hubungan dokter pasien pada umumnya merupakan hubungan kontrak

26
Hubungan dokter pasien pada umumnya merupakan hubungan kontrak, meskipun pada pelaksanaannya hubungan kontrak berlangsung pada saat tertentu namun hubungan baik harus terjaga. Terdapat persamaan kontrak antara hubungan dokter dengan pasien, dapat dimisalkan seperti hubungan kontrak sewaktu membeli mobil “bahwa hubungan kontrak antara kedua belah pihak dilakukan dengan legal untuk memutuskan suatu sikap yang disetujui bersama”. Sudah tentu terdapat perbedaan antara hubungan kontrak dokter dengan membeli mobil. Terdapat kesulitan yang berbeda untuk mendapatkan kontrak kepada seorang yang profesional. Untuk melakukan terapi saja dokter dan pasien sudah secara langsung terjalin dalam ikatan kontrak. Pasien ingin diobati dan dokter setuju untuk mengobati. Untuk perjanjian kontrak yang valid harus ada pengertian dan kerjasama dari pihak- pihakl yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Apabila pasien menolak untuk dilakukan suatu tindakan medis, maka dokter wajib memberikan informasi mengenai baik dan buruknya tindakan tersebut bagi pasien. Seorang laboran wanita tangannya terpotong tabung reaksi sewaktu memeriksa sampel. Wanita tersebut dilarikan ke IGD dan ditangani oleh seorang resident. Resident tersebut memberitahu wanita tersebut bahwa tendonnya terpotong, wanita tersebut tidak bersedia jika dilakukan jahitan pada tendonnya namun wanita tersebut menginginkan lengannya sembuh. Resident tersebut menjahit lengan wanita tersebut dan kemudian ditemukan tendon yang dijahit

