perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan patron .../hubungan... · subsistensi dasar,...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN PATRON-KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI
DESA KEDUNGGUDEL, KALURAHAN KENEP, KECAMATAN
SUKOHARJO, KEBUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh :
Tri Haryanto Jalu Pamungkas
D 0308060
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
HUBUNGAN PATRON-KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI
DESA KEDUNGGUDEL, KALURAHAN KENEP, KECAMATAN
SUKOHARJO, KEBUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh :
Tri Haryanto Jalu Pamungkas
D 0308060
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
HUBUNGAN PATRON-KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI
DESA KEDUNGGUDEL, KALURAHAN KENEP, KECAMATAN
SUKOHARJO, KEBUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh :
Tri Haryanto Jalu Pamungkas
D 0308060
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka hendaklah
(ia) berilmu dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat
maka hendaklah belajar dan berilmu, dan barang siapa menginginkan kedua-
duanya maka ia harus berilmu.
( HR. BUKHORI MUSLIM )
......” Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya, dia memberi rizki
kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Dialah Yang Maha Kuat Lagi Maha
Perkasa”.....
( Q.S. Ash Syura : 19 )
Allah telah berfirman bahwa baca dan tulis adalah kunci ilmu
pengetahuan.
( H.R. Shohih Bukhori )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
“ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang paling
Pemurah. Yang telah mengajar dengan perantara kalam. Dan mengajarkan
Kepada Manusia apa yang tidak diketahuinya “
( Q.S. Al’ Alaq : 1 – 5 )
Kupersembahkan karya ini..........................
Bagi mereka yang selalu membimbingku dan menasehatiku untuk selalu di
JalanNya
Mendoakanku agar selalu dilimpahi oleh rahmat dan hidayahNya
Mendorongku agar selalu menjadi umatNya
Yang selalu menginspirasiku di dalam seyiap langkah-langkahku
Teruntuk almarhum ibu dan seluruh keluarga serta seseorang yang selalu
mendorongku.
Terima kasih............
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada
penulis sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Dalam penelitian
ini penulis sengaja mengangkat masalah hubungan patron-klien dalam industri
masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel. Tujuan yang ingin di capai oleh
penulis adalah untuk mengetahui hubungan patron-klien dalam industri
rumahtangga di Desa Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT dan Rasul-RasulNya, Bp. Prof. Dr.
Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta ( UNS ), Drs. Sudarsana, PGD. PD selaku Dosen
Pembimbing Akademik, Ibu Siti Zunariyah, S. Sos, M. Si, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberi saran
sehingga skripsi ini dapat selesai.
Selain dari pihak akademisi penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Almarhumah Ibunda Sarmiyati tercinta terima kasih atas kasih sayangmu
yang belum terbalaskan dan ayah yang selalu jadi panutan hidupku, Kabupaten
Sukoharjo yang telah menjadi tempat tumbuh kembangku, Pemerintah
Kalurahan Kenep yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk orientasi
data, Staff pengajar fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Unversitas Sebelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya selama
penulis menempuh studi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Mas Danang, Mas Untung, Dik Galih dan Erna Indah
Panglipur terima kasih atas dorongan moral kalian, Teman-teman Jurusan
Sosiologi angkatan 2008 yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu atas
segalanya terima kasih. Semoga semua bantuannya mendapatkan balasan yang
lebih baik dari Allah SWT. Amin
Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian ini jauh dari sempurna,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang
hati untuk perbaikannya di waktu yang mendatang. Penulis berharap penelitian
ini bermanfaat bagi para pembaca.
Sukoharjo, .....januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. HUBUNGAN PATRON-KLIEN DALAM INDUSTRI MAKANAN DI DESA KEDUNGGUDEL.Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasSebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan patronklienyang terjadi dalam masyarakat industri pedesaan di Desa Kedunggudel, KenepSukoharjo. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Lokasi penelitianberada di Desa Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Teknik pengumpulan data,peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, obeservasi partisipatoris,dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pertukarandari Peter Blau dan teori patron-klien James Scott yang menjelaskan bahwahubungan ini mempunyai karakteristik sebagai bberikut : pemenuhan kebutuhansubsistensi dasar, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, makelar danpengaruh, jasa patron kolektif.
Hubungan patron klien yang terjadi antara pemilik industri dengantenaga kerjanya merupakan salah satu bentuk interaksi timbal balik yang terbinasebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam proses hubungan kerja.Hubungan ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan status dan kedudukan antarakedua belah pihak,yakni status kepemilikan industri. Hubungan ini merupakansalah satu bentuk transaksi ekonomi elementer, dimana dalam hubungan tersebutterjalin pertukaran modal dengan jasa tenaga kerja. Pemilik industri memberikanjaminan penghidupan susbsistensi dasar dengan memberikan jaminan pekerjaandan jaminan pengupahan. Pemilik industri ini juga memberikan jaminan krisissubsistensi misalnya jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan TunjanganHari Raya. Selain itu dalam hubungan ini juga terdapat hubungan salingmelindungi antar satu pihak dengan pihak yang lain. Selain itu dalam hubunganini, pemilik industri juga memberikan bentuk bantuan jasa patron kolektif untukkepentingan masyarakat sekitar, misalnya pemberian hak guna lahan dan rumahuntuk dijadikan gudang perkakas, bantuan sponshorship,dan lain-lain. Danapabila ada permasalahan yang terjadi antara kedua belah pihak yang dapatmengganggu keberlangsungan hubungan ini, maka akan diselesaikan dengancara kekeluargaan, sehingga akan ada titik temu yang saling menguntungkankedua belah pihak. Jadi dengan adanya kepercayaan, rasa kekeluargaan, dan rasasaling menguntungkan antara kedua belah pihak yakni patron dan klien, dapatmempertahankan keberlangsungan hubungan patron klien ini dalam kehidupanmasyarakat Desa Kedunggudel dapat bertahan dan berlangsung dalam jangkawaktu yang cukup lama.
Kata Kunci : Patron, Klien, Industri Rumah Tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Tri Haryanto Jalu Pamungkas. D0308060. 2013. PATERN OF RELATIONBETWEEN PATRON-CLIENT IN A FOOD INDUSTRY INKEDUNGGUDEL VILLAGE. Script of Sociology Social Politic Faculty ofSebelas Maret University of Surakarta.
This research is aimed to understand the patern of patron-client relationwhich occurs in a rural society industry in Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. Thewriter uses Case Study. This research takes place in Kedunggudel village,Kenep, Sukoharjo. The tecnique of collecting data consist of in-depth interviewmethode, observation of participation, an documentation. In this study, the writerempolys exchange theory from Peter Blau and James Scott theory of patron-client, which explains that this relation has some characteristics; such as : thecompletenes basic requirements subsistence, the guarantee of subsistentioncrisis, protection, broker and its influence, the service collection of patron.
The relation of patron-client,which occurs between teh owner of industrywith their worker is one of resiprocal relation form which is built as an exchangeand it is covered in a process of job relation. This relation is caused by adifference of status and state between two different sides, the status of industryownership. This relation is a form of elementary economic transaction, in whichoccurs an exchange between modal and worker service. The owner gives anoccupation and guarantee of wages. The owner also gives guarantee ofsubsistention crisis, such as healthy guarantee, education guarantee adn susbsidyof holy day. Besides, this relation alsa has reciprocal relation which protecs eachother. Besides, on this relation the owner also gives an assistance of colectivepatron service for society important, for example : delegation of authority of areaan building for ware house, sponshorship assitance,etc. If some problems occurbetween them, which can disturb this relation, it will be solved in a familial way,so they will find an out way which can be beneficial to both of sides. So, byhaving believing, familial relation an beneficial feeling, between patron andclient, it can make this relation exist in a rural society in Kedunggudel for longtime.
Key Word : Patron, Client, Home Industry
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................v
KATA PENGANTAR ....................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................11
A. Batasan Konsep ....................................................................................11
1. Hubungan .................................................................................11
2. Patron-klien ..............................................................................11
3. Hubungan Patron-klien ............................................................12
4. Industri ....................................................................................12
5. Industri Rumah Tangga ............................................................12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................................13
C. Landasan Teori .....................................................................................15
D. Kerangka Berpikir ................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................29
A. Lokasi Penelitian ..................................................................................29
B. Metode Penelitian.................................................................................29
C. Sumber Data .........................................................................................31
D. Jenis Sumber Data ................................................................................34
E. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................................34
1. Wawancara Mendalam ( indepth interview ) ..........................34
2. Obvervasi Langsung.................................................................35
3. Dokumentasi.............................................................................36
F. Populasi ................................................................................................36
G. Tehnik Pengambilan Sampel................................................................36
H. Validitas Data .......................................................................................37
I. Analisis Data ........................................................................................38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian..................................................................41
B. Profil Informan .....................................................................................44
C. Hubungan Patron-Klien Dalam Industri Makanan Di Desa
Kedunggudel ........................................................................................47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A. Hubungan Patro-klien dalam Industri Jenang di Desa Kedunggudel,
Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo............................................. .. 51
A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar.........................54
1. Jaminan Pekerjaan Tetap ..............................................54
2. Jaminan Pengupahan.....................................................59
B. Jaminan Krisis Subsistensi...................................................63
C. Perlindungan ........................................................................65
D. Jasa Patron Kolektif .............................................................67
E. Matriks Hasil Penelitian.......................................................69
B. Hubungan Patro-klien dalam Industri Karak/Rambak di Desa
Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo ………………. 69
A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar.........................71
1. Jaminan Pekerjaan Tetap ..............................................71
2. Jaminan Pengupahan.....................................................73
B. Jaminan Krisis Subsistensi...................................................75
C. Perlindungan ........................................................................77
D. Jasa Patron Kolektif .............................................................78
E. Matriks Hasil Penelitian.......................................................79
C. Hak dan Kewajiban Pemilik Industri........................................ .. 80
D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja.............................................. .. 82
D. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron-
Klien.................................................................................................... 82
1. Keterbatasan Pekerjaan Alternatif..................................................83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel ..................84
3. Adanya Politik Balas Budi .............................................................85
4. Matriks Hasil Penelitian .................................................................86
E. Pembahasan ..........................................................................................87
A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar .............................88
1. Jaminan Pekerjaan Tetap..................................89
2. Jaminan Pengupahan ........................................91
B. Jaminan Krisis Subsistensi .......................................................93
C. Perlindungan.............................................................................94
D. Jasa Patron Kolektif .................................................................95
E. Faktor yang mempengaruhi masih berlangsungnya
hubungan patron-klien sampai saat
ini..................................................... 98
1. Keterbatasan Alternatif
Pekerjaan...................................... 98
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa
Kedunggudel....... 100
3. Adanya Politik Balas
Budi................................................. 101
BAB V PENUTUP .....................................................................................103
A. Kesimpulan...........................................................................................103
B. Implikasi ...............................................................................................105
C. Saran .....................................................................................................114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 116
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titik berat pembangunan nasional yang sedang berlangsung saat ini
diletakkan pada pembangunan sektor ekonomi. Dimana pembangunan
industri diarahkan pada peningkatan kemajuan dan kemandirian
perekonomian nasional serta kesejahteraan rakyat. Satu diantara
pembangunan bidang industri tersebut adalah pembangunan industri kecil,
dimana dalam pembangunan dan pengembangan industri perlu lebih
didorong dan dibina menjadi usaha yang mampu mandiri dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan industri kecil ini mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam perekonomian di Indonesia antara lain seperti member
manfaat social ( social benefit ) yang sangat berarti bagi perekonomian.
Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang
luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan
kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan pengusaha
di Indonesia pada umumnya masih rendah. Manfaat Kedua : industri kecil
turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan
domestic. Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung
memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu sendiri, atau tabungan dari
keluarga dan kerabatnya. Adapun manfaat social yang ketiga : industri kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang,
karena industri kecil menghasilkan produk yang biasanya tidak dihasilkan
oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada
gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim. Sehingga
dengan demikian memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat
sampai ke tangan konsumen secara tepat, mudah dan murah. ( Irzan Ashari
Saleh : 1986 )
Pada dasarnya keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga
di Indonesia memberikan andil yang cukup besar terhadap produk nasional,
sebagai sumber pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu,
keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia perlu
mendapatkan perhatian, pembinaan dan pengarahan baik dari segi
permodalan maupun pemasaran. Sehingga dalam hal ini peranan pemerintah
sangat diperlukan guna kelangsungan usaha. Kebijakan jangka panjang yang
dilakukan pemerintah saat ini dalam sector industri terutama dalam usaha
berskala kecil-menengah yaitu dengan meningkatkan potensi dan partisipasi
aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan
ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui
perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan
pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah
dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku
ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional ( Tiktik
Sartika dan Abd. Rachman, 2002 : 25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari beberapa penjelasan di atas dalam tinjauan kedepan industri
kecil pada dasarnya menjanjikan berbagai potensi yang bagus. Namun untuk
menghindarkan timbulnya diskrepansi dalam penilaian dan pemahaman,
sebaiknya hal ini tetap dilihat dalam konteks permasalahan yang
menyertainya. Dari beberapa studi yang telah dilakukan terhadap industri
kecil ini dapat disimpulkan beberapa permasalahan pokok yang dihadapi
oleh industri kecil antara lain :
a. Iklim yang diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan
pemerintah
b. Relative terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank
komersiil, dan,
c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi
perkembangan industri kecil. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 )
Akan tetapi dalam kenyataannya, melalui berbagai survey yang
dilakukan oleh pemerintah, keberadaan industri kecil ini mampu
menunjukkan eksistensinya ditengah himpitan persaingan ekonomi, bahkan
banyak terjadi peningkatan jumlah industri kecil yang pada akhirnya
meningkatkan pula jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil
tersebut. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa industri kecil dan
kerajinan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur
perekonomian di Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu senantiasa
menunjukkan tingkat perkembangan yang mengesankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tampaknya terdapat beberapa alasan kuat yang mendasari
resistensi dari keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga dalam
perekonomian Indonesia.
a. Alasan pertama : sebagian besar populasi industri kecil berlokasi di
daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga
kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang
semakin berkurang, maka industri kecil sebagai jalan keluarnya.
b. Kedua : beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan
bahan baku dari sumber-sumber terdekat ( disamping upah yang
murah ) juga telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan rendah.
c. Ketiga : harga jual yang relative murah serta tingkat pendapatan
kelompok “bawah” yang rendah sesungguhnya merupakan suatu
kondisi tersendiri yang member peluang industri kecil untuk tetap
bertahan.
d. Keempat : tetap adanya permintaan akan komoditi yang tidak
diproduksi secara masinal ( seperti batik tulis, batik cap, dll ) juga
merupakan salah satu aspek pendukung yang sangat kuat. ( Irzan
Ashari Saleh 1986 : 11)
Salah satu industri kecil yang masih bertahan adalah Industri Kecil
di desa Kedunggudel. Secara administratif Desa Kedunggudel ini terletak
dalam garis pemerintahan Kalurahan Kenep, Sukoharjo. Dengan Luas
Wilayah 282. 1535 Ha Kalurahan Kenep ini mempunyai sekitar 75 jenis
industri rumah tangga/ industri kecil yeng menyerap sekitar 275 tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baik berasal dari dalam maupun dari luar. Kebanyakan industri kecil ini
terletak di kalurahan Kenep Bagian Selatan tepatnya di Desa Kedunggudel.
Sebagai desa yang bergerak dalam bidang industri kecil/ rumah
tangga, akan dengan mudah dijumpai industri yang dijalankan oleh
masyarakat antara lain adalah Industri Jenang, Industri Batik Cap maupun
Tulis, Industri Karak dan Rambak, Industri Jamu Herbal, dan lain-lain. Dan
dari beberapa jenis industri ada di Desa Kedunggudel ini, Industri jenang
merupakan industri paling populer yang dijalankan oleh masyarakat di Desa
Kedunggudel. Sehingga desa ini pun menjadi desa Sentra Industri Jenang di
Wilayah Kabupaten Sukoharjo. Keberadaan Industri Jenang di Desa
Kedunggudel ini umumnya bersifat turun-menurun. Hal ini dikarenakan
banyak pengelola industri ini merupakan keturunan dari para pendahulu
mereka yang telah merintis industri jenang dari awal. Besarnya peluang dari
industri ini mempunyai daya tarik sendiri dari generasi selanjutnya untuk
meneruskan industri yang telah dijalankan oleh orang tuanya selama
bertahun-tahun.
Keberadaan industri kecil di Desa Kedunggudel ini secara tidak
langsung juga mempunyai peranan bagi masyarakat sekitar. Peranan yang
paling menonjol adalah dalam bidang social ekonomi, Dimana keberadaan
industri ini mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja yang
berdampak semakin meningkatnya kualitas ekonomi masyarakat di desa
Kedunggudel. Dapat dilihat secara langsung mengenai dampak sosial
ekonomi yang diakibatkan oleh keberadaan industri ini yakni berkurangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jumlah angka pengangguran yang ada di desa Kedunggudel, sehingga secara
tidak langsung juga mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat
desa Kedunggudel.
Dalam pengelolaan industri di desa ini, dapat dibedakan menjadi 2
tipe yakni industri formal yang bersifat mengikat seperti Industri Jamu
Herbal dan industri nonformal yang bisa dikatakan lebih fleksibel seperti
industri karak, rambak, jenang, batik,dll. Industri formal dikatakan bersifat
mengikat, karena dalam proses rekrutment tenaga kerjanya dengan
menggunakan sistem kontrak yang dalam pengelolaan menggunakan aturan-
aturan tertentu, seperti adanya perjanjian tenaga kerja ( hitam di atas putih ),
jam kerja yang terjadwal dan sangat disiplin, sanksi perusahaan yang sangat
ketat, peraturan perusahaan yang sangat mengikat bagi tenaga kerjanya dan
lain sebagainya . Sedangkan dalam industri non formal dikatakan lebih
fleksibel dikarenakan dalam recruitment tenaga kerjanya lebih
mengedepankan aspek kekerabatan atas kesepakatan dua pihak yang saling
membutuhkan yang mana satu pihak mempunyai kedudukan lebih superior
dan pihak yang lain mempunyai kedudukan inferior, dan dalam proses
mencapai kesepakan tidak ada perjanjian tertulis hitam diatas putih,
melainkan adanya saling kepercayaan dan kesepakatan dua pihak yang
saling membutuhkan. Hubungan yang diterapkan oleh industri nonformal di
desa ini lazim disebut dengan hubungan Patron-klien. Hubungan Patron-
klien sendiri mempunyai pengertian pertukaran hubungan antara kedua
peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan
status sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh
dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-
keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih
rendah (klien).
Dalam perkembangannya berdasarkan pra penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, keberadaan industri formal di desa ini mengalami sedikit
hambatan, yakni adanya ketidakcocokan penerapan sistem tenaga kontrak
bagi industri di desa ini. Hal ini dikarenakan masih kentalnya system
kekerabatan di desa ini, sehingga dengan adanya sistem kontrak ini
dikhawatirkan dapat meningkatkan jurang kesenjangan antara majikan dan
buruh. Hal inilah yang kurangnya ketertarikan warga sekitar untuk
bergabung dengan industri formal tersebut yang berakibat pada
perkembangan industri itu sendiri, bahkan ada yang mengalami gulung tikar
dikarenakan permasalahan tersebut. Tampak jauh berbeda dengan industri
nonformal yang lebih menerapkan system kekerabatan, kesepakatan yang
bersifat sukarela dan tidak mengikat. Industri ini mampu mempertahankan
keajegannya dalam pengembangan usahanya dan eksistensi dalam dunia
usaha rumah tangga. Tercatat ada sekitar 18 industri kecil yang mampu
bertahan sampai sekarang, antara lain industri Jenang, Industri Batik,
Industri Karak dan Rambak, dan lain sebagainya.
