titik temu islam kristen

194

Upload: idul-choliq

Post on 13-Jan-2015

4.662 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

...buku lama...

TRANSCRIPT

Page 1: Titik temu islam kristen

Titik Temu Islam dan Kristen:Persepsi dan Salah Persepsi

William Montgomery Watt

1996

Page 2: Titik temu islam kristen
Page 3: Titik temu islam kristen

Titik Temu Islam dan Kristen:

Persepsi dan Salah Persepsi

William Montgomery Watt

1996

Page 4: Titik temu islam kristen

TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTENPersepsi dan Salah Persepsi

William Montgomery Watt

Penerjemah: Zaimudin

Hak Terjemahan pada Penerbit Gaya Media Pratama JakartaDesain Sampul: Salimi Akhmad

Diterbitkan Oleh: Penerbit Gaya Media Pratama JakartaDicetak Oleh: Percetakan Radar Jaya Jakarta

Anggota IKAPICetakan 1, 1996

ISBN 979-578-007 7

Page 5: Titik temu islam kristen

Daftar Isi

Pengantar Penerjemah vKristen Dipertemukan Dengan Islam 1

Berbagai Perbedaan Kebudayaan 1Ortodoksi 3Golongan Monofisit 4Golongan Nestorian 6Pengetahuan Kristen di Mekah 7Kelemahan Kristen 8

Persepsi Al-Qur'an Tentang Kristen 11Persepsi Umum Kenabian 11Persepsi Yahudi 15Persepsi Tentang Kristen 18Fungsi Persepsi yang Kurang Memadai 29

Elaborasi Persepsi Al Qur'an 37Dugaan Ketidakmurnian Dalam Kitab Suci 37Muhammad Telah Diramalkan Didalam Bibel 41Persepsi Islam Tentang Sejarah 45Kesempurnaan dan Kemandirian Islam 50Persepsi Sejarah Selanjutnya 54

Titik Temu Dengan Filsafat Yunani 63Sikap Islam Terhadap Filsafat Yunani 63Sikap Kristen Terhadap Filsafat Yunani 67Refleksi Lebih Lanjut 68

Titik Temu Dalam Kekuasaan Islam 73Kolonialisme Islam 73Polemik dan Apologetika Al-Qur'an 78Apologetika Kristen 86Refleksi 89

Titik Temu Dengan Eropa Zaman Pertengahan 91Andalusia dan Spanyol Islam 91Perubahan Persepsi dari Perang Salib 94Persepsi Kristen Terhadap Islam 101

Latar Belakang Titik Temu Modern 109

Page 6: Titik temu islam kristen

iv

Kerajaan Ottoman 109Penjajahan Eropa 111Gerakan Intelektual Baru di Eropa 115Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern 118

Titik Temu Modern 123Hasrat Umat Islam Terhadap Pendidikan dan Teknologi Barat 123Golongan Misioner dan Persepsinya Terhadap Islam 127Golongan Orentalis Eropa 131Reaksi Islam Terhadap Orientalisme 141Kebangkitan Islam 145Awal Dialog 152

Menuju Hari Depan 159Agama dan Kultur Keagamaan 159Hidup Berdampingan dengan Agama Lain 168Tuntutan Umat Kristen 177Tuntutan Umat Islam 181Menuju Sikap Hormat Kepada Agama-Agama 183

Tentang Pengarang 185

Page 7: Titik temu islam kristen

Pengantar Penerjemah

William Montgomery Watt adalah seorang penulis barat tentang Islam. Ia pernah mendapatkan gelar "Emiritus

Professor," gelar penghormatan tertinggi bagi seorang ilmuwan. Gelar ini diberikan kepadanya oleh Universitas Edinburgh. Penghormatan ini diberikan kepada Watt atas keahliannya di bidang bahasa Arab dan Kajian Islam (Islamic Studies). Tentu kajian Islam ini beliau tekuni selama bertahun-tahun sehingga sampai kepada keahlian yang dimilikinya. Hasilnya, berbagai buku telah dilahirkan dari hasil pikiran dan penelitiannya tentang Islam.

Di pihak lain, beliau juga banyak menulis tentang kajian non Islam, misalnya tentang Kristen, Hindu, Budha, dan agama-agama besar lainnya di dunia, termasuk di dalamnya adalah agama Yahudi. Kajian-kajian yang dilakukan meliputi berbagai aspek, baik aspek ajaran maupun aspek masyarakat beragama sesuai dengan landasan pemikiran fenomenal dalam kehidupan keagamaan yang dipeluknya.

Dengan demikian, tidak salah bila dikatakan bahwa William Montgomery Watt adalah sosok ilmuwan barat yang selalu mengkaji masalah-masalah yang berkembang pada kehidupan keberagamaan manusia di dunia. Perkembangan yang senantiasa diikutinya ini mempengaruhi sikap Watt dalam menatap zaman dan merangkumnya dalam sudut pandang yang lebih harmonis, namun tetap menghorrnati peran agama yang dipeluk oleh manusia di dunia.

Buku ini mencoba mengkaji persoalan-persoalan yang berkembang bagi setiap pemeluk agama, yang satu dengan yang lainnya tentu mempunyai perbedaan, entah esensial entah substansial. Walaupun demikian, disadari bahwa agama-agama yang dipeluk oleh manusia itu benar-benar mempunyai landasan ajaran agamanya masing-masing pemeluknya. Lalu, tiap-tiap pemeluk agama itu memahami ajaran-ajaran agamanya sendiri sesuai dengan persepsi dan asumsi tiap pemeluknya. Berdasarkan asumsi-asumsi dan persepsi-persepsi yang dimiliki oleh pemeluk agama itu dijadikan alat untuk menafsiri ajaran agamanya yang diyakini sebagai kebenaran -- mungkin bersifat sementara mungkin juga bersifat permanen. Kemudian dipegangi sesuai dengan aksiomatika yang diyakininya sebagai kebenaran.

Page 8: Titik temu islam kristen

vi

Oleh karenanya, tentu hasilnya berbeda-beda antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama yang lain. Ini pun masih dalam kerangka memahami satu agama yang dipahami oleh pemeluk-pemeluknya. Bagaimana jika pemeluk satu agama tertentu mencoba memahami satu agama yang lain? Tentu hasilnya akan berbeda dengan apa yang biasa dipahami oleh pemeluk agamanya sendiri ketimbang oleh pemeluk agama yang lain. Belum lagi apabila dikaitkan dengan sikap dan watak manusia, apakah pengkaji suatu agama itu bisa jujur ataukah juga bisa tidak jujur.

Seluruh sejarah pertentangan Islam-Kristen yang telah berlangsung dalam waktu yang tidak sebentar itu, menurut Watt, diliputi oleh mitos-mitos dan persepsi-persepsi yang salah. Namun sebagian persepsi dan mitos itu masih diabadikan sampai hari ini. Yang aneh bahwa mitos dan persepsi itu selalu bertumbuh dan berkembang sehingga merusak persepsi Islam dan Kristen satu sama lain.

Bagi Watt, memperdebatkan kedua agama -- Islam dan Kristen -- itu diperlukan pengetahuan yang lebih akurat. Juga diperlukan apresiasi yang lebih positif dan kreatif terhadap agama lain. Jalan yang hendak ditempuhnya adalah bagaimana pemeluk agama yang satu dapat menghormati pemeluk agama yang lain, bagaimana menghormati agama satu dengan agama yang lain, dan bagaimana antara berbagai pemeluk agama itu memampukan dirinya untuk dapat melihat agama lain sebagai partner bukan sebagai lawan yang harus dimusuhi dalam kehidupan semesta.

Akhirnya, kepada sidang pembaca buku ini dipersembahkan untuk sama,sama memahami isi dan maknanya dalam setiap kajian yang dilakukan oleh Watt. Ditangan pembacalah penilaian akan kebenaran dan manfaat yang terkandung dalam hasil pena seorang Barat yang mencoba memahami Islam Kristen dari sudut pandangnya sendiri. Sidang pembaca mempunyai hak sepenuhnya untuk merenungi maknanya dan untuk menjadikannya sebagai titik tolak memahami Islam-Kristen dalam perspektif masa depan yang lebih luas.

Semoga Tuhan melindungi kita, dengan rahmat dan petunjukNya. Amin.

Jakarta, 20 Januari 1996PenterjemahZaimudin

Page 9: Titik temu islam kristen

Bab: I

Kristen Dipertemukan

Dengan Islam

Ketika kita mulai berfikir tentang Kristen yang diketemukan oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal, dapat

dikatakan bahwa Kristen pada masa itu memang sungguh amat berbeda dengan Kristen yang kita kenal hari ini. Sekitar tahun 600 Masehi, ada sekelompok khusus umat Kristen yang melembagakan Gereja Besar, yang belakangan terpisah dan kini terpecah menjadi Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja Protestan. Namun ada pula segolongan umat Kristen penting yang telah keluar dari Gereja Besar itu seperti golongan heretik (bid'ah). Yang disebut terakhir ini seringkali dikenal sebagai golongan Monofisit (golongan Yakobit dan Copt) dan golongan Nestorian. Sebagian terbesar umat Kristen Mesir, Palestina, Syria dan Iraq --wilayah-wilayah negeri yang dipimpin oleh umat Islam-- yang kemungkinan besar mempunyai golongan-golongan heretikal (bid'ah) itu. Golongan-golongan bid'ah ini sebagian besar terdiri dari umat Kristen yang berada di Arabia sendiri.

Berbagai Perbedaan KebudayaanPerbedaan keagamaan antara ortodoksi dan heresi amat

dekat bertalian dengan perbedaan etnik ataupun mungkin lebih bertalian dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan. Gereja Besar yang secara akrab diasosiasikan dengan kelompok-kelompok yang berkuasa di Byzantine atau Kekaisaran Roma Timur, dan yang secara esensial di Byzantine atau Kekaisaran Roma Timur, dan yang pada hakekatnya adalah berkebudayaan Yunani. Golongan Heresy-Monofisit, di pihak lain, menjadi fokus perasaan anti-Yunani di antara bangsa Mesir, pribumi dan Kopti serta di antara bangsa Yakobit Syria, yang terkadang dilukiskan sebagai bangsa Syria Barat. Golongan heresy Nestorian telah memainkan peranan yang sama bagi orang-orang yang acapkali disebut sebagai bangsa Syria Timur, dan bertentangan dengan pemikiran Yunani yang menyebabkan mereka keluar dari Kekaisaran Byzantine. Semenjak

Page 10: Titik temu islam kristen

2

tahun 600 Masehi mereka membangun pusat kegiatannya yang utama di Iraq pada Kekaisaran Sassanian (Persia). Gereja Besar ini juga meliputi umat Kristen Eropa Barat, yang secara mendasar memiliki kebudayaan Latin dan yang pada tahun 600 Masehi mereka terpecah belah menjadi berbagai macam ajaran Prankish dan kerajaan-kerajaan kecil yang lain. Namun semenjak awal abad ke tujuh bangsa Arab tidak mempunyai kontak lagi dengan mereka.

Pada konsili ekumenikal Gereja (misalnya Konsili Nicaea pada tahun 325 Masehi dan Konsili Chalcedon pada tahun 451 Masehi) kultur uskup-uskup Gereja telah memainkan peranan yang dominan. Rumusan-rumusan Trinitas dan ajaran Kristologi secara resmi diterima oleh konsili tersebut, yang secara luas pada terma-terma khas filsafat Yunani, yang lalu belakangan pada terma-terma khas Kekaisaran Byzantine. Kultur uskup-uskup Latin pada umumnya kurang berfikir falsafi ketimbang bangsa Yunani melainkan menyetujui rumusan-rumusan Yunani. Kendatipun demikian, barangkali ada catatan penting yang bermanfaat sehingga terma-terma Latin untuk ajaran trinitas (satu substantia, tiga personae) diakui sebagai equivalen dengan bahasa filsafat Yunani (satu ousia, tiga hypostaseis), walaupun terma itu tidak identik benar, karena kata substantia secara etimologis berkorespondensi dengan kata hypostaseis. Uskup-uskup mewakili masyarakat Mesir serta masyarakat Syria Timur dan Syria Barat untuk menolak rumusan Yunani dan mengadopsi berbagai alternatif. Akibatnya mereka keluar dari Gereja Besar dan pada kasus golongan Nestorian, mereka keluar dari kekaisaran Kristen.

Sebagian bangsa manusia dewasa ini, ketika mereka memperhatikan diskusi-diskusi doktrinal secara terinci tentang Trinitas dan pribadi Kristus. Mereka mempunyai kesan berada pada labirin abstraksi-abstraksi, yang mempuyai relevansi dengan kehidupan aktual Kristen yang kelihatannya keras. Saya berpegang pada pendapat bahwa kita dapat mulai membuat sedikit pengertian tentang diskusi-diskusi tersebut apabila kita bertanya mengapa para pendukung tersebut melakukan perhelatan dan menjawab pertanyaan ini dengan melihat gambaran dari latar belakang kebudayaan masing-masing. Apakah mereka berpikir akan menjadi problema pokok kehidupan manusia, dan bagaimana mereka memahami Yesus untuk memecahkan problema yang mereka hadapi tersebut? Dengankata lain, apakah kepercayaan dasariah itu yang melandasi argumen-argumen, dan bagaimana kepercayaan-kepercayaan tersebut berkaitan dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan?

Page 11: Titik temu islam kristen

3

OrtodoksiMemang benar, kebudayaan Yunani jauh dari realitas

homogenus, karena di bawah payung kebudayaan Yunani ini bangsa manusia berasal dari berbagai macam latar belakang dimana bahasa ibu, seperti logat Lycaonia, tidak mencapai status bahasa kesusasteraan sebagaimana bahasa Koptik dan bahasa Syria. Satu gambaran kebudayaan Yunani adalah kepercayaannya kepada ortodoksi. Maka tak pelak lagi kalau kawasan timur Gereja Besar itu dikenal sebagai Gereja Ortodoks, yang karenanya dapat dikatakan di sini bahwa persetujuan-persetujuan paripurna kepada kepercayaan tersebut diyakini menjadi landasan bagi persatuan umat Kristen. Di pihak lain, kawasan barat lebih berpihak kepada Katolisitas gereja, yakni persatuan gereja sedunia, dan persatuan gereja sedunia ini dipertahankan oleh makna otoritas hirarki yang berasal dari Rasul-rasul yang asli. Visi ortodoks dari homoginitas komunitas pada iman dan persatuan dalam peribadatan adalah penting bagi gereja sebagai suatu keseluruhan. Namun pada prakteknya visi ini dapat diselewengkan kepada alat mayoritas yang dominan untuk berbuat tirani kepada minoritas. Ortodoksi menjadi berarti pengakuan rumusan-rumusan kredal, dan dari pengertian inilah subyek negosiasi antara berbagai macam golongan pada konsili-konsili ekumenikal yang terjadi. Dalam negosiasi ini, golongan minoritas seperti masyarakat Kristen di Mesir dan di Syria yang tidak mendapat tempat, lalu harus memilih antara meninggalkan sebagian kepercayaan mereka yang paling mendalam dan meninggalkan Gereja Besar.

KebudayaanYunani sebelum zaman Kristen mempuyai ciri khas yang membentuk konsep dualistik tentang pribadi manusia, dimana ruh dianggap sebagai esensinya dan tubuh sebagai instrumen semata. Bahkan telah menjadi tradisi dalam pemikiran Yunani yang menyebutkan bahwa tubuh (soma) adalah kuburan dari ruh (jiwa), sehingga kehidupan yang sesungguhnya hanya dimulai ketika ruh itu terbebas dari badan. Pemikir awal Kristen yang berpandangan Yunani adalah Clement dari Alexandria (meninggal pada tahun 215 Masehi?) yang jelas-jelas bukan orang Mesir sekalipun menghabiskan masa hidupnya di Mesir, dan yang bertujuan untuk mempertahankan iman Kristen pada terma filsafat belakangan ini. Menurut Clement, Ruh (jiwa) rasional adalah person yang esensial, akan tetapi manusia dalam pemikiran dan sikap menjadi irrasional. Karenanya dosa itu berada pada tunduknya akal dari tekanan hawa nafsu. Inilah yang menjadi problema utama bagi kemanusiaan, maka karya Kristus yang

Page 12: Titik temu islam kristen

4

unik itu dilihat sebagai membawa pengetahuan yang benar dan terbebasnya akal manusia dari batasan-batasan alam irrasional. Pengetahuan yang benar dipegangi membawa tindakan yang benar, dan kehidupan manusia yang ideal adalah satu hal dimana rasionalitas itu dikembangkan seluas-luasnya.

Tingkat berikutnya pada pemikiran Yunani dapat dilihat pada karya Gregory dari Nyssa (meninggal tahun 395 Masehi) , adalah salah seorang yang paling bertanggung jawab atas ajaran Trinitas dalam Konsili Konstantinopel (tahun 381 Masehi). Dalam Konsili Konstantinopel ini dinyatakan bahwa Kristus adalah manusia seperti kita (homousios) sebagai sang Bapa, tidak sama seperti manusia biasa (homogousios). Gregory menekankan bahwa dalam diri Kristus kita lihat watak operasional yang identik dengan diri Sang Bapa, yakni memberi kehidupan dan kesehatan, yang membersihkan dosa dan memberi petunjuk. Bagi Gregory, pribadi manusia yang secara hakikiah adalah ruh atau jiwanya, diciptakan pada waktu yang sama seperti tubuh atau badan. Tubuh atau badan jasmani itu dengan sendirinya tidak sehat, akan tetapi lewat hubungannya dengan ruh, ruh jadi diwarnai dengan pengaruh nafsu syahwat dan cinta, dan karya Kristus adalah untuk membersihkan jiwa atau ruh dari pengaruh-pengaruh nafsu tersebut. Pada kebangkitan ruh itu akan memberikan tubuh baru yang tidak dilalui dan kekal abadi.

Pernyataan ringkas ini barangkali cukup memberikan ide kebudayaan Yunani tentang rumusan suci (kredal) yang didasarkan pada Gereja Besar.

Golongan MonofisitPerbedaan antara kebudayaan Yunani, kebudayaan Mesir,

serta umat Kristen Syria paling jelas ditampilkan oleh pandangan Kristen yang berkembang ke dalam Gereja Koptik. Diantara gambaran-gambaran yang dikenal oleh kebudayaan Mesir pra-Kristen adalah praktek mumifikasi dan bangunan piramida. Mumifikasi dan piramida ini menunjukkan kecenderungan yang intens kepada penguasaan mortalitas manusia dan kecenderungan yang sama sebagai yang didapatkan pada sebagian penulis Kristen yang berasal dari bangsa pribumi Mesir asli, diantara mereka yang terkenal adalah Athanasius (meninggal tahun 373 Masehi). Pada penulis-penulis tersebut kita ketahui konsep monistik pribadi manusia, yakni, walaupun pribadi manusia itu terdiri dari ruh dan badan, badan mendapat porsi yang sama dengan ruh dalam diri manusia. Menurut Athanasius, manusia pada hakekatnya adalah kekal abadi atau makhluk hidup

Page 13: Titik temu islam kristen

5

seperti binatang namun karena diberi akal oleh Tuhan (maka disini binatang tidak identik manusia yang diberi ruh sehingga manusia itu kekal abadi untuk selama-lamanya). Walaupun demikian, manusia itu kehilangan keabadiannya karena diperdaya oleh iblis atau setan dan bukan karena mempunyai tubuh yang dipandang sebagai sumber kejahatan. Karya Kristus menurut Athanasius itu ada dua hal. Di satu pihak, Kristus menerima hukuman mati atas nama dosa kemanusiaan. Kendatipun demikian, ada yang lebih penting dari ini adalah inkarnasi firman tuhan pada Yesus yang menjadikan hakekat kemanusiaannya tidak dapat dikorupsi dan akan dibangkitkan lagi nanti setelah manusia meninggal dunia. Yesus benar-benar mati karena demi mencapai penyelamatan bagi kemanusiaan, namun karena tubuhnya itu bersatu dengan firman Tuhan maka tidak lama lagi akan mendapatkan korupsi agar di hari ketiga akan dibangkitkan kembali. Melalui asosiasi dengan tubuh Kristus ini, umat Kristen memberi sumbangan kepada kebaikan dan keabadian. Athanasius mempunyai kalimat yang menjelaskan: "Kristus mengalami inkarnasi karena dia yang menjadikan sifat ketuhanan kita. Pada baris ini, tidak sulit untuk memahami pemikiran Kristiani Mesir kuno sebelum penaklukan dengan kematian dan membebaskannya.

Dari pertimbangan pemikiran ajaran Athanasius ini, kemungkinan besar dapat dipahami bagaimana hal itu tidak dapat dihindarkan bagi para pemikir Mesir atau para pemikir Koptik terkemudian untuk mengadopsi monofisitisme, ajaran akan adanya ketuhanan yang tunggal --hakekat manusia pada diri Kristus. Problema sentral kehidupan manusia, problema mortalitas, diatasi oleh penyatuan Firman Tuhan dengan hakekat manusia, bahwa hakekat manusia itu kekal abadi. Di pihak lain, apabila pada diri Kristus itu hakekat ketuhanan dan hakekat kemanusiaan yang kekal abadi dua-duanya. Sementara itu, hakekat manusia biasanya masih tetap menjadi subyek yang meninggal dunia, diyakini oleh umat Kristen. Berdasarkan pemikiran yang ada pada tradisi Mesir kuno ini, maka pemikiran tersebut sebetulnya mirip dengan penolakan tugas penyelamatan Kristus.

Cabang dari golongan monofisit yang lain, golongan Yacobit atau Syria Barat, bersikukuh dengan ajaran satu Tuhan --hakekat manusia karena adanya perbedaan alasan yang rendah nan sederhana. Pandangan mereka dengan baik sekali dapat dipelajari pada tulisan-tulisan Severus dari Antioch (meninggal tahun 538 Masehi), yang menjadi penyokong pandangan Patriarch dari Antioch sejak tahun 512 sampai 518 Masehi. Severus memegangi pandangan monistik tentang pribadi manusia, paling kurang, sampai meluas hingga dia tidak lagi mengakui penyelamatan sebagai bebas merdeka dari tubuh. Menurut Severus sebagaimana

Page 14: Titik temu islam kristen

6

pandangan sebagian bangsa Semit, problema besar bagi makhluk yang bemama manusia itu adalah tercapainya keselamatan pada sisi kehidupan ekonomi dan material. Penderitaan dan kesengsaraan, secara umum dipandang sebagai hukuman karena dosa yang diperbuat manusia, sekalipun dalam beberapa kasus digunakan oleh Tuhan untuk menarik kembali hamba-hambaNya menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam pemikiran Severus, Tuhan adalah "penguasa tindakan" - enezgeia - yang paling utama bukannya akal budi. Inkarnasi Firman Tuhan dalam Yesus berarti bahwa pada diri Yesuslah kita melihat hakekat ketuhanan-manusia atau energeia teandrik. Dengan energeia teandrik ini manusia dibebaskan dari kekuatan-kekuatan jahat yang membujuk dan memperdaya manusia untuk berbuat dosa dan dari perbuatan dosa inilah yang mendatangkan hukuman bagi manusia. Umat Kristen hendaknya mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pembebasan tersebut dengan berpartisipasi pada Eucharist. Pemikiran Severus yang paling mendasar adalah konsepsi kekuasaan Tuhan ini yang mengejawantahkan dirinya pada seluruh hidup manusia, dan membawa keselamatan bagi kemanusiaan sebagai suatu keseluruhan. Kendatipun demikian, hasil ini tidak dapat diraih apabila hakekat ketuhanan dan hakekat kemanusiaan pada diri Yesus itu masih tetap terpisah tidak manunggal jadi satu pada satu orang. Lebih lanjut pandangannya bahwa Yesus itu sungguh-sungguh bersifat ketuhanan dan sekaligus bersifat kemanusiaan, akan tetapi hakekat kemanusiaan dan hakekat ketuhanan itu sesungguhnya berbeda satu dengan yang lain. Pandangan seperti ini pada pandangan resmi konsili-konsili eukumenikal dan sebagian besar umat Kristen dewasa ini, tak pelak lagi, meyakini pandangan yang dikenal sebagai Dyophysitisme.

Golongan NestorianKetika kita kembali ke golongan Nestorian atau bangsa Syria

Timur, maka kita menemukan titik sentral pemikiran bahwa Tuhan itu kekal abadi dan tidak dapat dilampaui. Berdasarkan alasan ini maka golongan ini memberi obyek kepada terma theodokos atau "Tuhan-beranak", yang dikembalikan kepada Maria. Oleh karena Tuhan itu kekal abadi maka Tuhan tidak mungkin menjadi seorang bayi yang pernah dilahirkan manusia. Nestorius dan para pengikutnya memberi titik tekan kepada hakekat kemanusiaan Yesus sebab pendapat kemanusiaan Yesus sebab yang membawa kemenangan atas setan, melalui "kesahajaan dirinya sendiri dan mengambil bentuk seorang hamba." Sebagai

Page 15: Titik temu islam kristen

7

makhluk manusia, dia digoda namun godaan-godaan yang diarahkan kepadanya itu selalu menemui kegagalan dan dalam perjuangan inilah dia tidak punya kemajuan yang tidak kita miliki juga. Rupanya Nestorius menyatakan bahwa bangsa manusia terdahulu itu tidak dapat mendeteksi tipu daya setan dan tidak percaya kalau hal itu mungkin terjadi bagi kemanusiaan untuk memenuhi perintah-perintah serta petunjuk-petunjuk secara sempurna, sehingga mereka yang tidak tunduk itu jatuh ke lembah kekufuran. Di balik itu, kini mereka mengetahui bahwa ketundukan itu adalah kemungkinan dapat terjadi bagi hakekat alam manusia dan lalu menjadi punya kemampuan untuk tunduk dan patuh. Kemanusiaan Kristus dan bagi kita membantu cinta kasih ketuhanan tanpa kecuali. Dalam kemanusiaannya itu, Kristus dapat menguasai setan, namun dalam kehampaan dirinya untuk mengambil bentuk seorang hamba yang terjadi bagi kemanusiaan Yesus adalah model kerendahan yang paling tinggi. Sungguhpun demikian, Nestorius mempunyai beberapa kesulitan dalam menjelaskan bagaimana keabadian Tuhan dan kemutlakannya dapat dipersatukan dengan kemanusiaan yang bersifat temporal (sementara), padahal Tuhan tidak mungkin dapat terkena sakit atau menderita. Nestorius meletakkan beberapa penekanan atas kesatuan kehendak, karena kehendak Tuhan tidak berlaku pada adat-kebiasaan yang temporal, melainkan kesatuan kehendak ini adalah suatu konsekuensi dari kesatuan kemanusiaan dan ketuhanan dan bukan dasarnya.

Pengetahuan Kristen di MekahUmat Kristen pada masa Nabi Muhammd SAW, golongan

Nestorian dan golongan Monofisit, adalah kelompok kultural yang paling penting yang berbeda dengan golongan yang bercampur gaul di bawah kepemimpinan kultur "Yunani." Pada gilirannya, seorang ahli teologi, Hans Kung, membicarakan garis pemikiran yang diikuti oleh para ilmuwan Jerman terdahulu dan menyatakan bahwa bentuk Kristiani yang paling baik yang dikenal masyarakat Mekah di masa itu adalah kelompok-kelompok kecil umat Kristen dari latar belakang Yahudi. Kelompok-kelompok kecil ini tidak pernah mau mengakui rumusan kredal Gereja Besar, namun teratur untuk mempertahankan keberadaannya pada isolasi yang relatif. Kelompok-kelompok kecil itu tetap mengakui Yesus sebagai Sang Juru Selamat (Messiah) namun bukan sebagai hypostasis ketuhanan. Mustahil untuk mengetahui apakah yang diperluas umat Kristen Yahudi tersebut ataukah jumlah yang lebih besar dari golongan monofisit Arab dan golongan Nestorian yang

Page 16: Titik temu islam kristen

8

mempengaruhi ide-ide tentang Kristianitas terakhir di MekahDalam beberapa cara pandang kultural umum masyarakat Arab

Mekah kiranya paling dekat dengan golongan Nestorian. Lebih dari itu, disamping hadirnya sejumlah kelompok umat Kristen ditengah bangsa Arab yang nomadik dan bangsa Arab sebagai penduduk yang menetap, agaknya hanya sedikit orang yang mempunyai pengetahuan terpelajar tentang Kristen dan mereka hanya terdiri dari sebagian kecil biarawan dan anggota gereja (kleriks). Orang Kristen awam Arab ini diduga hanya mempunyai pengetahuan yang amat sedikit tentang agamanya sendiri.

Tidak ada terjemahan kitab Bibel atau bahkan kitab Perjanjian Baru kedalam bahasa Arab, walaupun hanya sebagian kecil ayat-ayat pendek di biara-biara dan tempat-tempat yang sejenis. Pernyataan Ibnu Ishaq bahwa Waraqah Ibnu Nawfal, saudara sepupu Khadijah yang isteri Nabi Muhammad itu, adalah seorang yang beragama Kristen dan mengetahui tentang kitab-kitab suci. Pernyataan ini dimaksudkan bahwa orang ini hanya membaca kitab Bibel dalam bahasa Syria atau apa yang dia pahami dengan bahasa mereka sendiri. Sejumlah saudagar Mekah, termasuk Muhammad yang tengah berjalan menuju ke Gaza dan Damascus di wilayah kekaisaran Byzantine dan sebagian ke Abyssinia Kristen. Akan tetapi tiap orang pada umumnya hanya belajar tentang gambaran-gammbaran keabadian Kristianitas mereka yang tertarik secara khusus. Ada pula sebagian umat Kristen Byzantine di Mekah dari waktu ke waktu, boleh jadi terutama para ahli pertukangan. Terkadang dikenal dengan bangsa Yahudi di Mekah karena adanya klen-klen Yahudi di Madinah dan di berbagai oasis Arabia. Jadi masyarakat di Mekah mengetahui adanya agama Yahudi dan Kristen (Nasrani), namun informasi yang akurat tentang kedua agama ini hanya sedikit sekali dan kurang memadai.

Kelemahan KristenUntuk mengapresiasi dengan benar titik temu pertama antara

Islam dan Kristen yang diperlukan bagi umat yang beragama Kristen adalah agar mereka sadar akan kelemahan Kristiani di periode zaman itu. Maka ada tiga hal penting yang perlu diketahui tentang kelemahankelemahan mereka di zaman itu.

Pertama, adalah golongan Kristen Ortodoks, yakni Gereja Besar pada umumnya, yang terlalu dekat diasosiasikan dengan kekaisaran Byzantine setelah menjadi agama resmi negeri kekaisaran ini pada kekuatan Konstantine. Haruskah masyarakat Mekah menjadi penganut agama Kristen yang setia, tak pelak lagi, mereka dalam beberapa segi telah menjadi subyek bagi kekuasaan

Page 17: Titik temu islam kristen

9

Byzantine. Walaupun demikian, demi interes mereka kepada perdagangan, maka penting bagi mereka untuk mempertahankan netralitas antara kekaisaran Byzantine dan kekaisaraan Sassanian. Sekitar tahun 590 Masehi atau agak terkemudian sedikit, seorang Mekah yang bernama Utsman Ibnu Al-Huwairits yang beragama Kristen itu, agaknya mencoba mengajak masyarakat Mekah untuk menerima agama Kristen sebagai sejenis pengertian dengan menyatakan dia telah dapat mengajak perkampungan-perkampungan khusus tertentu dari bangsa Byzantine; dan barangkali aspek keagamaan yang baik sebaik pretensi-pretensinya kepada keagungan yang menjadikan mereka itu menolak rencana ajakan Al-Huwairits ini.

Kedua, teologi Yunani resmi sebagai didefinisikan oleh konsili-konsili ekumenikal yang menjadi terlalu abstrak dan secara sempurna berada di luar genggaman pemahaman orang Kristen awam. Golongan Monofisit dan golongan Nestorian dalam mendefinisikan posisi mereka menentang rumusan-rumusan resmi Greja Besar, juga nyaris menjadi abstrak. Ini berarti bahwa sebagian umat Kristen yang berada di Mekah sekiranya diketemukan ketidakmampuan mereka menjelaskan seluk beluk ajaran Kristen. Tidak heran kalau ide-ide mereka itu tidak cukup dan malah salah tentang Kristiani yang belakangan ada di Mekah, namun inilah yang seharusnya menjadi tanggung jawab umat Kristen dengan sendirinya.

Ketiga dan yang terakhir, penolakan golongan Kopti, Yakobit, dan Nestorian, oleh karena Gereja Besar hampir pasti merupakan suatu faktor mudahnya bagi perpindahan agama mereka untuk masuk ke agama Islam. Maka secara esensial, keputusan Gereja Besar yang bersifat heretik (bid'ah) itu adalah suatu kegagalan untuk membuat ketetapan yang benar bagi keanekaragaman kultural diantara umat Kristen sendiri. Maka umat Kristen hari ini seyogyanya berfikir serius tentang fakta tersebut di tanah air tumpah darah agama mereka yang sebenarnya telah digantikan oleh agama Islam, dan ummat Kristen hendaknya mempertanyakan apakah Tuhan telah menitahkan kejadian ini mengenai sebab kegagalan umat Kristen.

Page 18: Titik temu islam kristen

10

Page 19: Titik temu islam kristen

Bab: II

Persepsi Al-Qur'an Tentang

Kristen

Persepsi Umum Kenabian

Secara umum persepsi Al-Qur'an tentang agama-agama lain di luar Islam, khususnya Yahudi dan Kristen, tak pelak lagi,

tergantung atas tingkatan pemahaman historis mutakhir di Mekah dan letak Arabia sekitar tahun 600 Masehi. Tingkatan pemahaman ini jelas-jelas bersifat mendasar bagi persepsi tersebut. Bangsa Arab tidak mempunyai dokumen sejarah tertulis. Ada beberapa prasasti dari kerajaan-kerajaan terdahulu, namun apabila orang dapat membacanya masih diragukan karena masih tetap kurang mengapresiasikan signifikansinya. Jadi bagi bangsa Arab, sejarah itu tergantung kepada tradisi oral dari mulut ke mulut. Mereka mengetahui sesuatu dalam sejarah kesukuan dan klen-klen mereka berkenaan dengan sebagian kecil generasi sebelumnya. Akan tetapi kebanyakan sejarah suku-suku Arab ini berupa bagaimana suku-suku ini tumbuh-kembang pada kekuasaan lewat satu pemimpin terkemuka atau lebih, kemudian menjadi makin kuat selama satu atau dua generasi, lalu kembali lagi tidak menunjukkan peran signifikansinya. Arti kesementaraan komunitas-komunitas manusia kemungkinan dapat diperteguh oleh pengamatan tempat-tempat yang satu saat dapat ditempati dalam waktu sekejap dan tidak tetap. Di sejumlah ayat Al-Qur'an, umat Islam diberitahukan tentang perjalanan melewati negeri dan melihat bencana-bencana yang menimpa bangsa-bangsa terdahulu. Bencana yang menimpa ini disebabkan karena mereka tidak mau memperhatikan ucapan-ucapan Nabi mereka.

Para saudagar Mekkah telah mengunjungi kekaisaran Byzantine, Sassania dan Abyssinia, namun dalam waktu yang lama mereka tidak mempunyai ide dimana mereka harus berada pada suatu wilayah tertentu. Pemikiran bangsa Arab pada terma generasi-generasi manusia, bukannya dalam terma dekade atau abad-abad lamanya. Oleh karena itu, mustahil bagi mereka untuk

Page 20: Titik temu islam kristen

12

mengakui suatu komunitas; misalnya komunitas Yahudi dengan mata rantai kesinambungan sejarah yang berakhir lebih dari seribu tahun lamanya, tiga puluh generasi atau empat puluh generasi.

Gambaran lebih lanjut tentang pandangan historis Arab adalah percaya kepada keabadian kondisi kehidupan manusia dan masyarakat yang tidak pernah berubah, tetap, dan kebencian yang konsekuen kepada semua hal yang baru. Salah satu tuduhan permusuhan Muhammad SAW yang dilancarkan oleh para penyembah berhala Mekah adalah karena kenabian ini sebelumnya tidak dikenal di Arabia, dan di dalam Al-Qur'an Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah agar secara terang-terangan menyebarkan ajaran kenabian ini dengan mendesak bangsa Arab Mekah untuk meninggalkan kenabiannya yang sesungguhnya tidak baru itu (46: 9).

"Katakanlah: Aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadapmu. Aku tidak lain kecuali hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan."

Kisah-kisah yang menceritakan nabi-nabi terdahulu dijelaskan di dalam Al- Qur'an sekitar seperempat Al-Qur'an jumlahnya, bukan hanya memberikan penguatan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikut beliau semata, melainkan juga tuntutan tegas agar beliau mempunyai rentetan asal-usul keturunan spiritual yang panjang dan bahwa nabi-nabi yang sebelum beliau itu mempunyai pengalaman-pengalaman yang mirip sama dengan pengalaman-pengalaman beliau sendiri. Bentuk umum kisah itu memberitahukan bagaimana setelah nabi mengajak bangsanya untuk beriman kepada Allah dan beribadah kepadaNya serta siap sedia berkurban menghambakkan diri kepada Allah satu-satunya yang tunggal dan Maha Esa. Namun mereka itu mengingkari pesan risalah nabinya dan lalu mereka ditimpa oleh bencana yang menghancurkan suatu bangsa tertentu itu. Pada surat 7, 11, dan 25, ada hitungan paralel Nabi Luth, Nabi Nuh dan tiga nabi dari bangsa Arab: Hud, Salih dan Syu'aib; dan ada acuan-acuan lebih ringkas terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut dimanapun berada; terkadang Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan nabi-nabi yang lain, dan seterusnya. Pada QS. 7: 59-64, menceritakan kisah Nabi Nuh AS., dari awal sampai akhir sebagaimana di bawah ini:

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan selainNya."(Sesungguhnya kalau kamu tidak menyembah

Page 21: Titik temu islam kristen

13

Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kamu berada dalam kesesatan yang nyata."

Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam."

"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui melalui wahyu dari Allah."

"Dan apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat rahmat."

"Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)."

Nabi-nabi bangsa Arab di atas, sama-sama menyeru bangsanya masing-masing untuk beriman kepada Allah dan hanya menyembah Allah, akan tetapi hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum nabi-nabi itu berbeda-beda. Nabi Luth menyalahkan kaumnya melakukan hubungan seksual yang immoral. Lagi-lagi mesti ditetapkan bahwa hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum Nabi Luth ini tetap diberikan oleh Allah meskipun Nabi Luth berusaha menyelamatkan mereka dan hanya Nabi Luth sajalah yang selamat dan orang-orang yang besertanya.

Pada konteks kekinian ada hal penting yang perlu dicatat bahwa biasanya seorang Nabi atau Rasul itu dikirim oleh Allah untuk membawakan ajaran monoteisme kepada bangsanya. Sementara mereka ini diyakini menjadi kaum atau bangsa yang menyembah banyak tuhan atau bahkan ateis yang tidak menyembah tuhan sama sekali. Ayat Al-Qur'an berikut ini (23: 44) akan dapat mengindikasikan bagaimana kaum muslimin merasakan kenabian sungguhpun mereka ini masih tetap lebih sadar akan oposisinya kepada Muhammad ketimbang kesuksesan beliau.

Kemudian Kami utus kepada umat-umat-Ku itu rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami binasakan sebagian mereka dengan sebagian yang lain berturut-turut. Dan Kami jadikan mereka buah

Page 22: Titik temu islam kristen

14

tutur manusia, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.

Kebanyakan seorang nabi agaknya berkumpul menjadi satu komunitas bersama orang-orang beriman yang mengelilinginya pada generasi pertama. Maka tidak ada bukti yang menyatakan bahwa seorang nabi atau seorang rasul itu datang ke suatu masyarakat orang beriman kepada Tuhan (Allah) dalam rangka mengajak kaumnya agar memperoleh pengetahuan tentangNya lebih jauh. Orang-orang seperti para nabi pembawa kitab yang berisi ajaran-ajaran. Kitab Perjanjian Lama (Ahl al-Kitab) yang tidak dapat dipikirkan dan hal ini barangkali yang paling signifikan adalah bahwa tak seorangpun dari mereka itu disebutkan di dalam Al-Qur'an tanpa kecuali, selain Jonah. Maka sekarang diyakini oleh para ilmuwan Kristen bahwa kitab dengan nama tersebut, selain profunditas spirittualnya, tidak ditulis oleh pribadi aktual yang disebut Jonah itu secara langsung.

Al-Qur'an secara implisit menyatakan bahwa pada hakekatnya semua nabi/rasul itu mengajarkan pesan risalah yang secara esensial adalah sama, utamanya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa nanti di hari kiamat tiap-tiap manusia akan dihadapkan kepada Allah secara langsung untuk menerima pembalasan (diadili) atas perbuatan-perbuatan yang dilakukannya di muka bumi ketika masih hidup. Ayat berikut ini (3: 81, 85) menjelaskan perjanjian yang kemungkinan dapat diduga telah terjadi sebelum masa penciptaan:

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: "Sungguh apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui ..." Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya.

Di akhir ayat di atas ada kata Islam yang muncul dengan pengertiannya yang umum -- "tunduk patuh" (kepada Allah) dan lalu menjadi satu kata yang menjelaskan deskripsi agama yang diproklamirkan oleh semua nabi (rasul), bukan hanya diproklamirkan oleh nabi Muhammad SAW semata-mata. Dengan cara yang sama, kata muslim atau "orang yang tunduk menyerah" terkadang dipakai untuk penganut agama yang umum ini. Kata Rasul ketika dipakai untuk arti teknis benar-benar mempunyai arti yang persis sama dengan kata Nabi, yakni orang

Page 23: Titik temu islam kristen

15

yang menyampaikan suatu pesan (risalah) dari Tuhan kepada umatnya. Sebutan paling umum bagi Muhammad dalam bahasa Arab adalah Rasul Allah, dan oleh karena kata ini cenderung mengandung arti pengembangan konsepsi kenabian atau risalah, seperti yang terjadi di tahun-tahun terakhir Muhammad ketika beliau sudah menjadi seorang pemimpin dan pimpinan komunitas masyarakat atau bangsa. Akan tetapi konotasi ini tidak akan diperoleh pada bacaan dalam pemakaian kata-kata Al-Qur'an yang turun sebelumnya.

Perjanjian nabi-nabi (rasul-rasul) ini rupanya terus berlangsung semenjak masa perjanjian primordial antara Allah dan bangsa manusia sebagai suatu keseluruhan (7: 172-173):

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka seraya berfirman: "Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: "Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kelak kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak akan mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan semenjak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?

Barangkali terlalu jauh untuk bersikukuh dengan pendapat bahwa ayat di atas secara implisit menyatakan bahwa semua manusia anak Adam itu mempunyai pengetahuan bawaan semenjak lahir tentang Tuhan. Namun hal ini juga sekaligus mengatakan bahwa semua manusia anak Adam itu mempunyai kapasitas untuk menanggapi atau memberi jawaban kepada seorang nabi atau rasul. Pernyataan ini dijelaskan karena perjanjian dan kesaksian di sini merupakan bagian dari latar belakang sejarah keagamaan bangsa manusia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an.

Persepsi YahudiKarena ini adalah konsepsi kenabian dan sejarah nabi-nabi

yang dipegangi oleh kaum muslimin awal, maka bagi mereka tidak mungkin mempunyai ide yang cukup tentang Yahudi dan Nasrani (Kristen). Penting pula dikatakan berapa banyak yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, karena itu penulis modern barat dengan pengetahuan agama-agama tersebut yang mempunyai

Page 24: Titik temu islam kristen

16

kerangka pikir dengan rincian-rincian pas yang diberikan, tentu saja berbeda dengan yang dijelaskan di dalam Al- Qur'an. Didalamnya ada kisah-kisah tentang Nabi Nuh, Ibrahim dan Musa (yang semuanya dianggap sebagai nabi) dan karakter-karakter lain di dalam Perjanjian Lama. Sebaliknya sama sekali tidak memuat indikasi yang diberikan tentang bagaimana nabi-nabi itu saling berkaitan satu sama lain dalam zaman. Demikian pula ada berbagai kisah tentang nabi Musa yang terinci semenjak masa infasinya, dan seterusnya, akan tetapi tentang kisah-kisah kejadian ini disuguhkan secara terpisah-pisah dan tidak disuguhkan secara kronologis dalam satu sajian yang berurutan.

Ada ide yang terdapat pada serentetan nabi-nabi pada bangsa Israel. Bangsa ini disebut sebagai Banu Israel (anak-anak keturunan Israel) di banyak cara yang sama sebagai suku-suku Arab yang acapkali dipanggil sebagai Banu N (anak- anak keturunan N). Namun hal itu asal-usulnya diduga didasarkan pada kitab suci yang diberikan kepada Musa, kepada Nabi. Ayat Al-Qur'an berikut ini mengatakan:

Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menyusulinya berturut-turut sesudah itu dengan rasul-rasul.

Kontinuitas Bani Israel sebagai sebuah suku bangsa boleh jadi ditandai oleh pernyataan di bawah ini:

Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya'kub, dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya.

Di pihak lain, ketika Muhammad SAW sendiri menghadapi penolakan dan penentangan oleh orang-orang Yahudi Madinah sebagai nabi, Al-Qur'an mengatakan (2: 130) bahwa setelah Ibrahim dipilih putra-putranya dan Ya'kub untuk tunduk menyerah (sebagai muslim) kepada Tuhan semesta alam, dan Ya'kub demikian pula Allah telah memilih anak-anaknya dan mereka telah memilih agama (Islam) ini, yaitu suatu komunitas yang telah lalu.

Lebih jauh perlu dicatat bahwa di dalam Al-Qur'an, tidak ada kisah tentang Joshua dan perkampungan Bani Israel di Negeri Yang Dijanjikan. Tidak ada informasi tentang bangunan kerajaan yang dipimpin oleh nabi Dawud, tidak ada informasi tentang pengusiran dan kembali dari pengasingan bangsa Israel. Ada ayat Al-Qur'an (17: 4-7) yang mengisahkan tentang peringatan yang diberikan kepada Bani Israel dengan dua hukuman, dan satu hukuman menjadi pengusiran, namun pengusiran ini tidak diinformasikan secara eksplisit. Di dalam Al- Qur'an, Dawud

Page 25: Titik temu islam kristen

17

menyebut dirinya sebagai nabi yang menerima kitab suci yang disebut dengan nama Zabur yang diambil menjadi kitab Mazmur (Amsal Sulaiman) (4: 163; 17: 55). Gunung-gunung dan burung-burung dikatakan telah bersama-sama dengan Dawud dalam memuji Allah. Ini dapat menjadi petunjuk ke ayat-ayat (surat-surat) dalam kitab Mazmur yang mengatakan tentang makhluk-makhluk untuk memuji Tuhan. Baik Nabi Dawud maupun Nabi Sulaiman, keduanya telah diberikan (batas) kekuasaan (21: 78-80) yang menyebutkan bahwa raja Dawud adalah raja yang kuat (38: 20) . Demikian juga dikatakan bagaimana Nabi Dawud membuat baju besi (34: 10 dan seterusnya; 38: 17-20). Walaupun demikian, semuanya ini gagal membuat ide tentang signifikansi Dawud di dalam sejarah bangsa Israel.

Musa dikatakan sebagai nabi atau rasul yang menerima sebuah kitab suci yang diturunkan oleh Allah yang diberi nama kitab Taurat (6: 154; bandingkan dengan 5: 44). Sementara kata Taurat ini dapat diidentikkan dengan nama Torah, yang di dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa umat Islam tidak boleh memberi ide tentang karakter Pentateuch, kitab Perjanjian Lama masih tetap kurang sebagai suatu keseluruhan, karena kitab Taurat ini secara luas berisikan tentang undang-undang hukum. Dimanapun juga tidak dikatakan bahwa materi historis tentang Nabi Nuh, kepala keluarga, awal kehidupan Nabi Musa dan Exodus yang berasal dari Taurat. Memang benar, di dalam Al-Qur'an ada materi historis tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada sejarah terdahulu, namun, lebih dari memberi informasi segar tentang hal-hal yang gaib. Hal ini rupanya malah menggambarkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang terjadi yang segera akan mereka ketahui. Berdasarkan tujuan ini, penjelasan ringkas atau petunjuk yang cukup, seperti yang dapat dilihat oleh pembandingan ayat tentang Nabi Nuh yang telah dikutip di dalam pernyataan Biblikal.

Keterangan di atas tidak menjelaskan mengapa perlu adanya nabi-nabi. Barangkali karena bangsa Israel jatuh lagi ke dalam kekufuran yang hampir menuju paganisme (menyembah berhala):

Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami ambil di antara dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat serta beriman kepada rasul-rasulKu dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang banyak (menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang ikhlas), sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Ku-masukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antara kamu sesudah itu, sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Tetapi) karena mereka melanggar

Page 26: Titik temu islam kristen

18

janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. (5: 12, dan seterusnya)

Pernyataan yang lebih positif adalah ayat di bawah ini:

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya, (ada) petunjuk dan cahaya yang menerangi. Yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya (5: 44).

Juga ada petunjuk-petunjuk yang kurang jelas tentang pelanggaran-pelanggaran bangsa Yahudi di dalam 7: 167-169.

Setelah hadir di Madinah, Nabi Muhamad SAW segera mengadakan kontak dengan kelompok-kelompok masyarakat Yahudi yang ada di sana, dan Al-Qur'an tidak memberikan argumen-argumen yang mengejutkan yang dapat digunakan untuk menyerang mereka, terutama menyerang pernyataan mereka yang tentu dengan sendirinya mereka telah mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah. Argumen apologetik utama yang dihadirkan bahwa Al-Qur'an mendatangkan agama Ibrahim yang benar, yang menjadi orang hanif atau orang muslim (dalam artian yang umum), dan bukan menjadi orang Yahudi atau orang Nasrani. Pernyataan terakhir ini dengan tegas-tegas menyatakan kebenaran, walaupun fakta menunjukkan bahwa umat Yahudi dan umat Nasrani merujuk Ibrahim sebagai asal-usul (bapak) agama mereka, dan ini membuktikan bahwa ada pengetahuan tentang Allah yang benar yang berasal dari agama Yahudi atau agama Nasrani. Walaupun demikian, semua argumen ini tidak membantu umat Islam untuk membentuk ide yang jelas tentang Judaisme atau agama Yahudi.

Persepsi Tentang KristenPasal terdahulu mencoba menunjukkan bagaimana

Muhammad dan penduduk Mekah yang lain berkesempatan untuk belajar tentang Kristiani yang terbatas. Berbagai kesempatan telah dilakukan dalam perjalanan dagangnya ke Syria, bahkan sebagaimana yang dilakukan sendiri oleh Muhammad, akan tetapi tidak banyak berpartisipasi dalam diskusi-diskusi keagamaan dengan orang-orang Kristen atau Nasrani. Sebagian kecil masyarakkat Mekah adalah para penghuni asing yang tidak tetap (atau masyarakkat yang berpindah-pindah). Sekalipun

Page 27: Titik temu islam kristen

19

demikian, dalam ayat-ayat Al-Qur'an terdahulu ada beberapa petunjuk yang amat bersahabat tentang umat Kristen (Nasrani).

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal salih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati (2: 62).

Pengakuan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai golongan orang-orang yang beriman kepada Allah adalah sesuai dengan jaminan yang diberikan oleh Waraqah, saudara sepupu Khadijah isteri nabi Muhammad SAW itu, bahwa wahyu-wahyu yang akan beliau terima itu dapat diperbandingkan dengan wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi Musa.

Segera setelah Hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu berkenaan dengan kesulitan yang dialami beliau terhadap orang-orang Yahudi di Madinah yang tengah bermusuhan dengan orang-orang Nasrani:

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman adalah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka (orang-orang Nasrani itu) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (5: 82).

Penghargaan dan pujian yang diberikan kepada orang-orang Nasrani ini dapat mencerminkan kebaikan hati yang dahulu ditunjukkan kepada segolongan umat Islam di kekaisaran Nasrani Abyssinia (atau sekarang Ethiopia), ketika umat Islam melepaskan diri dari penyiksaan dan penganiayaan masyarakat Quraish di Mekah.

Ayat di bawah ini lebih lanjut dapat menunjukkan kemurahan hati orang-orang Nasrani, namun demikian ayat ini juga tetap mengkritik tradisi monastik mereka:

Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan pula Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (tradisi monastik yang membujang dan mengurung diri di dalam biara), padahal Kami tidak mewajibkan kepada

Page 28: Titik temu islam kristen

20

mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakan untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik (5:27).

Ayat berikut ini rupanya menunjukkan kesadaran antara perpecahan dan perselisihan di antara orang-orang Nasrani, meskipun menurut pemikiran dapat menunjukkan perselisihan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Perjanjian itu dapat menjadi perjanjian atau statemen baru sebagaimana dipahami oleh orang-orang Nasrani pertama:

Dan di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberikan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan (5: 14).

Argumen-argumen yang ditunjukkan pada ayat di bawah ini di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani:

Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka sama-sama membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka perselisihkan itu (2: 113).

Ayat di atas menyebutkan bahwa tuduhan-tuduhan satu sama lain antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, menyebabkan mereka saling menghapuskan pihak lain.

Kecaman orang-orang Yahudi dan Nasrani satu sama lain di atas benar-benar membuktikan bahwa mereka sama-sama tidak mengakui kenabian Muhammad SAW, meskipun masing-masing tetap mempertahankan kebenaran mereka secara eksklusif, sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut ini:

Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk." Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Ibrahim itu dari golongan orang musyrik (2: 135).

Bahkan dikatakan bahwa Ibrahim dan keturunan-keturunannya langsung itu bukan orang-orang Yahudi ataupun bukan orang-orang Nasrani. Ada yang perlu dicatat bahwa tak dapat disangkal

Page 29: Titik temu islam kristen

21

Nabi Ibrahim AS dan lain-lainnya adalah "petunjuk" dan tidak mungkin mengakui petunjuk ini sebagai orang Yahudi atau orang Nasrani; tentu saja ini secara implisit harus ada sumber petunjuk yang lain. (Ibrahim dalam pandangan Islam adalah seorang nabi/rasul, yang dengan sendirinya menerima dan mengakui petunjuk). Kata hanif yang dipergunakan di dalam Al-Qur'an menunjukkan seorang monoteis yang bukan Yahudi atau bukan Nasrani, dan kata ini hanya digunakan untuk agama Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau. Sebagian apologetika Al-Qur'an, ada yang menentang agama-agama yang terlebih tua dan terlebih dahulu hadirnya di muka bumi ini. Para ulama muslim terdahulu menyebutkan sebagian kecil manusia yang menganggap rendah Muhammad, mereka katakan menjadi orang-orang yang hanif terhadap para pengikut Ibrahim dan Muhammad ini. Namun demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan sebutan orang-orang hanif itu adalah kata itu sendiri, sungguhpun penjelasan demikian diberlakukan. Dalam syair Jahili dan dalam bahasa Nasrani, kata hanif ini berarti kafir atau penyembah berhala dikarenakan tidak mengikuti agama Nasrani itu.

Apa yang barangkali dapat dipandang sebagai awal mula kisah Nasrani (Kristen) di dalam Al-Qur'an adalah materi legenda yang tidak diketemukan pada Perjanjian Baru:

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran, melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), sebagai satu keturunan yang sebagiannya keturunan dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ingatlah ketika isteri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang salih dan berhidmat (di Bait al-Maqdis). Karena itu terimalah nadzar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, iapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah sama seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk." Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nadzar) dengan baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab (3: 34-37).

Page 30: Titik temu islam kristen

22

Imran dalam bahasa Arab dengan membentuk kata amran, ayah Musa, Aaron dan Miriam di dalam Bibel. Sebagian masyarakat Mekah seolah dibingungkan antara kata Mary dengan Miriam, karena nama tersebut menjadi sama dalam bahasa Arabnya dan bahkan Mary dialamatkan sebagai anak putri Aaron pada (19: 28).

Ayat tersebut dilanjutkan dengan pertimbangan kelahiran John sang pembaptis (Yahya) yang kira-kira secara kasar sesuai dengan Lukas dalam 1: 5 25, 57-64:

Disanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a. Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang orang salih." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul? Berfirman Allah: "Demikianlah Allah berbuat apa yang dikehendakiNya." Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda-tanda (bahwa istriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (3:38-41).

Ada pula penjelasan yang sama namun dalam surat dan ayat yang lebih panjang pada 19: 1-15. Selanjutnya diikuti oleh kisah yang tersebar luas tentang Maryam dan kelahiran Isa:

Dan ceritakanlah tentang kisah Maria (Maryam) di dalam Al-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang taqwa." Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki-laki yang Suci." Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah ada seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina." Jibril berkata: "Demikianlah Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan." Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa

Page 31: Titik temu islam kristen

23

ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang sudah masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara kepada seorang manusia pun pada hari ini." Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina," maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan." Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan sejahtera semoga dilimpahan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dunia dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." Itulah Isa putra Maryam yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya (19: 16-34).

Di samping kisah yang diceritakan ayat di atas bukannya tidak sama dengan kisah yang ada pada Lukas 1: 26-38. Kisah kelahiran tersebut sama sekali memang berbeda, agar sekiranya umat Kristen membaca tentang peristiwa lain yang terjadi. Tidak ada penjelasan tentang hubungan Maria (Maryam) dengan Yusuf (Joseph), juga tidak ada hubungan dengan perjalanannya ke Bethlehem, juga tidak ada kaitannya dengan kelemahan. Sebelumnya tidak ada sumber-sumber lain tentang kisah kelahiran ini, namun boleh jadi ada bagi orangorang Kristen di Arabia yang berpegang teguh dengan pandangan yang demikian itu. Apa yang penting adalah sesuai dengan sebagian besar tafsir Al-Qur'an yang mengajarkan konsepsi keperawanan berkaitan dengan kelahiran Yesus (Isa), walaupun sebagian komentator muslim modern mencoba menolak keperawanan ini. Agaknya Al-Qur'an lebih perduli ketimbang ajaran-ajaran yang mempertahankan Maryam dari tuduhan ketidaksucian dan zina; dan kata-kata di ayat terakhir yang dikutip -- "pernyataan kebenaran" -- kemungkinan mengimplisitkan ayat tersebut yang berakhir dengan semua fitnah

Page 32: Titik temu islam kristen

24

yang menjelaskan persoalan pokok konsepsi secara tepat yang sebenamya. Pengakuan konsepsi kesucian Yesus (Isa) oleh umat Islam bersamaan dengan penolakan mereka atas ketuhanannya, agaknya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan penting antara konsepsi keperawanan, kesucian dan ketuhanan, dan refleksi yang cenderung mendukung hal ini. Namun yang dapat dikatakan bahwa bagi orang-orang yang beriman kepada hakekat ketuhanan Yesus atas dasar yang lain adalah menguntungkan pada konsepsi kesucian dan keperawanan.

Pernyataan paling penuh tentang hakekat kenabian Yesus (Isa) diberikan pada kisah periwayatan yang lain:

(Ingatlah) ketika malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang daripada Nya) Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang orang yang salih." Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan malaikat Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah," lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, kemudian ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkkan orang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah satu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanku. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya, Allah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: "Siapakah yang menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang

Page 33: Titik temu islam kristen

25

berserah diri (muslimin). Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam gologan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)" (3: 45-53).

Nama orang- orang yang menolong (ansar) yang diberikan kepada para pendukung Nabi Muhammad SAW di Madinah, dan juga penyatuannya dengan nasara (umat Kristen). Kata hawariyun yang dipakai didalam Al-Qur'an hanya dimaksudkan bagi murid- murid (sahabat-sahabat setia) Yesus (Isa).

Mu'jizat yang dijelaskan pada ayat terdahulu juga terdapat pada ayat lain, walaupun tanpa adanya preskripsi-preskripsi legal, lalu ditambahkan:

Dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata" (5: 110).

Pada ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa Isa dikirim oleh Tuhan kepada Bani Israel, dan dengan demikian mejadi salah satu keturunan Ibrahim. Walaupun demikian, dia ini dipandang sebagai seorang hakim, "memperkuat" Torah (Taurat), sekalipun dengan berbagai variasi yang berbeda-beda satu sama lain. Mu'jizat burung dari tanah yang kemudian dapat hidup, yang tidak terdapat pada Perjanjian Baru, begitu dikenal sampai ke para ilmuwan dari berbagai macam ajaran heretikal.

Ada dua hal yang tampil di dalam Al-Qur'an untuk menolak kepercayaan bahwa Isa itu mati di tiang salib. Hal yang kedua ialah menolak hakekat ketuhanan Yesus (Isa). Mengenai penolakannya terhadap kematian Yesus di tiang salib adalah ayat Al-Qur'an yang menyebutkan:

Dan karena kekafiran mereka (umat Yahudi terhadap Isa) dan karena tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadaNya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (4: 156-158).

Page 34: Titik temu islam kristen

26

Sementara ada ayat lain yang kurang jelas:

(Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Wahai Isa, sesungguhnnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir sampai hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya" (3: 55).

Pada ayat yang kedua ini terma yang samar-samar diterjemahkan dengan "menyampaikan kamu ke akhir ajalmu" (mutawaffika) yang biasanya digunakan untuk pengertian "menyebabkan engkau mati" (selain arti mati di tiang salib). Orang-orang kafir yang mengikuti Isa yang disebutkan itu bisa jadi orang-orang Yahudilah yang tidak mengakui Yesus dan yang sekarang dalam posisi yang lebih rendah di Kekaisaran Byzantine.

