patron klien
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah patron berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara entimologis
berarti seseorang yang memilki kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh.
Menurut (Usman.2004). sedangkan klien berarti bawahan atau orang yang diperintah dan
disuruh. Selanjutnya pola hubungan patron-klien merupkaan aliansi dari dua keompok
komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, wewenang, kekuasaan
maupun penghasilan, sehingga menenmpatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah
dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Berdasarkan paparan dari pengertian diatas maka kemudian terdapat satu hal
penting yang dapat digaris bawahi, yaitu bahwa terdapat unsur pertukaran barang atau
jasa bagi pihak-pihak yahng terlibat dalam pola hubungan patron dan klien. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pola semacam ini dapat dimasukan kedalam
hubungan pertukaran yang lebih luas, yaitu pertukaran. Adapun asumsi dasar yang
diajukan oleh teori ini adalah bahwa transaksi pertukaran akan terjadi apabila kedua
pihak dapat memperoleh keuntungan dari adanya pertukaran tersebut.
Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan ntara patron dank lien
menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral sendiri dimana didalamnya berisi
hak-haka dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma
tersebut akan dipertahankan sejauh memberkan jaminan perlindungan dan keamanan
dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merumuskan kembali hubungan tersebut kemudian
dianggap suatu pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya
kaum elit lah yang selalu berusaha untuk mempertahankan system tersebut demi
mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena pada
dasarnya hubungan social adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-
masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi
masyarakat atau kelompok, ataupun actor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang
terjadi adalah hubungan antar posisi keduannya.
1
Tujuan dasar dari hubungan patron dan klien bagi klien yang sebenarnya adalah
penyediaan jaminan social dasar bagi subsistensi dan keamanan. Apabila hubungan
dagang atau pertukaran yang menjadi dasar pola hubungannya ptron klien ini melemah
karena tidak memberikan jaminan soosial dasar bagi subsestensi dan keamanan maka
klien akan mempertimbangkan hubungannya dengan patron menjadi tidak adil dan
eksploitatif. Yang terjadi kemudian legimitasi bukanlah berfungsi linear dari neraca
pertukaran itu. Oleh sebab itu tidak meangherankan jika ada tuntutan dari pihak klien
terhadapa atronnya untuk memenuhi janj-jani atau kebutuhan dasarnya sesuai dengan
peran dan fungsinya. Hubungan seperti sifatnya akan langgeng dan permanent jika
masing-masing pihak menemukan kesesuaian dan manfaatnya. Dalam konteks hubungan
antar kelompok atau suku bangsa, hugunga patron dan klien ini lambat laun menjadi
hubungan yang sifatnya structural dan dominatif. Diterima sebagai suatu kebenaran yang
diwariskan secara turun temurun.
Dalam praktikum ini, patron adalah sebutan untuk pedagang/toke, merupakan
sesorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih berada dan mempunyai posisi
social lebih tinggi. Sehingga dapat memberikan bantuan sekaligus dapat memberikan
sumberdaya kepada para petani yang merupakan anggotanya. Klien adalah sebutan untuk
petani yang melkukan kegiatan pertanian yang membutuhkan bantuan pedagang/toke
dalam hal pemasaran.
Hubungan patron-klien yang dominant di masyarakat sekitar hutan adalah antara
petani karet dan keapa sawit dengan pedagang/toke. Komoditas ekspor ini banyak
dikembangkan disekitar hutan, bahkan termasuk pemicu maraknya perambahan kawasan
hutan akhir-akhir ini. Praktikum ini diharapkan tidfak hanya sekedar melihat hubungan
ptron dank lien dalam hal social ekonimi semata, tetapi uga dapat mengaitkannya dengan
pola pengembangan perkebunan kedua komoditas tersebut.
2
1.2 Permasalahan
Hubungan patron dan klien adalah hubungan yang terjalin antara dua orang atau
lebih yang mana hubungan tersebut salah satu orang tersebut mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi sehingga dia dapat menggunakan kedudukannya untuk memberikan
perlindungan terhadapa pihak lain yang mana statusnya lebih rendah. Hubunga ini
biasanya tidak seimbang.