Disini menjadi satu ketertarikan peneliti terhadap industri rumah
tangga ini adalah mengenai hubungan yang terbentuk dalam industri rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tangga di Desa Kedunggudel. Hal ini menarik bagi peneliti karena hubungan
ini ini mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha. Dimana adanya
hubungan yang baik akan memperngaruhi proses pelaksanaan industri.
Tanpa adanya hubungan yang baik, maka industri tersebut tidak akan
berjalan dan berkembang.
Penelitian ini melihat mengenai hubungan patron-klien yang
terbentuk, yaitu antar patron dan klien. Menurut James C. Scott, hubungan
patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan
status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau
keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada
gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan
bantuan kepada patron, termasuk jasa-jasa pribadi terhadap patron.
hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga di Desa
Kedunggudel ini sangat menarik bagi peneliti, karena dalam hubungan
patron-klien terbentuk kerjasama yang sangat berguna bagi kelangsungan
usaha industri. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan
patron-klien yang terbentuk dalam industri rumah tangga di Desa
Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul
beberapa perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. “Bagaimanakah Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di
Desa Kedunggudel ?”
2. “Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Hubungan Patron-klien di
Desa Kedunggudel mampu bertahan sampai saat ini ?”
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Hubungan Patron-klien dalam industri makanan di
Desa Kedunggudel.
b. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mampu mempengaruhi
hubungan patron-klien ini mampu bertahan sampai dengan saat ini.
c. Meningkatkan kualitas dan pengetahuan penulis serta mengetahui
antara kesesuaian teori yang didapat penulis dari perkuliahan dengan
realitas yang ada di dalam masyarakat
D. Manfaat
1. Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Program Studi Imu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sosial dan Politik, khususnya mengenai interaksi social patron klien
di industri rumah tangga pedesaan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian bagi
peneliti lain yang ingin mendalami penelitian serupa.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
masukan bagi industri rumah tangga, agar dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat
dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mengembangkan usaha.
2. Praktis
a. Dapat memberikan gambaran mengenai interaksi social Patron-klien
di industri pedesaan
b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis,
pembaca, dan pihak-pihak yang masih berhubungan dengan interaksi
social patron-klien di industri rumah tangga pedesaan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
dunia akademis dan dapat menjadi acuan dasar bagi penelitian
selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan - hubungan
kerja khususnya dalam industri rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batasan Konsep
a. Hubungan
Suatu ikatan pertalian antara 2 variabel yang berbeda, dimana yang
keduanya berdifat saling mengikat dan saling mempengaruhi.
b. Patron-Klien
Hubungan patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran
yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan
persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-
ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-
keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih
rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan
dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya.
Sebagai pertukaran yang tersebar, seperti jasa dan barang yang
dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang
timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak (Scott,
1993 : 7-8 ).
Hubungan patron-klien juga merupakan hubungan timbal-balik antara
dua orang yang dijalin secara khusus (pribadi) atas dasar saling
menguntungkan, serta saling memberi dan menerima (bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dyadicbersifat rangkap). Ikatan ini merupakan salah satu strategi nafkah
yang diterapkan melalui pemanfaatan modal sosial untuk bertahan hidup
atau memperbaiki standar hidupnya. Dalam hubungan timbal balik
tersebut, tercermin dalam hubungan kerja antar relasi keduanya, serta
hubungan sosial yang dilakukan antara keduanya di luar hubungan kerja.
Patron-clientelism is an unequal relationshipinvolving a two-way exchange between a patron of ahigher socioeconomic status and a client of a lowerone. Although they can become quite complex, thesimplest of these relationships involve patrons whouse their influence and/or resources to provideprotection and/or benefits to clients who in turnreciprocate by offering support and assistance,potentially votes, for example.
c. Hubungan Patron-Klien
Hubungan antara dua variabel yakni patron dan klien dimana keduanya
saling mengikat dan saling mempengaruhi.
d. Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang atau menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri. ( Thee Kian Wee, 1994 :67 )
e. Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah
pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota
keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik usaha atau
pengusaha itu sendiri. ( Irzan Ashari Saleh : 1986 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai hubungan patron-klien ini pernah dilakukan
oleh Marisa Kurniasih dengan judul “- Hubungan Patron-klien di Sentra
Kerajinan perak Kotagede Yogyakarta”. Dimana dalam penelitian tersebut
dapat di simpulkan bahwa dalam industri kerajinan perak tercipta hubungan
kerja yang baik antara perajin besar/ juragan dengan buruh/ ataupun perajin
kecil. hubungan kerja tersebut mulai dilakukan oleh pengusaha/ juragan
dengan perajin/ subkontrak ketika pemasaran kerajinan perak mulai ramai
dan menembus ke beberapa pasar di luar kota sehingga para juragan tidak
mampu untuk memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan waktu dan
tenaga kerja yang dimiliki.
Pada dasarnya hubungan kerja yang tercipta pada industri tersebut
dilakukan atas dasar saling menguntungkan. Keberadaan juragan di desa
tersebut sangat menguntungkan bagi perajin, karena dapat mengatasi
masalah pemasaran produk yang dihasilkannya. Selain itu, perajin dapat
mengasah ketrampilan yang dimilikinya dengan cara belajar dan membuat
inovasi baru pada hasil karyanya tanpa harus meninggalkan tempat
tinggalnya. Sedangkan bagi pengusaha, kerja sama yang dilakukan dengan
perajin sangat menguntungkan karena dapat memenuhi permintaan pasar.
Akan tetapi, perjanjian kerja antara pengusaha dengan perajin pada
industri gerabah tidak resmi/ formal, perjanjian hanya atas dasar rasa saling
percaya saja sehingga hak dan kewajiban masing-masing tidak dinyatakan
secara tegas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian lain tentang masalah hubungan kerja pernah dilakukan
Bramasto Dwi A ( Hubungan Patron-klien petani tembakau ( Studi
Deskriptif kualitaif tentang hubungan patron-klien petani temabaku di desa
Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung )), hasil penelitian ini
yaitu, adanya perbedaan status ekonomi antar keduanya yaitu adanya status
kepemilikan lahan pertanian. Adanya kepemilikan lahan pertanian oleh
petani ( patron ), maka dapat dijadikan oleh buruh ( klien )untuk salah satu
mata pencaharian hidup. Hubungan patron-klien yang terjalin yakni antara
juragan dan buruh ini merupakan suatu interaksi timabal balik yang terbina
sebagai bentuk pertukaran dan termasuk dalam bentuk hubungan kerja.
Hubungan ini merupakan prinsip transaksi ekonomi elementer sebagai dasar
pertukaran yaitu terjadi pertukaran modal dan tenaga kerja, buruh dengan
bermodalkan tenaga bekerja pada petani sebagai pemilik lahan dengan upah
sebagai imbalan. Upah yang diterima oleh buruh sudah ada kesepakatan dari
para juragan, dan disepakati oleh buruh, untuk jam kerja yang dijalani buruh
dirasa cukup berat karena kurangnya waktu istirahat yang diberikan oleh
juragannya. Modal yang dimiliki petani tembakau berasal dari hasil panen
dan pinjaman dari pedagang tembakau/ grader. Pedagang tembakau
memberikan pinjaman kepada petani tembakau dengan tujuan agar petani
tembakau menjual tembakau kepadanya, dan harga jual petani tembakau ini
ditentukan oleh pedagang tembakau. Apabila terjadi kesalahpahaman, maka
diselesaikan secara kekeluargaan demi kebaikan bersama. Jadi dengan
adanya rasa kepercayaan antara kedua belah pihak , rasa kekeluargaan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rasa saling menguntungkan antara juragan ( patron ) dan buruh ( klien ),
dapat mempertahankan sebuah hubungan patron-klien petani tembakau di
desa wonotirto dengan baik dan akan berlangsung lama.
Dari kedua hasil penelitian diatas, maka terdapat persamaan yang
mana dalam pengelolaannya saling menggunakan pola hubungan Patron-
klien, akan tetapi juga terdapat suatu perbedaan yakni mengenai lingkup
kerjanya, dimana yang satu berada dalam lingkup kerajinan perak yang
notabene mempunyai lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan industri
rumah tangga yang mempunyai lingkup yang lebih sempit. Disini menjadi
sebuah ketertarikan bagi peneliti untuk lebih mendalami bagaimana pola
hubungan Patron-klien yang terjalin dalam lingkungan industri rumah
tangga.
C. Landasan Teori
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori Pertukaran Sosial
sebagai dasar acuan dalam proses menganalisa hubungan yang terjadi dalam
industri yang berkembang di pedesaan, dalam kasus ini mengenai hubungan
patron klien dalam industri di Desa Kedunggudel. Teori Pertukaran Sosial
(Social Exchange Theory) adalah teori yang termasuk dalam paradigma
perilaku sosial, yaitu paradigma yang mempelajari perilaku mausia secara
terus-menerus di dalam hidupnya. Teori pertukaran sosial merupakan satu
teori yang telah dikembangkan oleh pakar psikologi John Thibaut dan
Harlod Kelley (1959),ahli sosiologi seperti George Homans (1961), Richard
Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memasuki dalam hubungan pertukaran dengan orang lain kerana
daripadanya kita dapat memperolehi sesuatu ganjaran Dengan kata lain
hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan sesuatu
ganjaran.Bagi kita teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan
lingkungan hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Pada
umumnya,hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan
masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi
dalam hubungan tersebut,yang terdapat unsur ganjaran (reward),
pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).
Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley,
pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut:
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial
hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya”. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan
pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan.
Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan
menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat
antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas
orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut
terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan
(profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya
pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan
keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial
terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan
perhitungan untung-rugi. Misalnya, - perilaku di tempat kerja, percintaan,
perkawinan, persahabatan – hanya akan langgeng manakala kalau semua
pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang
dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan
bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku
tersebut tidak ditampilkan.
Secara spesifik dalam pengkajian karya tulis ini, penulis
menggunakan Teori Pertukaran Sosial yang di kemukakan oleh Peter
Michele Blau. Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing
oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang
demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah
terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi
penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang
diharapkan itu tidak kunjung munncul.
Dengan menggunakan paradigma Menurut ahli sosiologi dari
Amerika iaitu Peter Blau.Beliau menempatkan dirinya pada permasalahan
yang bersumberkan proses sosial yang mengatur struktur komuniti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
struktur sosial yang sangat kompleks, dari proses yang lebih meluas pada
aktiviti seharian hubungan antara individu dan hubungan peribadi antara
mereka.Berbeza dengan Homans,Blau lebih melihat pada peringkat dimensi
kekuasaan di dalam pertukaran sosial.Transaksi dan kekuasaan adalah
akibat daripada pertukaran yang membentuk tekanan sosial sehingga harus
dipelajari daripada dimensi pertukaran itu sendiri dan bukan hanya daripada
sudut pandangan nilai dan konteks normatif sehingga dapat membatasi atau
menguat studi tersebut.Ketika seseorang menggunakan kekuasaannya
terhadap orang lain,maka segala bentuk kepuasannya bererti ia telah
menekan dan meminta wang daripada individu lain,iaitu orang yang
dibebani oleh kekuasaan tersebut.Hal ini tidak bererti bahawa hubungan
sosial tidak semestinya dalam permainan yang sama.Tetapi mungkin
kekuasaaan itu bermaksud setiap individu-individu dapat memperolehi
keuntungan daripada kumpulan mereka
Perhatian utama Blau ditujukan pada perubahan dalam proses-
proses sosial yang terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang
terjadi sementara orang bergerak dari struktur sosial yang sederhana menuju
strutuktur sosial yang kompleks, dan pada kekuatan-kekuatan sosial baru
yang tumbuh dari yang terakhir. Tidak semua transisi sosial bersifat simetris
dan berdasarkan pertukaran sosial seimbang.
Syarat Perilaku yang mengurus Pertukaran Sosial,
1. perilaku tersebut “ harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya
dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian
tujuan-tujuan tersebut.
Empat tipe nilai perantara:
1. Nilai-nilai yang bersifat khusus berfungsi sebagai media bagi kohesi
dan solidaritas sosial.
2. Ukuaran-ukuran tentang pencapaian dan bantuan sosial yang bersifat
umum melahirkan sistem stratifikasi sosial.
3. Sebagaimana dapat dilihat, nilai-nilai yang disyahkan itu merupakan
medium pelaksanaan wewenang dan organisasi-organisasi usaha-
usaha sosial berskala besar untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif.
4. Gagasan-gagasan oposisi adala media reoorganisasi dan perubahan,
oleh karena hal ini dapat menimbulkan dukungan bagi gerakan
oposisi dan memberi legitimasi bagi kepemimpinan.
Teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lngkungan
terdapat hubungan yang saling mempengaruhi ( reciprocal), karena
lingkungan kita umumnya erdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang
–orang lain tersebut dipandang mempnyai perilaku yang saling
mempengaruhi. Hubungan pertukara dengan orag lain akan menghasilkan
suatu imbalan kepada kita.
Dalam penelitian mengenai hubungan Patron-klien ini penulis
menggunakan Teori Patron-klien oleh James Scott yang menjelaskan
konsep tindakan yang mempunyai tujuan dimana tindakan tersebut
mempunyai skema pertukaran barang dan jasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang atau
jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan
oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut
berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut. Terjadinya pertukaran
barang atau jasa dalam relasi ini karena orang yang memiliki surplus akan
sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu memberikan reward cenderung
untuk menawarkan berbagai macam pelayanan atau hadiah secara sepihak.
Dalam hal ini mereka dapat menikmati sejumlah besar reward yang
berkembang dengan statusnya yang lebih tinggi akan kekuasaan atau orang
lain.
The term of patron-client politics is nothing new to students ofpolitics. In regimes where channel of political patricipation are notopen, the state seeks to regiment political patricipation by theinfomal hierachies of patron-client network. Relationships inpatronage networks are instrumental in which high status patronsoffer protection and resources to lower status clients in exchange fortheir votes, support, adn following. Patron can then make use of theirpower base in negoitaion with goverment officials. In manydeveloping countries, networks of patron and clients serve to bringordinary people into contact with formal politics. These networksreplace the representative institution in democracies, adn act aspolitical glue. However, where clientism pervades, it sustainspolitical inequality, limits genuine political participation, adn hindersdemocratis consolidation. ( LAM WAI-MAN Patron-client politicsRevisited : The Case of Macau )
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
patron-klien dalam politik ini terjadi karena adanya perbedaan status dalam
kehidupan berpolitik yang mana salah satu pihak ini mempunyai status dan
kedudukan yang lebih tinggi ( patron ) dan salah satu pihak mempunyai
status dan kedudukan dalam politik yang lebih rendah ( klien ). Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertukaran yang terjadi dalam hubungan politik ini, pihak patron
memberikan perlindungan dan menyediakan kebutuhan bagi klien untuk
mendapatkan hak suara, dukungan dan partisipasi.
Adanya perbedaan dalam transaksi pertukaran barang atau jasa
akibat terdapat pihak yang berstatus sebagai superior di satu sisi dan pihak
yang berstatus sebagai inferior di sisi lain berimplikasi pada terciptanya
kewajiban untuk tunduk hingga pada gilirannya memunculkan hubungan
yang bersifat tidak setara / tidak seimbang. Hubungan semacam ini bila
dilanjutkan dengan hubungan personal (non-kontraktual) maka akan
menjelma menjadi hubungan patron-klien.
Selain itu ada beberapa pengertian mengenai Patron-klien antara lain seperti
:
a. Wolf menekankan bahwa hubungan patron-klien bersifat vertikal
antara seseorang atau pihak yang mempunyai kedudukan sosial,
politik dan ekonomi yang lebih tinggi dengan seseorang atau pihak
yang berkedudukan sosial, politik dan ekonominya lebih rendah.
Ikatan yang tidak simetris tersebut merupakan bentuk persahabatan
yang berat sebelah.
b. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Scott, di mana
menurutnya seorang patron berposisi dan berfungsi sebagai pemberi
terhadap kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala
sesuatu yang diberikan oleh patronnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Menurut Legg, nilai barang yang dipertukarkan harus seimbang, di
mana nilai barang atau jasa yang dipertukarkan tersebut ditentukan
oleh pelaku atau pihak yang melakukan pertukaran, di mana ketika
barang atau jasa tersebut semakin dibutuhkan maka ia akan semakin
tinggi nilainya.
Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh James Scott berkaitan
dengan kehidupan petani adalah:
a. Penghidupan subsistensi dasar yaitu pemberian pekerjaan tetap kepada
klien.
b. Jaminan krisis subsistensi, yaitu dengan memberikan pinjaman kepada
klien saat terkena musibah atau sedang sakit.
c. Perlindungan, yaitu melindungi klien dari bahaya pribadi maupun
bahaya umum.
d. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya untuk
melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan kekuatannya untuk
menarik keuntungan/hadiah dari kliennya sebagai imbalan atas
perlindungannya.
e. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok
dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara kolektif. Yaitu
mengelola berbagai bantuan secara kolektif bagi kliennya.
Sedangkan arus dari klien ke patron, adalah:
Jasa atau Tenaga yang berupa keahlian teknisnya bagiu kepentingan
patron. Adapun jasa-jasa tersebut berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa domestik pribadi, pemberian
makanan secara periodik dll. Bagi klien, unsur kunci yang mempengaruhi
tingkat ketergantungan dan penlegitimasiannya kepada patron adalah
perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan dan
hasil/jasa yang diterimannya. Makin besar nilai yang diterimanya dari
patron dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar
kemungkinannya ia melihat ikatan patron-klien itu menjadi sah dan legal.
Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan antara
patron dan klien menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral
tersendiri dimana didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma tersebut akan
dipertahankan sejauh memberikan jaminan perlindungan dan keamanan
dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merusmuskan kembali hubungan
tersebut kemudian dianggap sebagai usaha pelanggaran yang mengancam
struktur interaksi itu sehingga sebenarnya kaum elitlah/patronlah yang
selalu berusaha untuk mempertahankan sistem tersebut demi
mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena
pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status
dimana masing-masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada
berdasarkan fungsi masyarakat atau kelompok, ataupun aktor tersebut dalam
masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar posisi
dikeduanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Scott, agar bentuk hubungan kerja patron klien dapat
berjalan mulus diperlukan adanya unsur-unsur sebagai berikut :
1. Apa yang diberikan satu pihak adalah sesuatu yang berharga dipihak
lain. Entah pemberian itu berupa barang ataupun jasa, dan bisa
beragam bentuknya. Dengan pemberian ini diharapkan pihak
penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya,
sehingga terjadi hubungan timbal balik.
2. Terjadi hubungan timbal balik. Adanya unsur timbal balik inilah, kata
Scott, yang mebedakan hubungan ini dengan hubungan lainnya,
seperti hubungan yang bersifat pemaksaan ( coercion ) atau hubungan
karena adanya wewenang formal ( formal authority ).