Ayat pertama menunjukkan serangan orang-orang Yahudi dan menegaskan bahwa mereka tidak membunuh Yesus. Dalam pengertian ini, sebenarnya karena penyaliban adalah perbuatan serdadu-serdadu Romawi; dan benar juga dalam artiannya yang lebih mendalam, karena penyaliban itu bukan merupakan kemenangan bagi orang-orang Yahudi dalam pandangan mereka tentang kebangkitan kembali Yesus setelah mati. Kalimat shubbiha lahun itu diterjemahkan "seolah olah menjadi seperti mereka" adalah samar-samar dan dapat diterjemahkan dengan cara-cara yang sangat berbeda. Penafsiran umum di tengah kaum muslimin adalah bahwa ada orang lain, kemungkinan sekali Yudas yang diserupakan dan menggantikan Yesus. Sekte heretik modern dari Ahmadiyah berpegang pada pendapat yang mengatakan bahwa Yesus hanyalah pingsan di atas tiang salib, masih tetap hidup dan pulih kembali menjadi sehat seperti sedia kala. Lalu pergi ke arah timur untuk menjalankan da'wah; dan golongan Ahmadiyah mengklaim telah menemukan kuburannya di Kashmir. Selama berabad-abad sebelum lahimya Nabi Muhammad SAW, berbagai macam kelompok heretikal Kristen mencoba menjelaskan kematian Yesus di tiang salib dengan cara yang sama. Di tahun-tahun belakangan ini satu atau dua orang muslim telah mencoba menemukan penafsiran-penafsiran ayat di atas yang tidak bertentangan dengan kepercayaan Kristen, karena Yesus benar-benar meninggal dunia. Walaupun demikian, masih tetap ada bukti bahwa hampir seluruh umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad sampai hari ini telah menafsirkan ayat di atas dengan maksud bahwa Yesus itu tidak mati di tiang salib. Jadi persepsi Kristianitas mereka itu meliputi penolakan apa yang menjadi masalah sentral terhadap seluruh keimanan Kristen.

Page 35: Titik temu islam kristen

27

Penolakan hakekat ketuhanan Yesus (Isa) dikemukakan dalam banyak ayat Al-Qur'an dan dengan demikian juga berarti penolakan secara langsung terhadap ajaran Trinitas. Sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat berikut ini:

Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, putra Maryam, itu adalah Rasulullah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan jangan kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga." Berhentilah dari ucapan itu, itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara (4: 171).

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam," padahal Al-Masih sendiri berkata: "Wahai Bani Israel, sembahlah Allah, Tuhanmu dan Tuhanku." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa (5: 72-73).

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia. Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakkan apa yang bukan hakku dan mengatakannya. Jika aku pernah mengatakannya niscaya Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib ... Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya, yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (5: 116-117).

Pada konteks di atas jelas tidak perlu mendiskusikan ayat-ayat tersebut secara terinci. Masalah-masalah ilmiah yang membicarakan tentang kematian Isa itu telah lama dibicarakan oleh Geoffrey Parrinder. Al-Qur'an tidak mempunyai pertimbangan sahih tentang kepercayaan mayoritas luas umat Kristen di masa hayat Nabi Muhammad, baik kepercayaan umat Kristen yang ada di Gereja Besar maupun golongan Monofisit dan golongan

Page 36: Titik temu islam kristen

28

Nestorian. Ide bahwa Maryam adalah salah satu dari Trinitas barangkali berasal dari ketentuan kelompok Coliridian yang tidak jelas, di Arabia kedengarannya lebih dari dua abad sebelum Muhammad lahir. Juga mungkin adanya kebimbangan terhadap kenyataan bahwa dalam bahasa Semit, kata yang menunjukkan Ruh itu adalah feminim (mu'annats). Al-Qur'an juga agaknya berasumsi bahwa umat Kristen memahami "anak" dalam arti fisikal sebenarnya, sementara ketika bangsa Arab pagan mengatakan beriman kepada "anak perempuan Tuhan" ini tidak memungkinkan diartikannya secara fisik.

Dalam kasus Kristen sebagaimana yang terjadi di dalam Yahudi, yang penting adalah untuk mencatat seberapa banyak yang tidak dikatakan. Tidak disebutkan kalau Yesus itu tidak ada kaitannya dengan orang-orang bidaah yang sebenarnya, melainkan berkenaan dengan orang-orang yang beriman kepada Tuhan tetapi memberikan penekanan-penekanan yang salah kedalam praktek-praktek keagamaan. Misalnya, menuntut dipenuhinya secara seksama kewajiban-kewajiban ritual namun lalai terhadap keadilan dan memelihara hal-hal yang lain; dan mereka juga tidak mau memperlakukan orang-orang yang mereka anggap berdosa secara benar. Untuk menemukan kerusakan yang terakhir inilah Yesus menegaskan bahwa dalam kasus penyesalan diri atau taubat bagi pelaku perbuatan dosa, Tuhan bukan hanya mengampuni hukuman melainkan malah memperbaiki orang-orang yang berbuat dosa agar bahagia dan terlepas dari dosa. Lagi-lagi di dalam Al-Qur'an tidak ada yang membicarakan tugas utama Yesus (Isa), baik yang disebutkan sebagai pengabsahan kerajaan Tuhan maupun penyelamatan dunia atau dengan beberapa nama yang lain. Sementara itu dikatakan bahwa Yesus menerima kitab suci dari Tuhan yang diberi nama Injil (Gospel atau Evangel). Maka tidak ada yang mengatakan bahwa ini sepertinya merupakan ajaran yang lebih aktual di dalam Perjanjian Baru ketimbang kitab Taurat yang diterima oleh Musa yang dianggap sama aktualnya dengan kitab Pentateuch. Selanjutnya umat Islam biasanya menolak ajaran-ajaran aktual kita, yaitu kitab yang diterima oleh Yesus, karena terdiri dari seluruh wahyu yang berasal dari Tuhan dan bukan merupakan pemyataan-pernyataan historis tentang Yesus.

Ada ayat yang dapat dinyatakan dalam mana umat Kristen dapat melihat petunjuk Eucharist:

(Ingatlah) ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Wahai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab: "Bertaqwalah kepada Allah jika betul-betul orang beriman." Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin

Page 37: Titik temu islam kristen

29

bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu." Isa putra Maryam berdo'a: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rizkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rizki Yang Paling Utama." Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu."

Dari ayat ini tidak mungkin memberikan ide yang signifikan tentang Eucharist bagi umat Kristen.

Fungsi Persepsi yang Kurang Memadai

Dari berbagai ayat yang dikutip dan komentar-komentar yang dilakukan atas ayat-ayat tersebut, jelas bahwa bagi seorang modern persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen itu secara serius kurang cukup kuat dan dalam beberapa hal malah boleh jadi salah atau keliru. Namun begitu, ada hal yang penting bahwa Kristen hari ini tidak perlu mengambil ini sebagai alasan untuk mengingkari bahwa Muhammad itu diberi petunjuk oleh Allah. Apa yang menjadi penting adalah pertimbangan ulang tentang hakekat kenabian. Hal ini penting terutama sekali bagi umat Islam, karena menurut pandangan Islam tradisional Al-Qur'an adalah benar-benar firman Allah dan sulit untuk melihat betapa kesalahan-kesalahan yang terjadi itu dapat dikembalikan kepada Allah. Solusi terbaik dengan adanya problem ini bagi umat Islam yang berfikir dengan gaya tradisional itu kemungkinan hendak mengatakan bahwa Allah berfirman dalam terma-terma yang dipercayai di Madinah.

Menurut para ahli teologi Kristen terkemuka dewasa ini, nabi/rasul adalah seorang yang membawa pesan-pesan risalah dari Tuhan kepada umat manusia pada ruang dan waktu dimana ia hidup. Sejauh tentang persoalan-persoalan manusia universal yang terlibat pada ruang dan waktu yang khusus ini, pesan-pesan tersebut akan relevan dengan sedemikian banyak lingkungan manusia yang lebih luas. Namun di tempat pertama nabi/rasul hidup ini, mereka adalah orang-orang yang sezaman langsung bagi tiap-tiap nabi. Isa sendiri berkata: "aku dikirim hanya untuk cara hidup yang sesaat dari Bani Israel" (Matius: 15: 24), akan tetapi setelah kebangkitannya kembali pengikut-pengikut Yesus itu segera dikatakan bahwa pesan-pesan Yesus ini adalah pekabaran

Page 38: Titik temu islam kristen

30

yang baik bagi orang-orang yang bukan Yahudi (kafir), begitu pula merupakan pekabaran yang baik bagi orang-orang Yahudi. Meramalkan masa depan acapkali dipandang sebagai aspek ramalan, akan tetapi kebanyakan ramalan-ramalan kenabian itu terutama agaknya berada pada titik konsekuensi-konsekuensi sikap kekinian dengan jalan hukuman atau pahala. Masalah ini agaknya akan dibicarakan lebih lengkap lagi pada bab yang akan datang.

Agaknya Al Qur'an menyatakan relevansinya yang paling utama kepada bangsa Arab di masa Nabi Muhammad ketika menegaskan keberadaan Al Qur'an yang berbahasa Arab itu, dan bahwa nabi nabi/rasul rasul membawa wahyu dengan bahasa yang dimiliki bangsanya di mana nabi/rasul itu hidup. Bahasa suatu bangsa atau suatu kaum ini memasukkan keseluruhan cara berfikir (pandangan hidupnya) tentang dunia dan tentang makhluk yang bernama manusia itu. Jadi kata Arab -ijara dapat diterjemahkan dengan pengertian "pemberian perlindungan dengan baik hati", akan tetapi dalam frase bahasa Inggris sebenarnya tidak ada yang membawa kepada orang-orang yang tidak akrab dengan pandangan pandangan dan kebiasaan-kebiasaan bangsa Arab. Ayat "Allah melindungi (yujiru)", namun tidak ada yang dapat dilindungi dari azabNya la-yujaru 'alayh (23: 88), agaknya tidak dapat dipahami oleh orang barat tanpa keterangan lebih lanjut. Maksudnya, wahyu Allah kepada seorang nabi/rasul itu biasanya dikondisi oleh bahasa dan cara berfikir nabi/rasul dan bangsanya kepada siapa wahyu itu ditujukan di tempat yang pertama.

Pada keterangan tentang wahyu itu, masalah ketidak sahihan persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen harus dilihat secara lebih teliti. Kekurangan ini secara pasti sebagai persepsi umat Islam terhadap Kristen yang sampai ke barat dalam kontaknya dewasa ini. Kekurangan ini juga terjadi pada persepsi terhadap kekristenan Kaisar Byzantine dan negeri-negeri lain yang mengelilingi Arabia di masa hayat Nabi Muhammad SAW. Tetapi apakah ada persepsi-persepsi yang sahih terhadap kekristenan dari orang Kristen dalam kaitannya dengan Nabi Muhammad SAW sendiri? Ternyata untuk menjawab pertanyaan ini, juga tidak mudah. Tentu saja pertanyaan ini mengandung dua aspek: kebenaran faktual dan memadai sebagai suatu petunjuk terhadap tindakan. Karena kita tahu bahwa sesungguhnya tidak ada pandangan yang tepat dari umat Kristen yang hidup menetap atau yang berkunjung ke Mekah. Kita hendaknya menghargai bahwa persepsi Al-Qur'an terhadap kepercayaan mereka kemungkinan secara luas memang benar. Juga boleh dikatakan bahwa persepsi tersebut cukup benar menjadi petunjuk yang sahih bagi Nabi Muhammad SAW dalam

Page 39: Titik temu islam kristen

31

menghadapi umat Kristen Mekah dengan kelompok-kelompok Kristen yang lain yang ada di Arabia yang ditemui pada dua tahun terakhir di masa hayat Nabi Muhammad SAW.

Ini bukan tempat untuk menguraikan secara terinci perlakuan Nabi Muhammad SAW terhadap orang-orang Yahudi Madinah dan tempat-tempat lain di Arabia. Masalah lain yang timbul dari sini adalah karena Muhammad menyandarkan pernyataan kenabian beliau berdasarkan atas kesamaan pengalaman kenabian beliau dengan pengalaman Musa dan Isa (Yesus). Maka beliau tidak dapat mengingkari kalau orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen itu adalah ahli kitab, walaupun mereka nyaris hampir menyimpang dari keaslian wahyu yang diberikan kepada Isa dan Musa, sebagaimana yang diduga. Al-Qur'an memberikan argumen-argumen yang menyerang orang-orang Nasrani (Kristen). Sebagian terbesar umat mengatakan bahwa perubahan serta ketidak murnian kitab suci Kristen dan Yahudi itu, secara eksplisit disebutkan di dalam Al-Qur'an. Padahal dalam bab ini akan dibicarakan kebenaran pernyataan tersebut, malahan ajaran tersebut merupakan penafsiran yang meragukan terhadap beberapa surat (dan ayat Al-Qur'an) dan hanya dikeluarkan oleh ulama-ulama Islam setelah nabi Muhammad SAW wafat. Persepsi pokok Al-Qur'an terhadap Yahudi dan Kristen dapat dikatakan kalau mereka adalah ahli kiab, yang menerima kitab suci, pada hakekatnya mengajarkan ajaran-ajaran yang sama seperti yang ada pada Al-Qur'an. Sekalipun demikian, orang Yahudi dan Kristen (ahli kitab) ini nyaris hampir menyimpang dari kebenaran kitab suci yang asli, sekurang-kurangnya, mereka makin memperluas ketidak mengertian dan ketidak menerimaannya kepada Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan landasan persepsi nabi Muhammad SAW pada tahun-tahun pengasingan, beliau berinisiasi tentang apa yang dikembangkan ke dalam sistem "minoritas yang terlindungi" (dzimmi, ahl al-dzimmah) di dalam negeri Islam. Kelompok-kelompok Yahudi dan Kristen diberi kadar otonomi internal di bawah pemimpin-pemimpin agama mereka masing-masing, menawarkan kepada mereka agar membayar pajak perlindungan (jizyah) yang tidak memberatkan. Kebijakan perlindungan kepada golongan minoritas ini sesuai dengan ide-ide tradisional Arab untuk "melindungi" suku-suku yang lemah oleh suku-suku yang kuat. Hal ini juga mendorong umat Islam untuk menghindarkan hampir semua tanggung jawab yang tidak mungkin dapat dipikul untuk mengubah orang-orang Yahudi dan Kristen atau mengusir mereka dari wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam. Di mana para penyembah berhala dan orang-orang kafir itu memilih Islam atau memilih pedang, maka orang-orang Kristen

Page 40: Titik temu islam kristen

32

dan Yahudi dapat menjadi bangsa minoritas yang dilindungi. Maka dengan cara inilah persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen, walaupun hanya sebagian kecil saja yang benar dari umat Kristen di masa nabi Muhammad SAW, memberikan landasan-landasan bagi solusi pragmatis problema umat Kristen ke dalam negara Islam. Dalam hal ini, Al-Qur'an menambahkan sesuatu yang berguna bagi persepsi Kristiani terdahulu di Mekah.

Setelah mengamati bagaimana persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen, sungguhpun dalam berbagai cara yang tidak memadai, namun nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal mampu membuat kerangka kebijakan yang memuaskan terhadap umat Kristen, maka masalah kenabian Muhammad kembali dapat diperhatikan lagi. Ini adalah penting karena umat Kristen dewasa ini seharusnya mempunyai pandangan positif yang jelas. Sekalipun demikian, agaknya tidak mudah untuk menyusun rumusan pandangan, sebab memang ada perbedaan antara konsepsi Islam tentang nabi dan konsepsi Kristen kontemporer tentang nabi. Sementara bagi kristen, nabi itu mempunyai pesan risalah dari Tuhan untuk tempat dan zaman di mana nabi itu hidup. Dalam pada itu, dalam tradisi Islam nabi menerima wahyu yang aktual tanpa adanya campur tangan manusia selain bahasa dan sebagian pesan-pesan yang diwahyukan itu mempunyai validitas yang universal. Maka tidak dapat dipertahankan kalau segala hal yang ada di dalam Al-Qur'an itu universal, karena meliputi penegasan tentang kebijakan-kebijakan kontemporer, misalnya, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Perang Badar dan Uhud. Di abad ke delapan, seorang golongan Nestorian yang bernama Catholicos Timothy menyatakan bahwa Muhammad masuk ke jalan seorang "nabi", walaupun kenyataannya beliau bukanlah seorang nabi, dan hal ini mungkin saja terjadi karena Timothy ini sadar akan konsepsi kenabian Islam.

Umat Kristen mulai mempertimbangkan masalah ini dengan menengok latar belakang historis karir Muhammad dan akibat historisnya. Sebagaimana yang nampak pada bab terdahulu, Kristen di masa itu mempunyai sejumlah kelemahan. Bangsa Arab Mekah yang tiba-tiba mempunyai kemakmuran ekonomi, menemukan jalan hidup tua mereka terdahulu yang sudah hilang, hingga mereka mengejar sesuatu misalnya suatu agama baru. Akan tetapi tidak satu pun bentuk yang ada di dalam Kristen yang mampu menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka itu. Dengan kata lain, ada kevakuman agama di Mekah pada saat itu, yang pada saat yang sama umat Kristen tidak dapat memenuhinya. Pengakuan berikutnya oleh sebagian yang hidup di Afrika Utara, tanah Bulan Sabit yang subur makmur dan Iran, menunjukkan bahwa ada pula kevakuman religius di wilayah-wilayah yang

Page 41: Titik temu islam kristen

33

disebutkan itu. Ada landasan-landasan untuk berpegang kepada pendapat bahwa Allah di samping menunjukkan Islam untuk memberi petunjuk yang lebih baik kepada umat manusia yang sedang dirundung keruwetan. Dengan kata lain, Islam hadir di muka bumi ini bukan disebabkan oleh usaha dan rencana manusia melainkan oleh karena inisiatif ilahiah.

Apabila inisiatif ilahiah ini diakui, maka dipertanyakan bagaimana Tuhan telah bertitah melalui Muhammad. Dalam semua tulisan saya tentang Muhammad yang dimulai hampir selama empat puluh tahun yang lalu, saya senantiasa berpendapat bahwa Muhammad itu tulus murni dalam berfikir karena Al- Qur'an itu bukan ciptaannya sendiri, melainkan datang kepada beliau dari luar dirinya. Oleh karena itu saya tidak pernah menggunakan kata "Muhammad berkata" tentang pernyataan-pernyataan Al-Qur'an sungguhpun saya sendiri menyalahkan ini, namun saya selalu menggunakan frase yang netral "Al-Qur'an berkata" atau "Al-Qur'an mengatakan." Pada tahun 1953 yang lalu saya pernah berpandangan bahwa Al-Qur'an adalah ciptaan Ilahi, namun diciptakan lewat kepribadian Muhammad SAW, maka dalam cara yang sama bahwa gambaran-gambaran tertentu Al-Qur'an terutama dianggap berasal dari kemanusiaan Muhammad." Namun belakangan ini saya menyatakan bahwa pesan-pesan risalah yang diwahyukan dapat dianggap sebagai diperantarai oleh ketidaksadaran Nabi SAW, sekalipun langsung berasal dari Tuhan. Pandangan tersebut akan mampu menjelaskan gambaran persepsi-persepsi Al-Qur'an tentang Kristen, namun saya tidak akan mempertahankan pandangan tersebut. Berdasarkan pandangan Islam yang baku bahwa Al-Qur'an itu seluruhnya berasal dari Allah dan bahwa kepribadian Muhammad SAW itu sama sekali tidak memberi kontribusi terhadap Al-Qur'an. Barangkali sulit untuk menjelaskan kekurangan dan kekeliruan pernyataan-pernyataan tentang masalah-masalah yang dikandung oleh Bibel. Walaupun demikian, apa yang penting di sini bukannya memberikan penjelasan yang tepat tentang "cara" wahyu turun dalam terma-terma modern, baik pemyataan ketidaksadaran maupun yang lain. Sebaliknya, yang penting di sini adalah untuk menegaskan tentang bagaimana kepribadian atau bagaimana kepribadian yang lain dan pandangan dunia Muhammad masuk ke dalam pesan-pesan wahyu yang diturunkan oleh Tuhan. Petunjuk yang dapat dilacak berkenaan dengan kasus Hosea di dalam Perjanjian Lama, karena Tuhan memperlihatkan kepada Hosea dengan pengalaman isterinya sendiri yang tidak beriman, maka ada suatu pengalaman yang paralel tentang pengalaman ketidak berimanan (kekufuran) bangsa Israel kepada Tuhan.

Yang terutama penting bagi umat Kristen dewasa ini adalah

Page 42: Titik temu islam kristen

34

ketidak sempurnaan persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen itu tidak perlu membatasi nilai-nilai positif kebesaran ajaran Al-Qur'an, yang menambahkan bukti kebenaran-kebenaran sentral tradisi agama Ibrahim. Tuhan adalah Sang Pencipta sekalian manusia, yang telah menciptakan dunia sebagai tempat yang sesuai bagi makna kehidupan manusia. Tuhan menghendaki seluruh umat manusia itu beriman kepadaNya. Tuhan menghendaki keseimbangan kualitas moral kehidupan manusia di Hari Kemudian. Tuhan memanggil kepada semua manusia yang beriman untuk hanya menyembah kepada satu-satunya Allah bukan menyembah kepada yang lain selain Allah; agar berterima kasih kepadaNya dan mengikuti jalan hidup yang lurus, terutama dengan bersedekah dan bermurah hati mendermakan rejeki yang diberikan kepada mereka. Al-Qur'an juga menghadirkan Muhammad sebagai pribadi yang dipilih oleh Allah untuk membawa pesan risalah kenabian kepada penduduk Mekah, kepada bangsa Arab dan bahkan kepada publik manusia yang lebih luas. Dalam cahaya nilai-nilai positif yang agung tentang ajaran Al-Qur'an dan kesuksesan-kesuksesan praktis yang dihasilkan dari kenabian ini, persepsi-persepsi yang tak memadai terhadap Yahudi dan Kristen tidak dapat dinilai menjadi kelemahan yang serius, misalnya, untuk meniadakan semua hal yang disuarakan dan benar. Ada prinsip Kristiani yakni, "dari buah-buah mereka yang hendaknya engkau ketahui", dan secara pasti Islam membawa berjuta-juta kehidupan yang lebih baik ketimbang sisi lain yang sudah mereka miliki. Bahkan harus dikatakan agar dapat menolong menjadikan sebagian orang suci Kristen.

Massignon dan Foucauld masuk Kristen dengan menyaksikan Islam kepada kebenaran hidup Tuhan. Seseorang menulis tentang Foucauld dan ketaatannya kepada kematian dalam Islam. Bagi seorang mistik, jiwa-jiwa yang mati itu dinilai sebanyak jiwa-jiwa yang hidup dan pekerjaan pokoknya yang khusus adalah untuk mensucikan keabadian Islam -- yang telah dan akan menjadi atas nama keabadian -- dalam menolong untuk memberikan seorang suci kepada Kristen.

Lebih dari itu, ada banyak contoh dalam Bibel dan sejarah Kristiani, bagaimana Tuhan dapat mencapai tujuan-Nya lewat alat-alat apapun yang ada di tangan (kekuasaan)-Nya, bahkan ketika mereka memiliki kelemahan.

Jadi umat Kristen harus mengikuti kebenaran mendalam pada pernyataan Al-Qur'an agar mengakui agama Ibrahim. Umat Yahudi, umat Kristen dan umat Islam, semua mempunyai keimanan yang kembali kepada Ibrahim, sungguhpun dengan nama apa saja keimanan itu diberi nama. Sementara, sebagian umat Islam agaknya berfikir bahwa suatu agama itu wajib tetap asli-murni

Page 43: Titik temu islam kristen

35

tidak berubah-ubah. Dalam pada itu, sebagian umat Kristen melihat agama sebagai suatu hal yang hidup yang tumbuh dan berkembang sampai-sampai menemukan kebutuhan-kebutuhan masyarakat manusia yang senantiasa menjadi dan berubah tak kenal usai, dan hanya di pusatnyalah yang tetap dan yang tidak berubah untuk selama-lamanya.

Page 44: Titik temu islam kristen

36

Page 45: Titik temu islam kristen

Bab: III

Elaborasi Persepsi

Al Qur'an

Di masa Khalifah Umar bin Khatthab (634-644 Masehi), pasukan kaum muslimin menaklukkan Syria, Iraq dan

Mesir. Umat Kristen di negeri-negeri yang ditaklukkan oleh kaum muslimin ini mengakui status minoritas yang dilindungi dan tidak mendapat tekanan apa pun dari kaum muslimin. Ini berarti bahwa umat Islam yang hidup di wilayah-wilayah negeri tersebut memperoleh kesempatan pindah agama Kristen. Sementara sebagian umat Kristen dapat menghasilkan argumen-argumen yang kuat untuk menentang Islam dengan menunjukkan ketidak sesuaian antara Al-Qur'an dan Bibel. Persepsi Al-Qur'an tentang Kristen ketika dipublikasikan ke dalam situasi semacam ini benar-benar tidak berdaya. Namun demikian, tak dapat disangkal bahwa tanpa penolakan AI-Qur'an dan demikian pula tanpa penolakan ulama Islam yang mulai mengelaborasi beberapa aspek persepsi dengan masing-masing caranya untuk melemahkan argumen-argumen yang anti Islam.

Dugaan Ketidakmurnian Dalam Kitab Suci

Salah satu prestasi paling penting para ulama Islam masa awal adalah pengembangan ajaran pada titik pandang yang luas, dalam mana masa lampau Yahudi dan Kristen telah mengkorupsi atau mengubah kitab suci mereka. Pengubahan ini dilakukan tidak lama setelah kitab Taurat dan Injil yang sebenamya asli diterima oleh Nabi Musa dan Isa secara berturut-turut. Hal ini memudahkan bagi umat Islam untuk menepis berbagai argumen dari umat Kristen yang didasarkan atas kitab Bibel. Klaim bahwa ajaran Kristen ini telah dikorupsi atau "berubah" --tahrif-- diketemukan di dalam Al-Qur'an. Ada empat ayat Al-Qur'an yang memakai kata yuharrifuna yang merupakan bentuk kata kerja dari kata tahrif sebagai masdarnya. Pengujian keempat ayat ini menunjukkan

Page 46: Titik temu islam kristen

38

bahwa keempat ayat itu tidak mengandung pengertian sebagai perubahan ajaran yang universal. Dalam terjemahan "mengubah" atau "mengganti" digunakan untuk mengalih bahasakan kata yuharrifuna itu.

Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubah-nya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui (2: 75).

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah (arti kata untuk menambah dan mengurangi) perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar tetapi kami tidak mau menurutinya." Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah", sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa." Dan (mereka mengatakan): "Ra'ina" (sudilah kamu memperhatikan kami) dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis (4: 46).

Tetapi karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dan tempat-tempatnya, dan mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan mereka kecuali sedikit yang tidak berkhianat, maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (5: 13).

Wahai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekufurannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan juga di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi) itu amat suka mendengarkan berita bohong dan amat suka mendengarkan perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka mengubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh mereka) kepadamu, maka terimalah dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah (5: 41).

Frase yang samar-samar "mengubah kata-kata dari tempat-tempatnya" dengan sengaja digunakan, sebab kata Arab mawadhi dapat berarti "tempat" atau "tujuan." Akhir dari ayat-ayat di atas kemungkinan memberi preferensi yang agaknya menganggap rendah "tempat-tempat" sebagai suatu perubahan, karena secara

Page 47: Titik temu islam kristen

39

literer "mengubah kata-kata dari tempat-tempatnya", dan ini dapat berarti "ke tempat-tempatnya (tujuan-tujuannya) pada keadaan-keadaannya." Akhir dari ayat-ayat di atas juga nyaris bermakna misterius dan tidak meyakini ketentuan "kesimpulan-kesimpulannya" yang diberikan pada komentar-komentar tersebut, namun arti ini tidak relevan digunakan di sini. Penting untuk dicatat bahwa perubahan ini adalah hal yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Madinah yang sezaman dengan Nabi Muhammad dan kesan ini diberikan hingga apa yang mereka rubah itu hanyalah ayat-ayat (surat-surat) tertentu dan bukan Taurat yang sesungguhnya. Manuskrip-manuskrip Bibel masih tetap ada sebelum Muhammad, namun secara absolut tidak dikatakan di dalam Al-Qur'an hingga di satu waktu seluruh kitab Bibel itu telah dirubah di masa lampau sebelumnya. Maka tidak ada kolusi yang dilakukan antara orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi yang terpenting dalam rangka mengubah kitab Perjanjian Lama.

Perlu juga dicatat bahwa contoh-contoh yang diberikan pada Al-Qur'an 4: 46, bukan kutipan dari Bibel melainkan trik-trik verbal yang dimainkan oleh orang-orang Yahudi Madinah atas kaum muslimin. Contoh pertama di atas itu adalah memperbaiki umat Islam dengan mempergunakan kesamaan pendengaran antara orang Yahudi "kami mendengar dan menuruti" (sami'u wa 'ashinu) dan bahasa Arab menyebutkan sami'na wa ashayna. Contoh kedua adalah tidak jelas dan cenderung menyimpang. Contoh ketiga, Al-Qur'an rupanya hendak menyetop orang-orang Yahudi yang mengatakan: "perhatikanlah kami" (ra'ina), sebab menyerupai perjalanan orang Yahudi kepada "kejahatan" (ra'). Maka di sini jelas tidak ada yang menjelaskan perubahan terhadap kitab suci atau ajaran kitab suci.

Tuduhan lain dilakukan Al-Qur'an untuk menyerang orang-orang Yahudi Madinah karena mereka ini telah merubah teks Taurat pada saat mereka menceritakan ayat-ayat tersebut kepada umat Islam dengan "memutar-mutar lidah mereka."

Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, padahal dia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui (3: 78).

Mereka berkata telah menyalin ayat itu secara benar ketika menyebutkan salinan-salinan itu ternyata untuk menyalahkan:

Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah,"

Page 48: Titik temu islam kristen

40

(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa yang mereka kerjakan (2: 79).

Kemungkinan perubahan-perubahan itu dilakukan dalam penuturan dan salinan yang ditunjukkan pada saat Al-Qur'an menyatakan "membuat kesalahan terhadap Tuhan" pada sejumlah ayat-ayat.

Hal ini menjadi jumlah total materi Al-Qur'an yang relevan dengan persoalan pemalsuan kitab agama Yahudi dan kitab agama Kristen. Ini juga berarti tidak mendukung pandangan mereka yang secara ekstensif telah dirubah di masa lampau sebelum masa manuskrip-manuskrip kita. Bahkan ini hanya menjadi bentuk pandangan yang dapat dipercaya dalam cahaya evidensi manuskrip. Sejauh tidak ada studi terinci dimana ajaran kitab suci yang diubah ini dielaborasi, maka segeralah sang komentator, Mujahid (meninggal tahun 721 Masehi), sebagaimana yang dikisahkan oleh Thabari, rupanya telah mengambil pandangan bahwa ayat-ayat yang menggunakan kata yusharifuna di atas secara implisit menyatakan perubahan umum terhadap kitab suci taurat. Petunjuk awal lain yang dilaporkan oleh Catholicos Timothy dalam diskusi-diskusinya tentang Khalifah al Mahdi kira-kira tahun 781 Masehi. Khalifah al Mahdi mengatakan adanya perubahan umum terhadap kitab suci dan khususnya menjelaskan penghilangan ayat-ayat yang meramalkan akan datangnya Muhammad sebagai Nabi. Pernyataan ini secara implisit menjelaskan terjadinya perubahan teks kitab suci secara aktual.

Akhimya ada dua bentuk ajaran pokok dalam perubahan ini. Banyak ilmuwan mempertahankkan pendapat bahwa telah terjadi perubahan besar-besaran atas teks kitab suci. Suatu pandangan yang telah lama dijelaskan secara terinci dan dibela oleh Ibn Hazm (meninggal tahun 1064 Masehi). Kendatipun demikian, ilmuwan-ilmuwan lain mengambil pandangan yang lebih ringan dan berpegang dengan pendirian bahwa bukannya teks melainkan hanya penafsirannya yang telah diubah. Rupanya pandangan terakhir ini adalah pandangan yang diadopsi oleh al-Qasim Ibn Ibrahim (meninggal tahun 860 Masehi) dalam "Sanggahan Umat Kristen." Ada pula pandangan-pandangan yang bersifat tengah-tengah. Tidak adanya persetujuan terhadap apa yang tepat, dimaksudkan bukan oleh materi perubahan yang dilakukan. Agaknya cukup untuk mengatakan kepada seorang Kristen "kitab suci anda telah berubah dari aslinya atau palsu" dan itulah argumen yang disangkal.

Page 49: Titik temu islam kristen

41

Muhammad Telah Diramalkan Didalam Bibel

Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal percaya bahwa hadirnya Muhammad sebagai nabi telah dikabarkan di dalam Bibel. Al-Qur'an menyatakan bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul "yang namanya telah didapati tertulis di dalam Taurat dan Injil" (7: 157). Ada pula beberapa ayat yang menyebutkan orang-orang Yahudi disalahkan karena menyembunyikan kebenaran atau menyembunyikan bagian dari ajaran-ajaran atau tidak menyatakan dengan sebenamya. Ayat-ayat atau ajaran-ajaran yang disembunyikan itu pada awalnya mungkin dipahami sebagai menyembunyikan berita akan datangnya Muhammad sebagai seorang nabi dan rasul. Khalifah al Mahdi dalam sebutan Timothy menyebutkan, ada tiga ayat yang dengan tegas mengabarkan kenabian Muhammad. Satu ayat dalam Deuteronomy 18: 18 yang menyebutkan bahwa Allah menjanjikan kepada Bani Israel untuk mengirimkan seorang nabi seperti nabi Musa dari keturunan mereka. Ayat lain yang menyatakan "seorang penunggang unta dari Isaiah" (27: 7), yang dikatakan oleh para ahli pikir kontemporer bahwa ayat ini secara faktual menunjukkan jama' (plural); dan yang ketiga adalah janji Paraclet atau Sang Juru Selamat dalam kitab Perjanjian Baru.

Umat Kristen memahami perkabaran akan hadirnya Paraclet atau Sang Juru Selamat ini sebagai petunjuk kepada Ruh Kudus, seperti yang secara eksplisit dinyatakan dalam John (Yahya) 14: 26. Sungguhpun demikian, dalam beberapa hal ada kesamaan yang dicatat antara dua kata dari bahasa Yunani, periklutos, yang berarti "termasyhur" atau "patut dipuji" dan, parakletos atau paradete. Agaknya dua kata itulah yang menjadi landasan pernyataan bahwa apakah Yesus (Isa) benar benar telah mengatakan tentang Paraclet secara sungguh-sungguh yang ditujukan kepada nabi Muhammad SAW yang nama ini juga berarti "terpuji" atau "mulia."

Pada titik ini agaknya perlu kembali kepada Al-Qur'an untuk melihat ayat yang penting itu

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: Wahai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan (Rasul) Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelummu, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata"

Page 50: Titik temu islam kristen

42

(61:6).

Sejak pertengahan abad ke delapan, kata --Ahmad-- diambil sebagai nama sebenarnya yang menjadi alternatif terhadap kata Muhammad. Kendatipun demikian, semenjak saat itu kata Ahmad yang dianggap sebagai kata sifat yang berarti "Yang Terpuji", memang kata itu masih merujuk kepada kata Muhammad. Yang penting bahwa kira-kira tahun 781 Masehi, Al-Mahdi memberi tahukan kepada Timothy agar tidak mengambil kata Ahmad sebagai sebuah nama yang sebenarnya. Saya telah menyebutkan perhatian itu di tempat lain terhadap fakta yang menghebohkan ini sampai kira-kira tahun 740 Masehi sehingga tidak ada nama orang Islam yang memakai nama Ahmad, akan tetapi setelah itu sebutan Ahmad menjadi amat umum sebagai nama panggilan alternatif terhadap kata Muhammad. Pernyataan ayat Al-Qur'an terebut menyatakan bahwa dalam lingkungan Muhammad ini ada kesadaran yang membingungkan antara periklutos dan parakletos; dan memang dalam tulisan bahasa Semit hanya menggunakan konsonan yang masing-masing identik benar -- prklts.

Menurut saya bahwa sampai abad ke delapan itu kata ahmad pada ayat tersebut diambil sebagai kata sifat, yang didukung oleh berbagai fakta yang lain. Jadi, dalam biografinya tentang Muhammad, Ibn Ishaq (meninggal tahun 768 Masehi), menyebutkan ayat ini dengan mengajukan pertanyaan, namun tidak menjelaskan nama ahmad sebagai nama panggilan nabi Muhammad. Tentang ayat ini dapat dikatakan bahwa Ibn Ishaq membuat terjemahan secara bebas yang akurat dalam John (Yahya: 15: 23, 16: 1), berbeda dengan pengubahan "Aku akan mengirim kamu dari Sang Bapa" dengan pernyataan "Allah akan mengirim kamu dari Tuhan." Terjemahan aktual dari Bibel ini sama sekali tidak biasa terjadi pada penulis-penulis muslim. Dalam pengenalan kutipan, Ibn Ishaq menyatakan "apakah dari murid John (Yahya) dituliskan bagi mereka pada saat dia menulis kitab Injil dari kesaksian ('ahd) Yesus putra Maria, mengenai Rasul Allah." Menurut Ibn Ishaq, kutipan ini merupakan klaimnya bahwa terma manhamanna yang digunakan untuk gubahan makna "paraklet" (orang yang terpuji) pada ayat tersebut, adalah sebuah kata dari bahasa Syria yang berarti Muhammad dan ini merupakan ekuivalen dengan kata baraqlitis. Jika mungkin di luar tempat ini dapat mendiskusikan percabangan-percabangan bahasa Syria dalam argumen ini. Titik tekan yang harus dicatat bahwa kaum muslimin benar-benar yakin kalau Muhammad ini sungguh telah diramalkan di dalam kitab Bibel.

Ibn Ishaq di tempat lain dan pada buku Thabaqat yang

Page 51: Titik temu islam kristen

43

dikarang oleh Ibn Sa'ad (meninggal tahun 844 Masehi) ada berbagai kisah tentang jalan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang menyembunyikan ayat-ayat yang mengabarkan tentang kehadiran Muhammad sebagai nabi. Kadangkala ada penyembunyian fisik dengan memotong halaman-halaman bersama sekaligus, atau dengan menghapus satu ayat atau mengganti satu ayat dengan ayat yang lain. Kisah-kisah itu seluruhnya rupanya mengacu kepada penduduk bangsa yang ummi (buta huruf ) yang masih berfikir sederhana. Kisah-kisah yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi membayangkan seorang nabi ini kemungkinan berasal dari bayang-bayang seorang Messiah. Kisah yang paling terkenal adalah kisah pendeta Kristen, Bahira, yang waktu itu Muhammad sedang dalam perjalanan menuju Syria. Maka diketahui dari deskripsi buku-bukunya yang mengisyaratkan kenabian antara kedua bahu pundak beliau dan memberitahukan kepada paman beliau, Abu Thalib, agar berhati-hati menjaga Muhammad.

Sejak abad ke delapan, sebagian ilmuwan muslim meneliti ayat-ayat Bibel lebih lanjut yang dapat diklaim meramalkan kehadiran Muhammad sebagai nabi atau rasul. Tak pelak lagi bahwa memang secara implisit menyatakan kekuatan teks Biblikal dan adanya kontradiksi bentuk-bentuk ajaran tersebut di mana seluruh teks itu tidak dapat dipercaya. Seorang ilmuwan yang kesohor, Ibn Qutaibah (meninggal tahun 889 Masehi), menemukan kira-kira sejumlah ayat, namun orang ini didahului oleh seorang yang masuk Islam dari beragama Kristen, Ali Ibn Rubban al Thabari (jangan dikacaukan dengan al-Thabari sebagai ulama ahli tafsir dan ahli sejarah, yang menghasilkan tafsirnya tidak kurang dari 130 ayat).

Umat Kristen dewasa ini yang berfikir bahwa pesan nabi yang paling mendasar adalah untuk zaman dan tempat beliau sendiri. Hal ini tentu dipahami secara berbeda dengan umat Kristen di zaman-zaman Perjanjian Baru yang melihat pada pesan-pesan yang meramalkan masa depan. Dewasa ini umat Kristen memperkenankan bahwa pesan-pesan kenabian ini kemungkinan dapat menunjukkan masa depan dengan dua cara. Cara yang pertama, seorang nabi yang dapat memberi perhatian kepada orang-orang sezamannya dengan bencana-bencana yang menimpa mereka sebagai hukuman terhadap tingkah laku atau perbuatan dosa yang telah mereka lakukan. Semua bencana yang ditimpakan kepada mereka ini dibayangkan untuk hari depan yang dekat. Cara yang kedua, pesan-pesan kenabian dapat berisi pernyataan-pernyataan umum tentang jalan-jalan dimana Tuhan berhadapan dengan makhluk yang bernama manusia, baik hukuman terhadap perbuatan dosa maupun memberi

Page 52: Titik temu islam kristen

44

daya dorong agar tulus jujur dan membebaskan mereka dari kesengsaraan; dan tindakan-tindakan yang memberi dorongan yang diperlukan agar tidak segera terjadi.

Ayat dalam Deuteronomy 18: 14-19, dimana Musa mengatakan kepada Bani Israel bahwa Tuhan akan menurunkan kepada mereka seorang nabi seperti dirinya dari antara bapak-bapak mereka. Hal ini kiranya menyatakan prinsip umum, yakni ketika manusia yang beriman itu perlu petunjuk ketuhanan atau pertolongan Tuhan yang lain yang hendak mengirimkan seorang nabi kepada mereka. Prinsip ini dapat dikatakan telah terpenuhi pada keseluruhan rentetan nabi-nabi, yang memberi petunjuk kepada Bani Israel berabad-abad lamanya. Kemudian orang-orang Yahudi berfikir untuk mengaplikasikan pekabaran ini dengan hadirnya Sang Messiah, dan ini diberikan dalam artian umat Kristen awal dan ditujukan kepada Yesus (Acts 3: 22, dan seterusnya). Berdasarkan titik pandang ini, maka orang yang beragama Kristen dapat diakui bahwa mereka juga berlaku kepada Muhammad. Kendatipun demikian, pada waktu yang sama harus ditunjukkan bahwa dewasa ini umat Kristen tidak melihat terpenuhinya ramalan ini pada seseorang sebagai suatu bukti kenabiannya; baik dia ini benar-benar seorang nabi yang dikenal dari kualitas pesan-pesan yang disampaikannya maupun akibat pesan-pesan tersebut dalam kehidupan pemeluk-pemeluknya.

Bahkan harus dicatat bahwa cara berfikir modern tentang kenabian, ternyata tidak menetapkan penyimpangan dengan persamaan-persamaan aksidental antara lembaran-lembaran kenabian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi terkemudian. Jadi ada sebuah ayat dalam Isaiah yang menyebutkan:

(Tanda kekuasaan) ini adalah: perempuan muda yang akan menerima dan melahirkan seorang anak lelaki, dan akan memberikan namanya dengan Immanuel. Mentega dan madu yang hendak mereka makan, agar dia tahu bagaimana orang ini menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik. Karena sebelum beliau mengetahui bahwa dia mengetahui bagaimana menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik. Karena sebelum dia mengetahui bagaimana menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik, karena sebelum dia mengetahui bagaimana dapat ditinggalkannya kejahatan dan dipilih yang engkau benci itu akan ditinggalkan oleh kedua rajanya (Issaiah 7: 14).

Para ilmuwan modern juga memahami anak kalimat di atas secara berbeda satu dengan yang lain. Dalam versi Yunani kuno, satu kata pada ayat di atas mempunyai arti "perawan" atau "kesucian" walaupun dalam bahasa Yahudi berarti "gadis" atau perempuan muda yang belum kawin yang di satu saat

Page 53: Titik temu islam kristen

45

nanti akan menuju jenjang perkawinan. Umat Kristen awal yang akrab dengan bahasa Yunani menyatakan bahwa ayat tersebut menunjukkan ramalan akan konsepsi keperawanan atau kesucian Yesus dan Immanuel dianggap sebagai salah satu namanya. Menurut pemahaman modern, ayat tersebut memberi tahukan kepada raja di waktu itu, Ahaz, bahwa malapetaka akan mengiringi musuh-musuhnya dalam waktu beberapa tahun mendatang. Nama Immanuel atau "Tuhan bersama kita", menekankan prinsip umum dan meyakinkan raja yang senantiasa berada pada jaminan pertolongan Tuhan terus-menerus. Akan tetapi ayat tersebut juga menguntungkan Yesus yang di satu saat diperuntukkan kepadanya. Jadi, tentang apllkasi Kristen modern kepada Yesus ini tidak memberikan sesuatu bukti apapun, dalam artian tidak lebih dari kejadian yang luar biasa; namun mempunyai tempat sejarah yang kuat dalam sejarah Kristen karena merupakan bagian dari cara berfikir umat Kristen awal terdahulu. Dalam memberi tahukan kejadian ini, secara implisit menyatakan bahwa kejadian luar biasa itu bukan merupakan bagian dari titah Tuhan, dikarenakan nabi-nabi mengucapkan kalimat-kalimat yang samar.samar yang artinya hanya akan jelas pada abad-abad terkemudian.

Namun begitu, umat Kristen yakin bahwa hasrat dan kematian Yesus telah diramalkan di dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi ramalan ini jatuh kedalam kategori pernyataan umum tentang bagaimana Tuhan menghadapi manusia secara individual maupun komunitas. Satu dari pernyataan tersebut adalah penjelasan tentang penderitaan hamba Tuhan dalam Isaiah 52: 13, 53: 12. Walaupun hal ini nampak secara khusus dipergunakan kepada Yesus sebagai Messiah, namun ada pengertian dimana tiap-tiap orang mengatakan kedamaian dan keselamatan bekerja yang penting bagi Tuhan. Karena itu barangkali harus menghadapi penderitaan dari kematian. Agaknya jelas untuk orang luar bahwa umat Islam dewasa ini berusaha keras untuk mencapai dukungan bagi apa yang mereka anggap sebagai konsep Islam yang lebih benar ketimbang konsep-konsep kaum fundamentalis yang secara pasti hampir harus menghadapi penderitaan yang besar.

Persepsi Islam Tentang SejarahPada bab 2 nampak bahwa Arabia zaman pra-lslam, kurang

memahami sejarah maupun proses sejarah. Al-Qur'an menegaskan banyaknya nabi-nabi terdahulu, bahkan memberi kesan bahwa masyarakat-masyarakat yang diberi pesan risalah oleh masing-masing nabi itu tempatnya terpisah satu sama lain dan bahwa keyakinan agama mereka tidak akan habis karena rentang zaman

Page 54: Titik temu islam kristen

46

yang lama, sungguh agama Ibrahim itu terus akan hidup sampai anak-cucu keturunannya yang besar. Satu kekecualian terhadap diskontinuitas ini adalah masyarakat Bani Israel sebagai suku bangsa untuk pertama kalinya nabi Musa ditujukan, lalu nabi-nabi yang lain, kemudian Yesus. Akan tetapi tidak ada ide yang jelas tentang mata rantai antara berbagai kejadian yang dijelaskan dalam Al-Qur'an maupun kontinuitas sejarah bangsa Israel yang berkesinambungan. Lebih dari itu, ke tika Al- Qur'an menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah keagamaan masa lampau, yang dikembangkan dengan jalan kiasan atau perumpamaan, seakan-akan audiennya segera mengetahui tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut. Semenjak generasi umat Islam yang kedua atau yang ketiga, terjadi runtutan bagi deskripsi yang lebih penuh tentang berbagai kejadian dan berbagai peristiwa yang terjadi, bahkan bagi pengetahuan mengapa mereka saling berkaitan satu sama lain.

Telah ditunjukkan didalam Al-Qur'an bahwa untuk menemukan tuntutan pertama, ada golongan pengkhotbah populer atau para ahli riwayah (qushash) yang menghasilkan keaneka-ragaman dan secara kuat mengembangkan versi-versi Biblikal dan kisah-kisah yang lain. Materi periwayatan ini disebarluaskan lewat kontaknya dengan orang-orang Yahudi dan lain-lain, akan tetapi materi itu hampir tidak mungkin membebaskan kendali imajinasi mereka. Diantara qushash (para ahli riwayah) adalah orang-orang yang secara tulus mempunyai pengetahuan yang terpercaya, namun ada di antara mereka yang lain adalah orang-orang yang tidak mengindahkan moral dan menggunakan sumber-sumber meragukan yang mereka tambahkan dengan melampaui batas. Sebagai akibatnya adalah para ahli hukum dan berbagai ilmuwan serius lain merasa diancam oleh para qushash dan berikhtiar mengatur dan membatasi aktifitas mereka. Juga ada pribadi-pribadi yang menghasilkan bahan material yang diinginkan pada suatu tingkatan kesarjanaan. Salah satu yang dikenal paling bagus adalah golongan bangsa Yamani yang pindah agama dari agama Yahudi ke Islam, Ka'ab al-Ahbar (meninggal tahun 638 Masehi) . Ulama penting lainnya adalah Wahb Ibn Munabbih (meninggal tahun 732 Masehi), rupanya orang ini tidak pindah agama melainkan orang ini telah membaca tujuh puluh buku tua. Dia katakan, dia telah menulis buku yang berjudul Kitab al-Mubtada' dan buku ini agaknya merupakan salah satu karyanya yang paling penting.

Memang pada tahun 1989 ilmuwan Amerika, Gordon Newby, yang menerbitkan bukunya yang penting dalam judul The Making of the Last Prophet: A Reconstruction of the Earliest Biography of Muhammad. Judul buku ini ada sedikit kesalahan sebab apa

Page 55: Titik temu islam kristen

47

yang Newby bangun adalah buku pertama dari tiga bagian Sira Ibn Ishaq yang berjudul Kitab al- Mubtada' itu, "Buku Pertama atau Genesis." Buku ini berisikan pertimbangan luas nabi-nabi terdahulu yang dijelaskan di dalam Al-Qur'an, namun dengan sendirinya tentu tidak menjelaskan nabi Muhammad SAW Pimpinan Editor Ibn Ishaq, Ibn Hisham, mengabaikan keseluruhan Kitab al-Mubtada' dari resensinya terhadap kitab Sirah Ibn Ishaq itu dan tak satupun manuskrip yang ada. Namun demikian, kutipan-kutipan dari buku ini telah dibela oleh penulis-penulis lain, khususnya oleh al-Thabari dalam karya sejarahnya dan komentar Al-Qur'annya, dan inilah yang dikoleksi dan diterjemahkan oleh Professor Newby. Sebagian ilmuwan akan terheran-heran terhadap uraian bagaimana ekstensifnya kutipan-kutipan tersebut. Kutipan-kutipan yang ekstensif ini disusun dalam bab-bab, satu bagi tiap-tiap nabi dan ditempatkan pada orde yang dimunculkan dalam karya sejarah al-Thabari. Kiranya masuk akal untuk berasumsi bahwa hal ini merupakan orde yang diberikan oleh Ibn Ishaq kepada mereka. Jika asumsi ini benar, maka berarti Ibn Ishaq atau mungkin pendahulunya seperti Wahb Ibn Munabbih - telah melaksanakan tugas membuat aturan kronologis bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi yang dijelaskan di dalam Al-Qur'an.

Untuk melihat sejauh mana umat Islam masih mempunyai persepsi yang berasal dari persepsi Yahudi maupun Kristen, agaknya akan bermanfaat untuk memahami buku ini secara penuh. Daftar bab-babnya adalah sebagai berikut:

Penciptaan, Adam dan Hawa; Nuh dan isunya; Hud; Salih; Ibrahim Khalilullah; Luth; Ya'kub; Shu'ayb; Yusuf; Musa; Ilyas; Ilyasa dan para penerusnya; Ezekiel; Samuel; Dawud; Sulaiman; Sheba (Saba'); Issaiah; al-Khidr; Daniel; Hananiah; Azariah; Mishael, dan Azra; Iskandar (Alexander); Zakaria dan Yahya; Keluarga Imran dan Yesus putra Maryam; Para Penghuni Gua (Ashab al-Kahfi); Jonah; Tiga Rasul; Samson dan George.

Secara kronologis, di sini ada beberapa kesalahan. Jonah dan Samson ditempatkan setelah Yesus Kristus (Isa). Dalam kasus Jonah, ayahnya Ammittai barangkali dapat dibingungkan dengan Mattai atau Matthew atau Matius. Ezekiel yang namanya tidak dijelaskan di dalam Al-Qur'an, menjelasan ayat (2: 259 maupun 2: 243). Namun kisah ini tidak ada kaitannya dengan Ezekiel yang sebenarnya dan ditempatkan pada masa Hakim- Hakim tak lama setelah Joshua. Hud, Salih dan Shu'ayb adalah nabi-nabi Arabia. Sheba (Saba') adalah sebuah suku Arabia yang telah hancur binasa disebabkan oleh kekufuran mereka (54: 15-17). Ratu Saba' yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai Bilqis masuk ke dalam kisah Sulaiman. Samuel tidak disebutkan di dalam AI-Qur'an, namun ada petunjuk untuk nama ini dalam 2:

Page 56: Titik temu islam kristen

48

246. Al-Qur'an tidak menyebutkan tentang Issaiah namun ada beberapa ayat yang samar-samar (17: 4-8), yang menyatakan Bani israel dua kali tersesat dan pantas dikenakan siksaan (hukuman berat) bersamaan dengan serangan Sennacherib yang gagal di Jerusalem.

Al-Khidr, tokoh mitos Arabia, biasanya diidentikkan dengan "salah seorang hamba Kami" dalam 18: 65, yang memberi pelajaran kepada nabi Musa. Kisah ini diambil oleh Ibn Ishaq menjadi Jeremiah dan hal ini memberi kesempatan kepadanya untuk menyebutkan kehancuran Jerusalem dan pengusiran serta pengasingan. Dalam Al-Qur'an 18: 83-98 ada seorang misterius yang diberi nama Dzu al-Qurnayn yang oleh Allah diberi kekuasaan dan kedudukan. Ibn Ishaq mengakui nama Dzu al-Qurnayn ini biasa diidentifikasi dengan nama Alexander Yang Agung, namun tinggal sedikit sekali rincian sejarah yang asli. Setelah zaman Kristus mendatangi para Penghuni Gua (Ashab al-kahfi) yang mempunyai legenda Kristiani, maka tidak diberi nama Tiga Rasul 36: 13-29, dan pahlawan shahid Kristen, George, yang tidak ada di dalam Al-Qur'an.

Tidak ada uraian Ibn Ishaq tentang Maria (Maryam) dan Yesus (Isa). Sesuai dengan ayat 3: 35-44, menjadikan Zakaria sebagai pelindung bagi Maria (Maryam). Ketika dia menyadari sendiri dirinya tidak mampu memenuhi kewajiban melindungi Maryam, maka perlindungannya terhadap Maryam dipercayakan kepada seorang tukang kayu yang bernama George. Maryam menyendiri di gereja dan di sana disusul oleh seorang pemuda tampan yang bernama Yusuf (Joseph), mereka berdua saling membantu satu sama lainnya dalam segala hal untuk mengambil air. Tidak ada penjelasan tentang lelaki yang lebih tua dari Joseph (Yusuf ) sebagai suaminya, walau kemudian Maryam ini dikatakan sebagai janda. Pertimbangan akan kelahiran Yesus (Isa) mengikuti Al-Qur'an 19: 16-34 (yang dikutip dalam bab sebelum bab ini), namun ditambahkan bahwa kejadian ini mengambil tempat di Bethlehem dan di samping pohon kurma yang ada pelindungnya. Dalam tinjauan ringkas peristiwa-peristiwa yang terjadi ini, akan membawa kepada penyaliban yang menyatakan bahwa tempat Yesus yang diambil oleh seorang lelaki yang disebut dengan nama Sergius. Ada penilaian terhadap pekuburan Yesus yang diketemukan di Madinah, yang walaupun tetap dipegang teguh, akan tetapi sesuai dengan Al-Qur'an (3: 55; 4: 158) yang sebenarnya Allah mengangkat Isa kepadaNya.

Dalam pengantarnya tentang terjemahan Professor Newby, menekankan bahwa Ibn Ishaq mengilustrasikan dan mengembangkan konsepsi Al-Qur'an tentang serentetan nabi-nabi dan mitos-mitos atau bayangan kenabian sebagaimana

Page 57: Titik temu islam kristen

49

yang telah saya katakan. Sebagian bahan yang dipergunakan Ibn Ishaq dapat dilacak ke sumber-sumber kitab suci Yahudi dan sedikit ke sumber kitab suci Kristen lain selain dari Perjanjian Baru, sementara masih ada lagi riwayat yang sumbernya tidak dapat dimengeri. Selain terjemahan dari keempat kitab suci (Gospel) yang telah dijelaskan pada halaman 34, Ibn Ishaq secara umum tidak timbul untuk harus memasukkan salinan Bibel. Pada saat menyalin bahan dari kitab Bibel, dia menghubungkannya dengan "umat yang percaya kepada Taurat" atau "ahl al-kitab" (yang pertama), dan ini agaknya menyiratkan pemyataan bahwa dia menerima kitab ini secara total. Untuk beberapa hal, Ibn Ishaq menjelaskan bahwa Wahb ibn Munabbih sebagai sumber rujukan.

Informasi lebih lanjut tentang Kristen diperoleh di bagian tiga buku Sira Ibn Ishaq dalam kaitannya dengan pengiriman utusan ke raja-raja oleh Muhammad. Pada sejenis tanda kurung yang menulis daftar sebelas murid yang dikirim Yesus ke berbagai bangsa, walaupun tidak menjelaskan adanya seorang yang bernama Mark yang dikirim ke Mesir. Lalu ada penilaian tentang bagaimana kaisar Byzantine, Heraclius, dan Abyssinia, Negus, yang percaya kepada kenabian Muhammad yang diabaikan oleh Ibn Hisham.

Setelah penaklukan-penaklukan Islam abad pertama yang fenomenal itu, yang menjadikan makin meluasnya wilayah Islam sampai ke Spanyol dan Marokko di barat, dan sampai ke Asia Tengah dan Punjab di timur, maka terjadilah perkembangan perlahan-lahan bagi visi hari depan sejarah. Secara mendasar ini adalah ramalan dari proses penaklukan yang akan terus berlangsung sampai ke seluruh dunia akan berbalik ke Islam. Salah satu jalan pada visi ini diwujudkan oleh pandangan dunia sebagai terpisah ke dalam dua wilayah; dunia Islam (dar al-islam) dan dunia perang (dar al-harb). Dar al-islam adalah tempat di mana orang muslim mengatur negara sesuai dengan hukum Islam, dan dar al-harb adalah tempat atau wilayah dimana umat Islam tidak mempunyai peran di dunia tersebut dan bahkan diperangi. Ada kemungkinan dalam rangka memperkuat jalan untuk mewujudkan dunia sejarah bahwa Al- Qur'an 33: 40 menyebutkan nabi Muhammad sebagai "penutup nabi-nabi" (khatam al-anbiya'), ditafsiri sebagai pengertian bahwa Muhammad adalah nabi terakhir penutup zaman dari nabi-nabi yang dikirim oleh Allah, karena setelah Muhammad ini tidak akan ada nabi lagi yang diutus ke bumi. Kendatipun demikian, menurut sebagian kaum muslimin awal, frase ini dapat memberi pengertian hanyalah Muhammad yang menjadi penutup nabi-nabi sebelumnya sebagaimana yang acapkali dinyatakan di dalam Al-Qur'an. Dengan kata "tidak akan ada lagi nabi setelah Muhammad", maka para ulama

Page 58: Titik temu islam kristen

50

mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an sebagaimana adanya, firman Allah yang terakhir yang ditujukan kepada bangsa manusia, agar umat Islam diharapkan dapat memasukkan setiap insan kecuali orang-orang yang telah dipastikan akan bernasib menjadi penghuni neraka.

Konsepsi dua frase ini mempunyai tempat yang menonjol pada setiap pemikiran Islam yang terjadi. Peristiwa-peristiwa yang terjadi seperti pengusiran umat Islam dari Spanyol, yang akhimya diusir sama sekali di tahun 1492, yang nampak sebagai kemunduran umat Islam yang bersifat sementara. Kemenangan-kemenangan Ottoman di Eropa timur pada abad 16 Masehi muncul menjadi pengulangan ekspansi Islam; akan tetapi tetap kehilangan wilayah teritorial karena kerajaan Ottoman antara abad 18 dan akhir Perang Dunia Pertama tidak membawa peninggalan paripurna konsepsi ini. Sebagian besar para pendukung yang antusias kepada Imam Khomyni dan para pemimpin fundamentalis yang lain yang agaknya berfikir bahwa suatu periode kemajuan baru tengah barlangsung di ambang pintu.

Kesempurnaan dan Kemandirian Islam

Sungguhpun saya pada suatu waktu lebih memperhatikan signifikansi kisah tentang perpustakaan Alexandria yang diberitakan oleh Edward Gibbon dalam sejarah kekaisaran Roma (bab 51), hal ini agaknya menjadi titik penting yang secara singkat merupakan pengulangan yang cukup bermanfaat. Ketika Alexandria diduduki pada tahun 641 Masehi, maka komandan perang Arab menulis kepada khalifah Umar ibn Khaththab di Madinah. Surat yang dikirim ini menanyakan tentang apa yang seharusnya dilakukan berkenaan dengan perpustakaan yang termasyhur itu. Lalu, komandan Arab ini menerima jawaban tegas dari Khalifah Umar, "apabila buku-buku yang ada di perpustakaan itu bermanfaat dan sesuai dengan Al-Qur'an, maka buku-buku itu tidak boleh dirusak. Apabila buku-buku yang ada di perpustakaan itu tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan bahkan berbahaya, maka secara pasti harus dihancurkan." Memang benar, kisah pengiriman surat dari komandan dan jawaban dari khalifah ini berasal dari sumber orang Islam. Namun Gibbon agak meragukan akurasi kisah ini dan para ahli sejarah berfikir bahwa perpustakaan ini rupanya yang dipindahkan dari Alexandria sebelum pendudukan Islam. Bahkan apabila faktisitasnya ditolak, maka kisah ini menunjukkan sikap yang telah mendetermin persepsi para ulama Islam maupun

Page 59: Titik temu islam kristen

51

para ilmuwan muslim berabad-abad lamanya, dan masih tetap berlaku demikian. Mereka yakin bahwa Islam adalah agama terakhir dan bahwa di dalam Al-Qur'an dan Hadits (kisah-kisah anekdot tentang Muhammad), Islam memiliki sifat-sifat dasar seluruh agama dan seluruh kebenaran moral yang dituntut oleh sekalian bangsa manusia dari sekarang sampai akhir zaman. Maka dari itulah, pada bidang keagamaan dan moral, Islam tidak perlu belajar dari sistem berfikir lain dari luar Islam.

