makalah kelompok standar 5 dan 6
DESCRIPTION
Mutu layanan kebidananTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan
atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Standar pelayanan kebidanan dilakukan dari awal pelayanan kesehatan, yaitu dari
persiapan untuk kehidupan keluarga sehat, pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan, nifas hingga penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal. Sehingga
semakin dini mengantisipasi masalah masalah yang timbul selama peningkatan
kesehatan ibu dan anak, dan dapat mengurangi kematian dan kesakitan ibu.
Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan :
1. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan
menjadi 5 bagian besar – yaitu :
A. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
B. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
C. Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)
D. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
E. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
B. Rumusan Masalah
1. Pernayataan standar 5 palpasi abdomen ?
2. Tujuan standar 5 palpasi abdomen ?
1
3. Prasyaratan standar 5 palpasi abdomen ?
4. Hasil yang diharapkan dari standar 5 palpasi abdomen ?
5. Proses yang berisi langkah-langkah standar 5 palpasi abdomen ?
6. Pernyataan standar 6 pengelolaan anemia pada kehamilan ?
7. Tujuan standar 6 pengelolaan anemia pada kehamilan ?
8. Hasil yang diharapkan dari standar 6 pengelolaan anemia pada
kehamilan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pernyataan, tujuan, prasyaratan, hasil yang
dicapai dan proses standar 5 palpasi abdomen.
2. untuk mengetahui tentang pernyataan, tujuan, hasil yang dicapai dan
proses standar 6 pengelolaan anemia pada kehamilan.
2
BAB III
PEMBAHASAN
1. STANDAR 5
PALPASI ABDOMINAL
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan
bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin
kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat
waktu.
Persayaratan :
1. Bidan telah dididik tentang prosedur abdominal yang benar.
2. Alat misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS ibu hamil atau buku KIA, kartu ibu untuk pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan
rujukan.
Palpasi Abdominal
Tujuan dari palpasi abdominal adalah untuk menentukan besar dan
konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak dan presentasi, kontraksi rahim,
Braxton-Hicks dan his. Cara palpasi abdominal yang lazim digunakan adalah
menurut Leopold.
Pemeriksaan palpasi menurut leopold dilakukan dengan posisi ibu hamil
berbaring terlentang dengan bahu dan kepala sedikit tinggi (memakai bantal).
Setelah ibu hamil dalam posisi terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau
tidak, jika berkontraksi harus ditunggu sampai tidak berkontraksi. Dinding perut
juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti, untuk itu
tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa
3
hendaknya disesuaikan dengan wanita tesebut, dengan maksud supaya dinding
perut ibu hamil tidak tiba-tiba berkontraksi, untuk itu sebelum palpasi kedua
telapak tangan pemeriksa dapat digosokkan terlebih dahulu baru kemudia
pemeriksaan dilakukan.
Pemeriksaan palpasi leopold dibagi menjadi empat tahap. Pada
pemeriksaan Leopold I,II,III, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu yang
diperiksa dan pada pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap ke arah kaki
ibu.
Tujuan dari pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi
fundus uteri untuk menentukan umur kehamialan. Selain itu, dapat juga
ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri.
Pada pemeriksaan Leopold II, ditentukan batas samping uterus, dapat pula
ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah
menghubungkan bokong dengan kepala.
Pada Leopold III, ditentukan bagian apa yang berada di sebelah bawah.
Dan pada Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak
dibawah, juga dapat menentukan bagian berapa bagian dari kepala janin yang
telah masuk dalam pintu atas panggul. Dari letak janin ini dapat didengarkan
bunyi jantung janin di tempat tertentu, disesuaikan dengan sikap janin. Pada sikap
defleksi bunyi jantung janin terletak pada tempat bagian-bagian kecil janin berada.
Dengan pemeriksaan singkat tersebut, dapat diketahui: tinggi fundus uteri, letak
janin, apakah bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul, letak
punggung janin, bunyi jantung janin.
Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri atas 4
bagian :
1. Leopold I : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat
dalam fundus.
2. Leopold II : Terutama menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana letak
bagian-bagian kecil.
4
3. Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah bagian
bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
4. Leopold IV : Untuk mnentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya
bagian bawah kedalam rongga panggul.
Bidan harus :
1. Melaksanakan palpasi abdominal pada kunjungan antenatal. Bina hubungan
saling percaya.