Upload: abdul-malik-fajri

Post on 13-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Blok BHE

TRANSCRIPT

Hubungan dokter pasien pada umumnya merupakan hubungan kontrak, meskipun pada pelaksanaannya hubungan kontrak berlangsung pada saat tertentu namun hubungan baik harus terjaga. Terdapat persamaan kontrak antara hubungan dokter dengan pasien, dapat dimisalkan seperti hubungan kontrak sewaktu membeli mobil bahwa hubungan kontrak antara kedua belah pihak dilakukan dengan legal untuk memutuskan suatu sikap yang disetujui bersama.Sudah tentu terdapat perbedaan antara hubungan kontrak dokter dengan membeli mobil. Terdapat kesulitan yang berbeda untuk mendapatkan kontrak kepada seorang yang profesional.Untuk melakukan terapi saja dokter dan pasien sudah secara langsung terjalin dalam ikatan kontrak. Pasien ingin diobati dan dokter setuju untuk mengobati. Untuk perjanjian kontrak yang valid harus ada pengertian dan kerjasama dari pihak-pihakl yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Apabila pasien menolak untuk dilakukan suatu tindakan medis, maka dokter wajib memberikan informasi mengenai baik dan buruknya tindakan tersebut bagi pasien.Seorang laboran wanita tangannya terpotong tabung reaksi sewaktu memeriksa sampel. Wanita tersebut dilarikan ke IGD dan ditangani oleh seorang resident. Resident tersebut memberitahu wanita tersebut bahwa tendonnya terpotong, wanita tersebut tidak bersedia jika dilakukan jahitan pada tendonnya namun wanita tersebut menginginkan lengannya sembuh. Resident tersebut menjahit lengan wanita tersebut dan kemudian ditemukan tendon yang dijahit terdapat kelainan. Wanita tersebut tidak menyadarinya karena resident yang menanganinya melakukan tindakan yang sangat baik.Pasien mempunyai hak untuk menerima dan menolak suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang dokter, inform concern dapat dilakukan bila terdapat ketidak jelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.Definisi mengenai tatalaksana pengobatan biasanya dapat dengan mudah dimengerti. Definisi legal segala tindakan dapat mengakibatkan efek samping. Seorang pasien berkonsultasi kepada dokter bedah dan terdapat gejala yang sesuai dengan tanda appendik. Dokter bedah menyarankan agar appendiknya diangkat. Pasien setuju dan melakukan tindakan serta perawatan post operasi. Penatalaksanaan selesai. Pada keadaan tertentu sangat sulit untuk melakukan penatalaksanaan yang baik. Pada kasus lain dokter dapat dikatakan malpraktek jika suatu tindakan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien. Seorang psikiater merawat pasiennya dalam beberapa tahun belakangan. Selama terapi berlangsung dokter tersebut jatuh cinta kepada pasiennya. Selama terapi ia mengajak pasiennya pada setiap kegiatannya. Suatu saat pasiennya menuduh bahwa ia melakukan malpraktek karena menyalah gunakan hubungan kontrak antara dokter dan pasien. Wanita tersebut mengadukan dokternya ke pengadilan. Karena pengaduan atas kasus tersebut masalah ini menjadi besar. Wanita tersebut mengatakan bahwa tindakan dari dokternya tidak berkaitan dengan pengobatan. Tindakan tersebut sangat tidak professional dan sangat tidak berhubungan dengan medis. Keadaan ini sudah merusak hubungan kontrak antara dokter dan pasien.Pengobatan dapat diartikan secara luas.Seorang ahli bedah tulang sedang mengobati pasiennya di ruang prakteknya dan menyarankan tentang pengobatan yang baik untuk pasiennya tersebut. Selama terapi pasien tersebut mengalami kelainan dan pihak asuransi tidak dapat menanggung biaya pengobatan karena tindakan dokter yang malpraktek. Pengadilan menyatakan bahwa kelainan tersebut dapat saja terjadi pada saat terapi namun pihak asuransi tidak menerima keputusan tersebut.Kenyataannya tidak semua pasien yang tidak puas akan kerja dokter dapat dibenarkan, karena tidak semua efek samping dari pengobatan dokter merupakan kesalahan dari dokter.Seorang pasien datang ke klinik seorang resident untuk pengangkatan kandung kemih. Bagian kecil dari organ kandung kemih tertinggal di abdomen, konsultant melihat sebelum dan sesudah pasien dioperasi tetapi tidak menyadari sewaktu operasi, tindakan ini tidak dibayar, pengadilan menarik tuntutan karena kelalaian dokter tersebut.Meskipun penatalaksanaan berlangsung cepat hal ini sudah termasuk kontrak antara dokter dan pasien kecuali pada keadaan tertentu dokter tidak menjanjikan bahwa pasien dapat sembuh total. Dokter hanya dapat menjanjikan bahwa pasien tersebut dapat kembali normal berdasarkan keahlian dan pengetahuan dokter tersebut dalam merawat pasien. Kadang-kadang dokter tidak menjamin keberhasilan dalam suatu tindakan