Kisah ini bersama dengan kisah yang lain agaknya merupakan pertimbangan yang berharga, yang kemungkinan besar dapat menjadi kebenaran yang penting. Ulama pertama yang mempelajari Tasawwuf adalah Al-Harits al-Muhassibi (meninggal 857 Masehi). Orang ini menulis sebuah buku yang berjudul Refutation of the Mu'tazilites -- Sanggahan terhadap Golongan Mu'tazilah -- (sebuah sekta yang dianggap sebagai bid'ah oleh mainstream Sunni). Sekta ini secara menyeluruh dikritik oleh ulama yang lebih tua, Ahmad ibn Hanbal (meninggal 855 Masehi), sang pendiri mazhab Fiqh Hanbaliah. Yang dikritik oleh Imam Hanbali ini adalah karena Al-Muhassibi sebelum menolak ajaran-ajaran bid'ahnya Mu'tazilah ini, telah memberikan pertimbangan yang cukup sempurna dan agak obyektif, dan Imam Ibn Hanbal merasa khawatir kalau orang akan membaca ajaran-ajaran yag salah dan menerima ajaran-ajaran salah itu tanpa memperhatikan penolakannya. Sikap ini merupakan ikhtiar untuk melindungi umat Islam dari mendengarkan ajaran salah yang menonjol pada praktek ulama Islam yang telah berlangsung berabad-abad lamanya. Pernyataan ini agaknya menunjukkan rasa tidak percayanya akan kemampuan pemikiran manusia awam untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kemungkinan rasa tidak percaya ini berkaitan dengan keyakinan bahwa kebenaran wahyu itu terutama tidak didukung oleh akal, melainkan didukung oleh mu'jizat-mu'jizat yang dijamin oleh Allah kepada nabi yang menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia.

Akibat sikap ulama ini, maka mereka berusaha secara terus-menerus untuk mencegah golongan masyarakat Islam awam agar senantiasa terhindar dari ajaran bid'ah dan ajaran yang salah. Pada saat para ulama hendak menulis buku-buku tentang sekta-sekta Islam, maka bagi mereka sebelum mengabsahkan ikhtiarnya dengan menyatakan niatnya bahwa mereka hendak menjelaskan dan mengilustrasikan pernyataan nabi Muhammad saw tentang akan adanya tujuh puluh tiga sekta dalam Islam. Dengan cara yang sama, agaknya umat Islam telah memperlihatkan tidak tertariknya untuk mempelajari ajaran-ajaran dari agama-agama lain di luar Islam. Namun ada satu atau dua pengecualian pada

Page 60: Titik temu islam kristen

52

zaman pertengahan, walaupun hanya terjadi pada beberapa dekade terakhir karena universitas-universitas Islam telah mulai mempelajari Perbandingan Agama.

Akar sikap para ulama dan umat Islam pada umumnya ini adalah konsepsi pengetahuan yang berbeda dengan konsepsi orang-orang barat yang terbesar. Bagi para ahli Hadits, pengetahuan yang esensial adalah agama dan moral, atau, seperti telah saya katakan pada tempat lain, "pengetahuan untuk kehidupan", dan ini secara nyata benar-benar seluruhnya sudah terkandung di dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi SAW. Di pihak lain, bagi orang barat, pengetahuan yang paling utama adalah "pengetahuan untuk kekuasaan", yakni pengetahuan tentang alam dan tentang manusia secara individual maupun komunitasnya. Pengetahuan alam dan manusia ini yang lebih memudahkan untuk mengontrol hal-hal dan bangsa manusia. Boleh jadi asumsi self-sufficiency ini lebih dari kepercayaan akan perubahan kitab suci Bibel yang telah diperoleh oleh umat Islam karena mempelajarinya. Seorang barat yang beragama Kristen barangkali berfikir bahwa Kitab Kaum Mormon itu dengan sendirinya tidak mempunyai nilai sama sekali, namun apabila orang barat ini seringkali mengadakan kontak dengan bangsa Mormon, maka ia akan sedikit menghabiskan waktu untuk mempelajari bangsa Mormon itu agar dapat memahami lebih baik tentang mereka yang dihadapinya dan yang selalu terlibat di dalamnya. Jadi kesulitan bagi bangsa barat untuk mengapresiasi kekhawatiran orang Islam dalam mendapatkan ajaran yang salah, bahkan rasa cemas dan khawatir ini menolongnya untuk menjelaskan urgensi mengkampanyekan buku Salman Rushdie yang harus dilarang dan harus dibakar oleh umat Islam maupun oleh mereka.

Banyak Hadits Nabi dan sejumlah riwayat kaum muslimin awal yang berikhtiar untuk melaksanakan prinsip di atas. Namun tanpa diduga sebelumnya bahwa mereka harus terlibat dalam diskusi-diskusi keagamaan dengan orang orang Yahudi dan orang-orang Kristen.

Ketika khalifah Umar Ibn Khaththab datang menghadap Rasulullah SAW yang di tangannya membawa kitab Yahudi atau kitab suci Nasrani, lalu Rasulullah marah dan berkata kepada Umar:

Apakah engkau kagum kepada kitab-kitab tersebut, wahai Ibn al-Khaththab? Demi Allah, kitab-kitab itu dibawa kepada engkau putih dan suci; jangan engkau bertanya kepada mereka (orang Yahudi atau Nasrani) tentang segala sesuatu; mereka akan memberi tahu engkau sesuatu kebenaran dan engkau tidak akan percaya, atau tentang sesuatu kesalahan dan engkau akan percaya. Demi Allah, apabila Nabi Musa AS masih hidup sekarang ini, niscaya tidak akan dibukakan kepadanya kecuali untuk

Page 61: Titik temu islam kristen

53

mengikuti aku.Ulama ahli Tafsir, Ibn al-Abbas, meriwayatkan bahwa Rasulullah

bersabda:

Bagaimana engkau akan bertanya kepada ahli kitab tentang sesuatu, sementara Kitab-mu yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi-Nya berada di tengah-tengah kamu? ... Apakah Allah tidak memberi tahu kamu di dalam Kitab-Nya yang telah mereka rubah dan mereka putar balikkan (ghayyaru, baddalu) Kitab Allah, dan mereka telah menulis kitab dengan tangan dan perkataan mereka sendiri, seraya berkata: "Ini adalah dari Allah," yang dengan cara demikian mereka mendapat keuntungan yang kecil (2: 79)? Tidakkah dia melarang kamu pengetahuan yang berasal dari pertanyaan mereka? Demi Allah, kami tidak pernah melihat seorang manusia di antara mereka yang menanyakan kepada engkau tentang apa yang Allah wahyukan kepadamu.

Kutipan di atas menyiratkan pernyataan bahwa umat Islam harus segera bersiap untuk memiliki semua pengetahuan agama. Dengan pernyataan lain, Ibn al-Abbas memberitahukan kepada umat manusia agar menjadikan Al-Qur'an sebagai ukuran bagi kebenaran dan kesalahan: "Apabila engkau bertanya kepada mereka tentang suatu kebenaran dan suatu kesalahan; melainkan melihat apa yang sesuai dengan Kitab Allah dan menerimanya, dan apa yang bertentangan dengan Kitab Allah dan mereka menolaknya."

Aspek lain dari sikap terhadap apa yang sebenarnya tidak Islami ini sungguh nampak pada penolakan gradual riwayat-riwayat israiliyyat. Penolakan riwayat-riwayat israiliyyat ini pada pokoknya karena bahan-bahannya berasal dari orang Yahudi yang masuk agama Islam, seperti Ka'ab al-Ahbar dan Muhammad Ibn Ka'ab al-Qurazi, bahkan kadangkala berasal dari bahan-bahan yang termasuk kuno dahulu. Pada awalnya bahan periwayatan Israiliyyat ini dapat diterirna dan ada sebuah Hadits yang ditulis oleh al-Syafi'i (meninggal 820 Masehi). Nabi Muhammad SAW bersabda: "Bukan tujuan kita untuk mewarisi riwayat-riwayat yang berasal dari Bani Israel." Sekalipun demikian, pada waktu itu tujuan yang dikehendaki adalah mengambil cerita-cerita Israiliyyat dan pada umumnya dipertahankan bahwa cerita-cerita israiliyyat itu harus dihindari dan dijauhi.

Ilmuwan Mesir yang masyhur di awal abad ini, Rashid Ridha, yang menasehatkan agar kembali kepada Islam yang semurni-murninya dari "orang-orang dahulu yang salih (salaf al-salih), menentang sebagian kisah-kisah yang tidak benar yang diketemukan pada komentar-komentar Al-Quran abad pertengahan. Rashid Ridha berusaha menolak segala hal yang

Page 62: Titik temu islam kristen

54

tidak berasal dari sumber Islam dan khususnya mengkritik sebagian kisah-kisah di mana Ka'ab dan Wahb Ibn Munabbih yang disebut-sebut berada di antara para pewaris kisah-kisah Israiliyyat itu. Ulama lain tidak setuju dengan Rashid Ridha dan mengatakan bahwa Ka'ab dan Wahb Ibn Munabbih ini telah diakui sebagai pewaris kisah-kisah Israiliyyat oleh para ulama awal tentang Hadits seperti al-Bukhari (meninggal 870 Masehi). Berkenaan dengan penolakan ini, Rashid Ridha menjawab bahwa sebagian kisah-kisah Israiliyyat itu berasal dari Ka'ab dan orang-orang Yahudi lain yang masuk Islam karena bertentangan dengan kitab Perjanjian lama. Opponen-opponennya harus mengakui ini, namun mengatakan bahwa para perawi terkemudian telah meletakkan rekaan-rekaan khayali yang fanatik ke dalam mulut Ka'ab dan Wahb Ibn Munabbih. Akhirnya ada pandangan moderat yang agaknya telah berlaku umum sebagaimana dijelaskan dalam paragraf berikut ini:

Ketika riwayat-riwayat israiliyyat itu berada di atas otoritas Ka'ab, Wahb, atau yang lain-lain, sesuai dengan Al-Qur'an, maka riwayat-riwayat Israiliyyat itu merupakan hugg. Ketika riwayat-riwayat israiliyyat itu tidak sesuai dengan Al-Qur'an, akan harus dipertimbangkan sebagai riwayat yang palsu. Ketika riwayat-riwayat itu jatuh melampaui batas Al-Qur'an, maka janganlah kamu percaya, juga jangan mengkufuri. Hati-hatilah dengan sabda Nabi Muhammad SAW: "Janganlah percaya kepada ahli kitab dan jangan menuduh mereka sebagai kesalahan."

Kalimat-kalimat pembuka di atas adalah kenang-kenangan dari Umar Ibn Khaththab dan perpustakaan Alexandria.

Sepanjang abad-abad itu, ulama menggunakan otoritas mereka untuk mempertahankan jangan sampai terjadi penyebaran semua jenis bid'ah atau pandangan-pandangan yang bertentangan dengan Islam. Bahkan mereka mempertahankan diri dari segala hal yang berasal dari ajarannya sendiri dan berasal dari self-image Islam sebagaimana yang mereka terima. Desakan atau supresi di luar pandangan-pandangan yang tidak dikehendaki yang dibawa oleh metode totalitarianisme barat yang berbeda. Di banyak negara Islam dewasa ini, sungguh mustahil bagi para cendekiawan muslim untuk mempublikasikan segala hal yang bertentangan dengan fundamentalisme maupun tradisionalisme yang dominan.

Persepsi Sejarah SelanjutnyaPada poin ini akan bersifat instruktif untuk melihat kepada

Page 63: Titik temu islam kristen

55

karya tiga orang ahli sejarah Islam abad pertengahan. Ketiga sejarawan ini akan memberikan evidensi untuk mengabaikan segala hal yang non-Islam dan khususnya latar belakang historis Yahudi dan Kristen. Pada saat yang sama, informasi tentang Kristen harus disaring secara benar.

Karya pertama yang terkenal adalah karya tentang sejarah oleh Al-Thabari (meninggal 923 Masehi). Garis besar isi karya pertama ini terdiri dari seribu halaman yang menunjukkan bagaimana interes itu terutama difokuskan kepada bahan-bahan yang dinyatakan di dalam Al-Qur'an dan lalu tentang latar belakang orang-orang yang masuk Islam di Iraq dan Iran.

Daftar isi HalamanHakekat Waktu; Awal dan Akhir Dunia; Allah Yang Kekal dan Maha

Pencipta 21Awal Penciptaan; Iblis 57Adam dan Hawa 80Dari Sis sampai kelahiran Nuh 18Nuh 17Raja Yaman 29Dari Nuh sampai Ibrahim 21Ibrahim dan raja-raja asing Masanya 73Luth 18Kematian Ibrahim; Anak Cucunya 17Job, dan lain-lain 10Ya'kub dan Putranya; Kisah tentang Yusuf 43Musa dan lain-lain (Raja-raja Babylonia) 92Joshua 10Qarun (Tokoh dalam Al-Qur'an) 11Raja-raja Babylonia 6Bangsa Israel setelah Joshua; Ilyas, Ilyasa'; Samuel dan Saul 24Dawud dan Sulaiman 38Raja-raja Persia di Babylonia 22Bangsa Israel setelah Sulaiman sampai Nebuchadnezzar 52Urusan Babylonia, Yaman, dan lain-lain 19Pemugaran Yerusalem 1Raja-raja Persia, Alexander dan para penggantinya 49Terrnasuk yang atas adalah: Zakaria dan Yahya 11Maryam dan Isa 5Raja-raja Romawi yang menguasai Syria dari Kristus sampai

Muhammad 3Berbagai Suku Arab sebelum dan sesudah Kristus 31Samson, George 36

Page 64: Titik temu islam kristen

56

Raja-raja Persia di atas 200termasuk kelahiran Maryam 11

Daftar ringkas ini dinyatakan sendiri oleh pengarang. Penilaian terhadap raja-raja Romawi (di sini disebut raja-raja Syria) tidak lebih dari daftar nama-nama dengan tokoh tokoh selama mereka berkuasa. Lewat pengecualian, ada petunjuk ringkas tentang penyaliban Peter dan Paul di bawah kekuasaan Negro dan sampai kepada penghancuran Jerusalem di bawah kekuasaan Vespasian dan Titus. Tidak ada penjelasan bahwa bangsa Constantine yang menganut agama Kristen. Satu hal yang signifikan adalah sebelum daftar raja-raja yang berbicara tentang Maryam (Maria) dan Isa (Yesus) yang dibicarakan oleh al-Thabari, dan, terutama setelah memerankan versi kelahiran Al-Qur'an yang dijelaskan oleh Ibn Ishaq, agaknya ada versi lain yang memberikan bahan-bahan lanjutan dari Perjanjian Baru. Di antara versi-versi itu adalah: datangnya utusan-utusan dari raja Persia dengan hadiah-hadiah untuk sang juru selamat (Al-Masih atau Messiah); alur cerita Herold sampai terbunuhnya; perintah kepada seorang lelaki yang bernama Yusuf (walaupun tidak dimaksudkan sebagai suami dari Maryam (Maria) untuk mengambilnya dan mengambil anak ke Mesir dan kembalinya ke Nazareth. Agaknya ada pengetahuan yang lebih dari standar pertimbangan nativitas Kristen, sekalipun dicampur aduk dengan ide-ide yang keliru. Namun di waktu yang sama, masih ada kawasan yang luas yang dilupakan oleh sejarawan besar.

Karya Mas'udi (meninggal 956 Masehi), The Meadows of Gold, lebih diakui sebagai hiburan ketimbang sejarah semata-mata. Pada jilid-jilid awalnya banyak bahan geografi bersamaan dengan pertimbangan-pertimbangan bakat alamiah ingin tahunya dan adat kebiasaan berbagai bangsa dan ras manusia. Daftar isi berikut ini memberikan beberapa ide akan isi yang dikandung pada dua jilid buku pertama, namun pada pokoknya adalah yang kira-kira benar karena banyak hal yang termasuk di dalamnya itu ternyata tidak saling berhubungan satu dengan yang lain:

Jilid 1 halamanDari Penciptaan sampai Nuh 37Ibrahim sampai Sulaiman 29Rehoboam, dan lain-lain; Kerusakan tempat-tempat Ibadah; Suku

Samaria; Yahya 1Maryam (Maria) dan Isa (Yesus) (1) 12Sejarah India dan lain-lain 31Berbagai Bahan Geografi 188Bangsa Cina dan Turki 39

Page 65: Titik temu islam kristen

57

Bahan Geografi 77

Jilid 2 halamanRaja-raja Syria, Mosul, babylonia, dan lain-lain 27Raja-raja Persia Terdahulu dan Terkemudian 137Iskandar dan Pengganti-penggantinya 51Bangsa Romawi; Agustus dan raja-raja pagan 18Constantine, dan lain-lain; Konsili Gereja; Golongan Nestorian dan

Yakobit 22Raja-raja Kristen zaman Islam 23Mesir 87

Lagi-lagi di sini, kita melihat banyak kecenderungan yang lebih besar kepada raja-raja terdahulu di Iraq, Iran dan Syria, ketimbang tertarik kepada latar belakang sejarah Kristen. Maka tidak ada sejarah Yunani dan Romawi pra-Kristen. Sungguhpun demikian, kecenderungan ini meluas sampai ke India, Cina dan bangsa Turki Asia Tengah; dan agaknya pengarang merusak landasan yang segar dengan memberi informasi tentang bangsa Romawi dan bangsa Byzantine setelah masa hayat Kristus.

Hampir tidak dapat dijelaskan kalau pengarang mempunyai penilaian tentang Yahya (John sang pembaptis) yang secara sempurna memang benar-benar tidak jelas. Dikatakan, Yesus harus mengajarkan kepada orang-orang Yahudi yang menentangnya dan berkeinginan hendak membunuhnya. Kemudian seorang raja memberitahukan kepada Herod untuk membalas dendam kepada orang-orang Yahudi karena kematiannya. Sebelum Ibn Ishaq mengetahui apakah Yahya (John sang Pembaptis) itu dibunuh oleh Herod yang mengutuk perzinahan, namun kebanyakan sampai kepada rincian-rincian yang salah. Walaupun demikian, Al-Mas'udi mempunyai informasi yang lebih penuh tentang Isa (Yesus). Dia tahu bahwa Kristus dilahirkan di Bethlehem pada hari Rabu, tanggal 24 Desember (sebuah pernyataan yang diketemukan dari sumber Kristen kontemporer) , dan tidak menjelaskan pohon kurma seperti yang dijelaskan pada Al-Qur'an. Jadi, setelah menjelaskan bagaimana Yesus (Isa) dipelajari oleh agama Yahudi sebagai anak lelaki, dia menceritakan insiden yang jelas-jelas terjadi pada saat dia berada di sebuah sinagog. Dia temukan "jejak ingatan pada karakter cahaya" kata-kata, "Engkau adalah Anak-Ku dan kekasih-Ku, Aku telah memilih engkau atas Kehendak-Ku" dan lalu pergi untuk menyatakan bahwa "hari ini firman Tuhan berada sepenuhnya pada anak manusia." Kejadian ini agaknya merefleksikan insiden yang terjadi di sinagog Nazaret, kecuali kutipan dari Issaiah selain di kitab-kitab suci. Setelah dia mengatakan hal itu, dia berkunjung ke sebuah gereja di Nazareth.

Page 66: Titik temu islam kristen

58

Secara ringkas Al-Mas'udi menyatakan sebutan murid-murid, walaupun hanya menjelaskan atas nama empat penyebar warta suci, lalu pembaptisan Yesus, mu'jizat-mu'jizat dan hasratnya. Sungguhpun demikian, yang paling menarik perhatian adalah mengenai pernyataannya yang menyiratkan pengetahuan Perjanjian Baru. Dia berkata:

Di dalam kitab Injil, terdapat percakapan panjang tentang Kristus (Isa) dan Maria (Maryam) dan Joseph (Yusuf) si tukang kayu itu. Namun kita meninggalkan bisikan ini karena Tuhan Yang Maha Tinggi tidak menyatakan hal ini di dalam Al-Qur'an, bahkan bukan Nabi Muhammad SAW yang menyatakan demikian namun Tuhan sendiri.

Kemudian dikatakan oleh Al-Mas'udi, ada beratus-ratus pelayan yang pergi ke negeri Romawi. Al-Mas'udi mempunyai rincian kecil-kecil tentang kaisar Augustus, dan menjelaskan lahirnya Kristus di masa kekuasaan Kaisar Augustus ini, lalu kematian Kristus di bawah kekuasaan Raja Tiberius. Al-Mas'udi menyebutkan penganiayaan umat Kristen yang dimulai sejak di bawah kekuasaan Claudius, namun hal ini kiranya tidak benar, baik kepahlawanan Peter maupun kepahlawanan Paul, yang berada pada kekuasaan Claudius atau berada di bawah kekuasaan Nero. Lalu Al-Mas'udi membicarakan perkembangan iman Kristen melalui karya berbagai rasul, terutama Rasul 1 Mark di Mesir. Dia juga menyebutkan empat penginjil dan mengidentifikasi "tiga pelayan" dalam surat 38 dengan Peter, Thomas dan Paul. Lalu menghadirkan sebagian besar raja-raja pada masa Constantine berkuasa, namun fakta-fakta yang dijelaskan itu berbeda semata dengan pemujaan mereka kepada berhala-berhala. Agaknya itu semua yang menjadi daya tarik umat Kristen, seperti perusakan Jerusalem dan pemugarannya, penganiayaan dan kematian murid John (Yahya) di dalam kekuasaan raja Trajan. Ada pula kisah para penghuni Gua (ashb al-kahfi) yang disisipkan di sini.

Al-Mas'udi lalu berhadapan dengan raja-raja Romawi secara terinci yang beragama Kristen. Dia menguraikan konversi Constantine, dan berdirinya gereja-gereja di Palestina dan tempat-tempat lain oleh ibunya Helena. Ada penilaian sepintas tentang konsili ekumenikal keenam dan penolakan pandangan mazhab Nestorian dan mazhab Yakobit (di antara yang ikut adalah golongan Kopti). Namun pandangan mereka ini dianggap tidak berarti. Salah satu penjelasan tentang peristiwa yang terjadi itu adalah Umat Kristen yang mengakibatkan kemunduran ilmu pengetahuan Yunani (Muruj ii, hal. 321). Setelah pada periode kontak militer Nabi Muhammad SAW dan negara Islam yang sungguh menarik perhatian. Keseluruhan pengetahuan

Page 67: Titik temu islam kristen

59

Kristianinya memperlihatkan kemajuan yang dapat dibayangkan pada apa yang diketahui sampai masa Al-Thabari. Apabila bagian Bibel itu dapat dicapai untuk waktu yang akan datang, barangkali dia dapat menghindarkannya untuk berkonsultasi, sebab sebagai seorang hakim ia harus percaya kepada perubahannya; namun Al-Mas'udi tidak keberatan tentang kondisi demikian. Di samping mengacu kepada kitab Injil sebagaimana yang ditulis terdahulu, dia juga menjelaskan kitab Taurat dan Baruch, putra Neriah, sekalipun dinyatakan berasal dari surat tersebut, namun dari nama tersebut tidak didapatkan pada kitab deuterocanonical itu.

Buku lain yang dapat dicatat di sini adalah Al-Kamil -- Kesempumaan Sejarah-- oleh Ibn al-Atsir (1 160-1234 Masehi), yang menjadi buku standar bagi ilmuwan-ilmuwan muslim terkemudian. Selama masa itu sampai tahun 900 Masehi, sebagian besar penyingkatan Al-Thabari meskipun harus dengan beberapa penambahan. Al-Thabari ini mengikuti sejarawan sebelumnya yang secara nyata dalam menjadikan Jonah, Tiga Rasul dan Samson setelah zaman Kristen, namun berbeda dengan banyak kisah yang dikaitkannya tentang Yesus. Joseph (Yusuf ) sang tukang Kayu itu memainkan peranan yang lebih kuat, namun disebut-sebut bersifat relatif karena bukan sebagai suami Maria (Maryam). Ada kisah-kisah bagaimana Yesus sebagai anak lelaki muda yang membantu mendeteksi seorang pencuri dan juga bagaimana ketika dia secara salah dituduh membunuh seorang anak kecil. Yesus membawa anak kecil yang sekarat itu yang waktu hidupnya tinggal sedikit lagi, agar dapat memberikan bukti akan kepentingannya dan menyatakan kebenaran pembunuh anak itu yang sesungguhnya. Kisah kelahiran Yesus adalah dekat dengan Al-Qur'an dan tidak menyatakan bersembunyi di bawah pohon korma. Setelah menjelaskan satu ayat tentang kelahiran Yesus yang mengambil tempat di Mesir, dia menambahkan bahwa ayat pertama tentang kelahiran ini di negeri bangsa Maria yang lebih akurat. Walaupun pada penilaian lain dia mengakui pandangan yang mengatakan bahwa kehamilan Maryam (Maria) itu berlagsung bukan dalam waktu sembilan bulan atau delapan bulan, melainkan hanya hamil satu jam. Maka dasar inilah yang dekat dengan Al-Qur'an yang menyatakan bahwa "Maka Maryam yang mengandungnya, lalu ia menyembunyikan dirinya dari masyarakat ramai dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh" (19:22).

Al-Thabari bersiteguh dengan pandangannya bahwa orang yang disalib menggantikan Yesus (Isa) itu adalah orang yang bernama Segius. Ibn al-Atsir menyetujui pendapat bahwa orang yang disalib itu adalah orang yang berkhianat kepada Yesus (Isa) , yakni yang bernama Yudas, sungguhpun dia menjelaskan dengan

Page 68: Titik temu islam kristen

60

kemungkinan lain -orang yang mirip seperti bernama Natlianus. Dia menambahkan sedikit tentang penilaian sebelumnya terhadap raja Romawi terdahulu. Namun berbeda dengan Constantine terkemudian, yang mempunyai rincian-rincian tambahan dan menjelaskan lima konsili ekumenikal. Walaupun demikian, semua ini amat kecil memberikan ide bagi umat Islam tentang latar belakang sejarah minoritas Kristen yang mendapat perlindungan Islam, dan tetap dikurangi dengan Kaisar Byzantine. Barangkali ada hal yang signifikan bahwa pada periode antara Al-Thabari dan Ibn Atsar, ada sedikit usaha yang dilakukan untuk lebih menemukan latar belakang ini. Bahkan agaknya hanya terjadi pada abad dua puluh hingga sebagian kecil umat Islam mencoba mendapatkan pemahaman yang lebih akurat tentang Kristen dan sejarahnya.

Kurangnya perhatian kepada hal lain selain dari Islam dan dunia Islam ini, sungguh tidak mengherankan ketika orang ingat kembali gambaran sejarah yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim di luar persepsi Al-Qur'an. Karena Muhammad nabi terakhir dan Islam adalah agama yang final, maka proses sejarah mesti bergerak ke arah kemenangan Islam yang paling asasi di seluruh dunia. Ini berarti bahwa agama serta ajaran Kristen akan mungkin menjadi kabur sepenuhnya, atau bahkan masih tetap sebagai kelompok minoritas yang tidak berarti di negeri Islam. Dari sini diikuti oleh tak berartinya memiliki pengetahuan tentang Kristen yang sebenamya, sekalipun ada kemungkinan untuk membedakan antara apa yang benar dan apa yang salah dalam kitab-kitab suci Kristen dan ajaran Kristen. Ekspansi kerajaan Ottoman di abad lima belas dan enam belas menjadi kekuatan ganda bagi keyakinan ini. Rupanya tidak mungkin untuk memikirkan cendekiawan-cendekiawan muslim karena kita dapat memegangi imbangan-imbangan yang lebih baik ketika kita mempunyai pengetahuan akurat tentang mereka.

Kurang perhatiannya kepada sejarah Kristen, tak pelak lagi, juga berkaitan dengan sikap umum terhadap sejarah yang diperoleh di sebagian umat Islam. Pengetahuan sejarah sebagai yang dimiliki bangsa Arab pra-Islam adalah kepemimpinan dari perbuatan mulia dan kemenangan gemilang dari leluhur mereka. Perkembangan alamiah ini merupakan kecenderungan yang diperlihatkan oleh para ilmuwan muslim dalam mencatat prestasi-prestasi yang dicapai nabi Muhammad SAW dan pengganti-pengganti beliau, dan generasi umat Islam, terutama kemenangan-kemenangan yang dialami di medan perang. Maka sejarah menjadi bidang studi yang terkenal. Kendatipun demikian. Islam sekitar empat abad, sebagaimana telah di catat oleh Sir Hamilton Gibb, merupakan perubahan yang berlangsung itu kini tengah mengambil perannya. Berdasarkan hal ini, maka para

Page 69: Titik temu islam kristen

61

penulis kronik muslim memberlakukan beberapa prinsip kritisme sejarah terhadap bahan-bahan historis dan memperkembangkan kemajuan metode sejarah. Walaupun demikian, mereka menemukan dirinya tidak berdaya menghadapi tekanan-tekanan daripada ulama, yang pada masa kini telah merekonstruksi sejarah Islam awal atas dasar dogmatika, dan yang hadir menganggap sejarah sebagai "instrumen ajaran moral dan kontroversi dogmatika" yang paling utama. Gibb menjelaskan ini sebagai "subordinasi metode sejarah dan pemikiran tentang tuntutan emosi keagamaan dan dogma teologis." Presentasi sejarah Islam oleh ulama "dinobatkan dengan sanksi-sanksi keagamaan, agar permasalahan tersebut dianggap sebagai bid'ah." Inilah yang pasti mengapa Al-Ma'udi menahan diri dari menyatakan dari hal-hal yang dibacanya dalam ajaran-ajaran agama. Bahkan kisah-kisah kemu'jizatan Isa as. (Yesus) yang diperoleh dalam pertimbangan Ibn al-Atsir adalah bahan yang menegaskan ide kenabian Islam tradisional dan penempatannya di dunia sejarah.

Para sejarawan Islam menderita karena tidak mempunyai basis kronologis yang jelas. Semenjak peristiwa hijrah Muhammad yang telah berlangsung lama itu, mereka tidak mempunyai ekuivalen dengan masa sebelum Masehi. Alasan dasar yang dibuat oleh Al-Thabari pada masa kerajaan Romawi dari Kaisar Augustus, terutama kemungkinan kronologisnya, namun bukan karena banyak yang menggunakan demikian. Para sejarawan kiranya lebih berfikir dengan zaman sebagai terminologinya. jadi Al-Ma'udi memberi daftar era dengan lamanya masing-masing zaman tersebut dalam perhitungan tahun dibukunya. Mengacu kepada pandangan: Adam, Nuh dan bencana air bahnya; Ibrahim, Musa dan eksodusnya; pendirian tempat ibadah Sulaiman; Iskandar Dzu al-Qurnayin; lahirnya Kristus, atau pengangkatan atau kenaikannya; Muhammad (Hijrah atau wafatnya) . Dari tempat ibadah Sulaiman sampai Iskandar Dzu al-Qurnayn, diberikan perhitungan selama 717 tahun yang agaknya perhitungan waktu itu terlalu lama; dan dari Kristus sampai Muhammad SAW digambarkan kira-kira (satu dengan yang lain berbeda namun tidak terlalu jauh), yakni 521 tahun, 546 tahun, dan 594 tahun.

Dalam semua bentuk perhitungan itu, Nebuchadnezzar ada di dalamnya. Ibn al-Atsir mempunyai laporan bahwa Nebuchadnezzar menghancurkan Jerusalem karena terbunuhnya John (Yahya) sang pembatis itu. Namun Ibn al-Atsir menolak laporan ini mengingat bahwa penyerbuan terhadap kota Jerusalem itu disebabkan karena terbunuhnya Issaiah. Pandangan ini memperlihatkan bagaimana pentingnya mengingat kembali bahwa para sejarawan muslim awal itu agaknya mempunyai banyak kelemahan di bidang alat-alat dasar sejarah modern.

Page 70: Titik temu islam kristen

62

Tak terkecuali, orang barat modern sadar akan kelemahan-kelemahan pandangan Islam tentang sejarah, namun tidak memperkenankan kelemahan ini sampai membutakannya kepada dasar kebenaran tertentu yang masih tersembunyi. Ide perjanjian primordial antara Tuhan dan anak cucu Adam yang berarti bahwa manusia itu mempunyai tempat sentral pada kehendak Allah, dan bahwa bagian yang luas itu adalah mempersiapkan diri untuk akhirat hadir dalam kesadaran hubungan antara manusia dan Tuhan, menghambakan diri kepada-Nya, melayani-Nya dan beribadah mengabdi kepada-Nya, di dunia ini dan demi kehidupan kelak di akhirat. Untuk mewujudkan tujuan ini, Tuhan telah mengirimkan nabi nabi yang tak terbilang banyaknya; dan orang barat dapat melihat kepada semua orang yang telah memberi andil bagi perkembangan agama-agama dunia, yang besar maupun yang kecil. Tiap manusia telah membawa pengikutnya kepada pengetahuan akan Tuhan dan alam semsta ciptaan-Nya, sekalipun tidak identik benar, atau bahkan terma-terma yang dapat diperbandingkan dengan rumusan-rumusan dari agama-agama Ibrahim.

Sebagai pemikiran final mungkin dapat dikatakan bahwa ketika umat Kristen merasa dirugikan, karena tahu bagaimana agama mereka itu diabaikan dan diperlakukan secara rendah oleh umat Islam pada masa-masa penjajahan mereka. Maka mereka hendaknya bertanya kepada diri mereka sendiri, apakah pada penjajahan Kristen ini mereka tidak mengabaikan dan tidak menghinakan Islam dan agama-agama lain yang menjadi milik bangsa-bangsa manusia di muka bumi.

Page 71: Titik temu islam kristen

Bab: IV

Titik Temu Dengan Filsafat

Yunani

Titik temu Islam dengan filsafat Yunani bukan merupakan bagian titik temunya Islam dengan Kristen, kecuali relevan

dengan berbagai cara. Sungguh telah dikatakan oleh ilmuwan-ilmuwan barat bahwa salah satu momen penentu dalam sejarah peradaban Islam adalah penolakannya terhadap pemikiran filsafat Yunani yang menjadi peranan paling utama dalam perkembangan peradaban Eropa, dan bahwa penolakannya ini ternyata lebih menyulitkan bagi Islam untuk menghadirkan terma-terma yang timbul belakangan. Pernyataan ini mempunyai daya tarik yang superfisial, namun mengangkat isu-isu yang menuntut untuk dikaji secara seksama. Pada bab ini saya akan berikhtiar keras membicarakan isu-isu tersebut, selain juga menyatakan bahwa kompetensi saya ini tidak meluas sampai ke segala masalah yang terlibat di dalamnya.

Sikap Islam Terhadap Filsafat YunaniSebagai akibat dari penaklukan-penaklukan awal dalam Islam,

terutama penaklukan atas Iraq, umat Islam sejak pertengahan abad ke delapan, adalah adanya kontak dengan tradisi pemikiran Yunani. Di Iraq ada sekolah-sekolah Kristen atau perguruan-perguruan tinggõ Kristen. Lembaga-lembaga pendidikan ini menggunakan bahasa Syria sebagai bahasa pengantar belajar, disana dipelajari ilmu kedokteran, filsafat Yunani, dan ilmu-ilmu pengetahuan Yunani yang lain. Para penguasa dan raja Islam, segera tertarik dengan ilmu kedokteran Yunani dan terutama ilmu astronomi, yang berguna untuk menentukan arah kota Mekah yang harus dihadapi ketika mendirikan ibadah salat. Sampai tahun 870 Masehi, ahli fisika pada masa kekhalifahan Bani Abbasiah adalah orang yang beragama Kristen. Di awal abad ke sembilan, khalifah Al-Ma'mun mendirikan laboratorium dan pusat penterjemahan buku-buku Yunani, dan pada gilirannya buku-buku dari delapan puluh penulis Yunani itu sudah tersedia dalam

Page 72: Titik temu islam kristen

64

sajian bahasa Arab. Satu atau dua dekade terdahulu, sebagian kecil ahli teologi Islam tertarik kepada konsep-konsep filsafat Yunani dan konsep-konsep ilmiah Yunani. Para ahli ilmu Kalam ini pada gilirannya mulai menggunakan konsep-konsep filsafat maupun ilmiah Yunani dalam argumennya menentang para pemeluk kepercayaan non-muslim yang lain, dan menentang umat Islam yang tidak setuju dengan pendapat yang mereka kemukakan. Penggunaan konsepsi Yunani ini juga memperlihatkan kegunaannya kepada murid-murid yang sekolah di lembaga-lembaga pendidikan Kristen tadi, yang telah beragama Islam. Dua ahli ilmu Kalam terdahulu yang tertarik kepada konsepi-konsepsi Yunani adalah Hisham Ibn Hakam dan Dirar Ibn Amr, yang keduanya hidup kira-kira dari tahun 780 sampai 800 Masehi.

Penggunaan konsepsi-konsepsi Yunani oleh para ahli kalam terdahulu ini membawa perkembangan ilmu baru, Ilmu Kalam, teologi falsafi atau teologi rasional. Di antara lawan ilmu Kalam ini adalah aliran mazhab Mu'tazilah. Golongan mazhab ini mendiskusikan semua problem yang memperhatikan isu-isu teologis kontemporer. Namun berbeda dengan mainstream teologi Sunni yang berbicara tentang sejumlah masalah yang dikembangkan, misalnya, kepercayaan akan kebebasan kehendak manusia yang bertentangan dengan kehendak mutlak Tuhan. Akibatnya, golongan Sunni menghukumi bid'ah kepada golongan Mu'tazilah. Sekitar tahun 900 Masehi, Al-Asy'ari (873-935 Masehi) yang terdidik dengan Kalam Mu'tazilah, meninggalkan mazhab Mu'tazilah ini, dan lalu kembali ke mainstream awalnya. Namun demikian, Al-Asy'ari terus menggunakan metode Ilmu Kalam yang dipelajarinya dalam rangka mempertahankan dan melindungi ajaran-ajaran tradisional. Al-Asy'ari bukan saja pemikir dalam Ilmu Kalam ini, namun setelah kira-kira tahun 1000 Masehi, diberikan kepada mazhab utama Kalam Sunni di wilayah-wilayah pusat pemerintahan khalifah. Satu mazhab yang dapat diperbandingkan di Timur, Maturidiyah, tidak mencapai prominensi yang sesungguhnya sampai abad-abad berikutnya. Para pelaksana Kalam yang awal, diisi dengan sejumlah ide-ide keilmuan dan ide-ide filsafat Yunani, dan rupanya kecil tambahan ide-ide yang dikembangkan oleh para ahli Kalam sampai zaman Al-Ghazali.

Kendatipun demikian, ada pula sejumlah umat Islam yang hendak merumuskan pemikiran yang lebih jauh dari mazhab Mu'tazilah dalam hal pengakuannya terhadap pemikiran Yunani. Mereka dikenal sebagai falasifah (jama' bahasa Arab dari faylasuf atau dalam bahasa Yunani philosophos, para filosuf ). Salah seorang pendahulu yang terjun di bidang filsafat ini adalah Al-Kindi (800-868 Masehi). Al-Kindi adalah orang keturunan Arab asli, yang sayang sekali pemikiran-pemikirannya tidak banyak

Page 73: Titik temu islam kristen

65

dikenal. Filsuf lain adalah orang berkebangsaan Persia, Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al-Razi (meninggal 923 Masehi/32 Hijrah). Al-Razi menulis bukunya yang berjudul The Spiritual Phisick yang telah diuraikan oleh penterjemah ke dalam bahasa Inggris, sebagai eksplorasi dari sikap 'hedonisme intelektual." Filsuf yang lebih penting lagi adalah Al-Farabi (875-950 Masehi). Al-Farabi ini membela apa yang dianggapnya sebagai standar pandangan Islam atas dasar Neoplatonik. Posisi filsafatnya lebih lanjut didefinisikan kembali oleh Ibnu Sina atau Avicenna (meninggal 1037 Masehi). Ibnu Sina ini adalah salah seorang filsuf besar dunia. Walaupun karyanya dalam Falasifah-nya mempunyai tempat yang penting dalam sejarah umum filsafat, agaknya pemikiran falsafahnya berpengaruh kecil di dunia Islam pada zaman para filsuf muslim itu masih hidup. Standar para ulama Ahli Kalam di kalangan umat Islam kala itu tidak membahas pandangan para filsuf muslim tersebut, sebaliknya mereka malah sampai ada yang menolak pandangan mereka. Boleh dikatakan, karya-karya para filsuf muslim ini hanya baru-baru ini saja dimiliki di tengah para pengikutnya secara langsung. Kendatipun demikian, sesungguhnya sebagian ide-ide falsafahnya agaknya telah merasuk ke golongan-golongan masyarakat terpelajar dan mungkin telah mernperoleh pijakannya di sana.

Situasi di atas merupakan posisi yang terjadi ketika Al-Ghazali (1058-1111 Masehi) sebagai seorang tokoh yang masih relatif muda, berusia 33 tahun. Pada usia ini Al- Ghazali telah mencapai gelar professor (al-Shaykh) di perguruan Nizamiyah yang prestisius di Baghdad pada waktu itu. Guru Al-Ghazali ini bernama Al-Juwaini (meninggal 1085 Masehi), yang telah mempersiapkannya menghadapi mainstream teologi dari para filsuf (falasifah). Baginya tidak mungkin pergi ke guru fiIsafat, melainkan dia cukup menyalin dari karya-karya para filsuf seperti Ibnu Sina, dan lain-lain, dan melalui kajiannya yang mendalam secara otodidak, agaknya memberikan pemikiran-pemikiran filsafat yang cerdas. Sampai- sampai Al-Ghazali ini dapat menghasilkan telaah filsafat Ibnu Sina dalam karyanya yang berjudul Maqasid al-Falasifah. Dalam karyanya ini Al-Ghazali mempertimbangkan sesuatu yang lebih jelas ketimbang yang diperkembangkan oleh Ibnu Sina sendiri. Sungguhpun demikian, setelah menuliskan karya yang, dia juga menulis penolakannya terhadap ajaran-ajaran filsafat itu dalam Tahafut al-Falasifah. Dalam buku yang terakhir ini dia menyatakan bahwa ada tiga pendapat para filsuf yang menjadikan mereka kafir dan tidak muslim lagi. Tiga pendapat para filsuf ini adalah penolakan mereka terhadap adanya kebangkitan jasmani karena yang ada hanyalah kebangkitan ruhani di akhirat nanti; pandangan bahwa Allah hanya mengetahui hal-hal besar yang

Page 74: Titik temu islam kristen

66

bersifat universal dan tidak mengetahui fenomena kejadian-kejadian alam yang kecil-kecil; dan pendirian bahwa alam ini kekal adanya karena berasal dari yang kekal abadi. Masih ada lagi tujuh pandangan para filsuf yang dapat dikatakan sebagai bid'ah. Al-Ghazali juga tertarik kepada petunjuk yang luas sampai ke ilmu-ilmu falasifah, seperti Matematika, yang menurutnya para filsuf tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan bahkan dapat diakui kebenaran ilmu matematika ini. Secara khusus dia menuliskan pendahuluan buku-buku teksnya tentang logika Aristotelian, dengan contoh-contoh yang sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para ulama Kalam dalam Islam.

Salah satu akibat dari karya Al-Ghazali ini adalah adanya beberapa risalah ilmu Kalam pada bagian-bagian yang ekstensif sifatnya berkenaan dengan pendahuluan-pendahuluan filsafi terkemudian. Akibat pandangan ini dapat diilustrasikan pada kontribusi kandungan-kandungan isinya pada salah satu risalah yang paling masyhur dalam bukunya yang berjudul Mawaqif buah pena Al-Iji (meninggal 1355 Masehi). Lalu didapati pula komentarnya yang ditulis oleh Al-Jurjani (meninggal 1413 Masehi) yang terdiri dari 4 jilid besar- besar dari masing-masing jilidnya. Bagian karyanya dibagi sebagai berikut: obyek dan metodologi Ilmu Kalam; wujud dan non-wujud (makhluk dan bukan makhluk), wujud yang mungkin dan wujud yang wajib, sebab dan akibat, dan lain-lain; aksiden, kualitas, kuantitas, hubungan-hubungan, dan lain- lain; substansi, tubuh, jasmani, jiwa, ruh; makhluk, unitas, sifat dan perbuatan mutlak Tuhan; kenabian; alam akhirat dan materi-materi "tradisional" yang lain. Kalau demikian, hampir dua-tiga risalah dan komentar yang membicarakan tentang pengenalan filsafat menuju teologi yang tepat. Sesuatu hal yang mirip segera nampak pada buku Muhassal karya Fakhr al-Din al-Razi (meninggal 1210 Masehi) ,walaupun dalam kasus ini pengenalan-pengenalan tersebut hanya menduduki tempat sekitar separuh bukunya. Beberapa risalah yang lain yang hampir mirip adalah yang diuraikan oleh Louis Gardet dan Pere Anawati dalam pengenalannya terhadap teologi Islam. Terhadap contoh-contoh karya tersebut, timbul masalah penting: apakah benar penolakan kepada falasifah itu sebagai penolakan paripurna terhadap pemikiran Yunani oleh para ulama Kalam? Ataukah kita tidak boleh mengatakan bahwa mereka sebenarnya mengakui pemikiran Yunani dan mengadaptasikan dengan kebutuhan-kebutuhannya sendiri? Kendatipun demikian, sebelum memutuskan masalah ini yang akan membantu untuk melihat apa yang sesungguhnya terjadi pada umat Kristen barat.

Kritik Al-Ghazali terhadap pemikiran filsafat Ibnu Sina ini bukannya menghentikan pemikiran filsafat di tengah kaum

Page 75: Titik temu islam kristen

67

muslimin sama sekali. Di timur ada nama yang tidak semasyhur Ibnu Sina yang meninggal pada tahun 1037 Masehi lebih tua dua puluh tahun sebelum Al-Ghazali lahir, melainkan teosofi filsafat terus mengembangkan dirinya sampai masa kini. Di pihak lain, Islam di barat abad kedua puluh ini dapat melahirkan falasifah Arab terbesar, Ibnu Rushd atau Averroes (meninggal 1198 Masehi). Ibnu Rushd ini adalah seorang ahli hukum Islam terpelajar dan sebagian besar hidupnya diabdikannya sebagai seorang hakim. Akan tetapi, Ibnu Rushd juga adalah seorang yang amat mendalami ilmu-ilmu pengetahuan Yunani. Ibnu Rushd terutama mempelajari karya pemikiran Aristotle dan komentar-komentar atas sebagian karya-karya Aristotle. Ibnu Rushd juga mengoreksi beberapa kesalahan interpretasi Neoplatonik di antara para filsuf belakangan. Dia juga menulis penolakannya kepada buku Al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah yang ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam bukunya Tahafut al- Tahafut. Selain kemasyhurannya, Ibnu Rushd tidak mempunyai pengganti-penggantinya dalam Islam di barat dan secara tegas sedemikian dikenal di timur. Sekalipun Ibnu Rushd ini adalah seorang hakim, dia mendapat tekanan dari para ulama ahli Hadits pada masa hidupnya. Barangkali prestasi paling besar yang pernah dicapainya adalah pengenalan kembali pemikiran Aristotle yang asli ke bangsa Eropa barat.

Sikap Kristen Terhadap Filsafat Yunani

Tradisi filsafat Yunani yang hidup di Kekaisaran Byzantine memainkan peranan penting, sebagaimana yang telah dicatat terdahulu dalam rumusan ajaran Kristen di konsili-konsili ekumenikal. Kendatipun demikian, akibat dari invasi-invasi barbarian dan hancurnya kekaisaran Romawi barat, tinggal sedikit kultur intelektual saja yang masih tersisa di Eropa barat. Terjadi kebangkitan kembali kehidupan intelektual tertentu di Sevilla di bawah kaisar Isidore (meningal 636 Masehi), namun kehidupan intelektual yang sedikit ini makin menghilang setelah terjadinya invasi Arab. Bahkan abad ke sepuluh menampakkan isyarat kehidupan intelektual yang kecil di Eropa barat yang amat berbeda dengan komentar-komentar tentang sebagian kecil karya-karya logika Aristotle. Sekitar tahun 1100 Masehi, Anselm adalah orang yang menggunakan metode dialektika Aristotle untuk mempertahankan ajaran Kristen, dan dengan metode dialektika Aristotle ini dia diikuti oleh Peter Abelard dengan gaya

Page 76: Titik temu islam kristen

68

yang lebih mantap.Sungguhpun demikian, ada perubahan perlahan-lahan namun

pasti terhadap yang terjadi, sebab setelah penaklukan Kristen di Toledo pada tahun 1085 Masehi, dan para ilmuwan Kristen dari berbagai negeri datang ke kota Toledo ini. Selama abad dua puluh ini ada sejumlah luas karya-karya filsafat yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Penterjemahan karya-karya filsafat ini membawa gelombang baru kegiatan intelektual di Eropa barat, yang mempengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat, begitu pula pengaruhnya di bidang biologi. Satu garis pemikiran Ibnu Rushd yang telah diambil oleh Siger dari Brabant (hidup sekitar 1235-1282 Masehi) dan lain-lain, yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai mazhab Averroist (aliran Ibn Rusydiisme). Ibnu Rushd mempermasalahkan apabila filsafat dan kitab-kitab suci yang diturunkan adalah benar, maka tidak boleh ada perbenturan antara falsafat dan wahyu. Lalu Ibnu Rushd terus berusaha keras untuk menunjukkan secara terinci bagaimana kontradiksi-kontradiksi yang jelas nyata itu dapat didamaikan satu dengan yang lain. Para Averroist Latin ini mengakui prinsip dasar, namun kecil perhatiannya untuk mendamaikan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi, supaya teori mereka dikenal sebagai teori "kebenaran ganda" dan diberi hukum bid'ah.

Pengaruh Ibn Rushd yang utama ini nampak pada Dominicus Albertus Magnus (1206-1280 Masehi) dan Thomas Aquinas (1226-1274 Masehi). Kedua filsuf ini secara luas mengakui Aristotelianisme sebagai dijelaskan secara rinci oleh Ibn Rushd, dan kemudian secara rinci dijelaskan pula oleh Thomas Aquinas yang menjadikannya sebagai landasan bagi semua cakupan sistem teologis dan metafisis, yang secara umum dianggap sebagai nilai yang tinggi dalam pemikiran Kristen barat di zaman pertengahan. Namun demikian, sebagian orang Kristen juga ada yang menentang teori Thomas Aquinas ini.

Lebih lanjut, karya-karya Yunani klasik yang dikenal di Eropa barat setelah pendudukan Ottoman atas Constantinople pada tahun 1453 Masehi dan mengalirnya ilmuwan-ilmuwan timur menuju ke barat. Walaupun demikian, agaknya tidak ada peniruan penuh terhadap pemikiran Yunani dari timur ini. Kesemerawutan Pembaharuan di abad enam belas, kemungkinan cenderung memfokuskan pemikiran kepada teologi; dan sejak abad tujuh belas bermunculannya gerakan-gerakan pemikiran baru yang amat mendalam.

Refleksi Lebih Lanjut

Page 77: Titik temu islam kristen

69

Bab ini dibuka dengan menyatakan adanya penolakan terhadap filsafat Yunani oleh Islam. Namun apabila sekarang kembali ke persoalan tersebut, maka di satu saat kita pasti akan bertentangan dengan persoalan berikutnya. Apakah ada perbedaan esensial antara sikap manusia seperti Fakhr al-Din al-Razi, Al-Iji dan al-Jurjani serta Thomas Aquinas. Sir Hamilton Gibb dalam mendiskusikan masalah ini mencatat bahwa para pemikir muslim dan para pemikir Kristen menyatakan amat jauh dari pandangan manusia biasa. Memang ini benar, namun pandangan tersebut dapat dihilangkan, karena kebanyakan manusia biasanya ingin mengetahui bahwa orang-orang yang memiliki keunggulan intelektual itu dapat mempertahankan keimanannya secara intelektual. Gardet dan Anawati yang berbicara tentang conservatisme Fige teologi Islam di abad-abad terakhir ini. Di satu pandangan, mereka menyatakan bahwa kekakuan yang sebenarnya terjadi terhadap fakta itu adalah dikarenakan para ilmuwan muslim hanya mempertahankan rumusan-rumusan dogma yang diterima, tidak berupaya mencapai pemahaman yang lebih mendalam terhadap realitas-realitas yang terlibat di dalamnya; dan boleh jadi ada benarnya dalam hal ini.

Di pihak lain, instink saya melihat perbedaan antara hasil-hasil final dalam Islam dan dalam Kristen sebagaimana yang terjadi pada sikap otoritas kedua agama tersebut terhadap doktrin-doktrin yang dinyatakan. Kasus yang paling menghebohkan Kristen adalah kasus dibunuhnya Galile pada tahun 1633 Mesehi. Sebelumnya Copernicus telah mencetuskan teori tentang alam semesta yang sudah sedemikian dikenal. Menurutnya, bumi ini yang bergerak mengitari matahari, sementara matahari diam tidak bergerak. Sedangkan keyakinan yang sampai sekarang ini masih berlaku adalah matahari yang bergerak mengitari bumi, bukan bumi yang mengitari matahari. Walaupun demikian, hanya sejak tahun 1616 Masehi setelah teorinya ini didukung oleh Galileo yang telah dituduh salah oleh gereja dan Galileo menyatakan tidak akan pernah mempertahankan pandangan bahwa matahari yang mengelilingi bumi. Namun begitu, pada tahun 1632 Masehi, dia menerbitkan sebuah buku dimana lawan-lawannya menyatakan telah mempertahankan teori Copernican dan berdasarkan teori inilah dia dikutuk dan dipersalahkan oleh gereja, sungguhpun dia menghindari hukuman tersebut dengan mencabut kembali pernyataannya. Dinyatakan oleh para pelajar belakangan ini pada periode itu bahwa terjadi pertentangan terhadapnya dari kebanyakan para filsuf dan para ahli teologi. Mereka ditentang karena bertentangan dengan teori ilmu pengetahuan Aristotelian.

Larangan terhadap pandangan-pandangan Copernican oleh para pemimpin agama (gereja) di Roma, agaknya hanya

Page 78: Titik temu islam kristen

70

mempunyai pengaruh terbatas. Kehidupan intelektual Eropa barat kini telah mengalir deras melalui beberapa aliran yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dimana teologi Katolik merupakan satu-satunya teologi tunggal tak terkecuali. Sebagaimana para pemimpin agama Protestan mencoba melakukan kontrol, namun hanya ditujukan kepada doktrin-doktrin teologis saja. Sementara itu banyak manusia yang mencurahkan perhatiannya kepada berbagai cabang ilmu pengetahuan. Diversitas intelektual ini, tak pelak lagi, merupakan faktor penting dalam membebaskan diri dari agama dan bentuk kontrol yang lain bagi para pemikir Eropa barat. Di sebagian besar negeri di dunia ini ada kemungkinan telah menerbitkan buku-buku, bahkan ketika mengekspresikan pandangan-pandangan yang bertentangan dengan agama kota yang dibangun itu; dan ketika hal ini tidak mungkin dilakukan maka buku-buku acapkali dapat diterbitkan di negara lain.

Perbenturan pemikiran filsafat terhadap Galileo yang memandang adanya distinksi yang terjadi pada pemikiran Yunani, yakni, antara ajaran filsafat yang khusus dan penilaian umum yang mengiringi argumen yang memimpinnya. Lalu inilah yang merupakan kontribusi Yunani yang lebih penting terhadap dunia. Ketika filsafat Aristotelian akrab diasosiasikan dengan dogma Kristen dalam sistem pemikiran Thomis (terutama seperti dogma yang dimunculkan pada abad keenam belas oleh golongan mazhab Jesuit, dan lain-lain), kiranya telah menjadi kecenderungan untuk memandang filsafat sebagai yang juga menghasilkan suatu bentuk dogma yang tidak boleh diganggu gugat. Kendatipun demikian, sejak abad tujuh belas banyak manusia yang begitu mendalam tertarik kepada sains dan merancang rumusan-rumusan pengetahuan berdasarkan penelitian-penelitian mereka dan teorisasinya di samping adanya oposisi gereja. Khususnya di Inggris, karya ilmiah itu didorong oleh keluarga kerajaan, yang meliputi sebagian pendeta Anglican di antara anggota-anggotanya. Tentang para pendiri ilmu pengetahuan dan filsafat baru Descartes dan Locke, aliran mazhab pemikiran Thomis dan bentuk-bentuk skolastisisme lainnya yang rupanya menjadi bersifat diktatorial dan otoritatif, picik dan tidak imajinatif.

Pandangan akan hubungan filsafat dan teologi di Eropa barat ini memberi perspektif lebih baik yang memberikan penilaian kembali kepada kedudukan Islam. Walaupun Al-Ghazali menghasilkan apa yang mungkin akan menghancurkan kritik falasifah, agaknya Al-Ghazali tidak menolak filsafat masuk ke dalam Ilmu Kalam. Penilaian secara superfisial agaknya menjadi perbedaan kecil antara penilaian terhadap filsafat yang nampak pada karya-karya ilmu Kalam terkemudian dan karya-karya

Page 79: Titik temu islam kristen

71

filsafat Thomas Aquinas, walaupun ini merupakan topik yang menguntungkan penyelidikan lebih lanjut. Namun begitu, apa yang dapat dikatakan adalah sebagaimana filsafat yang hampir menjadi kolot pada mazhab Jesuit dan mazhab-mazhab lain di zaman Galileo, demikian pula kolotnya mazhab-mazhab utama Islam setelah abad lima belas. Dengan kata lain, doktrin-doktrin Yunani yang sedemikian luas diterima itu, namun tidak ada isyarat bagi terbentuknya pemikiran Yunani yang mengikuti argumen itu. Hal ini sungguh memungkinkan penilaian-penilaian para ulama bersifat represif dan supresif yang menciptakan kemunduran filsafat di dunia Islam timur setelah Ibnu Sina, dan kematian filsafat Islam di dunia barat setelah Ibnu Rushd. Kemungkinan ada sikap-sikap para ulama yang membawa kemunduran bagi pengejaran ilmu pengetahuan di tengah umat Islam. Jadi, ketidakberdayaan Islam menghadapi pemikiran Eropa modern ini benar-benar bukan karena penolakannya kepada kekhususan-kekhususan pemikiran Yunani, melainkan karena penolakannya terhadap terbukanya pemikiran Yunani bagi kebenaran yang baru.

Page 80: Titik temu islam kristen

72

Page 81: Titik temu islam kristen

Bab: V

Titik Temu Dalam

Kekuasaan Islam

Pada bab sebelumnya, ketika para ilmuwan muslim mengelaborasi persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen, nampak

bagaimana mereka menciptakan responsi inisial terhadap kebutuhan-kebutuhan hidup umat Islam yang bercampur-aduk dengan umat Kristen. Sebagaimana abad-abad yang telah lalu, percampuran ini terus senantiasa terjadi di berbagai negeri Islam. Baik umat Islam maupun umat Kristen, mengambil penilaian- penilaian defensif terhadap satu model atau model yang lain. Peristiwa-peristiwa yang terjadi ini kini akan nampak jelas, pertama, akan membantu menjelaskan perluasan dan karakter dominasi Islam, dar al-islam.

Kolonialisme IslamKetika nabi Muhammad SAW wafat di tahun 632 Masehi,

negara Islam sedang berada pada bentuk embrionik, bersamaan dengan suku-suku yang bersekutu satu sama lain mengontrol sebagian besar Arabia. Di bawah khalifah kedua, Umar ibn Khaththab (634-644 Masehi) ekspansi fenomenal telah dimulai dan terus berjalan sampai kira-kira seratus tahun lamanya. Sejak zaman itu, umat Islam telah menguasai Spanyol dan seluruh Afrika Utara dari Marokko sampai Mesir di bagian barat. Sementara di wilayah utara, umat Islam mampu menduduki Syria dan Damascus yang menjadi ibu kota dinasti Bani Umayah (661-750 Masehi). Akan tetapi umat Islam tidak mampu berkuasa secara permanen di Asia Kecil yang memberi kesempatan kepada kekaisaran Byzantine untuk makin memperkuat dirinya. Ke timur, kekaisaran Sassanid (Persia) segera jatuh, umat Islam kemudian menaklukkan Iraq dan Iran sampai ke Asia Tengah (Bukhara dan Samarkand dan Punjab). Peristiwa ini merupakan masa perluasan kerajaan Islam selama satu atau dua dekade terakhir Bani Umayah, dan setelah peristiwa ini ekspansi Bani Umayah hanya bersifat sporadik.

Bagian ini dengan topik "Kolonialisme Islam", sebab di paruh

Page 82: Titik temu islam kristen

74

abad terakhir para apologis muslim telah melakukan tuduhan salah terhadap apa yang mereka sebut sebagai kolonialisme Eropa, yang diduga telah hampir menjadi musuh terhadap Islam tanpa kecuali. Jadi yang penting adalah untuk mengingatkan umat Islam bahwa waktu-waktu di dalam sejarah masa lampau ketika umat Islam menjadi kekuatan imperial atau kolonialis yang agresif. Sebagian apologis modern mencoba mempertahankan pandangan bahwa ekspansi Islam itu bukan kolonialis atau penjajahan. Mengapa demikian, karena tujuan utama umat Islam adalah untuk menyebarkan agama Islam pada masyarakat yang bernasib malang yang berada di luar lingkungan Islam, jadi bukan untuk merebut wilayah teritorial. (Suatu hal yang mengingatkan beban yang harus ditanggungkan orang "kulit putih" dan membawa berkah keuntungan bagi Kristen dengan kebudayaan Eropa). Kontensi golongan apologis ini tidak didukung oleh sumber-sumber bahasa Arab. Kiranya jelas bahwa ekspedisi-ekspedisi militer yang membawa ekspansi teritorial di bawah kekuasaan Islam secara mendasar telah sampai ke pencarian barang rampasan perang. Pandangan ini akan dipahami secara lebih baik manakala kita kembali dan mencatat apa yang terjadi selama masa hayat nabi Muhammad SAW

Bagian geografl yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dari Hijrah beliau ke Madinah pada tahun 622 Masehi hingga wafat beliau di tahun 632 Masehi yang disebut sebagai Kitab al-Maghazi. Al-Maghazi, terkadang dinamai ekspedisi militer, namun istilah yang lebih tepat adalah peperangan antara kaum muslimin yang dipimpin oleh nabi SAW dengan orang-orang non-Muslim, yang pada asalnya berarti razzia. Kata ini merupakan bentukan kata Arab lain yang sudah dieropakan, berasal dari akar kata yang sama dan dengan pengertian yang sama pula. Ekspedisi Maghazi ini merupakan aktifitas reguler suku-suku Arab nomadik. Kegiatan reguler ini menciptakan serangan tiba-tiba untuk mengisolasi sekelompok manusia penggembala unta di padang rumput atau penggembala binatang-binatang ternak yang lain dari suku (maupun kabilah) musuh, kemudian menghalau binatang-binatang ternak tersebut sebagai barang rampasan perang. Apabila kekuatan penyerangan itu jauh lebih luas, maka tidak ada rasa malu bagi sekumpulan manusia itu untuk tunggang langgang melarikan diri. Kebanyakan dalam peristiwa perang ini, tidak ada yang lolos tetap hidup, dan lalu razzia itu hampir merupakan suatu bentuk olah raga menunggang kuda atau unta bagi masyarakat badwi. Sebagaimana suku-suku yang lebih nomadik ini, lalu bersekutu dengan Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa beliau tidak memperkenankan suku-suku sekutu itu untuk saling berseteru

Page 83: Titik temu islam kristen

75

satu sama lainnya, dan karenanya harus ada jalan keluar bagi energi-energi yang mereka gunakan untuk razzia ini. Jadi di dekat tahun-tahun kenabiannya, Muhammad mengorganisir apa yang dapat disebut memenangkan razzia-razzia sepanjang rute-rute perjalanan dagang ke Syria dan Iraq. Kesinambungan kebijakan ini berlangsung di bawah khalifah Umar ibn Khaththab yang memimpin pertempuran yang terjadi antara tentara muslim dan tentara Byzantine atau tentara Sassanian, dimana umat Islam hampir selalu mengalami kemenangan.

