makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

24
Penyakit Akibat Kerja karena Intoksikasi Bahan Kimia (Timbal) Meldina Sari Simatupang 102011362/E5 Mahasiswa FK UKRIDA Semester 7 FK UKRIDA 2014 Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 [email protected] Skenario 1 Seorang laki-laki berusia 35tahun datang ke klinik dengan keluhan sering pusing, mengantuk dan lemas. BAB I PENDAHULUAN Sejak perang dunia II, industrialisasi di negara-negara maju semakin pesat sehingga jenis zat kimia industri baik sebagai hasil produksi antara, hasil akhir dari suatu produk komersial, maupun sebagai limbah industri, semakin bertambah. Sampai saat ini, pengaruh zat kimia tersebut terhadap lingkungan maupun manusia kurang diperhatikan. Kenyataannya, dari sekitar 60.000 jenis zat kimia komersial yang ada saat ini, kurang lebih 10.000 jenis zat kimia saja yang toksisitasnya telah diuji pada binatang. Frekuensi gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan 1

Upload: meldina-filia-simatupang

Post on 13-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

TRANSCRIPT

Page 1: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

Penyakit Akibat Kerja karena Intoksikasi Bahan Kimia

(Timbal)

Meldina Sari Simatupang

102011362/E5

Mahasiswa FK UKRIDA Semester 7

FK UKRIDA 2014

Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

[email protected]

Skenario 1

Seorang laki-laki berusia 35tahun datang ke klinik dengan keluhan sering pusing, mengantuk dan

lemas.

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak perang dunia II, industrialisasi di negara-negara maju semakin pesat sehingga jenis

zat kimia industri baik sebagai hasil produksi antara, hasil akhir dari suatu produk komersial,

maupun sebagai limbah industri, semakin bertambah. Sampai saat ini, pengaruh zat kimia

tersebut terhadap lingkungan maupun manusia kurang diperhatikan. Kenyataannya, dari sekitar

60.000 jenis zat kimia komersial yang ada saat ini, kurang lebih 10.000 jenis zat kimia saja yang

toksisitasnya telah diuji pada binatang. Frekuensi gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan

pengaruh lingkungan pun menjadi bertambah setiap saat, baik jumlah maupun macamnya.

Tambahan lagi, banyak dampak pajanan zat kimia yang belum terdiagnosis ataupun dalam

kondisi belum dapat dijelaskan. Bentuk perkembangan penyakitnya. Efek pemajanan bahan

kimia ataupun dampak perilaku pekerja dalam proses industri umumnya bermanifestasi hanya

dalam hitungan bulan ataupun tahunan setelah pajanan terjadi, misalnya seorang pengolah data

komputer atau kasir pada sebah supermarket tiba-tiba menderita semacam tenosinovitis pada

lengannya yang disebut sebagai Repetitive strain injury. Seorang penggergaji kayu atau pemecah

batu pada pembuatan konstruksi jalan raya menderita gejala rasa nyeri yang sangat, kesemutan,

1

Page 2: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

dan menjadi pucatnya ujung-ujung jari tangan. Kumpulan gejala ini disebut hand arm vibration

syndrome yang terjadi akibat dari vibrasi alat-alat yang digunakannya. Seorang pekerja yang

telah lama meninggalkan pekerjaannya selama lebih dari 15 tahun mungkin juga dapat menjadi

penderita leukimia. Hal ini terjadi karena terpajan oleh minyak bumi setiap hari ketika ia masih

aktif bekerja. Gejala penyakit bermanifestasi sangat lambat sering kali menyulitkan peneliti

untuk menghubungkan antara pekerjaan dengan gangguan kesehatan yang ditimbulkannya.

Sebaliknya, lebih mudah jika kita ingin menghubungkan antara pekerjaan dengan aspek

keselamatan kerja, misalnya seorang operator yang terpotong jari tangannya oleh mesin yang

digunakannya, maka penanganan kasus tersbut pun jelas, yaitu dengan membuat penghalang

pada pisau mesin tersebut. Sebenarnya, telah lama diketahui bahwa pekerjaan tertentu dapat

menyebabkan manifestasi suatu penyakit, misalnya pengasah pisau dan pekerja tambang sering

kali emnjadi pendertia penyakit paru tertentu yang disebut potter’s asthma, knife grinder’srot,

dan miner’s phthisis; pekrja pemoles topi yang menggunakan air raksa (Hg) dalam pekerjaannya

dapat menderita suatu penyakit saraf; penyakit ini disebut hatter’s shakes karena

ekspresinyaseperti orang gila. Telah dikenal juga beberapa penyakit akibat kerja lainnya yaitu

writter’s cramp, housemaid’s knee, baker’s asthma, dan lain-lain. Penyakit-penyakit ini hanya

sebagian saja.

