendidikan karakter, dan ketika dijelaskan, mereka mengakui hal itu belum

terjadi di dalam Komisi Pemuda tetapi mereka mengakui ada perubahan dalam perilaku

mereka, meskipun belum 100% berubah. Dengan „kespontanan‟ yang dilakukan, Komisi

Pemuda telah dapat mempengaruhi kehidupan pemuda, dan penulis melihat bahwa akan ada

51

Heri Gunawan, Pendidikan karakter. (Bandung : Alfabeta, 2012), hal. 24. 52

Wawancara dilakukan kepada Saudara T, 28 November 2014, pukul 16.00, saudara B, 28 November, pukul 18.00, dan saudari I 28 November, pukul 20.00.

Page 24: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

17

hasil yang lebih baik lagi, jika segala sesuatu dapat direncanakan terlebih dahulu. Tentu

permulaan yang harus dilakukan Komisi Pemuda GKS Jemaat Kambajawa bukan langsung

melakukan pendidikan karakter terhadap pemuda, tetapi menyadarkan dan mengenalkan

betapa pentingnya karakter yang baik dalam kehidupan anggota pemuda.

GKS Kambajawa selanjutnya harus memikirkan untuk menyediakan evaluasi bagi

para anggota Komisi Pemuda, dengan demikian pemuda selalu merasa diperhatikan.

Perhatian kepada evaluasi sebenarnya sangat penting untuk melihat sejauh mana para pemuda

telah belajar dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Evaluasi ini bisa berupa

Tanya jawab, tes kecil, aktifitas/permainan yang berhubungan dengan bahasan. Evaluasi ini

bisa dimulai dengan cara yang sederhana, misalnya selalu menyediakan minggu keempat

sebagai minggu evaluasi, yang membahas kembali pemahaman Alkitab yang telah dilewati

bersama dari minggu pertama hingga minggu ketiga dalam satu bulan.. Dengan cara tersebut

nara didik/pemuda diarahkan untuk terus mengingat pelajaran yang telah mereka dapatkan

dalam ibadah pemuda. Pada dasarnya, Komisi Pemuda harus memberi perhatian juga dalam

hal kurikulum/bahan ajar PA Pemuda, yang berkesinambungan serta berfokus pada satu titik

selama beberapa waktu (setidaknya 1 bulan), agar ketika melakukan evaluasi ini, kriteria

penilaian dapat dengan lebih mudah ditetapkan. Kegiatan ini juga tentunya akan

mempermudah pemuda untuk menerima satu ajaran atau satu tema dengan lebih mendalam

dan lebih baik karena mereka mempunyai satu fokus dalam satu waktu.

Tantangan selanjutnya bagi Komisi Pemuda adalah dengan menjangkau mereka yang

tidak aktif. Perkunjungan yang dilakukan menjadi awal yang baik untuk menarik perhatian

pemuda. Memang jumlah pemuda jemaat GKS Kambajawa belum dapat dipastikan dan

sekarang masih dalam tahap pendataan. Jika bergabung dalam Komisi Pemuda adalah tempat

berkembangnya pemuda, maka Komisi Pemuda harus bekerja keras untuk menarik minat

pemuda yang sebanyak-banyaknya untuk datang dan bergabung, sehingga membentuk satu

komunitas pemuda yang tanpa perbedaan. Dalam artian semua pemuda mendapat pendidikan

dari Gereja yang memang sesuai dengan keadaan mereka, dan membentuk mereka menjadi

pribadi dengan karakter yang lebih baik.

Page 25: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

18

V. Penutup

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis jabarkan diatas, penulis ingin menarik kesimpulan,

bahwa pendidikan karakter menjadi satu hal yang penting dalam menentukan siapa seseorang

dikemudian hari. Kesadaran akan pentingnya karakter yang baik membawa seseorang kepada

tahap pencarian dan selanjutnya kepada tahap penerapan. Karakter yang baik tidaklah

berguna ketika hanya berada pada batasan teori, karakter yang baik memang sama seperti

iman, yang harus ditindaklanjuti dalam kehidupan nyata.

GKS Kambajawa memang telah mengetahui dengan baik apa itu pendidikan karakter,

namun mereka masih belum dapat melaksanakan pendidikan karakter tersebut. Pendidikan

Karakter adalah sesuatu yang permanen dalam kehidupan seseorang, dan GKS Kambajawa

seharusnya memberikan perhatian yang baik kepadanya. Bukan saja kepada pemuda tetapi

juga dimulai sejak dari sekolah minggu, remaja dan berlanjut di pemuda. Hal ini tidaklah

terputus tetapi merupakan satu kesinambungan. Pendidikan karakter yang spontan tersebut

tidaklah baik kepada pemuda karena pemuda hanya belajar sesuatu tetapi tidak diperhatikan

berkelanjutan.Untuk menunjang keberhasilan pendidikan karakter, maka setiap komisi dan

segala komponen GKS Kambajawa harus turut aktif memberlakukan, mendukung, dan

memberi perhatian khusus pada pendidikan karakter yang dilakukan.

Slogan GKS Kambajawa bahwa pemuda adalah tulang punggung Gereja, sudah

selayaknya membawa perhatian yang lebih, ini bukan berarti pemuda diistimewakan, tetapi

salah satu cara membentuk sebuah jemaat yang baik bagi pemuda GKS Jemaat Kambajawa

mulai dari saat ini. Pendidikan karakter kepada pemuda menjadi jalan yang baik. Perlu untuk

selalu diingat bahwapara „tulang punggung Gereja‟ ini masih membutuhkan arahan dari

orang lain, dalam hal ini Gereja pun harus turut terlibat. Membentuk sebuah karakter yang

baik dalam diri pemuda dengan melakukan pendidikan karakter memang membutuhkan

perencanaan yang matang serta didukung dengan berbagai program dan pihak yang pada

dasarnya berfungsi untuk mengontrol sejauh mana perkembangan. Penulis menyakini hal ini

dapat dcapai oleh GKS Jemaat Kambajawa melihat potensi yang didapat dari jemaat, dengan

beragam pekerjaan, salah satunya adalah guru.

