makalah keselamatan
TRANSCRIPT
MAKALAH KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN
PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI
DALAM PERUSAHAAN
Disusun Oleh:
IKA NUR HIDAYAH
0931410091
I-A
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2009/20010
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmatNya yang telah
dilimpahkan kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Sistem Pemrosesan
Transaksi pada Airline Reservations System” dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan, dalam penyelesaian makalah ini , penulis banyak
mengalami kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan menambah
pengetahuan para pembaca tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang terdapat
dalam lingkungan sekitar terutama dalam lingkungan bisnis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen dan orang
tua yang telah mendidik dengan tekun dan sabar serta teman-teman yang telah memberi
dukungan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna
kesempurnaan dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat positif bagi para pembaca.
Malang, 30 Desember 2009
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………….. i
Kata Pengantar……………………………………………………………….. ii
Daftar isi……………………………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
B. Tujuan…………………………………………………………… 1
C. Rumusan Masalah………………………………………………. 1
BAB II Pembahasan…………………………………………………………. 2
A. Hal-hal untuk Melaksanakan K3……………………………….. 2
B. Aturan K3………………………………………………………. 2
C. Landasan Hukum Tentang K3…………………………………. 3
D. Perwujudan Program K3………………………………………. 4
E. Contoh Permasalahan dalam Perusahaan……………………… 7
BAB III Penutup……………………………………………………………. 12
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 12
B. Saran…………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan
cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan
apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Namun patut
disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan bagaiman
mengimplementasikannya dalam lingkungan perusahaan. Dalam tulisan sederhana ini
penulis mencoba mengambarkan arti pentingnya K3 dan akibat hukum apabila tidak
dilaksanakan.
Perusahaan tidak akan berjalan secara sempurna tanpa adanya sistem keselamatan
dan kesehata kerja yang terdapat di dalamnya. Banyaknya pekerja juga merupakan suatu
kebutuhan dalam sebuah perusahaan, semakin banyak pekerja maka sistem untuk
keselamatan dan kesehatannya pun semakin besar.
B. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetauhi macam-macam masalah yang
sering terjadi di dalam perusahaan. Penulisan ini juga di tulis untuk mengetauhi
bagaimana cara-cara untuk mengatasi permsalhan yang terdapat dalam perusahaan.
Makalah ini juga untuk mengetauhi hambatan-hambatan yang terjadi dalam
perusahaa dan cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Aturan apa saja yang di buat pemerintah tentang K3?
2. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah yang sering terjadi di perusahaan?
3. Hambatan-hambatan apa saja yag serting terjai di dalam perusahaan?
4. Bagaimana cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hal-hal Untuk Melaksankan K3
Adapun hal lain yang tak kalah pentingnya agar program K3 dapat terlaksana,
adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai efektivitas dan efisiensi
program bahkan melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja untuk dan atas
nama pekerja yang terkena musibah kecelakaan kerja.
Bila terjadi hal demikian, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
o Lingkungan Kerja terjadinya kecelakaan.
o Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.
o Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.
o Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan sebagai
upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.
o Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.
o Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).
o Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.
o Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.
o Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada pihak
yang berwenang.
o Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.
Inti dari terlaksananya K3 dalam perusahaan adalah adanya kebijakan standar
berupa kombinasi aturan, sanksi dan benefit dilaksanakannya K3 oleh perusahaan bagi
pekerja dan perusahaan, atau dengan kata lain adanya suatu kebijakan mutu K3 yang
dijadikan acuan/pedomanbagipekerjadanpengusaha.
B. Aturan K3
Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No.
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
mencegah dan mengurangi kecelakaan;
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
memberikan pertolongan pada kecelakaan;
memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran;
mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;
memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
batang;
mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
C. Landasan Hukum Tentang K3
Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan landasan hukum
penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud memberikan pijakan yang
jelas mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu harus diterapkan. Adapun sumber
hukum penerapan K3 adalah sebagai berikut:
1) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2) UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
4) Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan
Kerja.
5) Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran
Kepesertaan, pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang kewajiban
dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk:
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau ahli keselamatan kerja;
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
D. Perwujudan Program K3
Perwujudan program K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan khusus
bagi tenaga kerja, maka dibuatlah Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu suatu program
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Program jamsostek lahir dan diadakan dan selanjutnya dilegitimasi dalam UU No.