Klasifikasi Zat Kimia Berbahaya

Atas dasar potensi suatu zat bahan kimia untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau

kecelakaan kerja, maka The Australian Code for the Transport of Dangerous Goods

mengklasifikasikan zat kimia berbahaya menjadi:

1. Kelas 1 Eksplosif; reaksi kimia yang menghasilkan api dan gelombnag tekanan yang

besar, akibat mengembangnya gas yang dihasilkan oleh panas yang dilepaskan oleh api.

2. Kelas 2.1. gas yang mudah terbakar; gas yang mudah terbakar, misalnya astilen,

hidrogen, dan metana yang dapat meledak bila konsentrasinya dan oksigen yang tersedia

di udara mencukupi.

3. Kelas 2.2. gas terkompresi yang tidak mudah terbakar

4. Kelas 2.3. gas beracun

2

Page 3: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

5. Kelas 3 cairan yang mudah terbakar; sangat mudah terbakar bila kontak dengan

percikan/bunga api, seperti aseton,etanol,amil asetat dan karbon disulfid, karena cairan

kimia ini berpotensi menghasilkan uap untuk bercampur dengan udara.

6. Kelas 4.1. benda padat yang mudah terbakar

7. Kelas 4.2. dapat terbakar spontan; dapat terbakar tanpa adanya percikan api

8. Kelas 4.3. berbahaya, bila dalam keadaan basah

9. Kelas 5.1. zat kimia pengoksidasi; bahan kimia mengandung atom oksigen di dalam

molekulnya, yang dapat dilepaskan bila dipanaskan dan menyebabkan zat lain terbakar

walaupun kandungan oksigen di udara minim

10. Kelas 5.2. zat kimia peroksida organik

11. Kelas 6 berbahaya (disimpan jauh dari makanan)

12. Kelas 7 radioaktif

13. Kelas 8 korosif; zat kimia dapat membakar kulit atau metal yang kontak dengannya

disebut korosif, misalnya zat alkali sperti soda kaustik, dan beberapa asam lainnya seperti

asam klorida, asam sulfat dan lain-lain.

Cara Masuk Zat Kimia ke Dalam Tubuh

Bahan kimia yang berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa cara berikut:

1. Inhalasi

Pajanan bahan kimia berbahaya yang paling sering terjadi (80%) adalah melalui sistem saluran

pernafasan. Oleh karena sistem pernafasan merupakan jalan masuk paling efisien bagi absorpsi

zat kimia yang berbahaya. Pada orang dewasa sehat, luas permukaan parunya sebesar 90m2, akan

mengisap kira-kira 8,5m3 udara dalam 8 jam kerja/hari bila melakukan pekerjaan yang tidak

terlalu berat. Zat kimia melayang di udara terisap melalui lubang hidung atau mulut memasuki

saluran pernafasan untuk mencapai alveolus, merupakan tempat pertukaran gas. Di alveolus, zat

kimia tersebut bergantung pada sifat fisik/kimiawinya, dapat disimpan atau dapat melalui

dinding alveolus untuk memasuki aliran darah.. umumnya zat kimia di inhalasi akan mengiritasi

membran mukosa saluran pernafasan. Hal ini merupakan tanda bahaya bagi menghisapnya, tapi

zat kimia tertentu tidak menimbulkan reaksi apapun sehingga tanpa disadari zat kimia ini akan

terinhalasi jauh sampai ke alveoli atau bahkan memasuki aliran darah. Masuknya partikel-

3

Page 4: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

partikel debu ke dalm tubuh bergantung pada ukuran dan daya kelarutannya, hanya partikel kecil

sampai alveolus dan disimpan atau memasuki aliran darah tergantung daya kelarutannya. Yang

tidak larut umumnya akan dieliminasi oleh mekanisme pembersihan saluran pernafasan, biasnya

disapu oleh silia dan dikeluarkan ke saluran pencernaan oleh lendir yang terdapat dipermukaan

saluran pernafasan bagian dalam. Partikel-partikel besar akan tersaring oleh bulu-bulu hidung

atau disimpan di saluran pernafasan atas untuk dibatukkan atau tertelan ke saluran pencernaan.