Suku-suku Badwi yang berpindah-pindah dan yang tinggal menetap, menderita karena serangan-serangan umat Islam yang sehingga mereka menghindarkan diri dari serbuan perang yang dilakukan oleh umat Islam agar tidak menyerah kepada negara Islam. Bagi kelompok-kelompok Yahudi dan Kristen, penyerahan diri kepada negara Islam ini memberi arti mengakui status minoritas yang dilindungi. Sementara bagi kelompok-kelompok yang lain, penyerahan kepada negara Islam ini memberi arti dapat menjadi bentuk aliansi yang berjalan bersamaan dengan pengakuan kepada Islam. Kelompok yang lebih banyak ini tergabung ke dalam negara Islam pada satu bentuk atau pada bentuk yang lain, yang diperlukan bagi ekspedisi-ekspedisi penyerangan yang menyimpang pada pencarian rampasan perang. Paling tidak, agaknya ada satu ekspedisi yang hampir terjadi setiap tahun di musim perdagangan berkafilah itu, namun benar-benar mustahil untuk kembali ke Madinah setelah kafilah dagang itu. Tentang di luar musim perdagangan, kamp kota-kota dibangun di tempat-tempat seperti Kairuwan di Tunisia dan Basrah di Iraq selatan, dan merupakan tempat kembalinya para pahlawan setelah musim perdagangan. Ekspedisi tahun 732 Masehi ke Perancis, dimana umat Islam menderita kekalahan di Tours (dalam bahasa Perancis lebih dikenal sebagai Poitiers). Ekspedisi tahun 732 Masehi ini memang ekspedisi peperangan dan hasilnya bahwa umat Islam tidak lama menderita kekalahan.

Administrasi negara yang begitu cepat didapatkan agaknya dipermudah oleh sistem golongan minoritas yang dilindungi itu, yang segera akan dijelaskan. Kelompok-kelompok Yahudi, Kristen, Zoroaster, dan bahkan kelompok-kelompok yang beragama Hindu dapat menjadi golongan minoritas yang dilindungi (yang pada masa kerajaan Ottoman terkemudian disebut "millet") dengan standar otonomi di bawah kepemimpinan agamanya masing-masing (rabbi, patriarch, dan lain-lain). Pemimpin agama mendapatkan otonomi dengan urusan-urusan internal agama yang dianut oleh masing-masing kelompok itu menurut undang-undangnya sendiri. Mereka membayar pajak kepada gubernur di propinsinya, namun tidak bersifat eksesif. Tentang keseluruhan

Page 84: Titik temu islam kristen

76

rejim jajahan Islam, berlaku amat fair terhadap kelompok-kelompok minoritasnya dan negara tidak menekan penduduk. Yang terjadi paling buruk adalah peristiwa rakyat semesta di masa krisis yang dapat dibuang dan menyerang golongan minoritas, namun peristiwa ini boleh dibilang jarang terjadi jika bukan dikatakan tidak pernah terjadi sama sekali. Walaupun demikian, sebaliknya anggota golongan-golongan minoritas selalu merasa bahwa mereka adalah warga negara kelas dua. Bahkan, apabila seorang lelaki muslim dapat menikahi wanita dari golongan minoritas, namun seorang lelaki non-muslim dari golongan minoritas tidak boleh mengawini wanita muslimah.

Ada hal yang tepat untuk menjelaskan kondisi umat Kristen di Afrika Utara. Di bawah kekaisaran Romawi sampai sekitar abad ke lima Masehi, terjadi lonjakan populasi penduduk yang beragama Kristen di propinsi-propinsi sepanjang pantai selatan Mediteranian. Mungkin kebanyakan umat Kristen didapatkan di kota-kota kecil Romawi dekat pantai itu dan sedikit umat Kristen berikutnya yang berada di daerah pedalaman. Sungguhpun demikian, terkesan bahwa sejak masa kemajuan Arab di paruh kedua abad ketujuh hanya sedikit umat Kristen yang masih tersisa. Sampai pertengahan abad ke lima, terjadi invasi Vandal dan bangsa Vandal ini adalah orang-orang yang beragama Kristen mazhab Aria yang bid'ah itu. Mereka membunuh orang-orang yang bukan dari suku bangsa Aria setelah kekalahan bangsa Vandal oleh seorang jenderal Byzantine pada tahun 534 Masehi, karena terjadi serbuan-serbuan oleh suku-suku pagan dari daerah pedalaman. Semua peristiwa penyerangan yang terjadi ini tentu saja mengurangi jumlah umat Kristen, karena berbeda dengan hilangnya kehidupan yang aktual, agaknya banyak orang Kristen yang melarikan diri ke Italia ataupun ke Spanyol. Ada catatan tentang komunitas-komunitas kecil umat Kristen sampai abad ke enam belas, namun catatan-catatan mereka itu begitu kecil signifikansinya karena mereka tidak memainkan peranan pada titik temu Islam-Kristen.

Integrasi kerajaan Islam tidak terpelihara dengan baik setelah jatuhnya dinasti Bani Umayah pada tahun 750 Masehi. Dinasti Bani Abbasiah menggantikan dinasti Bani Umayah yang telah jatuh itu. Ibu kota dinasti Bani Abbasiah ini pindah ke kota Baghdad dan tidak pernah memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Spanyol. Kira-kira satu setengah abad lamanya, dinasti Bani Abasiahpun makin kehilangan kontrolnya terhadap propinsi-propinsinya. Gubernur-gubernur yang memimpin propinsi-propinsinya yang kuat, dengan dukungan serdadu-serdadunya yang tangguh menuntut agar anak-anak mereka akan dapat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai gubemur, lalu

Page 85: Titik temu islam kristen

77

khalifah-khalifah terdorong untuk harus mengangkat mereka sebagai gubemur yang menggantikan ayahnya untuk masa jabatan berikutnya. Pada tahun 945 Masehi, Iraq dan Baghdad harus menyerah kalah kepada kekuasaan seorang gubernur wilayah daerah. Dengan cara demikian, kerajaan Islam yang berasal dari dinasti-dinasti yang gemar berperang itu memperoleh legitimasi yang secara nominal diangkat oleh khalifah pada hari itu juga. Namun demikian, perolehan kekuasaan ini juga dapat menentukan wilayah kekuasaannya dengan memerangi pimpinan-pimpinan perang yang lain. Akibatnya, para khalifah yang berkuasa itu tidak lain kecuali sebuah simbol kehormatan dan tanggung jawab, yang karenanya para khalifah ini tidak dapat memegang tampuk kekuasaan dalam tempo yang lebih lama. Keadaan ini terus berlangsung dan baru dapat berakhir sampai penaklukan Baghdad oleh bangsa Mongol di tahun 1258 Masehi. Setelah itu tidak ada lagi kekhalifahan yang dikenal secara umum, kecuali sekitar abad ke tujuh belas sultan-sultan Ottoman menyatakan dirinya sebagai pewaris kekhalifahan Islam dimaksudkan itu.

Setelah peristiwa yang dapat disebut sebagai bermesraan dengan golongan Mu'tazilah yang dianggap bid'ah itu pada awal abad ke sembilan belas. Sebaliknya khalifah-khalifah dinasti Bani Abbasiah sejak tahun 848 Masehi menjadi penegak bangunan Ahli Sunnah dalam Islam, sebagaimana aliran mazhab yang terakhir ini yang berlaku secara resmi pada sultan- sultan Ottoman di kemudian hari. Pada tahun 909 Masehi, sebuah keluarga menyatakan aliran Syi'ah Ismailiyah menguasai Tunisia dan pada tahun 969 Masehi menaklukkan Mesir. Kerajaan ini dikenal dengan dinasti Fatimiah, dan kota Kairo dijadikan ibu kota kerajaannya. Mereka tidak berkenalan dengan khalifa-khalifah Abbasiah, namun malahan membangun propaganda untuk melawan dinasti Abbasiah. Kekuasaan dinasti Fatimiah ini berlangsung sampai tahun 1171 Masehi, pada saat mereka di Mesir digantikan oleh Saladin (Shalahuddin) dan dari keluarga al-Ayyubiah (yang lalu dikenal dengan namanya Shalahuddin Al-Ayyubi) yang menganut faham Sunni itu. Setelah jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 Masehi itu ada tiga kerajaan yang memainkan peranan penting di dunia Islam. Tiga kerajaan Islam ini adalah Kerajaan Mogul (Mongol) di India yang mencapai puncak kemajuannya pada tahun 1556 sampai 1707 Masehi; kerajaan Safawid dan pengganti-penggantinya di Iran; dan terakhir adalah kerajaan Ottoman di Timur Tengah (yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bab yang akan datang). Dikatakan pada kondisi demikian adalah karena keseluruhan perubahan-perubahan politik yang terjadi itu merupakan struktur masyarakat Islam yang secara relatif masih

Page 86: Titik temu islam kristen

78

tetap stabil. Hal ini merupakan fakta yang dengan sendirinya mengembangkan keunggulan sistem sosial yang dibangun atas dasar Syari'ah Islam. Sistem sosial ini meliputi pengakuan terhadap masyarakat non muslim sebagai warga negara minoritas yang dilindungi. Sungguh dengan demikian terjadi semacam kolonialisme Islam, walaupun secara relatif merupakan bentuk kolonialisme yang tidak berbahaya dan bahkan cenderung merupakan bentuk kolonialisme yang ramah dan baik hati.

Polemik dan Apologetika Al-Qur'anAl-Qur'an mencela orang orang Yahudi dan orang-orang

Kristen lantaran ketertutupan mereka. Lebih lanjut, Al-Qur'an mengecam orang-orang Kristen lantaran mereka berpegang teguh kepada pendapat bahwa Yesus adalah Tuhan, lantaran mereka percaya kepada Trinitas, dan lantaran mereka menyatakan bahwa Yesus itu mati di tiang salib. Kontak yang terjadi secara aktual dengan orang-orang Kristen membawa titik-titik kecaman lebih lanjut. Ibn Ishaq punya cerita tentang kunjungan delegasi orang-orang Kristen dari Najran di Yaman yang diutus menghadap Nabi Muhammad SAW. Kedua pemimpin delegasi Kristen Najran ini menghadap Nabi Muhammad SAW dan beliau menyambut kedua pemimpin Kristen tersebut. Beliau bersabda: "Berserah dirilah kepada Allah (sebagai orang muslim - aslama). Mereka menjawab bahwa mereka sudah islam berserah diri kepada Allah dan masuk agama Islam. Sebaliknya Nabi SAW menanggapi bahwa keislaman mereka itu tidak benar karena mereka mengatakan bahwa Tuhan itu mempunyai anak, menyucikan dan menyembah salib, dan memakan daging babi.

Sebagaimana yang telah dicatat sebelumnya, umat Islam enggan mengadakan diskusi-diskusi dengan umat Kristen. Kendatipun demikian, terjadi pengecualian adanya seorang Kristen yang memberi tahukan kepada Timothy, orang-orang Katolik atau pimpinan dari golongan mazhab Nestorian di Iraq, menghabiskan waktu dua hari untuk berdiskusi dengan khalifah Al-Mahdi di tahun 781 Masehi. Timothy menuliskan pernyataan ini di Syria, yang diterjemahkan ke bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris. Kejadian ini memberikan tilikan lebih mendalam pada peristiwa dialog antara dua agama pada waktu itu. Secara umum, khalifah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, lalu Timothy menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Beberapa isu yang diangkat oleh khalifah agaknya berkenaan dengan poin-poin verbal yang kecil-kecil, akan tetapi pertanyaan-pertanyaan yang lain menunjukkan pemahaman yang

Page 87: Titik temu islam kristen

79

mendalam. Di antara pertanyaan-pertanyaan minor yang diajukan adalah mengapa umat Kristen dalam beribadahnya menghadap ke timur, mengapa mereka menyembah salib, dan mengapa mereka tidak disunat? Sebagai diskusi yang hampir mengikuti bidang bahasan yang tidak teratur secara sistematis, tidak menyusahkan untuk mengumpulkan poin-poin pokok yang diangkat oleh khalifah pada suatu topik. Pada pasal yang akan datang akan dibicarakan tentang argumen-argumen yang dikembangkan oleh Timothy.

Khalifah memulai pembicaraan dengan menuduh umat Kristen percaya bahwa Tuhan mengawini seorang wanita dan melahirkan seorang anak laki-laki. Setelah itu, khalifah mengajukan pertanyaan: bagaimana mungkin dapat terjadi, Tuhan melahirkan anak lelaki tanpa organ-organ genital. Khalifah juga menegaskan bahwa Yesus itu tidak bersifat ketuhanan karena yang kekal abadi itu tidak dapat lahir dalam waktu yang bersifat sementara. Khalifah mengutip kalimat "aku datang kepada Tuhanku dan Tuhanmu" (John 20: 17) dan menghubungkan dengan pernyataan bahwa Yesus menyembah dan berdoa kepada Tuhan. Khalifah mengadukan bahwa umat Kristen itu mengambil sang Khaliq yang Pencipta dan hamba, di atas pijakan yang sama sekaligus dalam satu pribadi, sehingga tidak mungkin sama sekali tidak menunjukkan pengetahuan Perjanjian Baru yang merujuk kepada Yesus sebagai seorang hamba Tuhan (doulos), bahkan dapat pula dirujukkan kepada penjelasan Al-Qur'an sebagai 'abd (hamba atau yang menyembah Tuhan). Acapkali Timothy mengatakan tentang Yesus sebagai Firman Tuhan, dan terhadap pernyataan Timothy ini khalifah tidak dapat menolak karena istilah itu memang digunakan juga di dalam AI-Qur'an. Sungguhpun demikian, khalifah tetap menegaskan bahwa kata yang dilontarkan itu adalah dibuat-buat dan merupakan tipu daya saja (seperti juga pernyataan tentang Ruh Tuhan). Khalifah juga berpendapat bahwa bilamana Yesus itu meninggal dunia. Maka hal ini menunjukkan bahwa Yesus itu sungguh bukan Tuhan, lantaran Tuhan itu tidak mungkin akan mengalami mati. Menghabiskan waktu lama yang tidak berguna, yaitu diskusi tentang ajaran Trinitas. Khalifah sungguh bersiteguh dengan pendapat bahwa kata Trinitas itu berarti tiga Tuhan. Namun tidak ada yang menyatakan bahwa Maria (Maryam) adalah salah satu bukti bahwa tiga tuhan itu berarti sang Bapak, Firman atau putra dan Ruh.

Rujukan-rujukan pada pernyataan ini dan paragraf berikutnya adalah terjemahan-terjemahan bahasa Inggris dalam Woodbrooke Studies, ii. Khalifah mengulangi kembali pernyataan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen telah mengubah kitab suci mereka sehingga tidak asli lagi (35, 56-58), sungguhpun pemimpin

Page 88: Titik temu islam kristen

80

itu merusak ramalan akan datangnya Muhammad sebagai nabi atau rasul, yang dihilangkan. Khalifah juga sadar bahwa ada empat kitab suci dan menanyakan tentang bagaimana keempat kitab Injil itu yang berbicara berkenaan tentang Paraclete yang ditujukan kepada Muhammad (33-35). Demikian pula yang diramalkan kepada bangsa Israel terhadap akan datangnya seorang nabi seperti Musa dari saudara-saudara mereka Bani Israel sendiri (50, dan seterusnya). Ada lagi paragraf yang menyatakan tentang orang yang berjalan menunggang kuda dari Issaiah (21: 7), yang diambil oleh Timothy sebagai rujukan terhadap jatuhnya Babylon kepada raja Cyrus (37, dan seterusnya).

Ada argumen-argumen lama tentang penggunaan terma-terma jasmaniah atau terma-terma antropomorfik berkenaan dengan Tuhan (70-72, 78-80). Dua kelompok harus menerima pemakaian terma itu masing-masing, namun masing-masing juga mencoba memperlihatkan pemakaiannya sendiri yang dianggap sah dan sementara pemakaian yang lain tidak benar. Diskusi yang diangkat ini sebagian di luar perbandingan karakter segi tiga Tuhan dengan karakter segi tiga person manusia (ruh, jiwa, dan akal). Kemudian ada argumen lain tentang pengakuan akan diri Tuhan secara eternal (73-77). Itu semua merupakan bagian paling halus dalam keseluruhan pembicaraan.

Penilaian tentang pertemuan khalifah dengan orang-orang Katolik itu dalam beberapa hal merupakan dokumen yang mengagumkan, namun tidak dengan jelas dipahami sebagai dialog sekarang. Masing-masing pesertanya memperdebatkan terma-terma struktur intelektual yang memberi daya dorong keimanannya dan membela tiap kritik yang memusuhi, namun tidak ada sumbangan nyata terhadap pengalaman keagamaan.

Teks bahasa Arab tentang dukungan-dukungan yang dilakukan terhadap diskusi di atas oleh seorang muslim dan seorang Kristen pada masa khalifah Al-Ma'mun (813-833 Masehi) yang diterbitkan di London pada tahun 1880 Masehi. Abdullah ibn Ismail al-Hasyimi, seorang muslim yang dijelaskan sebagai salah seorang keluarga khalifah, mengajak orang Kristen untuk memeluk Islam dan keluar dari siksaan api Neraka. Abd al-Masih ibn Ishaq al Kindi adalah seorang Kristen mazhab Nestorian yang memberi jawaban lebih lengkap, memakan waktu kira-kira enam-tujuh volume. Geog Graf dan lain-lain dari kalangan para ilmuwan Eropa yang belakangan berfikir bahwa pertukaran surat-surat dan nama-nama para penulis fiktif dan karya yang telah ditulis seabad lamanya atau lebih setelah hari dan tanggal penerbitan yang sesungguhnya. Surat orang muslim hanya menjelaskan secara ringkas kritik Al-Qur'an terhadap ajaran Trinitas dan inkarnasi, sebagaimana kritik orang muslim terhadap penyucian dan penyembahan terhadap

Page 89: Titik temu islam kristen

81

kayu salib; dan akhirnya berisikan daftar buku-buku Bibel yang komplit. Karena rupanya daftar buku ini tidak memuat orang muslim awal abad ke sembilan padahal seharusnya ada di dalam daftar tadi. Barangkali ada baiknya dikatakan bahwa surat ini juga ditulis oleh penulis Kristen.

Banyak karya polemik yang anti Kristen yang telah dilakukan oleh orang-orang muslim dan di sini hal itu bukan merupakan upaya yang tidak berarti mengikuti survey mereka semua. Kiranya pantas dikatakan oleh satu atau dua penulis.

Di antara contoh-contoh polemik anti Kristen dari abad ke sembilan adalah "sanggahan umat Kristen" (Radd al-Nashara) oleh seorang penulis kenamaan, al-Jahiz (meninggal 868 Masehi).Kemungkinan sebagian kecil karya terdahulu adalah "Undang-undang Agama dan Kenegaraan" (Kitab al-Din wa al-Dawlah) yang ditulis oleh Ali ibn Rabban al-Thabari, seorang Kristen yang kemudian masuk Islam, dan yang mempunyai daftar ramalan-ramalan tentang Muhammad yang diduga dari kitab suci Bibel yang akan segera dijelaskan di sini. Dia juga mendaftarkan sejumlah buku-buku teologi dari mazhab Kalam Al-Asy'ariyah, Al-Baqilani (meninggal 1013 Masehi) dan Al-Juwaini (meninggal 1085 Masehi) , memasukkan argumen-argumen tajam menentang umat Kristen dan umat non-muslim lainnya.

Pada abad ke sebelas, di Spanyol Islam hadir sebuah buku paling penting bagi pemahaman polemik Islam anti-Kristen. Buku ini adalah Kitab al-Fishal buah pena Ibn Hazm (meninggal 1064 Masehi), yang berisi sanggahan terhadap pandangan para filsuf non-muslim dan mazhab-mazhab bid'ah muslim, sebagaimana mazhab-mazhab bid'ah Kristen dan Yahudi. Pada bagian pertama berkenaan dengan Kristen (i, 48-65). Dijelaskan oleh Ibn Hazm bahwa orang Kristen menanggapi kritik-kritik orang Islam, umpamanya argumen bahwa karena Tuhan itu Hidup dan Mengetahui, maka Tuhan itu mempunyai kehidupan dan pengetahuan. Kehidupan Tuhan itu adalah Ruh dan ilmu Tuhan adalah Anak. Menjawab argumen ini maka orang Kristen menyatakan bahwa banyak atribut lain yang dapat dikembalikan kepada Tuhan, misalnya kekuasaan, kemurahan hati, berbicara dan bijaksana. Di satu ayat, Paul mengatakan bahwa Yesus sebagai kekuasaan Tuhan dan ilmuNya.

Ibn Hazm mengetahui hal yang berbeda antara mazhab Melchite (ortodoks), mazhab Jacobit, dan mazhab Nestorian. Perbedaan pandangan ini meliputi perbedaan antara satu hakekat Kristologi pada mazhab Yacobit dan dua hakekat Kristologi mazhab-mazhab yang lain. Menolak mazhab-mazhab yang berpegang teguh kepada dua hakekat dalam Kristus, yakni: hakekat kemanusiaan dan hakekat ketuhanan,

Page 90: Titik temu islam kristen

82

dan bahwa hanya hakekat kemanusiaan yang disalib dan mati. Dia perdebatkan bahwa argumen itu semata-mata mengikuti pernyataan bahwa hanya separuh pribadi Kristus yang mati (62). Apa yang sesungguhnya menjadi kritik segar Kristen adalah terjadinya praktek distinktif, misalnya taat setia pada Hari Minggu (menggantikan hari Sabbath bagi Yahudi), puasanya, perayaannya, penghilangan hukum sunnat dan membolehkannya makan daging babi, padahal tidak dijelaskan pada kitab Injil manapun juga. Diketahui bahwa Yesus berfirman: "Aku datang bukan untuk merubah hukum-hukum Taurat," suatu perubahan yang bebas dari Matius 5: 17.

Yang dikatakan di atas jauh lebih jelas bahwa Ibn Hazm banyak lebih banyak mengetahui masalah-masalah Kristen ketimbang para pendahulunya. Dari bagian bukunya (ii, 2-75) menyatakan bahwa dia telah memegang sendiri sebuah tiruan Perjanjian Baru yang mungkin menjadi salah satu dari semua kitab Bibel. Dia sebutkan tentang ramalan orangg-orang Yahudi yang mempunyai ramalan dari Musa, Jeshua, Samuel, David, dan Salomon (dua yang terakhir diduga diturunkan kitab Mazmur dan surat Amsal Sulaiman), namun mengingkari kitab-kitab kenabian berikutnya. Hal ini terjadi mungkin karena tidak sesuai dengan konsepsi kenabian di dalam Al-Qur'an (ii, 4) . Walaupun demikian, dia memberi daftar buku-buku yang komplit tentang Perjanjian Baru, bersamaan dengan jumlah halaman-halaman yang ada di dalam kitab Perjanjian Baru ini. Dia juga mengetahui sesuatu hal tentang sejarah empat kitab suci yang diduga dipercayai sesungguhnya oleh umat Kristen pada zamannya.

Walaupun demikian, Ibn Hazm menggunakan semua pengetahuannya untuk menghasilkan apa yang dianggapnya sebagai argumen-argumen yang amat efektif untuk menentang umat Kristen. Dia mulai dari asumsi atau kedudukan bahwa Yesus telah menerima kitab suci seperti Al-Qur'an dari Allah, kemudian terus membuktikan bahwa hanya sedikit sekali yang dapat memelihara kitab-kitab suci tersebut secara aktual. Itulah karya-karya sejarah yang disusun oleh para penulis masing-masing, yang memiliki sumber-sumber, seperti Peter. Dia mencoba mengidentifikasi sesuai dengan penemuan yang dapat mereka pertahankan terhadap keaslian dan kemurnian kitab suci yang diturunkan kepada Yesus itu. Dengan cara demikian, dia mencoba memperlihatkan bahwa kitab-kitab gospel tidak mempunyai mata rantai runtutan pemancar yang dapat diperbandingkan dengan mata rantai sanad hadits dalam Islam. Berdasarkan surat-surat Pauline yang dicatat Paul pada masa sementara dalam kontaknya dengan rasul Peter, menyatakan bahwa hanya sedikit pengetahuannya dari apa yang Peter saksikan sendiri. Dia

Page 91: Titik temu islam kristen

83

juga mencatat bahwa selama tiga ratus tahun sampai konversi umat Kristen Constantine disiksa dan tidak ada tempat aman bagi dokumen-dokumen sejarah mereka. Lebih lanjut dia terus menyatakan kontradiksi-kontradiksi yang terdapat di antara empat kitab gospel. Dia juga membantah kalau hal ini membuktikan bahwa kitab-kitab gospel itu benar-benar seluruhnya tidak dapat dipercaya. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sementara umat Islam perlu menghormati wahyu yang diterima oleh Yesus, mereka tidak dapat memastikan bahwa beberapa bagian kitab gospel itu adalah catatan atau salinan wahyu yang sebenarnya. Dengan kata lain, kitab-kitab suci Kristen secara paripurna benar-benar telah dirubah dari aslinya, sehingga tidak murni lagi.

Dalam semua yang terjadi itu, ilmuwan modern tidak dapat memberi penjelasan selain catatan yang mengatakan bahwa Ibn Hazm di samping mengetahui sebagian besar pengetahuan tentang Kristen yang lebih banyak. Karenanya, ia tidak tertarik lagi untuk lebih mendalami agama Kristen, kecuali hanya berkepentingan untuk mempertahankan iman Islamnya dan persepsi Kristen yang berasal dari Al-Qur'an dan elaborasi-elaborasi yang berikutnya. Walaupun sikap ini bisa jadi benar menurut karakteristik-karakteristik personal Ibn Hazm, kemungkinan juga mengalami masa-masa sulit di masa hidupnya. Ilmuwan ini lahir pada 994 Masehi dan di awal kehidupannya beserta ayahnya mempunyai kedudukan yang baik pada administrasi pemerintahan para penguasa Bani Umayah di Spanyol Islam. Meskipun demikian, peristiwa yang dilalui ini merupakan periode yang tidak pasti sebab setelah dua abad berlangsungnya pemerintahan, Bani Umayah mengalami masa disintegrasi. Akhirnya, Bani Umayah jatuh pada tahun 1031 Masehi dan digantikan oleh sejumlah kelompok-kelompok politik yang lebih kecil yang dikenal dengan reyes de taifes atau "Penguasa dari kelompok-kelompok" (muluk al-thawaif ). Ibn Hazm sendiri lebih dari sekali dijebloskan masuk ke penjara. Pada tulisan-tulisannya tentang agama-agama dan mazhab-mazhab keagamaan yang menurutnya mungkin akan lebih membahayakan stabilitas Islam ketimbang kesadaran untuk mengembangkan permusuhannya kepada umat Kristen di utara, namun secara pasti tulisannya itu amat banyak bersifat defensif. Hasil semua kajian dan tulisannya itu bukan merupakan pemahaman lebih baik tentang Kristen, melainkan merupakan penguatan persepsi Kristen yang amat tidak memadai.

Karya yang agak berbeda dapat dilihat secara ringkas. Karya ini merupakan sanggahan terhadap sifat ketuhanan Yesus yang dikenal berasal dari Al-Ghazali. Walaupun karya ini diakui sebagai karya seorang ahli Ilmu Kalam yang sejati, namun selanjutnya

Page 92: Titik temu islam kristen

84

dipastikan oleh Louis Massignon bahwa ternyata karya itu bukan dibuat oleh Al-Ghazali. Ada landasan kuat untuk berfikir bahwa penulis tersebut adalah seorang golongan Koptik Kristen yang masuk agama Islam. Alasan yang dikembangkan menurut Louis Massignon, karena didapati sebuah poin yang dikutipnya dari kalimat Koptik "dan Firman itu telah menjadi daging sejak awal kitab gospel yang keempat." Buku ini juga berbeda dengan kebanyakan tulisan-tulisan polemik muslim yang tidak menjelaskan adanya perubahan dalam kitab-kitab suci Kristen dan diacukan untuk menerima kalimat "anak Tuhan" sebagai pernyataan yang bersifat metaforis. Tujuan utama argumen metaforis ini adalah untuk menunjukkan bahwa berbagai frase dalam kitab suci Injil yang menurut umat Kristen menyiratkan adanya sifat ketuhanan Yesus, apabila benar benar ditafsiri tidak akan mempunyai implikasi lahiriah seperti itu. Ada pula kritik terhadap penjelasan-penjelasan Kristen tentang Trinitas, dan bersatunya sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan pada diri Yesus.

Al-Ghazali sendiri dalam karya-karyanya yang asli, amat sedikit tertarik kepada agama Yahudi dan Kristen. Hal ini tidak mengherankan, karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Baghdad atau di Iran timur, sehingga tidak banyak kesempatan untuk mengadakan kontak dengan Kristen atau Yahudi kecuali hanya sedikit sekali. Pada salah satu karya kecilnya, Al-Ghazali membayangkan betapa susahnya orang muslim bila dituntut untuk mengulangi kembali perbuatan keimanan Islam untuk menggantikan nama Yesus dengan Muhammad -- tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, Isa adalah Rasulullah -- dan kemudian Al-Ghazali mengatakan bahwa pernyataan ini dapat diterima secara menyeluruh. Orang-orang Kristen melakukan kesalahan dua hal, yakni: bersiteguh dengan pandangan bahwa "Tuhan itu adalah tiga dari yang satu" dan mengingkari kenabian Muhammad. Dalam karyanya yang besar, Ihya al-Ulum al-Din, Al-Ghazali mengutip sejumlah pernyataan Yesus yang relevan dengan kehidupan seorang Sufi. Kemudian bukunya tentang nama-nama Allah yang didiskusikan secara simpatik tentang konsep inkarnasi (hulul) dalam hubungannya dengan ide sufi yang dicirikan dengan sifat-sifat akhlak kepada Allah (al-takhalluq bi-akhlaq Allah). Sikap Al-Ghazali agaknya sedemikian kontrasnya dengan sikap Ibn Hazm dalam karya aslinya.

Sikap yang obyekif ilmiah terhadap Kristen ditunjukkan oleh Al-Shahrastani (meninggal 1153 Masehi). Al-Shahrastani adalah seorang ulama Ilmu Kalam bermazhab Ash'ariah dan benar-benar mengetahui filsafat sebagaimana Al-Ghazali. Teks Summa teologisnya dengan terjemah ringkas dalam bahasa Inggris terbit pada tahun 1934. Walaupun demikian, ulama ini terkenal

Page 93: Titik temu islam kristen

85

karena buah penanya tentang mazhab-mazhab, Kitab al-Milal wa al-Nihal, yang terbit di London tahun 1842 dan diterjemahkan secara ringkas ke dalam bahasa Jerman. Bukan saja mazhab-mazhab dalam Islam, bahkan tentang sekte-sekte agama-agama lain selain Islam, dan tentang aliran-aliran filsafat Yunani maupun Islam. Ada pertimbangan jauh terhadap filsafat Ibn Sina. Sikap khas umum orang Kristen menurut Shahrastani akan sangat bagus diapresiasikan dengan beberapa kutipan di bawah ini.

Orang-orang Kristen adalah masyarakat (ummah) Kristus, Isa putra Maryam. Isa putra Maryam ini benar-benar dikirim oleh Allah sebagai nabi; mah'uts setelah nabi Musa dan telah dikabarkan pada kitab Taurat. Kepadanya diberikan tanda-tanda kenabian yang nyata dan bukti-bukti yang khusus, seperti dapat menghidupkan orang yang mati dan menyembuhkan orang yang sakit kusta dan lepra. Pembawaannya semenjak lahir (fithrah) adalah tanda kesempurnaan kebenarannya; yakni, kehadirannya tanpa benih terlebih dahulu (tanpa ayah) dan berbicara secara fasih tanpa belajar sebelumnya. Bagi semua nabi yang lain diturunkan wahyu pada usia empat puluh tahun. Akan tetapi wahyu yang datang kepada nabi Isa dinyatakan ketika masih berada dalam ayunan, dan wahyu datang kepadanya ketika sampainya pesan risalah ketuhanan dalam usia empat puluh tahun. Lama misi kenabiannya (da'wah) ini adalah tiga tahun, tiga bulan, dan tiga hari.

Pernyataan di atas mengikuti Al-Qur'an yang lebih dari tradisi Kristen. Namun pernyataannya ini tidak menjelaskan burung-burung dari tanah liat, mungkin karena Al-Shahrastani mengetahui bahwa hal itu tidak ada pada kitab Injil. Kemudian Al-Shahrastani menjelaskan perbedaan yang terjadi antara orang-orang Kristen tentang wujud dan cara inkarnasi (tajassud), lalu meneruskan penjelasannya:

Orang-orang Kristen menetapkan bahwa Tuhan itu mempunyai tiga hipostases (aqanim). Mereka berkata bahwa Tuhan Yang Maha pencipta itu adalah satu substansi (jawhar), yang berdiri sendiri (al-qaim bi al-nafs), tidak dilingkupi oleh tempat dan jarak fisik. Tuhan adalah satu dalam substansialitasnya, tiga dalam hipostatisitasnya (uqnumiyyah). Dengan hipostasis ini mereka kehendaki sebagai sifat, sebagai eksistensi, hidup dan ilmu, dan bapa, anak dan ruh kudus. (Hipostasis) Ilmu dinyatakan sendiri dan diinkarnasi namun bukan hipostasis yang lain.

Lebih lanjut dia mengkritik Paul:Walaupun demikian, Paul mengacaukan urusannya,

menjadikan dirinya sendiri sebagai pasangan Peter, merubah dasar-dasar ilmunya dan mencampuradukkan dengan argumen-argumen para filsuf dan dorongan-dorongan jahat hatinya.

Page 94: Titik temu islam kristen

86

Lalu dia memberi nama empat penyebar warta dan mengutip akhir ajaran Mathius dan memulai dengan ayat John (Yahya). Dari sini Paul menghilangkan tiga mazhab utama Kristen; mazhab Melchite (ortodoks), mazhab Nestorian dan mazhab Yakobit, serta mempunyai pernyataan-pernyataan singkat tentang mazhab-mazhab kecil yang lain. Dalam uraiannya tentang mazhab Melchite, dia masukkan terjemahan kredo Nicene yang kurang atau lebih benar. Saya tidak dapat mengatakan lebih baik kecuali mengulang kembali beberapa komentar saya di sini yang saya buat di akhir terjemahan saya tentang keseluruhan pertimbangan ajaran Kristen:

Kesan umum penilaian Al-Shahrastani tentang mazhab-mazhab Kristen, menarik perhatian karena sebagian aspek ajaran Kristen, yang boleh jadi sedikit membingungkan. Al-Shahrastani adalah seorang filsuf yang kompeten dan dalam pemikiran para teolog-filsuf Kristen pada pertimbangannya yang paling baik adalah orang ini terkenal sebagai orang yang banyak berfikir tentang konsep yang sama seperti dirinya sendiri. Al-Shahrastani melihat bahwa para teolog-filsuf Kristen, telah membangun struktur intelektual yang impresif yang harus dilakukan secara serius, sekalipun dalam beberapa hal bertentangan dengan ajaran Islam. Barangkali karena studi tentang mazhab-mazhab secara terinci, sehingga dia memberi pandangan yang baik dalam ajaran Islam tentang Yesus (Isa) yang datang kepadanya di atas nabi-nabi yang lain. Namun demikian, dia tidak mau menyalahkan kalimat "anak Tuhan" sungguhpun kalimat ini dianggap sebagai kalimat metafora, dan mengutip ayat-ayat yang menyatakan dimana kata "anak" dan "bapa" digunakan sehubungan dengan umat Kristen yang lain dengan Tuhan.

Walaupun kita tidak dapat berbicara apa-apa kecuali memuji obyekifitas al-Shahrastani, kita juga mengakui bahwa tidak ada bukti yang dibawanya itu berkenaan dengan perubahan persepsi Islam tradisional tentang Kristen.

Apologetika KristenMenurut Syari'ah Islam, hukuman yang diberikan bagi orang

murtad adalah hukuman mati. Ini berarti bahwa sangat tidak mungkin bagi sekalian orang Kristen yang berada di bawah kekuasaan umat Islam untuk menyatakan ajarannya kepada orang Islam. Seorang muslim yang pindah agama memeluk agama Kristen bukan saja mendapat hukuman mati yang membahayakan dirinya, bahkan mungkin harus menerima balasan untuk memusuhi masyarakat Kristen. Jadi ada kebijakan orang Kristen

Page 95: Titik temu islam kristen

87

untuk harus hati-hati apabila mereka melakukan diskusi-diskusi keagamaan dengan orang Islam. Dalam kasus murtad ini khalifah mengajukan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Timothy. Dengan cara yang sama, dalam karya-karya ringannya John terdahulu di Damascus yang mempertimbangkan bahwa orang Islam akan mengajukan masalah-masalah, sungguhpun orang Kristen telah diberi nasehat bagaimana mereka harus memberi jawaban.

Dalam karya-karya Yunani dari John di Damascus, selain dua versi "Diskusi antara seorang Kristen dan seorang Saracen" yang telah ditunjukkan, orang Islam dimasukkan ke dalam orang-orang kafir Kristen. John di Damascus menjabat kedudukan administrasi pemerintahan di bawah kekuasaan khalifah-khalifah Bani Umayah, dan dapat dibayangkan bahwa John ini lebih banyak mengerti tentang Islam ketimbang kenyataan yang diperolehnya. Dia menganggap Sarakenoi atau orang-orang golongan Ismailiah sebagai telah dibawa kepada kemusyrikan oleh nabi yang salah, Muhammad, yang mendapatkan ide-ide menggelikan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta dari rahib bangsa Aria.

Dia katakan hanya ada satu Tuhan, Yang Maha Menciptakan segala sesuatu yang ada, Yang tidak beranak dan tidak dilahirkan. Dia berkata bahwa Kristus adalah Firman (logos) Tuhan dan Ruh-Nya, makhluk yang diciptakan dan hamba yang mengabdi kepada-Nya. Bahwa Yesus lahir dari rahim Maria, saudara perempuan Musa dan Harun, tanpa benih dari orang lelaki (tanpa bapak). Orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuhnya, namun bayang-bayangnya disalibkan, sebab Tuhan mengambilnya sendiri karena Dia mencintai Kristus.

Selanjutnya dia mengatakan bahwa pengikut-pengikut Muhammad tidak dapat membuktikan bahwa Muhammad itu seorang nabi dengan menunjukkan bukti-bukti kenabian atau menunjukkan keajaiban-keajaiban mu'jizat yang ada padanya. Mereka menyebut umat Kristen sebagai orang-orang "asosiasionis" (hetairiastai) sebab mereka menjadikan sekutu Tuhan, dan mereka mempertahankan ayat-ayat Bibel untuk mengabsahkan pandangan-pandangan Kristen yang telah ditambah-tambah dari aslinya, baik oleh orang-orang Kristen sendiri maupun oleh orang- orang Yahudi. Dalam menanggapi tuduhan bahwa umat Kristen menyembah dan menyucikan salib, dia tegaskan bahwa umat Islam itu menyembah batu hitam (hajar aswad) di Ka'bah. Sejumlah pandangan sepele yang lain itu sebenamya tidak ada sama sekali manfaatnya kecuali sia-sia belaka. Kesemua ini hampir menjadi pertimbangan Islam yang tidak sahih dari sudut pandang obyektif, namun dapat dilihat sebagai persepsi yang sahih bagi umat manusia yang membela diri untuk menolak tekanan-

Page 96: Titik temu islam kristen

88

tekanan yang mungkin terjadi atas mereka dari kolonialisme Islam. Barangkali ada baiknya untuk dicatat bahwa sebagian besar materi yang didiskusikan baik dalam pertimbangan ini maupun dalam "diskusi dengan seorang Saracen," dimanapun berada orang Islam itu tetap akan menyerang orang Kristen.

Tak lama setelah masa John di Damascus membanjiri literatur Kristen di Arab, secara khas bersifat apologetik. Kesemuanya ini dibutuhkan di sini dalam rangka memahami sebagian kecil topik-topik yang dibicarakan dan argumen-argumen yang dipakai. Banyak argumen dalam "diskusi" John di Damascus tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan kekuasaan Tuhan dan kehendak bebas manusia. Orang Saracen ingin bersiteguh dengan pendirian bahwa Tuhan menciptakan semua yang ada di dunia ini, baik dan buruk. Sementara orang Kristen membatasi aktifitas kreatif Tuhan dengan enam hari yang pertama. Salah satu argumen orang Kristen adalah apabila baik dan buruk itu berasal dari Tuhan, maka pencuri, pezina dan orang yang mati sahid harus dikatakan berasal dari kehendak Tuhan dan orang tadi tidak boleh dihukum. Argumen ini membawa pertanyaan, apakah Kristus itu menerima nasib penyaliban itu dengan suka rela, karena apabila Kristus menerima dengan suka rela oleh kehendakNya sendiri (dan kehendak Tuhan), maka orang-orang Yahudi itu harus sama-sama dipuji. Ada pernyataan ringkas tentang persoalan ini dalam diskusi Timothy dengan khalifah.

John di Damascus sadar bahwa di dalam Al-Qur'an, Yesus (Isa) disebut-sebut sebagai "firman" (kalimah) Allah dan ruh yang berasal dari-Nya. Dia mcmbantah bahwa karena Isa itu adalah firman Allah maka harus berarti bahwa Isa itu bukan makhluk dan juga bersifat ketuhanan. Ketika orang Saracen menjawab bahwa semua firman Tuhan itu bukan makhluk dan tidak diciptakan namun tidak berarti tuhan-tuhan. Lalu John mencoba membedakan antara Yesus sebagai firman atau logos Tuhan dan firman Tuhan di dalam kitab suci (graphe), yang dinyatakannya dengan terma rhemata. Memang masalah ini rumit ketika orang Saracen memperkenalkan kalimat "firman" (logia) Tuhan, dan John terpaksa mengatakan hal ini harus dipahami secara metaforis bukan secara harfiah.

John di Damascus menunjukkan ketidaksadaran umat Kristen yang dituduh menyembah tiga Tuhan dan menyatakan bahwa Yesus sebagai firman dan ruh. Kendatipun demikian, Timothy dan para penulis Kristen yang lain mengidentifikasi Firman dan Ruh sebagai dinyatakan di dalam Al-Qur'an dengan hipotases kedua dan ketiga dalam Trinitas. Kata Arab uqnum hanya dipakai untuk hipostasis dalam ajaran Trinitas. Timothy lalu terus membantah kalau Firman dan Ruh Tuhan itu harus bersifat kekal

Page 97: Titik temu islam kristen

89

abadi, karena Tuhan tidak akan mungkin dapat bertitah tanpa Firman dan Ruh. Lebih lanjut, Timothy mencoba menjelaskan bagaimana yang tiga itu dapat menjadi satu Tuhan dengan cara memperbandingkan ketiganya itu dengan anak (atau globenya), cahayanya dan panasnya, atau memperbandingkan seorang lelaki yang mempunyai tanda-tanda kehidupan, rasional dan kematian. Setelah zaman Timothy, para ahli kalam muslim mendiskusikan atribut-atribut ketuhanan secara panjang lebar. Sementara itu para penulis Kristen mencoba berusaha memanfaatkan hal ini dengan mengidentifikasi hipostases dengan atribut-atribut seperti wujud, ilmu dan hayat.

Maka tak pelak lagi ada isu penting yang muncul adalah apakah Muhammad itu nabi? John di Damascus menolak isu Muhammad sebagai nabi, namun menyebutnya sebagai pseudoprophetes (nabi palsu) dan menegaskan bahwa penegasannya itu tidak didukung oleh kemu'jizatan maupun oleh kesaksian kenabian sebelumnya. Namun begitu, dalam beberapa halamannya Timothy merumuskan pernyataan untuk mengakui bahwa Muhammad "berada di jalan nabi-nabi", walaupun sebelumnya dia katakan sudah tidak ada lagi nabi setelah Yesus kecuali Eliyah, dan, ketika menyatakan apabila Al-Qur'an itu benar dari Tuhan, maka harus dikatakan kenabian ini bukan tugas baginya untuk memutuskan, walaupun sebelumnya menambahkan bahwa kenabian itu tidak didukung oleh mu'jizat-mu'jizat.

RefleksiGambaran yang berasal dari polemik dan literatur apologetika

di atas berkenaan dengan dua umat beragama yang mempunyai tujuan tidak sama antara satu dengan yang lain. Umat Islam sungguh umat yang kolonialis, yang memperoleh basis kepuasan hidup pada agamanya dan bagi kekuasaan negara. Sementara sejumlah tulisan polemik yang mereka ketemukan menunjukkan bahwa mereka itu sesungguhnya hampir tidak enak dengan komunitas devian yang berada di tengah umat Islam. Rupanya secara proporsional tulisan-tulisan polemik Eropa itu lebih kecil jumlahnya tentang Islam. Akan tetapi hal ini akan memberi keuntungan bagi pengkajian dan penelitian lebih lanjut. Beberapa tulisan kolonialis Eropa tentang Islam bertujuan untuk memahami Islam secara lebih baik, agar dapat mengawasi umat Islam dengan lebih baik. Sementara para ilmuwan muslim tidak tertarik untuk memahami keimanan Kristen dan kajian-kajian mereka tidak membawa perubahan pada persepsi tradisional Kristiani. Hanya

Page 98: Titik temu islam kristen

90

sebagian kecil ilmuwan saja, seperti Al-Mas'udi dan Al-Shahrastani, yang sedemikian jauh melihat secara serius kitab-kitab suci dan dokumen-dokumen Kristen. Kebanyakan isinya, menganggap Kristen sebagai merubah kebenaran kitab sucinya yang asli sehingga tidak murni lagi, yang berbahaya bagi orang muslim untuk mengeksplorasinya.

Untuk itu, umat Kristen membangun sejumlah kelompok-kelompok yang satu sama lain saling terpisah di bawah kekuasaan kolonialis muslim. Ini berarti bahwa keprihatinan mereka yang terutama adalah untuk bertahan menentang tekanan-tekanan sosial dan intelektual yang telah dikembangkan. Bahkan mereka lalai menciptakan kritik-kritik serius terhadap Islam secara terbuka, atau membentuk "gambaran yang menyimpang", sebagaimana yang telah diciptakan di Eropa barat. Dengan pengecualian Abd al-Masih al-Kindi yang melakukan kritik-kritik, namun bukunya barangkali hanya cenderung beredar di sekitar umat Kristen. Lebih lanjut, saya telah terkesan bahwa seorang manusia seperti Catolicus Timothy membela struktur intelektual keimanan Kristennya di luar bentuk loyalitas, dan apa yang dilakukan itu bukan karena relevan dengan kehidupan aktualnya. Ketika bertanya tentang perbedaan antara ketiga hipostases dalam Trinitas satu persatu, semua bisa dikatakan bahwa tiga hipostases itu dicirikan oleh sifat kebapakan, keanakan, dan prosesi (yakni kinerja dari bapak dan anak). Hal demikian, harus berkaitan dengan apa yang dinyatakan pada bab pertama tentang pembebanan dan tanggung jawab atas keseluruhan gereja oleh konsili-konsili ekomenikal dalam hal rumusan-rumusan ajaran yang sesuai dengan pandangan filsafat umat Kristen kerajaan Romawi Barat dalam ungkapan Yunani, bukan umat Kristen timur yang berasal dari latar belakang bahasa dan pemikiran Semit.

Page 99: Titik temu islam kristen

Bab: V

ITitik Temu Dengan Eropa

Zaman Pertengahan

Sejak pertama ada sejumlah umat Kristen dibayangkan mungkin berada di bawah kekuasaan Islam. Bahkan sampai timbulnya

kolonialisme Eropa sebenamya umat Islam tidak berada di bawah kekuasaan Kristen kecuali dalam waktu yang terbatas; seperti kerajaan Spanyol dan negara-negara yang kalah dalam Perang Salib. Yang penting pada periode tahun 1500 M, atau paling tidak, aspek baru titik temu Islam-Kristen yang nampak pada perkembangan persepsi Islam yang segar di tengah umat Kristen Eropa Barat. Ini bertalian dengan hadirnya Islam di semenanjung Iberia selama hampir delapan abad, sungguhpun ikatan ini hampir kompleks. Pengaruh Perang Salib atas persepsi-persepsi Islam Kristen satu sama lain relatif sedikit, namun secara ringkas nampak karena umat Islam dewasa ini memandang Perang Salib sebagai awal dimulainya kolonialisme. Kekaisaran di timur, kekaisaran Byzantine Kristen, menunjukkan usaha permusuhan yang permanen di sepanjang perbatasannya dengan kekhalifahan, dan agaknya juga mempunyai perhatian kepada umat Kristen ortodoks atau umat Kristen Melchite yang berada di bawah kekuasaan Islam. Situasi ini membawa akibat polemik literatur di Yunani, namun hal ini boleh jadi kecil pengaruhnya terhadap bangsa Eropa Barat.

Andalusia dan Spanyol IslamPenaklukan Islam atas semenanjung Iberia merupakan

kelanjutan dari penaklukan Islam atas Afrika Utara. Penaklukan-penaklukan ini terjadi sebagai hasil dari ekspedisi-eksedisi militer. Pada tahun 710 Masehi, ketika peninjauan pertama terjadi, seluruh semenanjung bersamaan dengan sebuah propinsi di Perancis sebelah tenggara yang berada di bawah kekuasaan bangsa Visigoth; namun raja yang baru saja naik tahta, Roderick, yang kebetulan kekuasaan kerajaannya telah diperselisihkan. Ketika umat Islam mencapai wilayah ini pada tahun 711 Masehi

Page 100: Titik temu islam kristen

92

dengan 7.000 tentara, raja Roderick menyerah di medan laga dan menghilangkan jejaknya. Sejak tahun 716 Masehi, umat Islam akhirnya menguasai seluruh semenanjung dan bahkan menguasai Narbonne di Perancis selatan. Selanjutnya serangan-serangan yang dilancarkan ke Perancis, baik dari pantai barat maupun dari lembah Rhone, namun ekspedisi militer ini digagalkan oleh Charles Martel di Tours pada tahun 732 Masehi. Peristiwa ini menunjukkan bahwa serangan-serangan atas Perancis itu merugikan kaum muslimin dan dapat dihentikan oleh pasukan Perancis, sekalipun Narbonne masih tetap diduduki sampai akhir tahun 751 Masehi.

Al Andalus adalah propinsi pertama dinasti Bani Umayah di Damascus. Sejak jatuhnya Bani Ummayah pada tahun 750 Masehi, seorang pangeran muda Bani Umayah yang terhindar dari penghancuran keluarganya oleh Bani Abbasiah, pada tahun 756 Masehi mulai membangun kerajaan Bani Umayah di Spanyol yang merdeka. Maka Neo-Bani Ummayah terus menguasai Al Andalus sampai dua setengah abad lamanya, dan dari tahun 930 sampai 1.000 Masehi negeri ini mengalami masa kejayaannya. Pada tahun 976 Masehi, seorang putera ke sebelas (yang baru berusia sebelas tahun waktu itu) dinobatkan menjadi raja. Maka pada masa ini pemerintahan berada di tangan Pengurus Rumah Tangga Kerajaan (kepala menteri) yang membuktikan anak yang menggantikannya sebagai seorang penguasa yang kuat. Namun demikian, sepeninggalnya pada tahun 1.008 Masehi mulailah negeri ini mengalami proses disintegrasi. Tidak lama lagi gubernemen mengontrol seluruh negeri, sekalipun sampai tahun 1.031 Masehi putera-putera kerajaan Bani Ummayah menuntut kekuasaan.

Dari tahun 1.009 sampai 1.091 Masehi yang dikenal sebagai zaman "raja-raja golongan" (reyes de taifas, muluk al-thawa'if ), disebut demikian karena pada saat itu ada kurang lebih tiga raja yang tidak saling berhubungan satu sama lain. Perpecahan kerajaan Islam ini memberi kesempatan kepada pangeran-pangeran Kristen di Spanyol barat laut, hiterto, yang semi merdeka dan harus membayar upeti kepada pemerintah pusat Islam, berusaha menjadikan kekuasaannya merdeka secara penuh dan memperluas wilayah teritorial yang dikuasai oleh Islam. Kesuksesan besar mereka yang pertama adalah direbutnya Toledo di tahun 1085 Masehi. Sejak saat ini kekuasaan Islam Barbar yang kuat di Afrika barat laut itu dikenal sebagai kerajaan Al-Murabitun dan kondisi ini menarik perhatian untuk membantu umat Islam Al Andalus, dengan akibat bahwa negeri mereka sendirilah yang sebagian besar wilayah teritorialnya dikuasai dari tahun 1091 sampai 1145 Masehi. Sejak saat itu kerajaan Al-Murabitun digantikan oleh Kerajaan Islam Barbar yang lain, yaitu kerajaan

Page 101: Titik temu islam kristen

93

Al- Muwahidun yang tetap mempertahankan pusat administrasi pemerintahannya di Al Andalus hingga tahun 1.223 Masehi. Dengan hilangnya kekuasaan kerajaan Al-Muwahidun, maka penaklukan balik umat Kristen segera mengalami kemajuan dan ibu kota Cordova dikalahkan pada tahun 1.236 Masehi dan Sevilla pada tahun 1.248 Masehi. Kendatipun demikian, pada tahun 1.231 Masehi seorang muslim keturunan Arab mendapatkan kerajaan Nashrid di Granada yang tetap bertahan sampai tahun 1.492 Masehi.

Dalam kekuatan Islam menyerbu semenanjung itu, ternyata yang terjadi kemudian, lebih dilakukan oleh bangsa Barbar ketimbang oleh bangsa Arab dan kadangkala bangsa Barbar ini berlaku kurang baik. "Kelompok-kelompok" yang terjadi pada periode "raja-raja kelompok" kenyataannya adalah bangsa Arab, bangsa Barbar dan bangsa Slavia (Saqaliba). Kemudian budak-budak dari Eropa utara dan timur, bukan berasal-usul dari bangsa Slavonika yang kebanyakan pada abad sepuluh menjadi tentara bayaran dan mengisi pos-pos pelayanan rakyat semesta. Sebagian mereka masuk Islam dari asal agama mereka yang Kristen, walaupun untuk mengetahui secara pasti jumlah mereka itu sulit dilakukan. Sebagaimana di negeri-negeri Islam yang lain, umat Kristen dan Yahudi mempunyai kebebasan menjadi warga minoritas yang terlindungi, tetapi biasanya penduduk minoritas ini adalah sekuler, tidak mempunyai kepemiminan agama, pertimbangan (comes, qumis) yang ditetapkan oleh raja yang berkuasa. Setelah ekspansi kerajaan-kerajaan Kristen abad tiga belas, umat Islam yang menetap di beherapa propinsinya dan dikenal sebagai kaum Mudejar yang kelihatannya lebih banyak ketimbang yang beragama Kristen, dan mereka kini seolah telah mempengaruhi wilayah kerajaan-kerajaan utara yang hingga waktu itu kurang kontaknya dengan umat Islam.

Hal yang penting dalam kontek kekinian adalah bahwa di Al Andalus terjadi interpretasi atau simbiosis kultur Arab yang lebih tinggi diperkenalkan para penakluk dan kultur Iberia lokal. Penulis Kristen abad sembilan menuduh bahwa semua pemuda Kristen telah dilanda oleh syair Arab dan lebih tertarik kepada bahasa Arab ketimbang bahasa Latin. Pada saat yang sama ada pijakan-pijakan pemikiran hingga terjadi pengaruh Iberia yang membawa adopsi bentuk-bentuk strofik syair Arab. Walaupun para ilmuwan tidak setuju, agaknya juga syair Andalus kadangkala berkenaan dengan seni troubadour Eropa. Contoh mengesankan fusi kultur-kultur ini nampak nyata di Sicilia, yang keseluruhannya berada di bawah kekuasaan Islam setelah tahun 902 Masehi, lalu diambil alih kembali oleh bangsawan-bangsawan Norman antara tahun 1060 dan 1091 Masehi. Sekalipun demikian, penguasa-penguasa baru

Page 102: Titik temu islam kristen

94

Kristen mengadopsi sebagian adat-istiadat para penguasa Islam sebelumnya, yang dua kali dikuasai dari tahun 1130- 1154 Masehi dan 1215- 1250 Masehi berturut-turut, yang dikenal sebagai "dua kali sultan-sultan Sicilia dibaptis."

Sejarawan berkewarga-negaraan Spanyol mencoba membedakan interpretasi Reconquista dan kebesaran Spanyol terkemudian. Banyak yang melihat ini sebagai berasal dari berkesinambungannya tradisi Katolik yang dipertahankan semenjak Spanyol Visiqothic. Kesulitannya di sini adalah karena Reconquista ini dimulai semenjak kerajaan kecil bangsa Austurias yang tidak menjadi bagian integral Spanyol Visiqothic melainkan malah menyerangnya, yang lebih mungkin hadir menjadi pandangan Americo-Castro dalam bukunya yang berjudul Structure of Spanish History. Dalam buku ini dia mengatakan: "Spanyol Kristen itu -- muncul bereksistensi -- sebagaimana ia digabungkan dan dicangkokkan ke dalam proses kehidupan yang dipaksa oleh interaksinya dengan dunia Islam."

Reconquista dimulai bukan karena ide-ide keagamaan melainkan karena memuncaknya semangat dan hasrat rakyat untuk merdeka. Walaupun demikian, semenjak paruh abad ke sepuluh kepergian ke Santiago Compostela mulailah tumbuhnya peranan yang penting dan agaknya hal ini menyadarkan rakyat akan dimensi agama, terutama setelah dihancurkannya tempat suci itu oleh tentara Islam di tahun 997 Masehi. Kaum lelaki dari Leon, Navare dan Castile, melihat bahwa mereka bukan saja berjuang untuk kerajaan-kerajaan kecil mereka, melainkan berjuang melawan musuh dengan seluruh umat Kristen. Sebagaimana kesadaran ini tumbuh di tengah umat Kristen, demikian pula umat Islam menjadi sadar akan aspek-aspek perjuangan agamanya.

Perubahan Persepsi dari Perang SalibBagi studi dewasa ini, masalah sentral tentang Perang

Salib adalah bagaimana peristiwa.peristiwa itu sendiri terjadi dan refleksi-refleksi tentangnya di abad-abad terkemudian, mempengaruhi persepsi-persepsi Islam terhadap Kristen.

Hal pertama yang harus ditegaskan adalah bahwa Perang Salib berasosiasi dengan meningkatnya rasa keagamaan yang dahsyat di Eropa Barat. Ada banyak gerakan bagi pembaharuan Gereja, ditunjukkan dengan memerangi kekejaman dan penghianatan yang khusus. Sebuah biara yang didapatkan di Cluny, Perancis, tahun 910 Masehi dalam membantu berkembangnya ketaatan kepada kekuasaan monastik Benedictine dan sedemikian baiknya

Page 103: Titik temu islam kristen

95

didukung sejak abad ke sebelas oleh lebih dari dua ratus rumah anak perempuan. Semangat keagamaan juga ditunjukkan sendiri oleh ikut sertanya dalam hijrah untuk meningkatkan jumlah penduduk. Satu sentra penting adalah tempat suci Santiago (Saint James) di Compostela Spanyol barat laut, namun untuk mencapai tujuan itu dengan kemampuan hijrah paling tinggi adalah ke kuburan suci di Jerusalem. Tiga puluh tahun sebelum Perang Salib Pertama, gerombolan dari tujuh ribu penduduk dinyatakan telah pergi meninggalkan Rhine ke Jerusalem, dipimpin oleh Uskup Agung dan uskup di bawahnya. Pada tahun 1076 Masehi Jerusalem berada di bawah kekuasaan langsung Amir Turki yang amat menyulitkan bagi orang-orang yang berziarah ke sana. Ini agaknya menjadi salah satu faktor di samping Paus Urban II yang menyatakan keputusannya untuk mengobarkan Perang Salib di tahun 1095 Masehi pada konsili Clermont di Perancis.

Walaupun demikian, Paus dan negarawan senior itu sadar akan alasan-alasan tertentu yang sifatnya lebih klasik bagi Perang Salib. Akhirnya kaisar Byzantine harus meminta bantuan kepada Paus, mungkin bantuan ini dalam bentuk prajurit upahan. Rakyat Byzantine harus menderita kekalahan yang serius dari umat Islam di Manzikert pada tahun 1071 Masehi dan harus menarik diri dari Asia Kecil. Lebih dari itu, telah terjadi kemunduran hubungan-hubungan antara separuh Gereja Barat dan timur pada tahun 1054 Masehi, sekalipun tidak mengalami kehancuran sempurna secara total. Maka tak pelak lagi, Paus diharapkan dapat mengirimkan bantuan untuk memperbaiki hubungan-hubungan tersebut. Abad ke sebelas bagi rakyat biasa di Eropa Barat menjadi zaman keamanan yang lebih besar dan makin meningkatnya kemakmuran. Namun ini berarti bahwa bagi keluarga para bangsawan akan lebih tertutup kesempatannya untuk berkuasa dan mengakibatkan banyak terjadi perlawanan rakyat dan meredusir perselisihan di antara umat Kristen. Peristiwa ini agaknya tidak terjadi bagi Islam sebagaimana pola Nabi Muhammad SAW yang diikuti oleh suku-suku bangsa Arabia.