medis, apabila hasil yang didapat tidak sesuai meskipun sudah dilakukan tindakan.Seorang laki- laki dan istrinya adalah orang tua dari anak yang mempunyai retardasi mental untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan suaminya melakukan vasektomi. Anak ketiga lahir dengan kelainan retardasi dan keterbatasan fisik. Istrinya meminta dokter bedah untuk membuat kontrak baru karena mereka telah sepakat untuk melakukan vasektomi. Pengadilan mengatakan bahwa istrinya mengambil langkah yang baik. Hubungan kontrak antara dokter dan pasien dapat dimulai dengan memahami hubungan pengobatan dengan cepat. Dalam keadaan tertentu hubungan kontrak dapat diwujudkan. Wujud dari kontrak dapat berupa perjanjian dari tindakan yang akan dilakukan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Segala tindakan yang dilakukan tertera didalam kontrak tersebut. Penatalaksanaan pengobatan oleh dokter harus sesuai apa yang tercantum dalam kontrak yang sudah disepakati.Pasien dirawat dirumah sakit karena operasi varises vena karena hal ini terjadi komplikasi ganggren dokter yang pertama merawat datang menengok dokter tersebut mengatakan bahwa kakinya harus diamputasi, pasien kaget setelah dokter pergi. 4 hari kemudian dokter bedah yang lain bicara untuk pindah ke rumah sakit lain, untuk dioperasi di rumah sakit tersebut. Pengadilan mengatakan bahwa hubungan kontrak berlangsung antara dokter kedua dengan pasien tersebut. Hubungan dokter dan pasien dapat terbentuk pada saat pasien akan mengambil keputusan yang penting yang menentukan pengobatan mana yang akan diambil sebagai contoh hubungan kontrak dapat terbentuk dengan hanya menelpon.Seorang laki-laki dan istrinya datang ke IGD, laki-laki tersebut mengatakan ia mengalami nyeri pada dada dan sesak napas. Istrinya mengatakan pada perawat bahwa suaminya mengalami serangan jantung. Pasien mengatakan pada perawat bahwa mereka adalah anggota dari salah satu rumah sakit. Perawat mengatakan bahwa rumah sakit tidak dapat menerima pasien tersebut, Wanita tersebut menelpon dokternya yang berada dirumah sakit dan minta agar suaminya dirawat. Dokter tersebut mengatakan untuk segera pulang ke rumah dan menyarankan untuk menelpon dokter yang ada di rumah sakit dimana dia menjadi salah satu anggotanya.Dokter dan perawat rumah sakit tersebut menolak untuk merawat pasien ini, Pasien tersebut sampai dirumah dan meninggal, pengadilan mengatakan bahwa juri tidak menemukan adanya kontrak perjanjian antara dokter dan pasien tersebut di telepon. Kemudian pengadilan meminta untuk menjalankan peraturan baru tentang hubungan dokter pasien.Sebelum kontrak kerja terjadi di telepon, seseorang yang menelpon dokternya dapat dikatakan pasien bila orang tersebut menanyakan perihal sakitnya. Apabila keluhan sakit perut disampaikan oleh pasien pada jam 4, 2 jam kemudian menjadi apendik, dokter dan pasien pada kenyatannya tidak pernah bertemu dan dokter belum memeriksa, maka dokter tersebut tidak melakukan kesalahan. Kasus lain di fakultas kedokteran dimana seorang profesor mengobati pasiennya di klinik, ia memilih salah satu partisipan sebagai orang percobaan di kampus. Dia melihat bahwa pasiennya terluka pada tumitnya dan menyarankan kakinya untuk diamputasi. Sugesti yang timbul pada pasien tersebut dapat terjadi, karena dokter tersebut tidak pernah merawat pasien ini dan tidak pernah melihat kelainan ini sebelum orang tersebut dijadikan orang percobaan. Wanita tersebut menceritakan kepada orang bahwa kakinya merupakan korban malpraktek. Dia juga menyebut nama dari professor yang mengajaknya sebagai orang percobaan di kampus. Pada saat pemeriksaan pengadilan.Sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi, yang harus diperhatikan dalam membina hubungan antara pasien dan dokter adalah bagaimana dokter tersebut memperlakukan pasiennya. Jika sang dokter memberikan suatu pemeriksaan menyangkut pasien itu, dengan pengetahuan dan persetujuan, dia percaya bahwa hasil pemeriksaannya tersebut dibuat untuk kebaikan pasiennya, kemudian hubungan tercipta oleh implikasi itu secara keseluruhan tidak hanya masalah immaterial saja tetapi ada tujuan yang tersembunyi dari hal tersebut. Di dalam ketidakadaan bukti untuk penyimpangannya, penggugat mempunyai hak-hak untuk mengasumsikan dan mempercayakan atas asumsi bahwa dokter dan rumah sakit yang bertanggung-jawab atas hak disana dan seperti halnya mempunyai kekuasaan untuk menguji dan menentukan dan ia tidak akan didengar setelah mengatakan bahwa ia tidak ada hubungannya dengan institusi dan tidak mempunyai otoritas untuk menguji atau memperlakukan pasien seperti itu.Jadi keputusannya jika