3. Didukung oleh norma-norma dalam masyarakat yang memungkinkan
pihak yang lebih rendah kedudukannya (klien) melakukan penawaran.
Artinya bilamana salah satu pihak merasa bahwa pihak lain tidak
memberi seperti yang diharapkannya, dia dapat menarik diri dari
hubungan tersebut tanpa terkena sanksi sama sekali.
Lebih jauh lagi Scott juga mengemukakan hubungan patron klien
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial
lain, Scott mengemukakan ciri-ciri tersebut sebagai berikut :
1. Terdapat ketimpangan pertukaran ( inequaity of exchange ) yang
menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan dan kedudukan.
Klien adalah seorang yang masuk dalam pertukaran yang tidak seimbang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dimana ia tidak mampu sepenuhnya mengembalikan pemberian patron,
sehingga hutang kewajibannya mengikat dan bergantung kepada patron.
Ketimpangan ini terjadi karena patron berada dalam posisi pemberi
barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh si klien beserta keluarganya
agar mereka bisa tetap hidup. Rasa wajib membalas pada diri si klien
muncul lewat pemberian ini, selama pemberian tersebut masih dirasakan
mampu memenuhi kebutuhan yang paling pokok atau masih diperlukan.
2. Adanya sifat tatap muka ( face to face character ), dimana hubungan ini
bersifat instrumental yakni, kedua belah pihak saling memperhitungkan
untung dan rugi, meskipun demikian masih terdapat unsur rasa yang tetap
berpengaruh karena kedekatan hubungan. Memang hubungan timbal-
balik yang berjalan terus dengan lancar akan menimbulkan rasa simpati (
affection) antara kedua belah pihak, yang selanjutnya membangkitkan
rasa saling percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan ini kadangkala
diwujudkan dalam bentuk penggunaan istilah panggilan yang akrab bagi
partnernya. Dengan adanya rasa saling percaya ini seorang klien dapat
mengahrapkan bahwa si patron akan membantunya jika dia mengalami
kesulitan, jika dia memerlukan modal dan sebagainya. Sebaliknya jika si
patron juga dapat mengharapkan dukungan dari si klienapabila pada
suatu saat dia memerlukan. Dengan demikian, walaupun hubungan ini
bersifat instrumental, dimana kedua belah pihak memperhitungkan
untung dan rugunya dari hubungan tersebut bagi mereka, namun
demikian ini tidak berarti bahwa relasi yang terbentuk itu netral sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekali. Unsur rasa masih terlibat juga didalamnya. Adanya tahapan tatap
muka dalam hubungan ini, serta terbatasnya sumber daya si patron
membuat jumlah hubungan yang dapat digantikannya menjadi hubungan
patronase yang terbatas pula.
3. Ikatan ini bersifat luwes dan meluas ( diffuse flexibility ), sifat meluas
terlihat pada tidak terbatasnya hubungan pada kegiatan kerja saja,
melainkan juga hubungan tetangga, kedekatan secara turun menurun atau
persahabatan di masa lalu, selain itu terdapat pertukaran bantuan tenaga (
jasa ), dan kekuatan selain jenis-jenis pertukaran dengan barang dan jasa.
Seorang patron misalnya, tidak saja dikaitkan dengan hubungan sewa-
menyewa tanah dengan kliennya, tetapi juga oleh hubungan sebagai
sesama tetangga, atau mungkin teman sesama sekolah dulu, atau orang-
orang tua mereka saling bersahabat, dan sebagainya. Juga bantuan yang
diminta dari klien dapatt bermacam-macam, antara lain mulai dari
membantu dalam upaya perbaikan rumah, mengolah tanah,
mengantarkan anak ke sekolah, samapai ke kampanye politik. Di lain
pihak si klien dibantu tidak hanya kalau ada musibah saja, melainkan
juga kalau dia mengalami kesulitan dalam mengurus sesuatu, kalau
mengadakan pesta-pesta tertentu, serta kalau ada keperluan lagi.
Pendeknya hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluanoleh kedua belah pihak, dan sekaligus juga merupakan
semacam jaminan sosial bagi mereka. Oleh karena itu, relasi inipun dapat
memberikan rasa tenteram bagi para pelakunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
( Scott dalam Hedi Sri Ahimsa Putra, 1988 : 3 )
Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa bentuk
hubungan patron-klien yang terjadi antara juragan dan buruh,
menempatkan posisi juragan sebagai patron dan buruh sebagai klien.
Dalam hubungan tersebut terjadi hubungan timbal balik antara keduanya
dan apa yang diberikan oleh salah satu pihak akan terlihat berharga di
pihak yang lain. Dalam hal ini, akan terjadi pertukaran yang saling
menguntungkan antara keduanya. Dimana juragan akan memberikan
pekerjaan bagi menjadi buruhnya. Sehingga dari adanya hubungan
pertukaran antara patron-klien akan mengarah pada aktivitas hubungan
kerja dan hubungan sosial yang saling menguntungkan.
D. Kerangka Berpikir
Pada sentra industri rumah tangga Di Kedunggudel, terbentuk
hubungan kerja antara pelaku industri dengan tenaga kerjanya. Pola
hubungan kerja tersebut tercermin dalam hubungan patron-klien yang
terjalin antara pelaku industri dengan dengan tenaga kerjanya. Hubungan
patron-klien merupakan hubungan pertukaran antara dua orang yang
melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan
status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumberdaya yang dimilikinya untuk menyediakan perlindungan atau
keuntungan bagi seseorang yang lebih rendah statusnya (klien). Pada
gilirannya, klien membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan
bantuan kepada patron, termasuk jasa-jasa pribadi terhadap patron.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berlakunya hubungan timbal balik ini akan berdampak langsung terhadap
keberlangsungan usaha.
Gb. Kerangka Berpikir
Keberadaan pelaku industri dalam sentra industri tersebut cukup
menguntungkan bagi tenaga kerjanya, karena memberikan kesempatan
peluang kerja demi menambah pendapatan guna memenuhi kebutuhan
hidup. Hubungan yang terjalin nantinya akan mengarah pada hubungan
kerja dan hubungan sosial diantara keduanya.
Pemilik Industri
(Juragan/Patron )
Tenaga Kerja
Buruh/ Klien
Keberlangsungan
Industri Rumah Tangga
Penghidupan,Perlindungan, JaminanSubsistensi
Kesetiaan, Jasa Kolektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Kedunggudel, Kalurahan Kenep, Kecamatan
Sukoharjo . Adapun alasan yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi
tersebut karena :
1. Di Desa Kedunggudel terdapat banyak pelaku industri yang bergerak
dalam industri rumah tangga.
2. Peneliti sudah mendapatkan orang yang bersedia untuk menjadi
informan.
3. Dekat dengan rumah saudara peneliti.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Kasus. Penelitian Studi
kasus adalah salah satu metode yang unggul untuk membawa kita untuk
memahami masalah yang kompleks dan dapat menambah kekuatan untuk
mengetahui apa yang sudah diketahui melalui penelitian sebelumnya.
Metode studi kasus ini memiliki korelasi yang sangat kuat dengan studi
kasus dan penelitian dengan diskusi.
Beberapa alasan mengapa menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut:
1. Menyediakan secara mendalam pemeriksaan longitudinal sebuah
kasus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Menyediakan cara sistematis untuk melihat kejadian, pengumpulan
data, dan menganalisa
3. Memberikan pemahaman yang tajam tentang mengapa suatu kejadian
terjadi, dan apa yang mungkin menjadi penting untuk melihat lebih
intensif di masa mendatang.
Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan beberapa keuntungan mengapa
menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan
antar variable serta proses yang memerlukan penjelasan dan
pemahaman yang lebih luas.
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan
intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-
hubungan yang ( mungkin ) tidak diharapkan/ diduga sebelumnya.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat
berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi
perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka
pengembangan ilmu-ilmu social.
Disamping tiga keunggulan diatas, keunggulan studi kasus juga mempunyai
keunggulan spesifik lainnya, seperti yang dilansir oleh Black dan Champion
( 1992 ) antara lain sebagai berikut :
a. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang
digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari
topic yang diselidiki.
c. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan
social.
d. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori.
e. Studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan
penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan.
3. Sumber Data
Menurut Robert K. Yin, Sumber data yang digunakan dalam penelitian studi
kasus adalah :
1. Dokumen-dokumen sebuah studi kasus dapat berbentuk surat-surat,
memorandum, agenda, surat adminsistrasi, artikel koran, atau berupa
dokumen dokumen yang relevan untuk diinvestigasi. Dalam
kepentingan triangulasi bukti, dokumen-dokumen ini berfungsi untuk
menguatkan bukti-bukti dari sumber lain. Dokumen dapat
menyebabkan menyebabkan kepalsuan di tangan para peneliti yang
berpengalaman, yang telah menjadi kritik terhadap studi kasus.
Dokumen adalah komunikasi antara pihak-pihak dalam penelitian,
peneliti sebagai pengamat mengganti serta menjaga pemikiran ini akan
membantu peneliti menghindari kesesatkan dari dokumen tersebut.
2. Arsip dokumen mendapatkan layanan catatan dari peneliti, pencatatan
organisasi, daftar nama-nama, survey data, dan jenis pencatatan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peneliti harus berhati-hati dalam menilai ketepatan catatan sebelum
menggunakannya.
3. Wawancara adalah salah satu sumber informasi paling penting studi
kasus. Ada beberapa bentuk wawancara: wawancara terbuka,
wawancara terfokus, dan terstruktur atau survei. Dalam sebuah
wawancara terbuka, responden atau sumber informasi diminta
memberikan komentar tentang peristiwa-peristiwa tertentu. Mereka
dapat mengajukan solusi atau memberikan informasi tentang peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Mereka juga dapat
menguatkan bukti yang diperoleh dari sumber-sumber lain.
Peneliti harus menghindari ketergantungan pada satu informan, dan
mencari data yang sama dari sumber lain untuk memeriksa keasliannya.
Wawancara terfokus digunakan dalam situasi di mana responden yang
diwawancarai untuk waktu singkat, biasanya menjawab pertanyaan pun
sudah ditetapkan. Teknik ini sering digunakan untuk mengkonfirmasi
data yang dikumpulkan dari sumber lain. Wawancara terstruktur mirip
dengan survei, dan digunakan untuk mengumpulkan data dalam kasus-
kasus seperti studi lingkungan. Pertanyaan yang rinci dan
dikembangkan di muka, sama seperti mereka dalam survey. Dalam
penelitian ini peneliti akan mengambil responden dari pemilik usaha/
industri ( Patron ), tenaga kerja ( Klien ), dan masyarakat setempat
guna menguatkan bukti yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pengamatan langsung terjadi ketika kunjungan lapangan dilakukan
selama studi kasus. Bisa sesederhana kegiatan pengumpulan data
kasual, atau protokol formal untuk mengukur dan mencatat perilaku.
Teknik ini berguna untuk memberikan informasi tambahan tentang
topik yang sedang dipelajari, yakni mengenai yang terjadi dalam
pengelolaan industri rumah tangga di Desa Kedunggudel. Keandalan
ditingkatkan ketika lebih dari satu pengamat terlibat dalam tugas.
5. Partisipant-observasi membuat peneliti menjadi peserta aktif dalam
penelitian yang sedang dipelajari. Hal ini sering terjadi dalam studi
tentang lingkungan atau kelompok. Teknik ini menyediakan beberapa
peluang yang tidak biasa untuk mengumpulkan data, tapi bisa
menghadapi beberapa masalah. Teknik ini mampu untuk mengetahui
seberapa jauh hubungan ini terjadi, sehingga dalam penelitian ini bisa
mengambil kesimpulan yang mungkin berada diluar konteks hubungan
yang terjadi.
6. Physical artifacts bisa menjadi alat, instrumen, atau beberapa bukti fisik
lainnya yang dapat dikumpulkan selama studi sebagai bagian dari
kunjungan lapangan. Perspektif peneliti dapat diperluas sebagai hasil
dari penemuan itu. Sehingga peneliti mampu menganalisa data yang
diperoleh secara luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Jenis Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yang digunakan untuk studi kasus ini berasal dari hasil
wawancara antara peneliti dengan informan.
b. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan mendukung dan melengkapi data primer yang
berkenaan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini berupa arsip
mengenai data monografi penduduk Kalurahan Kenep, yang didapatkan
di Kalurahan Kenep.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang
dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong), 2002:135)
Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi,
guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang fokus
penelitian yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi
penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam.
Wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara intensif dan berulang-ulang untuk mendapatkan
informasi yang diharapkan, sehingga dalam wawancara mendalam
lebih bersifat terbuka (Bungin, 2003 : 110).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
menggunakan pedoman wawancara atau interview guide yang
berupa daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sesuai
dengan fokus penelitian.
Teknik wawancara ini tidak dilakukan secara ketat dan
terstruktur, tertutup dan formal, tetapi lebih menekankan pada
suasana akrab dengan mengajukan pertanyaan terbuka, yang mana
pewawancara telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang
dimungkinkan dapat berkembang saat wawancara berlangsung.
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai obyek peneliti
dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan
dari penelitian ini guna menggali informasi tentang dan faktor yang
menyebabkan terjadinya hubungan Patron-klien di Desa
Kedunggudel.
b. Observasi Berperan / Pengamatan Secara Langsung
Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan
maupun pencatatan secara langsung terhadap hal yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan yang diteliti.
Pada saat pengumpulan data primer yang berupa pengamatan
terhadap aktivitas masyarakat tidak terlibat secara langsung dalam
kegiatan yang dilakukan obyek penelitian, namun hanya sebatas
seorang pengamat. Salah satu contohnya peneliti mengamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
aktivitas klien yang sedang di rumah seorang patron, guna
mengetahui secara langsung bagaimana hubungan yang terjadi.
c. Dokumentasi
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan alat bantu yang
berupa kamera. Kamera yang ada digunakan untuk mengambil
gambar yang ada di lapangan. Adapun gambar yang diambil
misalnya proses kerja dalam pembuatan produk-produk industri
rumah tangga, industri yang berkembang, dan hasil-hasil industri
rumah tangga.
5. Populasi
Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki
spesifikasi atau ciri-ciri tertentu. Dalam kasus ini adalah orang-orang yang
bergerak dalam bidang industri kecil baik pemilik industri maupun pekerja
atau tenaga kerja yang berada di wilayah di desa Kedunggudel.
6. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini bersifat Purpossive Sampling. Purpossive sampling
adalah pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, hasil sampel yang dikumpulkan tidak
dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena itu,
fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan sejauh
mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampelnya dengan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
7. Validitas Data
Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan
teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu infomasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, 2002:178). Untuk melakukan pembandingan dan
pengecekan, peneliti melakukannya dengan menanyakan kembali
kebenarannya pada obyek peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Analisis Data
Menurut Moleong, dalam Patton (1980:268) mengatakan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu
, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disampaikan oleh data (Moleong,
2002:103).
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan analisis data studi kasus berupa
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan
Huberman yang terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap
pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan yang terakhir
tahap kesimpulan atau konklusi. Keempat tahapan analisis data model
interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan dalam gambar sebagai
berikut:
Reduksi data Display data
Kesimpulan /Verifikasi
Pengumpulandata
Gambar 1Analisis data model interaktif Miles dan Huberman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keempat model interaktif Miles dan Huberman dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data terjadi disaat peneliti melakukan wawancara,
observasi partisipan, disaat membuat catatan lapangan, bahkan disaat
peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subyek penelitian. Hasil
dari kegiatan itu adalah data yang akan diolah. Sepanjang penelitian
berlangsung, sepanjang itu pula proses pengumpulan data dilakukan.
Ketika data yang diperoleh telah cukup untuk diproses dan dianalisi,
tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.
2. Reduksi Data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman
segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script)
yang akan dianalisis. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat
menjadi bentuk verbatim wawancara. Hasil observasi dan temuan
lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi, dan hasil studi dokumen
diformat menjadi skrip analisi dokumen.
3. Display Data
Setelah semua data di format berdasarkan instrumen pengumpul data dan
telah berbentuk tulisan, langkah selanjutnya adalah melakukan display
data. Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah
seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas
kedalam suatu matriks kategorisasi sesuai dengan tema-tema yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikelompokan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema
tersebut kedalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut
dengan subtema dan diakhiri dengan memberikan kode.
4. Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan merupakan uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang
tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang sudah
terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancara. Terdapat tiga
tahapan yang harus dilakukan dalam tahap kesimpulan. Yang pertama,
menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean
disertai dengan kutipan verbatim wawancara. Yang kedua, menjelaskan
hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian. Yang
ketiga, membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan memberikan
penjelasan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Desa Kedunggudel
Desa Kedunggudel merupakan salah satu desa yang berada di
bawah wilayah administratif Kalurahan Kenep. Desa Kedunggudel ini
berada di wilayah selatan Kalurahan Kenep. Jarak antara Desa
Kedunggudel dengan Kalurahan sekitar 1 Kilometer dan Jarak antara Desa
Kedunggudel dengan wilayah Pemerintahan Pusat Kabupaten Sukoharjo
sekitar 10 Kilometer. Desa Kedunggudel ini berada di wilayah Kecamatan
Sukoharjo. Adapun batas-batas wilayah Desa Kedunggudel secara
administratif adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Bangkekan
b. Sebelah Timur : Desa Banmati
c. Sebelah Selatan : Sungai Bengawan Solo
d. Sebelah Barat : Desa Tangkisan.
Desa Kedunggudel sendiri terbagi menjadi 3 RW, dan 11 RT.
Mengenai Keadaan Sosial budaya di Desa Kedunggudel, sebagian
besar merupakan penduduk asli meskipun ada juga yang berstatus sebagai
pendatang yang sebagian besar merupakan karyawan PT. SRITEX yang
berasal dari luar wilayah Desa Kedunggudel.
Yang dimaksudkan dengan penduduk asli di Desa Kedunggudel
adalah penduduk yang semenjak lahir telah tinggal dalam desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kedunggudel sejak kampung ini mulai adanya pertumbuhan, dan secara
turun menurun mendiami lahan yang ada, dimana alasan mereka tinggal
adalah karena mereka telah tinggal selama ini sejak desa ini mulai terdapat
pertumbuhan, rumah warisan, ikatan kekeluargaan, letak strategis dan
aksesbilitas dan juga tempat untuk mencari makan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penduduk pendatang adalah
penduduk yang berasal dari luar daerah dan berangsur-angsur dan
mendiami rumah tinggal mereka yang baru, dimana alasan mereka tinggal
adalah mereka masih merasa betah tinggal ditempat yang baru selain itu
juga karena diakibatkan kedekatan keluarga dengan penduduk asli,
adapula dikarenakan karena kedekatan dengan lokasi pekerjaan.