Paus Gregory VII (1073-1085 Masehi) mengabsahkan perubahan sikap Kristen terhadap perang. Prajurit-prajurit yang sebelumnya, walaupun karena suatu sebab mereka berselisih, seperti pasukan William Sang Penakluk di Hasting pada tahun 1066 Masehi, menuntut adanya penebusan dosa bagi kematian. Kendatipun demikian, Paus kini menyatakan bahwa kematian mereka itu terhormat, tidak berdosa, berjuang untuk mengangkat hak bagi masyarakat. Hal ini barangkali terjadi sebagai akibat Reconquista bangsa Spanyol. Ahli sejarah, Arnold Toynbee, dari perspektif yang luas menulis dalam buku Study of History, melihat Perang Salib itu dimulai pada tahun 1018 Masehi ketika

Page 104: Titik temu islam kristen

96

bantuan dari sekelompok orang Kristen di sana dilancarkan untuk memerangi kaum muslimin. Selama waktu berkunjung ke Santiago, telah menumbuhkan popularitas sebelah utara kota Pyrenee dan sebagian harus mengetahui kehancuran yang diakibatkan oleh umat Islam pada tahun 997 Masehi, sungguhpun mereka mengecualikan peninggalan aktual Saint James. Banyak lagi ekspedisi dari Perancis ke Spanyol yang lain pada abad sebelas yang dilakukan dengan restu Gereja, sebab ekspedisi-ekspedisi itu dilakukan atas nama umat Kristen sebagai suatu keseluruhan. Hal ini tidak mengherankan karena banyak orang lelaki Perancis menanggapi panggilan Paus menuju Perang Salib Pertama.

Para serdadu yang ikut berpartisipasi dalam Perang Salib berkumpul di Constantinople di tahun 1097 Masehi, lalu bergerak ke selatan lewat Asia Kecil, dan pada gilirannya mereka dapat merebut kota Jerusalem di tahun 1099 Masehi. Empat negara Perang Salib yang berdiri adalah: kerajaan Jerusalem, Antioch, Edessa dan Tripoli. Edessa direbut kembali oleh umat Islam di tahun 1144 Masehi, namun Jerusalem tetap bertahan 1187 Masehi. Sama sekali ada penggabungan ke Perang Salib dan ekspedisi-ekspedisi yang lain pada suatu tipe Perang Salib, sebagian di Eropa menentang heretika (bidaah) Kristen. Namun hasil yang paling solid menentang umat Islam adalah perebutan Acre dan sebidang pesisir Palestina di tahun 1991 Masehi dan peninggalan mereka selama satu abad.

Dalam waktu yang lama umat Kristen menunjukkan pembasmian etnis manusia besar-besaran dalam suasana yang romantis. Diasosiasikan dengan semangat agama dan sarat dengan cita-cita kesatriaan Kristen. Dengan baik hal ini dapat diapresiasikan oleh Shakespeares dalam judul buku Henry IV, bab I, dimana letaknya untuk terus mengadakan pembunuhan besar-besaran, bukan sekedar sebagian bantuan sebagai cita-cita menuju perjuangan akhir antara zaman Pencerahan, melainkan juga sebagai tugas Kristen:

Oleh karena itu, teman-teman, Sejauh kuburan Kristus Yang kini mempunyai prajurit, di bawah berkat kayu Salib Kita terkesan dan harus berjuang Segera kekuatan Inggris akan kita tarik, Yang mempunyai prajurit yang dibentuk di rahim ibunya Untuk memburu orang-orang pagan di tempat suci ini Atas orang yang berjalan kaki penuh berkah Yang terpaku selama empat belas abad yang lalu Demi kesempatan kami di tiang salib yang menyakitkan.

(I Henry IV, I.i. 18-27)

Page 105: Titik temu islam kristen

97

Kata "crusade" sekarang telah lazim dipakai secara umum untuk arti "gerakan agresif atau kegiatan menentang kejahatan publik, atau institusi atau sekelompok orang yang dianggap sebagai jahat." Kata ini kini lazim dipakai oleh para jurnalis di hampir semua jenis pekerjaan untuk menyatakan menuju kebaikan, bahkan ketika kekuatan kecil yang agresif itu berkembang. Walaupun demikian, banyak orang Kristen memahami asal-usul Perang Salib yang asli adalah demi mendapatkkan kembali Tempat-Tempat Suci pada cahaya yang berbeda. Kata "Crusade" ini bukan hanya anggota anti-perang dan anti sumpah atau Masyarakat Persaudaraan yang melihat bahwa tidak ada perang yang diperbolehkan berdasarkan atas prinsip-prinsip Kristen. Sungguhpun demikian, bahkan pada abad ke delapan belas para sejarawan mulai berfikir kritis tentang keseluruhan ide Perang Salib (atau pembasmian manusia). Edward Gibbon adalah seorang pemikir bebas yang menentang sistem Gereja, yang tidak mempunyai belas kasihan membeberkan penjarahan dan pembunuhan besar-besaran yang mengambil tempat ketika pasukan Perang Salib merebut Jerusalem di tahun 1099 Masehi. Bahkan pemuja seperti sang novelis romantis, Sir Walter Scott, yang sadar akan kekejaman dan kebengisan heronya Richard Yang Berhati Singa (Richard the Lionheart). Pada pendahuluan kisahnya tentang peristiwa-peristiwa Perang Salib, The Talisman, dia menulis:

Periode yang lebih langsung berkaitan dengan Perang Salib yang terakhir saya putuskan adalah ciri khas Richard I yang suka perang, liar dan dermawan, pola kekesatriaan dengan semua kebaikan yang luar biasa dan tidak kurang dari kesalahan-kesalahannya yang absurd, yang menentang Pangeran Saladin (Shalahuddin al-Ayyubi) dimana monarki Kristen dan Inggris mempertontonkan semua kekejaman dan kebengisan yang mendukung karakter raja Timur. Di pihak lain, pangeran Saladin memperlihatkan kebijakan yang mendalam dan kebijaksanaan penguasa Eropa. Semua ini dikandung makna bahwa Saladin mempunyai kemampuan kualitas kekesatriaan dan keperwiraan yang baik, murah hati dan berani, yang melampaui yang lain.

Tentang sejarawan dunia Islam, keseluruhan konsepsi Perang Salib adalah bersifat membabi buta dan gila. Paus dan semua yang mengorganisir angkatan bersenjata akan dapat sedikit punya ide tentang kondisi yang akan mereka hadapi, meskipun telah mengadakan perjalanan ke Jerusalem. Mereka tidak punya sedikit ide tentang peluasan kekuasan muslim. Berbagai kesuksesan yang mereka raih barangkali karena sekitar tahun 1100 Masehi umat Islam Palestina dan Syria biasanya berada di bawah kekuasaan khalifah di Baghdad, merupakan negeri-negeri kecil merdeka yang

Page 106: Titik temu islam kristen

98

saling bersitegang satu dengan yang lain, namun kadangkala siap-sedia bekerjasama dengan raja-raja Kristen untuk menentang rival-rival negeri Islam. Karena negeri-negeri itu berada di bawah penguasa muslim yang kuat, maka nasib negeri-negeri Kristen segera tertutup.

Mungkin ekspresi paling baik dari pandangan Kristen kontemporer yang seimbang tentang Perang Salib dapat diperoleh dalam kata-kata Sir Steven Runciman, pada kesimpulan ketiga buku sejarahnya tentang Perang Salib:

Kemenangan pasukan Perang Salib adalah kemenangan iman. Namun iman tanpa kebijaksanaan adalah berbahaya. Sejarah dengan undang-undang hukum adalah tidak dapat ditawar-tawar, seluruh dunia harus membayar kejahatan dan kebodohan semua warga negaranya. Dalam rangka memperpanjang interaksi dan fusi antara Timur dan Barat dari peradaban kita yang tumbuh berkembang, maka Perang Salib adalah episoda yang tragis dan destruktif. Sejarawan telah menengok ke belakang berabad-abad lamanya pada kisah mereka yang gagah berani, mesti mendapatkan kebanggaan yang berlawanan dengan penderitaan pada persaksian yang membuka batas-batas hakekat manusia. Demikian banyak keberanian dan sedemikian sedikit penghargaan, demikian banyak kesetiaan dan demikian kecilnya pengertian dan pemahaman. Cita-cita yang tinggi dan agung dinodai oleh kekejaman dan kerakusan, keberanian dan ketabahan dinodai oleh kebutaan dan kesalihan diri yang picik. Perang suci itu sendiri tidak lebih lama dari gerakan intoleran atas nama Tuhan, yang merupakan perbuatan dosa melawan Ruh Kudus.

Menghadapi jawaban yang telah kita kembangkan tentang kontribusi Perang Salib terhadap persepsi-persepsi Kristen terhadap Islam adalah jawaban yang sedikit mereka rubah. Banyak orang Kristen yang mengapresiasikan keperwiraan dan kemurahan hati seorang Saladin, namun hanya sedikit karya ilmiah yang dibuat. Para ilmuwan Eropa Barat dan Perancis yang menciptakan gambaran baru dan lebih terinci tentang Islam di negeri-negeri Perang Salib, secara pasti hampir memperkuat hasrat bagi inforrnasi yang lebih banyak dan lebih akurat.

Persepsi Islam kontemporer tentang Perang Salib secara implisit berbeda dengan persepsi Kristen. Mayoritas umat Islam memandang Perang Salib tidak lebih dari insiden kekejaman dan kebengisan umat Kristen yang jauh melampaui batas, dapat diperbandingkan dengan persepsi Inggris tentang peristiwa yang terjadi di barat laut India-Inggris di abad sembilan belas. Kekhalifahan di Baghdad yang diinformasikan namun tidak menarik itu, walau memang tidak memiliki kekuatan politik sebenarnya di masa itu. Pencuri yang mengontrol kekuatan

Page 107: Titik temu islam kristen

99

dunia luar adalah dinasti Saljuk, namun pusat-pusat utamanya adalah beratus-ratus mil sebelah timur Baghdad. Bila mereka mendengarkan tentang Perang Salib, mereka akan memandang Perang Salib ini sebagai varian semata dari bentuk perselisihan yang terus-menerus berlangsung di kawasan khusus ini selama paruh akhir abad ini.

Tentu saja berbeda karena bagi umat Islam yang terpengaruh secara langsung, sungguhpun mereka terbiasa dengan ekspedisi-ekspedisi penggerebegan Byzantine. Segera mereka menyatakan bahwa ada perbedaan nyata antara bangsa Byzantine, bangsa Rum dan bangsa Frank atau Franj, namun boleh jadi mereka masih belum sadar akan motif-motif dan tujuan- tujuan keagamaan lebih lanjut.

Sebagaimana yang telah dicatat, sebagian pemimpin muslim berencana untuk ikut beraliansi dengan para pemimpin Kristen dalam memerangi rival-rival mereka yang muslim. Semenjak bangsa Frank menetap di negeri-negeri Salib dalam waktu yang lama, mereka mengadopsi adat-istiadat dan pakaian lokal, mereka nampak tidak berbeda dengan pemimpin-pemimpin muslim. Usaha menciptakan kekuatan yang tangguh sepenuhnya diikhtiarkan untuk menggagalkan para partisipan Perang Salib, dimulai ketika seorang lelaki yang bernama Zengis yang ditunjuk sebagai gubemur Mosul oleh Sultan Saljuk di tahun 1127 Masehi dan sejak tahun 1144 Masehi sudah benar-benar kuat untuk mendapatkan kembali Edessa. Putranya yang menggantikan kedudukan Zengis ini dikirim menjadi prajurit untuk melawan dinasti Fatimiah di Mesir pada tahun 1169 Masehi. Pada tahun ini juga jenderal wafat, kemenakan lelaki Saladin menduduki jabatan Zengis ini, maka segeralah Saladin menyatakan dirinya sebagai penguasa Mesir. Pada tahun 1174 Masehi atas kematian putra Zengis, ia diperkenalkan oleh khalifah sebagai sultan di seluruh kawasan mulai dari kota Mosul sampai kota Kairo. Selain konsultasi pemerintahannya atas wilayah ini. Tujuan yang utama adalah untuk memukul mundur negeri-negeri yang ikut berpartisipasi dalam Perang Salib. Dengan cara ini, secara luas Saladin menggantikan wilayah-wilayah negeri yang ikut aktif dalam Perang Salib menjadi berada di bawah kekuasaan Islam, menaklukkan Jerusalem di tahun 1187 Masehi.

Beberapa tahun sebelum peristiwa di atas terjadi, pangeran Saladin telah menyerukan jihad atau perang suci melawan umat Kristen. Beliau mengumandangkan jihad ini karena kebodohan baru yang diakibatkan pemimpin Kristen yang mengirim armada ke Laut Merah dari Teluk Aqabah dan pada tahun 1182 Masehi menenggelamkan kapal milik orang muslim yang melewati rute perjalanannya ke Mekah. Insiden ini begitu dikenal secara luas dan

Page 108: Titik temu islam kristen

100

makin meningkatkan kemarahan dunia Islam yang lebih besar ketimbang berdirinya negeri-negeri Franka. Kendatipun demikian, secara pribadi Saladin tetap ramah kepada umat Kristen, paling kurang pada waktu itu. Namun hubungan-hubungan mesra ini hanya sedikit meningkatkan persepsi Islam terhadap Kristen.

Ada catatan yang cukup baik dari sejarawan kenamaan, Ibnu al-Athir (1160-1233 Masehi), yang karyanya telah dijelaskan pada bab terdahulu. Sejarawan ini adalah penduduk Mosul dan pernah ikut secara aktual dalam barisan tentara pangeran Saladin. Dia mencatat penaklukan Antioch oleh bangsa Frank di tahun 491 Hijrah (1098 Masehi). Namun ia memandang agresi bangsa Frank ini telah didahului oleh pendudukan Toledo pada tahun 478 Hijrah (1085 Masehi) dan Sicilia pada tahun 484 Hijrah (1091 Masehi). Peristiwa pendudukan ini mengantarkannya untuk berfikir tentang gerakan Perang Salib sebagai orang Kristen yang melawan umat Islam, namun sama sekali gerakan ini bukan sebagai aktifitas yang terpusat dan hanya sebagai salah satu dari sejumlah tema yang luas yang ditindak lanjuti pada periode itu. Bahkan persepsinya tentang Perang Salib adalah sebagai jihad yang tidak mungkin disumbangkan oleh mayoritas umat Islam di Iraq dan negeri-negeri lain di timur.

Pada gilirannya penting untuk menyatakan bahwa umat Islam kini memandang Perang Salib sebagai awal dimulainya kolonialisme Eropa. Pandangan ini bukan berasal dari para sejarawan muslim tempo dulu, melainkan akibat umat Islam datang ke barat sebagai mahasiswa dan mempelajari tulisan-tulisan para sejarawan barat. Mereka mencatat bahwa ada kesejajaran bentuk antara Perang Salib dan kolonialisme yang mereka alami di negeri-negeri asalnya. Barangkali sebagian mustahil bagi orang yang sedemikian jauh seperti Kolonel Qadhafi di Libya dan invasi Napoleon di Mesir pada tahun 1798 Masehi sebagai Perang Salib ke sembilan dan berdirinya negeri Israel berkat bantuan Amerika sebagai Perang Salib ke sepuluh. Tentu saja, ini bukan peristiwa Perang Salib yang sesungguhnya. Sebagian golongan fundamentalis "Kristen Bibel" yang memang telah menyambut negeri Israel sebagai pemenuhan kebutuhan yang diidam-idamkan dan hal itu dilihat sebagai bukti kebenaran Bibel dan penolakan terhadap kritik apapun tentang kebenaran Bibel ini. Sementara di pihak lain, sebagian besar umat Kristen melihat penempatan Tempat-tempat Suci Kristen di tangan bangsa Yahudi itu benar-benar sebagai bertentangan dengan tujuan Perang Salib.

Maka secara historis, pemikiran Kristen dewasa ini amat tidak bangga kepada Perang Salib dan memperkenankan adanya unsur kolonialisme terhadap Perang Salib itu. Akan tetapi dia melihat

Page 109: Titik temu islam kristen

101

bukan kesinambungan dan identitas antara gerakan Perang Salib dan kolonialisme Eropa selama abad-abad belakangan ini.

Persepsi Kristen Terhadap IslamSaat umat Kristen yang berada di bawah kekuasaan Islam,

seperti John di Damascus harus sangat hati-hati dalam mengkritik Islam, sementara warga kerajaan Byzantine tidak ada hambatan sama sekali. Maka tidak mengherankan kalau gambaran Islam yang mereka hasilkan dapat dijelaskan sebagai berbagai macam karikatur. Betapapun juga, umat Islam adalah musuh besar yang telah merebut kerajaan yang terdiri dari kawasan banyak propinsi yang maju, seperti Mesir dan Syria, termasuk juga Palestina, tanah leluhur keimanan Kristen dan yang masih menyisakan ancaman militer terus-menerus atas perbatasan selatan dan tenggara.

Tulisan-tulisan para teolog Byzantine dari abad delapan sampai tiga belas yang telah dipelajari secara cermat dan terinci oleh Adel Theodore Khoury, seorang Kristen Arab yang menjadi guru besar di Universitas Munster, Jerman. Tulisan-tulisan para teolog ini menggambarkan Islam bukan sebagai kafir (heretika) Kristen dalam bentuk John di Damascus, melainkan sebagai agama salah yang cenderung menyembah berhala. Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang salah, wakil dari kejahatan, diilhami oleh "bapak kebohongan" dan dengan sendirinya adalah anti-Kristus, sehingga sedemikian banyak yang dilakukan itu telah melampaui batas. Al-Qur'an adalah kitab suci yang salah, karena Nabi Muhammad memasukkan bahan yang berasal dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bahkan menambah bahan-bahan lain yang berasal dari kekufuran dan bid'ah sebagai rekaan Manichean dan khayalan dirinya sendiri. Dengan demikian, Islam adalah agama yang membahayakan inspirasi diabolik dan para ahli teologi Kristen dengan tegas begitu senang apabila Islam itu hancur binasa. Perlu ditambahkan bahwa Professor Khoury adalah orang yang percaya kepada dialog dengan Islam dan tidak mengakui gambaran semacam ini. Sebaliknya Professor Khoury berfikir bahwa umat Kristen dewasa ini seharusnya mengetahui apa yang dipikirkan oleh leluhur-leluhur mereka.

Karena bangsa Byzantine mengetahui umat Islam sebagai prajurit asing yang buruk yang mereka ketemukan di medan laga, maka mereka itu dapat dimasukkan sebagai karikatur keimanan mereka. Sungguhpun demikian, pencampur-adukan kebudayaan di semenanjung Iberia agaknya menghasilkan situasi yang berbeda, terutama setelah sebagian umat Islam berada di bawah kekuasaan Kristen. Umat Kristen yang hidup

Page 110: Titik temu islam kristen

102

berdampingan dengan umat Islam dan mengadakan kontak sehari-hari dengan umat Islam, malah menunjukkan bahwa umat Islam ini sebagai bangsa manusia yang masuk akal. Bahkan boleh dicatat bagaimana ketika Sevilla diduduki pada tahun 1248 Masehi oleh penduduk pegunungan dari utara dan bangsa Franka yang membantu mereka, ternyata mereka itu hebat begitu mengagumkan, ramah, halus budi bahasanya yang asri serta keindahan kotanya yang unggul dengan jalan apapun ke koa-kota perkampungan di sekitarnya. Maka yakin kalau persepsi individual umat Islam ini masuk akal dan mereka adalah bangsa yang sangat terpelajar yang mengajak sebagian pemimpin Kristen tertarik kepada perolehan informasi yang lebih akurat tentang umat Islam, Islam adalah bangsa yang berbudaya.

Dari lingkungan antar-kultural sampai ke gerakan awal ke arah ilmu pengetahuan Islam faktual yang lebih besar. Ini adalah Dialogue tentang Islam, yang telah ditulis oleh Pedro de Alfonso pada tahun 1108 Masehi. Ia adalah seorang Spanyol yang awalnya beragama Yahudi lalu pindah ke agama Kristen. Walaupun demikian, pengaruh utama pada petunjuk ini berasal dari Peter Yang Mulia (Peter the Venerable), kepala biara Cluny yang penting dari tahun 1122 sampai meninggalnya pada tahun 1156 Masehi. Peter memperbaharui tradisi dari para pendahulu besar sebagai kepala-kepala biara Cluny dan memperhatikan secara mendalam akan kemurnian dan keaslian ketaatan Benedictine. Dengan pandangan demikian, maka tak mengherankan kalau seperti yang direfleksikan pada Perang Salib: "Tumbuh di dalam pikirannya suatu konfiksi kuat yang menyatakan maksud dan tujuan Perang Salib yang sama sekali telah diabaikan, padahal seharusnya menjadi perhatian Kristen yang paling sentral, yakni, agar umat Islam berubah agamanya menjadi pemeluk agama Kristen."

Antara tahun 1142 dan 1143 Masehi, Peter menghabiskan waktunya untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol Utara. Tentu saja hal ini mulai meningkatkan peluasan rencana. Rencana pertama adalah untuk menyediakan informasi terpercaya tentang Islam bagi umat Kristen Eropa yang bodoh, tak berbudaya. Rencana kedua, untuk menepis anggapan apapun dari umat Kristen tentang Islam sebagai agama yang salah. Hasil dari rancangan ini adalah kumpulan-kumpulan tulisan Clunik dan terdiri dari karya-karya dosen Latin yang berbagai ragam dan dalam waktu yang lama. Hasil ini juga dikenal sebagai koleksi Toledo, sebab bagian karya-karya itu dibuat di kota Toledo ini. Waktu itu Toledo menjadi sentra kegiatan bagi penerjemahan karya-karya Arab tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dilaksanakan setelah pendudukan kembali di tahun 1085 Masehi. Bahan-bahan kumpulan tulisan ini termasuk terjemahan Al-Qur'an

Page 111: Titik temu islam kristen

103

dari Robert Ketton. Peter Yang Mulia sendiri menyumbangkan sejumlah pengajaran Islam (Summa totius haeresis Saracenorum), yang menolak sebagian besar ide salah di Eropa dewasa ini dan sebuah buku yang berisi penolakan yang lebih panjang lebar lagi dalam judul liber contra sectan sive haeresim Saracenorum.

Karya Peter Yang Mulia ini secara luas memberi ciri khas bagi tulisan Kristen tentang Islam selama dua abad yang akan datang. Volume buku ini biasa saja. Berbeda dengan buku-buku tentang Islam yang banyak berisikan rujukan-rujukan insidental dan karya-karya buku ini mengabaikan tambahan-tambahan sampai penyimpanan ilmu pengetahuan asli. Bahkan di balik semua ini, para ilmuwan berikhtiar memproduksi image Islam yang dalam banyak cara terdistorsi secara serius, dengan menggantikan image Islam dan suara Islam yang benar. Image salah terhadap Islam ini ternyata telah disetujui oleh Ricoldo da Monte Croce (meninggal tahun 1321 Masehi) waktu menulis bukunya yang juga dikenal sebagai "Perselisihan golongan Sarasen dan Al-Qur'an" dalam bukunya Improhatio alchorani.

Thomas Aquinas sendiri bukanlah mahasiswa yang belajar Islam, melainkan sadar akan perlunya memberantas kesalahan pada kepercayaan Islam dan perlunya menghadirkan kepercayaan Kristen dengan cara yang rasional. Bukunya, Summa contra Gentiles sebagian ditujukan untuk menyerang umat Islam, bahkan dia menulis sebuah buku ringkasan, De rationibus fidei contra Saracemos, Graecos et Armenos. Dia membantu Peter Yang Mulia untuk mengubah umat Islam, terutama barangkali berfikir tentang umat Islam yang berada di bawah kekuasaan Kristen di Spanyol. Dari karya-karyanya dan karya-karya lain dalam waktu yang sama, kita dapatkan ide tentang Islam yang telah menjadi standar persepsi Kristen. Persepsi ini merupakan persepsi yang mempunyai tempat sentral dalam pemikiran Eropa hingga akhir abad sembilan belas. Perbedaan antara persepsi Kristen ini dan persepsi para ilmuwan barat yang lebih obyektif dewasa ini, dapat dikelompokkan menjadi empat:

1. Islam adalah agama yang salah dan menyesatkan kebenaran secara sistematis. Sejak zaman pertengahan, para pemikir Kristen telah membangun bangunan besar yang impresif di sekitar keimanan mereka, agar orang Kristen Eropa Barat yang pendapatnya mirip sama ternyata harus dikatakan berbeda karena cara demikian adalah salah. Dalam sistem filsafat dan teologinya Thomas Aquinas berpegang kepada pendapat ini, karena sebagian kebenaran dari keimanan Kristen, misalnya eksistensi Tuhan yang dapat dibuktikan oleh akal budi secara rasional, sementara kemaujudan yang lain tergantung atas

Page 112: Titik temu islam kristen

104

wahyu. Sebaliknya paling tidak dapat dipertahankan oleh akal budi dan asal-usul ilahiah dari kebenaran-kebenaran itu didukung oleh mu'jizat yang mengikuti orang-orang yang menyatakan kebenaran-kebenaran tersebut. Apa yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW adalah benar, namun ajaran Nabi Muhammad SAW ini bercampur-aduk dengan ajaran-ajaran yang ada di dalam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan pernyataan-pernyataan Muhammad SAW ini tidak didukung oleh mujizat. Orang-orang pertama yang mengakui ajaran-ajaran Muhammad ini dikatakan menjadi golongan orang-orang yang berintelegensi rendah. Maka mereka ini lalu menyebarkan ajaran agamanya secara luas sebagai tugas bagi janji-janji yang mengembangkan kesenangan seksual dan ancaman-ancaman kekuatan yang berbahaya (seperti yang kini dijelaskan lebih sempurna). Penulis-penulis lain lebih jauh melihatnya ketimbang orang yang bernama Thomas Aquinas, bukan saja menyatakan bahwa Nabi Muhammad telah mencampur- adukkan kebenaran dengan kesalahan, melainkan juga bahwa apapun dan dimanapun yang dikatakan Muhammad itu akan dinyatakan sebagai kebenaran, dia tambahkan nafsu yang jahat; pernyataan-pernyataan kebenaran ini dapat dianggap sebagai madu bercampur dengan nafsu dan niat yang tersembunyi.

2. Islam adalah agama yang disebarluaskan dengan pedang dan kekejaman. Di abad tiga belas dan dua puluh, boleh jadi orang Kristen Eropa barat hanya punya kekaburan ide yang tidak jelas tentang ekspansi Islam abad pertama agama Islam. Bilamana mereka mengetahui Islam abad pertama ini, maka mereka akan sedikit mempunyai perhatian bahwa secara faktual umat Kristen berada di negara-negara pendudukan yang menjadi golongan minoritas yang dilindungi oleh umat Islam. Dalam menyatakan agama Islam sebagai agama pedang dan kejam, Thomas Aquinas rupanya berfikir bahwa para pengikut Muhammad SAW yang pertama adalah sebagai manusia kejam dan irrasional, yang kemudian membawa orang-orang yang beragama lain dengan kekuatan pedang dan kejam. Pedro de Alfonso (meninggal tahun 1110 Masehi) menganggap bahwa hal tersebut sebagai aturan dan tatanan Islam "merampok untuk dijadikan tawanan dan membunuh musuh-musuh Tuhan dan nabi mereka, serta menganiaya dan menghancurkan mereka dengan cara apapun." Implikasi presentasi Islam ini adalah dengan cara mengontraskan bahwa agama Kristen adalah agama perdamaian, yang membujuk umat manusia dengan meyakinkan kebenaran ajaran-ajarannya. Maka sungguh

Page 113: Titik temu islam kristen

105

aneh kalau agama Kristen ini sudah harus dianggap sebagai agama perdamaian di satu saat ketika umat Kristen barat terjun dan menyatakan ikut berpartisipasi dalam Perang Salib. Hanya dapat dikatakan bahwa sebagian terbesar penyokong Perang Salib ini tidak memikirkan tujuan mereka, bahkan sebagiannya sebagai orang-orang masuk Islam namun hanya sebagai pemelihara tempat-tempat suci untuk para peziarah Kristen. Thomas Aquinas mencurahkan perhatiannya untuk menyebarkan keimanan Kristen, namun orang-orang yang tidak beriman sekalipun para tawanan perang yang berada di tangan Kristen, tidak boleh dipaksa untuk masuk agama Kristen dengan kekuatan pedang. Bahkan Thomas Aquinas juga berpegang kepada pendapat bahwa sudah waktunya umat Kristen untuk maju perang demi membela umat tak beriman dari gangguan dan rintangan keimanan Kristen.

3. Islam adalah agama yang memperturutkan suara hatinya sendiri. Dalam persepsi kehidupan seksual umat Islam sehari-hari adalah akal budi yang memainkan peranan besar. Dikatakan bahwa seorang muslim lelaki boleh mempunyai isteri lebih dari satu, atau banyak isteri, bukan hanya empat isteri sebagaimana yang dinyatakan dalam hukum, namun boleh mempunyai isteri sampai tujuh atau sepuluh atau bahkan lebih dari itu. Dibolehkannya mempunyai isteri banyak ini diketahui bahwa kehidupan di Surga kelak menjanjikan sekelompok orang wanita cantik-cantik dengan gairah birahi yang tinggi, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Seorang berfikir bahwa ada ayat Al-Qur'an yang membolehkan perbuatan zina, sementara ayat-ayat Al-Qur'an yang lain dibayangkan membolehkan dan bahkan mendorong perlakuan seksual yang bagi masyarakat Eropa tidak dapat diterima secara menyeluruh. Walaupun seorang muslim boleh punya empat isteri dan secara aktual tidak terbatas jumlah para gundik yang berasal dari budak-budak. Perkawinan dalam Islam selalu diatur secara tegas dengan kontrak legal dan perzinahan yang dapat dibuktikan bersalah dalam perzinahan secara kuat dapat dikenakan hukum rajam. Dengan cara demikian, kehidupan umat Islam jauh dari wacana lisensi seksual tak terbatas yang dibayangkan oleh bangsa Eropa abad pertengahan (yang memang begundal seksual itu). Berbagai bentuk lain dari kejahatan moral ini didukung untuk memberi karakter khas umat Islam, misalnya harus meminta izin melepaskan sumpah ketika sudah sesuai dan mempercayakan kepada taqdir agar dibebaskan dari tugas dan kewajiban yang terlalaikan.

Page 114: Titik temu islam kristen

106

4. Muhammad adalah anti-Kristus. Semenjak zaman pertengahan, umat Kristen ternyata banyak melakukan kesalahan di dalam Al-Qur'an, paling tidak, Muhammad dianggap sebagai nabi yang salah (palsu). Sekalipun demikian, bahkan lebih jauh dari itu dan umat Kristen yakin bahwa karena Muhammad ini bukan nabi dan malahan mendirikan agama yang bertentangan dengan agama Kristen yang benar. Oleh karena itu, Muhammad telah melakukan kejahatan dan menjadi kaki tangan dan antek setan. Dengan kata lain, Muhammad adalah anti- Kristus.

Keempat hal di atas merupakan aspek distorsi penting bagi gambaran Islam yang dilakukan oleh para ilmuwan Kristen di abad dua belas dan tiga belas, dan yang cenderung mengontrol pemikiran Eropa tentang Islam hingga abad sembilan belas dan masih tetap mempengaruhi untaian-untaian pemikiran tertentu. Hal ini dicatat sebagai persepsi Islam terhadap Kristen yang banyak diabaikan. Norman Daniel menyatakan:

Bahkan penting untuk mengingat-ingat berapa banyak penilaian yang dihapuskan tentang kehidupan Muhammad yang paling sederhana. Meskipun negeri pagan Madinah menyatakan tidak pernah ada pengertian legislasi sosial Muhammad bagi masyarakat Arab. Maka kemenangan Perang Badar yang meyakinkan Muhammad sebagai titah Tuhan, khususnya yang secara sederhana tidak diabaikan namun diingkari: misalnya perbuatan-perbuatan Muhammad SAW, ketentuan kiblat baru yang tidak diperselisihkan amat jarang dibicarakan; tidak ada rujukan akan persekutuan demi tercapainya tujuan persatuan dan perdamaian bagi persatuan suku-suku bangsa; dan kealpaan dari semua penjelasan dalam Perjanjian Hudaibiyah; pendudukan Mekah dengan cara damai, kemenangan final atas paganisme dan terbentuknya negara Islam dan agama Islam yang menghilangkan kisah ketidaksempurnaan Muhammad yang menggelikan.

Bahkan mengandung pelajaran untuk memperbandingkan tempat pada kehidupan Kristen dari persepsi tidak sahih tentang Islam, dengan kehidupan umat Islam pada persepsi tidak sahih tentang Kristen. Setelah pendudukan mereka itu, umat Islam harus menetap di negeri.negeri dimana mereka bercampur-gaul dengan umat Kristen lebih lanjut; dan persepsi umat Islam tentang Kristen, sungguhpun mempunyai keku-rangan-kekurangan, mampukah mereka memenuhi kebutuhan ini. Karena itu ditegaskan bahwa Muhammad adalah seorang Nabi pada garis keturunan Musa dan Isa. Agama Yahudi dan Kristen tidak dapat dihapuskan seluruhnya; bahkan pada saat yang sama ada ketidaksesuaian serius antara kitab suci Al- Qur'an, kitab suci agama Yahudi dan kitab suci agama Kristen, malahan juga keimanan Yahudi dan Kristen.

Walaupun begitu, situasi umat Kristen di Eropa Barat ini

Page 115: Titik temu islam kristen

107

memang berbeda. Barangkali dari perbandingan umat Kristen yang masuk Islam di Al Andalus itu lebih besar jumlahnya ketimbang Mesir, Syria dan Iraq. Tetapi persepsi baru tentang Islam terutama diciptakan oleh para ilmuwan Kristen bukan diperuntukkan bagi keuntungan Kristen yang berada di bawah kekuasaan Islam, sungguhpun banyak bukti yang membantu kegiatan konversi agama ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga akan membantu umat Kristen bercampur gaul dengan umat Islam di kerajaan-kerajaan Kristen setelah Reconquista, yang karenanya kegiatan masuknya umat Kristen untuk beragama Islam sudah amat berkurang secara fenomenal. Banyak umat manusia yang harus bertanggung jawab bagi persepsi baru ini, misalnya Peter Yang Mulia, yang tetap membuka kontaknya dengan umat Islam. Bentuk yang diberikan untuk sebagian buku-buku, yakni, diskusi-diskusi dengan orang muslim, boleh jadi dapat mendorong tertariknya untuk melakukan pindah ke agama Islam. Sebaliknya ada sedikit dukungan misioner yang berbeda dengan sebagian kecil perorangan, yang malah menjadi lebih tertarik pergi ke negeri-negeri Islam untuk memperoleh kejayaan dan kemenangan kesyahidan ketimbang berubah agama yang aktual.

Oleh sebab itu kiranya dimungkinkan kalau penciptaan distorsi bagi image Islam secara luas itu merupakan tanggapan terhadap keunggulan kebudayaan Islam terutama di Al Andalus. Ketika pertama kali umat Islam memasuki Spanyol, penduduk-penduduk lokal amat rendah dibandingkan dengan Al Andalus dalam segala seni kehidupan yang menakjubkan dan bangsa-bangsa manusia yang berada di sebelah utara Pyrenne yang kebanyakan kondisinya tak jauh berbeda. Sejak abad ketiga belas jurang pemisah antara kedua kebudayaan tadi kemungkinan makin berkurang, namun tidak berarti bahwa jurang pemisah itu akan tertutup bahkan makin menganga, meskipun umat Kristen sekarang secara kasar sama dengan umat Islam dalam bidang teknologi militer. Dalam mendukung pernyataan tentang responnya kepada kebudayaan yang unggul itu, harus dicatat bahwa dimana persepsi orang Kristen tentang Islam, tanpa mengingkari segi intelektualnya, memberi tekanan lebih berat kepada kelemahan-kelemahan moral. Ini berarti bahwa umat Kristen dapat merasakan bahwa kendatipun umat Islam lebih unggul dalam berbagai bidang kultural, sebaliknya di samping mempunyai kebenaran dan agama yang lebih baik, namun umat Kristen secara moral lebih unggul ketimbang umat Islam. Persepsi Kristen terhadap Islam ini menyiratkan perhubungan persepsi orang Kristen yang membawa kesadaran identitas umat Kristen Eropa Barat yang lebih mendalam. Dalam bukunya yang berjudul Orientalisrn, Edward Said mengatakan bahwa salah satu tujuannya

Page 116: Titik temu islam kristen

108

adalah untuk "menunjukkan bahwa kultur Eropa itu diketemukan dalam kekuatan dan identitas dengan menyatakan diri untuk memerangi Timur sebagai bagian dari penggantian dan bahkan di bawah tanahnya sendiri"; dan sungguhpun dia berfikir pada tiga abad terakhir dengan sesuatu yang sama dengan peristiwa-peristiwa yang dahulu pernah terjadi.

Page 117: Titik temu islam kristen

Bab: V

IILatar Belakang Titik Temu

Modern

Pada periode modern dan terutama semenjak abad ke delapan belas terkemudian, perubahan-perubahan agaknya telah

terjadi pada persepsi-persepsi timbal balik umat Islam dan umat Kristen. Namun perubahan-perubahan itu diikuti oleh perubahan-perubahan dramatik pada hubungan politik dan ekonomi seluruh umat manusia yang berbeda satu dengan yang lain, yang terlibat di dalamnya -- Islam dan Kristen -- keduanya kini jauh dari bentuk monolitik. Hal ini secara sekilas akan membantu memperhatikan berbagai gambaran latar belakang yang terjadi di balik semua peristiwa yang ada di dalamnya.

Kerajaan OttomanKerajaan Ottoman adalah titik awal yang jelas, sebab semenjak

pendudukannya terhadap Eropa Tenggara, kerajaan Ottoman menjadi pengulangan kolonialisme Islam yang agresif. Ottoman atau keluarga Bani Osmani ini adalah bagian kecil dari keseluruhan suku-suku bangsa Turki yang dikenal sebagai bangsa Turki yang masuk ke Anatolia atau Asia Kecil semenjak abad ke sebelas yang lalu. Bangsa ottoman adalah pemimpin-pemimpin yang terus-menerus berjuang menentang Byzantine, terutama setelah mereka bergerak ke Anatolia barat laut di abad ketiga belas. Pengikut-pengikutnya mendapatkan reputasi sebagai ghazi atau prajurit yang berjuang memerangi umat Kristen karena Iman, dan sebagai akibatnya adalah suksesinya yang sekarang dikenal sebagai dinasti Ottoman, yang menampung kerajaan-kerajaan kecil bangsa Turki yang lain. Pada tahun 1357 mereka menyeberangi Dardenalles menuju ke semenanjung Gallipoli dan sebelum akhir abad empat belas telah menduduki beberapa propinsi di kerajaan Byzantine, termasuk Yunani dan Bulgaria. Konstantinople sendiri akhirnya jatuh pada tahun 1453.

Awal abad ke enam belas adalah periode derasnya ekspansi Ottoman lebih lanjut. Pada tahun 1517 Syria dan Mesir diduduki

Page 118: Titik temu islam kristen

110

dari raja-raja Mamluknya, walaupun sesudah kemenangan pada tahun 1526 sebagian besar wilayah Hongaria berada di bawah kekuasaan Ottoman dan pada tahun 1529 tentara Ottoman mengepung Vienna sekalipun tidak berhasil merebut wilayah tersebut. Semenjak tahun 1534 bangsa Ottoman mempunyai angkatan laut yang handal di Lautan Tengah dan melaksanakan tugasnya dalam perang dengan Spanyol dan kekuasaan kekuasaan Eropa yang lain. Algeria segera mereka kuasai dan akhirnya menambahkan Tunisia sebagai wilayah kerajaan Ottoman. Ottoman juga melanjutkan ekspansinya menuju ke bagian tenggara, menduduki Iraq dan bagian-bagian wilayah Arabia dan mempertahankan armadanya di Samudera Hindia.

Elite Ottoman melihat peristiwa ini sebagai ekspansi Islam yang berlangsung terus-menerus sampai meliputi seluruh dunia dan perencanaan administrasi negara Kerajaan dirancang untuk mempromosikan ekspansi lebih lanjut. Bagi bangsa Eropa Barat, kemajuan Ottoman merupakan agresi Islam. Dengan agresi Islam ini menegaskan bahwa Islam adalah agama kekejaman dan agama pedang, yang menakutkan. Maka tidak mengherankan kalau pada tahun 1542, Dewan Kota Praja Basel di Switzerland membekukan sebuah penerbit karena mencoba menerbitkan terjemahan Al Qur'an yang digarap oleh Robert dari Ketton. Dewan Kota Praja ini mempertengkarkan kalau "dongeng dan bid'ah yang dibuat-buat" dalam Al Qur'an itu mengganggu umat Kristen. Namun demikian, sang pembaharu besar -- Martin Luther mendesak bahwa penerbitan itu akan lebih berbahaya ketimbang menguntungkan umat Islam dan terlebih dahulu harus dihilangkan pada tahun 1543 bersamaan dengan bahan-bahan ilmiah tentang Islam yang lain.

Selama satu setengah abad kerajaan Ottoman masih tetap kuat, namun di perempat akhir abad ke tujuh belas, mulailah timbul tanda-tanda kelemahannya. Pengepungan atas Vienna di tahun 1683 lagi-lagi mengalami kegagalan dan kerajaan Ottoman kini menghadapi Persekutuan Suci dari Austria, Polandia, Vennice dan Paus, begitu pula bangsa Rusia. Semenjak tahun 1699 mereka telah banyak menderita kekalahan dan dalam perjanjian damai Karlovitz, Ottoman harus menyetujui penyerahan wilayah-wilayahnya kepada Austria, Vennice dan Polandia. Sungguhpun demikian, mereka tetap mempertahankan Eropa bagian tenggara, termasuk pantai barat dan utara Laut Hitam. Namun pada abad sembilan belas, Kerajaan Ottoman kembali kehilangan sebagian besar wilayahnya yang dimulai dengan kemerdekaan Yunani pada tahun 1829 dan pendudukan Perancis atas Algeria pada tahn 1830. Oleh karena kekuatan-kekuatan bangsa Eropa inilah kerajaan Ottoman menjadi "the sick man of Europa" Orang Eropa yang sakit

Page 119: Titik temu islam kristen

111

dan hanya persaingan mereka inilah yang mencegah terjadinya perpecahan-perpecahan yang dahulunya pernah terjadi. Setelah kekalahannya dalam perang Balkan di tahun 1912-1913, semua wilayah ini masih tetap berada di bawah Kerajaan Ottoman, dengan wilayah Eropanya adalah kawasan di sekitar Istanbul meluas sampai ke sebelah utara Edirne (Adrianople) dan ke barat sampai ke Gallipoli. Pada tahun 1922 bangsa Turki di bawah kekuasaan Mustafa Kemal menghapus nama Kerajaan Ottoman dan diganti dengan bentuk Republik Turki. Wilayah-wilayah propinsi Asia dan Afrika dahulu telah hilang kecuali Anatolia yang masih berada di wilayah Republik Turki ini.

Mesir agaknya merupakan kasus khusus. Muhammad Ali, opsir Ottoman keturunan Albania, yang datang ke Mesir dengan tentaranya yang mengusir Perancis. Muhammad Ali sejak tahun 1805 mengangkat dirinya sebagai pimpinan negara Mesir dan dikenal oleh penguasa-penguasa Ottoman di Istanbul sebagai Pasha atau gubernur dan jabatan pasha ini diberikan oleh nenek moyang leluhurnya secara turun-temurun. Modernisasinya di bidang militer menjadikannya mampu merebut Sudan dan bahkan Syria dalam sesaat, dan secara umum mulai memperkenalkan pendidikan model Eropa bagi bangsa Mesir. Semenjak tahun 1882, para pengganti Muhammad Ali ini dengan amat berat berhutang kepada kekuatan-kekuatan bangsa Eropa sebagai hasil kemajuan militer dan menghabiskan dana yang begitu besar, serta keuangan negara berada di bawah kontrol Eropa. Ketika terjadi revolusi militer yang akan membahayakan stabilitas keamanan negara, Inggris ikut campur tangan atas separuh kreditor bangsa Eropa dan semenjak saat itulah sampai tahun 1922 Residen Inggris adalah penguasa Mesir yang sebenamya, sekalipun secara nominal masih merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Ottoman dengan keturunan Muhammad Ali sebagai Khedive atau kepala negara. Pada tahun 1922 Mesir menjadi negeri yang merdeka secara formal dengan rajanya adalah Fu'ad I.

Penjajahan EropaPenjajahan Eropa dapat dikatakan telah dimulai dengan

laporan perjalanan Vasco da Gama, seorang pelaut Portugis, dalam rute perjalanannya keliling Afrika ke India dan India Timur. Vasco da Gama ini diikuti oleh bangsa Perancis, Inggris dan Belanda. Dalam kegiatan ini ada sedikit pemikiran tentang penaklukan terhadap satu wilayah baru tertentu. Perhatian utama perjalanan ekspedisi ilmiah ini adalah perdagangan dan khususnya bangsa Eropa bertujuan hendak menemukan sumber- sumber persediaan

Page 120: Titik temu islam kristen

112

rempah-rempah, barang-barang mewah dan benda-benda lain yang harus sampai ke Eropa melalui negeri-negeri Islam Mediteranian timur. Peperangan diperlukan apa bila terjadi perlawanan bersenjata atas para pedagang tersebut. Walaupun demikian, secara perlahan tapi pasti perdagangan ini semakin meningkatkan kemajuannya, maka keterlibatan politik menjadi makin lebih besar. Semenjak abad ke delapan belas, India dan Malaysia berada di bawah kontrol Inggris, sementara India Timur atau Indonesia berada di bawah kontrol Belanda. Terkadang kontrol ini dilakukan lewat perjanjian-perjanjian dengan para pemimpin pribumi, terkadang oleh administrasi pemerintah langsung. Namun harus dicatat bahwa di India sampai tahun 1834 administrasi pemerintah langsung itu bukan di tangan kekuasaan Inggris, melainkan apa yang pada mulanya menjadi usaha komersial The East India Company (Perusahaan/ Perdagangan India Timur).

Pendudukan Perancis atas Algeria semenjak tahun 1830 dan seterusnnya, kontrol parsialnya atas Tunisia dan pendudukan Italia atas Lybia pada tahun 1912, terutama bukan karena alasan-alasan komersial melainkan secara langsung membawa kepada kolonisasi. Mandat-mandat yang diberikan setelah Perang tahun 1914-1918 juga dapat dipandang sebagai bentuk koloni; namun masa-masa kolonialisme ini dengan jelas hanya dianggap sebagai warga penduduk sebagian terbesar "koloni-koloni" yang memberi dampak kepada kesadaran politik. Sebagian koloni yang terdahulu ini mendapatkan kemerdekaan formal sebelum pecah Perang Dunia II dan pada dekade itu dan seterusnya hampir semuanya masih tersisa, yang juga menjadi anggota PBB. Kendatipun demikian, wilayah pendudukan ini segera menemukan dirinya bahwa kolonialisme politik lalu berganti dengan kolonialisme ekonomi. Oleh karena dunia sudah menjadi jaringan akrab masyarakat ekonomi, maka para pemegang tampuk kekuatan ekonomi yang besar dapat mengontrol urusan-urusan di sebagian terbesar dunia ini.

Salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh refleksi atas peristiwa-peristiwa yang terjadi ini adalah mengapa umat Islam Asia Timur tidak menanggapi dengan mengirimkan kapal-kapal ke Eropa untuk tujuan perdagangan. Ada saudagar-saudagar muslim dengan keahlian komersialnya dan ada pula pelaut-pelaut muslim dengan pengalaman yang sudah lama di samudera Indonesia. Apabila ketrampilan pembuatan kapal dan ketrampilan navigasional yang diperlukan, maka secara pasti hampir dapat dipelajari dengan cepat. Apakah barang-barang yang harus diberikan oleh Eropa tidak merupakan kecenderungan menyeluruh untuk mengabsahkan pelayaran? Sementara pada

Page 121: Titik temu islam kristen

113

saat bangsa Eropa membawa barang-barang dagangannya ke Asia Selatan harus diterima. Apakah ada stabilitas politik yang memadai, agar para saudagar makin berkurang sandaran politik yang mereka butuhkan? Atau apakah kegagalan orang Islam untuk pergi ke Eropa ini benar-benar menjadikan kombinasi faktor faktor tersebut? Apapun alasan-alasan yang dibuat, itu masih pula menyisakan kenyataan bahwa perdagangan antara Eropa dan Asia Selatan itu seluruhnya berada di tangan bangsa Eropa.

Masalah lain adalah sikap personal para penjajah itu. Diperintah oleh orang-orang asing adalah selalu tidak enak, namun tingkat ketidakenakan ini dapat naik atau turun oleh karena sikap-sikap para penguasa yang memerintah. Ada kemiripan antara sikap golongan kolonialis muslim -- tepatnya pemikiran Spanyol -- dan golongan kolonialis Eropa. Pada kedua kasus ini ada kultur para penguasa yang superior dan kedua kasus penguasa kolonialis ini juga merasa dirinya sebagai manusia yang superior terhadap rakyatnya yang dikuasai. Boleh jadi umat Islam telah mewarisi kebanggaan Arab kuno karena memiliki suku bangsa yang besar dan dapat mengembangkan kesukuan besar ini bagi superioritas Islam sebagai agama. Sikap para penjajah Eropa ini telah dianalisis secara mendalam oleh Edward Said pada bukunya yang berbicara tentang Orientalism. Pernyataan-pernyataannya tentang orientalisme yang akan dibicarakan pada bab yang akan datang, bahkan akan menghadiran superioritas para penjajah seperti yang tampak pada ucapan dan tulisan-tulisan A.J. Balfour dan Lord Cromer sekitar tahun 1910 berkenaan dengan kontrol Inggris atas negeri Mesir. Mereka mengasumsikan superioritas Inggris merupakan keharusan yang tak perlu dipersoalkan, dan berdasarkan landasan stereotipe yang bertentangan terhadap perkataan "Oriental" (yang meliputi bangsa Mesir) sebagai yang mempunyai semua bentuk kelemahan: tidak ada kemampuan bagi pemerintah sendiri; degradasi moral dan sosial; tidak mampu berfikir logis atau tidak mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jelas; ketidakcermatan secara umum; dan lain-lain.

Dalam rangka menciptakan suasana agar administrator bangsa Eropa itu merasakan dan memikirkan persoalan-persoalan yang berkembang di atas, agaknya sulit bagi bangsa Eropa untuk bersahabat akrab dengan bangsa Timur atas dasar persamaan hak dan kedudukan. Boleh jadi hal inilah yang menjadi intisari persoalan keluhan umat Islam dan bangsa-bangsa lain di Asia dan Afrika, sehingga mereka harus berjuang menghadapi para penjajah Eropa itu. Bangsa Timur diperlakukan sebagai bangsa yang "lemah tanpa hukum" dan sebagai bangsa manusia yang tidak sama martabat dan derajatnya. Memang benar bahwa

Page 122: Titik temu islam kristen

114

bangsa Eropa itu sangat unggul dalam aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap aspek-aspek kehidupan material, namun sama sekali tidak unggul di bidang moral. Oleh karena itu, oriental harus dianggap sebagai bangsa yang rendah secara moral. Dalam hal ini bangsa Eropa tidak benar dan sahih, sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki secara pasti nyaris memiskinkan kesadaran akan berbagai nilai-nilai fundamental yang akan timbul pada hubungan hubungan manusia.

Sementara itu, Edward Said masih memperlihatkan sikap-sikap bangsa Eropa yang ditampilkan pada orientalisme dan khususnya pada kajian Islam, maka orang-orang barat sadar akan unsur kesalahan yang mendasari seluruh sikap-sikap tersebut. Thomas Merton dengan artikelnya yang cerdas berjudul "Cargo Cults of the South Pacific", menganalisis hubungan hubungan antara administrator-administrator penjajah kulit putih dan penduduk primitif Laut Selatan yang pribumi, didapatkan kelemahan pada ruh dan jiwa peradaban barat. Dia berharap agar kita dapat menggunakan pemahaman gerakan-gerakan seperti pelaksanaan terhadap cargo tersebut:

Membantu mengantarkan diri kita dari takhyul superioritas kulit putih yang mengerikan ini. Namun malahan kita merasa harus menjawab dan memang kita berkeinginan untuk membantu bangsa kulit hitam saudara kita itu. Namun bantuan itu diwujudkan dalam terma-terma arogan, sia-sia dan hanya memuaskan diri sendiri, semaunya sendiri. Satu-satunya harapan adalah kita hendak menolong bangsa kulit hitam agar benar-benar seperti kita, walaupun di saat yang sama mustahil dapat menjadi sama persis seperti kita. Lalu kita menempatkannya pada persembunyian yang tak akan mungkin diketahui dan kemudian harus merasa kasihan mengapa dia pedih menderita. Semua bangsa manusia yang bukan kulit putih, adalah bangsa manusia yang serba kekurangan, sama-sama amat rindu akan pembalasan yang sahih kepada bangsa kulit putih, disimbolisasi oleh makan bersama, duduk di meja yang sama, mengakui satu sama lain sebagai bangsa manusia yang saling memberi pada makanan yang sama.

Memang benar berbagai umat Islam yang kesemuanya berada pada tingkat peradaban yang lebih tinggi ketimbang para pengikut pemujaan cargo, agar jurang pemisah antara mereka dan para penjajah itu banyak berkurang; sebaliknya tanggapan mereka terhadap sikap penjajah itu adalah sama. Hal ini akan dilihat kembali dalam hubungan dengan kebangkitan kembali Islam.

Page 123: Titik temu islam kristen

115

Gerakan Intelektual Baru di EropaBagi saya tidak perlu lagi menghadirkan kontek baru untuk

mencoba mempertimbangkan kehidupan intelektual Eropa dari abad lima belas sampai abad ke dua puluh Masehi. Cukup kiranya memperhatikan beberapa aspek khususnya yang relevan dengan hubungan antara bangsa Eropa dan umat Islam.

Pembaharuan kehidupan intelektual Eropa secara umum juga dimulai dengan Renaissance atau lahirnya kembali pengajaran (Pencerahan). Renaissance atau Pencerahan ini adalah pemikiran sebagai diketemukannya kembali warisan Eropa dari Yunani dan pengajaran Romawi. Walaupun demikian, ada aspek lain yang biasanya diabaikan, yakni, bahwa ada pula perubahan cepat dari pengajaran bahasa Arab dan upaya menepis seberapa banyak bangsa Eropa yang sudah belajar dari bangsa Arab. Sebelum makin berkembangnya aliran Thomisme, bangsa Eropa secara berat tergantung kepada Avicenna (Ibnu Sina) dan barangkali lantaran Ibnu Sina ini cocok dengan untaian cinta kasih kepada pemikiran Kristen. Sekalipun ilmu Aristotle secara luas sampai ke Eropa melalui Averroes (Ibnu Rushd), yang juga mempunyai pengertian dengan memberikan posisi sentral kepada Aristotle yang akan menegaskan identitas Eropa untuk lebih memusuhi Islam. Satu tingkatan proses ini diilustrasikkan oleh Dante (1265-131). Dante sadar akan keragu-raguan bangsa Eropa kepada Filsafat Arab dan beberapa ide yang memberlakukan Komedi Ketuhanan yang mungkin berasal dari sumber sumber Islam. Secara keseluruhan bahkan Dante malah menyebut untuk mengabaikan Islam. Dante menempatkan Muhammad di Neraka berada di antara para penabur perpecahan. Dante bahkan menempatkan lebih buruk lagi dari itu ketimbang yang disebutkan tentang Ulyses. Dante menempatkan Ibnu Sina dan Ibnu Rushd dalam Limbo, melainkan menempatkan mereka pada "keluarga filosof" termasuk seorang dosen Yunani dan Romawi. Di sini saya tidak dapat berbuat lebih baik dari apa yang telah saya tulis pada abad kedua puluh ini:

Pada tingkat proses ini dapat diamati sebagai Renaissance yang membawa proses perjalanan sejarah. Kebanggaan yang dahulu kepada segala hal yang berasal dari bahasa Arab itu, kini telah diganti oleh perubahan. Seorang ilmuwan Italia, Pica Della Mirandola (1463-1494) yang dengan sendirinya begitu bagus penguasaannya kepada bahasa Arab, bahasa Aramaik dan bahasa Yahudi, mengatakan di awal salah satu karyanya "Langit telah Meninggalkan kita atas nama Pythagoras, Plato dan Arissotle, dan Pertahankanlah Omar, Alchabitius, Abenzoar, Abenragelmu." Pada

Page 124: Titik temu islam kristen

116

abad 13 dan 14 Masehi, bahasa Arab ini telah menjadi persyaratan bagi seorang professor bahasa Arab di Salamanca (begitu pula di Bologna, Oxford, Paris dan Roma). Namun pada tahun 1532, ketika seorang ilmuwan dari Negeri-negeri Dingin yang di Salamanca mempertanyakan tentang pembelajaran bahasa Arab yang berbeda dengan orang Spanyol, "Apa yang membuat anda tertarik kepada bahasa Arab, bahasa barbarian itu?" Cukuplah untuk mengetahui bahasa Latin dan bahasa Yunani. Pada masa mudaku aku bodoh seperti anda dan mempelajari bahasa Arab dan Yahudi. Namun setelah saya sekian lama meninggalkan bahasa Arab dan Yahudi dan mulai mencurahkan perhatian kepada bahasa Yunani sepenuhnya. Maka izinkanlah saya memberi nasehat kepada anda agar melakukan hal yang sama (yakni meninggalkan bahasa Arab dan Yunani, lalu mengutamakan perhatiannya kepada bahasa Yunani)."

Akibat Renaissance dan Reformasi ini adalah munculnya gerakan gerakan filsafat baru, di antara yang termasyhur adalah Rene Descartes (1596 1650) danJohn Lock (1632-1704). Gerakan filsafat baru ini menolak gerakan skolastisme, yang dimaksudkan adalah gerakan Kristenisasi aliran Aristotelianisme; dan ini tak pelak lagi disebabkan oleh kekakuan ajaran Kristen itu sendiri. Walaupun para filosof yang terkristenkan itu dan para penggantinya tidak dapat mencapai filsafat alternatif tunggal, namun dapat dipastikan mereka telah membangun "alam wacana" bagi para filosof yang telah diterima secara luas. Di samping itu tumbuh pula gerakan yang dikenal sebagai Enlightenment -- Pencerahan, yang menempatkan akal berada di atas wahyu dan yang paling utama adalah sifatnya yang anti agama. Secara khusus abad Pencerahan ini pada abad sembilan belas mengantarkan lahirnya disiplin-disiplin ilmu baru, tekstual, literer dan kritisme sejarah, dan memberi desakan kuat kepada pentingnya obyektifitas sejarah. Kritisme tekstual mempengaruhi para ilmuwan ke arah yang lebih akurat bagi versi-versi Yunani dan Latin klasik. Kemudian disiplin-disiplin ilmu itu diterapkan untuk kitab-kitab suci Kristen dan mencapai kesimpulan yang mengacaukan sebagian umat Krisen, meskipun secara mendasar disiplin-disiplin ilmu itu tidak menyentuh ajaran sentral Iman Kristen kecuali hanya berkenaan dengan masalah-masalah sekunder, misalnya di sekitar pengarang lima kitab pertama dari kitab suci Bibel.

Pada abad kedua puluh Masehi, kritisisme Perjanjian Baru makin mengangkat isu-isu yang lebih serius. Namun para ilmuwan yang juga adalah orang orang yang beriman kuat telah menangkis aspek-aspek negatif kritik-kritik tersebut dan memakai metode kritis untuk menemukan pemahaman lebih mendalam

Page 125: Titik temu islam kristen

117

tentang keimanan mereka. Penting bahwa umat Islam hendaknya merealisir metode-metode tersebut secara ilmiah. Adapun tentang orang-orang yang menuduh salah aplikasinya kepada Islam, agaknya dialami pula bagi orang-orang yang menerapkan metode metode kritis ilmiah kepada Kristen. Mereka adalah umat Kristen yang harus bertanggung jawab untuk meninggalkan ide-ide tertentu tentang sejarah agama mereka yang sebelumnya diakui keabsahannya, bahkan tak pelak lagi memasukkan kebenaran-kebenaran sentral. Sebaliknya mereka telah membawa orang-orang Kristen mengapresiasikan metode-metode ilmiah ini kepada pemahaman Kristiani yang lebih mendalam.

Gerakan intelektual di Eropa ini secara umum mendorong banyak orang untuk melakukan penelitian ilmiah di berbagai bidang. Kemajuan yang terkenal ini terjadi pada pertengahan abad ke sembilan belas dengan diketemukannya teori evolusi oleh Charles Darwin. Teori ini menyebutkan bahwa manusia itu berasal dari makhluk hidup yang lebih rendah. Teori evolusi Darwin ini pertama kali ditolak oleh sebagian terbesar umat Kristen, sebab menurut mereka teori ini merusak teori penciptaan dalam kitab Genesis. Sekarang semua orang Kristen terdidik telah mengakui kebenaran teori evolusi Darwin ini dan memahami teori penciptaan dalam kitab Genesis bukan sebagai rival dari pandangan ilmiah itu, melainkan sebagai suatu cara untuk mengemukakan kebenaran-kebenaran penting tentang hubungan Tuhan dengan makhluk yang bernama manusia. Kebanyakan pandangan orang Islam juga telah ditumbangkan oleh bukti evolusi tersebut dan kadangkala menunjukkan bahwa teori Darwinian ini secara umum tidak diakui oleh para ilmuwan. Namun apa yang sesungguhnya gagal untuk menunjukkan bukti itu adalah para ilmuwan lain yang mengajukan kritik terhadap teori Darwin ini yang dianggap bahwa evolusi manusia itu bukan dari makhluk hidup yang lebih rendah, melainkan teorinya tentang cara yang dilakukan dalam teori evolusi itu.