2. Per Oral

Pajanan zat kimia melalui saluran pencernaan (per oral), hanya terjadi bila pekerja

makan/minum/menghisap rokok ditempat kerja yang terkontaminsasi dengan uap/debu yang

melayang di ruangan kerjanya. Pajanan per oral mungkin juga terjadi bila sebagian partikel zat

kimia yang diisap tertelan dan memasuki saluran pencernaan. Penyerapan makanan maupun zat

kimia berbahaya umumnya dilakukan di usus kecil

3. Kulit

Ketebalan kulit dan keringat yang membasahi tubuh merupakan daya pertahanan yang efektif

untuk melawan pajanan zat kimia yang berbahaya. Namun, zat kimia yang larut dalam lemak

(larutan organik dan fenol) dapat diabsorpsi melalui kulit. Pada kulit yang cedera

(terpotong,luka,lecet), absorpsi zat kimia ke dalam tubuh menjadi lebih mudah.

4. Mata

Kontaminasi lokal beberapa jenis zat kimia pada mata dapat mengakibatkan gejala sistemik,

tetapi umumya hanya berpengaruh pada bagian-bagian tertentu dari bola mata, misalnya metanol

pada n.optikus, oksigen pada retina, tallium pada lensa mata, inhibitor kolin esterase pada korpus

siliaris. Namun, sebagian besar pajanan zat kimia pada mata akan mengakibatkan kerusakan

kornea, misalnya asam kuat, basa kuat dan kalsium oksida (sering kali terdapat pada benda asing

yang memasuki mata).

5. Per Injeksi

Pajanan zat kimia melalui injeksi di tempat kerja sangat jarang terjadi. Di sektor industri, pajanan

per injeksi dapat terjadi dengan sengaja/tanpa sengaja akibat injeksi tekanan rendah seperti

4

Page 5: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

vaksin manusia, hewan dipeternakan, dan lain-lain. Ataupun akibat injeksi tekanan tinggi oleh

pistol minyak pelumas, atau cat.1

BAB II

PEMBAHASAN

1. Diagnosis klinis

a. Anamnesis

Untuk memperoleh anamnesis pekerjaan yang terarah maka pertanyaan harus difokuskan pada

hal-hal yang penting secara sistematik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memastikan kemunculan gejala dalam hubungannya dengan pekerjaan;

a. Apakah gejala yang timbul membaik pada saat istirahat atau liburan?

b. Apakah terdapat pekerja lain yang menderita gelaja yang sama di lingkungan kerja?

c. Apakah terjadi pajanan debu, uap atau pertikel-partikel zat kimia yang beracun di

lingkungan kerja?

2. Pertanyaan kronologis tentang pekerjaan terdahulu sampai yang sekarang, mengenai:

a. Deskripsi lingkungan tempat kerja

b. Informasi tentang bahan mentah yang dipakai, proses kerja, produk yang dihasilkan serta

tata cara penanganan limbah industri

c. Lama kerja

d. Deskripsi tugas dan jadwal waktu kerja/shift

e. Jumlah hari absen dan alasannya

f. Penggunaan alat perlindungan diri

g. Prosedur pemeriksaan fisisk sebelum masuk kerja

h. Adanya pekerjaan lain disamping pekerjaan utama

3. Pertanyaan spesifik yang ada hubungannya dengan pajanan penyakit akibat kerja

a. Pernah bekerja di tempat yang menggunakan hasil produk timbal?

b. Faktor strees di tempat kerja?

5

Page 6: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

c. Hobi? (seperti melukis)

d. Pekerjaan suami/istri?