Untuk kegiatan sosial yang umum dilaksanakan di desa
Kedunggudel ini adalah rutin setiap bulan mengadakan pertemuan-
pertemuan antara warga desa dalam satu kelurahan membicarakan
mengenai kelangsungan hidup mereka, perkembangan hidup mereka,
kemudian mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di desa
Kedunggudel. Selain itu juga diadakan kegiatan gotongroyong yang
dilaksanakan rutin setiap minggunya secara bergantian untguk
mengadakan kegiatan bersih-bersih desa. Untuk kegiatan sosial yang
sifatnya non formal dilakukan antar warga masyarakat seyiap harinya
ketika berkomunikasi dengan tetangganya sehari-hari, kemudian pada saat
melakukan aktivitas pekerjaan dan keagamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Desa Kedunggudel sendiri juga dikenal sebagai Sentra Industri
baik makanan maupun industri batik. Tercatat ada sekitar 18 industri yang
bergerak dalam bidang pembuatan Jenang Merah, Kerupuk ( Karak dan
Rambak ), Cumi-cumi( pangsit ), emping, dan jajanan pasar dan ada 4
industri yang bergerak dalam pembuatan kain batik, baik batik cap
maupun batik tulis. Keberadaan industri kecil ini dianggap sangat
membantu taraf perekonomian masyarakat Desa Kedunggudel pada
umumnya, karena sebagian besar masyarakat Desa Kedunggudel bergerak
dalam bidang perdagangan, dan indutsri ini mampu menyerap tenaga kerja
baik dari wilayah Desa Kedunggudel maupun dari luar wilayah desa
Kedunggudel. Dari identifikasi yang telah dilakukan oleh peneliti di
lapangan, keberadaan industri batiklah yang mampu menyerap jumlah
tenaga yang paling besar yakni sekitar 40 orang yang bekerja dalam
industri batik. Selain batik industri makanan yang ada didesa Kedunggudel
juga mampu menyerap jumlah tenaga kerja sekitar 30 orang.
Potensi mengenai pemasaran hasil industri rumah tangga di desa
Kedunggudel kebanyakan didistribusikan ke luar daerah, bahkan ada juga
yang pemasarannya sampai ke luar Provinsi maupun luar Jawa. Antara lain
ke Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan
sebagainya. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap perantau yang kembali
ke tanah rantau selalu membawa hasil industri rumah tangga tersebut
sebagai oleh-oleh sehingga daerah ini mempunyai potensi sebagai salah
satu pusat jajanan dan oleh-oleh khas Kabupaten Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Profil Informan
Dalam penelitian ini, informan yang diambil adalah informan yang sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini mengenai
hubungan patron klien yang terjadi dalam lingkup industri kecil di
masyarakat pedesaan, maka informan yang diambil adalah pemilik industri
kecil dan tenaga kerjanya. Adapun informan tersebut adalah 6 informan
yang bertindak sebagai pemilik industri kecil dan 6 informan yang bertindak
sebagai tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya, data mengenai informan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Pemilik Industri/ Patron
a. Bapak Teguh Miyatno.
Bapak Teguh merupakan pemilik industri kecil yang bergerak
dalam pembuatan jenang. Pendidikan terakhir yang dienyam oleh
Bapak Teguh ini adalah Tidak Tamat SD. Beliau menjalankan
industri ini yang diwariskan secara turun menurun. Usaha yang
dijalankan ini tergolong cukup besar, karena kapasitas produksinya
cukup besar. Terutama saat ada pesanan untuk keperluan hajatan
dan lain-lain. Adapun daerah pemasaran produk yang dihasilkan
adalah wilayah sukoharjo pada umumnya, di Pasar Tawangsari (
beliau mempunyai kios ), akan tetapi ada juga yang dibawa keluar
kota sebagai oleh-oleh antara lain ke Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Barat, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Bapak Supano Pandyo Raharjo
Hampir sama dengan Bapak teguh Miyatno, Bapak Supano
merupakan pemilik industri yang bergerak dalam pembuatan
jenang. Selain bergerak dalam industri jenang, industri Bapak
Supano ini juga bergerak dalam bidang pembuatan roti. Pendidikan
terkahir yang dijalani Bapak Supano ini adalah Tamat SMP. Beliau
menjalankan industri ini secara turun menurun dari orangtuanya.
Daerah pemasarannya juga cukup luas yakni daerah sukoharjo pada
umumnya, Pasar Tawangsari ( Beliau mempunyai Kios ), dan ada
yang dari luar kota sekedar untuk memberikan oleh-oleh atau
keperluan hajatan,dll.
c. Bapak Geming Ariyanto
Bapak Geming Ariyanto merupakan pemilik industri yang bergerak
dalam pembuatan Jenang. Beliau menjalankan usahanya ini juga
secara turun menurun. Terhitung sejak tahun 2003, beliau mulai
meneruskan usaha yang telah dilakoni oleh mertuanya. Beliau
menjalankan usahanya ini dari warisan mertuanya yang sudah
meninggal. Pendidikan terakhir yang dijalani oleh Bapak Geming
ini adalah Tamat SMA.
d. Ibu Karno Semito
Ibu Karno adalah pemilik industri yang bergerak dalam industri
pembuatan Karak dan Rambak. Beliau menjalankan industri ini
secara turun menurun. Pendidikan terakhir beliau adalah Tamat SD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tenaga Kerja/ Buruh/ Klien
a. Ibu Warsiyem
Ibu warsiyem adalah buruh yang bekerja kepada Bapak Teguh
Miyatno. Beliau sudah bekerja dalam industri selama belasan
tahun, kurang lebih 18 tahun. Pendidikan terakhir yang
dijalaninya adalah Tidak Tamat SD. Menjadi tenaga dalam
industri ini merupakan pekerjaan pokok dari ibu Warisyem ini
untuk membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Ibu Saidi
Ibu saidi adalah seorang buruh yang bekerja kepada Bapak
Supano. Beliau sudah bekerja pada Bp. Supano ini juga sudah
belasan tahun, kurang lebih 15 tahun. Karena suaminya hanya
bekerja sebagai tukang parkir di Pasar Kedunggudel, ibu Saidi
ini bekerja kepada bapak Supano ini sebagai upaya untuk
membantu perekonomian keluarganya guna mencukupi
kebutuhan hidupnya.
c. Ibu Pringgo Sutrisno
Ibu Pringgo ini adalah tenaga kerja yang bekerja kepada Ibu
Karno. Beliau sudah menjalani pekerjaan ini sudah bertahun-
tahun. Sebagai seorang janda, belaiu membanting tulang untuk
pemenuhan kebutuhan hidup bagi anak-anaknya. Pendidikan
terakhir adalah Tamat SD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Mas Ade
Mas Ade adalah buruh yang bekerja kepada Bp. Geming
Ariyanto. Beliau sudah bekerja dalam industri ini selama 6
tahun terhitung semenjak tahun 2006. Pendidikan terakhirnya
adalah Tamat SMP.
C. Hubungan Patron-Klien Dalam Industri Makanan Di Desa
Kedunggudel
Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai
makhluk sosial. Pada dasarnya manusia dalam dirinya terdapat keinginan
untuk saling bersama-sama dengan orang lain. Dalam kegiatan sehari-hari
manusia sangat membutuhkan kerja sama dengan pihak lain, baik itu
kebutuhan matriil maupun spirituil. Karena itulah manusia antara satu
individu dengan individu yang lain saling membutuhkan. Interaksi sosial
yang terjadi salah satu faktor utama dalam kehidupan sosial merupakan
syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Hubungan sosial berisikan kemungkinan bahwa para pribadi terlihat
didalamnya akan berperilaku dengan cara yang mengandung arti serta
ditetapkan terlebih dahulu. Maksudnya adalah hubungan sosial dapat
disepakati atas dasar persetujuan mutual yaitu para pihak yang terlibat di
dalamnya membuat perjanjian tentang perilaku di masa yang akan datang.
Adapun isi dari hubungan sosial di satu pihak mencakup konflik sikap
saling bermusuhan, persahabatan, kepercayaan dari lain pihak. Di pihak
lain, menyangkut pemenuhan suatu kebutuhan terhadap kewajiban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ketegasan untuk mentaati perjanjian, keanggotaan pada kelompok kelas
tertentu.
Dalam setiap lingkungan sosial, terdapat aturan-aturan atau nilai
yang merupakan bagian dari kearifan sosial suatu komunitas dalam
hubungan sosial atau berinteraksi. Aturan atau nilai yang berkembang
kemudian akan menjadi pranata-pranata sosial yang kemudian akan
membentuk institusi-institusi yang kemudian akan mengakomodir
masyarakatnya dalam hal pemenuhan kebutuhan mereka. Akan tetapi
pranata-pranata yang ada tidak selamanya berfungsi sebagaimana
seharusnya, khususnya dalam hubungan yang terjadi dalam suatu
masyarakat. Relevan dengan tidak berfungsinya pranata/ institusi tersebut
maka berimplikasi terhadap pencarian mata pencaharian alternatif lain oleh
anggota-anggota masyarakat dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
mereka, sehingga dalam memenuhi kebutuhannya mereka dalam
mengadakan hubungan yang bersifat Dyadik ( Soekanto, 1986 ) yang
bersifat vertikal yakni merupakan unit atau kelompok yang terdiri dari 2
orang yang terjalin dalam suatu hubungan yang bersifat pribadi antara orang
yang memiliki sumber daya, kekuasaan atau status yang berbeda, yang
kemungkinan besar bahwa salah satu pihak akan tenggelam dalam
kedudukan dan peranan pihak lain, dimana kedua belah pihak saling
memberikan bantuan dalam wujud yang berbeda. Hubungan Dyadik ini
terdapat pihak yang mempunyai kedudukan yang berbeda, dimana salah satu
pihak mempunyai kedudukan yang lebih superior disebut dengan patron dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih inferior yang disebut
dengan klien.
Hubungan patron-klien, menurut Scott (1993:7) adalah sebuah
pertukaran hubungan antara kedua peran petani lapisan bawah dengan
petani lapisan atas yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan
dyadic (dua orang) yang terutama melibatkan persahabatan instrumental di
mana seorang individu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi
(patron) menggunakan pengaruh dan sumberdaya yang dimilikinya untuk
menyediakan perlindungan dan/atau keuntungan-keuntungan bagi seseorang
dengan status lebih rendah (klien). Pada gilirannya, klien membalasnya
dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan, termasuk jasa pribadi,
kepada patron.
Beberapa bentuk barang dan jasa yang dipertukarkan oleh patron ke
klien adalah sebagai berikut:
1. Penghidupan subsistensi dasar. Pada banyak daerah agraris, jasa
utama dapat berupa pemberian pekerjaan tetap atau tanah untuk
bercocok tanam, dan juga mencakup penyediaan benih,
peralatan, jasa pemasaran, nasehat teknis, dan sebagainya.
2. Jaminan krisis subsistensi. Umumnya, patron diharapkan
memberikan jaminan pada saat bencana ekonomi, membantu
menghadapi keadaan sakit atau kecelakaan, atau membantu pada
saat panen gagal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Perlindungan. Yang dimaksud di sini adalah penyediaan jasa
dari patron yang bertujuan untuk melindungi klien dalam hal
terjadinya konflik sebagai akibat hubungan-hubungan yang
dijalin oleh klien dengan “orang luar”.
4. Makelar dan pengaruh. Patron selain menggunakan kekuatanya
untuk melindungi kliennya, ia juga dapat menggunakan
kekuatannya untuk menarik keuntungan/hadiah dari kliennya
sebagai imbalan atas perlindungannya.
5. Jasa patron kolektif. Secara internal, patron sebagai kelompok
dapat melakukan fungsi ekonomi secara kolektif. Mereka dapat
memberikan subsidi atau sumbangan untuk tujuan-tujuan
kolektif masyarakat desa, misalnya dalam bentuk sumbangan
tanah untuk fasilitas umum.
Berbeda dengan arus patron ke klien, arus barang dan jasa dari klien
ke patron amat sukar untuk digolongkan, karena seorang klien umumnya
menyediakan tenaga dan keahliannya untuk kepentingan patron, apa pun
bentuknya. Unsur-unsur tipikal dalam arus hubungan ini, antara lain
mencakup jasa pekerjaan dasar , dan pemberian jasa tambahan berupa
bantuan dalam pekerjaan domestik (rumah tangga patron).
Melihat dari beberapa karakteristik hubungan patron-klien diatas,
peneliti mencoba menguraikan hasil temuan dari penelitian tentang
hubungan hubungan patron-klien dalam industri kecil yang berkembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab.
Sukoharjo :
A. Hubungan Patro-klien dalam Industri Jenang di Desa
Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo.
Industri Jenang merupakan salah satu bentuk industri yang paling
populer di Desa Kedunggudel ini, tercatat ada sekitar 18 industri kecil
yang bergerak dalam proses pembuatan jenang. Jenang yang diproduksi
di Desa Kedunggudel ini umumnya adalah Jenang Merah. Banyaknya
industri jenang di wilayah kedunggudel ini, maka sebagai bentuk
perhatian pemerintah Kabupaten Sukoharjo terhadap keberlangsungan
industri kecil yang berada di wilayahnya, maka Desa Kedunggudel ini
dicanangkan sebagai desa Sentra Industri Jenang untuk wilayah
Kabupaten Sukoharjo, hal ini dimaksudkan sebagai sarana promosi
akan pemasaran hasil produksi jenang. Diharapkan dengan status
sebagai desa sentra industri jenang, mampu membawa masyarakat
sekitar tahu bahwa desa Kedunggudel merupakan salah satu basis
industri kecil yang bergerak dalam pembuatan jenang di wilayah
Sukoharjo, sehingga masyarakat di wilayah Sukoharjo pada umumnya
tidak akan susah untuk mencari hasil produksi jenang untuk mencukupi
segala kebutuhannya. Dengan semakin dikenalnya Desa Kedungggudel
sebagai daerah sentra industri jenang, secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi angka produksi jenang karena meningkatnya angka
pesanan hasil produksi jenang tersebut. Dengan meningkatnya angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
produksi jenang, diharapkan mampu meningkatkan jumlah pendapatan
bagi pelaku industri jenang, dan meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat pada umumnya.
Industri jenang yang berada di desa Kedunggudel ini, pada
umumnya berkembang dan bertahan secara turun menurun. Dikatakan
turun menurun, dikarenakan hampir semua pemilik industri jenang saat
ini merupakan generas penerusi dari pendiri industri jenang ini. Seperti
yang diungkapkan oleh Bp. Supano Pandyo R sebagai berikut :
“saya menjalankan industri ini secara turunmenurun,mas. Meneruskan usaha yang telah dirintis olehorang tua saya sejak dulu,mas. Kurang lebih hampir 30tahunan saya sudah menggeluti usaha pembuatan jenangini”. Wawancara : 10 Agustus 2012
Selain industri yang bersifat turun menurun, ada juga yang
mendirikan industri ini atas segala jerih payahnya sendiri, bukan dari
industri yang diturunkan oleh orang tuanya dahulu. Seperti yang
diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno :
“saya mendirikan usaha ini sendiri,mas. Bukan warisandari orang tua saya,mas.”wawancara : 10 Agustus 2012
Dari beberapa uraian diatas, dapat diketahui bahwa industri
jenang yang bergerak di desa Kedunggudel, secara historis dapat
dibedakan menjadi yakni industri diturunkan/ diwariskan dan industri
yang didirikan oleh pemilik industri sendiri.
Keberadaan industri jenang di wilayah Kedunggudel ini juga
sangat membantu bagi perekonomian warga sekitar, hal ini di
karenakan banyaknya tenaga kerja yang terserap dalam proses kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
produksi industri jenang ini. Tenaga kerja yang bergerak dalam industri
jenang ini mayoritas berasal dari masyarakat Kedunggudel, meskipun
ada beberapa yang berasal dari wilayah lain, misalnya Kel. Banmati,
Kel. Pojok, Tawangsari, dan lain-lain. Alasan pemilik industri lebih
memprioritaskan untuk merekrut tenaga kerja yang berasal dari wilayah
Kedunggudel, dibandingkan dari luar wilayah adalah untuk
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini
merupakan sebuah bentuk kepedulian pemilik industri akan kehidupan
perekonomian masyarakat Kedunggudel, sehingga tingkat
pengangguran di Desa Kedunggudel ini sangatlah sedikit. Dalam
perekrutannya sendiri, sang pemilik industri ini juga tidak menyertakan
keahlian khusus bagi calon tenaga kerjanya, melainkan hanya sebuah
kesepakatan kerja yang hanya berdasarkan atas kemauan dan
kepercayaan akan kedua belah pihak yang saling membutuhkan ini.
Selain itu dalam perekrutannya pun, tidak terikat dengan perjanjian
tertulis melainkan kesepakan lisan kedua belah pihak.
Dalam menjalin hubungan kerjasama dalam industri ini, terjadi
pertukaran antara kedua belah pihak, baik berupa barang maupun jasa.
Terjadinya pertukaran dalam pengelolaan industri ini dikarenakan
masing-masing pihak mempunyai kepentingan atas sumber daya yang
dimilikinya, dimana pihak yang satu mempunyai kepentingan agar
industri yang dikelolanya ini tetap berjalan, dan pihak yang satu
mempunyai kepentingan untuk mencukupi segala bentuk kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keluarganya. Dari pertukaran kepentingan antara kedua belah pihak
tersebut memunculkan suatu skema timbal balik atas hubungan
tersebut, antara lain sebagai berikut :
A. Penghidupan Kebutuhan Subsistensi Dasar.
Penghidupan kebutuhan subsistensi dasar ini merupakan salah satu
bentuk jaminan atau tanggung jawab pemilik industri terhadap
tenaga kerjanya yang diharapkan mampu meningkatkan taraf
perekonomian bagi tenaga kerjanya, antara lain sebagai berikut :
1. Jaminan pekerjaan tetap bagi Tenaga Kerjanya.
. Hubungan yang terjalin dalam kegiatan industri di desa
Kedunggudel, antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya
dikarenakan adanya perbedaan status ekonomi antara
keduanya, yaitu dengan adanya stasus kepemilikan industri.
Dengan kepemilikan industri, maka dapat dijadikan lapangan
pekerjaan oleh buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemilik industri akan membutuhkan tenaga kerja untuk
produksi dan keberlangsungan usahanya, dan disini tenaga
kerja menyediakan jasa dan tenaganya untuk membantu
melakukan kegiatan produksi yang dilakukan oleh pemilik
industri.
Pemilik industri mempunyai kedudukan yang sangat
penting. Karena sang pemilik industri mempunyai fungsi dan
peranan yang sangat besar dalam menentukan bagaimana cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk merekrut tenaga kerja yang akan bekerja dalam industri
yang dikelolanya. Untuk merekrut tenaga kerja, biasanya
pemilik industri mengajak teman atau tetangga dekatnya untuk
bekerja sama dengannya. Pemberian pekerjaan tersebut
semata-mata didasarkan atas dasar tolong menolong, karena
melihat teman atau tetangga yang tidak mempunyai pekerjaan
atau modal untuk bekerja. Akan tetapi ada juga warga yang
datang dengan sendiri untuk melamar menjadi tenaga kerja.
Dan dalam perekrutannya, sesuai dengan yang menjadi
kesepakan antara kedua belah pihak yakni pemilik industri dan
tenaga kerjanya.
Dalam hubungan kerja ini, tertuang secara lisan dan
tanpa ada perjanjian yang tertulis karena kedua belah pihak
telah menyepakati apa yang menjadi ketentuan yang telah
ditetapkan dan percaya satu sama lain, apalagi terdapat tenaga
kerja yang sudah lama ikut dengan pemilik industri, sehingga
ini menekankan bahwa terdapat kepercayaan dan hubungan
yang baik antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya.
