makalah standar pelayanan.docx

22
STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL Disusun Oleh : KELOMPOK VIII 1. SRI LESTARI 2. SUPARTI 3. SARI PURNAMAWATI 4. ZAIRINA AMALIAH 5. SUDARTATI

Upload: warnet-sidorejo

Post on 26-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah standar pelayanan.docx

STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

Disusun Oleh :

KELOMPOK VIII

1. SRI LESTARI2. SUPARTI3. SARI PURNAMAWATI4. ZAIRINA AMALIAH5. SUDARTATI

Page 2: makalah standar pelayanan.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul STANDAR PENANGANAN

KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Mutu Layanan Kebidanan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi

sempurnanya makalah ini. 

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pangkalan Bun, 2014

Page 3: makalah standar pelayanan.docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai

salah satu alatyang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi, dalam

meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk dan / atau jasa, sehingga

dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat

baik keselamatan maupun kesehatannya (Djoko Wijono, 1999 : 623).

Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal

merupakan penyebab utama kematian bayi (33,5%) di luar pulau jawa-bali dan

merupakan penyebab kematian kedua (26,9%) diluar jawa-bali. Standar pelayanan

kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan

dalalm menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar

untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan

kurikulum pendidikan.

Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan kebutuhan

operasional untuk penerapannya, misalnya kebutuhan akan pengorganisasian,

mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelaksana

kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal

tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik.

Salah satu indikator keberhasilan pelayanankesehatan perorangan di puskesmas

adalah kepuasan pasien.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun dalam makalah ini akan kami bahas mengenai :

1.      Apa yang dimaksud standar?

2.      Apa syarat standar?

3.      Apa saja standar penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal ?

Page 4: makalah standar pelayanan.docx

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Standar

Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat

pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan

minimal.Menurut Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai

diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.Menurut

Rowland and Rowland (1983) Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus

dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

Secara luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang

mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome)

sistem layanan kesehatan.Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk

menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua

orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien,

penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi

layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya

masing-masing.

Di kalangan profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi tentang

standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan sebagai

petunjuk pelaksanaan, protokol, dan Standar Prosedur Operasional (SPO).

Petunjuk pelaksanaan adalah pernyataan dari para pakar yang merupakan rekomendasi

untuk dijadikan prosedur. Petunjuk pelaksanaan digunakan sebagai referensi teknis yang

luwes dan menjelaskan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukanoleh pemberi

layanan kesehatan dalam suatu sotiuasi klinis tertentu. Protokol adalah ketentuan rinci dari

pelaksanaan suatu proses atau penatalaksaan suatu kondisi klinis. Protokol lebih ketat dari

petunjuk pelaksanaan. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah pernyataan tentang

harapan bagaimana petugas kesehatan melakukan suatu kegiatan yang bersifat administratif.

 

Page 5: makalah standar pelayanan.docx

2.      Syarat Standar

a.       Jelas

b.      Masuk akal

c.       Mudah dimengerti

d.      Dapat dicapai

e.       Absah

f.       Meyakinkan

g.      Mantap, spesifik serta eksplisit

3. PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER

Tujuan :

Mengenali gejala dan tanda – tanda perdarahan postpartum sekunder

serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa

ibu.

Pernyataan Standar :

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala

perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan

pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan / atau merujuknya.

Hasil :

         Kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum

sekunder menurun.

         Ibu yang mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum

sekunder ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai.

Prasyarat :

1.      Sistem yang berjalan dengan baik agarr ibu dan bayi

mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai

dengan 6 minggu setelah persalinan, baik dirumah, dipuskesmas

ataupun dirumah sakit.

2.      Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan nifas,

termasuk pengenalan dan penanganan bila terjadi perdarahan

postpartum sekunder.