Pada masyarakat dunia dekade terakhir abad dua puluh, ada pernyataan yang membuahkan persetujuan umum tentang dua hal. Pertama, adalah hasil-hasil ilmu pengetahuan yang meyakinkan untuk diterima ke dalam bidang sains yang sebenarnya, yakni hasil-hasil yang disetujui oleh sebagian terbesar para ilmuwan. Walaupun demikian, hasil hasil penelitian ilmiah ini harus ditafsirkan ke dalam konteks yang lebih luas di luar bidang ilmu pengetahuan semata, yakni, bidang apa yang dapat dijelaskan dengan berbagai cara, misalnya, bidang kosmologi, metafisika, maupun teologi. Ini berarti bahwa walaupun berbagai gambaran tentang bumi kita sebagaimana yang kita ketahui adalah benar-benar merupakan proses evolusioner. Oleh karena

Page 126: Titik temu islam kristen

118

itu, bagi orang yang beriman kepada Tuhan di samping melakukan proses evolusioner ini atau malah dalam arti yang permanen, proses evolsi ini merupakan kreatifitas Tuhan.

Kedua, dari persetujuan umum itu adalah peryataan-pernyataan tentang segala yang terjadi di masa lampau sesuai dengan fakta historis obyektif sejauh mungkin untuk memastikan ini. Dalam bidang kesusasteraan umat Kristen sudah harus membebaskan penonjolan bahwa lima kitab Bibel yang pertama ini disusun oleh nabi Musa secara pribadi. Maka sekarang jelas sungguhpun basis yang asli itu berasal dari tulisan nabi Musa sendiri, buku-buku itu telah diwariskan melalui tangan-tangan beberapa penulis; akan tetapi perubahan pandangan tentang komposisi masing-masingnya tidak meredusir nilai spiritual buku-buku tersebut. Tentu saja, karya-karya sejarah ini adalah lebih dari kumpulan dari fakta fakta obyektif. Penulis suatu karya biasanya menyeleksi dari sejumlah fakta-fakta yang tersedia yang menghadirkan suatu gambaran masa lampau sebagai realisasi nilai-nilai tertentu (atau yang tidak memiliki nilai-nilai). Para penulis Kristen abad pertengahan menyeleksi fakta-fakta tentang Islam dalam suatu cara tertentu dalam rangka menciptakan suatu gambaran yang menyimpang dan mengingkari beberapa fakta-fakta lain yang bertentangan dengan yang sebenarnya. Juga untuk melahirkan pemikiran dari pokok-pokok isi yang sesungguhnya menjadi penilaian historis akan tetapi yang tidak berhubungan sama sekali dengan fakta-fakta obyektif yang kemungkinan meski dapat menjadi suatu cara menghadirkan kebenaran-kebenaran penting tentang aspek realitas. Jadi kitab Jonah dalam Bibel sekarang dipegangi oleh para ilmuwan seluruhnya menjadi khayalan belaka, dan bahkan mengandung ajaran Perjanjian Lama yang paling besar.

Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern

Sekali lagi tidak perlu memberikan pertimbangan yang melelahkan terhadap topik ini, melainkan hanya sedikit memberi titik tekan gambaran penting yang telah mempengaruhi hubungan-hubungan Muslim-Kristen.

Pada saat kaum muslimin menaklukkan Spanyol pada awal abad ke delapan, kaum muslimin jauh sebelumnya dari penduduk Eropa barat dalam kultur material mereka, yakni, dalam produk-produk teknologi mereka. Akan tetapi semenjak akhir abad ke delapan belas adalah bangsa Eropa Ottoman

Page 127: Titik temu islam kristen

119

yang secara teknologi lebih unggul terhadap kaum muslimin yang, sekurang-kurangnya dalam teknologi kelautan dan militer mereka. Lebih dari itu revolusi industri yang secara esensial merupakan penerapan ilmu pengetahuan ilmiah dan teknologi proses manufacturing, untuk harus mulai dan senantiasa membarengkan momentum seluruh abad sembilan belas dan abad dua puluh. Salah satu penemuan agung adalah bagaimana memakai bentuk uap air. Ini adalah aplikasi pertama terhadap proses manufacturing, lalu untuk kereta api dan kapal laut. Ini berarti bahwa bahan-bahan makanan dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dan lebih rendah nilainya, dan bahwa travel dan transport makanan yang sangat cepat. Menuju akhir abad ke sembilan belas datanglah mesin motor minyak, membawa perkembangan ke mesin mobil dan pelabuhan udara. Ilmu kelistrikan juga digunakan bagi semua bentuk tujuan.

Wilayah lain dimana kemajuan-kemajuan besar terjadi adalah pada transmisi warta-warta, perintah-perintah dan pesan-pesan verbal yang lain. Pertama datangnya telegrap dan telepon, kemudian telegrap dan telepon tanpa kabel, dan kemudian televisi. Akhirnya kita telah mempunyai alat alat bantu komputer dan elektronik yang lain yang lebih kompleks, atau paling tidak, hidup lebih cepat, pada konteks dewasa ini adalah penting untuk mencatat bagaimana kemajuan-kemajuan teknologi ini merubah gambaran-gambaran dasar kemasyarakatan manusia tertentu. Sebagaimana dikatakan oleh Bernard Lewis, pernyataan Kaisar Ottoman di akhir abad ke sembilan belas Masehi, "dalam dunia kereta api dan telegrap dari struktur feudal yang sudah tua dari Kaisar ini yang tidak dapat bertahan hidup lebih lama lagi."

Barangkali pengaruh yang paling serius bagi semua perubahan itu adalah karena mengambil bentuk kekuataan politik dan ekonomi yang luas di tangan segelintir orang. Ketika perseorangan itu mempunyai "kerajaan bisnis" yang terdiri dari beberapa perusahaan multinasional dan meliputi persuratkabaran dan televisi, maka sulit bagi pemerintah untuk mengontrolnya apabila dia mengelola urusan-urusannya secara hati-hati dan cermat. Ini adalah problem yang paling serius, yang pernyataan itu hanya tahap permulaan untuk sampai kepada terma-terma yang diinginkan. Kekuatan politik yang besar juga dimungkinan, namun berbagai ragam ini sesuai dengan tabiat dan tradisi sistem politik. Teknologi modern juga membutuhkan tingkat organisasi yang tinggi dan lalu pertimbangan-pertimbangan untung rugi akan membawa kepada adanya bahaya karena kebutuhan akan mesin-mesin akan mengambil urutan prioritas yang utama di atas kebutuhan-kebutuhan makhluk manusia, agar para pekerja membawa kehidupan untuk mencari nafkah hidup itu harus

Page 128: Titik temu islam kristen

120

mengorbankan nilai-nilai esensi manusia yang sejati.Percepatan yang lebih besar dan kemudahan transportasi telah

menciptakan kemungkinan bagi sejumlah besar bangsa manusia untuk bersatu di kota-kota besar dan tempat-tempat pemukiman yang besar. Di beberapa bagian dunia, kecenderungan ini mengacu kepada kota-kota yang sedemikian luas yang menakutkan, sebagaimana rakyat yang miskin dari pergumulan orang pedalaman ke kota gubuk yang kumuh. Diharapkan bahwa kota-ota tersebut akhirnya akan kehilangan kekuatan yang atraktif ini. Namun jika tidak, ada tempat bagi pemerintah untuk mencari langkah-langkah untuk menjadikan negeri dan kota kecil agar lebih nyaman. Mobilitas penduduk yang lebih besar membawa kepada retaknya hubungan kelompok-kelompok keluarga tua, namun hal ini sebagian dapat diimbangi dengan bentuk-bentuk asosiasi baru, yang seringkali didasarkan pada kecenderungan yang umum. Keanekaragaman ini mulai dari partai-partai politik lokal sampai kepada klub-klub bagi para pendukung tim sepak bola atau bagi suatu hobbi yang umum. Yang paling penting adalah persatuan-persatuan perdagangan, yakni, bersatunya para buruh dalam industri untuk menjamin bahwa mereka ini secara jujur dihadapkan dengan manajemen. Hal ini menjadi penting sebagai industri yang lebih terorganisir secara baik, namun undang-undang juga diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuatan uni atau persatuan perdagangan tadi.

Transportasi yang mudah juga telah membawa makin meningkatnya perkampungan penduduk di luar negeri, baik hanya bersifat sementara maupun bersifat permanen. Pada akhir abad dua pulu, hal ini berarti bahwa di sana telah terjadi banyak percampuran-adukan yang lebih besar pengikut- pengikut dari agama-agama besar ketimbang yang pernah terjadi sebelumnya. Berbeda dengan kasus-kasus khusus yang merupakan pengecualian, seperti masuknya orang-orang yang beragama Kristen dan Yahudi ke Kerajaan Islam, agama-agama besar itu cenderung menjadi kenyataan di hampir pendudukan kawasan-kawasan dunia yang eksklusif dimana mereka ini predominan.

Kunjungan-kunjungan para pengikut dari agama lain biasanya jarang terjadi dan secara relatif tidak lama, agar supaya para penganut satu agama itu sedikit kontaknya dengan para penganut agama yang lain. Bahkan dalam kasus negeri-negeri Islam, secara relatif hanya sedikit ada kunjungan oleh para penganut agama non-Muslim dari luar; dan sebagian kecil umat Islam yang mengadakan perjalanan ke masyarakat Kristen Eropa. Pada dekade-dekade terakhir ini situasi tersebut telah berubah sama sekali secara sempurna dan sebagai suatu akibat semua agama-agama besar berfikir ulang bagi bentuk hubungannya dengan

Page 129: Titik temu islam kristen

121

agama-agama lain.Satu pengaruh khusus dari teknologi modern yang pantas

dikatakan di sini secara khusus adalah disebabkan karena pengaruh teknologi modern itu langsung berkenaan tentang hubungan-hubungan Muslim-Kristen. Ini adalah hasil penemuan, dalam suatu dunia yang makin menjadi tergantung atas teknologi dengan bahan baku minyak, dari cadangan-cadangan minyak mineral di kawasan-kawasan yang berada di bawah kekuasaan Islam. Sebagai akibatnya, Iran dan sebagian negeri Arab telah menjadi negara kaya secara ekstrem. Negeri-negeri Islam ini harus menggunakan tekanan politik untuk memperoleh kontrol minyak mereka secara paksa dari barat, di Samping satu saat mereka mendapatkan kontrol yang dianggapnya mempunyai kemampuan mandiri untuk menghadapi problem-problem finansial dan komersial yang terlibat di dalamnya. Kendatipun demikian, ada pertanyaan yang khususnya kaum muslimin harus pikirkan, yakni, mengapa negeri-negeri Arab dengan kekayaan minyak yang melimpah itu tidak memberi berkah untuk mampu mengembangkan industri-industri sebagaimana dengan jalan yang sama bagi bangsa Jepang. Barangkali negeri negeri Arab dengan minyaknya yang melimpah ruah itu begitu kecil landasannya bagi ekspansi industri; melainkan ada faktor-faktor lain yang hendaknya dapat diperhatikan. Tak pelak lagi bangsa Arab di samping mempunyai tradisi keahlian finansial dan komersial, mereka agaknya tidak mempunyai pengalaman bagi organisasi industrial. Bahkan pada berbagai penilaian, tradisi Islam yang merasa cukup dengan dirinya sendiri itu menjadikan mereka tidak berkeinginan untuk belajar dari Barat. Saya tidak ingin memberi dugaan terhadap jawaban bagi pertanyaan ini, namun saya berfikir bahwa bangsa Arab muslim yang satu ini hendaknya memberi pertimbangan secara serius.

Pada dekade terakhir atau dua dekade terakhir ini juga telah dinyatakan bahwa tidak terhambatnya aplikasi-aplikasi teknologi pada skala luas dan pada semua macam bidang kehidupan ini akan membahayakan seluruh kehidupan mansia di planet ini. Ini secara langsung tidak menyentuh kawasan agama-agama, namun problem-problem yang sekarang bermunculan sedemikian luasnya itu hanya dapat diselesaikan oleh tindakan internasional. Agama-agama mempunyai sebagian peranan yang dapat dimainkan di sini dalam merumuskan norma-norma tingkah laku bagi digunakannya teknologi yang berbahaya dan dalam membantu tiap bangsa untuk menciptakan keputusan yang sebenarnya untuk bertindak pada jalan ini.

Page 130: Titik temu islam kristen

122

Page 131: Titik temu islam kristen

Bab: V

IIITitik Temu Modern

Kini kita akan melihat aspek intelektual dalam hubungan antara umat Islam dan umat Kristen sejak tahun 1800 M, yakni, pada

periode kereta api dan telegram, serta televisi dan komputer.

Hasrat Umat Islam Terhadap Pendidikan dan Teknologi Barat

Sehubungan dengan karya Edward Said tentang T.E. Lawrence di tengah bangsa Arab termasuk di antara tujuan-tujuannya: "pertama, mendorong orang Timur (yang tak bersemangat, tak berdaya, menyia-nyiakan waktu) agar senantiasa berada dalam gerakan; kedua, menentukan gerakan dalam bentuk barat secara esensial.' Namun demikian, ini adalah pernyataan yang amat berani; ada gerakan di antara bangsa Arab yang sudah ada sebelum Lawrence "mendorong" mereka dan bukan untuk "memaksakan" sesuatu yang tidak mereka kehendaki, bahkan lebih menunjukkan bagaimana mereka mencapai cita-cita yang diidam-idamkan. Dapat diakui bahwa nasehat Lawrence ini telah merefleksikan sesuatu yang ada di dalam kepribadiannya, dan juga, dari keinginan-keinginan pemerintah Inggris yang kurang meluas. Akan tetapi fakta mendasar yang dikehendaki Lawrence dan pemerintah Inggris tersebut bagi bangsa Arab tidak diterima secara pasif, melainkan malah disambut secara aktif. Ini adalah pola untuk menemukan keseluruhan titik temu modern. Umat Islam selalu yang menginginkan modernisasi dan westernisasi; akan tetapi pengluasan yang mereka kehendaki itu bermacam-macam, dan acapkali berhenturan dengan umat Islam yang lain.

Di awal abad 18 Masehi, sebagian negarawan Ottoman menyatakan bahwa kekaisaran mereka ini telah menjadi rendah diri karena kalah dengan kekuatan-kekuatan Eropa barat, baik di bidang militer maupun di bidang-bidang yang lain. Pada tahun 1734, sebuah lembaga pendidikan untuk melatih perwira-perwira angkatan bersenjata dalam matematika Eropa telah dibuka di bawah bantuan hibah, namun tidak lama kemudian ditutup oleh perlawanan tentara Janissari, yang membakar habis

Page 132: Titik temu islam kristen

124

kekuatan mereka ini. Setelah itu tidak banyak yang dapat dicapai hingga tahun 1773, ketika sekolah yang sama diperuntukkan bagi angkatan laut, yang mengembangkan juga sekolah teknik-kelautan. Ini adalah wujud kerjasama di tahun 1793 oleh sebuah sekolah teknik militer, namun juga hanya sedikit perkembangan yang dialami sampai setelah pembubaran tentara Janissari di tahun 1826. Mahasiswa di sekolah-sekolah tersebut harus melanjutkan belajar ke Perancis dan akibat yang dapat dirasakan pada saat itu adalah seluruh warga negara Ottoman mampu membaca buku-buku berbahasa Perancis dan mampu mengambil secluruh bentuk ide-ide politik. Hal yang sama juga terjadi di Mesir, segera setelah Muhammad Ali mengangkat dirinya sebagai penguasa negeri ini di tahun 1805. Ia mulai menciptakan angkatan bersenjata dengan model Eropa dan karena itu harus dilatih oleh pelatih-pelatih Eropa.

Pernyataan tersebut dilakukan karena rasa tanggung jawab bagi pembaharuan dalam melatih angkatan bersenjata dan perwira-perwira angkatan laut. Sebagaimana pengganti-pengganti mereka, juga dinyatakan bahwa, apabila negeri-negeri mereka ingin memainkan peranan di dunia bangsa Eropa, maka mereka perlu sejumlah besar rakyatnya dengan pendidikan gaya Eropa untuk mengisi berbagai macam pekerjaan dan jabatan terhormat. Di samping oposisi yang mereka kembangkan ke arah tujuan ini dan sejak awal abad dua puluh di pusat Kekaisaran Ottoman dan di Mesir ada sistem pendidikan barat yang sempurna dimulai sejak sekolah dasar sampai universitas, meskipun propinsi-propinsi di kekaisaran tersebut tengah bergerak menuju akhir kehidupannya.

Para pembaharu yang membawa perubahan-perubahan ini harus menghadapi berbagai gerakan oposisi yang memusuhi, terutama dari golongan ulama yang di Kekaisaran Ottoman telah begitu rapi terorganisir ke dalam sebuah hirarki dengan kelas-kelas yang banyak. Pimpinan hirarki ulama yang paling atas adalah Syaikh al-Islam, yang menjadi salah satu dari tiga orang paling kuat di Kekaisaran tersebut. Sebelum pembaharuan-pembaharuan dimulai, golongan ulama mengontrol semua pendidikan yang lebih tinggi dalam tipe tradisionalnya, bahkan mengontrol semua administrasi hukum di pengadilan dan reformulasi hukum jika dimungkinkan. Intisari tingkat-tingkat lebih tinggi pendidikan Islam tradisional adalah jurisprudensi (fiqh) dan bukannya teologi sebagaimana golongan orientalias Kristen pikirkan. Jenjang yang paling bawah sistem pendidikan ini adalah sekolah-sekolah Al-Qur'an lokal, dimana anak-anak lelaki belajar membaca dan menulis dalam pelajaran hafalan Al-Qur'an. Para pembaharu tidak berusaha merubah sistem pendidikan tradisional ini, melainkan

Page 133: Titik temu islam kristen

125

membuat sistem alternatif pada semua tingkat pendidikan. Sejak paruhan abad dua puluh sebagian besar pemuda di seluruh negeri Islam telah terdidik dalam lembaga-lembaga yang terutama mempergunakan model barat dan sistem tradisional telah menjadi terbelakang.

Dalam Islam Sunni (bentuk Islam itu "dibangun" pada negara negara Islam lainnya selain Iran), sang pemimpin negara itu tidak mempunyai kekuasaan untuk membuat undang-undang baru. Satu-satunya undang-undang adalah Syari'ah, hukum Allah. Ulama diakui mempunyai otoritas untuk menciptakan penerapan-penerapan baru asas-asas Syari'ah bilamana situasi-situasi baru menghendaki. Kebanyakan pemimpin negara dapat membuat aturan-aturan yang memperlihatkan bagaimana undang-undang itu ditentukan pada kasus-kasus khusus; misalnya aturan perundangan yang terkadang disebut Qanun. Sebagaimana Kekaisaran Ottoman menjadi lebih terlibat perdagangan dengan Eropa, sebagian ketentuan-ketentuan Syari'ah, sebagai yang dipahami secara tradisional, agaknya sudah tidak memenuhi syarat yang dibutuhkan dan kiranya pejabat pemerintah telah mendesak ulama untuk melakukan perubahan-perubahan. Ketika ulama menolak untuk melaksanakan tuntutan perubahan ini, maka sang penguasa mengizinkan dan mengisukan pengakuan terhadap Qanun-qanun bahkan malah undang-undang yang sama sekali baru. Pertama dari undang-undang hukum baru itu adalah undang-undang Perniagaan yang diumumkan pada tahun 1850, karena diperlukan untuk menciptakan pengadilan lain selain pengadilan Syari'ah. Undang-undang baru ini diikuti oleh undang-undang hukum pidana dan undang-undang perdagangan yang lain. Tak lama kemudian bukan hanya serangkaian undang-undang hukum yang dirubah, melainkan diganti juga sejumlah luas pengadilan yang merupakan lembaga untuk memberikan keputusan jurisdiksi bagi ulama. Jadi dalam hal undang-undang banyak hal yang sama terjadi seperti dalam pendidikan; sistem yang lama ditinggalkan sementara sistem alternatif baru diciptakan.

Bagi umat Islam di India-Inggris begitu amat berbeda. Inggris membangun sekolah-sekolah model Eropa dalam rangka melatih dan mendidik murid-murid untuk menduduki jabatan-jabatan rendah dalam bidang administrasi. Kesempatan pendidikan ini disambut dengan semangat tinggi oleh umat Hindu, namun kurang mendapat perhatian bagi kebanyakan umat Islam. Akibatnya adalah umat Hindu yang bekerja di bidang administrasi pemerincahan jumlahnya lebih besar daripada umat Hindu yang bekerja di negeri ini secara keseluruhan. Kemarahan umat Islam atas kenyataan ini merupakan salah satu faktor yang membawa

Page 134: Titik temu islam kristen

126

Pemberontakan besar-besaran bangsa India pada tahun 1857. Setelah Pemberontakan ini padam umat Islam kesal dan patah hati, namun Sir Sayyid Ahmad Khan membujuk umat Islam agar dapat mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Inggris tanpa takut kehilangan keimanannya dan pendidikan tersebut begitu menarik perhatian masyarakat Islam, yang kalau tidak demikian maka umat Islam India akan terjebak ke dalam posisi yang rendah. Untuk tujuan-tujuannya lebih lanjut, Ahmad Khan mendirikan Perguruan Islam Anglo-Oriental, yang kemudian berkembang menjadi Universitas Aligarh. Dia begitu dahsyat ditentang oleh ulama dan golongan konservatif di India, dituduh sebagai bid'ah dan kufur bahkan dihukum mati oleh Mufti Madinah.

Di samping oposisi sejumlah besar umat Islam ini dilancarkan untuk pendidikan Inggris bagi anak-anak mereka, dinyatakan bahwa hanya dengan cara inilah umat Islam mempunyai tempat di masa depan India. Pengikut Sir Sayyid Ahmad Khan adalah Ameer Ali, yang menulis buku yang dalam edisi kemudian diberi judul The Spint of Islam. Dengan cara ini dia mencoba menunjukkan bahwa Islam itu tidak terbelakang, melainkan sesuai dengan semua nilai Kemenangan liberalisme. Dia menjangkau sejarah yang hampir menciptakan titik-titik akhirnya, namun dia memampukan pembaratan umat Islam agar merasa bahwa agama Islam itu tidak rendah mutunya dibandingkan dengan agama Kristen.

Orang dapat memenuhi isi yang menjelaskan semua nilai-nilai yang berbeda tentang baratisasi yang dipegangi oleh umat Islam pada abad sekarang. Kiranya tepat untuk menggunakan istilah golongan "liberal" untuk orang-orang yang menerima tingkat westernisasi intelektual atau pendidikan, namun mereka begitu amat berbeda pada tingkatan westernisasi yang mereka terima. Kebanyakan peduli untuk mempertahankan sesuatu yang Islami secara distinktif. Dalam buku yang berjudul Islamic Foundamentalism and Modernity (halaman 65-70) (lihat Bab 3, catatan 26) saya memberikan keterangan ringkas tentang pemikiran mutakhir umat Islam liberal di berbagai negeri, secara khusus menjelaskan Mohammad Arkoun yang orang Algeria dan Fazlur Rahman yang orang Pakistan itu, yang belakangan telah meninggal dunia. Kedua orang pemikir ini bergerak begitu mudah di percaturan intelektual barat dan mengakui prinsip-prinsip sejarah dan kritisme literer, sungguhpun keprofesorannya di Chicago dan Paris telah memberi mereka kebebasan yang lebih besar untuk menerbitkan pemikiran dari para pemikir di negeri-negeri Islam. Keduanya bersiteguh dengan pendapat bahwa tempat sentral harus diberikan untuk telaah yang segar Al-Qur'an dari pandangan modern dan harus mengindikasikan garis-garis

Page 135: Titik temu islam kristen

127

yang mereka pikirkan untuk yang akan datang. Maka kemajuan-kemajuan akan menciptakan arah formasi self image Islam lebih sahih bagi hari ini, namun masih tetap ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Semua gerakan ke arah westernisasi itu sangat ditentang oleh golongan fundamentalis dan mereka terkadang memberi kesan ingin menghilangkan kultur barat sama sekali. Namun demikian, di sisi lain mereka masih tetap ingin memperoleh keuntungan dari produk-produk teknologi barat; dan pada akhirnya mereka juga agaknya menghendaki negeri-negeri mereka itu mampu menghasilkan barang-barang tersebut. Apa yang mereka rasa gagal memahami adalah, meskipun manufaktur televisi dan komputer itu menjadi hal yang teknis semata tidak berkaitan dengan agama, hanyalah mungkin dihasilkan bila ada kerja keras dengan dibukanya pikiran manusia berasosiasi dengan pandangan barat yang modern; dan pembukaan pikiran manusia ini agaknya adalah yang diawasi keras oleh ulama.

Golongan Misioner dan Persepsinya Terhadap Islam

Sejak awal mula agama Kristen menjadi agama misioner dalam artian bahwa umat Kristen menyaksikan keajaiban kebenaran-kebenaran baru yang telah berkomunikasi dengan mereka dan telah merubah tempat tinggal mereka, serta kemudian mengajak umat yang beragama non-Kristen agar beriman kepada agama dan kepercayaannya masing-masing. Interes pada karya misioner khusus tentu bervariasi dari abad ke abad. Di antara golongan misionar untuk umat Islam telah diberi tempat terhormat kepada Ramon Lull (1232-1316). Di sini, walaupun demikian, akan cukup untuk memperhatikan meningkatnya kegiatan misioner yang dimulai sekitar akhir abad delapan belas dan yang pada tempat pertama urusan agama Protestan. Agaknya memungkinkan kalau hal itu berlangsung sebab kesadaran umat Kristen yang makin meningkat terhadap dunia non- Kristen yang dihasilkan dari kolonialisme. Segeralah ada bentuk organisasi-organisasi yang mengirim kelompok-kelompok misioner ke negeri-negeri non-Kristen, namun tidak ditujukan untuk menyatukan gerakan.

Sebagian besar umat Islam marah dengan orang-orang yang pindah ke agama Kristen dan menuduh gerakan misioner menjadi antek kolonialisme. Kebanyakan tuduhan ini hanya merupakan kebenaran yang parsial. Kemungkinan tuduhan itu berlaku segera untuk misi-misi Portugis di negeri-negeri itu setelah Vasco da

Page 136: Titik temu islam kristen

128

Gama dan kemudian misi-misi Belanda di Indonesia dan Jerman serta misi-misi Belgia di Afrika. Di pihak lain, administrator-administrator Inggris di India dan Malaysia kebanyakan hampir menghangat ke arah misioner-misioner Kristen dan di Nigeria Utara mereka rupanya mengakui Islam. Di wilayah-wilayah India yang warga pribuminya beragama Islam di bawah pekerjaan misioner Inggris tidak diizinkan. Namun demikian, di beberapa koloni Inggris administrator-administrator diizinkan menguasai pendidikan dan pekerjaan medis terhadap misi-misi. Jadi di koloni-koloni Inggris secara keseluruhan, sungguhpun ada kerjasama dalam berbagai tingkatan antara para administrator kolonial dan golongan misioner, yang belakangan jauh dari agen-agen sebelumnya. Lebih dari itu, pekerjaan misioner yang penting adalah juga dilakukan oleh misi-misi bangsa Amerika, Skandinavia dan Swiss, yang tidak mempunyai koloni-koloni, namun diatur untuk boleh beroperasi di tempat-tempat seperti Kerajaan Ottoman.

Para misioner itu cenderung berbagi tugas kepada sikap superioritas barat dan Eropa terhadap rakyat yang mereka kunjungi. Dalam hal kepercayaan mereka kepada ajaran Kristen ini dipersatukan, apabila tidak dibingungkan, dengan kepercayaan kepada superioritas Eropa atau peradaban barat. Mereka berharap bahwa banyak rakyat yang mereka kunjungi itu akan menjadi Kristen, namun mereka rupanya tidak membayangkan untuk mampu menawarkan kepada mereka sebagai sama pada hari depan yang dapat diperkirakan. Lebih lanjut mereka berasumsi bahwa intelektualnya sendiri dan bentuk keimanan Kristen yang mempribadi akan cocok bagi setiap orang dan mereka tidak serius mempelajari Islam dan masyarakat Islam dalam rangka menemukan hal-hal yang kurang dalam Islam yang dapat dipenuhi oleh Kristen. Dalam hal ini mereka seharusnya sadar bahwa masyarakat dan umat Islam benci terhadap orang- orang yang murtad (pindah agama), namun hal ini agaknya tidak menolong mereka untuk menyatakan bahwa persaudaraan dan solidaritas umat Islam adalah suatu nilai yang positif.

Khususnya di negeri-negeri Islam pekerjaan paling baik yang dilakukan oleh para misioner adalah mungkin di bidang pendidikan. Pendidikan ala barat yang mereka tawarkan adalah yang diinginkan oleh rakyat dan secara umum mempunyai kualitas yang tinggi dan merupakan usaha-usaha indoktrinasi anak-anak yang bebas dari kesalahan, walaupun terjadi kasus-kasus penekanan kecil bagi diterimanya Kristen. Sekarang Universitas Amerika di Beirut aslinya adalah yayasan misioner dan telah mempertahankan standar-standar akademik yang tinggi. Di negeri-negeri yang tidak ada tradisi literasi umum -- barangkali

Page 137: Titik temu islam kristen

129

terutama di wilayah-wilayah yang lebih primitif di Afrika -- satu alasan bagi pendirian sekolah-sekolah misioner dalam rangka menjamin umat Kristen lokal mampu membaca dan mempelajari kitab Bible. Rumah-rumah sakit dan klinik-klinik medis dibangun oleh para misioner yang terutama sekali merupakan ekspresi perhatian perawatan bagi penduduk tanpa akses keuntungan-keuntungan kedokteran Eropa. Memang benar juga harus dinyatakan bahwa pekerjaan medis yang efisien dapat meredusir rasa permusuhan dan kecurigaan terhadap misioner-misioner Kristen yang ada di berbagai kawasan. Kita mendengar tempat-tempat dimana dibuat kondisi perawatan hingga pasien-pasien memperoleh pelayanan atau mendengarkan khutbah-khutbah, akan tetapi hal ini tidak disukai oleh kebanyakan misioner.

Persepsi Islam terhadap yang dimungkinkan oleh para misioner adalah persepsi bangsa Eropa tentang waktu, yakni, penyimpangan-penyimpangan abad pertengahan yang masih tetap memainkan peranan secara luas. Kemungkinan ini tidak wajar diambil sebagai persepsi misioner terhadap Islam dari pamflet yang diterbitkan oleh Masyarakat Buku Agama di London kira-kira tahun 1887. Pamflet ini berjudul The Rise and Decline of Islam (Berkembang dan Mundurnya Islam: Islam bukannya Muhammadanisme!) dan yang ditulis oleh pendukung misi terpelajar yang antusias, Sir William Muir (yang akan dinyatakan kemudian). Presentasi Islam ini mengulang kembali semua gambaran yang dinyatakan terdahulu sebagai yang memberi ciri khas bayangan abad pertengahan yang menyimpang, yakni, banyak kesalahan dalam pengajarannya, dikembangkannya dengan pedang dan kekerasan, dorongan untuk mengikuti nafsu seksual dan karakter Muhammad sendiri yang tidak memuaskan. Memang benar para misioner hidup di tengah umat Islam lebih lanjut diuntungkan dengan wawasan pada kehidupan sehari-hari bagi rakyat yang mengitarinya, namun rupanya masih banyak yang mempunyai pemikiran tentang Islam terutama Islam sebagai suatu sistem ajaran yang salah. Di abad sembilan belas di negeri-negeri Islam yang memungkinkan, seperti India yang dikuasai Inggris dan di suatu saat Iran yang ada perdebatan umum antara umat Islam dan Kristen. Memang para pelaku utama itu telah mempunyai pengetahuan tentang argumen-argumen yang dipakai oleh lawan-lawan mereka, namun sebagian mereka yang mengambil bagian jauh dari pengetahuan ilmiah bahkan dalam agamanya sendiri .

Salah satu partisipan yang memimpin dalam hal ini di pihak Kristen adalah Carl Gottlieb Pfander, yang secara umum diperdebatkan di Iran dan di India, yang kemudian juga diakui. Banyak buku-bukunya yang diterbitkan, pertama dalam bahasa

Page 138: Titik temu islam kristen

130

Persia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Yang paling terkenal adalah buku yang berjudul Mizan ul Haqq atau Timbangan Kebenaran.

Dalam tiga bab dia memberi keterangan simpel yang positif tentang keimanan Kristiani, yang merupakan tema utama adalah makhluk yang bernama manusia yang memiliki kebutuhan-kebutuhan spiritual dan karenanya umat Kristen menemukan yang lebih baik ketimbang Islam. Bab keempatnya memberikan kritik terhadap Islam, terutama sesuai dengan persepsi yang belakangan ini disimpangkan. Rupanya hal itu tidak seperti perselisihan-perselisihan umum yang banyak dilakukan untuk mempromosikan tujuan-tujuan golongan misioner. Secara umum ada sebagian kecil orang Islam yang pindah ke agama Kristen, bertentangan dengan jumlah relatif bangsa primitif di Afrika.

Sikap-sikap misioner selanjutnya dapat diilustrasikan dari kehidupan WH. Temple Gairdner (1873-1928). Setelah pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam di masa kuliahnya dia memutuskan untuk meminta menjadi seorang misioner di luar negeri. Pada akhimya pilihannya adalah ke Mesir sebagai bagian yang benar-benar berbeda karena nyatanya Jenderal Charles Gordon telah menjadi pahlawannya yang besar dan kematian Gordon adalah di tangan golongan Mahdi Sudan di tahun 1885 yang menjadikannya shock. Hal ini agaknya yang menjadikan pemikirannya tentang Islam sebagai tantangan besar terhadap Kristen dan "bidang" ini yang dia geluti terus dalam pekerjaannya. Barangkali dia juga secara tidak sadar digerakkan oleh berbagai kenyataan dari masa lalu, misalnya penempatan kembali Islam bagi Kristiani di negeri-negeri asalnya terkemudian. Pada suatu saat teman-temannya dan dia sendiri berfikir bahwa dia dapat menjadi seorang sarjana-misioner, dan dia mulai dengan pemikiran ini; namun pada akhirnya memperkenankan dirinya terlibat dalam pekerjaan hari-demi-hari pada masyarakat misionernya di Kairo. Satu keajaiban yang dapat dia rasakan bahwa ada semacam jalan buntu yang diperoleh dalam presentasi Kristiani terhadap umat Islam dan bahkan dia tidak melihat adanya jalan keluar yang memungkinkan.

Walaupun para misioner tidak membuka hubungannya dengan komunitas-komunitas muslim, pekerjaan mereka agaknya tidak memberi pengaruh perubahan besar dalam persepsi Kristen terhadap Islam. Barangkali mereka terlalu tertutup untuk beberapa aspek tentang Islam yang memampukan melihatnya dari perspektif yang lebih luas. Administrasi Gairdner bagi Gordon dapat mempengaruhi sedikit warna sikap kolonialis, namun dalam waktu yang lama pekerjaannya di Kairo (1900-1928) tidak menunjukkan bukti keterlibatan politik.

Page 139: Titik temu islam kristen

131

Golongan Orentalis EropaPada dekade-dekade terakhir sebagian umat Islam menuduh

kaum orientalis barat berkolusi dengan para kolonialis dalam mencoba memperlemah atau menghancurkan Islam. Satu ekspresi ini dapat diperoleh pada artikel yang ditulis oleh Abdallah Laroui. Setelah mendefinisikan "Orientalist" sebagai orang "asing" dari luar -- dalam kasus ini adalah orang barat -- yang mengambil Islam sebagai subyek risetnya , dia meneruskan:

Pada karya-karya para Orientalis kita dapatkan kritik ideologis (dalam artian yang sederhana) terhadap kultur Islam. Hasil dari dorongan-dorongan intelektual yang besar adalah bagi sebagian terbesar yang tak berharga dan tak bernilai ...

Cita-rasa para Orientalis merupakan bagian dari birokrasi dan berdasarkan alasan ini, menderita karena batas-batas yang secara buruk menghalangi kreasi bebas pendekatan-pendekatan baru atau bahkan penerapan pendekatan-pendekatan yang telah ada.

Di samping mengkritik metode-metode kaum Orientalis, dia juga mengajukan asumsi bahwa Islam adalah sesuatu yang statis. Dia sendiri rupanya melihat reinterpretasi dan reformulasi terhadap keimanan Islam dan artikelnya menyimpulkan:

Sangat mungkin bahwa reformulasi kepercayaan adalah ketaajuban person yang gaib yang segera menunggu hadirnya kemenangan. Satu saat lagi kita akan menjadi saksi verifikasi formal dalil, "Islam berlaku bagi semua zaman ... secara tepat karena keimanan itu tidak pernah Islam yang sama; kata yang secara sederhana benar-benar menunjukkan realitas yang senantiasa diulang dan diperbaharui.

Konsepsi tentang Islam ini sebagai dalam proses pembaharuan yang konstan tentu saja disambut dengan hangat.

Orang-orang seperti saya sendiri yang masuk ke golongan orientalis pada asalnya tidak dipandang sebagai bagian dari birokrasi, namun nyatanya ada hubungan yang kompleks antara para orientalis dalam pengertiannya yang luas (mereka yang tidak tertarik dengan Islam) dan mereka adalah golongan kolonialis dan perwira-perwira asing dari luar. Selama abad sembilan belas sebagian terbesar orientalis tertarik untuk mempelajari bahasa-bahasa timur dan agama-agama besar periode klasik di timur. Sebagian kecil yang mempunyai daya tarik bagi para kolonialis. Sebagaimana kaum orientalis yang menghimpun informasi yang lebih banyak tentang kultur-kultur yang mereka pelajari, para kolonialis bertujuan menyatakan bahwa sebagian kajian ini berguna dalam membantu memahami bangsa dan rakyat yang mereka kuasai. Secara perlahan menteri-menteri urusan luar

Page 140: Titik temu islam kristen

132

negeri mulai mempekerjakan ilmuwan- ilmuwan untuk meneliti topik-topik khusus yang menarik perhatian, namun sampai Perang Dunia Dua sebagian besar kaum orientalis akademik masih tetap jauh dari politik, sekalipun mereka mulai tertarik kepada Timur kontemporer. Jadi pada tahun 1932 Sir Hamilton Gibb mengedit sebuah buku yang berjudul Whither Islam? yang berkenaan dengan gerakan gerakan baru-baru ini di Afrika Utara, Mesir, India dan Indonesia, dan pada tahun 1946 menyampaikan ceramah-ceramah ilmiahnya di Chicago tentang Modern Trends in Islaml.

Selama Perang Dunia II, negara-negara barat menjadi sadar akan perlunya pengetahuan bahasa dan kultur Asia dan Afrika yang dijadikan hal yang esensial. Maka setelah perang usai mereka berencana untuk melakukan ekspansi besar-besaran bagi pengkajian-pengkajian budaya dan bahasa tersebut. Pembebasan kolonialisme dalam skala besar juga berarti bahwa hanya sebagian kecil administrator-administrator kolonial yang mempunyai ketrampilan linguistik. Bidang-bidang yang dipelajari para orientalis lebih tua diperluas sampai ke "area studi" untuk memperbandingkan ekonomi, politik kontemporer dan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang lain. Dalam situasi akademik para orientalis yang berubah ini tetap dipertahankan kemerdekaannya, kecuali ketika terjadi perebutan untuk memperoleh dana, yang paling mungkin dijamin oleh proyek-proyek yang bertepatan dengan interes pemerintahan ataupun interes komersial. Posisi terakhir yang rupanya terjadi bahwa studi-studi ketimuran ini secara umum tidak dapat dikesampingkan oleh negarawan yang menyusun kebijakan luar negeri, agar pemerintah seharusnya dapat mempunyai ahli-ahli sendiri di bidang masing-masing, namun masih ada saja beberapa orientalis akademik yang mengejar garis-garis riset profesional yang hanya sedikit relevansinya dengan politik kontemporer.

Perjuangan melawan para orientalis itu timbul pada suatu perspektif baru oleh Edward Said dalam bukunya tentang Orientalism. Dia terutama tertarik kepada "orientalisme modern" yang mulai ke arah akhir abad ke delapan belas. Apakah ada persoalan orientalisme lebih tua yang dapat diperdebatkan, sejak Oxford English Dictionary menunjukkan bahwa kata "orientalist" pertama digunakan bagi seorang mahasiswa Ketimuran sekitar tahun 1780, walaupun "orientalism" tidak terjadi hingga tahun 1812; equivalen kata dalam bahasa Perancis telah sedikit diperlihatkan terdahulu. Poin utama yang dibuat oleh Said adalah orientalisme modern telah memainkan peranan utama dalam menciptakan stereotype "Oriental" yang menjadi basis kebijakan kolonialis. Oriental adalah orang yang tidak mengetahui apa yang paling baik bagi diri, yang tidak mampu menguasai diri,

Page 141: Titik temu islam kristen

133

yang mudah tertipu, tidak suka akurasi dan tidak jujur, tidak dapat berfikir secara lokal atau memberikan fakta-fakta yang jelas, mudah tergelincir ke dalam intrik. Hal ini barangkali dapat disimpulkan dalam kalimat: "Barat itu ... adalah rasional, maju, manusiawi, unggul, sementara Timur ... adalah menyimpang, terbelakang, rendah".

Harus diakui bahwa stereotype "Oriental" ini mempengaruhi aktifitas administrator kolonial; namun yang memperluas kaum orientalis itu bertanggung jawab bagi persoalan yang lain. Yang lebih memungkinkan bahwa persepsi "Oriental" ini merupakan sesuatu yang membentuk dirinya secara pelan-pelan pada kontak langsung dengan bangsa-bangsa di Asia, yakni, pertama dari para pelaut dan para pedagang, lalu para kolonialis. Satu saat persepsi atau stereotype itu mendapat tempat secara umum pada pikiran bangsa Eropa yang terdidik, mahasiswa-mahasiswa Timur tidak dapat luput dari pengaruhnya, dan fakta-fakta baru apapun yang diketemukan akan disesuaikan dan cenderung dikonfirmasikan dengannya. Memang Edward Said yang bukan karena maksud yang pertama itu sadar akan sikap superioritas di antara para kolonialis. Beberapa tahun terdahulu (saya pikir pertama pada tahun 1960) Wilfred Cantwell Smith telah menulis:

Pengamatan saya pada studi Ketimuran dan sedikit tentang Afrika lebih dari dua puluh tahun, bahwa kekurangan dan cacat mendasar peradaban Barat dalam peranannya di dunia sejarah adalah arogansi (kesombongan), dan sikap ini juga telah mempengaruhi sikap Gereja Kristen.

Edward Said berikhtiar menghubungkan stereotype Timur abad sembilan belas dengan persepsi-persepsi sebelumnya tentang dunia Islam. Ada beberapa perbedaan penting, namun masih ada satu persoalan sentral yang diabaikan. Bagaimana persepsi bangsa Eropa terdahulu terhadap orang Islam sebagai seorang pejuang yang menyebar luaskan keimanannya dengan kekerasan dan pedang itu ditransformasikan ke dalam persepsi Ketimuran sebagai suatu perasaan kecut hati, kelemahan dan pribadi yang tidak berguna. Akan benar-benar lebih baik untuk memperhatikan persepsi Ketimuran abad sembilan belas sebagai sesuatu yang baru yang memungkinkan setelah kekuatan-kekuatan bangsa Eropa berhenti memandang Kerajaan Ottoman sebagai ancaman militer yang berbahaya.

Edward Said menyusun tesisnya secara rinci, namun beberapa poin interpretasinya tentang motif orang-orang yang terlibat rupanya diragukan. Satu poin yang dia diskusikan dengan Edward William Lane dalam Manner and Customs of the Modern Egyptions, dimana Lane menjelaskan bagaimana dia menolak untuk mengawini wanita Mesir yang dibahas dalam pernyataan

Page 142: Titik temu islam kristen

134

marriage de convenance (Perkawinan yang tepat).Secara bahasa dia menafikan dirinya sebagai orang yang tidak

mau kawin pada masyarakat manusia. Jadi dia menjaga identitas otoritatif sebagai partisipan semu dan mendorong obyektifitas naratifnya. Bila kami tahu bahwa Lane adalah seorang non-muslim, maka kami tahu juga bahwa menurutnya untuk menjadi seorang Orientalis -- bukan seorang Oriental -- harus mengabaikan kelezatan sensual kehidupan domestik dirinya sendiri ... Hanya pada cara yang negatif saja dia dapat menyimpan otoritasnya sebagai pengamat dan peneliti yang tak kenal lelah.

Alasan ini tentu tidak meyakinkan karena ada alasan-alasan lain tidak mau mengawini wanita Mesir tersebut, namun yang lebih beralasan adalah karena ia ingin mengejar karirnya. Lebih dari itu, pada periode menetap ketiga di Mesir Lane benar-benar mengawini wanita Mesir, walaupun seorang budak yang dibebaskan berasal-usul Yunani; sebagai orang non-muslim dia tidak dapat mengawini wanita muslimah

Dua contoh askripsi motif-motif yang meragukan atau salah terhadap para penulis ini lebih lanjut didapatkan pada pernyataan buku Sir Hamilton Gibb yang berjudul Mohammedanism: An Historical Survey (1949). Said menyebutkan "preferensi Gibb tentang kata Mohammedanism terhadap Islam" dan "ilmu Islam yang paling penting adalah hukum Islam (fiqh), yang menggantikan teologi". Dinyatakan bahwa Gibb lebih memilih kata "Mohammedanisme" untuk "Islam" sama sekali tidak tepat. Semua bukti menunjukkan bahwa judul tersebut terpaksa diberikan oleh para penerbit, lantaran buku itu menggantikan buku terdahulu yang ditulis oleh D.S. Margoliouth yang berjudul Mohammedanism (1911). Dalam beberapa halaman awalnya Gibb banyak menjelaskan tentang Mohammedan dan Mohammedanisme yang paling dipahami sebagai semacam apologi terhadap judul yang dibuatnya, sebab berbeda dengan pernnyataan ini dia tidak pernah menggunakan istilah tersebut kecuali buku itu seluruhnya hanya untuk Islam dan umat Islam semata. Lebih dari itu, pada edisi berikutnya nama Mohammedan ini telah berubah menjadi Islam.

Lebih lanjut ditegaskan bahwa Gibb telah salah dalam menyebut bahwa ilmu Islam yang paling penting adalah hukum (fiqh) dan bukannya teologi. Ini agaknya yang menunjukkan ketidaktahuan Said terhadap Islam, karena dia adalah seorang yang berasal dari latar belakang Kristen. Sebenamya Gibb mengoreksi ide mahasiswa-mahasiswa dari Eropa terdahulu yang mempelajari Islam yang karena interes-interes agama telah memberikan tempat sentral kepada teologi. Secara umum yang kini diakui oleh para ilmuwan barat bahwa inti pendidikan Islam

Page 143: Titik temu islam kristen

135

yang lebih tinggi adalah jurisprudensi (fiqh), sebagaimana telah dijelaskan di sini, sebagai contoh, bahwa di perguruan-perguruan atau madrasah abad pertengahan ada seorang profesor utama dan tugas yang paling penting orang ini adalah mengajarkan jurisprudensi (fiqh)

Poin lebih penting makin dikembangkan oleh halaman yang lain. Setelah menguraikan bahwa "sebagaimana buku ini mencoba menunjukkan, Islam secara mendasar digambarkan secara salah di Barat", dia melanjutkan penjelasannya:

Isu yang sesungguhnya baik yang dapat menjadi representasi yang benar terhadap sesuatu, sebagian maupun semua, sebab semua itu adalah gambaran-gambaran, yang pertama melekat pada bahasa dan kemudian melekat pada kebudayaan, pranata sosial dan ambiensi politik yang mewakili.

Penjelasan di atas agaknya dimaksudkan bahwa para orientalis telah salah memberi gambaran tentang Islam sebab pemyataan-pernyataan para orientalis ini dilekatkan pada latar belakang linguistik dan latar belakang kebudayaan mereka; dan ini jelas berlaku terhadap pokok persoalan ini. Tetapi pertanyaan penting yang lebih meluas bagi penggambaran yang salah ini, disebabkan oleh pendirian pengamat dari luar Islam. Sebagian terbesar ilmuwan Barat tentang Islam di masa lampau secara pasti telah gagal mengapresiasi nilai-nilai agama Islam yang positif, meskipun dalam beberapa hal, yang mereka nyatakan itu benar. Pengamat suatu agama dari dalam terpengaruh oleh faktor-faktor yang sama sebagai pengamat dari luar, sungguhpun dalam bentuk yang berbeda. Pengamat dari dalam biasanya melekat pada satu aliran agama khusus tertentu dan oleh karenanya sulit untuk memperoleh hasil nilai imbang terhadap keseluruhan. Maka para penganut agama tertentu harus belajar dari yang diinformasikan sedemikian baiknya oleh pengamat dari luar yang harus mengatakan tentang suatu agama itu apa adanya. Sebagaimana penyair Skotlandia, Robert Burns, menggubah sebuah syair:

Wahai gumpalan kekuasaan yang dikaruniakan kepada kita Untuk melihat diri kita sebagai yang sesungguhnya melihat kita.

Suatu saat penggambaran salah dari penyimpangan image benar-benar dibakukan pada pandangan umum dari suatu keseluruhan komunitas kultural, yang sulit sekali berubah. Generasi-generasi baru dari para ilmuwan diajarkan oleh orang-orang yang menerima persepsi lama dan ketika mereka sendiri mendapatkan fakta-fakta baru, masih tetap disesuaikan dengan persepsi lama tersebut. Hanya ketika ketidaksesuaian itu menjadi

Page 144: Titik temu islam kristen

136

serius, maka para ilmuwan baru mulai memikirkan kembali kebenaran persepsi lama tersebut.

Dalam kasus Islam, yang pertama kali dicatat oleh para ilmuwan adalah ketidaksesuaian antara Islam sebagai yang mereka pahami dari tulisan-tulisan orang Islam yang sempat mereka baca dan konsep populer Islam, secara luas didasarkan pada ide-ide ganjil dan khayali. Pada abad tujuh belas, sejalan dengan gerakan-gerakan intelektual baru di Eropa, kecenderungan bangkit kembali ke buku-buku Arab. Satu produk yang penting dari kebangkitan kembali ini adalah sebuah buku yang berjudul De religõone Mohammedica hasil pemikiran Hadrian Reland of Utrecht, yang terbit pada tahun 1705. Dalam buku ini dia memberi pertimbangan yang didasarkan atas sumber-sumber umat Islam, dan mengecam dongeng- dongeng dan legenda-legenda yang belakangan muncul di Eropa. Dia tidak mengecam titik-titik persepsi menyimpang abad pertengahan seperti dijelaskan terdahulu, malah walaupun buku itu ditempatkan pada Indeks Romawi sebab rupanya terlalu menguntungkan untuk Islam. Selain buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jerman dan Spanyol, juga berpengaruh baik bagi pemikiran bangsa Eropa.

Keinginan untuk mendapatkan informasi tentang Islam yang lebih akurat nampak pula pada penerjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Latin oleh Ludovico Marracci, terbit di Padua tahun 1698. Terjemahan ini lebih akurat daripada terjemahan Robert Ketton, akan tetapi diikuti oleh penolakan beberapa hal secara rinci tentang ajarannya yang berbeda dengan keimanan Kristen. Kontribusi penting lainnya terhadap pengetahuan Islam yang akurat adalah terjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris oleh George Sale, terbit pada tahun 1734 disertai dengan wacana Kata Pengantar. Terjemahan Sale ini dengan lantang diserang oleh umat Islam di tahun-tahun belakangan ini, namun secara menyeluruh tanpa dasar pembenaran. Sale memiliki petunjuk bahasa Arab yang bagus dan sudah menyelidiki komentar-komentar penting orang Islam, terutama komentar al-Baidawi. Penerjemahannya terhadap Al-Qur'an ini bertujuan untuk mengikuti komentar-komentar tersebut. Para pembaca muslim modern barangkali ditolak oleh fakta bahwa dalam Kata Pengantar dan Pendahuluannya, Sale harus memperkenalkan penjelasan-penjelasan yang hampir kritis sebagai kesimpulan untuk membela diri dari reaksi-reaksi musuh. Maka pada tahun 1734 Kerajaan Ottoman masih menjadi obyek dari rasa takut. Abad ke sembilan belas nampak makin meningkatnya volume kegiatan keilmuan. Yang paling nampak adalah yang ditujukan bagi makin meningkatnya kuantitas informasi akurat tentang

Page 145: Titik temu islam kristen

137

Islam yang tersedia di Eropa, dan berdasarkan atas prinsip yang kembali ke sumber-sumber Islam. Ada naskah tentang karya-karya fundamental yang diedit oleh orang Eropa secara cermat seperti Sira buah pena Ibn Hisyam dan banyak lagi karya-karya ilmiah tentang kehidupan pribadi Muhammad SAW sendiri. Salah satunya adalah yang ditulis oleh Sir William Muir (1819-1905), pertama diterbitkan dalam empat jilid antara tahun 1858 dan 1861. Maksud saya yang belakangan ini adalah saya menggunakan edisi ke tiga, yang aslinya merupakan ringkasan satu jilid dengan beberapa perubahan yang didorong oleh refleksi lebih lanjut. Sir William adalah administrator kolonialis di India yang menduduki peringkat atas, namun pada saat yang sama Sir William adalah seorang anggota gereja yang setia dan pendukung misi Kristen yang giat. Dia juga sebagai ilmuwan yang menambahkan perbedaan yang tegas lewat kehidupan Muhammad SAW dan sejarah Kekhalifahan awal, dan dia adalah seorang Wakil Rektor dan Penanggung jawab Universitas Eidenburgh sejak tahun 1885 sampai tahun 1903. Pengaktualannya terhadap gambaran Islam lama yang disimpangkan (sebagaimana dijelaskan terdahulu) berkaitan dengan kepercayaan bahwa karakter Muhammad SAW benar-benar buruk setelah beliau memperoleh kekuasaan politik di Madinah; karena ini sangat boleh jadi telah memperkenankan asas orang-orang yang menang untuk melakukan segala kekuasaan korup dan tentu saja kekuasaan korup secara mutlak. Sungguhpun demikian, setelah refleksi matang dalam sumber-sumber material kehidupan awal Muhammad, dia menerima ketulusan hati dan kejujuran Muhammad serta mempunyai kekaguman tertentu terhadap Nabi SAW di Mekah itu. Ada kutipan yang baik dalam kesimpulan di bawah ini:

Pertumbuhan dalam pemikiran Muhammad tentang keyakinan itu bahwa beliau ditetapkan menjadi Nabi dan Pembaharu yang dengan akrab dikaitkan dengan kepercayaan beliau kepada Taqdir khusus yang mencakup kehidupan ruhani sama halnya dunia material; dan diluar keyakinan itu makin meningkatkan percaya diri bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberkati misinya dengan sukses. Sekalipun masih berada di Mekah, tidak ada alasan untuk ragu bahwa permasalahan-permasalahan dan aspirasi-aspirasi ruhnya yang mendalam dipandang olehnya sebagai petunjuk langsung dari Allah. Cahaya yang secara perlahan tapi pasti menerangi pikiran ilmu kesatuan ilahi dan kesempurnaan-kesempurnaan, serta tugas-tugas dan ketentuan nasib manusia, -- cahaya di tengah kegelapan yang mencekam, -- mesti keluar dari sumber yang sama; dan Dialah yang dalam kenikmatan-Nya telah mengawali kerja yang benar- benar akan membawanya sampai ke suatu akhir yang sukses. Apakah itu Muhammad sendiri kecuali

Page 146: Titik temu islam kristen

138

instrumen di tangan Pekerja Yang Maha Besar? Dengan demikian, tak pelak lagi, pikiran-pikirannya itulah yang menguatkan dirinya sendiri dan tidak ada yang mendukung, selama bertahun-tahun memberanikan diri menghadapi cemoohan-cemoohan dan penganiayaan-penganiayaan seluruh bangsa manusia.

Sementara itu Muir di sini tetap berpegang teguh pada pendirian bahwa selama periode Mekah Muhammad, sungguh diyakini bahwa pesan-pesan risalah yang beliau terima itu berasal dari Allah dan bukan berasal dari pemikirannya sendiri beliau yang kebanyakan dinyatakan di dalam Al- Qur'an sebagai susunan Muhammad sendiri, sebagaimana dinyatakan oleh semua sarjana Eropa tentang Islam pada periode ini. Inilah yang menyakitkan umat Islam sebab mereka mengambil Islam yang menyiratkan bahwa Al-Qur'an itu bukan dari Allah melainkan dari Muhammad. Kenyataan itulah yang dipikirkan oleh sebagian terbesar bangsa Eropa, sekalipun kutipan terdahulu itu memperlihatkan bahwa mereka itu mulai memperkenankan bahwa Muhammad mempunyai pengalaman pengalaman keagamaan yang murni. Umat Islam juga mengacu kepada hasrat sarjana-sarjana Eropa untuk memeroleh sumber-sumber yang tepat akan bentuk kisah-kisah Al-Qur'an tentang nabi- nabi terdahulu. Bagi orang tradisionalis muslim adalah menggelikan untuk menyatakan bahwa Allah sebagai pencipta (pengarang) Al-Qur'an yang menghajatkan banyak sumber, atau dapat menjadi subyek pengaruh-pengaruh dari luar. Sasaran lebih serius untuk meneliti pengaruh-pengaruh yang mengalihkan perhatian dari dinamika khusus Al-Qur'an yang unik, merupakan sesuatu yang penting.

Penerapan bahan-bahan Islam dalam kritik historis modern membawa para ilmuwan Eropa memegangi pendapat bahwa banyak pokok kepercayaan orang Islam itu tidak berdasarkan sejarah; namun secara umum memperhatikan bahan-bahan sekunder atau bahan-bahan yang tidak berkenaan dengan pokok persoalannya, tidak sentral terhadap agama. Satu contoh adalah argumetasi bahwa asal-usul keilahiahan Al-Qur'an itu dibuktikan oleh fakta bahwa Muhammad SAW itu betul-betul buta huruf, tidak dapat membaca maupun menulis. Gambaran Muhammad SAW itu didasarkan atas ayat Al-Qur'an yang menyatakan orang ini sebagai nabi yang ummi dan tafsir ummi memberi makna kepada "buta huruf." Para ilmuwan Eropa telah menolak penafsiran ummi ini, dan telah memperlihatkan secara meyakinkan bahwa dalam Al-Qur'an kata ummi dan jama'nya ummiyun berarti "non Yahudi" atau "orang kafir." Secara aktual, kebutahurufan Muhammad SAW itu bukanlah argumen apologis yang baik, karena hal ini menyingkirkan kemungkinan kalau Muhammad itu dapat pula memiliki kitab Suci Yahudi dan kitab Kristen yang

Page 147: Titik temu islam kristen

139

dibacakan kepadanya, bilamana diperlukan dalam terjemahan. Jadi titik masalah tentang kata ummi tidak melemahkan dasar-dasar orang lslam untuk beriman kepada keaslian Al-Qur'an yang bersifat ilahiah. Lebih dari itu, tidak ada ilmuwan Eropa dewasa ini yang suatu saat hendak memberi kesan bahwa Muhammad SAW membaca Bibel atau memiliki Bibel untuk dibacakan kepada beliau, karena ketidaktahuannya kepada Bibel itu benar- benar nyata. Tentu saja, problem kontemporer lebih lanjut adalah menyatakan kekurangan-kekurangan terhadap persepsi-persepsi Al-Qur'an tentang Yahudi dan Kristiani.

Hal lain dalam kaitannya dengan perbedaan ini adalah kisah tentang "ayat-ayat setan" atau, dengan menengok ke belakang kita dapat menyebutnya sebagai "gangguan-gangguan setan." Pernyataan itu menjadi menonjol sebab Salman Rushdie memilih ayat-ayat setan ini sebagai judul bukunya yang terkenal berani menghujat Islam itu. Sebagian kecil orang yang membaca tentang masalah Rushdie atau bahkan orang-orang yang mengadukan buku itu kemungkinan mengetahui cerita yang asli. Hal itu menjadi berpengaruh karena di satu kesempatan, seperti Muhammad SAW sedang duduk bersama dengan para saudagar pelbegu dan mengharapkan beliau dapat menurunkan ayat (wahyu) yang memenangkan mereka, beliau mulai menerima sebuah ayat yang menyebutkan:

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Latta, Uzza, dan Manah yang ketiga (sebagai anak perempuan Allah). (53: 19-20)

Selanjutnya ada dua (atau dalam beberapa versi ada tiga) ayat yang memberikan persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa pagan tersebut untuk menjadi perantara atas nama Allah, Tuhan Yang Tinggi itu. Atas pendengaran ini para saudagar sangat gembira dan mengikuti Muhammad dalam ibadah. Namun begitu, kemudian beliau menyatakan bahwa kelompok ayat-ayat yang kedua telah dipaksakan oleh Setan dan tidak asli lagi.

Sekalipun kisah ini berasal dari sumber muslim yang sahih, namun kaum muslimin dari periode awal sudah tidak menyukainya dan cenderung menganggap kisah ini tidak pernah terjadi. Mereka memberi sasaran kepada implikasi bahwa seorang nabi seperti Muhammad SAW dapat diperdaya oleh Setan. Sementara Al-Qur'an dengan tegas menyatakan bahwa sesuatu yang terjadi itu dan kisah yang diceritakan tentang ayat-ayat Setan di atas diberitahukan oleh Al-Tabari dalam komentarnya tentang 22: 52, yang menyebutkan di bawah ini:

Page 148: Titik temu islam kristen

140

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak pula seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. Maka Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu.

Ada arti-arti lain yang memungkinkan terhadap "menginginkan" dan "hasrat" misalnya "menceritakan" dan "cerita", namun arti-arti itu tidak memengaruhi titik persoalan yang utama. Tidak masuk akal kalau orang muslim membuat-buat ceritera atau kisah tersebut, atau bahwa Al-Tabari sebagai seorang ilmuwan yang amat cermat, telah menerima kisah tersebut dari sumber yang meragukan.

Hal yang lebih serius lagi adalah kritik orang Eropa terhadap kumpulan Hadith. Hadith-hadith itu terdiri dari beribu-ribu anekdot tentang yang dikatakan atau diperbuat oleh Nabi Muhammad SAW dan terutama sekali dipakai sebagai landasan hukum (Shari'ah). Enam kitab kumpulan Hadith mempunyai semacam status dan dipercayai hanya berisi "matan" Hadith. (Dalam karya karya Hadith yang lebih tua disebut dalam bahasa Inggris sebagai Tradition, namun istilah ini sekarang secara luas sudah usang sebab mengandung makna ganda). Karya-karya para tokoh Eropa terkemuka di bidang ini adalah volume 2 dari Ignaz Goldziher dalam Mohammadanische Studien dan Joseph Schacht dalam The Origin of Muhammadan Jurisprudence. Dua buah karya tersebut dan masih banyak lagi karya para ilmuwan Eropa lain cenderung berpandangan bahwa sangat sedikit Hadith yang mempunyai sejarah yang sahih dan asli. Secara alamiah kaum muslimin melihat hal ini sebagai serangan terhadap keseluruhan sistem hukum Islam. Pandangan ilmuwan Eropa itu telah dikritik sendiri oleh Fuat Sezgin, yang menggunakan bahan terdahulu yang tidak dipakai oleh Goldziher dan Schacht. Keseluruhan persoalan ini sedemikian kompleknya utuk didiskusikan di sini, kecuali satu poin yang cukup berguna, yakni, bahwa para ilmuwan Eropa itu tidak memberi perhatian sempurna terhadap fungsi Hadith dalam memberikan landasan yang tetap tak berubah terhadap sebagian terbesar rincian-rincian hukum Islam. Hal inilah yang agaknya menjadi salah satu wilayah dimana obyektifitas historis menjadi bahan yang sekunder.