3 Tahun 1992 tentang Jamsostek sebagai pengakuan atas setiap tenaga kerja berhak atas
jaminan sosial tenaga kerja. Sedangkan ruang lingkup program jaminan sosial tenaga
kerja dalam Undang-undang ini meliputi:
1) Jaminan Kecelakaan Kerja;
2) Jaminan Kematian;
3) Jaminan Hari Tua;
4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Program Jamsostek sebagai pengejawantahan dari program K3 diwajibkan
berdasarkan Pasal 2 Ayat 3 PP No. 14 Tahun 1993 bagi setiap perusahaan, yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10 orang atau lebih;
2) Perusahaan yang membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta
rupiah) per bulan (walaupun kenyataannya tenaga kerjanya kurang dari 10
orang).
Akibat hukum bagi perusahaan yang tidak menjalankan program jamsostek ini
adalah Pengusaha dapat dikenai sanksi berupa hukuman kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Dengan mengimplementasikan K3, setidak-tidaknya pengusaha dapat
mengantisipasi kemungkinan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, yaitu:
a. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut
(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
b. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
c. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
f. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
g. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
h. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
i. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
j. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
k. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
l. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
m. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
n. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.
o. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
p. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atu aromatik yang beracun.
q. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
r. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
s. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
t. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
u. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
w. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
x. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
y. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
z. Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
Adapun akibat yang muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan
oleh hubungan kerja dapat berupa:
1) Tidak mampu bekerja untuk sementara
2) Cacat sebagian untuk selama-lamanya
3) Cacat total untuk selama-lamanya
4) Cacat kekurangan fungsi organ
5) Meninggal dunia.
Akibat lain yang berdampak pada pengusaha karena pekerjanya terjangkit
penyakit-penyakit yang telah disebutkan diatas, dapat mempengaruhi kinerja dan
produktivitas perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan menjadi berkurang. Ini
adalah bukti adanya korelasi perlindungan K3 dengan efektivitas dan efisiensi
perusahaan.
E. Contoh Permasalahan dalam Perusahaan
1. Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind Turbine di Indonesia
Energi angin merupakan salah satu potensi energi terbarukan yang dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi listrik domestik,
khususnya wilayah terpencil.Pembangkit energi angin yang biasa disebut Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ini bebas polusi dan sumber energinya yaitu angin tersedia
di mana pun, maka pembangkit ini dapat menjawab masalah lingkungan hidup dan
ketersediaan sumber energi.
Dari data Blueprint Energi Nasional, Departemen ESDM RI dapat dilihat bahwa
potensi PLTB di Indonesia sangat menarik untuk dikembangkan karena dari potensi
sebesar 9,29 GW, baru sekitar 0,5 GW yang dikembangkan, yang berarti baru sekitar
5,38%. Secara implisit, hal ini menyiratkan bahwa jumlah penelitian dan jumlah peneliti
yang tertarik mengembangkan teknologi ini masih sangat sedikit. Prospek
pengembangan teknologi ini masih sangat tinggi. Beberapa wilayah di Indonesia
disinyalir dapat berkontribusi besar terhadap penggunaan pembangkit listrik tenaga
bayu/angin (PLTB) diantaranya wilayah NTT, Maluku, dan beberapa wilayah Indonesia
bagian timur.
Namun dari survey dan studi literatur dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN), pengembangan teknologi PLTB di Indonesia menghadapi beberapa
masalah penting yang harus dipecahkan karena menghambat pengembangan dan
mengurangi minat masyarakat untuk memakai energi angin ini, yaitu:
Dengan rata-rata kecepatan angin yang rendah, generator yang dipasang harus
dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang rendah (yang
kemungkinan terjadinya paling besar). Masalahnya, karena fluktuasi kecepatan angin di
Indonesia cukup besar, kecepatan angin sering melonjak tinggi selama beberapa saat.
Jika kita merancang generator untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin
rendah, generator tidak akan kuat menahan kecepatan angin yang tinggi. Akibatnya
generator akan rusak.
Maka dari itu, biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia tidak dirancang
untuk berputar secara optimal pada kecepatan rendah yang kemungkinan terjadinya
paling besar tersebut. Biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia dirancang untuk
berputar secara optimal pada kecepatan angin yang sedikit lebih tinggi daripada
kecepatan rendah yang dimaksud tadi.
Namun solusi ini menghadapi masalah baru yaitu turbin tidak akan berputar
dengan baik pada kecepatan yang sangat rendah (yang sering terjadi juga karena
besarnya fluktuasi). Akibatnya daya tidak terbangkitkan pada kecepatan rendah. Maka
sistem turbin angin di Indonesia sering tidak menghasilkan daya (karena kecepatan
sangat rendah cukup sering terjadi).
2. Kecelakaan Industri
Bencana di industri (idustrial disasters) dikategorikan sebagai bencana karena ulah
manusia. Sesuai dengan jumlah korban yang terjadi misalnya sekitar 20 korban disebut ?
bencana industri berskala kecil?, 20 sampai 50 korban disebut ?bencana industri skala
menengah? dan bila menyangkut 50 100 orang atau lebih termasuk ?skala berat?.
