makalah konsep dasar keperawatan
DESCRIPTION
Konsep Dasar KeperawatanTRANSCRIPT
Makalah Konsep Dasar Keperawatan
“Berpikir Kritis”
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
Disusun oleh : Anisa Astuti
Erna Nurlysani
Intan Puteranti
Putri Yunda Maryta
Tingkat :I B
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Bandung
2013-2014
Jl. Dr. Otten No.32
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Konsep Dasar Keperawatan”. Kemudian
shalawat beserta salam tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan di program studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Bandung.
Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Ibu Tjutju Rumijati, SKp, M,kep, Sp.kom. Bapak Suriadi, Drs, Skp, M.kep, Sp.kom
dan Ibu Susi Kurniasih SKp.Mkes selaku dosen program studi Keperawatan mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan. Tidak lupa juga kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, 8 September 2013
Penyusun
Daftar isiKATA PENGANTAR.................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
1.1 Latar belakang.................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
1.4 Metode ilmiah.................................................................................................6
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.1 Definisi............................................................................................................7
2.2 Keterampilan Berpikir Kritis dan Kebiasan Pikiran bagi Keperawatan.........9
2.3 Pentingnya Berpikir Kritis............................................................................11
2.4 Ciri-ciri orang yang berpikir kritis................................................................14
2.5 Indikator Pemikir Kritis................................................................................16
2.6 Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis...................................................19
2.6.1 Model berpikir kritis..............................................................................20
2.7 Jenis-jenis berpikir kritis...............................................................................21
2.8 Siapakah yang perlu berpikir kritis...............................................................21
2.8.1 Mengapa berpikir kritis begitu penting bagi pasien dan orang terdekatnya...........................................................................................................22
2.9 Tips Berpikir Kritis.......................................................................................22
BAB III.......................................................................................................................23
PENUTUP..................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan...................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat
esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Berpikir Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu,
telah menjadi topik pembicaraan .
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar
tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak
mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa.
Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving,
meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari
kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat
dalam
berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir
kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah / pencarian solusi, dan
pengelolaan proyek. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan
integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan
(observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat
mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang
memuaskan.
Berpikir kritis dalam praktek keperawatan merupakan proses
pengambilan keputusan yang membutuhkan keterampilan kognitif untuk
menganalisis standar-standar, mendiskriminasi, mencari informasi, memberi
alasan yang logis, memprediksi dan mentransfer ilmu ( Lewis et al, 2007).
Bahkan Alfaro-LeFevre (2004) telah mengembangkan indikator untuk
mengidentifikasi keterampilan dan perilaku pemikir kritis yang terdiri dari
tiga aspek yaitu pengetahuan, perilaku afektif dan perilaku emosional. Ketiga
aspek ini harus dimiliki oleh seorang perawat.
Berpikir kritis semakin dipandang perlu, setiap detik kita dituntut
untuk berpikir kritis. Kita dituntut untuk tidak menerima sesuatu hanya
dengan meng “iya” kan sesuatu, kita harus mencari sebab dan bukti-bukti
yang mendukung dari data-data yang kita terima setiap waktu. Dulu sebagian
orang jarang berpikir secara kritis dalam mengambil sebuah keputusan dan
menyelesaikan masalah. Namun sekarang kita dituntut untuk berfikir secara
krtis, terutama seorang perawat.
Seorang perawat harus bisa berpikir kritis untuk mengambil sebuah
keputusan atau tindakan dalam menangani pasien. Berpikir kritis dengan cepat
agar kita dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat serta melukukan
tindakan yang cepat dan tepat pula. Tapi masih ada perawat yang belum
berpikir secara kritis, sehingga masih ada tindakan yang tertunda dalam
menangani pasien. Oleh karena itu, perawat harus bisa secara cepat dan tepat
dalam mengambil keputusan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud berfikir kritis itu?