2. Tanyakan pada ibu hamil sebelum palpasi : apa yang dirasakannya, apakah
janinnya bergerak, kapan haid terakhir atau kapan pertama kali merasakan
pergerakan janin.
3. Sebelum palpasi abdominal, mintalah ibu hamil untuk mengosongkan kandung
kencingny-a.
4. Baringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya disanggah bantal.
Jangan membaringkan ibu hamil terlentang dengan punggung datar karena berat
uterus dapat menekan pembuluh darah balik kejantung sehingga menyebabkan
pingsan.
5. Periksa abdomen : adakah parut (tanyakan penyebabnya), tanda-tanda kehamilan
sebelumnya, tanda-tanda peregangan uterus yang berlebihan atau kehamilan
ganda (perut terlalu besar, banyak bagian janin yang teraba, terabanya lebih dari
sau kepala janin). Catat semua temuan dan rujuk tepat waktu kerumah sakit jika
ditemukan bekas bedah sesar, tanda berlebih/kurangnya cairan amnion, kehamilan
ganda.
6. Perkirakan usia kehamilan. Setelah minggu ke 24, cara yang paling efektif
adalah dengan menggunakan meteran kain. Penting untuk diketahui bahwa pita
ukur yang diguanakan hendaknya terbuat dari bahan yang tidak bisa mengendur
(seperti yang digunakan para penjahit).
7. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan ujung dari pita ukur pada tepi atas
simpisis pubis dan dengan tetap menjaga pita ukur menempel pada dinding
abdomen diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri ; catat hasilnya dalam cm.
Pengukuran tinggi fundus uteri pada kehamilan lanjut saat persalinan dalam
5
posisi terlentang terbukti dapat memberikan hasil pengukuran fundus uteri lebih
tinggi dari sebenarnya. Sehingga hal tersebut menyebabkan pembacaan dan
perkiraan umur kehamilan salah. Oleh sebab itu ibu hamil dianjurkan untuk
berbaring dalam posisi setengah duduk pada saat pengukuran tinggi fundus. Jika
hasilnya berbeda dengan umur kehamilan (dalam minggu) atau tidak sesuai
dengan gravidogram berarti terdapat pertumbuhan janin lambat atau tidak ada ibu
perlu dirujuk.
8. Lakukan palpasi dengan hati-hati untuk memeriksa letak janin, (seharusnya
memanjang, jika tidak dan usia kehamilan 36 minggu atau lebih, rujuk kerumah
sakit).
9. Dengan menggunakan dua tangan lakukan palpasi abdominal untuk mementukan
bagian terbawah janin. (kepala teraba keras dan lebih besar dibandingkan
bokong. Jika kepala berada difundus uteri, biasanya melenting).
10. Pada trimester III, jika bagian bawah janin bukan kepala, persalinan harus
dilakukan dirumah sakit.
11. Setelah umur kehamilan 37 minggu, terutama pada kehamilan pertama, periksa
apakah telah terjadi penurunan kepala janin. (kepala janin sudah melewati pintu
atas panggul atau kepala janin teraba hanya 2 jari diatas pintu atas panggul).
Bila kepala tidak masuk kepanggul (CPD/DKP) persalinan harus dirumah sakit.
12. Periksa letak punggung janin dan dengarkan denyut jantung janin. (dengarkan
selama 1 menit penuh, perhatikan kecepatan dan iramanya). Jika tidak ditemukan
denyut jantung janin, atau pergerakan janin sangat lemah, rujuk ibu kerumah
sakit.
13. Bicarakan hasil pemeriksaan dengan ibu hamil, suami atau anggota keluarga
yang mengantarnya.
14. Catat semua temuan, pelajari dan jika ada kelainan rujuk tepat waktu
kepuskesmas atau rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan.
Ingat ; kelainan yang memerlukan pemeriksaan lanjutan, meliputi :
1. Tinggi fundus uteri berbeda dengan usia kehamilan dalam minggu.
2. Kelainan letak : letak bokong, letak lintang, letak yang berubah-ubah.
6
3. Dugaan kehamilan ganda.
4. Denyut jantung janin berkurang dari 100 x/menit, atau lebih dari 160 x/menit
atau iramanya tidak teratur.
5. Gerak janin lemah atau menurun (kurang dari 10x dalam 12 jam) pada bulan
terakhir kehamilan.
6. Cairan amnion berlebihan (dinding perut bulat dan mengkilat) atau kurang
(bagian janin mudah terlihat dari luar).
Hasil :
1. Perkirakan usia kehamilan yang lebih baik.
2. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
3. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai
dengan kebutuhan.