Dalam perekrutan tenaga kerja dalam industri kecil di
desa Kedunggudel dapat diketahui berdasarkan keterangan
informan. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“saya mengajak mereka untuk bekerja kepadasaya karena saya melihat kondisiperekonomiannya,mas. Akan tetapi ada jugabeberapa yang datang kepada saya untuk melamarpekerjaan, mas” wawancara : 10 Agustus 2012
Untuk merekrut tenaga kerjanya, sang pemilik industri
kecil ini tidak melihat dari keahlian atau pun skill yang
dimiliki oleh tenaga kerjanya, melainkan adanya kemauan dan
kepercayaan. Hal ini dapat dilihat bahwa, hampir semua tenaga
kerjanya tidak mempunyai keahlian yang dalam industri yang
bersangkutan. Melainkan melalui pengarahan dan pengajaran
yang diberikan oleh pemilik industri kecil, akhirnya tenaga-
tenaga kerja tadi mempunyai kemampuan ataupun skill yang
mumpuni guna keberlangsungan industri tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Mas Ade sebagai berikut :
“Dulu saya tidak mempunyai keahlian dalamproses pembuatan jenang,mas. Juragan saya yangmengajari saya dalam proses pembuatanjenang,mas.” Wawancara : 8 Januari 2013
Dari beberapa urain diatas, dapat dilihat bahwa dengan
sumber daya yang dimiliki oleh patron, ini mampu
mempengaruhi seorang klien bekerja kepada patron. Di sini
dapat dilihat juga bahwa patron dengan segala sumber daya
yang dimilikinya merupakan suatu wadah untuk mencari
nafkah bagi pemenuhan kebutuhan hidup kliennya, seorang
klien akan senang karena pekerjaannya akan dihargai dan
diniliai dengan upah yang akan diterima dan keuntungan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seorang patron adalah kepuasan kerja yang dilakukan dan laba
produksi. Dari sini, dapat dilihat bahwa transaksi elementer
juga terjadi dalam hubungan ini, dimana seseorang akan
menyediakan dan sebagai imbalannya mereka juga akan
memperoleh barang atau jasa yang diinginkan.
Pemberian jaminan pekerjaan tetap oleh patron terhadap
kliennya ini merupakan salah satu bentuk pertukaran yang ada
dalam industri jenang, dalam hal ini patron sangat terbantu
dengan apa yang diberikan oleh kliennya dalam menjaga
keberlangsungan proses produksinya, dan klien juga merasa
terbantu oleh jaminan pekerjaan tetap yang diberikan oleh
patron untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya.
Sehingga timbal balik ini sangatlah menguntungkan bagi dua
pihak yang saling membutuhkan, dalam hal ini pemilik industri
dengan tenaga kerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Warsiyem sebagai berikut :
“Meskipun hasilnya tak seberapa, tapialhamdulillah saya dapat mencukupi kebutuhansehari-hari dan menyekolahkan anak,mas”wawancara : 12 Agustus 2012
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh ibu Saidi
sebagai berikut :
“ semenjak saya bekerja di sini, saya mampumembantu suami saya dalam mencukupi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mas, meskipun hanya untuk makan, tapi yaalhamdulillah mas” wawancara : 12 Agustus 2012
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
keberadaan industri kecil di Desa ini sangatlah membantu
masyarakat sekitar dalam mencukupi kebutuhan ekonominya.
Dapat dilihat dari data diatas, bahwa semenjak bekerja dalam
industri kecil ini, para tenaga kerja ini mampu mencukupi
kebutuhan hidupnya, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun
untuk membantu biaya menyekolahkan anaknya.
Seperti yang dikatakan oleh Scott, dalam relasi yang
penting ada unsur timbal balik antar pelakunya, dan dalam
pelaksanaanya ada norma yang mengendalikan hubungan
timbal balik ini, dimana hubungan ini dapat bersifat universal
dan mengandung dua unsur pokok yaitu bahwa orang
seharusnya membantu mereka yang menolongnya dan jangan
menyakiti para penolong ini ( Gouldner, 1977:38 dalam Hedi
Shri Ahimsa Putra, Patron & Klien di Sulawesi Selatan : 2007 :
11 ). Walaupun universal, hal ini tidak lantas dilihat berarti
bahwa norma-norma ini tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
pertukaran yang terjadi. Apakah seseorang yang diberi merasa
memiliki kewajiban untuk membalas pemberian orang lain
tergantung pada nilai yang diberikan, dan ini dipengaruhi lagi
oleh faktor yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bentuk hubungan ini memang sengaja diciptakan, tidak
dapat melalui seorang inidividu. Apabila seseorang ingin
mempunyai suatu relasi tertentu dengan pihak lain maka perlu
memberikan sesuatu terlebih dahulu, dan jika pihak lain
bersedia maka pemberian itu akan dibalas ( Foster (1963)
dalam Hedi Shri Ahimsa Putra, Patron Klien di Sulawesi
Selatan: 2007 : 11)
2. Jaminan Pengupahan Bagi Tenaga Kerjanya
Dalam pengelolaan suatu organisasi industri,
pembayaran upah atau pengupahan merupakan suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari proses produksi. Karena
pengupahan ini berfungsi untuk memperlancar proses
produksi dan merupakan pra syarat fungsional bagi eksistensi
industri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sistem pembayaran upah atau pengupahan pada kegiatan
industri di Desa Kedunggudel ini adalah sistem upah harian.
Sistem upah harian, merupakan salah satu bentuk sistem
pengupahan yang diterapkan oleh pemilik industri di Desa
Kedunggudel ini yang mana pemilik industri akan memberikan
upah kepada tenaga kerjanya setelah kegiatan produksi selesai.
Besarnya upah yang diterima ini, tergantung dari pemilik
industri yang menggunakan jasa tenaga kerjanya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membantu proses produksi dalam industrinya. Apabila seorang
tenaga kerja sudah tidak mempunyai hubungan kerja dengan
pemilik industri, maka tidak akan mendapatkan upah atau gaji.
Jadi seorang tenaga kerja akan menerima upah dari pemilik
industrinya setelah bekerja, dan ini akan berlangsung sesuai
dengan kesepakatan awal terjadinya hubungan kerja antara
pemilik industri dengan tenaga kerjanya.
Mengenai pemberian upah, seorang tenaga kerja akan
menerima besarnya upah sesuai dengan kesepakatan dengan
pemilik industri kecil yang terjadi dalam awal perekrutan
tenaga kerja. Pembayarannya pun dilaksanakan tiap hari dan
besarnya upah yang diterima itu tergantung industri yang
digeluti oleh sang klien, hal ini dikarenakan di Desa
Kedunggudel ini terdapat bermacam-macam industri , antara
lain Industri Jenang /Roti, Industri Batik, Industri Karak dan
Rambak dll. Sehingga besarnya pemberian upah yang
diberikan oleh pemilik industri saling berbeda tergantung
kekuatan ekonomi masing-masing industri.
Besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerjanya pun
dapat berubah sesuai dengan permintaan pasar, apabila
permintaan pasar meningkat, maka akan mempengaruhi proses
produksi sehingga secara tidak langsung juga akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempengaruhi besarnya upah yang akan di berikan oleh pihak
patron.
Pemberian upah bagi klien yang bekerja dalam industri
jenang, yakni pemberian upah disesuaikan dengan jumlah
proses produksi yang berlangsung. Apabila tanpa lembur,
seorang klien akan menerima satu kali gaji dan apabila lembur
klien akan menerima dua kali gaji. Akan tetapi pemberian upah
ini tidak berlaku kepada semua kliennya, melainkan hanya
kepada yang berproses dalam pengolahan jenang atau yang
lazim disebut dengan istilah “njenang”. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno :
“pemberian upah saya berikan setiap hari mas.Saya hitung Rp. 40.000,00 tiap hari. Apabilalembur saya berikan Rp. 80.000,00” wawancara :10 Agustus 2012
Pengupahan juga dilakukan dalam industri yang lebih
kecil dengan sistem harian. Hal ini dikarenakan, pesanan atau
orderan tidak selalu setiap hari, biasanya tergantung pasaran.
Maksud pasaran di sini adalah pasaran ( weton ) dalam
hitungan jawa. Dan apabila sepi, maka para klien tidak bekerja.
Hal ini sepereti apa yang dituturkan oleh Bp. Geming Ariyanto
sebagai berikut :
“Di tempat saya upahnya harian,mas.Perharinya saya hitung Rp. 30.000,00 dan apabilalembur saya berikan Rp. 60.000,00 mas. Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
apabila tidak ada pesenan maka tenaga kerja sayalibur,mas” wawancara :10 Agustus 2012
Selain itu besarnya upah yang akan diterima antara
seorang laki-laki dan perempuan ini cenderung berbeda. Hal
ini dikarenakan laki-laki menduduki pos pengerjaan yang
cenderung lebih berat dengan apa yang dikerjakan oleh
perempuan. Sehingga perbedaan ini juga mempengaruhi
mengenai berapa besar upah yang diterima oleh laki-laki dan
perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Supano
Pandyo Raharjo sebagai berikut :
“ pemberian upah dibedakan antara pria danwanita, mas. Untuk pria saya berikan Rp. 30.000,00, dan wanita saya berikan Rp. 20.000,00.Hal ini dikarenakan pria pekerjaannya lebihberat,mas” wawancara : 10 Agustus 2012
Dari penjelasan uraian diatas, dapat dilihat bahwa
pemberian upah oleh patron dibedakan oleh jenis kelamin
kliennya, dikarenakan perbedaan kapasitas pekerjaan yang
dilakukan oleh kliennya tersebut.
Pendapatan penghasilan berupa pemberian ini sangatlah
membantu kehidupan masyarakat pelaku industri ini dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Saidi :
“ semenjak saya bekerja di sini, saya mampumembantu suami saya dalam mencukupi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mas, meskipun hanya untuk makan, tapialhamdulillah mas” wawancara : 12 Agustus 2012
Selain itu hal senada juga diungkapkan oleh mas Ade :
“alhamdulillah mas. Saya dapat membantuorang tua saya untuk mencukupi kebutuhanhidup,mas. Wawancara : 8 Januari 2013.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa dengan keikutsertaannya dalam
industri ini mereka dapat meringankan beban hidup.
Pendapatan yang mereka dapatkan atas industri ini merupakan
salah satu faktor penting untuk mencukupi kebutuhan hidup,
pemberian upah yang sesuai dengan apa yang telah diberikan
pekerja kepada industri ini diharapkan mampu meningkatkan
dan mempertahankan hubungan patron klien ini dalam jangka
waktu yang lama.
B. Jaminan Krisis Subsistensi
Selain upah seorang Patron juga akan memberikan jaminan
sosial yang menjadi haknya terhadap kliennya. Pemberian jaminan
sosial dilakukan secara lesan dan kekeluragaan. Bentuk Jaminan-
jaminan sosial ini antara lain :Jaminan terhadap keberlangsungan
pendidikan anak Kliennya. Jaminan kesehatan terhadap kesehatan
klien dan keluarganya. Pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR )
bagi kliennya, dan lain-lain. .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemberian mengenai jaminan diatas, itu sesuai dengan apa
yang ungkapkan oleh ibu Warsiyem, Klien Bp. Teguh Miyatno:
“iya,mas. Saya selalu dibantu mas apabilasaya sedang mengalami kesulitan terutamakesulitan ekonomi, misalnya kalo saya sedangmebutuhkan biaya untuk sekolah anak saya danbiaya apabila saya atau anggota keluarga sayasedang mengalami sakit, mas. Selain itu, kalauhari Idul Fitri saya selalu diberikan TunjanganHari Raya,mas. Wawancara 12 Agustus 2012.”
selain itu pemberian jaminan atas krisis subsitensi yang
dialami oleh kliennya juga diutarakan oleh Mas Ade sebagai
berikut:
“Juragan saya itu baik orangnya, mas.Setiap saya datang untuk meminjam uang untukmencukupi kebutuhan, saya selalu dipermudahmas. Pengembaliannya pun tidak terlalu dipersulit,hanya dengan membantu pekerjaan juragansaya,mas” wawancara 11 Agustus 2012.
Mengenai pemberian jaminan atas krisis subsitensi yang
dialamai kliennya, hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp.
Supano Pandyo Raharjo sebagai berikut :
“ saya selalu berusaha membantu tenagasaya,mas. Apabila sedang mengalami kesulitanekonomi, saya meminjaminya uang,mas.Pengembaliaanya pun tidak saya persulit,mas.Hanya dengan membantu pekerjaan saya,mas”wawancara : 10 Agustus 2012
Jaminan sosial yang berikan oleh seorang patron ini tidak
bersifat tertulis, melainkan menjadi kewajiban bagi seorang patron
untuk memberikan jaminan sosial terhadap kliennya atas apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diberikan oleh kliennya guna keberlangsungan usaha patron.
Mengenai pengembalian atas pemberian jaminan ini, pihak patron (
pemilik industri ) ini juga tidak mempersulit, hanya dengan
kesetiaan dalam membantu pekerjaan patron ( pemilik industri ).
Dengan adanya pemberian jaminan ini, maka klien akan merasa
hutang budi kepada patron, sehingga klien akan berusaha
semaksimal mungkin untuk membantu proses produksi guna
keberlangsungan industri yang dimiliki oleh sang patron.
Pemberian jaminan ini, merupakan salah satu bentuk pertukaran
yang terjadi dalam relasi patron-klien dalam industri pedesaan di
Desa Kedunggudel.
C. Perlindungan
Dalam kehidupan sosial, masyarakat umum selalu
dihadapkan dengan berbagai permasalahan, baik permasalahan
dalam kehidupannya sendiri, maupun dengan kehidupan
bermasyarakat. Permasalahan dalam kehidupannya sendiri ini
sebagai contoh mengenai permasalahan ekonomi, hubungan
keluarga dan lain-lain. Sedangkan untuk permasalahan dengan
kehidupan bermasyarakat merupakan salah satu bentuk
permasalahan yang berhubungan dengan orang lain, misalnya
konflik dengan seseorang, ancaman, gangguan, fitnah dan lain-lain.
Melihat dari berbagai bentuk permasalahan diatas, masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dihadapkan dengan situasi bagaimana memecahkan permasalahan
tersebut.
Dalam kehidupan industri, baik pemilik maupun tenaga
kerja juga dihadapkan dengan berbagai permasalahan diatas. Dalam
hubungan industri patronklien ini, masing-masing pihak
mempunyai kewajiban untuk saling melindungi satu sama lain.
Bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk ikatan antara
kedua belah pihak atas apa yang telah didapatkan. Apabila seorang
patron dihadapkan dengan permasalahan maka tidak segan klien
juga akan membantu menyelesaikan masalah tersebut, begitu juga
sebaliknya apabila klien mengalami masalah maka patron juga
akan membantu menyelesaikan masalah tersebut. Perlindungan ini
didasari atas hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara kedua
belah pihak. Adanya jaminan mengenai perlindungan terhadap
klien ini juga diungkapkan oleh pernyataan oleh Ibu Warsiyem
sebagai berikut :
“sewaktu anak saya batal nikah, juragan sayamembantu menyelesaikan masalah saya,mas.”wawancara : 8 Januari 2013
Senada dengan yang diungkapkan oleh Bp. Geming Ariyanto
sebagai berikut :
“dulu pernah ada berita miring mengenaiusaha saya , dan tenaga kerja saya selalu membelasaya kalau berita itu tidak benar” wawancara : 8Januari 2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa
masing-masing pihak mempunyai kewajiban untuk saling
melindungi satu sama lain, adanya faktor ketergantungan antara
kedua belah pihak dan adanya rasa kekeluargaan dan kekerabatan
dalam hubungan patron-klien ini menjadi salah satu penyebab
terjadinya perlindungan tersebut.
D. Jasa Patron Kolektif
Secara internal, patron sebagai kelompok dapat melakukan
fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat mengelola dan
mensubsidi sumbangan dan keringan, menyumbangkan tanah untuk
saran kolektif, mendukung sarana umum setempat ( seperti sekolah,
jalan kecil, bangunan masyarakat ), dan mensponsori festival atau
perayaan desa. Di industri desa kedunggudel, patron selalu
berusaha untuk berperan aktif bagi kepentingan masyarakat Desa
Kedunggudel. Apabila ada kepentingan yang mengatasnamakan
kepentingan warga, pihak pemilik industri ini juga tidak segan-
segan untuk membantu kegiatan kemasyarakatan yang ada di Desa
Kedunggudel. Pemberian bantuan ini merupakan salah satu bentuk
kepedulian pemilik industri ini terhadap kepentingan masyarakat
sekitar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bp. Supano Pandyo
Raharjo yang mana menjelaskan sebagai berikut :
“kami selalu berusaha untuk terlibat dalamsetiap kegiatan masyarakat,mas. Apabila adakegiatan masyarakat tak jarang saya memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bantuan berupa uang, maupun bantuan berupapenyediaan makanan” wawancara : 10 Agustus 2012
Dari ungkapan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemilik industri berusaha untuk selalu terlibat dalam setiap
kegiatan masyarakat sebagai bentuk kepedulian atau
tanggungjawab sosial atas keberadaan industri ini di desa
Kedunggudel.
Selain itu ada juga bentuk pengelolaan jasa patron kolektif
yakni pemberian hak guna rumah untuk gudang perkakas/
inventaris masyarakat Desa Kedunggudel. Dengan adanya
pemberian hak guna ini masyarakat sekitar merasa terbantu untuk
menyimpan dan merawat inventaris/ perkakas masyarakat. Hal ini
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bp. Teguh Miyatno
sebagai berikut :
“ saya memberikan ijin hak guna atas lahan danrumah kosong saya untuk dijadikan gudang inventarismasyarakat di Desa Kedunggudel ini,mas” wawancara8 Januari 2013
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemilik industri
ini tidak segan untuk memberikan hak guna lahan maupun rumah
kosong yang dimilikinya untuk kepentingan warga masyarakat. Hal
ini merupakan perwujudan patron mampu melaksanakan fungsi
jasa patron kolektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matriks 1
Hasil Temuan di Industri Jenang
No. Aspek Hasil Temuan
A.
B.
C.
D.
Penghidupan Kebutuhan
Subsistensi Dasar
a.Jaminan Pekerjaan Tetap
b. Pemberian Upah
Jaminan Krisis Subsistensi
Perlindungan
Jasa Patron Klolektif
Pemberian jaminan pekerjaan tetap
oleh pemilik industri terhadap klien
Jaminan pemberian upah oleh
pemilik industri kepada klien
Pemberian jaminan krisis subsistensi,
pinjaman uang, jaminan kesehatan,
THR
Adanya sikap saling melindungi
antara kedua belah pihak
Adanya pemberian hak guna lahan
dan rumah untuk gudang perkakas
desa
Sumber : Data Primer diolah ( 2013 )
B. Hubungan Patro-klien dalam Industri Karak/ Rambak di Desa
Kedunggudel, Kel. Kenep, Kec/ Kab. Sukoharjo.
Selain industri Jenang dan Batik, ada juga industri yang bisa
dikatakan cukup populer di Desa Kedunggudel, yakni Industri Karak
dan Rambak. Tercatat ada sekitar 3 industri yang bergerak dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembuatan karak dan rambak di Desa Kedunggudel ini. Kebanyakan
industri karak ini merupakan industri yang bersifat turun menurun,
dilihat dengan pelaku industri karak dan rambak ini merupakan generasi
penerus dari pendiri industri karak dan rambak ini. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Karno Semito :
“saya hanya meneruskan apa yang telah dirintisoleh orang tua saya dahulu,mas.” Wawancara : 16Agustus 2012.