4. Riwayat kesehatan lingkungan

5. Informasi mengenai industri lain di sekeliling tempat kerja

Dari skenario didapatkan hasil identitas pasien yaitu laki-laki usia 35 tahun dengan keluhan

pusing, mengantuk, dan lemas sejak enam bulan terakhir. Bekerja di pabrik pembuatan

baterai selama lima tahun dan selama bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri.

b. Pemeriksaan fisik

Kulit pucat akibat anemia skelra atau kulit yang kuning akibat hemolysis akut

seringkali ditemukan pada para penderita intoksikasi timbal. Suatu garis pigmentasi biru keabu-

abuan kadang-kadang tampak pada gusi yang disebut “lead line”. Pada pemeriksaan neurologis,

intoksikasi timbal sering kali ditunjukkan dengan lemahnya otot rangka, terutama otot ekstensor

bagian distal.

c. Pemeriksaan penunjang

Biasanya tampak gambaran anemia normositik normokrom atau mikrositik hipokrom

pada darah tepi, kadang-kadang ditemukan sel darah merah abnormal seperti morfologi daun

semanggi serta gambaran basophil yang berbintik. Turut sertanya timbale dalam penggabungan

Fe dengan heme menyebabkan perubahan Fe menjadi bentuk Zn- protoporfirin (ZPP), dan

produk hidrolisisnya adalah eritrosit portoporfirin (EP). Pada urine, dengan adanya peningkatan

kadar asam delta-aminolevunik dehidratase maka kenaikan kadar ZPP dan EP dapat diukur. Hal

ini merupakan indicator yang dapat dipercaya untuk pengukuran intoksikasi timbal. Peningkatan

kadar asam delta-aminolevulinik dapat diukur dengan spektrofotometri. Lebih dari 90% timbale

dalam tubuh disimpan di tulang. Konsentrasi timbal di tulang tersebut dapat diukur dengan

menggunakan x-ray fluorescence (XRF) atau desintrometri.

Pada individu yang tidak terpajan timbale bakar, kadar timbal di darah berkisar antara

5-15 µg/dL. Menurut standar OSHA, kadar timbal di darah pada pekerja di sector industry tidak

boleh melebihi 40 µg/dL. Gejala intoksikasi timbale pada susunan saraf pusat dan tepi biasanya

terjadi dengan kadar timbal 40-80 µg/dL, atau jika terjadi peningkatan kadar EP atau ZPP.

Gejala lain timbul dengan jelas bila kadarnya mencapai >80 µg/dL. Pada individu dengan gejala

6

Page 7: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

intoksikasi timbal yang jelas, tetapi ditemukan riwayat pajanannya, tesmobilisai CaNa2EDTAPb

dapat membantu untuk meneggakan diagnosis.

d. Manifestasi klinis

Gejala dan tanda keracunan berat tampak pada kadar timah hitam darah >800µg.

Efek tosik timbale terutama berpengaruh pada saluran pencernaan, darah, dan system persarafan.

Pada saluran pencernaan, biasanya terjadi kolik timbale akibat efek langsung timbale terhadap

lapisan otot polos saluran pencernaan. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa kram perut yang

menyeluruh terutama di daerah epigastrium dan periumbilikalis, serta disertai mual, muntah,

anoreksi, dan konstipasi atau kadang-kadang diare.

Intoksikasi timbale juga akan mempengaruhi system enzim sel darah merah, sehingga

anemia normositik normokrom atau mikrositik hipokrom, dan hemolysis akut sering kali terjadi.

Enzim-enzim sel darah merah, seperti asam delta-aminolevulinik dehidratase yang dibutuhkan

untuk konjugasi asam levulinik menjadi porfobilinogen, dan ferrokelatase yang berperan

menggabungkan Fe ke dalam protoporfirin dapat terganggu sehingga memengaruhi system

heme.

Gejala meningginya tekanan cairan otak dalam bentuk iritabilitas, inkoordinasi,

gangguan tidur, rasa nyerik epala, disorientasi, gangguan mental, ataksia, sampai kelumpuhan

saraf otak, kebutaan, serangan pingsan atau koma merupakan manifestasi intoksikasi timbal pada

susunan saraf pusat. Serangan ini disebut ensefalopati timbal, yang biasanya merupakan tanda

prognosis yang sangat buruk karena sudah terjadi kerusakan otak serius. Selain itu, gangguan

motorik seperti wrist drop dan foot drop sering kali timbul sebagai manifestasi intoksikasi

timbale pada susanan saraf tepi.

Timbal, bersama aliran darah, dapat melalui plasenta sehingga aborsi spontan dapat

terjadi pada wanita hamil yang terpajan timbale pada masa kehamilan. Sedangkan pada laki-laki,

timbale juga dapat mengurangi kesuburan karena timbale diduga turut mempengaruhi proses

spermatogenesis. Manifestasi timbale lainnya adalah poliatralgia, kegagalan fungsi hati, dan

7

Page 8: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

gagal ginjal. Psikosis dapat terjadi sebagai intoksikasi tetra etil timbale dengan gejala insomnia,

auforia, halusinasi, dan kadang-kadang konvulsi.