Standar 6 : Pengelolaan anemia dalam kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan
dan rujukan semua kasusu anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada
kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi
anemia sebelum persalinan berlangsung.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil
dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan
dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.
Proses Bidan harus :
1. Memahami protap pengobatan anemia ibu hamil
2. Mencatat dan mengisi lengkap dan benar semua catatan yang tersedia untuk
dikaji di KMS ibu hamil/kartu ibu yang digunakan.
3. Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama, dan pada
minggu ke-28. HB di bawah 11 gr % pada kehamilan termasuk anemia ; dibawah
7
8 gr % adalah anemia berat. Bila alat pemeriksaan tidak tersedia, periksa kelopak
mata dan perkiraan ada/tidaknya anemia.
4. Mengenal klasifikasi anemia, yaitu :
a. Anemia ringan : 10.9 – 9 gr %
b. Anemia sedang : 8.9 – 7 gr %
c. Anemia berat : < 7 gr %
5. Menangani anemia kehamilan
6. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari
berturut-turut. Bila HB kurang dari 11 gr %, teruskan pemberian tablet zat besi.
7. Terampil dalam pemberian tablet Fe dengan dosis benar dan mengetahui dosis
dari pemberian tablet Fe.
Dosis pemberian tablet Fe, yaitu :
Pemberian 60 mg/hr elemental besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis
anemia atau pemberian 90 tablet besi selama 3 bulan + vit c.
8. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang perlunya minum
tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin c, serta
menghindari minum teh, kopi, atau susu dalam 1 jam sebelum/sesudah makan
karena teh/kopi atau susu mengganggu penyerapan zat besi. Beri contoh makanan
setempat yang kaya zat besi.
9. Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil untuk berhati-hati agar
tidak tertular penyakit malaria. Beri tablet klorokuin 10 mg/kgBB per oral, sehari
satu selama dua hari. Kemudian dianjurkan dengan 5 mg/kgBB pada hari ke-3.
(klorokuin aman dalam trimester III kehamilan).
10. Jika ditemukan/diduga anemia (bagian dalam kelopak mata pucat), berikan 2-3
kali 1 tablet zat besi per hari.
11. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap penyakit
cacing/parasit atau penyakit lainnya, dan sekaligus untuk pengobatannya.
12. Jika diduga ada anemia berat (misalnya : wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat
kebiruan, kelopak mata sangat pucat), segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan
dan perawatan selanjutnya. Ibu hamil dengan anemia pada trimester III perlu di
beri zat besi dan asam folat secara IM.
8
13. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk bersalin di RS.
14. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6
bulan setelah persalinan.
15. Seluruh pemeriksaan dilaksanakan setelah meminta izin pada ibu dan keluarga
sesuai standar.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam standar 5 tentang
palpasi abdomen dan standar 6 tentang pengelolaan anemia dalam
kehamilan terdapat pernyataan standar, persyaratan standar, tujuan, dan
hasil yang dicapai dari standar 5 dan 6 tersebut.
B. SARAN
1. Bagi mahasiswi yang telah mengetahui tentang standar 5 dan 6 pada
pelayanan kebidanan agar selalu mengingat dan memahami tentang
standar 5 dan 6 pada pelayanan kebidanan.
2. Bagi mahasiswi yang telah mengembangkannya agar mampu
membagi ilmu dan pengetahuan tentang hal yang behubungan dengan
standar 5 dan 6 pada pelayanan kebidanan.
10
DAFTAR PUSTAKA
naktrie., 2012 . Pemeriksaan Abdomen pada ibu hamil .
http://naktrie.blogspot.com/2012/08/pemeriksaan-abdomen-pada-ibu-hamil.html.
( di akses 16-13-2013)
bilqi5 , 2012 . Tugas Mutu Pelayanan kuh Mengenai .
http://bilqi5.blogspot.com/2011/02/tugas-mutu-pelayanan-kuh-mengenai.html .
( di akses 16-03-2013)
hefideslianikebidanan . 2011 . Standar Pelayanan Kebidanan.
http://hefideslianikebidanan.blogspot.com/2011/04/standar-pelayanan-
kebidanan.htmlcv . (di akses 16-03-2013)
sapiluthu , 2012 . Standar Pelayanan Kebidanan.
http://sapiluthu.blogspot.com/2012/05/standar-pelayanan-kebidanan.html. ( di
akses 16-13-2013)
11