Page 26: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

19

B. Saran

a. Untuk Sinode GKS sebaiknya mensosialisasikan betapa pentingnya

pendidikan/pengembangan karakter bagi jemaat dengan menyediakan tenaga yang kompeten

untuk kesempatan tersebut.

b. Menciptakan model-model yang tepat bagi pengembangan karakter pemuda yang

sesuai dengan keadaan GKS pada umumnya. Serta menyediakan pembinaan bagi pemuda

yang berorientasi pada pengembangan karakter pemuda.

c. Kepada Komisi Pemuda agar dapat mengaplikasikan pendidikan karakter. Ini

semata-mata untuk kebaikan pemuda itu sendiri. Karakter yang baik tentu mendapat perilaku

yang baik juga dari orang lain. Tingkatkan kreatifitas dalam ibadah, sehingga pemuda tidak

mengalami kebosanan dan akhirnya berhenti mengikuti ibada pemuda.

Page 27: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

20

Kepustakaan :

Berk, Laura E, 2012. Development Through the Lifespan (Dari Dewasa Awal sampai

Menjelang Ajal). Yogjakarta : Pustaka Pelajar.

Character Education Partnership, 2010. 11 Principles Of Effective Character

Education. Washington.

Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Fudyartanta, Ki, 2010. Membangun Kepribadian dan Watak Bangsa Indonesia yang

Harmonis dan Integral. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Gunawan, Heri, 2012. Pendidikan karakter. Bandung : Alfabeta.

Ganggel, Kenneth O. Dan Hendriks, Howard and The Christian Educations Faculty of

Dallas Theological Seminary, 1989. The Christian Educators Handbook of Theaching, USA :

Victor Books.

Haynes, Charles c, andThomas, Oliver, 2001.Common Ground A Guide To Religious

Liberty In Public School. Nashville : First Amandement Center.

Hamilton, S.F. and Hamilton, M.A (Eds), 2004. The Youth Development Handbook :

Coming of Age in American Communities. Thousand Oaks : Sage Publications.

HomrighausenE. G. dan Enklaar H. I, 2011.Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Kartono, Kartini, 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: MANDAR

MAJU

Lickona, T, 1992. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect

and Responsibility. New York : Bantam.

Lickona, Thomas andRyan, Kevin, 1992. Character Development in School and

Beyond. New York : The Council for Research of Values and Philosophy.

Lickona,Thomas, 2012. Character Matters. Jakarta : Paragonamata Jaya.

Page 28: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

21

Nuhamara, Daniel, 2008. PAK Remaja. Bandung : Jurnal Info Media

Nuhamara, Daniel, 2008. PAK Dewasa. Bandung : Jurnal Info Media

Powers , Bruce O. (editor/complier), 1981. Christian Education Handbook. Tennesse:

Broadman Press.

Saptono, 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan karakter (Wawasan, Strategi dan

Langkah Praktis), Esense.

Sumiyatiningsih, Dien, 2006. Mengajar Kreatif dan Menarik. Yogyakarta : Andi

Offset.

Surachmad, Winarno, 1977. Psikologi Pemuda (Sebuah Pengantar dalam

Perkembangan Pribadi dan Interaksi Sosialnya). Bandung : Jemmars

Sumantri, H. Endang Dkk, 2007. Pembinaan Generasi Muda. Jakarta : Universitas

Terbuka

Youth Development Series, 2007.Keluarga dan MasyarakatJakarta: Binawarga.

Jurnal, Makalah, Paper dan Internet

Bates, Diana.Towards a Humanistic Theology of YouthDevelopment: growingthrough

the work of theRomanian theologian Dumitru Staniloae

Oregon Commission on Chirldren and Families, Positive Youth Development

Walker, Joyce and Dunham, Trudy. Understanding Young Development Work

http://www.educare.org/pada tanggal 6 Januari 2015

http://education.stateuniversity.com/pages/2246/Moral-Education.html pada tanggal 6

Januari 2015

Lickona, Thomas, Why Character Matters.

Nuhamara, Daniel, Pendidikan Karakter: Suatu Kajian dari Perspektif Agama

(makalah dipresentasikan dalam temu alumni f. Teologi UKSW)

Page 29: Tinjauan Kritis Terhadap Pendidikan Karakter Kepada Pemuda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12289/2/T1_712010014_Full... · (makalah dipresentasikan dalam temu alumni f

22

Wawancara

Wawancara dengan saudara T (Inisial), 28 November 2014, pukul 16.00,

Wawancara dengan saudara B (inisial), 28 November, pukul 18.00,

Wawancara dengan Saudara I (inisial)28 November, pukul 20.00.

Wawancara dengan bapak UN (inisial), 14 November 2014, pukul 10.00 WIT.

Wawancara dengan saudara IP (inisial), 4 November 2014, 14.00 WIT.

Wawancara dengan saudari VB (inisial), 4 November 2014, 16.00 WIT.

Wawancara dengan saudari M (inisial), 14 November 2014, 16.00 WIT.

Wawancara dengan ibu YDG (inisial), 5 November 2014, 17.00 WIT.