Berdasarkan kenyataan dapat pula dikatakan bahwa hubungan antara patron dan
klien dapat pula diartikan seperti induk semang dan klien. Dimana didalamnya terjadi
hubngan timbal balik. Hal ini karena pada umumnya, induk semang adalah orang atau
pihak yang memiliki kekuasaan dalam suatu masyarakat atau kounitas dan harus
memberi perlindungan atau pengayoman semaksimal mungkin kepada klien-kliennya.
Sedangkan sebaliknya, para klien harus membalas budi baik yang telah diberikan induk
semang dan melakukan pembelaan terhadap pihak lain sebaggai saingannya
(Koentjaningrat.1990).
Kedudukan dan kemampuan social yang tinggi dan berbeda disebabkan karena
adanya kemampuan yang berbeda antar setiap orang. Gambaran tersebut diduga telah
dapat menggambarkan hubungan yang terjalin antara patron dan klien. Pedagang yang
ada telah mampu mengikat petani, ditinjau dari sisi pedagang mereka berharap hasil
panen dari petani akan terus dijual kepada mereka, sedangkan dari bagi petani mereka
berharap selalu mendapatkan jaminan tentang pemasaran hasil produksi mereka. Para
pedagang yang ada akan terus berfusaha sebagaimana agar petani menjual hasil panennya
kepada pedangang. Salah satu caranya adalah dengan memberikan apa yang diperlukan
oleh petani.
3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Agar kita dapat melihat langsung hubungan patron-klien dalam masyarakat
sekitar hutan, khususnya antar petani karet dengan pedagang atau toke.
2. Agar kita dapat menggali informasi pola pengembangan erkebunan karet dalam
kaitanya dengan hubungan patron-klien yang ada di masyarakat.
3. Agar kita dapat mempraktekkan mengumpulkan data dengan menggunakan
kuisioner yang telah ada, kemudian melakukan analisis data, dan membuat
laporan sederhana.
4
II. PEMBAHASAN
2.1 Kuisioner petani karet swadaya
No. sample : 01
Surveryor : Rahmad fadillah
Tgl. Survey : 08 mei 2011
Kecamatan : Kampar
Desa/kelurahan : Pulau Sarak
RT/RW : 01/04
2.1.1 Identitas responden
Nama : Suparman
Janis kelamin : Pria
Umur : 36 tahun
Pendidikan formal : SLTA
Pekerjaan tetap : Tani dan buruh tani
Luas lahan kebun karet : 3 Hektar
Pengalaman berusaha tani karet : Secara turun menurun
Pekerjaan sampingan : Buruh tani
Identitas anggota keluarga lainnya
TABEL 1
NO NAMA
JENIS
KELAMIN
UMUR
(TH)
HUBUNGAN
DENGAN
KEPALA
RUMAH
TANGGA
1 Suparman Laki-laki 36 Suami
2 Rosna dewi perempuan 33 Istri
5
Kebun karet milik bapak suparman ini mulai ditanami karet pada tahun 1989.
modal awal pembukaan nya berasal dari uang hasil kerja proyek. Sebelum sampai didesa
pulau sarak dulu bapak suparman bekerja di palembang. Selama berkebun karet pak
suparman telah beberapa kali menerima bantuan. Baik dari pihak swasta maupun dari
pemerintah. Baru-baru ini pak suparman mendapat bantuan dari pihak pemerintah berupa
bantuan modal sekitar 2 juta perhektar nya. Kebun pak suparman berjarak sekitar ½ KM
dari wilayah hutan adat, sehingga tidak melanggar hukum adat.