3.      Tersedia alat / perlengkapan penting yang diperlukan seperti

sabun bersih, air bersihyang mengalir, handuk bersih untuk

Page 6: makalah standar pelayanan.docx

mengeringkan tangan alat suntik steril sekali pakai, set infus

dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, beberapa pasang sarung

tangan DTT / steril.

4.      Obat – obatan yang penting dan tersedia : oksitoksika

( oksitoksin, metergine ), cairan IV ( Ringer Laktat ) dan

antibiotika. Tempat penyimpanan yang mrsedia.

5.      Adanya pencatatan pelayanan nifas / Kartu ibu.

6.      Sistem rujukan efektif, termasuk bank darah yang berfungsi

dengan baik untuk ibu degan perdarahan postpartum.

Proses

Bidan harus :

1.      Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder.

Perdarahan dari vagina atau lokhia berlebihan pada 24 jam – 42 hari

sesudah persalinan dianggap sebagai perdarahan postpartum

sekunder dan memerlukan pemeriksaan dan pengobatan segera.

2.      Pantau dengan hati – hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan

postpartum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap

tanda – tanda awalnya ibu yang berisiko adalah ibu yang mengalami :

         Kelaian placenta dan selaput ketuban tidak lengkap.

         Persalinan lama.

         Ineksia uterus.

         Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat.

         Terbentuknya luka setelah bedah sesar.

         Terbukanya luka setelah episiotomi.

3.      Jika mungkin, mulai berikan Ringer Laktat IV menggunakan jarum

berlubang besar ( 16 atau 18 G ).

4.      Berikan obat – obatan oksitoksika : oksitoksin 10 IU dalam 500 cc

Ringer Laktat, Oksitoksin 10 IU IM atau Metergin 0,2 mg IM ( jangan

berikan Metergine jika ibu memiliki tekanan darah yang tinggi ).

5.      Berikan antibiotika Ampisilin 1 gr IV, rujuk segera ke rumah sakit

atau puskesmas yang memadai.

6.      Bila kondisi ibu buruk, atau ibu mengalami tanda atau gejala syok,

pasang IV untuk menggantikan cairan yang hilang dan segera rujuk.

Page 7: makalah standar pelayanan.docx

( cairan IV dengan tetesan cepat supaya nadi bertambah kuat, lalu

tetesan dipelankan dan diperhatikan terus sampai ibu tiba di rumah

sakit ).

Gejala dan Tanda Syok

         Nadi lemah dan cepat ( 110 / menit atau lebih ).

         Tekanan darah sangat rendah, tekanan sistolik < 90 mmHg.

         Nafas cepat ( Frekuensi pernafasan 30 kali / menit atau lebih ).

         Air seni kurang dari 30 cc / jam.

         Bingung, gelisa atau pingsan.

         Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah.

         Pucat.

7.      Jelaskan dengan hati – hati kepada ibu, suami dan keluarganya

tentang apa yang terjadi.

8.      Rujuk ibu bersama bayinya ( jika mungkin ) dan anggota

keluarganya yang dapat menjadi donor darah jika diperlukan kerumah

sakit.

9.      Observasi dan catat tanda – tanda vital secara teratur, catat

dengan teliti riwayat perdarahan : kapan mulainya dan berapa banyak

darah yang sudah keluar. ( Hal ini akan menolong dalam mendiagnosis

secara cepat memutuskan tindakan yang tepat ).

10.  Berikan suplemen zat besi dan asam folat selama 90 hari kepada

yang mengalami perdarahan postpartum sekunder ini.

11.  Buat catatan yang akurat.

Ingat !

         Lakukan tes sertivikasi sebelum memberikan suntikan antibiotika.

         Bila terjadi syok, gantikan semua cairan yang hilang.

         Pertolongan persalinan pertama yang berkualitas dapat mencegah

terjadinya perdarahan postpartum sekunder.

         Kelahiran placenta dan selaputnya yang tidak lengkap merupakan

penyebab utama perdarahan postpartum sekunder.