menghadapi suatu hal yang sama, pengadilan berpendapat bahwa, bagaimanapun keadaan di suatu lapangan berbeda dan bahwa pasien dari dokter tersebut belum pernah melihat profesor tersebut.Seorang perempuan telah dirawat oleh suatu ahli bedah untuk suatu periode waktu yang panjang. Hasil diagnosanya adalah ulcerative radang usus besar. Ahli bedah menghadiri suatu konferensi yang dipimpin oleh suatu gastroenterologist dengan suatu reputasi nasional untuk keahlian didalam perawatan penyakit. Ahli bedah memperkenalkan kasus perempuan kepada konferensi. Profesor memberikan pendapat nya, yang mana pendapatnya tersebut dia rundingkan bersama banyak dokter yang hadir disana. Setelah itu perempuan tersebut menggugat ahli bedah dan profesor itu, Perempuan itu menuduh bahwa operasi tersebut tidak perlu dilakukan dan telah dilakukan dengan ceroboh. Dia mengklaim bahwa profesor telah lalai dalam pemeriksaan dan memberikan informasi kurang sebelum pembuatan rekomendasinya. Itu tidak menunjukan bahwa hubungan pasien dengan dokter tidak pernah terjadi, dan menunjukkan bahwa profesor belum pernah berjumpa, melihat atau memperlakukan perempuan itu. Keputusan tujuan konferensi adalah untuk pertukaran informasi, bukan untuk perawatan pasien. Karena profesor tidak bisa mengendalikan tindakan dari dokter dan berasumsi bahwa mereka akan bersandar pada pendapat mereka sendiri, ia tidak berpendapat bahwa tidak ada tugas merawat pasien dibahas di konferensi itu.Suatu peristiwa kebetulan dimana dokter di luar suatu situasi hubungan profesional biasanya akan dipikirkan, dan bagaimanapun, pada umumnya tidak mendasari dan membuat hubungan seperti itu. Seorang dokter yang berada pada suatu pesta cocktail dan diminta pendapatnya mengenai berbagai penyakit dan oleh seorang tamu peserta yang menjawabnya tanpa ada kesopanan dan ekstrim, tetapi kemungkinannya tidak akan dapat dikenakan malpraktek karena tanpa adanya bukti yang kuat.Seorang karyawan medis menghentikan direktur rumah sakit tempat ia bekerja di dalam aula dan minta dia untuk menjawab suatu pertanyaan tentang suatu kondisi medis dari apa yang sedang ia rasakan. Ia menjawab dengan memberikan beberapa usul dan cara penyembuhannya. Kemudian ia menggugatnya telah melakukan malpraktek karena telah gagal menesehatinya untuk melakukan operasi. Di lapangan menunjukkan bahwa hubungan antara dokter dan pasien yang konsensual dimana pasien yang dengan sadar mencari bantuan dari dokter dan dia dengan sadar menerima orang sebagai pasien. Dalam hal ini bahwa dokter tidak pernah menyetujui tindakannya atau menasehatinya sebagai dokter. "sebab terdakwa adalah seorang dokter dan mengetahui kondisi dari pasien tidak akan beralih kepada tugas dalam perawatannya."Beberapa dokter tidak pernah lihat pasien mereka. Ahli patologi, sebagai contoh, pada umumnya tidak pernah. Radiolog boleh tidak pernah lihat atau berkomunikasi dengan pasien siapa mereka membaca sinar elektromagnetik, laporan di dikirim kepada dokter yang utama yang mana. Di dalam kasus ini, bagaimanapun, adalah jelas bahwa hubungan antara dokter-pasien harus terbentuk baik.Suatu ahli patologi, suatu karyawan rumah sakit menjadi terdakwa, karena salah mendiagnosa suatu biopsi dan memberitahukan pada ahli bedah bahwa pasien mempunyai kanker leher rahim. Suatu hysterectomy dilakukan. Kemudian dibuktikan bahwa hasil diagnosa salah. Rumah sakit dapat dituntut karena kecerobohannya.Suatu radiolog juga tidak boleh salah dalam pembacaan hasil rongent sinar elektromgnetik dan oleh karena itu dapat berakibat fatal bagi pasiennya.Seorang radiolog tidak melaporkan adanya suatu bayang-bayang pada suatu film yang mana terdapat batu ginjal. Saat film diambil, pasien sedang mengeluhkan sakit punggung dan terdapat sayatan pada lehernya. Radiolog tidak melaporkan keberadaan dari bayang-bayang sebab dia menganggap bahwa hasil tersebut di luar lingkup dari informasi yang dia minta. Beberapa bulan kemudian, pasien operasi batu ginjal dan beberapa bulan kemudian dia harus mengangkat seluruh ginjalnya. Dia menggugat rumah sakit yang telah mempekerjakan ahli radiologi. Diagnosa yang dipakai oleh ahli radiology tersebut menggunakan hasil pemeriksaan yang pertama Dewan juri menemukan tidak adanya kesalahan diagnosa awal. Tidak ada satupun kontrak nyata antara dokter dan pasiennya tetapi pada semua negara akan berpendapat bahwa suatu hubungan dokter dan pasien adalah suatu kontrak perjanjian. DAHULU : Bapak AnakDokter Pasien = Outcome apapun hasilnya dianggap takdir yang tidak dapat dielakkan / kehendak Yang Maha Kuasa.1. Paternalis 2. Laksana Dewa 3. dllSEKARANG : Verbintenis / Kontraktual1. Konsumeristik2. Syarat