Pertimbangan di atas mengacu kepada pernyataan final tentang kaum orientalis. Sungguhpun kebanyakan yang mereka katakan itu benar, namun mereka gagal menyeimbangkan kritik-kritiknya terhadap Islam dengan apresiasi yang positif bagi nilai-nilai dan prestasi-prestasi Islam sebagai agama. Jadi sama-sama tidak mengherankan kalau kaum muslimin senantiasa menjadi musuh terhadap orang-orang orientalis.

Page 149: Titik temu islam kristen

141

Reaksi Islam Terhadap OrientalismeBanyak orang Islam yang dipengaruhi oleh ide bahwa

orang-orang "Orientalis" bersangkut paut dengan para penjajah yang memusuhi Islam. Kaum orientalis terpelajar sungguh telah berikhtiar untuk memperlihatkan banyak masalah pokok kepercayaan orang Islam adalah salah, terutama yang sekunder, kecuali barangkali tidak banyak orang Islam yang sadar akan rincian-rinciannya. Yang lebih serius adalah sikap umum kaum orientalis dan bangsa Eropa pada umumnya dalam memandang Islam sebagai agama yang rendah dengan berhagai kelemahan, begitu pula dalam beberapa kasus yang terdapat pada asumsi superioritas pribadi penjajah itu. Memang benar, ada pula kesadaran di tengah kaum muslimin akan keterbelakangan negeri-negeri Islam dibandingkan dengan barat. Dalam bukunya The Spirit of Islam Ameer Ali berikhtiar menentang anggapan yang merendahkan Islam. Dalam nada yang sama seorang Mesir, Muhammad Rashid Rida, yang menerbitkan jurnal bulanan Al-Manar tahun 1898-1935, hendak menekankan fakta bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Eropa yang telah terjadi itu secara luas melampaui apa yang telah dipelajari dari kaum muslimin di Spanyol dan dari peradaban Islam secara umum. Menurutnya, hal ini memperlihatkan bahwa kondisi keterbelakangan kaum muslimin sekarang ini bersifat temporer dan tidak perlu dirasakan inferioritas yang inheren. Argumen ini juga pada gilirannya ditunjukkan sebagai justifikasi bagi diterimanya pendidikan Eropa oleh kaum muslimin, karena dalam pengertian ini asal-usulnya berasal dari Islam.

Sangat sedikit orang Islam yang mempunyai apresiasi mendalam terhadap pandangan intelektual barat dalam hal sejarah, ilmu pengetalluan dan filsafat. Orang-orang yang demikian itu cenderung kurang perhatian untuk menentang kaum orientalis ketimbang untuk memperlihatkan para penganut agama Islam bagaimana mereka dapat menerima tingkat westernisasi dan malah masih mempertahankan identitasnya yang berbeda. Akibatnya, sekalipun ada berbagai ikhtiar untuk menolak apa saja yang dilihat sebagai serangan terhadap Islam, mereka tidak akan pernah terpengaruh dengan orang- orang barat yang terdidik, dibandingkan dengan pengaruh para ilmuwan barat. Satu garis berfikir untuk menyatakan bahwa Al-Qur'an yang mengantisipasi berbagai ragam penemuan-penemuan ilmiah itu belum terjadi sampai abad-abad belakangan ini, misalnya: rotasi dan revolusi bumi (39: 5); pembuahan tumbuh tumbuhan lewat angin (15: 22); revolusi matahari, rembulan dan planet-planet pada orbit-orbit

Page 150: Titik temu islam kristen

142

yang telah ditentukan (36: 38 dan seterusnya); air sebagai asal-usul bagi semua makhluk hidup (21: 30); model kehidupan lebah (16: 69); persilangan seks pada tumbuh tumbuhan dan makhluk-makhluk yang lain (36: 35). Diperbincangkan bahwa semenjak hal-hal pokok itu tidak mengetahui makhluk yang bernama manusia pada masa hayat Muhammad SAW, mereka membuktikan bahwa Al-Qur'an itu betul-betul mempunyai asal-usul samawi dari Tuhan. Garis pemikiran inilah yang dibicarakan oleh seorang ahli kedokteran Perancis, Maurice Bucaille, yang menghasilkan buah penanya yang mempunyai pokok isi masalah yang diperlihatkan tersebut, sungguhppun terdapat banyak kesalahan ilmiah dalam kitab Bibel. Al-Qur'an, dengan demikian, mendahului ilmu pengetahuan yang ada pada zamannya dan mengantisipasi penemuan-penemuan terkemudian.

Di antara orang-orang Islam yang dinyatakan menyerang Islam tidak ada usaha mendapatkan pemahaman yang senyatanya tentang pandangan intelektual barat dan menciptakan "oksidentalisme" Islam sebagai serangan balasan terhadap orientalisme. Malahan mereka dipenuhi dengan argumen-argumen superfisial menentang Kristen dan pandangan-pandangan barat. Jadi komunitas Ahmadiyah yang heretik (bid'ah) itu menyatakan dirinya telah mendapatkan kuburan Yesus di Srinagar, Kashmir dan mengadopsi pandangan bahwa Yesus hanya jatuh pingsan di tiang kayu salib, lalu pulih lagi dan pergi ke timur untuk menyebarkan ajarannya. Bukti bagi pengidentifikasian kuburan yang khusus sebagai kuburan Yesus itu adalah tidak ada gunanya sama sekali.

Sebagian orang Islam mendapatkan senjata lain untuk menyerang Kristen dalam kitabnya yang disebut Injil Barnabas. Manuskrip asli tentang kitab yang disebut Injil Barnabas ini hanya ada di (dalam bahasa) Italia dan pertama kali didengar di Amsterdam pada tahun 1709, lalu kemudian diperoleh jalannya ke perpustakaan Imperial di Vienna. Disebutkan ada yang telah menjadi versi terbitan bahasa Arab awal, namun tidak ada salinannya yang muncul. Teks Injil Barnabas ini diterbitkan oleh dua orang ilmuwan Kristen pada tahun 1907 dengan terjemahan bahasa Inggris. Kitab ini besar -- tebalnya lebih dari dua ratus bab dan terdiri dari empat ratus halaman. Kitab ini sebagian terbesar berisi bahan pada ajaran-ajaran yang aktual, namun juga terdapat beberapa tambahan yang disusun untuk mendukung Islam dengan mengorbankan Kristen. Hal itu dilakukan sepanjang untuk membuat Yesus menyatakan Muhammad sebagai Messiah. Ilmuwan-ilmuwan Kristen telah sepakat bahwa kitab itu ditulis kemungkinan sekali pada akhir abad enam belas, atau kemungkinan juga pada abad ke empat belas -- oleh seorang

Page 151: Titik temu islam kristen

143

Kristen yang pindah agama ke Islam. Pengetahuannya tentang Islam belum sempurna, karena orang ini masih banyak melakukan kesalahan tentang Islam, demikian pula semua bentuk kesalahan yang lain, seperti menempatkan Nazareth di Laut Galile. Jadi nilai historis kitab Injil Barnabas ini sama sekali nihil atau nol, yang secara meyakinkan diperlihatkan pada pendahuluan buku itu. Yang amat meyakinkan adalah bahwa para ilmuwan Kristen telah menerbitkan kitab ini untuk menunjukkan bahwa para ilmuwan Kristen itu tidak berfikir tentang kitab ini yang dapat merugikan kepercayaan Kristen dalam beberapa cara. Mereka agaknya dimotivasi oleh semacam bentuk rasa ingin tahu historis, karena, ketika kitab itu diketemukan di awal abad delapan belas, banyak orang yang menggunakan kitab ini dipakai oleh Deist Inggris untuk menyerang ortodoksi Kristen.

Setelah terbitan teks dalam bahasa Italia dan terjemahan bahasa Inggrisnya, sebagian orang Islam menjadi tertarik kepada kitab itu dan pada tahun 1908 terjemahan bahasa Arab terdapat di Kairo. Terjemahan Arab ini diikuti oleh terjemahan ke dalam bahasa-bahasa Islam yang lain, bahasa Urdu, bahasa Persia dan bahasa Indonesia. Kebanyakan orang muslim diyakinkan bahwa kitab ini dengan jelas menunjukkan ketidaksahihan dan kesalahan ajaran Kristen, dan berdasarkan alasan ini terjemahan-terjemahan sudah acapkali diangkat kembali ke permukaan. Jadi kitab Injil Barnabas ini mempunyai pengaruh tidak menguntungkan untuk mempertegas orang muslim dalam pengakuannya terhadap persepsi Kristen yang tidak sahih, kemudian akan membutakan mereka akan adanya keperluan untuk mencapai persepsi yang lebih akurat dalam keimanan dan amaliah berjuta-juta umat Kristen secara aktual. Terjemahan bahasa Perancis muncul pada tahun 1977 dengan pengantar dua orang ilmuwan dari barat, berspekulasi pada kemungkinan penulis asli yang telah memasukkan bahan dari sumber Yahudi Kristen yang tidak diketahui. Namun ilmuwan yang lain, Jan Slomp, telah menunjukkan bahwa tidak ada dasar-dasar yang solid bagi spekulasi tersebut. Apa yang sesungguhnya direalisasikan oleh kaum muslimin adalah kematangan pandangan orang Kristen, didukung oleh bobot keilmuwan yang meliputi segala, yang secara absolut diyakini bahwa kitab itu adalah palsu dan bahwa kitab itu tidak ada yang bertentangan dengan pokok kepercayaan Kristen, bahkan dalam bahan-bahan sekunder sekalipun.

Pada tahun 1977, terbit sebuah buku yang berjudul The Myth of God Incarnate dianggap oleh sebagian orang muslim sebagai bukti bahwa umat Kristiani meninggalkan kepercayaannya kepada sifat ketuhanan Yesus. Universitas Raja Abdul-Aziz di Jedah mensponsori sebuah buku setebal empat puluh halaman dalam

Page 152: Titik temu islam kristen

144

bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan judul About The Myth of God Incarnate: An Impartial Survey of its Main Topics dan ditulis oleh Abdus Samad Sharafuddin. Setelah pembahasan terinci dua makalah oleh Maurice Wiles, sang penulis menyimpulkan: "Fakta yang sedemikian jauh dinyatakan agar berarti bahwa inkarnasi Tuhan dalam diri Kristus itu tidak didukung oleh kitab-kitab suci yang jelas. Berdasarkan alasan ini maka persoalan inkarnasi Tuhan di dalam diri Kristus ini masih menjadi dunia yang chaos yang disebut "myth" (mitos). Orang ini cenderung mengambil kata "myth" dalam arti negatifnya sebagai yang hampir equivalen dengan kesalahan (halaman 10), dan pernyataan ajaran tersebut sebagai "kesalahan besar yang telah berlangsung lama dalam pemikiran Kristen" (halaman 1). Sekalipun sikap umum penulis ini adalah eirenic, penulis ini tidak menyimpang dari kepercayaan bahwa semua kebenaran itu didapatkan pada sumber Al-Qur'an dan sumber-sumber lain dimanapun adannya. Dalam kesimpulan Abdus Samad Sharafuddin mengutip Al-Qur'an dalam 3: 199, yang dengan baik menjelaskan Ahli Kitab dan meneruskan pernyataannya:

Ayat di atas membawa pesan kehendak yang baik dan harapan universal terhadap seluruh saudara-saudara, baik laki-laki maupun perempuan, yang beriman kepada Kitab-Kitab kebenaran yang diimani dan terlepas dari labelnya -- Kristen, Yahudi, atau Muslim. Kemungkinan tingkatan orang-orang yang beriman benar itu dekat dan boleh jadi mereka mengikuti jalan persahabatan, persaudaraan dan saling memahami, yang disinari oleh Deklarasi Konsili Vatican Kedua dalam isunya yang di angkat pada tahun 1965 tentang "Religious Freedom" -- Kebebasan Beragama.

Kemudian dia mengutip dua kalimat pembukaan tentang Islam pada Deklarasi Vatican Kedua tersebut - dengan menarik perhatian mengambilnya dari pendahuluan The Gospel of Barnabas terbitan Karachi tahun 1973. Umat Kristen seharusnya mengapresiasi keterbukaan Abdus-Samad Sharafuddin terhadap kebenaran Kristen dalam Perjanjian Baru dan dokumen-dokumen yang lain, namun juga mesti dibuat sedih untuk melihat bahwa orang ini hanya mendapatkan pendapat-pendapatnya yang sebelumnya tentang Kristianitas yang dibayangkannya.

Orang Kristen yang merefleksikan pada kritik The Myth of God Incarnate ini seharusnya menyatakan betapa sulitnya seorang muslim untuk sadar akan betapa luasnya pemikiran dan tulisan yang merupakan proses kehidupan teologi Kristen, karya tunggal itu tinggi nilainya namun tidak lebih banyak ketimbang yang jatuh kepada kematian. Buku khusus ini menjelaskan fakta yang memprovokasikan perdebatan, sebagai yang diharapkan oleh para penulis, namun kini pernyataan itu menempatkan orang yang

Page 153: Titik temu islam kristen

145

terpesona terhadap apa yang benar-benar berubah pada landasan sikap para ahli teologi Kristen. Buku itu sendiri, di samping judulnya menggunakan istilah "mitos", bukan mendiskusikan konsep secara keseluruhan, dan bahkan perhatian kepada "mitos" pada perdebatan lebih lanjut yang tidak menggunakan topik tersebut. Sedang hal itu akan timbul karena topik ini merupakan satu hal yang seyogyanya ditingkatkan pada dialog antar umat beragama umat Islam, umat Kristen, dan umat pengikut agama lainnya.

Argumen-argumen sederhana yang menentang para orientalis dan umat Kristen yang kemungkinan diseimbangkan oleh catatan kritik yang menjadikan para orientalis meneliti "pengaruh" yang oleh seorang muslim ditunjukkan pada pandangan intelektual barat, Mohammed Arkoun:

L'utilisation par le Coran d'elements de notions, de rites, de croyances, de recits deja connus dans les culture anterieures, l'autorise pas la recherche des "influences" ala maniere des philosophigues- historicistes. Ceux-ci ont une theorie de l'orginali de l'orginalite litteraire ou doctrinale qui interdit pratiquement le travail de recreation a l'aide de materiaux epars puises dans le traditions aciennes. La inguistique moderne et la semiotique permettent de retrouver la dynamique proper a chaque texte qui recombine et reinvestit, dans ces perspectives neuves, des emprunts decontextualises. On peut montrer, pour chaque recit, dans le Coran, comment le discours narratif initie a une nouvelle experience du divin, tout en utulisant des noms, des theme, des episodes, voire des termes provenant de textes antiriurs.

Kebangkitan IslamGambaran penting dua dekade terakhir adalah kebangkitan

Islam. Sungguhpun kebangkitan Islam ini menyerupai gerakan-gerakan kebangkitan Kristen meskipun ada perbedaan diantara keduanya, malahan istilah "kebangkitan" itu sendiri dapat dipertahankan. Kebangkitan Islam juga diberi karakter fundamentalisme, atau, sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, tradisionalisme, lantaran fundamentalisme Islam ini tidak identik dengan fundamentalisme Kristen, terutama merupakan fenomenon Protestan; "integralisme" - "integrisme" yang paling dekat dengan terma bahasa Perancis dan Katolik Roma, namun memberi makna yang berbeda juga.

Satu faktor penting yang mendasari timbulnya kebangkitan itu adalah perasaan luas di antara kaum muslimin umumnya yang kehilangan identitas Islam. Kaum muslimin yang kehilangan

Page 154: Titik temu islam kristen

146

identitas Islmnya ini melihat kota-kota yang dibanjiri dengan benda-benda kekayaan barat, mulai dari mobil dan televisi sampai kepada kebutuhan akan pakaian baik untuk kaum wanita maupun pria, sementara para penganut Islam terdidik telah mengadopsi gaya hidup barat. Bahkan dalam kehidupan publik membawa kaum muslimin sadar akan keterbelakangan negeri-negeri Islam dan ketidakberdayaan mereka untuk melakukan banyak hal seperti yang dilakukan oleh negeri-negeri barat; dan yang mempercepat jatuhnya bangsa manusia biasa. Di sana juga mesti ada yang menjadi memori arogan nafsu superior bangsa Eropa si penjajah lebih dari satu abad lamanya itu, telah menjadikan kaum muslimin sebagai rendah terhadap dirinya sendiri dan tidak ada jalan untuk menyamakan kedudukannya sebagai manusia.

Aspek keagamaan juga memberi andil kondisi di atas. Mungkin tidak semua kaum muslimin awam sadar akan kritik-kritik terperinci terhadap Islam sebagai agama. Akan tetapi sebagian besar kaum muslimin mempunyai ide bahwa umat Kristen barat mengasumsikan Islam menjadi sesuatu yang salah dan agama Islam sebagai agama yang rendah dan menolak sebagian terbesar klaim-klaimnya itu. Berbeda dengan kritik Kristen terhadap Islam, ada ketegangan dalam pemikiran bangsa Eropa yang memperkenankan ide-ide Pencerahan yang anti-agama dan Islam dianggap sebagai zaman pertengahan, ketinggalan zaman dan tidak berharga. Sementara di sebagian ulama rupanya juga telah menyadari kejadian ini dan telah terluka secara mendalam lantaran ulama ini menganggap Islam sebagai agama final dan sempurna. Jadi dalam berbagai cara, agama juga merupakan faktor yang mendasari kebangkitan.

Bentuk aliran fundamentalis ini dipegang oleh kebangkitan yang dikaitkan dengan kepemimpinan yang diberikan oleh ulama. Inilah yang rupanya berjasa pada perasaan manusia biasa yang kehilangan identitas dan mereka menjadi lebih sadar akan hina-dinanya Islam. Bahkan malah mereka sadar akan berapa banyak mereka sebagai kelas sosial yang telah menderita karena perubahan-perubahan yang terjadi selama abad belakangan ini. Terkadang dikatakan dalam pembukaan bab ini tentang perkembangan sistem alternatif dari pendidikan dan hukum di Kerajaan Ottoman. Terkadang seolah akhirnya terjadi di sebagian terbesar negeri Islam yang lain, walaupun ulama dalam hal ini sudah tidak terorganisir secara baik. Sungguhpun demikian, dimanapun adanya ulama sadar bahwa mereka ini sekarang mempunyai lebih-kurang kekuasaan ketimbang para leluhurnya. Bilamana waktunya menguntungkan, mereka pasti akan berikhtiar untuk mendapatkan kepemimpinan kenegaraan untuk menyetujui bahwa harus ada sekelompok ulama untuk mengecek ciri khas

Page 155: Titik temu islam kristen

147

undang-undang Islam yang diidam-idamkan. Namun pada umumnya para negarawan yang menolak itu, mengetahui bahwa kebanyakan ulama itu tidak bersinggungan dengan problema-problema yang terjadi akhir-akhir ini. Lebih dari itu, ulama mulai menyatakan bahwa semua itu akan baik manakala kaum muslimin kembali kepada praktek Islam yang ideal masa Nabi Muhammad SAW dan zaman Khulafa' al-Rashidin yang pertama.

Sekalipun menyokong program ini, ulama juga bersikeras bahwa kaum muslimin hendaknya secara tegas taat-setia kepada bayangan tradisionalnya sendiri sebagaimana yang dirancang pada zaman pertengahan. Saya hendak menyatakan bahwa bayangan-diri pada waktu yang lama dalam buku saya Islamic Fundamentalism and Modernity, dan tidak mungkin akan mengulangi deskripsinya di sini. Pokok-pokok utama itu adalah finalitas dan kecukupan-diri Islam, bersamaan dengan konsepsi implisit dunia-sejarah dalam jurang pemisah antara dunia Islam dan dunia perang. Juga diasumsikan bahwa hakekat manusia dan masyarakat itu adalah statis dan tidak berubah. Akibat wajar dari asumsi terakhir itu adalah penegasan bahwa pemulihan "hukuman mati dalam Islam" seperti hukum potong tangan bagi pencuri dan hukum mati bagi perzinahan akan menguntungkan dan efektif di dunia modern ini. Sebagian ulama mengakui bahwa dewasa ini ada wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terbuka oleh perluasan perluasan tradisional terhadap Shari'ah, dan oleh karena itu pemikiran segar diperlukan, namun agaknya sedikit yang dapat dicapai. Untuk pengamat dari luar timbul bahwa berfikir ulang itu diperlukan pada skala yang luas dan tak mungkin diselesaikan kurang dari satu generasi.

Pada konteks belakangan ini, aspek yang menarik perhatian yang terjadi di Iran sejak tahun 1919 adalah ulama Iran telah meraih kekuasaan dan mampu memperluas ide-ide ke dalam praktek kehidupan. Pengamat dari luar Islam memberikan kesan bahwa ada ketegangan terus menerus antara ulama (termasuk para mullah dan ayatollah) dan para priyayi negarawan, atau mungkin yang lebih tepat, antara golongan ahli teori agama yang radikal dan golongan yang bertanggung jawab untuk mempertahankan fungsi negara sebagai sebuah negara modern, baik golongan negarawan, rakyat maupun yang lainnya. Sebagian pengamat senang dengan kejutan bahwa kelompok yang terakhir itu berhasil lumayan dalam mempertahankan berbagai macam organ pemerintahan dan kemasyarakatan, dan menimbulkan pembaharuan-pembaharuan pada karakter praktis karena bantuan rakyat pada umumnya. Walaupun demikian, agaknya ada keraguan apabila jalan berfikir ulang Shari'ah bagi kondisi-kondisi modern banyak dapat dicapai, dan di masa-masa itu seolah-olah

Page 156: Titik temu islam kristen

148

kaum muslimin dipandang telah mengimplementasi Shari'ah ke tangan mereka dengan cara-cara yang meragukan. Walaupun begitu, barangkali terlalu cepat untuk menyatakan pokok pokok persoalan tersebut jika informasi jarang diperoleh.

Keputusan hukuman mati atas Salman Rushdie oleh Imam Khomeini pada bulan Februari 1989 itu atas dasar bahwa buku karangannya yang berjudul The Satanic Verses yang menghujat Islam itu menyebabkan mendidihnya perasaan Islam di seluruh dunia. Jalan paling baik untuk memahami apa yang terjadi itu adalah melihat kasus Salman Rushdie sebagai tidak lebih dari percikan ramuan bahan peledak yang segera meletus. Ramuan bahan peledak itu terdiri dari semua perasaan terpendam yang mendasari kebangkitan terutama perasaan yang diturunkan oleh barat dan disuguhkan bukan sebagai persamaan hak. Kesan itu nampak hingga Salman Rushdie, paling tidak, pertama kali diserang, sebab Salman Rushdie adalah seorang Inggris karena dia ini lebih dari seorang muslim yang kufur. Imam Khomeini segera menyatakan Amerika Serikat sebagai "Setan besar yang sebenarnya" dan menganggap Inggris sebagai anteknya dalam memusuhi Islam. Cara di mana putusan hukuman mati itu dipublikasikan memperlihatkan bagaimana kecilnya Imam dan penasehat-penasehatnya mengapresiasi hal-hal yang terjadi di dunia modern ini. Pernyataan putusan hukuman mati itu menarik perhatian masyarakat internasional dan semakin meningkatkan lakunya penjualan buku secara fenomenal. Apakah Imam Khomeini hanya mengutuk buku itu sebagai yang menghujat Tuhan dan memberi nasehat kepada kaum muslimin agar tidak menulis yang seperti itu, agaknya lebih kecil lagi yang mendengarkan nasehat tersebut. Yang terjadi ini hampir mirip beberapa bulan sebelumnya ketika para pemimpin Kristen mengutuk film tentang Yesus Kristus sebagai menghujat Tuhan dan menasehatkan agar umat Kristen tidak menonton film tersebut; dan ternyata lebih sedikit orang yang memperhatikan nasehat itu di media masa.

Masalah serius yang diangkat oleh kutukan Imam Khomeini terhadap Salman Rushdie itu muncul ke permukaan di barat. Bagaimana Shari'ah menjelaskan bahwa kaum muslimin yang hidup di bawah pemerintahan non-muslim harus bersikap terhadap pemerintahan non-muslim itu? Di zaman pertengahan problema tersebut secara tegas tampil ke depan. Kaum muslimin dianggap sebagai berada dalam medan perang, dan boleh jadi mengasumsikan bahwa kondisi itu hanya bersifat temporer semata. Pengalaman umat Kristen ternyata berbeda. Selama tiga abad umat Kristen berada di bawah kekuasaan non-Kristen; namun dapat dikatakan bahwa mereka ini secara umum patuh kepada

Page 157: Titik temu islam kristen

149

penguasa. "Silahkan tiap orang menjadi warga negara kepada para penguasa yang lebih tinggi, karena tidak ada kekuasaan selain dari Tuhan semata; kekuasaan-kekuasaan itu dinobatkan dari Tuhan." Ketika seorang muslim dengan warga negara Inggris mendorong kaum muda muslim untuk mengangkat putusan hukuman mati untuk memusuhi Salman Rushdie, maka orang ini dianggap menghasut melakukan perbuatan yang dalam undang-undang Inggris dianggap kejahatan pembunuhan. Apakah Shari'ah menyatakan hukum tentang itu? Apakah boleh mendorong kaum muslimin untuk merusak undang-undang negara dimana kaum muslimin hidup? Tentu saja tidak boleh. Masalah itu merupakan masalah kompleks, namun penting bahwa kaum muslimin hendaknya tetap tegas terhadap keputusan tentang putusan hukuman mati agar mereka dan umat beragama lain dapat mengetahui dimana mereka berdiri.

Artikel Thomas Merton tentang Perjalanan Cargo Pasifik Selatan secara ringkas akan dijelaskan kemudian, namun yang sekarang lebih mungkin dikatakan, karena memberikan dorongan penting sikap Kristen terhadap golongan non-Kristen yang agaknya relevan dengan sikap Kristen terhadap kebangkitan Islam. Perjalanan cargo adalah suatu fenomenon keagamaan yang tampak, walaupun tidak bersifat eksklusif, yakni di tengah penduduk kepulauan Pasifik di bawah kekuasaan kolonial. Penduduk pribumi melihat bangsa penjajah itu rupanya tidak bekerja kecuali duduk-duduk saja di kantor dan menulis di sedikit kertas, kemudian setelah itu suatu saat kapal datang menjemput mereka untuk makan dan minum dan dengan berbagai bentuk hasil kekayaan yang bagus -- cargo. Penduduk pribumi terheran-heran mengapa para penjajah itu menguasai cargo dan mereka tidak bekerja. Usaha percobaan di luar semua bentuk skema itu dilakukan untuk menguasai cargo. Pada suatu saat mereka memutuskan bahwa bunga-bunga di atas meja para penjajah itu berhubungan dengan cargo serta rumah dan vila mereka diisi dengan bunga-bunga. Acapkali mereka mencoba membuang sesuatu yang berharga, bahkan barang-barang rumah tangga ataupun peternakan, sebagai kepercayaan kepada masa depan.

Pengamatan serius terhadap gerakan cargo itu diperlihatkan karena jalan mendapatkan kekayaan yang mereka lakukan itu tidak benar, selain identitas penduduk kepulauan itu dan hubungannya dengan para penjajah. Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa ketika waktu itu hampir menyerang hadirnya cargo dan tidak ada yang terjadi, agar gerakan khusus ini digagalkan, bahkan gerakan lain yang mirip segera tumbuh. Jadi yang timbul dari pelaksanaan cargo itu sama-sama berfungsi lebih mendalam bagi masyarakat. Penduduk pribumi hendak merasakan bahwa di

Page 158: Titik temu islam kristen

150

samping keterbelakangan mereka itu, sesungguhnya mempunyai kedudukan dan hak sama dengan bangsa penjajah sebagai manusia. Selain ada persamaan pekerjaan para penjajah tidak pernah membawanya dalam praktek. Tentu mereka cenderung bergerak pada asumsi bahwa penduduk pribumi adalah orang yang selalu harus dibantu dan orang tidak pernah mendapatkan persamaan hak bagi dirinya sendiri.

Thomas Merton terus menerapkan ide-ide tersebut terhadap hubungan bangsa Amerika kulit putih dengan bangsa Amerika kulit hitam dan hubungan seluruh bangsa Amerika dengan Dunia Ketiga dan terutama bangsa Vietnam (Thomas Merton ketika menulis buku ini perang Vietnam sedang berkecamuk). Dia memperbandingkan mitos-mimpi pelaksanaan cargo dengan mitos- mimpi bangsa Amerika:

Seperti penduduk pribumi Laut Selatan, kita juga mempunyai mitos-mimpi, namun mitos-mimpi ini acapkali terjadi bukan pada orang Kristen dan sangat tidak manusiawi. Ketika kita rancang untuk mempertahankan penduduk kulit non-hitam sebagai manusia, maka kita masih mempertahankan mereka sebagai manusia yang rendah martabatnya. Malahan ketika kita berfikir agar menjadi orang yang baik, jujur dan adil, maka kita akan hidup dan bertindak di luar mimpi yang menjadikan kejujuran dan keadilan itu mustahil terjadi ... Mitos-mimpi kita berhubungan pada kebanggaan diri atas fakta bahwa kita mengetahui bagaimana mendapatkan uang. Kita mempunyai rahasia yang suci ini, rahasia cargo, yang martabat kita tidak rendah. Memang benar, kita berpretensi bahwa kita hendak memberikan kesucian kita kepada semua orang. Kita hendak membawa semua orang lain ke dalam kekayaan yang sama-sama kita miliki. Namun kita tidak bermaksud mengartikan apa yang kita katakan. Kita hendak menggunakan kerendahan martabat kita ini demi kejayaan kita yang menguntungkan. Kita menobatkan kerendahan ini pada tiap jalan karena negara-negara yang belum maju itu bertahan pada ketundukannya kepada kita.

Sebagian ide-ide di atas relevan dengan hubungan Kristen-Muslim. Satu aspek kebangkitan Islam adalah berhenti dari praktek-praktek tertentu yang diadopsi dari barat -- tidak ada riba, tidak ada alkohol, tidak ada pakaian barat bagi kaum wanita. Kendatipun demikian, hal ini belum nampak sebagai anti-barat atau anti-Kristen yang penting melainkan terutama sebagai pro-muslim. Dalam kebangkitan kaum muslimin yang dikehendaki ini, barangkali secara tidak disadari, karena mereka menghendaki diakuinya persamaan kedudukan seperti bangsa barat dan umat Kristen, baik secara kemanusiaan maupun secara keagamaan. Pokok persoalan terakhir itu yang sulit, karena umat Kristen memikirkan agamanya sebagai yang unggul di atas agama-agama

Page 159: Titik temu islam kristen

151

lain (tentu saja sebagaimana yang juga dilakukan oleh kaum muslimin); dan persoalan ini akan diuji pada bab berikut. Dengan dasar ini barangkali dapat dikatakan bahwa serangan-serangan penting terhadap Islam rupanya hanya untuk memperkuat trend-trend fundamentalis. Dalam kasus penduduk pribumi yang memenuhi rumahnya dengan bunga-bunga, bangsa Eropa membuat kebijakan untuk merusak bunga-bunga itu sebab menurut mereka cara ini menentang mereka sendiri; namun cara ini hanya meyakinkan penduduk pribumi bahwa bunga-bunga itu berkaitan dengan perjalanan cargo. Juga ada kesejajaran antara cargo dan janji bahwa kaum muslimin akan mengalami kehidupan yang baik manakala kaum muslimin kembali kepada cita-cita Islam periode awal. Menurut pengamat dari luar Islam, cita-cita ini rupanya mustahil kalau semua problem mereka itu akan diselesaikan oleh metode ini. Namun kebangkitan perjalanan cargo setelah gagal memperlihatkan, jika tidak terpenuhinya janji itu, tidak perlu membawa berkurangnya entusiasme bagi kebangkitan Islam.

Penjelasan Merton tentang diperolehnya persamaan hak lewat kekuatan sendiri apabila diterapkan untuk Islam, akan menjadi daya dorong pada kebangkitan Islam untuk memulihkan jati-diri dengan menunjukkan bahwa kaum muslimin mampu memperoleh persamaan hak bagi kaum muslimin sendiri dan tidak perlu menunggu orang Kristen barat mengakui persamaan itu di masa-masa yang akan datang. Ini akan membawa kita sebagai dirinya sendiri untuk dengan akrab melihat pada motif kita sendiri, karena dalam buku Islamic Fundamentalism and Modernity dan dalam karya terbarunya yang dapat saya nasehatkan kepada kaum muslimin. Melalui jalan pembelaan diri, saya harus katakan bahwa saya tidak berupaya berbuat pada jalan paternalistik. Secara mendasar apa yang saya upayakan untuk menarik perhatian kaum muslimin akan fakta- fakta tertentu dimana saya sebagai pengamat dari luar Islam telah menyadari, seperti bahaya terhadap desakan atas kecukupan-diri Islam itu barangkali menjadikannya mustahil bagi kaum muslimin untuk berasosiasi dengan bangsa lain, baik Kristen maupun non-Kristen, lalu untuk memberikan sumbangan agar mereka mampu menjadikan bangunan dunia dari seluruh manusia yang diharapkan itu.

Pada kesimpulan, saya mengutip paragraf terakhir Merton:

Apabila mitos-mimpi orang kulit putih Barat, tuntutan-tuntutan kita lantaran secara spiritual kita memperbudak orang lain dalam rangka "menyelamatkan" mereka, maka kita jangan terkejut ketika mitos-mimpi kita sendiri menuntut mereka karena mereka mendapatkan seluruh kebebasan untuk menyelamatkan mereka. Namun mitos-

Page 160: Titik temu islam kristen

152

mimpi orang kulit putih dan orang pribumi hanya merupakan ekspresi yang parsial dan tidak memadai bagi semua kebenaran ... tiap orang membutuhkan orang lain, bekerjasama dalam keberanian semesta untuk membangun keberdayaan dunia bagi kematangan historis manusia.

Hal di atas barangkali secara eksak tidak sesuai dengan hubungan Muslim Kristen, kecuali hanya mendekatkan hubungan-hubungan tersebut. Apabila kita menggantikan "Kristen" dan "Muslim" untuk orang kulit "putih" dan "pribumi", maka hal ini akan mungkin dapat memperoleh jalan bagi hari depan.

Awal DialogDi samping kuatnya fundamentalisme dalam kebangkitan

itu, ada isyarat gerakan bagi kelompok kelompok muslim ke arah dialog dengan agama-agama lain, terutama dengan Kristen. Kelompok fundamentalis tidak dapat memasuki dialog tanpa mengkompromikan kepercayaannya kepada finalitas dan superioritas Islam dan tentu cara ini tidak mereka kehendaki. Di antara orang-orang yang saya sebut kelompok "liberal" acapkali ada keterbukaan untuk dialog, namun sebagian mereka teruama yang tertarik (hanya kebenaran seperti adanya) pada pemikiran ulang aspek-aspek tradisional jati diri Islam, dan hanya sedikit waktu untuk melihat hubungan hubungan Muslim-Kristen secara terinci.

Selama seperempat abad terakhir dosen-dosen dalam seminar, konferensi dan pertemuan-pertemuan kelompok yang lain, dimana umat Islam dan Kristen bekerjasama untuk mendiskusikan pokok-pokok masalah umum di bidang keagamaan yang menarik. Sebagiannya secara ekstrem bersifat informal, sebagian lainnya bersifat resmi atau semi-resmi. Di antara yang selanjutnya kita dapat menyebut kunjungan oleh suatu partai dari Vatican ke Universitas Al-Azhar di Kairo di bulan April 1978 dan Kolonel Qadhafi dalam Seminar tentang Dialog Islam-Kristen di Tripoli bulan Februri 1976, dimana tim sekitar lima belas orang Islam dan Kristen (yang belakangan ini dari Vatican) mendiskusikan sejumlah materi persoalan yang dihadiri oleh lima ratus pengamat, saya mendapat undangan istimewa di sana. Kendatipun demikian, pertemuan-pertemuan informal barangkali telah dilakukan dengan jumlah lebih dari pertemuan pertemuan resmi.

Secara jujur catatan lengkap pertemuan-pertemuan di atas diperoleh pada Islamo-christiana, yang dipublikasikan setahun sekali sejak 1975 oleh Pontificio Istituto di Studi Arabi di Roma. Setidaknya, seorang dosen dapat memahami perbedaan kaum

Page 161: Titik temu islam kristen

153

muslimin yang berpartisipasi pada penerbitan ini. Catatan itu memuat sebagian pokok masalah yang didiskusikan pada karya terakhir, mulai dari bibliografi polemik-polemik awal dan apologetika-apologetika sampai kepada tinjauan buku-buku mutakhir, dan mereproduksi banyak makalah yang dibagikan pada pertemuan pertemuan dialog itu. Laporan ini memuat terjemahan artikel-artikel dimana golongan fundamentais muslim mengekspresikan kecurigaannya yang mendalam terhadap keseluruhan konsepsi dialog. Di pillak lain, sebagian penyumbang muslim itu amat kritis terhadap fundamentalisme Islam. Seorang penulis, Mohammad Talbi dari Universitas Tunis dalam tinjauan panjang koleksi Imam Khomeini dalam "Pour un gouverenement islamique." Lagi dalam artikel yang bertajuk "Emergences et problemes dans le monde musulman contemporain (1960-1985)" Muhammad Arkoun dari Sorbonne mendapatkan kreatifitas tidak benar dalam kebangkitan, karena imajinasi keagamaan digunakan untuk menciptakan suatu identitas baru yang secara ideologis memang lebih ampuh namun secara intelektual kurang jelas. Banyak artikel yang menunjukkan bagaimana para partisipan dalam dialog itu, baik muslim maupun Kristen, mulai merasakan caranya untuk apresiasi lebih dalam terhadap tradisi masing-masing; ini diilustrasikan oleh artikel tentang Ibrahim oleh Mohammad Talbi -- "Foi d'Abraham et foi islamique" dan "La foi d'Abraham: le sens d'un non-sacrifice."

Bagi umat Kristen, catatan itu menarik untuk memahami bagaimana sebagian kecil umat Islam yang melihat sekali lagi pada agama Kristen, melepaskan ide bahwa kitab Bibel itu secara keseluruhan korup dan mencoba menafsiri dari sudut pandang seorang muslim terhadap beberapa aspek ajaran Kristen dan Injil. Pada tahun 1860-an, jauh sebelum gerakan- gerakan dialog belakangan ini, Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1898), telah mulai menulis komentar tentang Bibel dan memuat sebelas bab pertama Genesis dan lima bab pertama Matius. Pada paruh abad ke dua puluh penulis Mesir, M. Kamel Hussein (1901-1977), menulis sebuah novel, Qaryah Dzalimah -- Kota yang Tidak Ideal, berkenaan dengan peristiwa-peristiwa di Jerusalem sebelum dan sesudah penyaliban Jesus, walaupun mati secara damai di atas salib secara aktual dan kemudian menghindarkan pertanyaan apakah Jesus itu mati di tiang salib. Dalam pernyataan Uskup Kenneth Cragg yang diterjemahkan ke bahasa Inggris:

Menunjukkan begitu banyaknya dosa kolektif penolakan Yesus pada hari Jum'at, yang mengambilnya sebagai "lambang dosa dunia", dosa yang dikandung pada kebanggaan komunal dan dilakukan atas nama keamanan agama dan loyalitas Ilahi, dan diperkuat oleh kutipan dari kitab suci yang sempurna dan

Page 162: Titik temu islam kristen

154

oleh filsafat bahwa bagaimanapun juga dalam kejahatan itu kemenangan tetap berada pada kebaikan yang harus diyakini.

Kamel Hussein juga banyak menulis buku lain yang relevan dengan hubungan Muslim-Kristen. Orang ini tidak setuju dengan doktrin korupsi sempurna pada Bibel dan menjelaskan semacam modus vivendi dengan agama-agama lain di dunia ini.

Sumbangan paling penting pemahaman segar orang muslim terhadap Kristen, tanpa ragu, beberapa artikel yang ditulis oleh Professor Mahmoud M. Ayyoub. Professor ini adalah seorang muslim tunanetra Libanon (lahir 1935), terdidik dalam sebuah sekolah Kristen, yang mampu mempertahankan identitas Islamnya tanpa kehilangan sikap positifnya kepada Kristen. Barangkali orang ini memahami keimanan Kristen lebih baik ketimbang orang muslim lain, boleh jadi karena latar belakang Syi'ahnya. Selain ia menulis buku Redemptive Suffering in Islam, sebuah bahasan sebelumnya yang relevan dengan pemikiran Kristen. Dua artikel Dunia Islam dengan judul umum "Towards an Islamic Christology." [53] Jumlah halaman pada paragraf-paragraf kecil berikutnya merujuk kepada kedua artikel tersebut. Artikel pertama "An Image of Jesus in Early Shi'i Muslim Literature" dengan terjemahan atas naskah-naskah terdahulu yang didapatkan pada kumpulan-kumpulan Hadith. Dengan cara demikian, Ayyoub berusaha mencari perhatian umat Kristen "kaya dan berbagai ragam image Kristus dalam kesalehan Islam." Karakter artikel ini dapat dijelaskan di bawah ini:

Dengan Kristologi bukan dimaksudkan rumusan kias teologis dengan ilmu-ilmu Kristologi Gereja awal, melainkan, lebih dari pemahaman peranan Kristus dalam rumusan ketuhanan Kristus dalam sejarah manusia. Kristus sebagai manusia, salah satu hamba Tuhan, malahan juga Kristus sebagai Firman Tuhan, Ruh-Nya dan teman-Nya yang mulia. Ide-ide ini dengan jelas dinyatakan dalam Al-Qur'an dan ide-ide itu memberikan kerangka dasar image Kristus bagi kesalehan orang muslim. (163)

Kesimpulannya dia menulis:Jadi kita melihat bahwa seperti Kristus dalam keimanan dan

harapan Kristen, Jesus dalam Al-Qur'an dan kesalehan orang muslim itu lebih banyak ketimbang hanya sebagai makhluk manusia, atau yang hanya sederhana sebagai rasul sang pembawa risalah dari suatu Kitab suci. Sungguhpun Jesus dalam Islam itu bukan sebagai Kristus dalam Kristen, Kristus dalam kitab Injil acapkali menyatakan lewat kekerasan, manusia Yesus dalam kesalehan Muslim. Tentu saja ruh-ruh bebas dalam mistisisme Islam didapati pada manusia Yesus yang bukan saja contoh kesalehan, cinta kasih dan asketisme yang mereka coba cari, malahan juga Kristus yang menunjukkan terpenuhinya sifat

Page 163: Titik temu islam kristen

155

kemanusiaan, kemanusiaan yang diterangi oleh cahaya Tuhan. (187)

Juga guna catatan adalah harapan-harapannya bagi hari depan:

Tingkatan final dalam sejarah panjang hubungan Muslim-Kristen masih pada permulaannya. Ketika dinyatakan secara penuh, kita berharap akan membawa kepada ekumenisme yang benar. Ekumenisme yang mengakomodir Islam bukan sebagai bid'ah dari Kristen yang benar, melainkan sebagai ekspresi sahih ketuhanan dan kebenaran yang kekal abadi. Dalam semangat pengakuan dan apresiasi timbal-balik ini, Islam mendapatkan sesuatu untuk mengajarkan umat Kristen yang memperteguh imannya kepada Kebenaran. Kebenaran yang lebih besar ketimbang ekspresi dari suatu tradisi keagamaan atau pemahaman individual ataupun komunitas tunggal. Dalam rangka mewujudkan cita-cita ini, kaum muslimin hendaknya juga berfikir ulang akan pemahamannya tentang makna kebenaran Islam sebagai kehidupan sampai ke perjanjian primordial antara Tuhan dan seluruh manusia dan penegasan ulang perjanjian ketuhanan ini pada berbagai ragam ekspresi terhadap dunia keagamaan yang majemuk. (165)

Artikel kedua dengan sub-judul "Kematian Yesus: realitas atau khayalan", terutama berkenaan dengan tafsiran-tafsiran dalam ayat Al-Qur'an (4: 157) yang mengingkari kematian Yesus. Di samping komentar-komentar awal terhadap karya-karya para pemikir mutakhir, baik Shi'i maupun Sunni, yang dijelaskan. Ayyoub menyatakan dengan persetujuan buku City of Wrong karya Kamel Hussein mungkin sebagai "upaya orang muslim pertama untuk memahami tiang Salib dalam arti yang benar ... (sebagai) suatu pertimbangan bukan untuk menentang kelompok umat itu melainkan menentang kemanusiaan (116). Dia sendiri menyangkal kalau "Al-Qur'an ... tidak mengingkari kematian Kristus. Bahkan, hal ini merupakan tantangan bagi manusia yang dalam kebodohannya telah memperdaya kepercayaannya sendiri bahwa manusia itu menundukkan Firman Tuhan, Yesus Kristus Rasulullah" (116).

Kesimpulan pandangannya dikutip secara penuh:Cercaan bangsa Yahudi, "karena ucapannya: 'Kami benar-benar

telah membunuh Yesus Kristus, putra Maria, Rasul Tuhan', "dengan mana ayat bintang-bintang tidak menunjukkan pada kabar kebohongan historis, atau pada pembuatan laporan yang salah. Lebih dari itu, yang jelas dari konteks ini, ditunjukkan pada sikap sombong dan kebodohan manusia kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Kata-kata itu mengidentifikasikan Yesus yang signifikan secara khusus. Mereka berharap untuk membunuh Yesus, manusia yang

Page 164: Titik temu islam kristen

156

tidak berdosa, yang juga Kristus, Firman Tuhan dan wakil Tuhan di antara mereka. Dengan mengidentifikasi Kristus dalam konteks ini, maka Al-Qur'an bukan hanya mengalamatkan kepada bangsa manusia juga nabi lain, yang mereka bunuh, melainkan semua sifat kemanusiaan Yesus.

Di sini Al-Qur'an tidak menyebutkan tentang manusia, benar atau salah, walaupun dia melakukan demikian, melainkan Al-Qur'an menyatakan tentang Kalam Allah yang diturunkan ke bumi dan kembali kepada Allah. Jadi penolakan pembunuhan Yesus merupakan penolakan kekuasaan manusia untuk menaklukkan dan menghancurkan Kalam Ilahi, yang menang selamanya. Dari sini pernyataan: "Mereka tidak membunuhnya, juga mereka tidak menyalibnya", jauh lebih mendalam ketimbang peristiwa-peristiwa sejarah manusia yang berlangsung sementara; yang membersit ke hati dan kesadaran manusia. Tuntutan kemanusiaan (di sini yang dicontohkan pada masyarakat Yahudi mengenai keberadaan duniawi Kristus) untuk memiliki kekuatan menentang Tuhan hanya dapat menjadi illusi semata. "Mereka tidak membunuhnya ... melainkan diserupakan dengan mereka." Mereka hanyalah dibayangkan demikian. (117).

Dalam beberapa artikel Mahmoud Ayyoub yang lain, meskipun memegangi kepercayaannya pada dialog dan harapan-harapan bagi perkembangannya, telah menyibukkannya untuk menyadarkan umat Kristen akan kritik kepercayaan dan praktek Kristen yang diekspresikan oleh pemikir-pemikir Muslim negeri ini, mulai dari Muhammad 'Abduh dan M. Rashid Rida sampai ke Sayyid Qutb dan Omar Farruk.

Akhirnya, pernyataan untuk harus membedakan karya ilmuwan Iran, Seyyed Hossein Nasr. Sungguhpun, sepanjang yang saya ketahui, hal ini tidak mengacu pada beberapa pertemuan dialog aktual, yang agaknya membuka peluang kemungkinan-kemungkinan. Pada tahun 1981 beliau menyampaikan ceramah-ceramah Cifford di Universitas Eidenburgh tentang masalah Knowledge and Sacred -- Pengetahuan dan yang Keramat -- dan lebih kemudian dia telah mengedit buku tentang Islamic Spirituality: Foundations. Sedangkan dia masih menyadari dirinya tetap sebagai seorang Muslim, dia amat dekat berasosiasi dengan kelompok masyarakat pemikir di lingkungan Rene Guenon, A.K. Coomaraswamy dan Fritjof Schuon yang mencoba mencari "kebangkitan tradisi di Barat berdasarkan atas penjelasan terinci doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran oriental yang sahih." Kelompok ini terkadang memberi nama "Filsafat Perennial" untuk posisinya, namun nama ini mempunyai tendensi eksklusif, menegaskan bahwa ajarannya sendiri saja yang mampu menjawab problema-problema dunia. Ini yang menghalangi meluasnya dialog,

Page 165: Titik temu islam kristen

157

sekalipun dalam respek-respek lain agaknya mereka siap untuk dialog itu. Seyyed Hossein Nasr sendiri menerima banyak ide ajaran Sufi yang bergaung pada mistisisme Kristen dan ini akan menjadikan perjalanan yang memungkinan ke arah dialog. Sungguhpun demikian, dalam mengambil jalan terakhir, rupanya tidak mungkin dari pandangan-pandangan Seyyed Hossein Nasr dan teman-temannya akan banyak berpengaruh atas mainstream Islam Sunni maupun Shi'i.

Page 166: Titik temu islam kristen

158

Page 167: Titik temu islam kristen

Bab: IX

Menuju Hari Depan

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi memberi arti bahwa manusia bergerak cepat menuju ke suatu tatanan dunia baru yang tunggal. Ada suatu tingkat kesatuan politik di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), meskipun organisasi dunia ini amat perlu lebih efektif. Juga ada gerakan ke arah kultur dunia intelektual tunggal, namun ini masih jauh dari penyatuan yang diharapkan. Apa yang terjadi dari para pemimpin manusia di seluruh dunia ini adalah diterimanya aspek sekuler kultur intelektual dari barat. Namun di balik aspek sekuler itu ada perbedaan yang amat mencolok. Memang benar, perbedaan itu dengan sendirinya bukan sesuatu yang buruk bagi suatu kesatuan. Perbedaan ini sebelumnya terjadi di bidang agama, namun kekuatan gerakan untuk menyatukan kultur dunia ini memberi arti bahwa semua agama harus menguji kembali sikap-sikapnya terhadap penyatuan yang timbul itu.

Agama dan Kultur KeagamaanMengakhiri bab dalam bukunya Orientalism, Edward Said

menyatakan bahwa orientalisme sebagai institusi yang kuat dan luas. Ini agaknya merupakan pernyataan yang berlebihan, sekurang-kurangnya sejauh Inggris yang diperhatian, walaupun di Inggris kemungkinan ada kebenaran yang sesuai dengan kebenaran yang terjadi di Amerika Serikat. Kendatipun demikian, yang lebih benar adalah mengetahui orientalisme sebagai bagian kecil dari sesuatu hal yang luas dan kuat, walaupun kenyataannya belum diinstitusikan, sesuatu yang boleh disebut "pandangan umum intelektual barat yang sekuler." Setiap orang pemikir yang ingin memahami lebih serius di barat, untuk bekerja pada parameter-parameter yang ditetapkan oleh pandangan umum ini, atau, untuk merubah metafora ini, dalam alam wacana ilmiah yang dibuat. Pandangan ini akan berkembang luas ke seluruh dunia, seperti semua negara yang mengadopsi bentuk pendidikan terutama sekali pendidikan barat, dan kultur dunia yang terjadi ini tidak boleh didominasi, paling tidak, pada hal-hal yang sekuler, oleh pandangan intelektual barat yang sekuler.

Page 168: Titik temu islam kristen

160

Tentang pernyataan dominan dalam cara ini tidak boleh diambil untuk menyisipkan pernyataan bahwa pandangan barat yang sekuler inilah yang sempurna dan tidak berubah. Menjelaskan pandangan yang sekuler ini menyiratkan adanya kultur-kultur keagamaan yang saling mengisi satu sama lain dan hal itu akan segera dikatakan. Walaupun demikian, berbeda dengan keagamaan itu, kultur intelektual barat terbuka untuk kritik dan tentu saja di barat banyak punya kritik. Pada waktu itu tiap kritik rupanya membawa perubahan, namun perubahan-perubahan yang dimaksudkan itu hanya terjadi secara perlahan-lahan. Kultur intelektual saat ini mempunyai pegangan kuat pada pemikiran intelektual sekuler ke seluruh dunia, sementara tidak ada kritik-kritik eksternal yang berpengaruh. Hanya kritik-kritik internal sajalah yang mempunyai kesempatan mengefektifkan perubahall-perubahan.

Salah satu kritik yang dapat disebutkan adalah bahwa kultur di atas hanya dapat memperhatikan ilmu pengetahuan untuk meraih kekuasaan, bukan ilmu pengetahuan untuk hidup, sesuai dengan perbedaan yang dibuat sebelumnya. Ini adalah titik di mana aspek kultur keagamaan harus diperhatikan, karena agama-agama di dunia ini terutama memperhatikan ilmu pengetahuan untuk hidup. Hanya kultur agama saja yang kontaknya dekat dengan kultur intelektual barat yang sekuler, yang telah menjadi Kristen. Sampai kira-kira abad enam belas hubungan kultur sekuler bangsa Eropa dapat dinyatakan sebagai hubungan perkawinan atau perpaduan; yang perlahan-lahan tapi pasti ada perceraian; akhirnya sejak awal abad ini telah terjadi perkawinan yang rumit. Banyak pemikir Kristen menghampiri terma-terma pasca-Pencerahan dengan kultur intelektual sekuler dari Eropa (dan sekarang barat sebagai suatu keseluruhan), sungguhpun tidak ada pemikir yang mengatur sedemikian jauh untuk melahirkan hal ini dalam suatu bentuk yang telah diterima secara luas oleh umat Kristiani. Walaupun ke-Kristen-an itu ditolak oleh bagian-bagian opini barat terdidik dan oleh non-Kristen barat yang melihat pada masalah-masalah pokok sekuler. Bahkan ada hubungan akrab antara Kristen dan aspek-aspek pemikiran barat yang sekuler, seperti diterimanya ilmu pengetahuan (sains) dan metodologi historis. Jadi kepercayaan umat Kristen bahwa Yesus itu mati di tiang salib, yang tidak diakui oleh sebagian terbesar umat Islam, secara tajam didukung oleh metodologi historis umum sehingga tidak ada alasan yang bertolak belakang yang akan memperberat bebannya. Melainkan hal ini malah akan dapat menghilangkan keraguan atas metodologi historis yang dikembangkan tersebut.

Apa yang dikatakan menuju titik tersebut, sekalipun kultur dunia yang timbul itu akan didominasi oleh aspek-aspek sekuler

Page 169: Titik temu islam kristen

161

pandangan intelektual barat, masih tetap terbuka bagi para penganut agama dunia untuk melingkupi dengan sesuatu yang berasal dari kultur agama itu sendiri. Pandangan barat yang sekuler, sebagaimana adanya, adalah kerangka acuan dari dalam yang harus berperan, namun pada kerangka acuan ini baginya ada kesempatan untuk mengejawantahkan keberadaan hidupnya sendiri. Saya sekarang akan melihat pada problema-problema yang diangkat oleh ilmu pengetahuan dan sejarah barat, namun terlebih dahulu melihat pada persoalan yang umum.

Beberapa kesulitan intelektual tentang agama yang dewasa ini dirasakan oleh umat Kristen dan umat pemeluk agama yang lain, pada intinya gagal memahami agama myth (mitos), simbol dan apa yang saya sebut sebagai bahasa ionic. Tlap-tiap agama berusaha melahirkan kebenaran yang asasi, atau karakter fundamental kehidupan manusia dan alam semesta tempat manusia hidup. Namun itu semua merupakan pikiran manusia yang hanya dapat berhadapan dengan cara yang kurang sempurna. Realitas-realitas keagamaan dengan mana agama-agama hanya dapat dihampiri oleh akal yang tidak mampu membentuk konsep-konsepnya yang sahih. Bahasa manusia berlaku pada tempat pertama dengan obyek-obyek atau tindakan-tindakan atau hubungan-hubungan yang dapat diamati; misalnya, pohon, lembu, lari, terbang. Ada pula kata-kata utama bagi hubunganhubungan sosial seperti anak, ibu, paman (atau bibi). Ketika manusia hendak berhubungan dengan hal-hal yang bukan kata-kata utama itu, maka manusia menggunakan kata kedua, sebagaimana ketika menyebut sungai yang airnya mengalir. Apa yang mengalir di sungai itu adalah "sesuatu seperti" manusia atau binatang lari. Kita memakai kata-kata dalam arti yang kedua sampai ke pengluasan yang amat besar. Kendatipun dalam bahasa Inggris, kata ini sebelumnya tidak kita kenal sebab kita gunakan kata-kata dari akar kata bahasa Latin atau bahasa Yunani. Jadi sekarang untuk menyebut suatu cara yang meragukan yang lebih rumit yang memberlakukan sesuatu, seperti manusia lari atau binatang lari. Semua karya ilmiah itu penuh dengan penggunaan bahasa dalam cara kedua. Bahkan tak terkecuali contoh ilmu pengetahuan (sains) terdahulu adalah pernyataan dari gelombang-gelombang dan partikel-partikel yang berkenaan dengan cahaya, gelombang cahaya adalah hanya "sesuatu yang seperti" gelombang laut dan partikel hanyalah "sesuatu yang seperti" sebagian kecil dari benda padat.

Ketika para pemikir agama mencoba memberi penilaian terhadap dunia, maka sama sekali tidak mengherankan kalau mereka menggunakan kata-kata pada cara kedua ini. Ketika mereka berbicara tentang "Tuhan", mereka cenderung berfikir

Page 170: Titik temu islam kristen

162

tentang "sesuatu yang seperti" manusia, terutama makhluk manusia yang kuat perkasa, seorang raja atau yang berkuasa. Ketika mereka mengatakan Tuhan "menciptakan" dunia ini, maka mereka berfikir bahwa "menciptakan" ini sebagai "sesuatu yang seperti" tindakan manusia menciptakan sesuatu, seperti tukang gerabah yang membuat pot bunga dari tanah, sebaliknya orang itu terus menegaskan bahwa Tuhan menciptakan dunia ini dari yang sebelumnya tidak ada. Tentang konsepsi agama mengenai dunia ini didasarkan atas penggunaan bahasa kedua dari kata "myth" -- mitos -- yang kadangkala dipakai, namun sayang sekali mitos itu datang dengan dua pengertian. Pada penggunaan bahasa kedua ini diterapkan pada pandangan dunia agama primitif yang mempunyai dorongan terhadap sesuatu yang tidak benar. Sebagian para kontributor terhadap buku The Myth of God Incarnate (yang diedit oleh John Hick), agaknya menggunakan mitos ini dalam cara yang negatif tersebut.

Walaupun demikian, ada pengertian positif dari "mitos" yang merupakan penglahiran dari kebenaran agama dalam bahasa kedua.

Dalam bahasa Inggris Amerika yang berbeda pada bahasa Inggris British, kata "myth" ini agaknya menjadi pengertian yang sudah lazim. Namun demikian, sebab ambiguitas kata "myth" itu paling baik dihindarkan. Saya anjurkan agar kita dapat berbicara dengan menggunakan bahasa "iconic." Icon adalah representasi dua-dimensional pada suatu obyek tiga-dimensional dan merupakan sesuatu yang diketahui menjadi tidak memadai kecuali apabila diterima sebagai representasi realitas. Ini menjadikan bahasa icon itu kemungkinan dapat dipegangi, meskipun bahasa yang kita gunakan tentang realitas ilahiah itu adalah bahasa iconic, bahkan apa yang sesungguhnya kita perbincangkan tentang yang real (nyata).

Akibat wajar dari apa yang kita katakan itu, ketika kita menggunakan bahasa iconic, apa yang nampak menjadi perbedaan-perbedaan itu sesungguhnya perbedaan-perbedaan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Hal ini harus dijaga dengan sungguh-sungguh dalam pikiran pada saat berusaha memperbandingkn agama-agama. Satu agama boleh jadi menyebut Tuhan sebagai "sesuatu yang seperti" seorang ayah dan orang lain dari ayah sebagai "sesuatu yang seperti" seorang ibu; namun dua konsepsi itu apakah benar-benar berbeda? Kedua konsepsi itu tidak dapat diasumsikan begitu saja lantaran kedua konsepsi itu berbeda satu sama lain ataupun malah identik. Konsepsi itu tergantung atas sikap persamaan yang tepat terhadap seorang ayah atau seorang ibu, dan persamaan ini agar tidak dikhususkan. Maka informasi lebih lanjut dibutuhkan.

Page 171: Titik temu islam kristen

163

Kendatipun demikian, sebagai contoh, apabila konsepsi itu dipahami bahwa percaya kepada Tuhan ibu senantiasa diiringi oleh pelacuran yang suci, maka hal ini boleh jadi dapat menjadi alasan untuk bersikukuh dengan pendapat bahwa konsep-konsep yang berbeda-beda dan persamaan dari Tuhan sebagai bapak (ayah) adalah lebih tinggi tingkatannya.

Lebih lanjut meneruskan dari fakta bahwa bahasa agama itu secara luas adalah bahasa iconic lantaran dalam agama ini tidak ada kriteria intelektual yang memampukan orang memperbandingkan agama-agama tentang masalah kebenaran dan kesalahan, atau bahkan kebenaran yang relatif dan kesalahan yang relatif. Ada suatu kriteria yang mungkin dapat diterapkan, namun kriteria ini adalah kriteria praktis dari "Hasil" (yang lebih memuaskan akan didiskusikan pada bagian berikut ini). Hasil-hasil itu terdiri dari kualitas kehidupan yang dicapai oleh orang-orang yang hidup mengikuti suatu sistem kepercyaan agama yang khusus tertentu, yakni, suatu gambaran khusus dan ciri khas alam semesta dan kehidupan manusia. Apabila secara umum kulitas hidup itu baik, maka dapat dikatakan bahwa sistem kepercayaan itu lebih atau kurang benar. Oleh karena bahasa yang dipakai adalah bahasa iconic dan malahan hanya memberi tahu manusia bahwa realitas-realitas itu adalah seperti apa yang dikatakan, kiranya sulit menyatakan kebenaran absolut, namun orang dapat mengatakan sebagai suatu petunjuk bagi sistem kehidupan. Sistem kepercayaan itu memuaskan secara paripurna. Pada diskusi teoritis seperti yang terakhir ini diperlukan untuk melihat kepada seluk beluk kepelikan yang ada, namun pada kesibukan hidup aktual pada dataran teoritis tadi melupakan seluk beluk kesulitan tersebut dan untuk menerima terma-terma iconic secara jujur pada penilaian sikap jujur yang sempurna.