Selanjutnya yang menjadi pokok pembicaraan kita adalah masalah kecelakaan
Industri. Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan tidak
diharapkan.
Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
khususnya di lingkungan industri dan kecelakaan ini belum tentu kecelakaan akibat
kerja, karena untuk sampai ke diagnose Kecelakaan Akibat Kerja harus melalui prosedur
investigasi. Didalam terjadinya kecelakaan industri (studi kasus 3) tidak ada unsure
kesengajaan apalagi direncanakan, sehingga bila ada unsure sabotase atau tindakan
kriminal merupakan hal yang diluar makna dari kecelakaan industri.
Setiap kecelakaan ada sebabnya, termasuk kecelakaan di industri, oleh karena itu
kecelakaan dapat dicegah. Secara umum terdapat 2 hal pokok, yaitu: perilaku kerja yang
berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Dari
penelitian-penelitian yang telah sering dilakukan ternyata factor manusia memegang
peran penting dalam hal timbulnya kecelakaan. Penelitian menyatakan bahwa 80% -
85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan factor manusia.
Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya,
misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat
kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya. Semuanya ini termasuk hal-hal yang
dapat/berpotensi membahayakan para pekerja lazim disebut sebagai potensial (potential
hazard). Bahaya potensial di tempat kerja/di industri dapat berupa : bahaya-bahaya fisik,
kimia, biologi, masalah ergonomi, dan masalah psikososial.
3. Kebakaran di Gresik
Begitu majunya era informasi yang kita rasakan sekarang ini. Melalui tayangan
televisi dan juga foto laporan media cetak, segera kita bisa menangkap hebatnya
kebakaran yang diakibatkan oleh meledaknya salah satu tangki yang terdapat di area
pabrik PT Petrowidada di Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/1) sore.
Penyebab utama dari kebakaran itu masih terus diselidiki. Kita pun bertanya-tanya,
apakah itu disebabkan unsur kecerobohan, unsur kecelakaan karena korosi pada
beberapa bagian pabrik, ataukah ada unsur sabotase?
Namun, yang pasti meledaknya pabrik PT Petrowidada menimbulkan banyak
korban. Korban jiwa yang sejauh ini diketahui tiga orang tewas, termasuk di antaranya
Direktur Pabrik HM Samsi, sementara yang mengalami luka bakar jumlahnya mencapai
44 orang. Sebagian warga kota terpaksa mengungsi karena khawatir akan kebocoran
bahan kimia dari pabrik yang menghasilkan bahan baku produk plastik phthalic
anhydride dan maleic anhydride.
Dalam kaitan dengan keinginan kita untuk diakui sebagai negara industri, banyak
industri petrokimia yang kemudian kita bangun. Bukan hanya di Gresik, tetapi di banyak
tempat, termasuk yang dekat Ibu Kota, Cilegon.Jenis industri yang satu ini bukanlah
industri biasa. Dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang lain karena teknologinya
yang dipakai lebih tinggi sehingga mau tidak mau menuntut tingkat keahlian dalam
penanganan produksi maupun keamanan yang lain dari biasanya.
Pengalaman di banyak negara sangat tidak mudah bagi kita untuk bisa
mengunjungi pabrik-pabrik seperti ini. Dalam undangan resmi sekalipun, begitu banyak
peraturan yang harus ditaati oleh para tamu ketika masuk dalam kompleks pabrik
petrokimia.
Tanpa bermaksud mendahului hasil penelitian penyebab meledaknya pabrik PT
Petrowidada, kita sering kali khawatir dengan cara kita menangani pabrik-pabrik seperti
ini. Pemilihan lokasi saja sepertinya tidak memperhatikan kondisi sekitar, terutama
kalau terjadi musibah besar yang tidak kita inginkan.
Sebagai contoh saja, pabrik petrokimia Chandra Asri dan Trypolita yang ada di
kawasan Cilegon. Dua pabrik yang saling berhubungan itu memilih lokasi yang
strategis, yakni terletak berhadapan dalam radius yang sangat berdekatan. Namun, yang
membuat kita sangat khawatir, di antara kedua pabrik itu ada jalan umum yang dipakai
orang untuk berlalu lintas setiap saat antara Anyer dan Jakarta.
Di banyak negara, mustahil kita menemui kompleks pabrik petrokimia seperti itu.