         Ibu yang mengalami perdarahan post partum sekunder

memerlukan bantuan untuk dapat melanjutkan pemberian ASI, ibu

Page 8: makalah standar pelayanan.docx

harus cukup sering menyusui bayinya dan untuk periode yang cukup

lama untuk menjaga persediaan ASI yang cukup.

         Ibu dengan perdarahan postpartum sekunder perlu tambahan zat

besi.

PENANGANAN SEPSIS PUERPURALIS

Tujuan :

Mengenali tanda – tanda sepsis puerpularis dan mengambil tindakan

yang tepat.

Pernyataan Standar :

Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis

puerpularis, melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya.

Hasil :

         Bidan dengan sepsis puerpuralis mendapat penanganan yang

memadai dan tepat waktu. Penurunan kematian dan kesakitan akibat

sepsis puerpuralis.

         Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.

Prasyarat :

1.      Sistem yang berjalan dengan baiik agar ibu mendapatkan

pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6

minggu setelah persalinan, baik dirumah, dipuskesmas ataupun

dirumah sakit.

2.      Bidan berlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas,

termasuk penyebab, pencegahhan, pengenalan dan penanganan

dengan tepat sepsis puerpuralis.

3.      Tersedia peralatan / perlengkapan penting : sabun, air bersih yang

mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik

sekali pakai, set infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G,

sarung tangan bersih DTT / steril.

4.      Tersedia obat – oabatan penting : cairan infus ( Ringer Laktat ),

dan antibiotika. Juga tersedianya tempat penyimpanan untuk obat –

obatan yang memadai.

5.      Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas / Kartu Ibu.

Page 9: makalah standar pelayanan.docx

6.      Sistem rujuukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan

dengan baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan.

Proses :

Bidan harus :

1.      Amati tanda dan gejala infeksi puerpuralis yang diagnosa bila 2

atau lebih gejala dibawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban

mulai hari ke 2.

2.      Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal / gejala

infeksi.

3.      Beri penyuluhan kepada ibu, suami . keluargany agar waspada

terhadap tanda / gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan

jika memungkinkannya.

4.      Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk

mencari sumber infeksi.

5.      Jike uterus nyeri, pengecilan uter lambat, atau terdapat

perdarahan pervaginam, mulai berikan infus Ringer Laktat dengan

jarum berlubang besar  ( 16 – 18G ), rujuk ibu segera ke RS ( ibu perlu

diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan placenta ).

6.      Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda / gejala septik syok dan

terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan

ketentuan. Rujuk ibu ke RS.

7.      Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk

berikan antibiotika.

8.      Pastikan bahwa ibu / bayi dirawat terpisah / jauh dari anggota

keluarga lainnya, sampai infeksi teratasi.

9.      Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa

inu / bayi.

10.  Alat – alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,

terutama untuk ibu nifas / bayi lain.

11.  Beri nasehat kepada ibu pentingnya kebersihan diri, penggunaan

pembalut sendiri dan membuangnya dengan hati – hati.

12.  Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi

baik dan banyak minum bagi ibu.

Page 10: makalah standar pelayanan.docx

13.  Motivasi ibu untuk tetap memberikan AS.

14.  Lakukan semua Pencatatan dengan seksama.

15.  Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik

dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.

16.  Jika syok terjadi ikuti langkah – langkah penatakasaan syok yang

didiskusikan di satandar 21.

Ingat !

         Lakukan tes sensitivitas sebelum memberikan suntikan

antibiotika.

         Semua ibu nifas berisiko terkena infeksi, dan ibu yang telah

melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang memanjang,

pecahnya selaput ketuban yang lama mempunyai risiko yang lebih

tinggi.

         Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk

pencegahan maupun penanganan sepsis.

         Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.

         Keadaan ibu akan semakin memburuk jika antibiotika tidak

diberikan secara dini dan memadai.

         Ibu dengan sepsis puerpuralis perlu dukungan moril, karena

keadaan umumnya dapat menyebabkannya menjadi sangat letih dan

depresi.

PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM

Tujuan :

Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,

mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan

kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia

neonatorum.