2. Bagaimana ciri-ciri dari berfikir kritis itu?
3. Bagaimana indikator dari berfikir kritis?
4. Bagaimana proses dari berfikir kritis?
5. Bagaimana tips agar menjadi pemikir kritis?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari berfikir kritis
2. Mengetahui ciri-ciri dari berfikir kritis
3. Mengetahui indikator dari berfikir kritis
4. Mengetahui proses dari berfikir kritis
5. Mengetahui cara atau tips berpikir kritis
1.4 Metode ilmiah
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini yaitu :
Studi Literatur : Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber
yang relevan seperti buku-buku, internet, media elektronik dan artikel-artikel
yang berkaitan dengan pembahasan masalah.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, metode ilmiah dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan yaitu Definisi, keterampilan berpikir kritis dan
kebiasaan pikiran bagi keperawatan, pentingnya berpikir kritis, ciri-ciri orang
yang berpikir kritis, indikator pemikir kritis, faktor yang mempengaruhi
berpikir kritis, jenis-jenis berpikir kritis, siapakah yang perlu berpikir kritis
dan tips berpikir kritis
Bab III merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari materi
yang dibahas dalam karya tulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses
tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu
langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu
dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika
menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan
tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-
mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan
beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga
biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang
akan dituju.
Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis
adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi
kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal
sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui
beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh
Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan
keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut
berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan
komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan
(Walker, 2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa
berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi :
analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan
penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan
sistematis. Ketertiban berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC
General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses
yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara,
memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah
yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan
keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat
digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis
(1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini
dan dilakukan.
2.2 Keterampilan Berpikir Kritis dan Kebiasan Pikiran bagi Keperawatan
(Scheffer dan Rubbenfeld,2000,hlm.358, digunakan setelah mendapat izin)
Keterampilan serta proses Berpikir Kritis :
1. Menganalisis : memisahkan atau membagi suatu kesatuan menjadi beberapa
bagian untuk untuk menentukan sifat, fungsi dan hubungan antar bagian
tersebut.
2. Menerapkan standar: menilai sesuai dengan peraturan atau kriteria yang
telah ditetapkan secara personal,professional, atau social.
3. Mendiskriminasi: mengenali perbedaan dan kesamaan dianatra beberapa hal
atau situasi dna membedakannya secara cermat untuk dimasukan kedalam
kategori atau criteria.
4. Mencari informasi: mencari bukti, fakta, atau pengetahuan dengan
mengidenbtifikasi sumber-sumber yang relevan dan mengumpulkan data
objektif, subjektif, historis, dan data terbaru dari sumber tersebut.
5. Membuat alasan logis : membuat suatu kesimpulan yang didukung atau
dijustifikasi oleh bukti.
6. Memprediksikan :membayangkan sebuah rencana dan konsekuensinya.
7. Mentransformasi pengetahuan : mengubah atau mengonversi kondisi, sifat,
bentuk, atau fungsi beberapa konsep dianatra beberapa konteks.
Kebiasaan pikiran untuk berpikir kritis :
1. Percaya diri : yakin akan kemampuan seseorang untuk membuat alasan yang
masuk akal.
2. Perspektif kontekstual : mewmpertimbangankan keseluruhan situasi,
termasuk hubungan, latar belakang, dan lingkungan yang relevan dengan
beberapa kejadian atau peristiwa.
3. Fleksibilitas : kemampuan untuk beradaptasi,mengakomodasi, memodifikasi,
mengubah fikiran, ide dan perilaku.
4. Kreativitas : daya cipta intelektual yang digunakan untuk menghasilkan,
menentukan atau merestrukturisasi ide; membayangkan alternative.
5. Rasa ingin tahu : hasrat untuk mengetahui segala seuatu dengan mencari
pengetahuan dan pemahaman melalui observasi dan pengajuan pertanyaan
yang telah dipikirkan dengan baik untuk mengeksplorasi beberapa
kemungkinan dan alternative
6. Integritas intelektual : mencari kebenaran melalui proses yang tulus dan
jujur, meski jika hasilnya bertentangan dengan asumsi dan keyakinan
seseorang.
7. Intuisi : rasa mengetahui sesuatu secara naluri atau alamiah tanpa memiliki
alasan secara sadar.