Adapun jenis bibit yang digunakan adalah dari hasil perkembangbiakan vegetatif,
yaitu melalui teknik okulasi. Hal ini dikarenakan karet yang mengunakan bibit okulasi
hasilnya lebih baik. Umur rata-rata tanaman karet milik pak suparman ini bekisar 20-25
tahun. Dalam kurun waktu sebulan pak suparman melakukan pemanenan karet sebanyak
4 kali. Sementara untuk penimbangan hasil karet dilakukan seminggu sekali. Untuk
tenaga kerja yang digunakan hanya tenaga sendiri alasan nya karena dirasakan kan
sanggup untuk sendirian. Tempat pemasaran karet yang biasa dilakukan adalah dengan
pedagang pengumpul, alasannya karena dekat dengan rumah dan bisa dijemput langsung.
Rata-rata hasil yang didapat dari kebun karet bisa menghasilkan karet sebanyak
80kg/minggu, hasil yang seperti ini dirasakan sudah cukup lumayan oleh keluarga bapak
suparman. Untuk kontrak kerja, pak suparman tidak ada melakukan kontrak kerja secara
tertulis terhadap toke/pedagang. Semuanya dilandasi oeh rasa saling percaya. Untuk
kesepakatan harga biasanya ditetapkan oleh toke/pedagang, karena harganya langsung
dari atasannya. Meskipun demikian namun pak suparman tidak merasa dirugikan,
alasannya karena harganya hampir sama saja, dan juga karena kami telah lama
bekerjasama. Untuk system pembayarannya biasanya toke membayar langsung kepada
petani pada saat penimbangan karet.
6
Menurut pak Suparman harga karet akan turun apabila didalam karet terdapat
kulit pohon, hal ini adalah criteria yang ditetapkan oleh toke selama ini. Selama beliau
berkebun karet dirasakan tidak ada kendala yang berarti dalam hal pemasaran karet.
Alasan pak suparman menjual hasil karetnya dengan toke adalah karena dekat dan sudah
langganan. Pak suparman tidak akan menjual hasil karetnya kepada toke lain, alasannya
karena sudah saling percaya. Awal mula terjadinya jual beli antara pak suparman dan
toke adalah sejak pertama kali pak Suparman melakukan penjualan karet. Selain transaksi
ual beli karet pak suparman juga pernah melakukan peminjaman uang kepada toke, tetapi
itu dulu. Namun apabila kita terdesak masalah uang toke tersebut siap untuk
meminjamkan uang kepada kami. Sebenarnya antara pak Suparman dengan toke tidak
ada hubungan atau pun ikatan saudara. Semuanya dilandasi oleh rasa saling percaya.
Hubungan antara pak suparman dengan toke nya dikatakan sebagai hubungan
Patron-klien. Hubungan patron-klien yang terjadi dikatakan hubungan yang positif karena
tidak adanya unsur pemaksaan ataupun unsur-unsur lain yang dalam artian tindakan yang
semena-mena.
7
2.2 Kuisioner Pedagang pengumpul/ Toke
No. sample : 02
Surveryor : Rahmad fadillah
Tgl. Survey : 08 mei 2011
Kecamatan : Kampar
Desa/kelurahan : Pulau sarak
RT/RW : 01/04
2.2.1 Identitas responden
Nama : Efrimal
Janis kelamin : Pria
Umur : 30 tahun
Pendidikan formal : SLTA
Alamat : Jl Tanjung belit
Pengalaman berusaha : Sudah 3 tahun menjadi pedagang pengumpul/Toke
Pekerjaan sampingan : -
Identitas anggota keluarga lainnya
NO NAMA
JENIS
KELAMIN
UMUR
(TH)
HUBUNGAN
DENGAN
KEPALA
RUMAH
TANGGA
1 Efrimal Laki-laki 36 Suami
2 Evarianti Perempuan 33 Istri
3 Hana Perempuan 5 Anak
TABEL 2
8
Penetapan harga karet tidak berdasarkan kesepakatan antara petani dan pedagang ,
melainkan harga sudah ditetapkan oleh pihak pabrik dimana pedagang pengumpul
menjual karetnya. Tempat pemasaran karet yang biasa dulakukan leh pak Efrimal adalah
kepada pedagang besar yang ada di kabupaten di Bangkinang. Alasannya karena tempat
tersebut adalah yang terbesar dikabupaten Kampar. Adapun hasil rata-rata karet yang
disetorkan kepada pabrik adalah sekitar 1-2 Ton per minggunya.