Toetsteming Bekwaan Hubungan antara pemberi jasa layanan kesehatan (dokter) dengan penerima jasa kesehatan (pasien) berawal dari hubungan vertical yang bertolak pada hubungan peternalisme (father knows best). Hubungan vertical tersebut adalah hubungan antara dokter dan pasien tidak lagi sederat. Hubungan ini melahirkan aspek hukum inspaning verbintenis antara dua subjek hukum (dokter dan pasien), hubungan hukum ini tidak menjanjikan suatu kesembuhan / kematian, karena obyek dari hubungan hukum itu adalah berupaya secara maksimal yang dilakukan secara hati-hati dan cermat (met zorg en inspanning) sesuai dengan SPM berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya dalam menangani penyakit tersebut.Tanpa disadari keadaan seperti diatas membawa perubahan pola pikir sebelumnya hubungan layanan kesehatan yaitu hubungan vertical menuju kearah pola hubungan Horizontal, termasuk konsekuensinya, dimana kedudukan antara dokter dan pasien sama dan sederajat walau peranan dokter lebih penting daripada pasien. Bila antara dua pihak telah disepakati untuk dilaksanakan langkah-langkah yang berupaya secara optimal untuk melakukan tindakan medis tertentu tetapi tidak tercapai karena dokter tidak met zorg en inspanning dalam prosedur yang ditempuh melalui proses komunikasi (informed consent), maka salah satu pihak dapat melakukan upaya hukum berupa tuntutan ganti rugi. Hal tersebut di legalized oleh UU No 23 tahun 1992 sebagai salah satu upaya perlindungan hukum bagi setiap orang atas suatu akibat yang timbul (fisik/non fisik) karena kesalahan / kelalaian yang telah dilaksanakan oleh dokter.Persamaan pola hubungan vertical dan horizontal : keduanya merupakan pola perilaku hubungan antara pemberi dan penerima jasa melahirkan hak dan kewajiban.Perbedaan pola hubungan vertical dan Horijontal : posisi / kedudukannya PerdataHubungan Hukum Yankes Aspek Hukum Pidana AdministrasiInformed Consent merupakan konsep hukum / legal consep 2 unsur ICDokter Pasien Bila ditarik persamaan antara pola hubungan vertice paternalistic dan horizontal kontraktual adalah : sama-sama menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.Hubungan hukum yang dilahirkan dari hubungan layanan hukum antara dokter dan pasien telah melahirkan aspek hukum dibidang :Perdata : gugatan perdata yang disebabkan 3 (tiga) hal yaitu karena wanprestasi, onrecht matige daad dan karena mengakibatkan kurang hati-hati dan cermat dalam proses mengupayakan kesembuhan.1365 BW : - harus ada perbuatan / tidak berbuat- perbuatan itu harus melanggar hukum (tertulis dan tidak tertulis)- ada kerugian- ada hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian- ada kesalahan / schuldTanggung gugat perdata atas kerugian yang di derita orang lain itu mencakup 3 (tiga) hal :1. tanggung gugat berdasarkan kesalahan2. tanggung gugat berdasarkan kesalahan dengan pembalikan beban pembukti(schuld aansprakelijkheid met om kering van de biewijslast)3. tanggung gugat berdasarkan resiko Hubungan hukum yang dilahirkan dari layanan kesehatan : Perdata (Ps1234,Ps 1365 BW)o Wanprestasio Onrechtmatigedaado Mati / cacat karena kurang met Zorg en inspanningPasal 55 UU No 23 Tahun 1992Salah satunya adalah dengan membuat informed consent. Karena jika Informed Consent hanya di tandatangani oleh pasien tanpa dimengerti apa maksudnya karena tidak well informed dari dokter yang merawatnya, SECARA YURIDIS tidak merupakan BUKTI KUAT bagi dokter yang merawatnya.Ilmu hukum memiliki asas-asas dan prinsip-prinsip antara lain : Lex Superior Derogat lex Inferior. Informed Consent tingkatannya lebih rendah dari UU sehingga Informed Consent (PERMENKES No585 Tahun1989) harus di uji dengan peraturan induknya yaitu tentang syarat sah perjanjian (BW Pasal 1320). Informed ConsentHukum Medis ---- Bidang Medical Record Medical Secrecy Medical Secrecy adalah milik pasien (Psl 10 ayat 2 Permenkes No 749a) yang didokumentasikan dalam medical record sedang medical record adalah milik RS (ayat 2) yang tidak dapat dibaca, diketahui oleh sembarang orang tanpa persetujuan (consent) dari pasien dan tidak boleh dibawa keluar dari RS kecuali atas perintah pejabat yang berwenang yang diatur dalam UU.Pada dasarnya dewasa ini perubahan pola hubungan antara dokter dan pasien disebabkan tiga faktor dominan, yaitu :1. meningkatnya jumlah permintaan atas Layanan Kesehatan2. berubahnya pula penyakit3. teknologi medik (Prof. Hermien HK,SH : 42-43; 1998)Perlindungan hukum ini penting karena akibat kelalaian / kesalahan tersebut dapat saja menyebabkan cacat yang permanen maupun kematian.HAK PRIVACY PASIEN Pasien Dokter / RS Fiduciary Relationship