2. Pajanan yang dialami

Pajanan

Pekerja di pertambangan sangat berpotensi terpajan dan fume yang banyak dihasilkan

pada proses penggilingan/penggososkan biji timbal. Di samping itu, pajanan timbal juga

berpotensi terjadi pada pekerjaan mengelasan, penyoldderan, pelukis, pekerja di pabrik

baterai, aki dan cat, terutama pekerja yang terkait proses penyemprotan, gelas, dan keramik.

Pajanan dilingkungan dekat lokasi peleburan timbal dapat terjadi akibat udara, tanah, dan air

minum yang terkontaminasi. Di daerah perkotaan pajanan terjadi akibat pencemaran

lingkungan asap buangan knalpot kendaraan bermotor.

Timbal dalam darah

Waktu paruh timbal secara biologi dalam tulang manusia diperkirakan 2-3 tahun.

Timbal dalam darah akan dapat dideteksi dalam waktu paruh sekitar 20 hari, sedangkan

ekskresi timbal dalam tubuh secara keseluruhan terjadi dalam waktu paruh sekitar 28 hari.

Dari darah dan tempat deposit, timbal kemudian diekskresikan melalui urine, faeces, dan

keringat.

Kadar timbal dalam darah merupakan indikator pemajanan yang sering dipakai

dalam kaitannya dengan pajanan eksternal. Kadar timbal dalam darah dapat merupakan

petunjuk langsung jumlah timbal yang sesungguhnya masuk dalam tubuh. Dengan

demikian untuk mengetahui dan mengukur kadar timbal dalam tubuh manusia dapat dilihat

melalui darah, sekreta, jaringan lunak, dan jaringan mineral. Tetapi spesimen biomarker

yang mewakili keberadaan timbal adalah darah dan urine.

3. Hubungan pajanan dengan penyakit

Cara masuk zat kimia ke dalam tubuh

8

Page 9: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

Mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem

pernafasan, oral, ataupun langsung melalui permukaan kulit. Kira-kira 40% dari timbal yang

masuk melalui pernafasan, diabsorbsi sampai ke saluran pernafasan. Sekitar 5-10% dari

senyawa timbal yang masuk diserap oleh saluran gastrointestinal. Timbal yang masuk

melalui makanan, masuk ke saluran cerna, dan dapat masuk ke dalam darah. Pada anak-

anak, tingkat penyerapan timbal mencapai 53%. Hal ini jauh berbeda pada tingkat

penyerapan orang dewasa, yaitu sekitar 10%. Defisiensi besi (Fe) dan Kalsium (Ca) serta

diet lemak tinggi dapat meningkatkan absorbsi timbal gastrointestinal. Peningkatan asam

lambung dapat meningkatkan absorbsi usus sehingga absorbsi timbal juga meningkat.2

Nilai ambang batas (NAB) faktor kimia

Standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga

kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan

dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu.nilai batas ambang batas timah adalah 0,05 mg/m3.3

4. Pajanan yang dialami cukup besar

Patofisiologi

Lebih dari 4 juta ton timbal diproduksi setiap tahun untuk digunakan dalam baterai,

campuran logam atau cat merah eksterior bertimbal, dan amunisi. Orang-orang yang bekerja di

industri ini serta dalam peleburan, pertambangan dan pengecatan semprot, daur ulang dan

perbaikan radiator terpajan oleh timbal. Disebagian negara, timbale tetraetil masih digunakan

sebagai bensin sehingga menyebabkan polusi udara. Inhalasi merupakan rute terpenting pajanan

di tempat kerja.

Sumber-sumber timbal di lingkungan adalah udara perkotaan akibat penggunaan

bensin bertimbal, tanah yang tercemar oleh cat eksterior bertimbal, suplai air akibat pipa yang

mengandung timbale, dan debu di rumah dengan cat interior yang mengandung timbal.

Konsumen dapat terpajan oleh keramik yang dilapisi timbale, penyolderan timbal di kaleng

makanan dan minuman ringan dan minuman beralkohol ilegal (moonshine).