Pernyataan Standar :

Bidan mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan afiksia, serta

melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir,

mengusahakan bantuan medis yang diperlukan merujuk bayi baru

lahir dengan tepat, dan memberikan perawatan lanjutan yang tepat.

Page 11: makalah standar pelayanan.docx

Hasil :

         Penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. Penurunan

kesakitan akibat asfiksia neonatorum.

         Meningkatnya pemanfaatan bidan.

Prasyarat :

1.      Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan

dan memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.

2.      Ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk

kelahitan bayi mereka.

3.      Bidan terlatih dan terampil untuk :

         Memulai pernafasan pada bayi baru lahir.

         Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan

mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi.

         Menggunakan skor APGAR.

         Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.

4.      Tersedianya ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk

persalinan.

5.      Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih

dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk

bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk / kain hangat yang

bersih ( satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk menyelimuti

bayi ), sarung tangan bersih dan DTT, termometer bersih / DTT dan

jam.

6.      Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambubag

bersih dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT ( ukuran 0 - 1 ),

bola karet penghisap atau penghisap DeLee steril / DTT.

7.      Kartu ibu, kartu bayi dan patograf.

8.      Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir

yang efektif.

Proses :

Bidan harus :

Page 12: makalah standar pelayanan.docx

1.      Selalu cuci tangan dan gunakan tangan bersih / DTT sebelum

menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan infeksi yang baik

pada saat merawat dan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.

2.      Ikuti langkah pada standar 13 untuk perawatan segera bayi baru

lahir.

3.      Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada

setiap kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam

keadaan bersih, tersedia dan berfungsi dengan baik.

4.      Sagera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu

dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat.

Setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan

handuk baru yang bersih dan hangat.

5.      Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas /

menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak

menangis dengan keras, bernafas dengan lemah atau bernafas cepat

dangkal, pucat atau biru dan / atau lemas.

         Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar,

kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus

tetap diselimuti ! Hal ini penting sekali untuk hipotermi pada bayi baru

lahir.

         Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan

karet penghisap DTT atau penghisap DeLee DTT / steril.

         Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi. Nilai ulang

keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau bernafas dengan normal,

tidak diperlukan tindakan lanjutan. Lanjutkan dengan perawatan bagi

bayi baru lahir yang normal bayi tetap tidak bernafas dengan normal

atau menangis, teruskan dengan ventilasi.

6.      Melakuan ventilasi pada bayi baru lahir :

         Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat

apakah bayi bernafas spontan dan tidak ada pelekukan dada atau

dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan

langkah awal perawatan bayi baru lahir.

Page 13: makalah standar pelayanan.docx

7.      Lanjutkan ventilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai

keadaan bayi membaik atau selama 30 menit.

8.      Kompresi dada :

         Jika memungkinkan, dua tenaga kesehatan diperlukan untuk

melakukan ventilasi dan kompresi dada.

         Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi.

         Jika ada daua tenaga kesehatan terampil dan pernafaasan bayi

lemah atau kurang dari 30 kali / menit dan detak jantung kurang dari

60 kali / menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan

yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan

keceepatan 3 kompresi dada berbanding 1 ventilasi.

         Harus berhati – hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang

rusuk bayi masih peka dan mudah patah, jantung dan paru – paru nya

mudah terluka.

         Lakukan tekanan pada jantung dengan cara meletakkan kedua jari

tepat dibawah garis puting bayi di tengah dada ). Dengan jari – jari

lurus, tekan dada sedalam 1 – 1,5 cm.

9.      Setelah bayi bernafas dengan normal, periksa sushu, jika dibawah 

365 0C, atau punggung sangat hangat, lakukan penghangatan yang

memadai, ikuti standar 13.

10.  Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi bayi selama 2

jam. Ukur suhu tubuh bayi setiap jam hingga normal ( 36 5 -37 5 0 C ).

11.  Jika kondisinya memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan terdekat,

dengan tetap melakukan penghangatan.