Pengungkapan Rahasia medis oleh pasien

Informed Consent

Hak atas rahasia Hak atas privacy Ijin pengungkapan rahasia medis pasien ijin PasienSKEMA INFORMED CONSENTDokter

Parameter dokter- Personality - Information giving policy Informasi Feed back- Transfer Informasi- Proses pengambilan keputusan

Informed Consent Unic kaitannya dengan Involuntary consent

Interaksi

Infarm Consent Parameter pasien- kondisi fisik - morbidity Pasien - usia - pedidikan - personalityHAK PASIEN :1. Hak atas informasi2. Hak memberi consent atas dilaksanakannya tindak medis tertentu 3. Hak untuk memilih pemberi jasa (dokter)4. Hak untuk memilih sarana kesehatan5. Hak atas rahasia medis6. Hak untuk menolak pengobatan / perawatan7. Hak untuk menolak tindakan medis tertentu8. Hak untuk menghentikan pengobatan / perawatan9. Hak untuk mendapatkan second opinion10. Hak untuk melihat rekam medis (inzage)(Prof. H. Koeswadji,SH:1998)KESIMPULAN :1. Bicara hukum kedokteran hendaknya hukum tidak hanya diartikan sebagai struktur dan aturan-aturan yang bersifat tertulis tetapi juga yang terdapat dalam masyarakat yang berupa kebiasaan, yurisprudensi tetap dan doktrin.2. Dalam kaitannya dengan tugas dokter professional, sebagai manusia biasa tidak luput dari ketentuan hukum yang berlaku bagi setiap orang di lain pihak pasien semakin sadar akan hak-hak dan perlindungan hukum terhadap dirinya, sehingga permasalahan hubungan dokter pasien menjadi semakin kompleks, sehingga perwujudan UU No. 23 Tahun 1992 tidak hanya kuratif tetapi juga promotif, preventif dan rehabilitatif.3. Keistimewaan profesi dokter ada tumpuan utamanya justru terletak pada integritas etis yang tercermin melalui dedikasinya terhadap standar perilaku etis seperti menghargai hak orang lain. Rasa keadilan dan kebajikan yang menjadi dasar kepercayaan masyarakat;pasien.SARAN :1. Menerapkan SPM secara benar2. Melaksanakan informed consent untuk setiap tindak medis tertentu yang akan dilaksanakan3. Membuat rekam medis4. Hakihat informed consent mengandung 2 (dua) unsure esensial yaitu :1. Informasi yang diberikan oleh dokter2. Persetujuan yang diberikan oleh pasien Sehingga persetujuan yang diberikan oleh pasien memerlukan beberapa masukan sebagai berikut :1. Penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan digunakan dalam tindakan medis tertentu (masih berupa upaya percobaan) 2. Deskripsi tentang efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tidak diinginkan yang mungkin timbul3. Deskripsi tentang keuntungan-keuntungan yang dapat di antispasi untuk pasien4. Penjelasan tentang perkiraan lamanya prosedur / terapi / tindakan berlangsung.5. Deskripsi tentang hak pasien untuk menarik kembali consent tanpa adanya prasangka mengenai hubungannya dengan dokter dan lembaganya.6. Prognosisi tentang kondisi medis pasien bila ia menolak tindakan medis tersebut.