9

Page 10: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

Timbal yang tertelan akan terserap melalui saluran cerna. Penyerapan timbal melalui

usus ditingkatkan oleh defisiensi kalsium, besi atau seng. Dibandingkan dengan orang dewasa,

penyerapan lebih besar pada anak dan bayi sehingga mereka sangat rentan terhadap toksisitas

timbal. Timbal yang terserap sebgaian besar (80% hingga 85%) akan di ambil oleh tulang dan

gigi yang sedang tumbuh pada anak. Darah menyerap 5% sampai 10% dan sisanya tersebar

diseluruh jaringan lunak. Timbal cepat hilang dari darah, tetapi yang mengendap di tulang

memiliki waktu paruh tiga puluh tahun. Oleh karena itu, adanya timbale di darah menunujukkan

pajanan baru, dan bukan mengisyaratkan beban tubuh total. Toksisitas timbal berkaitan dengan

beragam efek biokimiawinya.

Afinitas yang tinggi untuk gugus sulfhidril. Enzim-enzim terpenting yang dihambat

oleh timbal melalui mekanisme ini adalah enzim-enzim yang berperan pada biosintesis heme: δ-

asam aminolevulinat dehidratase dan feroketolase. Kedua enzim ini mengkatalisis pemasukan

besi ke dalam molekul heme dan karenanya, pasien mengalami anemia hipokrom.

Kompetisi dengan ion kalsium. Sebagai kation divalent, timbale berkompetisi dengan

kalsium dan disimpan di tulang. Timbal juga mengganggu penyaluran impuls saraf dan

perkembangan otak.

Inhibisi enzim membran. Timbal menghambat aktivitas 5-nukleotidase dan pompa

ion natrium-kalium sehingga terjadi penurunan usia sel darah merah (hemolisis), kerusakan

ginjal, dan hipertensi.

Gangguan produksi 1,25- dihidroksivitamin D, yaitu metabolit aktif vitamin D.

Pada keadaan akut, terjadi kerusakan tubulus proksimal disertai pembentukan badan

inklusi timbal intranukleus dan tanda-tanda klinis disfungsi tubulus ginjal. Pada keadaan kronik,

timbal dapat menyebabkan fibrosis interstisium difus, gout, dan gagal ginjal. Bahkan tanpa

menyebabkan gejala-gejala klinis kerusakan ginjal yang nyata, timbale dapat menyebabkan

hipertensi. Timbal dapat menyebabkan infertilitas para pria akibat gangguan testis. Kegagalan

implantasi ovum yang telah dibuahi dapat terjadi pada wanita.

Timbal menimbulkan banyak efek kronik pada kesehatan. Cedera susunan saraf

pusat dan perifer menyebabkan nyeri kepala, pusing, gangguan daya ingat, dan penurunan

10

Page 11: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

kecepatan hantar saraf. Kelainan darah terjadi lebih awal dan khas. Karena mengganggu

biosintesis heme, timbal menyebabkan anemia mikrositik hipokrom, punctuate basophilic

stippling (bercak bintik kebiruan) di eritrosit merupakan gambaran khas. Hemolisis juga terjadi

karena timbale menghambat enzim-enzim membran sel darah merah. Karena timbale

menghambat penyatuan besi ke dalam heme, besi akan tergeser dan membentuk seng

protoporfirin. Oleh karena itu, peningkatan kadar seng protoporfirin atau produknya,

protoporfirin eritrosit bebas dalam darah merupakan indicator penting keracunan timbal. Gejala

pencernaan mencakup kolik dan anoreksia. Ginjal adalah rute utama ekskresi timbal.4

Batas sehat pemaparan kerja

Untuk timah hitam hubungan natara indikator biologis pemaparan yaitu kadar timah

hitam dalam darah menunjukkan korelasi yang paling kuat terhadap kadar seng-porfirin sel darah

merah dibandingkandengan korelasi antara kadar timah hitam udara dan kadar sseng-

protoporfirin sel darah merah. Maka dari itu, kadar timbal dalam darah digunakan sebagai

penilaian adanya absorbsi atau keracunan timah hitam. Kadar rerata timbal darah populasi yang

tidak mengalami pemaparan terhadap timbal bernilai diantara 100-250 µg/L. Kadar timah hitam

darah normal dapat mencapai 300 µg/dL darah lengkap. Kadar demikian merupakan indeks

pemaparan biologis timbal bagi kadar timah 50µg/m3 debu timah hitam yang respirable dalam

udara. Gejala dan tandakeracunan timah hitam anorganis sangat tergantung kepada kadar timah

hitam dalam darah. Biasanya pada kadar timah hitam darah kurang dari 400µg/dL darah lengkap

tidak terjadi gejala dan tanda klinis keracunan timah hitam anorganis. Pada kadar 400-800 µg/dL

darah lengkap, timbul gejala dan tanda keracunan berat timah hitam anorganis. Kejang-kejang

atau konvulsi yang merupakan gejala dan tanda ensefalopati hany atimbul bila kadar timah hitam

darah >100µg/dL.