Dari uraian diatas, dapat diketahui keberadaan industri karak
dan rambak di Desa Kedunggudel ini hampir sama dengan industri
jenang dan industri batik di Desa Kedunggudel, dilihat dari pendirian
industri karak dan rambak ini merupakan suatu bentuk industri yang
diwariskan secara turun menurun.
Keberadaan industri karak dan rambak ini juga mempunyai
pengaruh bagi warga sekitar, selain mencukupi kebutuhan akan hasil
produksi karak dan rambak, keberadaan industri ini juga mampu
menyerap tenaga kerja, meskipun dengan jumlah tenaga kerja yang
cukup sedikit dengan industri yang bergerak dalam pembuatan jenang
maupun industri batik. Hal ini dikarenakan proses pembuatan karak dan
rambak ini hanya membutuhkan proses yang lebih sederhana dibanding
dengan pembuatan jenang dan batik. Industri karak dan rambak ini,
dalam proses pembuatannya hanya meliputi 4 proses pembuatan yakni
“njenang”( pembuatan adonan), “ngrajang” (pengirisan), ndhendheng
(penjemuran), dan penggorengan. Tercatat tidak kurang dari 3 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh masing-masing industri karak dan
rambak. Meskipun hanya menyerap tenaga kerja yang lebih sedikit
dibandingkan dengan industri lain yang berkembang di desa ini,
keberadaan industri karak dan rambak ini mampu membantu
meningkatkan perekonomian bagi pelaku industri ini.
Dalam pengelolaannya industri karak dan rambak ini terjadi
transaksi pertukaran antara kedua belah pihak, adapun bentuk
pertukaran terjadi antara lain :
A. Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi Dasar
Sama halnya dengan industri lain yang berada di Desa
Kedunggudel, pemenuhan akan kebutuhan subsistensi dasar tenaga
kerjanya merupakan tanggungjawab dan kewajiban yang dimiliki
oleh pemilik industri. Adapun bentuk pemenuhan kebutuhan
subsistensi dasar tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Jaminan pekerjaan tetap
Dalam suatu industri pasti membutuhkan tenaga kerja
untuk menjalankan proses produksi. Kebutuhan akan tenaga
kerja dalam industri ini merupakan magnet tersendiri bagi
seseorang untuk mencukupi segala bentuk kebutuhan
hidupnya. Adanya kepentingan antara kedua belah pihak,
yakni antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya
memunculkan pertukaran antara kedua belah pihak. Pemilik
industri membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
industrinya, dan keberadaan industri ini juga menjadi wadah
bagai seseorang untuk mencari nafkah guna mencukupi
kebutuhannya.
Dalam perekrutannya, tidak berbeda jauh dengan
perekrutan yang terjadi dalam industri jenang maupun batik,
semuanya hanya didasarkan atas rasa kemauan dan
kepercayaan antara kedua belah pihak untuk menjalin
hubungan kerja. Tidak adanya suatu ikatan janjian tertulis
membuat hubungan ini sangatlah fleksibel, akan tetapi mudah
terputus apabila salah satu pihak tidak terpenuhi kebutuhannya.
Sehingga dengan adanya jaminan pekerjaan tetap, kedua belah
pihak ini akan merasa saling membutuhkan, yang nantinya
akan membawa hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu
yang cukup lama.
Dalam perekrutan tenaga kerjanya, pemilik industri ini
memprioritaskan bagi warga yang kurang mampu secara
ekonomi di wilayah desa Kedunggudel ini. Hal ini dilakukan
semata-mata hanya untuk menolong kondisi perekonomiannya.
Sehingga diharapkan setelah tergabung dalam industri ini
kondisi perekonomiannya mampu meningkat karena sudah
mempunyai pekerjaan dan pemasukan yang tetap. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Ibu Karno Semito sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“saya mengajak mereka untuk bekerjakepada saya, semata-mata hanya untuk menolongmereka,mas. Karena mereka tidak mempunyaipekerjaan” wawancara 16 Agustus 2012
Pemberian jaminan pekerjaan tetap merupakan salah satu
bentuk kepedulian yang dimiliki oleh pemilik industri terhadap
kehidupan perekonomian tenaga kerjanya. Dengan adanya
pemberian jaminan akan pekerjaan ini mampu menjadi sumber
mata pencaharian bagi tenaga kerja untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya, seperti yang diungkapkan oleh ibu
Pringgo Sutrisno sebagai berikut :
“alhamdulillah,mas. Semenjak saya bekerjadisini saya mampu membantu anak-anak sayauntuk memenuhi kebutuhan makan,mas.”wawancara : 16 Agustus 2012
Dari uraian diatas, dapat dilihat dengan adanya
jaminan pekerjaan tetap bagi tenaga kerjanya, akan sangat
mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan hidup tenaga
kerjanya. Karena, jaminan pekerjaan yang diberikan mampu
menjadi sumber mata pencaharian bagi tenaga kerjanya.
2. Pemberian Upah
Pemberian upah merupakan salah satu kewajiban bagi
seorang pemilik industri kepada tenaga kerjanya atas apa yang
dikerjakan untuk keberlangsungan industri yang dijalankan
oleh pemilik industri. Pemberian upah ini menjadi poin penting
dalam suatu hubungan pekerjaan, karena keberlangsungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hubungan pekerjaan ini akan dapat terus terjalin apabila
seorang tenaga kerja mendapatkan hak yang sesuai dengan apa
yang telah diberikannya terhadap keberlangsungan industri.
Pemberian upah yang layak ini juga merupakan salah
satu bentuk kesepakan awal antara kedua belah pihak sebelum
menjalin hubungan ini.
Untuk pemberian upah di industri karak dan rambak ini
sangat dipengaruhi oleh jumlah pesanan, karena semakin besar
jumlah pesanan yang dikerjakan oleh suatu industri maka akan
mempengaruhi jumlah pemasukan bagi industri tersebut yang
nantinya secara tidak langsung juga akan mempengaruhi
besarnya upah yang akan diterima oleh tenaga kerjanya. Selain
itu, pasaran dalam hitungan Jawa (weton) juga mempengaruhi
produsksi, apabila pasaran dalam hitungan Jawa termasuk
pasaran yang sepi, maka produksi akan libur atau dalam skala
produksi yang lebih sedikit, berbeda apabila pasaran tergolong
dalam pasaran yang ramai, maka kapasitas produksinya akan
ditambah. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Karno Semito
sebagai berikut :
“ upah saya berikan setiap hari,mas. Setiapharinya saya hitung Rp. 20.000,00 dan apabilalembur saya tambahkan Rp. 10.000,00. Apabilapasarannya sepi saya terkadang terpaksa liburproduksi,mas. Kalaupun ada produksi jumlahnyajuga lebih sedikit,mas. Wawancara 16 agustus2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kapasitas
produksi itu akan sangat menentukan jumlah pendapatan yang
akan diterima oleh tenaga kerjanya. Pemberian upah yang
sesuai dengan apa yang telah dikerjakan oleh tenaga kerja juga
mampu membantu tenaga kerja untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Pringgo Sutrisno
sebagai berikut :
“alhamdulillah,mas. Semenjak saya bekerjadisini saya mampu membantu anak-anak sayauntuk memenuhi kebutuhan makan,mas.”wawancara : 16 Agustus 2012
Dari hasil wawancara diatas, dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa dengan adanya jaminan pemberian upah
tenaga kerja mampu mencukupi segala bentuk kebutuhan
hidupnya.
B. Jaminan Krisisi Subsistensi
Selain upah seorang Patron juga akan memberikan jaminan
sosial yang menjadi haknya terhadap kliennya. Pemberian jaminan
sosial dilakukan secara lesan dan kekeluragaan. Bentuk Jaminan-
jaminan sosial ini antara lain : Jaminan terhadap keberlangsungan
pendidikan anak Kliennya. Jaminan kesehatan terhadap kesehatan
klien dan keluarganya. Pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR )
bagi kliennya, dan lain-lain. .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemberian mengenai jaminan diatas, itu sesuai dengan apa
yang ungkapkan oleh ibu Pringgo Sutrisno sebagai berikut :
“saya selalu dibantu juragan saya apabila sayasedang mengalami kesulitan ekonomi,mas. Juragansaya selalu meminjami saya uang. ” wawancara 16Agustus 2012.
Mengenai pemberian jaminan atas krisis subsitensi yang
dialami kliennya, hal yang senada juga diungkapkan oleh Ibu
Karno Semito sebagai berikut :
“saya selalu berusaha menmbantu tenagasaya,mas. Apabila sedang kesulitan ekonomi sayaselalu memberikan pinjaman uang” wawancara : 16Agustus 2012
Jaminan sosial yang berikan oleh seorang patron ini tidak
bersifat tertulis, melainkan menjadi kewajiban bagi seorang patron
untuk memberikan jaminan sosial terhadap kliennya atas apa yang
diberikan oleh kliennya guna keberlangsungan usaha patron.
Mengenai pengembalian atas pemberian jaminan ini, pihak patron (
pemilik industri ) ini juga tidak mempersulit, hanya dengan
kesetiaan dalam membantu pekerjaan patron ( pemilik industri ).
Dengan adanya pemberian jaminan ini, maka klien akan merasa
hutang budi kepada patron, sehingga klien akan berusaha
semaksimal mungkin untuk membantu proses produksi guna
keberlangsungan industri yang dimiliki oleh sang patron.
Pemberian jaminan ini, merupakan salah satu bentuk pertukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang terjadi dalam relasi patron-klien dalam industri pedesaan di
Desa Kedunggudel.
C. Perlindungan
Dalam kehidupan industri, baik pemilik maupun tenaga kerja juga
dihadapkan dengan berbagai permasalahan diatas. Dalam
hubungan industri patronklien ini, masing-masing pihak
mempunyai kewajiban untuk saling melindungi satu sama lain.
Bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk ikatana
antara kedua belah pihak atas apa yang telah didapatkan. Apabila
seorang patron dihadapkan dengan permasalahan maka tidak segan
klien juga akan membantu menyelesaikan masalah tersebut, begitu
juga sebaliknya apabila klien mengalami masalah maka patron juga
akan membantu menyelesaikan masalah tersebut. Perlindungan ini
didasari atas hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara kedua
belah pihak. Adanya jaminan mengenai perlindungan terhadap
klien ini juga dibenarkan oleh pernyataan yang diungkapkan oleh
Ibu Pringgo Sutrisno sebagai berikut :
“ Dulu waktu saya pernah ada masalah dengansaudara saya, juragan saya yang membantumenyelesaikan,mas” wawancara : 9 Januari 2013
Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Karno Semito sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“dulu saya pernah ada masalah dengan tetanggasaya,mas. Tenaga saya ikut membantumenyelesaikan,mas” Wawancara : 9 Januari 2013.
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa
masing-masing pihak mempunyai kewajiban untuk saling
melindungi satu sama lain, adanya faktor ketergantungan antara
kedua belah pihak dan adanya rasa kekeluargaan dan kekerabatan
dalam hubungan patron-klien ini menjadi salah satu penyebab
terjadinya perlindungan tersebut.
D. Jasa Patron Kolektif
Secara internal, patron sebagai kelompok dapat
melakukan fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat
mengelola dan mensubsidi sumbangan dan keringan,
menyumbangkan tanah untuk saran kolektif, mendukung sarana
umum setempat ( seperti sekolah, jalan kecil, bangunan masyarakat
), dan mensponsori festival atau perayaan desa. Industri karak dan
rambak ini belum mampu sepenuhnya memberikan bentuk jasa
patron kolektif terhadap kepentingan warga masyarakat, hal ini
dikarenakan industri ini lebih kecil dibandingkan dengan dua jenis
industri yang lain, selain itu hanya beberapa orang saja yang
menjalankan industri karak dan rambak di Desa Kedunggudel ini.
Akan tetapi, apabila ada kegiatan yang ada di Desa Kedunggudel
ini, para pemilik industri ini berusaha untuk selalu terlibat, baik
dalam bantuan fisik maupun bantuan non fisik, misalnya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemberian bantuan uang maupun jaminan penyediaan bahan
makanan untuk keperluan kegiatan tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Karno Semito sebagai berikut :
“apabila ada kegiatan di desa ini, saya selaluberusaha membantu semampu saya,mas” wawancara: 16 Agustus 2012
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pemilik industri ini selalu berusaha berpartisipasi dalam segala
bentuk kegaiatn yang ada di masyarakat, mereka beranggapan
semua ini merupakan salah satu bentuk tanggungjawab terhadap
masyarakat atas keberadaan industri karak dan rambak di desa
Kedunggudel ini.
Matriks 1.2
Hasil Temuan di Industri Karak dan Rambak
No. Aspek Hasil Temuan
A.
B.
Penghidupan Kebutuhan
Subsistensi Dasar
a.Jaminan Pekerjaan Tetap
b. Pemberian Upah
Jaminan Krisis Subsistensi
Pemberian jaminan pekerjaan tetap
oleh pemilik industri terhadap klien
Jaminan pemberian upah oleh
pemilik industri kepada klien
Pemberian jaminan krisis subsistensi,
pinjaman uang, jaminan kesehatan,
THR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C.
D.
Perlindungan
Jasa Patron Klolektif
Adanya sikap saling melindungi
antara kedua belah pihak
Adanya bantuan dari pihak pemilik
industri untuk setiap kegiatan desa
Sumber : Data Primer diolah ( 2013 )
C. Hak dan Kewajiban Pemilik Industri
Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari suatu
tanggungjawab yang berupa kewajiban, yang senantiasa harus
dijalankan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Demikian pula
salam suatu aktivitas yang melibatkan dua pihak, masing-masing harus
memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain. Hubungan kerja yang
terjadi pada industri kecil di desa Kedunggudel ini melibatkan pemilik
industri selaku Patron dan tenaga kerjanya selaku klien sebagai pihak
yang memiliki kewajiban yang harus dipenuhi satu sama lain.
Adapun kewajiban pokok yang dimiliki oleh pemilik industri
adalah memberikan apa yang menjadi hak seorang tenaga kerjanya,
dalam hal ini mengenai pemberian upah atau gaji kepada tenaga
kerjanya. Upah atau gaji ini sebagai wujud pengganti atas apa yang
diberikan tenaga kerja kepada pemilik industri demi keberlangsungan
industrinya. Upah yang diberikan juga bukan sembarang upah,
melainkan besaran upah yang diterima oleh sang klien ini sudah
menjadi kesepakan awal antara kedua belah pihak, dan disesuaikan
dengan kemampuan produksi suatu industri kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain berkewajiban memberikan upah, para pemilik industri ini
juga berkewajiban untuk mengatur jalannya pekerjaan. Dalam hal
produksi, pemilik industri akan menyediakan alat dan bahan produksi
untuk tenaga kerjanya. Hak oleh pemilik industri dalam hubungan kerja
dengan tenaganya antara lain hak untuk dihargai, dan dihormati oleh
para tenaga kerjanya. Walaupun selama proses produksi, tenaga kerja
akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan penuh tanggungjawab,
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan harapan.
Pemilik industri juga berhak untuk menilai pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kerjanya, peniliain ini didasarkan pada hasil
produksi. Apabila tenaga kerja melakukan kesalahan atau pemilik
industri merasa kurang puas dengan kinerja yang dilakukan oleh tenaga
kerjanya, maka yang dilakukan oleh pemilik industri hanya menegur
dan memberikan pengrahan kepada tenaga kerjanya, jadi untuk tidak
melakuakan kesalahan, seorang tenaga kerja akan bekerja dengan
sungguh-sungguh dan sesuai dengan arahan yang diberikan oelh
pemilik industri. Hal ini didasari oleh adanya kepercayaan dan
hubungan kekeluargaan dengan pemilik industri.
Selain itu, pemilik industri ini juga mempunyai hak untuk
mendapatkan laba/ keuntungan atas proses produksi yang telah
dilakukan, setelah mengeluarkan modal/ biaya produksi maka pemilik
industri ini berhak memperoleh pendapatan yang sebanding dengan apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang telah dikeluarkannya. Meskipun dalam proses produksi ini sangat
dipengaruhi oleh jumlah pesanan produksi.
D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
Sedangkan kewajiban utama tenaga kerja adalah melaksanakan
apa yang telah menjadi tugasnya, dan menerima setiap tugas yang telah
diberikan oleh sang pemilik industri. Dan untuk hak mutlak yang harus
diterima dari pemilik industri adalah mendapatkan upah atas apa yang
telah diberikan untuk keberlangsungan proses produksi. Seorang tenaga
kerja pasti berharap untuk mendapatkan upah atau gaji dari pemilik
industri sebagai pengganti atas jerih payah yang telah diberikan kepada
pemilik industri.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan
Patron-Klien
Seperti relasi atau hubungan lainnya yang memiliki alasan
untuk selalu berkembang dan tumbuh, begitu juga dengan hubungan
patronklien yang mempunyai beberapa fakor yang menyebabkan
hubungan ini selalu berkembang dalam masyarakat.
Berdasar dari hasil pengamatan guna menyelesaikan studi penelitian
ini, peneliti menjabarkan tentang factor-faktor penentu yang
menyebabkan hubungan ini masih berlangsung sampai sekarang. Antara
lain seperti :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Keterbatasan Pekerjaan Alternatif
Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan
kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri ini bisa
dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini menjadi magnet
tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk bekerja dalam sektor industri
kecil ini. Sehingga mayoritas tenaga yang bekerja dalam industri ini
merupakan masyarakat lokal.
Dari data yang diperoleh dari Kalurahan, menyebutkan bahwa
70 orang yang berprofesi sebagai buruh ( Klien ) ini berasal dari dalam
daerah, dan sisanya berasal dari luar wilayah desa Kedunggudel
meskipun dengan prosentase yang sangat kecil, yakni sekitar 20 % atau
14 dari total pekerja industri di Desa Kedunggudel. Hal ini dikarenakan
para pemilik industri kecil di Desa Kedunggudel lebih mengutamakan
tenaga kerja yang berasal dari dalam daerahnya sendiri, guna membantu
mengangkat kondisi perekonomiannya dan mengurangi angka
pengangguran di desa Kedunggudel ini.
Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan
berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang
ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan upah
sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang
tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah
yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencari alternatif pekerjaan lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
mas Ade sebagai berikut :
“mau kerja dimana lagi,mas. Besarnya upah yang sayadapatkan saat bekerja disini pun hampir sama denganapa yang saya dapatkan kalo bekerja diluar, bahkanlebih besar dari pekerjaan yang lain,mas” wawancara11 Agustus 2012.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa besarnya upah yang
mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk mencari
pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang dialami
oleh klien, juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif
pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar industri
sekarang memberikan syarat minimal untuk melamar pekerjaan,
sedangkan untuk bekerja di industri kecil ini seorang klien hanya
berdasarkan kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa keengganan
masyarakat desa Kedunggudel ini untuk mencari alternatif pekerjaan
lain dikarenakan upah yang diterima dalam sektor industri kecil ini,
hampir sama dengan pekerjaan lain atau bahkan lebih besar dari
pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang pernah
dialami seorang klien juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari
alternatif pekerjaan lain.