UU KEDOKTERANadmin on Agustus 8th, 2008BAB VIREGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGIPasal 291. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.2. Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.3. Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi harus memenuhi persyaratan : 1. memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis ;2. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter gigi;3. mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental;4. memiliki sertifikat komptensi; dan5. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.4. Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi berlaku selma 5 (lima) tahun dan di registrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d.5. Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi dalam melakukan regristrasi ulang harus mendengar petimbangan ketua divisi registrasi dan ketua divisi pembinaan..6. Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi berkewajiban untuk memelihara dan menjaga registrasi dokter dan dokter gigi.Pasal 33Surat tanda registrasi tidak berlaku karena :1. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan ;2. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang ;3. atas permintaan yang bersangkutan ;4. yang bersangkutan meninggal dunia ; atau5. dicabut Konsil Kedokteran Indonesia.Pasal 34Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi, registrasi ulang, registrasi sementara, dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.Pasal 35(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik Kedoteran sesuai dengan pendidikan dan komptensi yang dimiliki, yang terdiri atas :1. mewawancarai pasien;2. memeriksa fisik dan mental pasien;3. menentukan pemeriksaan penunjang;4. menegakan diagnosis;5. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;6. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;7. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan8. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kewenangan lainnya diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.BAB VIIPENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERANBagian kesatuSurat Izin PraktikPasal 36Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.Pasal 371. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.2. Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.3. Surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.Pasal 381. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, dokter atau dokter gigi harus :1. 1. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32;2. mempunyai tempat praktik; dan3. memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.1. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang: 1. surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih berlaku; dan2. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin praktik.2. Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan Menteri.Bagian KeduaPelaksanaan PraktikPasal 39Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pasal 401. Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti;2. Dokter atau dokter gigi penggani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.Pasal 411. Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan penyelenggaraan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran.2. Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.Pasal 42Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melaukan praktik kedoteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.Pasal 43Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan praktik kedoteran diatur dengan Peraturan Menteri.Bagian KetigaPemberian PelayananParagraf 1Standar PelayananPasal 441. Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.2. Standar pelayanan sebagamaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.3. Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.Paragraf 2Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran GigiPasal 451. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup : 1. diagnosis dan tata cara tindakan medis;2. tujuan tindakan medis yang dilakukan;3. alternatif tindakan lain dan risikonya;4. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi ; dan5. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.6. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) di atur dengan Peraturan Menteri.Paragraf 3Rekam MedisPasal 461. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.Pasal 471. Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.2. Rekam medis sebagaimana pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.3. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.Pasal 4Rahasia KedokteranPasal 481. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.2. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, pemintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diaur dengan Peraturan Menteri.Paragraf 5Kendali Mutu dan Kendali BiayaPasal 491. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.2. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan audit medis.3. Pembinaan dan pengawasan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh organisasi profesi.Paragraf 6Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter GigiPasal 50Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :1. 1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;2. memberikan pelayanan medis menurut tandar profesi dan standar prosedur operasional;3. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan4. menerima imbalan jasa.Pasal 51Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :1. 1. memberi pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.;3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;4. melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia yakin orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.Paragraf 7Hak dan Kewajiban PasienPasal 52Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak :1. mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3);2. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;3. mendaptkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;4. menolak tindakan medis; dan5. mendapatkan isi rekam medis.Pasal 53Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban ;1. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;2. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;3. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.Paragraf 8PembinaanPasal 541. Dalam angka terselenggaranya praktik kedokteran yang bermutu dan melindungi masyarakat sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, perlu dilakukan pembinaan terhadap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Konsil Kedokteran Indonesia bersama-sama dengan organisasi profesi.