Menurut bapak Efrimal petani karet didesa pulau Sarak ini tergolong lihai, dan itu
sudah terbukti secara turun temurun. Beliau memiliki kriteria sebelum melakukan
pembelian karet pada petani. Apabila petani memasukan kulit pohon didalam hasil karet
(ojol) maka harganya akan turun. Hal ini agar karet yang didapat benar-benar berkualitas.
Untuk membuktikan apakah didalam karet tersebut ada atau tidak kulit kayu maka si
toke/pedagang pengumpul meminta petani untuk membelah hasil karet tersebut. Untuk
jumlah minimal penjual karet, pak Efrimal sama sekali tidak pernah menetapkannya. Jadi
berapapun yang dijual oleh petani akan dibeli. Untuk waktu pembayarannya biasanya
berdasarkan kesapakan bersama antara toke dengan petani, bisa langsung dan juga bisa
perbulan.
Frekuensi penyetoran hasil yang dilakukan oleh pak Efrimal biasanya perminggu,
karena menurutnya ini lebih mudah. Tenaga kerja yang digunakan jumlahnya tetap yaitu
2 orang. Alasannya agar lebih mudah dan tidak repot. Tenaga kerja yang membantu pak
efrimal digaji pada setiap kali kerja/pengangkutan, yaitu bergaji sekitar Rp. 70.000.
antara pekerja dengan toke tidak pernah melakukan kontrak kerja secara tertulis.
Menurut pak Efrimal lama penumpukan karet tidak berpengaruh terhadap harga
yang ditetapkan oleh pabrik. Pak Efrimal tergolong toke yang cukup baik, karena apabila
para petani kesulitan dalam haluang pak Efrimal siap untuk membantu. Alasannya karena
meraka baik dan sudah lama berlangganan dengan saya. Untuk sistem pembayarannya
biasanya berdasarkan kesanggupan dari petani. Adapun tanggapan pak Efrimal selaku
toke terhadap para petani disini adalah petani disini tidak banyak cerita dan menghargai
antar sesama.
9
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil survey kami dilapangan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
hubungan Patron-Klien yang teradi didesa pulau sarak adalah positf. Karena berjalan
secara seimbang. Toke/pedagang pengumpul yang selaku Patron tidak bertindak semena-
mena terhadap klienya. Apabila kliennya mengalami kesulitan uang patron siap untuk
membantu mereka. Begitu pua dengan petani yang selaku Klien, mereka mampu untuk
menghargai patronnya. Dan para klien pun senang bekerja sama dengan para patron
(toke).
3.2 Saran
Kami menyarankan agar kita lebih perduli lagi terhadap hubungan antara Patron-
klien nya. Karena kami anggap ini adalah masalah yang penting. Dengan kita bisa
memahami hubungan tersebut maka kita bisa membentuk hubungan di masyarakat denga
baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Selo soemardjan dan soeleman soemardi(ed), Setangkai bunga sosiologi, Lembaga
penerbit FE UI, 1974
Soekanto, soerjono. 1995, Soisologi suatu pengantar, Raja grafindo, Jakarta
Johnshon, Doyle paul. 1988. Teori sosiologi klasik dan modern. Alih bahasa: Robert M.Z
lawang, PT. Gramedia pustaka utama. Jakarta
Koentjaraningrat. 1990. Sejarah teori antropologi. Universitas Indonesia press. Jakarta
11
LAMPIRAN
GAMBAR ANGGOTA KELOMPOK 3 GAMBAR ANGGOTA KELOMPOK 3
GAMBAR KANTOR KEPALA DESA GAMBAR KANTOR KEPALA DESA
12
GAMBAR HUTAN PULAU SARAK GAMBAR HUTAN PULAU SARAK
13