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel
Masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat
Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya mobilitas seorang tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kerja untuk menjadi seorang pemilik industri ini sangatlah kecil, kurang
berani dalam melakukan inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak
akan terjadi secara signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang
selama hampir delapanbelastahunan mampu untuk membuka usaha
industri ini mulai dari nol / mulai awal, meskipun mereka juga sudah
mendapatkan ilmu untuk mendirikan industri kecil. Hal ini dapat dilihat
dari kehidupan seorang klien di tempatnya Bp. Teguh Miyatno, yakni
Ibu Warsiyem. Beliau sudah bekerja di industri jenang ini lebih dari 18
tahunan. Meskipun sudah lama bergelut dalam industri ini, beliau tidak
mampu berinovasi untuk mencoba mendirikan usaha jenang ini.
Selain itu, faktor ekonomi juga mampu menjadi tembok
penghalang bagi seseorang. Ketiadaan sumber ekonomi yang memadai
ini mampu memicu rendahnya tingkat mobilitas seseorang untuk
mencukupi segala bentuk kebutuhannya.
3. Adanya Politik Balas Budi
Selain itu faktor merasa hutang budi kepada pemilik industri
atas apa yang telah diberikan juga dapat mengakibatkan rendahnya
tingkat mobilitas mereka untuk mencari lapangan kerjaan yang
mungkin dapat lebih meningkatkan taraf hidup mereka, mereka
beranggapan merasa sungkan untuk pindah ke tempat lain. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Warsiyem sebagai berikut :
“saya merasa hutang budi kepada juragan saya,mas.Jadi saya enggan untuk mencari pekerjaan lain, mas.Wawancara tanggal 12 Agustus 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matriks 1.3
Faktor yang mempengaruhi keberlangsungan Hubungan Patron-klien
dalam industri masyarakat pedesaan
No. Aspek Hasil Temuan
a.
b.
c.
Keterbatasan Pekerjaan
Alternatif
Rendahnya Mobilitas
Masyarakat
Adanya Politik Balas
Budi
Keengganan untuk mencari pekerjaan
lain.
Kurangnya inovasi, kretifitas warga
masyarakat.
Adanya keinginan untuk membalas
jasa patron.
Sumber : Data Primer yang diolah (2013)
Dari uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, faktor
ingin membalas budi atas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri
terhadap tenaga kerjanya, juga mengakibatkan keengganan untuk mencari
pekerjaan lain. Adanya politik balas budi yang berkembang dalam
masyarakat industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu
menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik industri,
sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang telah dimilikinya
dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan dan rasa saling percaya antara
kedua belah pihak, pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu,
dengan adanya rasa ingin membalas apa yang telah diberikan oleh pemilik
industri ini mampu menjalin hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu
yang sangat lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Pembahasan
Desa Kedunggudel merupakan salah satu desa yang masyarakatnya
bergerak dalam bidang perindustrian dan perdagangan. Maka tak ayal, jika
di desa Kedunggudel ini banyak sekali di jumpai industri kecil atau industri
rumah tangga. Industri yang ada di Desa Kedunggudel ini, secara historis
perkembangannya dapat dibedakan menjadi 2 yakni, industri yang
berkembang secara turun menurun ( warisan ) ataupun industri yang
berkembang dengan sendirinya, didirikan oleh pemilik industri bukan
warisan turun menurun. Meskipun begitu, untuk perkembangannya di desa
Kedunggudel ini mayoritas industrinya bersifat turun menurun. Para pelaku
industi ini merupakan generasi penerus dari pendiri industri ini.
Dalam pola pengelolaannya hampir kesemua industri yang ada di
Desa Kedunggudel ini menggunakan hubungan patron klien. Hal ini dapat
dilihat dari poal pengelolaan industri ini hanya di dasari oleh rasa saling
tolong menolong, kekerabatan, kekeluargaan dan persahabatan antara
masing-masing pihak yang saling membutuhkan. Adanya perbedaan
mengenai penguasaan sumber daya menempatkan salah satu pihak
mempunyai kedudukan yang lebih superior ( tinggi ) yakni pemilik industri,
dan pihak yang lain menempati kedudukan yang lebih inferior ( rendah )
yakni tenaga kerja. Meskipun ada perbedaan yang sangat mencolok antara
kedua belah pihak, mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal ini
dikarenakan adanya rasa saling membutuhkan dan pada hakekatnya manusia
itu mempunyai kedudukan yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
The patron-client relationship can be characterized generally as anunequal (but theoretically nonbinding) relationship between asuperior (a patron or leader) and a number of inferiors (clients,retainers, or followers), based on an asymmetrie exchange ofservices, where the de facto dependence on the patron of the clients,whose unpaid services may include economie obligations, paid orunpaid work, armed service, political support and other services, iscounterbalanced by the role the patron plays as a leading figure forall the clients and by the assistance, including monetary loans andprotection, he or she provides when necessary. (CHRISTIANPELRAS Patron-client ties among the Bugis and Makassarese ofSouth Sulawesi)
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan
patron klien ini terjadi karena adanya perbedaan status kedudukan yakni
salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi ( superior ) dan
salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih rendah ( inferior ).
Adanya perbedaan status ini menjadikan suatu bentuk pertukaran antara
kedua belah pihak, baik secara ekonomi ataupun sosial termasuk
perlindungan yang diberikan antara kedua belah pihak yang bersangkutan.
Mengenai yang lebih lanjut mengenai hubungan patron-klien dalam
industri rumah tangga atau industri kecil di desa Kedunggudel ini, peneliti
mencoba menguraikannya menggunakan Teori Patron-klien yang
dikemukakan oleh James Scott. Adapun beberapa kriteria tersebut antara
lain sebagai berikut :
A. Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi Dasar
Pemenuhan akan kebutuhan susistensi dasar merupakan salah satu
faktor yang mendasari terjalinnya hubungan patron-klien ini.
Pemenuhan akan kebutuhan subsistensi dasar ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanggungjawab pemilik industri ini terhadap tenaga kerjanya.
Pemenuhan ini menjadi penting dalam hubungan patron-klien ini
dikarenakan apabila pihak tenaga kerja ini tidak mendapatkan jaminan
akan pemenuhan kebutuhannya, maka tidak akan menjamin terjalinnya
hubungan ini dalam waktu yang lama. Untuk menanggulangi masalah
tentang pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar ini, peneliti
menemukan beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemilik industri
untuk menjamin kebutuhan subsistensi tenaga kerjanya antara lain
dengan memberikan jaminan sebagai berikut :
1. Pemberian Jaminan Pekerjaan Tetap
Dalam menjalankan proses produksinya, pemilik industri
sangatlah membutuhkan bantuan tenaga kerjanya agar proses
produksinya berjalan dengan lancar. Adanya ketergantungan
terhadap tenaga kerjanya ini menjadi perhatian sendiri bagi
pemilik industri untuk memberikan jaminan pekerjaan yang
tetap bagi tenaga kerjanya. Pemberian akan jaminan pekerjaan
tetap ini juga diharapkan mampu menjadikan hubungan patron-
klien ini dalam jangka waktu yang lama. Pemberian akan
jaminan pekerjaan tetap ini semata-mata untuk memberikan
bantuan perekonomian bagi tenaga kerjanya sebagai imbalan
atas apa yang dikerjakan untuk kepentingan industri ini.
Pemberian akan jaminan pekerjaan yang tetap ini secara nyata
juga sangat membantu bagi tenaga kerja untuk mencukupi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
segala bentuk kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan
pemberian jaminan yang tetap ini juga secara tidak langsung
akan mempengaruhi jumlah pendapatan tenaga kerja yang akan
digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang semakin
kompleks.
Dalam proses perekrutan tenaga kerjanya para pemilik
industri ini mengajak warga sekitar untuk bekerja pada
industrinya. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya tanggungjawab
pemilik industri di desa Kedunggudel ini terhadap kehidupan
perekonomian warga sekitar. Mayoritas pekerja dalam industri
rumah tangga ini berasal dari wilayah desa kedunggudel
meskipun ada beberapa yang berasal dari luar wilayah desa
kedunggudel. Dalam perekrutannya pun, selain pemilik industri
ini mengajak warga sekitar untuk bekerja pada industrinya, ada
juga beberapa yang melamar pekerjaan kepada pemilik industri
untuk bekerja pada industrinya. Dalam perekrutannya ini,
tidaklah didasari oleh perjanjian tertulis, melainkan hanya
kesepakan lisan yang didasarkan atas kemauan dan kepercayaan
antara kedua belah pihak yang saling membutuhkan.
Dalam perekrutan tenaga kerjanya, pemilik industri rumah
tangga di desa Kedunggudel ini tidak memberikan kriteria atau
spesialisasi keahlian bagi calon tenaga kerjanya, melainkan
hanya didasari oleh kemauan dan kepercayaan antara kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belah pihak untuk menjalin hubungan patron-klien ini. Keahlian
tenaga kerja menjadi nomor dua, karena nantinya dengan
pengarahan dan bimbingan yang dilakukan oleh pemilik industri
ini diharapkan akan menjadikan tenaga kerjanya mampu dan
termapil dalam menjalankan setiap proses produksinya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
perekrutan dan pemberian jaminan pekerjaan yang tetap ini
diharapkan mampu membawa hubungan patron-klien ini dalam
jangka waktu yang cukup lama.
2. Pemberian Jaminan Upah
Pembayaran upah atau pengupahan merupakan suatu
bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari
proses produksi. Hal ini dikarenakan dengan adanya
pengupahan ini berfungsi untuk memperlancar jalannya proses
produksi dan merupakan pra syarat fungsional bagi eksistensi
industri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pembayaran upah atau pengupahan yang biasa dilakukan
oleh pemilik industri adalah sistem pengupahan harian. Sistem
pengupahan harian ini dimaksudkan agar tenaga kerjanya dapat
mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, dalam
pemberian upah ini masing-masing industri ini memberikan
upah kepada tenaga kerjanya ini berbeda-beda tergantung
dengan kemampuan ekonomi masing-masing industri. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikarenakan masing-masing industri mempunyai kapasitas
produksi yang berbeda dengan industri yang lain. Misalnya
kapasitas produksi industri karak atau rambak tentunya berbeda
dengan kapasitas produksi industri batik, maupun industri
jenang. Adanya perbedaan kapasitas produksi ini sangatlah
mempengaruhi terhadap perbedaan mengenai besaran besarnya
upah yang diterima oleh tenaga kerjanya.
Selain itu, dalam pemberian upahnya masing-masing
industri ini juga membedakan besaran upah yang diterima
berdasarkan jenis kelamin tenaga kerjanya. Besaran upah yang
akan diterima oleh tenaga kerja laki-laki akan sangat berbeda
dengan jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga kerja
perempuan. Hal ini dikarenakan dalam industri rumah tangga di
desa Kedunggudel ini, tenaga kerja laki-laki menjalankan proses
produksi yang lebih berat dibandingkan dengan proses produksi
yang dijalankan oleh tenaga kerja perempuan.
Besaran upah yang diterima oleh tenaga kerja ini juga
sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi, apabila jumlah
produksi sedang mengalami peningkatan maka pemilik industri
memberlakukan jam kerja tambahan atau yang lazim disebut
dengan istilah lembur. Adanya jam kerja tambahan atau lembur
ini juga akan sangat mempengaruhi jumlah upah yang akan
diterima oleh tenaga kerjanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adanya pemberian jaminan upah yang diberikan oleh
pemilik industri ini sangatlah membantu kehidupan
perekonomian tenaga kerjanya dalam mencukupi segala
kebutuhannya.
B. Jaminan Krisis Subsistensi
Selain pemberian jaminan akan pemenuhan kebutuhan subsistensi
dasar, pemilik industri juga memberikan jaminan sosial terhadap
kliennya. Pemberian jaminan sosial ini dilakukan dengan lesan dan
kekeluargaan. Adapun bentuk jaminan yang diberikan oleh pemilik
industri terhadap tenaga kerjanya antara lain seperti : pemberian
jaminan pendidikan, pemberian jaminan kesehatan bagi klien dan
keluarganya, pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR ) dan jaminan
lainnya. Pemberian jaminan krisis subsistensi ini diharapkan untuk
meringankan beban atau meminimalisir kerugian yang akan ditanggung
oleh tenaga kerjanya dalam mencukupi segala bentuk kebutuhannya.
Adanya pemberian jaminan atas krisis subsistensi ini juga
menjadi suatu tanggungjawab pemilik industri terhadap
keberlangsungan hidup tenaga kerjanya. Adanya pemberian jaminan
atas krisis subsistensi ini juga menjadikan hubungan patron-klien ini
bukan hanya semata-mata proses ekploitasi yang dilakukan oleh
pemiliik industri terhadap tenaga kerjanya, melainkan sudah mencakup
masalah kekeluargaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pemberian akan jaminan atas krisis subsistensi ini juga
merupakan suatu bentuk timbal balik atas apa yang telah diberikan oleh
tenaga kerja terhadap keberlangsungan usaha patron. Mengenai
pengembalian atas pemberian jaminan krisis subsitensi ini pemilik
industri tidak terlalu menuntut atau mempersulit, melainkan hanya
dengan kesetiaan dalam membantu proses produksi. Dengan adanya
kemudahan dalam proses pengembalian atas jaminan krisis subsistensi
ini, maka tenaga kerja akan merasa berhutang budi terhadap kebaikan
pemilik industri. Maka dengan begituu, tenaga kerja akan mengerahkan
segala usaha dan upaya untuk membantu segala bentuk kepentingan
patron baik itu kepentingan produksi maupun kepentingan yang diluar
dari kepentingan industri. Pemberian akan jaminan atas krisis subsitensi
ini merupakan salah satu wujud dari saling ketergantungan antara kedua
belah pihak, sehingga menjadikan kedua belah pihak saling mempunyai
tanggungjawab satu sama lain untuk saling membantu. Adanya
pemberian jaminan krisis subsistensi ini juga diharapkan mampu
membawa hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang cukup
lama.
C. Perlindungan
Dalam kehidupannya sehari-hari, baik pemilik industri dan juga tenaga
kerja selalu dihadapkan dengan berbagai macam bentuk permasalahan,
baik tekanan dari dalam maupun tekana dari luar. Dalam hubungan
patron klien ini, masing-masing pihak mempunyai tanggungjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk saling melindungi satu sama lain. Bentuk perlindungan ini
merupakan salah satu bentuk yang dipertukarkan dalam hubungan
patron-klien ini. Perlindungan ini dimaksudkan agar salah satu pihak
merasa terlindungi baik dari segala macam bentuk ancaman, gangguan,
masalah, fitnah dan lain-lain. Dengan adanya pemberian perlindungan
oleh masing-masing pihak ini maka akan merasa saling berbalas budi.
Misalnya apabila pemilik industri ini sedang mengalami permasalahan,
maka tidak segan tenaga kerja akan merasa membantu, begitu juga
dengan sebaliknya. Sebagai contohnya, apabila pemilik industri sedang
diterpa isu miring mengenai keberlangsungan usahanya, maka tidak
segan tenaga kerja ikut membantu mengklarifikasi mengenai isu miring
yang menerpa juragannya.
Adanya bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk
terimakasih atas apa yang telah diberikan oleh mmasing-masing pihak
dalam pemenuhan segala bentuk kebutuhannya. Bentuk perlindungan
ini juga merupakan suatu bentuk nyata dari rasa saling memiliki, rasa
kekeluargaan dan rasa kekerabatan antara kedua belah pihak.
D. Jasa Patron Kolektif
Secara internal, patron sebagai kelompok dapat melakukan
fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat mengelola dan
mensubsidi sumbangan dan keringanan, menyumbangkan tanah untuk
sarana kolektif, mendukung sarana umum setempat ( seperti sekolaj,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jalan kecil, bangunan masyarakat ) dan mensponsosri festival atau
perayaan desa.
Untuk bentuk jasa patron kolektif yang diberikan oleh masing-
masing pemilik industri ini berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini
didasari oleh kekuatan ekonomi masing-masing pemilik industri.
Sebagai buktinya, ada pihak patron dalam industri jenang memberikan
hak guna atas lahan atau rumahnya untuk dijadikan sebagai gudang
untuk menyimpan perkakas desa, dan untuk industri karak dan rambak
yang notabene mempunyai kekuatan ekonomi yang tak sekuat kedua
industri diatas hanya mampu memberikan bantuan apabila ada kegiatan
yang bersangkutan dengan kepentingan masyarakat sesuai dengan
kemampuannya.
Dari beberapa uraian diatas, besarnya kekuatan ekonomi
masing-masing industri ini sangat mempengaruhi besarnya jasa patroon
kolektif yang diberikan untuk kepentingan masyarakat umum. Selain
intu, pemberian jasa patron kolektif ini juga sebagai bentuk kepedulian
dan tanggungjawab pemilik industri terhadap lingkungan sekitar.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat dilihat bahwa
bentuk pertukatan yang terjadi dalam hubungan patron-klien di Desa
Kedunggudel meliputi pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar yang
meliputi pemberian jaminan pekerjaan tetap dan pemberian upah,
pemberian jaminan atas krisis subsistensi, perlindungan dan jasa patron
kolektif. Sehingga dapat di simpulkan bahwa hubungan kerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadi antara pemilik industri dengan tenaga kerjanya dalam industri
masyarakat pedesaan di Desa Kedunggudel merupakan salah satu
bentuk hubungan patron-klien.
Selain itu, melihat dari beberapa bentuk pertukaran yang
terjadi dalam hubungan patron-klien dalam kedua jenis industri
makanan di Desa Kedunggudel, dapat diketahui bahwa hubungan
Patron-klien yang terjadi merupakan salah satu bentuk hubungan
Patron-klien yang bersifat vertikal. Hal ini dikarenakan dalam
hubungan tersebut terjadi ketimpangan pertukaran antara kedua belah
pihak yang menggambarkan perbedaan dalam kekuasaan, kekayaan,
dan kedudukan. Dimana pemilik industri dengan segala bentuk
kekayaan ( kepemilikan modal dan kepemilikan industri ) yang
dimilikinya mempunyai kedudukan, kekuasaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang hanya mempunyai modal
berupa jasa dan tenaga. Akan tetapi, ini bukanlah suatu polemik yang
besar karena pada hakekatnya manusia adalah sama. Perbedaan hanya
ada status sebagai tingkat kedudukan yang terbentuk dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dalam bentuk pertukaran ini, Klien masuk dalam bentuk
pertukaran yang tidak seimbang, dimana klien tidak mampu
mengembalikan sepenuhnya apa yang telah diberikan oleh patronnya,
sehingga hal ini mengakibatkan adanya hutang kewajiban terhadap
patron yang secara tidak langsung mengikat dan bergantung kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
patron. Ketimpangan ini terjadi karena patron atau pemilik industri
berada dalam posisi pemberi barang dan jasa yang sangat dibutuhkan
oleh klien dan keluarganya untuk mencukupi segala bentuk
kebutuhannya, seperti jaminan pemberian pekerjaan tetap, jaminan
pemberian upah, jaminan krisis subsistensi, perlindungan, dan lain-lain.
Rasa wajib untuk membalas pada diri si klien ini muncul lewat
pemberian yang dilakukan oleh patron, selama pemberian tersebut
masih bisa dirasakan mampu untuk memenuhi kebutuhan yang pokok
atau masih diperlukan. Adanya rasa saling membutuhkan dan saling
menguntungkan ini mengakibatkan kedua belah pihak saling
tergantung, pemilik industri membutuhkan tenaga kerja untuk
menjalankan industrinya dan tenaga kerja membutuhkan pekerjaan
untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Masih Berlangsungnya Hubungan Patron
Klien
Dalam perkembangannya hubungan patron-klien di dessa
Kedunggudel ini mampu berkembang dan bertahan dalam jangka waktu
yang sangat lama,hal ini dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut
:
1. Keterbatasan Pekerjaan Alternatif
Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan
kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri
ini bisa dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk
bekerja dalam sektor industri kecil ini. Sehingga mayoritas
tenaga yang bekerja dalam industri ini merupakan masyarakat
lokal.