Selain faktor keamanan yang sulit untuk dikendalikan, dampak yang diakibatkan kalau
terjadi kecelakaan sangatlah luar biasa. Unsur kimia yang ada di dalamnya bisa
menyebabkan malapetaka yang sangat hebat bagi masyarakat luas.Satu yang selama ini
menjadi kelemahan kita sebagai bangsa adalah dalam hal melakukan perawatan dan
pemeliharaan. Kita tidak kalah dari negara lain dalam membangun apa pun, namun
dalam hal perawatan dan pemeliharaan, kita sering ceroboh.
Meskipun setiap tahun diadakan perlombaan dan pemberian penghargaan kepada
perusahaan-perusahaan yang bisa menjalankan kegiatan usaha tanpa ada kecelakaan,
bekerja dengan penuh ketekunan dan tanpa cela belum menjadi bagian dari keseharian
kita. Sikap menggampangkan dan asal sudah memenuhi prosedur masih melekat pada
sebagian besar kita.
Pihak manajemen pun sering tidak memberikan perhatian cukup kepada mereka
yang bertugas untuk menjaga keselamatan dan melakukan kontrol. Bukan hanya dalam
masalah imbalan mereka sering ketinggalan, tetapi berbagai pelatihan keterampilan
kepada mereka yang bertugas di garis produksi paling depan sering kali
terlupakan.Memang ketika semua berjalan mulus dan tidak terjadi apa-apa, peran
mereka yang berada di garis depan, apalagi yang berurusan dengan pengawasan, tidak
tampak karyanya. Mereka baru menjadi berita dan pusat perhatian justru ketika musibah
itu datang.
Padahal, bagi yang namanya perusahaan, musibah itu tidak boleh terjadi.
Perusahaan mana pun tidak ada yang ingin kegiatan produksinya terhenti karena
terjadinya kecelakaan di dalam pabrik.Inilah yang sepantasnya mengentakkan kesadaran
kita semua terhadap pentingnya faktor keselamatan. Pentingnya kita juga
memperhatikan dan memberi kehormatan kepada mereka yang bekerja di barisan depan,
yang setiap kali menjaga bagaimana agar kegiatan perusahaan bisa berjalan mulus tanpa
ada gangguan apa-apa.
Kecelakaan yang terjadi di PT Petrowidada merupakan pelajaran bagi kita semua
untuk lebih berhati- hati. Sudah saatnya kita melakukan pemeriksaan ulang secara
saksama kepada semua pabrik petrokimia yang ada karena memang sudah masuk
usianya melakukan itu semua. Kita mulai membangun banyak pabrik petrokimia di
pertengahan tahun 1980-an, itu berarti sudah 20 tahun.
Dua hal yang membuat langkah itu semakin perlu dilakukan adalah perkembangan
lingkungan sekitar dan ketatnya persaingan usaha. Banyak pabrik petrokimia yang dulu
dibangun di daerah yang jauh dari permukiman penduduk, kini dipadati oleh masyarakat
sekitar karena adanya tekanan penduduk maupun tekanan ekonomi.Dari sisi persaingan
dunia usaha, semua negara berlomba untuk bisa merebut pasar. Di sinilah faktor
efisiensi berbicara dan penghematan sering kali menjadi salah satu faktor yang
dilakukan perusahaan. Kita hanya ingin mengingatkan agar sejauh apa pun penghematan
yang akan dilakukan, faktor perawatan, pemeliharaan, pengawasan, dan latihan-latihan
menghadapi keadaan yang terburuk tidak dikorbankan, tidak dilupakan.
Kebakaran di pabrik PT Petrowidada jelas mengganggu rangkaian produksi
nasional. Hasil dari pabrik ini merupakan bahan baku antara yang dibutuhkan pabrik
plastik lainnya untuk menghasilkan produk akhir.Musibah memang sulit untuk bisa
diduga. Pelajaran penting yang bisa kita petik, kita harus berupaya sejauh mungkin agar
musibah itu tidak terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa ,membentuk suatu system
keselamatan dan kesehatan kerja yang terstruktur, agar tidak terjadi kecelakaan dalam
bekerja. Beri pelatihan dalam hal keselamatan kepada atasan dan karyawan, pelatihan
akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan
meminimalkan masalah dalam hal keselamatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera.
B. Saran
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan harus benar-benar
diperhatikan karena jika dalam perusahaan tidak melaksanakan program K3, maka akan
menghambat produksi dalam perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan juga akan
mengalami kerugian yang amat besar.
DAFTAR PUSTAKA
http://konversi.wordpress.com/2008/11/06/permasalahan-yang-sering-terjadi-pada-
sistem-wind-turbine-di-indonesia/
http://maksumpriangga.com/cara-mengatasi-konflik-dalam-perusahaan.html
http://www.google.com/permasalahan-yang-sering-terjadi-dalam-perusahaan.html
http://www.google.com/fspmi-tentang-K3.html