8. Berpikiran terbuka: suatu sudut pandang yang dicirikan dengan bersikap
menerima terhadap berbagai pandangan yang berbeda dan sensitive terhadap
bias yang dimiliki oleh seseorang.
9. Tekun : bekerja keras menjalani suatu proses dengan kebulatan tekad untuk
mengatasi berbagai rintangan.
10. Refleksi : kontemplasi atau perenungan tentang suatu subjek terutama asumsi
dan pemikiran seseorang dengan tujuan untuk memiliki pemahaman yang
lebih dalam dan utuk mengevaluasi diri.
2.3 Pentingnya Berpikir Kritis
Pertanyaan mengapa mengadakan pencarian alasan,tujuan, makna dan
nilai. Kata mengapa sering sekali digunakan untuk memulai rasa ingin tahu,
member alasan logis, menjustifikasi kesimpulan, dan menemukan
penyebabnya.
Mengapa memdemonstrasikan salah satu dari bentuk berfikir dan
eksplorasi yang pertama kali kita gunakan saat masih kanak-kanak. Namun
mengapa dan aktivitas berpikir yang terkait dengan mengapa telah memicu
banyak penemuan penting. Penemuan penisilin, teori relativitas Einstein,
terjadi setelah terdapat pertanyaan mengapa. Albert Enstein menekankan
betapa berharganya pertanyaan mengapa saat ia mengatakan “hal terpenting
adlah jangan pernah berhenti bertanya . rasa ingin tahu memiliki alasan
sendiri untuk muncul. “Dan “saya secara spesifik tidak pintar ataupun
diberkati sya rasa saya hanya merasa penasaran “
Mengapa juga merupakan kata favorit bagi banyak pendidik dan
mendorong siswanya untuk meberi rasional dalam setiap intervensi
keperawatan yang mereka lakukan. Mengapa digunakan oleh klinisi saat
mereka bekerja sebagai seorang istruktur atau mentor untuk staf yang baru
atau saat mereka mempertanyakan praktik yang mereka lakukan. Klinisi dan
pendidik sama-sama percaya bahwa pertanyaan mengapa mendorong berpikir
kritis.
Semua disiplin yang bekerja di pelayanan kesehatan menyadari
perlunya memusatkan pikiran mereka untuk mencari cara guna. Beberapa
pernyataan tentang manfaat berpikir kritis :
1. “Pengetahuan professional tidak sesuai dengan perubahan karakteristik situasi
praktik –kompleksitas, ketidakpastian, ketidakstabilan, keunikan, dan konflik
nilai, yang semakin dipersepsikan sebagian bagian inti dalam dunia praktik
professional”. (Schon, 1983, hlm 14)
2. “Pengetahuan didapatkan dengan berpikir , dianalisis dengan berpikir, diatur
dengan berpikir, ditransformasi dengan berpikir, dikaji dengan berpikir, dan
yang terpenting hasil yang dicapai dengan berpikir”. (Paul, 1992, hlm. Xi)
3. Berpikir mengenali kita untuk mengenali keyakinan dan asumsi yang
dianggap fakta oleh pikiran kita”. (Brookfield, 1995)
4. “pengetahuan , fakta, informasi sering kali disamakan dengan intelegensi.
Namun, kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam secara logis,
etis, dan moral tidak selalu setara dengan kualitas pengetahuan, fakta dan
informasi. Berpikir memberikan mekanisme penyaringan untuk mengubah
pengetahuan, fakta dan informasi kedalam aplikasi fakta dunia nyata “.