12.  Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam

selanjutnya. Jika tanda – tanda kesulitan bernafas kembali terjasi,

persiapkan untuk membawa bayi segera ke rumah sakit yang paling

tepat.

13.  Ajarkan pada ibu, suami / keluarganya tentang bahaya dan tanda –

tanda nya pada bayi baru lahir. Anjurkan ibu, suami / keluarganya agar

memperhatikan bayinya dengan baik – baik. Jika ada tanda – tanda

sakit atau kejang, bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit atau

menghubungi bidan secepatnya.

Page 14: makalah standar pelayanan.docx

14.  Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan.

Riset membuktikan :

         Hipotermi dapat memperburuk asfiksia.

         Bayi jangan dujungkir, karena dapat mengakibatkan perdarahan

otak hebat.

         Bayi tidak perlu diperlakukan secara kasar atau ditepuk telapak

kakinya untuk merangsang pernafasan.

Tindakan yang tidak dianjurkan dan akibat yang

ditimbulkannya :

Tindakan :

         Menepuk bokong.

         Menekan rongga dada.

         Menekan paha ke perut bayi.

         Mendilatasi sfingterani.

         Kompres dingin / panas.

         Meniupkan oksigen atau udara dengan ke muka atau tubuh bayi.

Akibat :

         Trauma dan melukai.

         Faraktur, pnemotoraks, gawat nafas, kematian.

         Ruptura hati / limpa, perdarahan.

         Robekan atau luka pada sfingter.

         Hipotermi, luka bakar.

         Hipotermi.

Prinsip – prinsip Resusitasi :

         Airway / saluran nafas :

Bersihkan jalan nafas dahulu.

         Breath / nafas :

Lekukan bantuan pernafasan sederhana. Kebanyakan bayi akan

membaik hanya dengan ventilasi.

         Circulation / sirkulasi :

Jika tidak ada / nadi dibawah 60, lakukan pijatan jantung, dua tenaga

kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan terampil diperlukan

untuk melakukan kompresi dada dan ventilasi.

Page 15: makalah standar pelayanan.docx

Ingat !

         Jangan lupa keadaan ibu.

         Selalu siap untuk melakukan resusitasi, tidak mungkin

memperkirakan kapan tindakan tersebut dilakukan.

         Nilai pernafasan setiap bayi baru lahir segera setelah pengeringan

dan sebelum menit pertama nilai APGAR.

         Klem dan potong tali pusat dengan cepat.

         Jaga bayi tetap hangat selama dan sesudah resusitasi.

         Buka jalan nafas, betulkan letak kepala bayi dan lakukan

penghisapan pada mulut, baru kemudian hidung.

         Ventilasi dengan kentungan yang bisa mengembang sendiri dan

masker yang lembut atau sungkup, gunakan ukuran masker yang

sesuai.

Page 16: makalah standar pelayanan.docx

BAB III

PENUTUP

3.1  Simpulan

Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana

pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang

maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang merupakan uatu pernyataan

tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran

(outcome) sistem layanan kesehatan. Standar Kebidanan meliputi tujuan, pernyataan standar

dan hasil yang diharapkan. Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar.

.2  Saran

Bagi Petugas Kesehatan :

1.      Memahami dan mengamalkan standar pelayanan kebidanan

2.      Menerapkan pelayanan kebidanan sesuai standar yang ditetapkan

3.      Mempertahankan mutu pelayanan kebidanan

Page 17: makalah standar pelayanan.docx

DAFTAR PUSTAKA

http://bhetryelandira.wordpress.com/2012/12/10/standar-pelayanan-kebidanan/

http://kesehatan.jadilah.com/2013/09/24-standar-pelayanan-kebidanan.html

http://nafieun.wordpress.com/2013/04/10/24-standar-asuhan-pelayanan-kebidanan/

http://hernikebidanan.wordpress.com/2013/04/08/24-standar-pelayanan-kebidanan/