Semakin tinggi kadar timah hitam darah kian besar potensi menyebabkan keracunan.

Perlu ada upaaya khusus jika kadar timah hitam darah tenaga kerja melampaui 500µg/dL. Kadar

timah di udara ternyata tidak berkorelasi dengan kadar timah hitam darah; kadar timah hitam

udara bukan indikator pemaparan yang tepat untuk tima hitam. Kadar timah hitam di udara yang

tidak boleh dilewati sebagai standar higine atau lingkungan adalah 70 µg/m3 debu timah hitam

yang respirable dalam udara. Kadar timah hitam udara tidak boleh dipakai untuk pemantauan

pemaparan kerja terhadap timah hitam, melainkan hanya petunjukbagi aplikasi dan penilaian

11

Page 12: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

ketetapan teknologi pengendalian kadar timah hitam dalam udara tempat kerja. Agar tidak ada

efek negatif dari pemaparan kerja terhadap timah hitam, kadar timah hitam yang respirable.

Alat pelindung diri

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya ateknis pengamanan tempat, mesin,

peralatan, dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun kadang-kadang resiko terjadinya

kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri.

Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yang kelengkapan dari segenap upaya teknis

mencegah kecelakaan. APD harus memenuhi persyaratan:

1. Nyaman dipakai

2. Tidak mengganggu pelaksanaan kerja

3. Memberi perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan.

Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika di golongkan menurut bagian tubuh yang dilindunginya,

maka jenis alat proteksi dapat dilihat:

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi pengaman

2. Mata : kacamata pelindung (protection goggles)

3. Muka : pelindung muka

4. Tangan dan jari : sarung tangan

5. Kaki : sepatu pengaman (safety shoes)

6. Alat pernapasan : respirator, masker, alat bantu pernapasan

7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga

8. Tubuh : pakaian kerja menurut keperluan

9. Lainnya sabuk pengaman : sabuk pengaman

5. Peranan faktor individu

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat

mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan

serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat

kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif

terhadap pajanan yang dialami.3

12

Page 13: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

Pada skenario tidak dijelaskan riwayat atopi atau alergi dan riwayat penyakit dalam

keluarga pada pasien. Tetapi diketahui bahwa selama bekerja pasien tidak menggunakan

alat pelingdung diri.5

6. Faktor lain di luar pekerjaan

Penggunaan

Timbal terutama banyak digunakan pada industri batu baterai dan aki, serta sebagai

zat pewarna dan stabilizier pada industri cat dan plastik. Sifat tahan asam dan

kelelmbapannya menyebabkan timbal digunakan juga sebagai lapisan pipa dan kabel.

Keramik yang berlapis timbal juga akan terlihat lebih keras dan mengkilap. Selain lain,

timbal dapat digunakan untuk melapisi ruangan agar tidak kedap suara dan vibrasi, serta

dapat digunakan sebagai penangkal sinar radioaktif. Senyawa timbal tetraetil dan timbal

tetrametil digunakan sebagai anti-knock agent pada bensin.

7. Diagnosis okupasi

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan

informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan

sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit,

kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya.

Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan

dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau

tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat

ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah

ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi

pekerjaannya atau pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari

penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami keracunan timbal akibat

kerja.

13

Page 14: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

Pencegahan

Sanitasi lingkungan kerja, terutama kebersihan kantin, dan perilaku makan yang sehat

harus diperhatikan. Untuk proses yang berpotensi menghasilkan debu dan fume timbal, perlu

disediakan alat pelindung pernapasan yang memadai. Menurut standar OSHA, program

pengawasan medis pada pekerja perlu dilaksanakan bila kadar timbal di lingkungan tempat kerja

30 µg/m3 untuk lebih dari 30 hari/tahun. Program ini disertai juga pelaksanaan tindakan berikut:

1. Pemantauanbiologis (kadartimbaldalamdarah) padamasing-masingpekerja

a. Dilakukan setiap 6 bulan bila kadar timbal <40 µg/dL.

b. Dilakukan setiap 2 bulan bila kadar timbal >40 µg/dL, sampai kadarnya mencapai

<40 µg/dL dalam 2 kali pemantauan secara berturut-turut.

c. Bila kadar timbal >40 µg/dL dan sudah tidak diperkenankan bekerja di tempat

pajanan maka pemantauan harus dilaksanakan setiap bulan.