(Schon, 1983)
5. “hanya dengan mengubah cara berpikir kita kita dapat mengubah kebijakan
dan praktik yang telah tertanam secara mendalam”. (Senge, 1990, hlm. Xiv)
6. Pengetahuan yang mendalam biasanya timbul ketika mereka (orang-orang)
menyadari bhwa masalah mereka, dan harapan mereka akan kemajuan tidak
mungkin terlepas dari bagaimana cara mereka berpikir”. (Senge, 1990, p.53)
7. “Pengetahuan diri sendiri, berpikir kritis, dan berpikir kreatif mungkin
merupakan dimensi terpenting yang memengaruhi pembelajaran”. (Marzano
dan Pickering , 1997)
8. Pemahaman murni berasal dari kemampuan berpikir dan bertindak secara
fleksibel, membedakan nuansa, menghargai konteks dan menggunakan
refleksi”. ( Wiggins dan McTighe, 2001)
Kita telah mempelajari bahwa tujuan bertanya mengapa adalah untuk
menemukan makna dan nilai atau keuntungan. Untuk berfokus pada
keuntungan, kita perlu mengeksplorasi siapa yang mendapat keuntungan dan
apa keuntungannya.
Upaya pemecahan masalah perlu diawali dengan cara mencari
penyebabnya, jika tidak maka penyelesaian yang diperoleh tidak memberikan
hasil yang memuaskan bahkan timbul maslaah yang baru. Terdapat dua
penyebab kekacauan itu yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat
dikendalikan.
Pada dasarnya semua manusia memiliki hati yang baik sejauh
kepentingan pribadinya tidak diusik atau dirugikan.perubahan pola ukir perlu
suatu daya ungkit untuk memicu kesadaran terhadap sesuatu, seperti kata-
kata, nyanyian, konsentrasi pikiran, atau buku-buku filsafat. Tetapi bagi orang
yang suka menganalisa, agak sulit menerima daya ungkit dan lebih
membutuhkan daya ungkit yang kasat mata yang dapat dilihat langsung
sebagai penggugah otak bawah sadar. Perubahan pola pikir yang cepat akan
menjadi jalan tol untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-citakan.
Perubahan ini tentu akan membawa dampak terhadap lingkungan sekitarnya.
Baik lingkungan alam, ataupun lingkungan sosial. Bagi seorang ilmuwan
yang banyak menggunakan otak kiri atau selalu menganalisa apa, mengapa,
siapa , bagaimana dengan mengubah pola piker kita dapat membangun Sense
of Reality tidak pandang bulu, sehingga dapat menggali potensi bawah sadar
kita yang dapat menghasilkan suatu seni baru yaitu “The Art Of Survival”
artinya kita tidak sendiri tetapi membuat seni baru yang secara bersama-sama
keluar dari kemelut secara nyata.
2.4 Ciri-ciri orang yang berpikir kritis
Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah :
1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan
terhadap kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan
konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang
kompleks
Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah,
disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja
membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian
masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan
sosiosentris kita.
Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan disini, yaitu :
1. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat
untuk jawaban dari pertanyaan tersebut.
2. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa
3. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.
4. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas
pertanyaan.
5. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.
6. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.
7. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses
berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat
kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan
(logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth),
kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana
implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).
Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen
penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus
menjawab beberapa hal sebagai berikut.
1. Tujuan dari sebuah gagasan/ide
2. Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide
3. Sudut pandang dari gagasan/ide
4. Informasi yang muncul dari gagasan/ide
5. Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul.
6. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut
7. Implikasi dan konsekuensi
8. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut
Dasar-dasar ini yang pada peinsipnya perlu dikembangkan untuk
melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana
menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu
yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah yang kuat. Selain itu,
kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang terdapat dalam diri
manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-hal yang kita
pikirkan.
Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini.
Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut
sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang
harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim yang
membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita
menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat
hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam
komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan
menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah.
Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita
akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang
ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan.
Khususnya pemecah masalah bangsa Indonesia ini.
2.5 Indikator Pemikir Kritis
Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat
diturunkan dari aktivitas kritis sebagai berikut :
1. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2. Mencari alasan.
3. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
7. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8. Mencari alternatif.
9. Bersikap dan berpikir terbuka.
10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12. Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari
aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok
permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4,
dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis
no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan
akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11
adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang
berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9
adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil
sebagai suatu keputusan.
Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan
berpikir kritis beberapa kemampuan sebagai berikut :
1. Menentukan kredibilitas suatu sumber.
2. Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.