Setelah mempertimbangkan hakekat bahasa agama ini, kita dapat kembali ke kultur dunia yang timbul dan kembali ke dua aspek agama yang paling relevan dengan pandangan sekuler intelektualnya, yakni, pengakuan akan jaminan hasil-hasil ilmu pengetahuan yang handal lagi aman dan pengakuan akan metodologi historis modern. Bagi orang yang beriman kepada Tuhan, perlu menegaskan bahwa jaminan hasil-hasil ilmu pengetahuan hanya diterima pada bidang sains yang layak. Sebagaimana Aristotle pernah mengakui ketika menulis bukunya yang berjudul Meta ta physica, ada suatu dunia di balik sains. Istilah "metafisika" telah keluar dari bentuk biasa, namun dunia di balik sains itu masih tetap ada dan yang menjadi perhatian orang beriman kepada Tuhan ketika mengatakan Tuhan itu sebagai sang Pencipta. Untuk mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta, atau Tuhan menciptakan proses kosmik dan bahwa

Page 172: Titik temu islam kristen

164

Tuhan mengontrol proses kosmik yang dapat diinderai itu, sama halnya dengan penonjolan bidang metafisika yang tidak dapat diinderai, melainkan lebih sebagai penonjolan akan karakter dari proses kosmik itu, tentang akhir dari gerakan proses kosmik itu dan bagaimana proses kosmik itu mengacu ke arah akhir itu. Itu semua adalah hal-hal pokok yang tidak dapat dihampiri oleh metode-metode eksperimental dalam sains, meskipun dipahami bahwa metode-metode dalam sains ini dapat diverifikasikan oleh kriteria yang ditimbulkan.

Kesulitan bagi umat Kristen yang disebabkan oleh teori Origin of Species dari Charles Darwin dapat dilihat sebagai bukti bahwa mereka memahami bab pertama kitab Genesis sebagai asal-usul yang dapat me-ngakibatkan pernyataan-pernyataan ilmiah. Lebih lanjut para pemikir Kristen telah menyatakan penegasannya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta termasuk dunia di luar bidang sains, dan tidak dapat diingkari keberadaannya, serta dikonfirmasi oleh pernyataan yang dibuat oleh para ilmuwan dalam dunianya yang pas. Banyak orang muslim yang belum memahami istilah-istilah yang berkenaan dengan fakta evolusi. Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam (1977), yang saya tunjukkan di tempat lain, mengeluhkan bahwa dasar-dasar asumsi itu berhadapan dengan sains yang tidak diambil dari agama dan berharap agar para ilmuwan muslim dapat menghasilkan konsep-konsep Islam untuk menggantikan asumsi-asumsi di atas. Evolusi yang boleh jadi merupakan salah satu hal yang mereka miliki dalam pemikiran ketika mereka menyebutkan pada jalan ini, namun solusi mereka itu malah salah kaprah diterimanya. Ilmuwan agama tidak dapat memproduksi konsep-konsep bagi para ilmuwan untuk digunakan di bidang sains, sebaliknya apa yang dapat dilakukannya adalah memberikan pandangan yang lebih komprehensip tentang proses kosmik sebagai yang diciptakan oleh Tuhan yang dapat dioperasionalisasikan secara bebas oleh para ilmuwan.

Poin lain dimana orang-orang beriman kepada Tuhan harus mengakui pandangan sekuler barat adalah dalam hal metodologi historis. Ini agaknya merupakan hal yang lebih kompleks ketimbang pengakuan hasil-hasil penemuan ilmiah. Suatu karya sejarah adalah presentasi yang tidak sederhana dari seperangkat fakta-fakta historis obyektif, sebab fakta-fakta yang muncul tadi telah diseleksi berkenaan dengan nilai-nilai tertentu. Ahli sejarah menulis dari suatu perspektif yang spesifik, yang nilai-nilainya merupakan suatu bagian dari perspektif spesifik itu. Ini adalah satu hal yang telah ditekankan oleh Edward Said ketika menyebutkan bahwa kaum orientalis itu salah menggambarkan kata Islam sebab dilekatkan pada bahasa, kultur dan ambiensi politik mereka, yakni,

Page 173: Titik temu islam kristen

165

mereka mempunyai perspektif yang secara luas diterima oleh lingkungan dimana mereka hidup. Secara jelas, ketika dua orang menilai fakta-fakta yang sama dari perspektif yang berbeda, maka mereka akan memahami fakta-fakta tersebut secara berbeda pula. Apa yang penting di sini adalah, apapun perspektif itu, fakta-fakta obyektif yang diterima secara umum oleh para ahli sejarah, tidak harus ditolak. Memang benar, ada ruang gerak tertentu bagi ahli sejarah dalam bentuk yang tepat persis dimana orang ini menghadirkan fakta-fakta ketika tindakan manusia yang sama melihat dari perspektif-perspektif yang tidak sama. Dalam cara ini, fakta obyektif dapat dipadukan ke dalam penafsiran. Kendatipun demikian, yang esensial adalah dimana fakta obyektif itu dapat dibangun oleh bentuk metode-metode historis, maka harus dapat diterima, yakni arti kata ummi dalam al-Qur'an sebagai "orang kafir" atau "non-Yahudi."

Walaupun begitu, malahan perlu dicatat hal itu yang juga dapat disebut "mitos" yang menggunakan fakta quasi-historis. Kitab Jonah dalam Bibel tercatat sebagai contoh mitos dengan quasi-historis ini. "Mitos" dalam pengertian positif acapkali merupakan cerita atau kisah yang dihadirkan sebagai bersifat historis, sungguhpun tidak mempunyai landasan, atau paling kurang landasan yang aman, pada fakta historis obyektif. Contoh, dijadikannya Adam dan Hawa dalam kitab Genesis. Contoh ini tidak mempunyai tempat pada penilaian ilmiah berkenaan dengan asal-usul manusia di muka bumi, akan tetapi dalam pemikiran Kriten dan Yahudi kisah asal-usul manusia ini menjadi wahana kebenaran yang penting tentang kemanusiaan dalam hubungannya dengan Tuhan dan tentang persaudaraan manusia. Ilmu pengetahuan dalam bidang yang sesungguhnya tidak dapat memberikan pertimbangan alternatif permulaan manusia yang akan mengabadikan nilai-nilai tersebut; namun pemikir agama tidak harus menafsiri kisah ini dengan cara tertentu untuk menyalahkan wilayah kajian sains, sebagai contoh, untuk menegaskan bahwa tafsiran ini menjawab pertanyaan ilmiah apakah bangsa manusia itu berkembang dari kehidupan pra-human pada satu atau banyak dataran pokok.

Tiap asal kehidupan masyarakat dengan mitos dalam artinya yang positif ini. Dalam artikel tentang perjalanan cargo, Thomas Merton menjelaskan beberapa mitos kehidupan Amerika Serikat, umpamanya mitos supremasi kulit putih dan mitos bahwa bangsa Amerika adalah bangsa yang ilmiah dan rasional. Lalu dia terus menyatakan bahwa yang terakhir ini merupakan salah satu biang mitos mereka dan bahwa kehidupan mereka itu "melekat pada sedemikian banyaknya mitologi" yang tidak seperti mitologi bangsa pribumi, yang lebih kompleks dan lebih

Page 174: Titik temu islam kristen

166

sophisticated. Di sini, walaupun menerima ide positif mitos itu sebagai tempat dimana komunitas itu hidup, dia mencela banyak mitologi bangsa Amerika sebagai buruk atau tidak cukup. Ketika dia terus menyatakan "mitos-mimpi" bangsa Amerika, agaknya memaksudkan mitos yang kurang cukup yang tidak dapat memberikan hasil yang dijanjikan.

Konsep mitos ini sebagai basis suatu komunitas yang digunakan oleh pemikir muslim, Mohammad Arkoun, ketika menyatakan tentang Ummah atau masyarakat Islam yang ideal. Apabila saya mengatakan kepadanya secara benar, dia bersikeras bahwa mitos Ummah yang ideal itu didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa awal-mula terdahulu, memberikan dinamika bagi aktifitas muslim dewasa ini, namun dikelirukan dengan fakta historis obyektif (kongkrit), atau malah menciptakan ideologi.

L'Umma ideale ne peut avoir d'existence historique sans ces postulats constitutifs d'uune conscience mythique. Celle-ci a une efficaciteet une tradition historiques qui rejailiscent sur la representation de l'Age inaugurateur. Voila pourquoi tout le discours islamique actuel s'evertue a imposer la validate "historique" du Modele legue par l'Age inaugurateur. En refusanr de reconnaitre la function specifique du mythe qui dynamise la conscience des acteur, mais ne se confond pas avec les productions historiques concretes de cette consciene, les militans isllamistes s'eloignent a la fois de l'Age inaugurateur dont ils veulent s'inspirer et des forces positives de l'action historique.

Di tempat lain saya telah mengatakan self-image Islam sebagai dipertahankan oleh kaum fundamentalis dan ini rupanya mirip dengan yang dimaksudkann oleh Mohammed Arkoun oleh "kesadaran mistik" atau setidak tidaknnya terhadap bagian dari mitos tersebut, sungguhpun mungkin dapat menjadi marginal pada ideologi. Penggunaan kata "myth" dalam bahasa Inggris dalam artian ini sama-sama tidak memuaskan. Cerita- cerita (kisah) yang tidak sesuai dengan fakta historis yang dapat dijelaskan sebagai kebenaran yang hadir pada bentuk, sementara itu orang beriman bukan merupakan fakta obyektif dalam menerima cerita yang menghadirkan realitas-realitas penting yang mengetahui bahwa hal itu bukan merupakan fakta obyektif pada tingkat superfisial.

Kata "gambaran" adalah kemungkinan lain di sini, atau, sesuatu yang lebih tepat diperlukan, suatu gabungan seperti "gambaran sejarah" dapat digunakan. Lalu orang Kristen dapat mengatakan bahwa kisah Orang-orang Arif (Magi) memberi anugerah kepada anak Yesus di Bethlehem, walaupun secara pasti hampir tanpa basis obyektif, adalah bagian penting dari gambaran-sejarah Kristen dan diterima sebagaimana adanya. Kita berharap bahwa

Page 175: Titik temu islam kristen

167

kaum muslimin mengakui penilaian referensi terhadap Ibrahim dan Ismail di Mekah pada Al-Qur'an yang mirip, karena, sekalipun sebenarnya bahwa Ibrahim itu tidak pernah sampai di Mekah, itu adalah gambaran- sejarah yang mengungkapkan kebenaran penting tentang hubungan Islam dengan tradisi Ibrahimiah.

Pengakuan metodologi historis modern juga makin meningkatkan pertanyaan-pertanyaan serius bagi kaum muslimin tentang Al-Qur'an, meskipun tidak sebanyak tentang Al-Qur'an sendiri sebagaimana tentang teori-teorinya mengenai hakekat Wahyu. Sejarah memperlihatkan bahwa ada kesalahan-kesalahan fakta pada Al-Qur'an, yang paling serius adalah persepsi Kristen yang lemah (sebagaimana dijelaskan pada bab 2). Apabila kaum muslimin bertahan bahwa Al-Qur'an itu benar-benar murni firman Allah tanpa campur tangan manusia itu tidak dipalsukan, maka mustahil menjelaskan kesalahan-kesalahan Al-Qur'an -- kecuali kita berusaha merumuskan bahwa Tuhan menipu kaum muslimin, yang tentu saja tidak mungkin dilakukan oleh Tuhan. Al-Qur'an sendiri tidak mendukung teori hakekat wahyu tersebut, karena hanya menegaskan Al- Qur'an itu berbahasa Arab dan bahasa Arab adalah bahasa manusia. Juga suatu bahasa dengan akrab diasosiasikan dengan seluruh pengalaman hidup orang-orang yang menyatakan hal itu, terutama bentuk hubungan sosial, ekonomi dan politik yang telah ditentukan; dan bentuk-bentuk tersebut berbeda dengan bangsa lain yang dicatat dalam sejarah. Secara luas disetujui juga oleh orang-orang beriman kepada Tuhan bahwa hubungan-hubungan itu terutama ditunjukkan pada kebutuhan-kebutuhan kelompok untuk mencapai tujuan; namun tidak setuju bagaimana beradaptasi kepada suatu situasi manusia khusus tertentu yang ter}adi. Dalam jalan adaptasi kesalahan-kesalahan yang terjadi itu tidakkah mungkin dan tidakkah ada jalan untuk merubah kebenaran sentral wahyu tadi. Apa yang sebenarnya diharapkan orang-orang lain yang beriman kepada Tuhan akan terjadi bagi kaum muslimin mendapatkan jalan untuk mempertahankan kebenaran umum Al-Qur'an, selain tanpa mengingkari beberapa hal kedua yang mengabaikan kesalahan- kesalahan.

Pertanyaan untuk semua pertimbangan yang terjadi di atas adalah hendakkah kaum muslimin hidup bersama pada kehidupan "satu dunia" sebagai tempat kita bergerak, ataukah kaum muslimin hendak bertahan dalam keterasingan hingga harus merubah ketenangan dunia, sebab kaum muslimin menganggap Islam sebagai self-sufficient. Bilamana mereka hendak hidup bersama maka mereka harus menerima aspek-aspek sekuler kultur dunia dan berikhtiar memperlihatkan kepada umat beragama lain, bagaimana nilai-nilai keagamaan Islam itu mengimbangi kultur

Page 176: Titik temu islam kristen

168

sekuler. Sungguhpun demikian, mereka tidak dapat melakukan hal ini apabila mereka masih tetap dipenuhi dengan ekspresi Islam pada terma-terma ilmu pengetahuan dan filsafat abad dua belas, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum fundamentalis.

Apabila kaum muslimin berencana untuk memberi andil penuh pada kehidupan politik satu dunia, sekalipun pada bentuk kehadiran Persatuan Bangsa Bangsa yang kurang sempurna, maka akan banyak yang dapat mereka sumbangkan. Secara luas dipegangi bahwa Islam itu lebih sukses ketimbang Kristen dalam membawa nilai nilai moral dan keagamaan yang lahir pada kehidupan politik. Sudah banyak yang dahulu dilakukan dalam merumuskan moralitas politik bagi abad 21 sampai kepada ukuran kontrol yang dapat digunakan atas individu-individu dan kelompok-kelompok yang mempunyai kekuasaan luas, baik secara ekonomis maupun secara politis. Dengan demikian, kaum muslimin mempunyai sumbangan besar.

Hidup Berdampingan dengan Agama Lain

Rupanya ada kasus bahwa para pengikut tiap agama itu menganggap agamanya sendiri lebih unggul dari semua agama yang lain. Sebagian pengikut agama, khususnya sebagian pengikut agama Kristen dan Islam, berfikir bahwa agamanya sendirilah yang dianggap sebagai agama dalam arti yang sebenarnya, sementara semua agama yang lain itu tidak ada sama sekali. Kepercayaan demikian diberikan sebagai landasan bagi penegasan pernyataannya, misalnya "hanya agama saya sendirilah satu-satunya yang dari Tuhan" atau "agama saya sendirilah satu-satunya agama yang mempunyai kebenaran ilahiah yang asli, sementara semua agama-agama lain tidak asli lagi." Pandangan-pandangan eksklusivis ini tidak dapat dipertahankan ke dalam kultur dunia yang timbul, sebab ilmu pengetahuan sosial merupakan bagian dari pandangan intelektual barat, dan observasi sosial-ilmiah agama-agama menunjukkan bahwa agama-agama tersebut semuanya kurang atau lebih melakukan hal-hal yang sama, mirip dengan tujuan dan dengan ukuran kesuksesan. John Hick melihat ini berkenaan dengan kemiripan yang amat secara paksa dengan mengutip doa (atau peribadatan) orang Yahudi, Muslim, Sikh dan Hindu yang secara tegas berbeda dengan doa-doa (atau peribadatan) orang Kristen. Sungguhpun orang yang beriman menegaskan bahwa hanya agamanyalah yang lebih unggul dari agama-agama lain, maka hal ini masih

Page 177: Titik temu islam kristen

169

sulit baginya untuk menemukan para pemeluk agama-agama lain sebagai sama dengan agama yang dipeluknya. Bagaimana hal ini dapat terjadi?

Sangat dipertahankan bahwa karena kandungan intelektual kepercayaan agama itu diungkapkan pada terma-terma iconic, maka tidak ada kriteria kebenaran intelektual bagi kepercayaan-kepercayaan ini, dan bahwa ajaran-ajaran yang seolah-olah mengandung kontradiksi kenyataannya tidak boleh berkontradiksi melainkan harus saling melengkapi. Apabila pernyataan ini diterima maka tidak ada justifikasi rasional bagi penegasan secara publik karena agama kita itu lebih baik daripada agama lain (sekalipun kita terus berfikir demikian), dan paling tidak, justifikasi parsial bagi diakuinya agama-agama lain sebagai sama benarnya dengan agama kita.

Kriteria "hasil" sebagai diterapkan untuk agama-agama akan segera dijelaskan, dan tentu saja harus mempunyai tempat sentral dalam pemikiran Kristen, karena agama ini berasal dari Puncak Gunung Sermon; Yesus mengatakan bahwa guru-guru agama harus dinilai sesuai dengan kualitas hasil ajarannya. Dalam cara yang sama bahwa pohon yang baik itu berbeda dengan pohon yang buruk dari kualitas buah yang dihasilkannya. Apabila konsepsi ini diterapkan kepada agama, maka kita dapat mengatakan bahwa agama itu memproduksi buah yang baik ketika memampukan mayoritas anggota-anggota pemeluknya untuk mengarahkan kehidupan yang bermanfaat dalam masyarakat yang harmonis, selain adanya kesakitan dan nasib buruk. Ini secara jelas bukannya kriteria yang dapat diterapkan dengan pertimbangan matematika yang kaku, melainkan dapat menjadi wilayah persetujuan yang luas antara bangsa dari tradisi-tradisi yang berbeda satu sama lain mengenai buah yang baik itu. Namun begitu, satu hal perlu dicatat bahwa perasaan subyektif yang dipenuhi dengan agamanya sendiri tidaklah cukup. Tidak mengherankan kalau kasus itu ada pada sebagian besar bentuk Kristen dan barangkali ada pada agama-agama lain juga, dimana kepuasan akan agamanya sendiri telah menjadi bentuk self complacency (kepuasan dengan diri sendiri dan tidak perlu yang lain) yang buta kepada ketidakadilan pada lingkungan yang mengeilingi kita, ketidakadilan dari kepuasan diri tiap individu yang barangkali juga bermanfaat.

Satu kriteria hasil yang diakui, akan masuk akal untuk dipertahankan karena semua agama besar dan sebagian besar yang kurang, telah memproduksi buah yang baik bagi sebagian besar anggota pemeluknya. Ketika kita melihat anak lelaki Indian miskin yang timpang bermula dengan senyum merekah bahagia di wajahnya, kita cenderung mengabsahkan bahwa suatu agama

Page 178: Titik temu islam kristen

170

yang mencapai ini maka baginya pantas terpesona. Lebih jauh mungkin dapat disangkal bahwa apabila agama itu memiliki buah yang baik, maka gambarannya dari alam semesta dan dari tempat kehidupan manusia yang harus dianggap benar, paling tidak, mengikuti petunjuk yang kuat bagi anggota-anggotanya dalam kesibukan hidup. Sebab gambaran itu diekspresikan dalam bahasa iconic atau gambaran sejarah, yang mungkin lebih baik untuk menyebut kecukupan ketimbang kebenaran. Bahwa agama-agama itu mempunyai buah yang baik yang menjadi alasan lebih lanjut untuk mengakui buah-buah yang baik itu sebagai sama dengan buah agama kita sendiri secara asasiah. Hal ini tidak mungkin untuk menempatkan tingkat-tingkat kecukupan itu kepada berbagai agama.

Sehubungan dengan kriteria hasil, penting untuk mencatat bahwa telah berlangsung beberapa abad lamanya agama yang sama itu boleh jadi mempunyai hasil yang berbeda dari abad ke abad. Inilah yang menjadi sebab agama itu hidup, tumbuh, berubah, bahkan ketika agama itu tidak berubah dalam basis kitab suci dan ajarannya. Setelah perang-perang agama pada abad ke enam belas dan tujuh belas, bangsa Eropa Kristen baik Katolik maupun Protestan, cenderung menjadi kepercayaan yang benar-benar personal, mempribadi dan tidak memberi keputusan-keputusan bagi kebijakan publik; karena tidak ada perubahan iman kecuali penekanan-penekanan semata. Di masa John ( Yahya) si Baptis dan Yesus, ada banyak kelompok dalam agama Yahudi, yang mempraktekkan agamanya dengan cara yang berbeda-beda. Kelompok Sadduki berkompromi dengan kelompok kolonialis Roma; kelompok fanatik (Zealot) malah hanya suatu solusi militer; kelompok Pharisi menempatkan penekanan-penekanan tak semestinya atas kemurnian ritual atas nama kebenaran moral. Yang terakhir ini hanya satu untaian dalam Pharisisme, sejak kebangkitan agama Yahudi setelah jatuhnya Yerusalem pada tahun 70 Masehi yang secara luas benar-benar ke kelompok Pharisi; namun banyak orang Pharisi yang mengubah agamanya dengan menempatkan penekanan-penekanan yang tidak semestinya atas kemurnian ritual dalam bentuk-bentuk yang mustahil dipatuhi bagi para pemeluk Yahudi biasa.

Selanjutnya dapat disangkal bahwa adanya hasil pada agama-agama itu menunjukkan bahwa Tuhan berbuat pada semua agama itu. Pernyataan ini dibuat pada bentuk teistik sesuai dengan tiga agama Abrahimi, namun pernyataan equivalen ini agaknya dapat dilakukan pada terma-terma non-teistik, kata orang Budha. Didukung oleh para ahli teologi Kristen, Tuhan itu selalu sama, perbedaan pada agama-agama itu terjadi lewat respon manusia kepada Tuhan; namun ini rupanya terlalu memudahkan

Page 179: Titik temu islam kristen

171

masalah. Tuhan tidak pernah dipahami sebagai Diri-Nya sendiri, melainkan sebagai yang melihat aktifitas dan misterinya dalam kehidupan kultur kita. Itu berarti bahwa ketika mereka memahami Tuhan, maka mereka nyatakan pada terma-terma kulturnya; yakni, dalam bahasanya dan kategori-kategori nalarnya sendiri; dan ini benar manakala pesan-pesan dari balik mereka itu diterima oleh nabi-nabi. Lebih dari itu, apakah tiap kultur itu memahami Tuhan, atau telah diturunkan oleh Tuhan kepada mereka, juga tergantung atas pengalamannya dalam problema-problema kehidupan dan dapat dibedakan dari kultur ke kultur (seperti yang telah dijelaskan pada bab pertama). Cara ini terjadi di banyak agama, misalnya sebagian Budhisme, tidak menyebut Tuhan. Karena buku ini terutama berbicara tentang Islam dan Kristen, maka akan tepat untuk menyebut Tuhan dan tidak berusaha dibawa ke dalam agama-agama non-teistik.

Ide bahwa Tuhan mewahyukan sendiri pada satu cara kepada semua manusia yang diketemukan pada berbagai poin di Bibel, pertama pada perjanjian-Nya dengan Nuh. Di akhir Perjanjian Lama nabi Malachi menyebut nama Tuhan menjadi besar di tengah orang kafir sejak menyingsing fajar sampai terbenam matahari dan marah kepada-Nya. Juga di Perjanjian Baru, Yesus berucap bahwa banyak yang akan datang dari timur dan barat (yakni, non-Yahudi) dan akan duduk bersama Ibrahim, Isa dan Yakub di perjamuan pada kerajaan langit. Juga dalam Islam Al-Qur'an menyiratkan bahwa semua manusia telah menerima ilmu Allah. Sesuai dengan kemampuan nalar, kini kita dapat memberikan versi sejarah dunia agama.

Kira-kira 1.800 tahun Sebelum Masehi kepada seorang lelaki yang bernama Ibrahim, Tuhan menurunkan ilmu dari diri-Nya, dari Tujuan-Nya bagi manusia dan dari bentuk-bentuk tingkah laku yang diharapkan dari manusia. Dalam artian Tuhan memilih Ibrahim, sungguhpun tidak menempatkannya di atas manusia yang lain, namun agar dia dapat menjadi saluran aspek ilmu Tuhan ini dapat sampai ke seluruh keluarga bumi. Ilmu dan praktek Ibrahim terjaga di tengah keturunannya setelah mereka hidup di Mesir lebih dari empat ratus tahun lamanya; dan kira-kira 1.250 tahun sebelum Masehi Tuhan memberi wahyu kepada Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dan memberi pemahaman lebih penuh akan pengawasan Tuhan kepada bangsa Israel tentang kejadian- kejadian dunia dan hukum hukumnya bagi kemanusiaan. Bangsa Israel ditempatkan di Palestina, dan kira-kira 1.000 tahun Sebelum Masehi manusia disatukan di bawah pimpinan Raja Dawud (David). Pada masa empat atau lima abad sesudahnya, sekitar 900 tahun sebelum Masehi para pemimpin agama besar mulai muncul di berbagai belahan dunia: Confusius

Page 180: Titik temu islam kristen

172

di Cina, Buddha di India, Zoroaster di Persia dan masih banyak lagi yang lain. Barangkali kita dapat menambahkan Socrates, Plato dan Pythagoras di Yunani. Semua itu membawa wawasan baru dan wawasan agama lebih mendalam kepada bangsa-bangsa manusia di mana mereka hidup.

Sesudah Raja Dawud (David), bangsa Israel mengalami kemajuan dan kemunduran, namun ketika mereka menyimpang dari iman yang benar, mereka diperingatkan untuk beriman secara benar oleh serentetan nabi-nabi. Nabi-nabi ini juga membawa pemahaman segar dan lebih penuh akan Tuhan dan aktifitas-aktifitasnya di dunia ini. Berdasarkan keimanan yang benar ini bangsa Israel mampu menemukan kembali pengalaman katastropik Pengasingan ke Iraq (pada 586 Sebelum Masehi) dan dapat membangun kembali masyarakat beriman sesudah perbaikan Jerusalem. Sejak zaman John si Baptis (Yahya) dan Jesus (Isa) yang menekankan masuk ke untaian agama Yahudi yang merusak kemurnian kesaksian bangsa Yahudi kepada Tuhan ke dunia kufur, bahkan mengancam kemampuan mereka untuk mengabadikan kesaksian itu. Untuk mengoreksi penyimpangan ini karena Tuhan pertama kali mengirimkan John Pembaptis (Yahya) dan kemudian Yesus ke bangsa Yahudi.

Sulit bagi umat Kristen untuk memberi penilaian Yesus yang pantas bagi pencantuman sejarah agama dunia, dimana semua agama diperlakukan sebagai berada pada dasar pijakan yang sama. Seperti penilaian yang tidak boleh bersifat eksklusifis. Saya tegaskan bahwa hal ini dilakukan dengan menghadirkan ajaran dan prestasi Yesus semata dalam terma fakta historis manusia dan tanpa tafsiran-tafsiran teologis awal dan umat Kristen terkemudian. Hal ini muncul menjadi gema secara teologis, semenjak murid-murid pertama mengetahui Yesus sebagai seorang manusia sebelum mereka berfikir bahwa Yesus itu benar-benar dalam sifat ketuhanan yang sesungguhnya. Metode ini diujicobakan oleh perintis misioner kepada suku Massai yang primitif di Kenya dan mendapa t sukses; dan Yesus menyetujui apa yang dilakukan oleh petunjuk terhadap pengalaman murid-murid tersebut:

Tidak ada jalan lain bagi murid-murid Yesus untuk mengetahui Yesus, kecuali melalui kehidupan manusia dimana Yesus itu hidup di antara manusia. Tidak ada jalan lain untuk sampai ke makna yang paling dalam dari apa yang tersimpan di dalamnya, kecuali dengan merefleksikan kepada apa yang dapat dilihat secara nyata dan dapat didengar serta dapat dirasa dan tanpa dapat disentuh. Tidak ada jalan lain bagi Massai hari ini untuk sampai ke makna yang paling penuh terhadap apa yang terjadi di belakang sana di Galilee jauh sebelum itu.

Page 181: Titik temu islam kristen

173

Ini juga menjadi jalan untuk menghadirkan iman Kristen kepada umat non-Kristen di dunia agama yang majemuk ini, yakni, untuk memberi mereka fakta-fakta historis manusia tentang Yesus dan kemudian untuk memperkenalkan mereka menafsiri fakta-fakta tcrsebut dalam terma nilai-nilai keagamaan masing-masing.

Karya John Pembaptis (Yahya) dan Yesus (Isa) sebagai guru adalah untuk membenarkan penekanan-penekanan yang salah kaprah pada sikap-sikap Yahudi dewasa ini; umpamanya, penegasan kasih Tuhan secara kuat kepada orang berdosa yang benar-benar menyesali dosa-dosanya. Sekalipun demikian, berbeda dengan ajaran, Yesus juga mencapai sesuatu yang penting bagi dunia ini lewat kematiannya dan apa yang mengikutinya. Pencapaian ini dijelaskan oleh umat Kristen dalam berbagai jalan; misalnya; penebusan dosa dunia yang membawa penyelamatan, perdamaian kemanusiaan dengan Tuhan, pembukaan perjanjian baru antara Tuhan dan seluruh bangsa manusia. Semua kalimat itu dan kalimat-kalimat lain yang juga dipergunakan adalah kalimat iconic, agar tak seorangpun melimpahkan pernyataan sempurna dari seluruh kebenaran, sungguhpun termasuk tingkat penafsiran yang membawa kepada eksklusifisme. Untuk maksud versi sejarah agama dunia kita ini akan paling baik untuk mengatakan bahwa pencapaian dengan kematian Yesus itu adalah untuk membuka perjanjian baru atau membuka bentuk hubungan baru antara Tuhan dan bangsa manusia yang menekankan kepada cinta kasih Tuhan bagi semua. Sebagai pcncapaian ini dan untuk menafsirinya secara teologis, Gereja didirikan; kemudian kepercayaan ini berkembang sampai empat abad lamanya menjadi agama resmi Kerajaan Romawi.

Dalam pada itu, agama-agama Asia sebelah timur dan selatan sedang tumbuh dan berkembang. Agama Kristen juga menyebar ke arah timur, namun, scbagaimana dijelaskan pada bab pertama, jurang pemisah berkembang antara umat Kristen Yunani yang terkena proses Hellenisme Romawi atau Kerajaan Byzantine dan Semitik dan umat Kristen yang tidak terkena Helenisasi di batas-batas ketimurannya. Dalam situasi begini, walaupun hal itu dipahami secara terinci, ada ruang lingkup prakarsa ilahi dalam urusan-urusan manusia dan ini terjadi melalui Nabi Muhammad SAW. Dalam ekspansi Islam yang cepat yang sebagian dapat dikembalikan kepada karakter Abrahamik secara inherennya dan sebagian kepada kesaksian pada beberapa bentuk Kristiani. Selama abad-abad selanjutnya, berbeda dengan titik temu antara umat Islam dan umat Kristen yang dijelaskan pada bab-bab terdahulu dan kasus khusus bangsa Yahudi, masing-masing adalah agama-agama besar yang secara luas masih tetap terisolasi satu dengan yang lain. Hanya pada abad kedua puluh gerakan-gerakan

Page 182: Titik temu islam kristen

174

populasi yang berskala luas itu telah mengambil tempat yang akan memperkuat agama-agama tersebut memahami problema-problema kemajemukan agama, problema-problema dari agama-agama untuk hidup berdampingan secara damai.

Solusi-solusi utama dari problema-problema kontemporer itu terletak pada tema-tema misi dan dialog. Tiap-tiap agama berikhtiar untuk memasukkan agama lain, atau apakah agama-agama itu mengajak untuk dialog? Ada tiga kemungkinan, berikhtiar untuk tetap mengisolasi, ada mata rantai Islam, dan mungkin agama-agama yang lain, yang bermanfaat ini. Namun keberadaan yang terpisah-pisah ini tidak dapat berjalan di dunia hari ini kecuali keberadaan itu diisi untuk menutup dirinya pada suatu ghetto. Baik Kristen maupun Islam ikut serta dalam misi, sekalipun banyak orang muslim yang berusaha mempertahankan apa yang mereka yakini berbeda dengan apa yang diyakini oleh umat beragama Kristen. Dalam bahasa Arab pekerjaan misioner umat Kristen ini biasanya adalah tahshir, pengkabaran atau penyebaran warta-warta yang baik, namun dengan konotasi-konotasi yang tidak dapat disetujui, dimana misi Islam disebut da'wah, memanggil atau mengajak kepada Islam, untuk tunduk menyerahkan diri kepada Allah; dan "Masyarakat Da'wah Islam" adalah nama yang diberikan oleh Kolonel Qadhafi kepada asosiasi para da'i yang dia dukung.

Untuk memahami dugaan perbedaan ini akan membantu mempertimbangkan apa yang terlibat pada konversi dari satu kelompok agama ke kelompok agama yang lain. Pada semua konversi ini ada dua faktor yang berpengaruh; yakni faktor komunal dan faktor personal. Pada awal ekspansi Kristen di tengah umat kufur, faktor komunal yang penting adalah adanya kevakuman spiritual yang berlaku umum di masyarakat, maka dengan sendirinya mungkin berhasil menciptakan perdamaian di area yang luas itu di Roma, Pax Romana. Berbagai macam agama baru berikhtiar mengisi vacuum ini. Banyak orang kufur menarik agama Yahudi di kota-kota Kerajaan, namun secara penuh tidak dapat menerima persyaratan-persyaratan ritual Yahudi yang mempertahankan bangsa Yahudi tetap berada pada keterasingan parsial dari tetangga-tetangganya. Dalam ekspansi Islam di negeri-negeri Islam, faktor komunal yang memberi sumbangan terjadinya konversi adalah status sosial yang rendah dari anggota-anggota minoritas yang dilindungi. Pada abad sembilan belas terjadi ekspansi Kristen di Asia, Afrika dan tempat-tempat lain, faktor komunal yang penting adalah hasrat untuk memberi sumbangan kepada peradaban bangsa Eropa; dan ini masih semakin meluas. Perbedaan yang dibuat oleh kaum muslimin antara da'wah Islam dan misi Kristen barangkali didasarkan pada fakta bahwa kaum

Page 183: Titik temu islam kristen

175

muslimin ini harus menyandarkan pada seluruh faktor personal, karena di negeri-negeri barat tidak ada faktor komunal yang memperkembangkan perpindahan agama ke Islam.

Bilamana agama-agama itu hidup berdampingan secara damai, dapatkah konversi agama diperbolehkan? Mungkin harus disepakati bahwa perbuatan menarik pemeluk agama untuk masuk ke suatu agama itu seharusnya dilarang, maksudnya, kegiatan-kegiatan yang tujuan utamanya mengganggu orang yang beragama lain agar tidak mampu hidup lebih penuh dan mencapai kehidupan yang lebih berarti; namun tujuan utamanya adalah berusaha untuk menambah jumlah pemeluknya agar masuk ke kelompok agamanya sendiri. Tiap aktifitas acapkali melibatkan apa yang dipandang agama lain sebagai memanfaatkan faktor-faktor komunal secara tidak jujur. Walaupun demikian, dimana hanya faktor personal yang terlibat di dalamnya, rupanya ada banyak kasus luar biasa dimana suatu perubahan agama itu sangat diperlukan atau bahkan esensial bagi kesejahteraan pribadi. Di sini perpindahan agama hendaknya diperbolehkan; kecuali tiap-tiap kasus yang terjadi itu jarang merupakan pengecualian. Secara umum, kesejahteraan individual itu merupakan tujuan paling penting yang hendak dicapai manakala orang ini masih tetap berada pada kultur agama yang dibawanya. Pada sisi ini, misi digantikan oleh dialog.

Dialog dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan formalitas dan informalitas. Bahkan saya sendiri beberapa tahun yang lalu telah melakukan studi ilmiah agama lain, dapat dikatakan terlibat pada dialog batiniah. Kondisi esensial dialog ini adalah dari para peserta akan bertemu sebagai sama, dan bahkan sama sejajar. Meskipun tiap pribadi pemeluk agama itu tetap setia kepada agamanya sendiri, masing-masing merasa bahwa satu sama lain dapat memberi dan menerima. Tujuan dialog adalah agar masing-masing golongan agama tertentu hendaknya mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap agama lain. Namun pengalaman menunjukkan bahwa mereka seolah-olah mendapatkan wawasan lebih mendalam dalam kepercayaan masing-masing agamanya sendiri.

Barangkali sebagian pemeluk Kristen merasa bahwa untuk ikut dalam dialog ini adalah berarti menjauhkan perintah Kristus untuk mengabarkan ajaran Injil kepada setiap makhluk; dan sebagian pemeluk muslim dapat mempunyai hubungan perasaan. Sementara tiap perasaan itu adalah salah secara mendasar. Dalam dialog, kita menyaksikan iman kita dan ini merupakan jalan untuk mengabarkan ajaran itu. Dalam beberapa kejadian ini dapat menjadi cara yang lebih efektif untuk memproklamirkan iman ketimbang metode-metode tradisional. Akibatnya orang

Page 184: Titik temu islam kristen

176

mengatakan, "Aku pernah mendapatkan sesuatu yang bagus dan aku ingin memberi andil dialog itu kepadamu." Dengan kata lain, orang menunjukkan kesaksian terhadap nilai-nilai positif iman kita, namun untuk melakukan hal ini dengan baik tanpa memperbandingkan keimanan satu dengan keimanan yang lain sehingga merugikan pemeluk agama lain. Walaupun demikian, setelah kesaksian itu lahir pada jalan ini maka harus terbuka untuk para pendengar agar menanggapi kesaksian itu dalam termanya masing-masing.

Sebagaimana agama-agama melihat masa depan pada satu dunia yang timbul itu dimana agama-agama itu hidup bersama satu sama lain, sebagian besar pemeluk masing-masing agama mengharapkan hidup berdampingan secara damai itu akan ditemukan. Di masa depan diduga tak mungkin satu agama tertentu itu menjadi agama monolitik tunggal bagi seluruh dunia, sungguhpun hal itu diidam-idamkan. Apa yang diharapkan tiap agama, sebagai akibat dialog, mencapai pemahaman akan kebenaran agama-agama lain dan menggabungkan kebenaran ini ke dalam visi atau gambaran dunianya sendiri. Sekalipun tidak mengapresiasikan penonjolan-penonjolan agama lain, tiap pemeluk agama menahan diri dari deklarasi publik kesalahan masing-masing agama, bahkan tiap penonjolan agama tersebut sebagai masalah-masalah pokok yang tidak perlu dibicarakan secara terbuka.

Pada inti sikap hormat yang timbul pada agama-agama ini, sebagaimana yang sudah disebutkan, akan menjadi persetujuan tentang karakter tidak tepatnya konsep-konsep agama dan penyajian-penyajian historis, baik yang disebut mythic, iconic maupun oleh nama-nama lain, yang mengabsahkan agama-agama ini sikap saling mengakui satu sama lain bagi pemeluknya. Secara ideal, berbagai agama itu satu sama lain melihat sebagai saling melengkapi bukan malah saling memusuhi satu sama lain, karena masing-masing agama itu melahirkan kesaksian kepada aspek-aspek kebenaran ilahiah tertentu yang tidak diungkapkan, atau malah diungkapkan secara penuh pada agama yang lain. Ini tidak mencegah tiap agama untuk memikirkan kesaksian akan kebenaran yang lebih penting ketimbang kesaksian kebenaran dari agama-agama lain. Secara langsung, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak ada kriteria tingkatan kebenaran yang didapatkan pada agama-agama yang berbeda, melainkan harus dinilai oleh hasil-hasil yang dibuahkan pada kehidupan anggota pemeluk tiap agama itu sendiri; dan ini bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan bagi semua. Bahkan tantangan untuk menghasilkan hasil-hasil yang bermanfaat akan terus berlangsung sampai yang akan datang dalam pergantian abad ke abad, dan

Page 185: Titik temu islam kristen

177

dari sini tidak ada yang lepas.

Tuntutan Umat KristenSetelah pertimbangan umum tentang apa yang terlibat dalam

kehidupan bersama agama-agama, akan membantu melihat secara lebih terinci apa yang disyaratkan umat Kristen. Poin yang esensial adalah bahwa agama-agama lain seharusnya diakui sebagai memiliki tempat pijakan yang sama, yakni, yang dimiliki banyak agama lain sama seperti yang dimiliki agama Kristen, dan paling kurang sebagai akibat hasil-hasil keagamaan yang baik. Walaupun demikian, pengakuan akan agama-agama lain ini juga menyaratkan dibebaskannya, sekurang-kurangnya tidak terus-menerus, beberapa poin kepercayaan Kristen, sebagaimana yang didapatkan pada kredo Perjanjian Baru dan kredo ekumenikal; dan cara ini sulit bagi umat Kristen, bahkan boleh dikatakan mustahil. Kendatipun demikian, sebenarnya kesulitan itu dapat dipermudah oleh pertanyaan-pertanyaan fakta yang berbeda dari masalah-masalah penafsiran, karena ruang gerak yang terkemudian ini memungkinkannya dapat dilakukan.

Contoh yang paling sederhana adalah konsepsi manusia terpilih, yakni, pilihan Tuhan. Pertama pilihannya jatuh kepada semua agama Ibrahim, lalu bangsa Israel dan baru kemudian sebagaimana yang cenderung dipertahankan oleh teologi Kristen -- Gereja Kristen sebagai pewaris sebenarnya bagi Perjanjian Lama dan menjadi sentral untuk Perjanjian Baru. Konsep pilihan, paling tidak, dapat dipahami pada dua jalan. Dapat dipegangi bahwa Ibrahim, bangsa Israel dan Gereja ini dipilih karena lebih unggul dari tiap individu maupun kelompok-kelompok yang mengitarinya dan mempunyai jasa yang besar. Di sisi lain, dipegangi bahwa Ibrahim, bangsa Israel dan Gereja ini dipilih karena mampu menampilkan tugas-tugas masa depan, yakni, pewarisan bentuk khusus ilmu Tuhan kepada generasi-generasi masa depan dan akhirnya kepada seluruh dunia. Jalan pilihan yang kedua ini tidak menyiratkan bahwa orang-orang terpilih itu lebih unggul daripada yang lain dalam jalan yang paling eksklusif, dan secara khusus tidak menafikan kemungkinan-kemungkinan pilihan yang lain, seperti Muhammad, dapat terpilih untuk memainkan tugas yang lengkap bagi Tuhan. Mengikuti pemahaman yang kedua ini, maka, kepercayaan umat Kristen dalam pilihan-pilihan tersebut oleh Tuhan tidak bersifat eksklusif.

Lebih sulit untuk menegaskan bahwa Yesus adalah "satu-satunya anak Tuhan (monogenes)" sebagaimana dalam kredo Nicence. Terma monogenes ini berasal dari rasul John (Yahya)

Page 186: Titik temu islam kristen

178

dan berarti manusia terpilih itu hanya "satu", tidak lebih dari satu. Konsep yang berbeda didapatkan pada awal Surat yang ditulis oleh sahabat Al-Masih kepada bangsa Yahudi. Penulis itu mengatakan bahwa Tuhan, yang dahulu sudah dikatakan kepada bapak-bapak melalui nabi-nabi, kini disampaikan kepada kita melalui putra-Nya, yang dia bangun sebagai pewaris segala sesuatu, dan melalui dunia-dunia yang Dia ciptakan. Lebih lanjut sedikit Dia tambahkan bahwa putra ini setelah melakukan penebusan dosa, mengambil tempat duduknya di sebelah kanan Tuhan Yang Maha Agung. Dalam konsepsi ini ada dua hal yang perlu dicatat. Satu hal bahwa melalui putra ini Tuhan menciptakan alam semesta; dan ini mengingatkan kepada ayat yang mengatakan bahwa melalui Firman atau Logos -- atau mungkin dapat kita katakan rasionalitas ketuhanan -- sehingga segala sesuatu itu ada. Maka aspek kemaujudan Tuhan ini, rasionalitas-Nya atau sesuatu yang seperti itu, menjadi daging dalam Yesus, yakni, mengambil bentuk manusia. Inilah yang menunjukkan Yesus itu unik, namun barangkali dapat dipertahankan bahwa sesuai dengan hal kedua, yakni, penebusan dosa-dosanya, keunikannya adalah berasal dari tercapainya penebusan dosanya yang unik itu.

Ajaran resmi Kristen bahwa Yesus itu adalah benar-benar manusia dan benar-benar Tuhan, dan sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan Yesus ini tidak bercampur menjadi satu. Dengan kata lain, Yesus itu bukan tuhan-manusia atau bukan superman. Kendatipun demikian, para ahli teologi dan lain-lain, acapkali cenderung memberi titik tekan sifat ketuhanan dengan mengorbankan sifat kemanusiaan. Sementara banyak juga di dalam Bibel yang meredusir perbedaan antara Yesus dan manusia lain yang ada. Dalam pertimbangan yang dinyatakan tadi bahwa semua orang lelaki dan perempuan telah diciptakan pada bayangan Tuhan, penonjolan yang sebagian besar ulama muslim telah menolaknya sebagai ajaran yang salah. Tuhan dikatakan sebagai bapak dalam Perjanjian Lama, dan makhluk manusia yang ada ini sebagai putra dan putri-Nya. Dalam pemikiran Paul, Yesus adalah sesuatu yang dipahami berbeda sebagai "anak sulung dari semua makhluk" , namun ini dimanapun diseimbangkan ketika semua umat Kristen itu disebut "gereja anak sulung" . Paul juga membedakan Yesus dengan para penganut Kristennya dengan mengatakan bahwa walaupun Yesus ini benar-benar anak, namun umat Kristen adalah anak- anak yang diakui lewat adopsi. Kendatipun demikian, lagi-lagi hal ini dapat diseimbangkan dengan ayat penting yang mengatakan bahwa semua orang yang beriman kepada Yesus benar-benar menjadi anak-anak Tuhan, "orang-orang yang diperanakkan, bukan melalui hubungan darah,

Page 187: Titik temu islam kristen

179

bukan melalui kehendak daging, bukan pula dari kehendak laki-laki, melainkan dari Tuhan".

Dalam berbagai pernyataan ketuhanan dalam beberapa pengertian dari semua orang yang beriman, terutama penting bagi umat Kristen untuk ikut serta dalam dialog agar mempunyai ide yang jelas bagaimana keputraan Yesus ini berbeda dengan keanakan umat Kristen yang lain. Apakah ini disebabkan oleh prestasi pribadinya yang unik, yang kita jelaskan, atau adakah sesuatu yang lain? Perlu dicatat pada titik singgung ini, bahkan, keunikan itu tidak penting artinya bagi keungggulan atas segala makhluk lain, karena umat lain juga dapat mempunyai keunikan meskipun tugas itu berbeda. Yang mempunyai keunikan itu berada pada sesuatunya yang berbeda, tidak identik sama sekali dengan berbagai tugas yang lain. Di sini saya tidak mengira dapat memberikan solusi terhadap problema-problema tersebut, namun problema-problema tersebut kita biarkan agar diselesaikan oleh para ahli teologi. Sekalipun demikian, saya ingin memberi perhatian kepada cara penafsiran-penafsiran teologis yang eksklusif itu dapat menyimpangkan terjemahan. Dalam prolog Empat Gospel ada kata-kata "kami melihat keagungannya, doxan hos monogenous para patros", dimana terjemahan harfiah kata-kata Yunani tersebut adalah: "suatu keagungan sebagai an (tidak ada kata Indonesianya) satu-satunya (anak) dari seorang ayah (manusia)"; dan tidak bertentangan dengan kepercayaan Kristen pada terjemahan tersebut. Selanjutnya saya mendapatkan terjemahan bahasa Inggris dari Perjanjian Baru: "we saw glory, such glory as befits the Father's only son" (kami melihat keagungan, keagungan seperti yang sesuai dengan satusatunya putra Bapa"; dan Bibel Baru Yerusalem menyebutkan: "kami melihat keagungannya, keagungan itu yang dia miliki dari Bapa sebagai satu-satunya Anak Bapa itu." Tentu saja ada pembenaran bagi terjemahan-terjemahan tadi, namun merupakan bacaan dalam suatu teks yang sesungguhnya tidak dimaksudkan demikian secara aktual. Secara tegas para ahli teologi dan para penerjemah Bibel seyogyanya akan lebih sadar bahwa kita berkutat ke dalam suatu situasi harus hidup bersama dengan agama-agama lain, dan seharusnya menyatakan bahwa hal ini menempatkan pemaksaan-pemaksaan tertentu atas terjemahan-terjemahan teks Bibel tadi. Kalau hal itu tidak dipikirkan maka apa yang dikatakan tadi dimaksudkan menganggap kecil atau meremehkan hakekat ketuhanan Yesus, saya harus mengatakan bahwa hasil akhir seharusnya akan makin mempertinggi status semua sifat kemanusiaan.

Berbeda dengan menghindari eksklusifisme yang tidak dibenarkan. Maka penting kalau para ahli teologi Kristen akan

Page 188: Titik temu islam kristen

180

menyusun ajaran Trinitas yang tidak menyisakan misteri akan yang diketahui hanya untuk sebagian kecil ahli teologi besar dalam stratosfir intelektual, yang tidak dapat diperoleh pada umat Kristen awam. Umat Kristen awam harus bertemu dengan umat Islam dan anggota pemeluk agama-agama lain dan harus menjelaskan tentang bagaimana memahami ajaran Trinitas tadi, sungguhpun mereka percaya bahwa Yesus itu benar-benar mempunyai sifat ketuhanan, mereka percaya bahwa Tuhan itu satu tidak lebih dari satu. Mereka juga harus menemukan pertanyaan-pertanyaan tentang pernyataan bahwa semua orang beriman itu adalah anak-anak Tuhan.

Dalam suatu situasi dialog saya berpegang dengan pendapat bahwa tugas hakikiah Kristen adalah untuk memberi kesaksian terhadap fakta-fakta historis kemanusiaan tentang Yesus dan lalu membiarkan kesaksian itu berada pada para anggota pemeluk agama-agama lain untuk membentuk penafsiran terhadap fakta-fakta tadi dalam terma tradisi masing-masing agamanya. Penafsiran tradisional Kristen terhadap fakta-fata tersebut dalam terma filsafat Helenistik akhir, yang sekarang kita tolak, meskipun kita tidak pernah mendapatkan ganti yang dapat diterima secara umum. Kendatipun begitu, rupanya kita tetap terlibat ke dalam suatu situasi dalam mana rumusan-rumusan baru mungkin dapat diakui sebagai alternatif-alternatif terhadap rumusan tradisional, bukan menggantikan melainkan melengkapinya. Penafsiran-penafsiran non-Kristen tentang ajaran dan prestasi yang dicapai Yesus, maka, tidak boleh ditolak sama sekali, akan tetapi harus diterima - setidak-tidaknya - untuk sementara waktu dan selanjutnya untuk didiskusikan pada waktu yang lain, sehingga diketemukan apakah umat Kristen dapat menerima penafsiran-penafsiran orang yang beragama lain sebagai rumusan altematif kepercayaan mereka masing-masing.

Dalam dialog dengan umat Islam juga penting dipikirkan bahwa umat Kristen seharusnya menolak penyimpangan-penyimpangan bayangan Islam zaman pertengahan dan hendaknya mengembangkan apresiasi yang positif nilai-nilainya. Hal ini melibatkan diterimanya Muhammad saw sebagai pemimpin agama lewat siapakah Tuhan bekerja, dan persamaan untuk berpegang pada pengertian bahwa Muhammad saw ini adalah seorang nabi. Pandangan itu tidak bertentangan dengan kepercayaan sentral Kristen. Sekalipun demikian, harus dijelaskan kepada kaum muslimin bahwa umat Kristen ini tidak mempercayai semua wahyu dari Tuhan kepada Muhammad itu sama sekali mutlak, walaupun mereka membenarkan kalau banyak kebenaran ilahi itu diturunkan kepada Muhammad. Arthur Arberry memberi penghargaan kepada nilai keagamaan Al-Qur'an dalam

Page 189: Titik temu islam kristen

181

Pendahuluan terjemahannya:Tugas (terjemahan) yang tidak mudah ini dilaksanakan

dan membawa kesimpulan yang pada suatu saat benar-benar menyulitkan pribadi, melalui mana terjemahan itu menyenangkan dan mendukung penulis dalam suatu pekerjaan yang senantiasa melimpahkan kehendak ingin berterima kasih. Oleh karena itu, dia mengucapkan terima kasih kepada kekuatan apapun atau Kekuatan yang memberi petunjuk manusia dan Nabi yang pertama kaii membawakan dan menyampaikan wahyu-wahyu tersebut.

Terhadap pernyataan pribadi ini dapat menambahkan satu wakil dari pertimbangan tersebut atas Islam dalam Deklarasi tentang Hubungan Gereja dengan agama-agama non-Kristen yang diangkat oleh Konsili Vatican Kedua di tahun 1965.

Gereja juga berkenaan dengan penghargaan kaum muslimin yang rnenyembah satu Tuhan, Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi, yang berbicara kepada manusia. Islam dengan rela mencari jejak-jejak leluhurnya kembali ke agama Ibrahim dan sebagaimana Ibrahim sendiri tunduk kepada Allah, kaum muslimin berusaha keras untuk berserah diri tunduk kepada titah-titah-Nya yang misterius. Kaum muslimin menghormati Yesus sebagai nabi, meskipun tanpa mengakuinya sebagai Tuhan dan menghormati keperawanan ibunya Mariam yang suci dan juga memanjatkan doa untuknya dengan khusyu'. Lebih lanjut, kaum muslimin mengharapkan hari pengadilan ketika Allah hendak mengangkat seluruh manusia dari amal perbuatannya di dunia dan ganjarannya di akhirat kelak. Dengan alasan ini kaum muslimin berkepentingan kepada kehidupan moral dan beribadah kepada Allah, terutama dengan mendirikan salat, membayar zakat dan berpuasa di bulan Ramadhan. Apabila dalam beraba-abad lamanya di sana tidak semakin sering meningkatkan pertikaian dan permusuhan antara umat Islam dan umat Kristen, maka Konsili yang suci ini sekarang mendesak setiap orang agar melupakan masa lampau, dalam memberikan dukungan sungguh-sungguh untuk saling memahami dan saling bekerja sama dalam melindungi dan membawa kesejahteraan, keadilan sosial, kebaikan moral seperti perdamaian dan pembebasan semua manusia.

Tuntutan Umat IslamBegitu juga bagi kaum muslimin, apabila ingin hidup

berdampingan secara damai dengan agama-agama lain, maka bagi mereka ada tugas untuk harus menghilangkan eksklusifisme.

Page 190: Titik temu islam kristen

182

Ini berarti mengakui adanya jalan-jalan yang dapat melengkapi untuk mengungkapkan kebenaran ini, sungguhpun Islam mempunyai semua kebenaran yang diperlukan oleh semua bangsa manusia sampai akhir zaman. Begitu nampak tugas bahwa kaum muslimin hendaknya menafsiri kembali konsepsinya tentang finalitas Islam dan Muhammad sebagai nabi terakhir. Hal yang terakhir ini mensyaratkan adanya serentetan wahyu-wahyu yang turun dari Tuhan secara murni dan sempurna, namun ini tidak dibuktikan oleh apa yang sekarang kita ketahui dalam sejarah agama. Sungguh rupanya kaum muslimin seharusnya mengakui agama-agama lain seperti agama Hindu dan Buddha yang juga menerima wahyu dari Tuhan, walaupun bukan dalam bentuk yang menyerupai turunnya wahyu kepada Muhammad.

Dalam hal hubungan Muslim-Kristen, ada yang esensial bahwa kaum muslimin menerima kesejarahan Bibel dan menolak ajaran korupsinya dan ketidakmurniannya. Ajaran tersebut bertentangan dengan fakta-fakta yang diketahui, misalnya keberadaan manuskrip-manuskrip yang sudah ada jauh sebelum zaman Nabi Muhammad. Seluruh abad ini dan kitab Bibel yang terakhir telah menjadi obyek penelitian literer yang kritis oleh umat Kristen dan sejumlah umat Kristen. Kajian kritis ini menjadi amat radikal dan di sana telah menjadi umat Kristen konservatif yang sedikit menerima ajaran tersebut. Walaupun demikian, sebagian terbesar umat Kristen yang memahami kritik literer itu, pasti akan mengakui poin-poin utama itu. Ini berarti mengakui bahwa sebagian kitab-kitab Bibel telah mempunyai sejarah yang kompleks akan adanya rumusan yang disusun dan diedit, namun akan dipertahankan dengan penuh semangat sehingga proses-proses susunan dan edit ini menjadi pokok masalah untuk inspirasi Ruh Kudus dan tidak mengurangi nilai keagamaan Bibel. Maka apa yang dituntut harus diterima oleh kaum muslimin adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang ada di tangan kita sekarang ini adalah sama persis dengan kitab-kitab suci yang telah mengilhami bangsa Yahudi dan umat Kristen sejak zaman-zaman terdahulu.

Ada problem-problem khusus berkenaan dengan Perjanjian Baru. Kritik literer telah memperlihatkan bahwa pekabaran-pekabaran suci yang menjadi kehidupan dan ajaran Yesus sebagai dipahami oleh suatu generasi umat Kristen atau generasi-generasi umat Kristen yang lain setelah peristiwa-peristiwa itu terjadi, melainkan suatu keseluruhan luas para ilmuwan Kristen yang memegangi pandangan tersebut walaupun ada intisari bahan historis yang asli. Apa yang harus diterima oleh umat Islam dan umat Kristen di dunia ini dimana agama-agama bercampur aduk merupakan intisari fakta historis tentang ajaran prestasi

Page 191: Titik temu islam kristen

183

yang dicapai Yesus sebagai manusia, namun tanpa penafsiran-penafsiran teologis. Apabila fakta-fakta historis manusia itu diterima, maka sampai tiap agama menafsiri fakta-fakta historis Yesus sebagai manusia itu sesuai dengan tradisi masing-masing. Dalam artikelnya yang berjudul "Menuju Kristologi Islam" (Towards an Islamic Christology), Mahmoud Ayoub mulai melakukan hal ini bagi kaum muslimin.

Sebagian umat Kristen barangkali merasa bahwa akan lebih baik secara langsung diwariskan dan menjadi catatan ajaran Yesus yang lebih akurat (dan mungkin juga dapat merasakan sama tentang Perjanjian Lama). Kendatipun demikian, akan lebih baik untuk berterima kasih atas semua yang telah diberikan kepada kita hingga kita mengetahui tentang Yesus dan mengakui bahwa dengan cara inilah Tuhan menghendaki kebenaran-kebenaran tersebut yang seharusnya datang kepada kita. Ini menyiratkan bahwa Tuhan memilih bertitah melalui instrumen-instrumen manusia yang tidak sempurna. Pastilah seorang nabi atau seorang pemimpin agama harus mempunyai beberapa kualitas yang baik, namun orang ini tidak perlu sempurna dalam segala hal; dan pegangan-pegangan yang sama dari para pewaris kebenaran agama. Tuhan dengan menggunakan instrumen-instrumen manusia yang tidak sempurna ini menghadirkan satu fakta historis obyektif yang tidak ingin diterima oleh banyak orang Islam.

Menuju Sikap Hormat Kepada Agama-Agama

Ada landasan berfikir bahwa suatu dunia agama yang tunggal ini, apabila bersifat monolitik maka tidak dikehendaki, karena tujuan kita menuju masa depan yang paling jauh akan menjadi kenyataan yang telah dijelaskan di atas sebagai sikap hormat kepada agama-agama. Tujuan ideal itu merupakan kata pamungkas yang dapat diberikan kepada kaum muslimin yang mengidam-idamkan terwujudnya kenyataan seperti itu:

Islam akan dapat menolong manusia mencari jalan keluar mengatasi kesulitannya dari kerusakan dan keterasingan, namun hanya kaum muslimin yang secara serius hidup sama hak iman dan tuntutan-tuntutan sosial, politik, etika dan ekonominya. Pada akhirnya, tantangan Islam sebagaimana agama yang dilembagakan adalah intisari jiwa Islam yang mendalam, atau menyerahkan segala sesuatu dengan pasrah kepada Allah. Inilah keteguhan untuk menyebut Allah menjadi Allah dalam urusan-urusan kehidupan individual, sosial dan dunia kita sehari-hari. Ini

Page 192: Titik temu islam kristen

184

adalah tantangan bukan hanya bagi umat Islam sendiri, melainkan bagi seluruh makhluk ciptaan Allah. Apabila kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri di Barat dapat benar-benar di-Kristen-kan dan dunia Islam dalam segala aspeknya di-Islam-kan, maka "Dar al-islam" dapat masuk Gereja dan Gereja menyaksikan seluruh dunia sebagai "tubuh Kristus yang bersifat mistik." Maka itulah kehendak hamba Allah yang salih dan ikut "mewarisi bumi."

Page 193: Titik temu islam kristen

Tentang Pengarang

William Montgomery Watt adalah seorang penulis barat tentang Islam. Ia pernah mendapatkan gelar "Emiritus

Professor," gelar penghormatan tertinggi bagi seorang ilmuwan. Gelar ini diberikan kepadanya oleh Universitas Edinburgh. Penghormatan ini diberikan kepada Watt atas keahliannya di bidang bahasa Arab dan Kajian Islam (Islamic Studies). Tentu kajian Islam ini beliau tekuni selama bertahun-tahun sehingga sampai kepada keahlian yang dimilikinya. Hasilnya, berbagai buku telah dilahirkan dari hasil pikiran dan penelitiannya tentang Islam.

Page 194: Titik temu islam kristen

PlantATree — Publishing