Dari data yang diperoleh dari Kalurahan, menyebutkan
bahwa 70 orang yang berprofesi sebagai buruh ( Klien ) ini
berasal dari dalam daerah, dan sisanya berasal dari luar
wilayah desa Kedunggudel meskipun dengan prosentase yang
sangat kecil, yakni sekitar 20 % atau 14 dari total pekerja
industri di Desa Kedunggudel. Hal ini dikarenakan para
pemilik industri kecil di Desa Kedunggudel lebih
mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari dalam daerahnya
sendiri, guna membantu mengangkat kondisi perekonomiannya
dan mengurangi angka pengangguran di desa Kedunggudel ini.
Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring
dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu
pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan
taraf hidup mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp
40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan
apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah
yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan
untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Besarnya upah yang
mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mencari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat
pendidikan yang dialami oleh klien, juga menjadi kendala
tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Hal ini
dikarenakan hampir sebagian besar industri sekarang
memberikan syarat minimal untuk melamar pekerjaan,
sedangkan untuk bekerja di industri kecil ini seorang klien
hanya berdasarkan kemauan dan kepercayaan antara kedua
belah pihak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa keengganan
masyarakat desa Kedunggudel ini untuk mencari alternatif
pekerjaan lain dikarenakan upah yang diterima dalam sektor
industri kecil ini, hampir sama dengan pekerjaan lain atau
bahkan lebih besar dari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya
tingkat pendidikan yang pernah dialami seorang klien juga
menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan
lain.
2. Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel
Masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan
masyarakat Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya
mobilitas seorang tenaga kerja untuk menjadi seorang pemilik
industri ini sangatlah kecil, kurang berani dalam melakukan
inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak akan terjadi secara
signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hampir delapanbelastahunan mampu untuk membuka usaha
industri ini mulai dari nol / mulai awal, meskipun mereka juga
sudah mendapatkan ilmu untuk mendirikan industri kecil. Hal
ini dapat dilihat dari kehidupan seorang klien di tempatnya Bp.
Teguh Miyatno, yakni Ibu Warsiyem. Beliau sudah bekerja di
industri jenang ini lebih dari 18 tahunan. Meskipun sudah lama
bergelut dalam industri ini, beliau tidak mampu berinovasi
untuk mencoba mendirikan usaha jenang ini. Selain itu,
faktor ekonomi juga mampu menjadi tembok penghalang bagi
seseorang. Ketiadaan sumber ekonomi yang memadai ini
mampu memicu rendahnya tingkat mobilitas seseorang untuk
mencukupi segala bentuk kebutuhannya.
3. Adanya Politik Balas Budi
Adanya faktor ingin membalas budi atas apa yang telah
diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya, juga
mengakibatkan keengganan untuk mencari pekerjaan lain.
Adanya politik balas budi yang berkembang dalam masyarakat
industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu
menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik
industri, sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang
telah dimilikinya dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan
dan rasa saling percaya antara kedua belah pihak, pemilik
industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu, dengan adanya rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ingin membalas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri
ini mampu menjalin hubungan patron-klien ini dalam jangka
waktu yang sangat lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya mengenai hubungan patronklien yang
terdapat dalam hubungan kerja dalam industri masyarakat pedesaan di Desa
Kedunggudel, maka dapat ditarik sbuah kesimpulan sebagai berikut :
Hubungan patron-klien yang terlihat sebagai suatu fakta sosial-
kultural, dan hanya didasarkan pada perjanjian informal menjadi
pembungkus yang halus dari hubungan sosial, politik dan ekonomi yang
diwarnai ketidaksetaraan. Adapun bentuk ketidaksetaraanya yakni patron
sebagai pemilik industri kecil dan kliennya sebagai tenaga kerjanya. Jadi
dalam industri kecil yang berkembang di Desa Kedunggudel ini, terdapat
bentuk hubungan kerja antara pemilik industri ( patron ) dan tenaga kerjanya
( klien ). Hubungan kerja tersebut sebagai bentuk hubungan Patronklien.
Hubungan ini merupakan patronklien yang bersifat vertikal, karena adanya
perbedaan status sosial ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana
salah satu pihak mempunyai kedudukan, kekuasaan dan kekayaan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pihak yang lain. Akan tetapi, ini bukanlah
suatu polemik besar karena pada dasarnya manusia adalah sama. Perbedaan
hanya ada pada status sebagai tingkat kedudukan yang terbentuk dalam
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Awalnya hubungan ini terbentuk karena adanya kepentingan masing-
masing individu. Pemilik industri mempunyai kepentingan untuk
memperoleh keuntungan dalam proses produksinya demi meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil industrinya. Sedangkan tenaga kerja sebagai
pihak yang mempunyai kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oleh karena itu, didalam mempertahankan hubungan kerja agar dapat
terlaksana dengan baik dan dapat bertahan dengan jangka waktu yang sangat
lama, maka diperlukan adanya kemauan, kesepakatan dan kepercayaan antar
masing-masing individu.
Hubungan ini lebih menekankan kepada pemenuhan hak dan
kewajiban baik oleh pemilik industri maupun tenaga kerjanya. Keduanya
menyadari posisi dan perannya masing-masing, sehingga hubungan ini
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Peran pemilik industri
yakni sebagai investor dengan modal berupa alat produksi dan bahan-bahan
produksi. Sedangkan peranan tenaga kerja ini yakni menyediakan jasanya
untuk keberlangsungan produksi industri kecil tersebut. Pertukaran yang
terjadi dalam hubungan ini merupakan pertukaran secara timbal balik.
Dimana masing-masing bagian menjalin kerjasama memiliki sifat hubungan
kerja yang lebih khusus lagi berkaitan dengan aktivitas yang berlangsung-
sehari-hari. Pada umumnya kesepakatan ini umumnya dilakukan secara
langsung, tidak ada perjanjian tertulis guna mendasari terjalin hubungan
kerja ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun pertukaran yang terjadi dalam hubungan Patron-klien dalam
industri rumah tangga atau industri kecil di Desa Kedunggudel terbagi
dalam beberapa pertukaran antara lain sebagai berikut : adanya jaminan
akan pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar dengan memberikan jaminan
pekerjaan tetap dan jaminan pemberian upah yang layak, jaminan akan
krisis subsistensi, perlindungan , dan jasa patron kolektif. Dari beberapa
bentuk pertukaran yang terjadi di atas diharapkan dapat membawa
hubungan Patron-klien ini langgeng dalam jangka waktu yang lama.
B. Implikasi
Kesimpulan-kesimpulan yang ada dapat diketahui pada implikasi
berikut ini :
a. Implikasi Empiris
hubungan yang terjadi dalam industri di desa Kedunggudel
merupakan salah satu bentuk hubungan patron-klien. Hubungan ini
terjadi antara seorang pemilik industri ( patron ) yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi ( superior ) dan seorang tenaga kerja ( klien )
yang menduduki posisi yang lebih rendah ( inferior ). Selain itu
hubungan yang terjadi antara kedua belah pihak merupakan hubungan
kerja nonformal yang lebih menitikberatkan kepada aspek saling tolong
menolong. Hubungan ini terjalin tidak dengan perjanjian tertulis
melainkan lebih ke arah adanya kemauan dan kepercayaan antara kedua
belah pihak yang saling membutuhkan. Dalam hal ini pemilik industri
membutuhkan jasa berupa tenaga untuk membantu dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
produksi industri yang dilakukan oleh pemilik industrinya. Sedangkan
tenaga kerja ini membutuhkan pemilik industri untuk memberikan
lapangan pekerjaan guna mencukupi kebutuhan hidupnya.
Jadi pemilik industri ini memberikan pekerjaan kepada tenaga
kerjanya untuk membantu dalam proses produksinya dan buruh
memberikan bantuan jasanya berupa tenaganya. Harapan buruh dari
jasa yang diberikan adalah mendapatkan upah dari pekerjaan yang
dilakukannya guna mencukupi segala bentuk kebutuhan hidup
keluarganya. Upah yang didapatkan dalam industri sudah dibilang
mampu untuk mencukupi segala bentuk kebutuhan hidup seorang
tenaga kerja. Selain itu, dalam pengelolaannya terjadi pertukaran antara
kedua belah pihak baik berupa barang ataupun jasa antara lain :
pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar dengan memberikan jaminan
pekerjaan tetap dan memberikan jaminan upah, pemberian jaminan
krisis subsistensi, perlindungan dan jasa patron kolektif yang ditujukan
kepada pemenuhan kepentingan masyarakat pada umumnya.
Dalam perkembangannya, hubungan patron klien ini mampu
berkembang dan bertahan sampai dengan saat ini. Keberlangsungan
hubungan patron klien ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
seperti tingkat pendidikan akhir tenaga kerja yang cukup rendah,
sehingga untuk mencari alternatif pekerjaan lain sangatlah sulit karena
kompetisi di lapangan sangatlah ketat. Sehingga ini juga memunculkan
rasa enggan untuk mencari pekerjaan alternatif, dan mereka tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bertahan sebagai pelaku industri kecil di Desa Kedunggudel. Faktor
politik balas budi, dan kebaikan dari sang patron juga dapat memicu
rasa keengganan untuk mencari pekerjaan lain karena merasa sungkan
untuk meninggalkan sang patron. Rasa saling ketergantungan inilah
yang mampu mempertahankan hubungan patronklien ini mampu
bertahan hingga saat ini. Apabila kedua belah pihak mampu mencukupi
hak dan kewajiban masing-masing, hubunan patron-klien ini dapat
berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.
b. Implikasi Teoritis
Dalam penelitian ini, dapat dikatakan bahwa individu yang
terlibat dalam perilaku pertukaran antara tenaga kerja dengan pemilik
industri disebabkan oleh faktor yang saling menarik satu sama lain
untuk mempertukarkan apa yang dimiliki oleh pihak pertama yakni
pemilik industri sebagai pemilik alat produksi dan bahan produksi
dengan pihak kedua yakni tenaga kerja yang memiliki jasa berupa
tenaga untuk membantu proses produksi.
Hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang
atau jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau
diperlukan oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau
jasa tersebut berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut.
Terjadinya pertukaran barang atau jasa dalam relasi ini karena orang
yang memiliki surplus akan sumber-sumber atau sifat-sifat yang mampu
memberikan reward cenderung untuk menawarkan berbagai macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelayanan atau hadiah secara sepihak. Dalam hal ini mereka dapat
menikmati sejumlah besar reward yang berkembang dengan statusnya
yang lebih tinggi akan kekuasaan atau orang lain.
Adanya perbedaan dalam transaksi pertukaran barang atau jasa
akibat terdapat pihak yang berstatus sebagai superior di satu sisi dan
pihak yang berstatus sebagai inferior di sisi lain berimplikasi pada
terciptanya kewajiban untuk tunduk hingga pada gilirannya
memunculkan hubungan yang bersifat tidak setara / tidak seimbang.
Hubungan semacam ini bila dilanjutkan dengan hubungan personal
(non-kontraktual) maka akan menjelma menjadi hubungan patron-klien.
Adapun arus dari patron ke klien adalah :
a. penghidupan subsistensi dasar, yaitu pemberian pekerjaan
tetap dan pemberian upah yang layak bagi tenaga kerja.
b. jaminan krisis subsistensi, patron menjamin dasar
subsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugian-
kerugian yang ditimbulkan yang dapat mengganggu
kehidupan kliennya.
c. perlindungan, perlindungan dari berbagai bentuk
permasalahan baik secara internal maupun eksternal.
d. Jasa patron kolektif, secara internal patron sebagai
kelompok dapat melakukan fungsi ekonomisnya secara
kolektif. Yaitu mengelola berbagai bantuan secara kolektif
bagi kepentingan masyarakat umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan arus dari klien ke patron adalah sebagai berikut :
menyediakan jasa dan tenaganya dalam jasa tenaga dasar, jasa
tambahan dan jasa domestik pribadi. Adapun jasa-jasa tersebut adalah
berupa jasa pekerjaan dasar sebagai tenaga kerjanya dan jasa tambahan
bagi rumah tangga pemilik industri yaitu dengan cara membantu pada
saat pemilik industri sedang mempunyai hajatan ataupun kepentingan
yang disitu membutuhkan jasa berupa bantuan tenaga dari tenaga
kerjanya.
Sesuai dengan penelitian ini, secara umum sikap dapat
dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon, baik secara positif
maupun negative suatu objek. Dalam sikap terkandung penilaian yang
emosional atau afektif ( senang, benci, kesal, sedih ) disamping
komponen kognitif ( berupa pengetahuan, pergaulan dan kepercayaan
terhadap suatu obyek ) serta konatif ( kecenderungan untuk bertindak ).
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respons pada
penelitian ini timbul karena adanya stimulus berupa lapangan pekerjaan
yang dimanfaatkan oleh seorang untuk bekerja guna mencukupi segala
kebutuhan hidup keluarganya.
c. Implikasi Metodologis
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Kasus.
Penelitian Studi kasus adalah salah satu metode yang unggul untuk
membawa kita untuk memahami masalah yang kompleks dan dapat
menambah kekuatan untuk apa yang sudah diketahui melalui penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebelumnya. Metode studi kasus ini memiliki korelasi yang sangat kuat
dengan studi kasus dan penelitian dengan diskusi.
Ada beberapa alasan mengapa peneliti menggunakan metode studi
kasus untuk penelitian mengenai hubungan patronklien di industri
masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut:
a. Menyediakan secara mendalam pemeriksaan longitudinal
sebuah kasus.
b. Menyediakan cara sistematis untuk melihat kejadian,
pengumpulan data, dan menganalisa
c. Memberikan pemahaman yang tajam tentang mengapa
suatu kejadian terjadi, dan apa yang mungkin menjadi
penting untuk melihat lebih intensif di masa mendatang.
Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan beberapa keuntungan
mengapa menggunakan metode studi kasus, sebagai berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai
hubungan antar variable serta proses yang memerlukan penjelasan
dan pemahaman yang lebih luas.
2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan
mengenai konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan
intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-
hubungan yang ( mungkin ) tidak diharapkan/ diduga sebelumnya.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat
berguna sebagau dasar untuk membangun latar permasalahan bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam
rangka pengembangan ilmu-ilmu social.
Disamping tiga keunggulan diatas, keunggulan studi kasus juga
mempunyai keunggulan spesifik lainnya, seperti yang dilansir oleh
Black dan Champion ( 1992 ) antara lain sebagai berikut :
1. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang
digunakan.
2. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya
dari topic yang diselidiki.
3. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan
social.
4. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori.
5. Studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan
penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan Purpossive Sampling. Purpossive sampling adalah
pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.
Dalam penelitian ini, hasil sampel yang dikumpulkan tidak
dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena
itu, fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan
sejauh mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampelnya dengan teknik purposive sampling, yaitu
peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
sumber data yang mantap. Informan dalam hal ini adalah pemilik
industri kecil dan tenaga kerjanya. Selain itu dari Perangkat Desa yakni
Kepala Lingkungan I merupakan informan yang dibutuhkan untuk
triangulasi sumber.
Untuk pengambilan data di lapangan peneliti menggunakan
wawancara mendalam ( indepth interview ), observasi partisipatoris,
dan dokumentasi. Dalam wawancara peneliti menggunakan pertanyaan-
pertanyaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan
patronklien kepada informannya guna untuk mendapatkan informasi
yang diharapkan, dan kebenarannya dapat dibuktikan dengan observasi
atau pengamatan yang peneliti lakukan. Dengan observasi tersebut
didpatkan kesesuaian antara data yang diperoleh dilapangan dengan
fakta yang terjadi dilapangan. Data yang peroleh didukung oleh
dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang berkaitan dengan industri yang
berkembang di Desa Kedunggudel ini. Beberapa data tersebut
didapatkan di Kecamatan, Kalurahan, Badan Keswadayaan Masyarakat
dan lain-lain. Selain itu juga digunakan untuk menguji validitas data,
peneliti menggunakan triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai fungsi sebagai pembanding
terhadap data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan perspektif peneliti maka itu perlu mewawancarai
informan yang dapat mewakili atau representative.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles
dan Huberman yang terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan,
yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data,
dan yang terakhir tahap kesimpulan atau konklusi.
Dalam menggunakan metode penelitian ini, peneliti menemukan
beberapa kelebihan dan kesulitan. Adapun kelebihannya adalah :
a. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, sehingga
peneliti bisa menggambarkan dan mendeskripsikan mengenai
hubungan patron-klien antar perajin secara mendalam.
b. Dengan menggunakan metode depth interview, peneliti dapat
menemukan gambaran mengenai hubungan yang terjadi antara
pemilik industri kecil dengan tenaga kerjanya.
c. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti lebih
mudah untuk menggali apa yang dibutuhkan untuk penelitian.
d. Dengan triangulasi sumber banyak membantu dalam mencari
validitas data, terutama dari Bapak Kepala Lingkungan I
(Bayan).
Adapun kesulitan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Adanya kesulitan dalam menggali informasi dari pihak buruh
atau pekerja. Buruh atau pekerja kurang bisa menangkap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertanyaan yang diajukan peneliti. Untuk memperoleh data yang
diperlukan, peneliti mempergunakan pendekatan secara
kekeluargaan, berhati-hati dalam berbicara dan berusaha
menciptakan suasana yang santai agar informan lebih terbuka.
b. Keberadaan tenaga kerja yang masih berkativitas, sehingga
perlu menunggu kedatangan tenaga kerja untuk melakukan
wawancara utnuk pengumpulan data.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai hubungan patron klien dalam
lingkungan industri kecil di desa Kedunggudel, penulis menemukan
beberapa kasus di lapangan yang perlu dibenahi. Adapun kasus atau
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perlu adanya peranan Pemerintah untuk melindungi keberlangsungan
industri kecil ini, misalnya dengan pemberian kredit ringan kepada
pengusaha, pelabelan desa sebagai daerah tujuan wisata kuliner, fashion,
kebudayaan, dan lain-lain. Dengan adanya perhatian pemerintah ini,
diharapkan keberlangsungan industri ini akan berdampak pada
perkembangan industri ini dan semakin berkurangnya angka
pengangguran, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat
desa Kedunggudel pada khususnya dan masyarakat Sukoharjo pada
umumnya.
b. Perlu dibentuk Paguyuban Pemilik Industri Kecil, sebagai wadah untuk
saling bertukar pemikiran antar pemilik indstri tentang masalah atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
problema yang dihadapi. Sehingga dengan adanya Paguyuban ini
diharapkan adanya rasa saling tolong menolong antar industri kecil
yang berdampak pada keberlangsungan industri.
c. Adanya perlindungan Pemerintah tentang kestabilan harga bahan pokok
guna kebutuhan proses produksi. Sehingga para pelaku industri kecil di
Desa Kedunggudel ini tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan
bahan baku industrinya, dan proses produksi mampu berjalan
sebagaimana mestinya, guna menjaga keberlangsungan industri kecil di
daerah Kedunggudel.