3. Membedakan fakta dari penilaian.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.
5. Mengidentifikasi bias yang ada.
6. Mengidentifikasi sudut pandang.
7. Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan
bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan
sebagai berikut :
1. Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan
nilai.
2. Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan
yang relevan dengan yang tidak relevan.
3. Mampu menetapkan fakta yang akurat.
4. Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
5. Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang
ambiguistik.
6. Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
7. Mampu menditeksi bias.
8. Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
9. Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
10. Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir
kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal
pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai
berikut:
1. Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.
2. Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas, logis
atau masuk akal
3. Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang
valid dengan logika yang tidak valid.
4. Mengidentifikasi kecukupan data.
5. Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.
6. Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai
kegiatan.
7. Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.
8. Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.
9. Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak
kunjung hilang dalam bekerjanya.
10. Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang
sudah dipelajarinya.
11. Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara
formal seperti matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
12. Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan
mengungkapkan argumen yang esensial.
13. Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari
suatu pandangan.
14. Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu
kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya.
15. Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak
fakta yang harus dijelaskan dengan sikap non inquiri.
16. Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan
bias dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta
menurut pilihan pribadi
2.6 Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis
Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis :
1. Fisik: berdasakan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperi rasa nyaman,
tidak nyaman, senang atau sebaliknya.
2. Emosional: didasarkan pada perasaan atau sikap, orang akan bereaksi
pada suatu situasi secara subjektiv. Rasional didasarkan pada pengetahuan
orang mendapatkan informasi ,memahami situasi dan berbagai
konsekkuensinya.
3. Pratikal: berdasrkan pada keterampilan individu dan kemampuan
melaksanakannya.
4. Interpersonal; berdasarkan pengaruh pada jaringan sosial yang ada.
5. Struktural: berdasarkan pada lingkup social ,ekonomi dan politik.
2.6.1 Model berpikir kritis
a. Total Recall (Pemanggilan Total): mengingat fakta/ suatu kejadian
serta mengingat dimana dan bagaimana menemukannya ketika
dibutuhkan. Kemampuan untuk mengakses pengetahuan dimana
pengetahuan merupakan sesuatu yang dipelajari dan disimpan dalam
pikiran. Setiap orang punya cluster pengetahuan yang berbeda-beda
dalam pikirannya. Total Recall tergantung pada memori/ ingatannya
Memori → proses yang kompleks. Jika anda selalu kesulitan dalam
mengingat sesuatu kuncinya adalah Jangan menyerah karena ada
Berbagai cara untuk membantu kita mengingat sesuatu
b. Habits (Kebiasaan) : Pendekatan berpikir yang diulang-ulang dengan
sering. Sesuatu yang “dilakukan tanpa berpikir” Walaupun bukan
dilakukan tanpa dipikir, tetapi hal tersebut telah mendarah daging
sehingga terlihat seperti tidak disadari. Membuat anda melakukan
sesuatu tanpa harus mencari metode baru
c. Inquiry (Pencarian Informasi): memeriksa isu-isu secara mendalam
dengan menanyakan hal-hal yang terlihat nyata, termasuk menggali dan
menanyakan segala sesuatu – khususnya asumsi terhadap situasi
tertentu. Cara berpikir primer yang digunakan untuk menegakkan suatu
kesimpulan. Walaupun kesimpulan dapat dibuat tanpa inquiry, dengan
inquiry hasil akan lebih baik dan akurat.
d. New Ideas and Creativity (Ide-ide Baru dan Kreatifitas): Model ini
membuat berpikir melebihi buku sumber yang kreatif kemudian akan
berkata: “Let’s try this new way” yang habitualis akan berkata: “This is
the way things have always been done”
e. Knowing How You Think (Mengetahui apa yang anda pikirkan) :
Berpikir tentang bagaimana cara berpikir. Schon (1983) menyarankan
penggunaan pendekatan refleksi (knowing how you think) untuk kerja
profesional yang sulit menemukan masalah dan solusinya dari buku
sumber.