2. Pemeriksaan medis

a. Dilakukan setiap tahun bila kadar timbal dalam darah >40 µg/dL

b. Dilakukan setelah peninjauan lapangan bila kadar timbal di lingkungan tempat

kerja sama atau kadar timbal dalam darah mencapai >30 µg/m3

c. Dilakukan sesegera mungkin bila seseorang pekerja timbul tanda intoksikasi

timbal yang mencurigakan

3. Tidak diperkenakan bekerja di tempat pajanan

a. Pekerjaan dengan kadar timbal >60 µg/dL, kecuali kadarnya yang terakhir masih

<40 µg/dL

b. Pekerja dengan kadar timbal >50 µg/dl pada pemeriksaan terakhir selama tiga kali

berturut-turut atau lebih dari dari 6 bulan, kecuali kadarnya terakhir masih <40

µg/dL. Pekerja ini baru dapat kembali bekerja ditempat pajanan bila kadar

timbalnya mencapai <40 µg/dL dalam pemeriksaan selama dua kali berturut-turut.

c. Pekerjaan yang memiliki kecendrungan gejala intoksikasi timbal yang bertambah

berat. Pekerja ini baru dapat kembali bekerja di tempat pajanan tidak semata-mata

bergantung pada kadar timbal di darah, tetapi juga semata-mata bergantung pada

kadar timbal di darah, tetapi juga bergantung pada pertimbangan hasil

pemeriksaan medis yang menyeluruh.

14

Page 15: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

Pengobatan

Langkah pertama pada pekerja yang mempunyai kecendrungan timbul gejala

intoksikasi timbal adalah menjauhkannya dari tempat pajanan. Terapi kelasi dapat dilakukan

namun harus dengan pertimbangan yang sangat hati-hati, sebab perbaikan tanda klinis dan

menurunnya kadar timbal di darah dapat bersifat sementara. Kadar timbal dalam dapat

meningkat kembali karena timbal yang tersimpan di tulang masuk ke aliran darah. Tiga produk

yang biasa digunakan untuk terapi kelasi, yaitu dimerkaprol (BAL, British Anti-Lewisite) I.M,

kalsium disodium detat (CaNa2EDTA) I.M/IV, dan D-penisilamin ekstra SSP. Sedangkan

umumnya ensefalopati timball, pengobatan umum biasanya kurang efektif.6

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam kesehatan, keselamatan dan kerja (k3), yang paling utama dilakukan yaitu pencegahan

(preventif) terhadap 5 pajanan seperti; fisik, kimiawi, biologis, ergonomi, dan psikologis.dan

sebelum bekerja pastikan pegawainya sehat dalam fisik dan psikologis serta selamat yang berarti

mampu mengontrol resiko yang tidak bisa diterima. Disini sangat erat hubungan kerja sama

antara pihak perusahaan dan dokter okupasi untuk menghasilkan suatu kinerja yang baik, agar

dapat meminimalisirkan resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

15

Page 16: makalah kedokteran kesehatan keselamatan kerja

Daftar pustaka

1. Harrianto, Ridwan. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

2008. Hal. 16-9, 72-5.

2. Naria, Evi. Mewaspadai dampak bahan pencemar timbal (Pb) di lingkungan terhadap

kesehatan. Jurnal komunikasi dan penelitian 2005: vol. 14 (4). Hal. 66-72.

3. Suma’mur. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: sagung seto.

2014. Hal. 333-5.

4. Abbas, Fausto, Kumar. Robbins & Cotran dasar patologis penyakit. Edisi ke 7. Jakarta:

EGC; 2009.h. 446-7.

5. Jeyaratnam, J. Buku ajar praktik kerja kedokteran kerja. Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC. 2010. Hal. 139.

6. Levy, Barry S. Occupational health. Philadelphia: East washington square. 2000. Pg.

565.

16