2.7 Jenis-jenis berpikir kritis
1. Berpikir kritis secara diprogram.
Berpikir kritis diprogram merupakan pikiran yang bersifat rutin dan
dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan menjadi
suatu prosedur tertentu.
2. Berpikir kritis secara tidak deprogram.
Berpikir kritis tidak deprogram adalah keputusan baru,tidak terstruktur
dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan tidak dapat dikembangkan
menjadi suatu prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah.
2.8 Siapakah yang perlu berpikir kritis
a. Klinisi :
Klinisi bisa dilihat dalam berbagai lingkungan pelayanan kesehatan.
Banyak tantangan yang membutuhkan keterampilan dalam berpikir kritis.
Tidak sedikit diantaranya tampak berubah secara konstan dalam hal
tuntutan dan tanggung jawab posisi anda. Perubahan kompleks terjadi
dalam hal tuntutan dan tanggung jawab posisi Anda. Perubahan kompleks
terjadi dalam pemberian layanan kesehatan sebagai sebuah keseluruhan.
Kelly-Thomas (1998) menyebutkan kata “re-do (tindakan ulang)”yang
secara khas terdengar dilingkungan pelayanan kesehatan baru-baru
ini,seperti rekayasa ulang (reengineering), resrukturasi, membekali
kembali (retooling),melihat kembali (re-visioning). Isu re-do ini
mengharuskan perawat untuk lebih percaya diri, konstektual, kreatif,
berpikiran, dan fleksibel dalam melakukan tugas mereka.
b. Pendidik :
Siapa pun yang masuk dalam tipe pendidik yang menghadapi
masalah kompleks yang mempengaruhi cara Anda melihat diri Anda
sebagai seorang pemikirdan bagaimana Anda akan mampu
mempromosikan bimbingan kepada siswa dan staff diharuskan untuk lebih
berpikir kritis karena sebagai pendidik dituntut untuk cepat tanggap
apabila mengadapi para siswa nya.
2.8.1 Mengapa berpikir kritis begitu penting bagi pasien dan orang terdekatnya
a. Berpikir meningkatkan asuhan yang aman
b. Berpikir meningkatakn asuhan yang efektif
c. Berpikir meningkatkan asuhan yang efisien
2.9 Tips Berpikir Kritis
Sembilan tips mengembangkan kompetensi berpikir kritis:
1. Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru.
2. Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda.
3. Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis.
4. Menanyakan hal-hal yang anda anggap tidak masuk akal.
5. Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda buat.
6. Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti.
7. Kembangkanlah kosakata yang tepat untuk penyampaian dan pengertian
ide yang lebih baik
8. Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut.
9. Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Orang yang bekerja didunia kesehatan dituntut untuk sigap,siap, cepat
dan tangkas dalam menangani permasalahan yang ada disekitarnya.
Contohnya perawat yang dituntut mempunyai sifat berpikir kritis karena
berpikir kritis merupakan referensi yang mudah digunakan yang berfokus
pada realitas sehari-hari dalam mempelajari, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi berpikir kritis dalam keperawatan. Karena sebagai perawat
hubungannya manusia dengan manusia, pasien itu sendiri yang karakter, sifat
juga wataknya berbeda. Dan setiap kejadian dilapangan masalahnya berbeda
beda sehingga berpikir kritis wajib digunakan oleh setiap perawat.
Sebaiknya, berpikir kritis itu wajib diamalkan dimulai dari sekarang.
Melalui pelatihan yang konsisten dan serius diharapkan agar diterapkan sebaik
mungkin. Karena sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang
lain. Dan berpikir kritis adalah suatu tindakan yang wajib dilakukan oleh
tenaga kesehatan khususnya perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Rubenfeld, M Gaie, Scheffer Barbara, K. 2010. Berpikir Kritis Untuk
Perawat. Jakarta:. Buku Kedokteran EGC
Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical
Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical Thinking. California
Alfaro-LeFevre, R. 2004. Critical Thinking and Clinical Judgment: A
Practical Approach. 3rd Ed. St. Louis: Saunders.
http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis/
http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-
kreatif-dalam-pembelajaran
http:// www.wikipedia.com