makalah kelompok 3.docx

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) . ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009) Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk masyarakat.

Upload: nursaktiani-azis

Post on 11-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah kelompok 3.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan

masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak

merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak

diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian

bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak

diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di

puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)

            Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem

yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk

masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan juga menjadi pemicu

penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita ISPA tiap tahun selalu mangalami

peningkatan. Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat

pendidikan sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor

ekonomi yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.

Page 2: makalah kelompok 3.docx

           Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah peningkatan masalah

kesehatan khususnya ISPA. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja promosi kesehatan

mengenai nutrisi yang baik dan seimbang, istirahat yang cukup dan kebersihan.

B. Tujuan

Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA).

C. Manfaat

Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA

 

Page 3: makalah kelompok 3.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ISPA .

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung

paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek

dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita

pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit  ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu

pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit

yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,

faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan

pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan

tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan

pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga

akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)

Page 4: makalah kelompok 3.docx

B. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest

indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa

tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis

tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini

dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai

5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

1.  Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2

bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding

dada bagian bawah atau napas cepat.

Page 5: makalah kelompok 3.docx

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus

dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan

adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit

atau lebih.

3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).

C. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya

antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan

korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,

koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.

Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri

stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan

menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun

yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke

musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.

Page 6: makalah kelompok 3.docx

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA

pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi

lingkungan.

D. Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya

sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium

awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti

bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.

Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat

sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi,

gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah

sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis

dan pneumonia (radang paru).

E. Manifestasi Klinik

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,

batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan

meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah

dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya

penyulit.

Page 7: makalah kelompok 3.docx

F. Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit

masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk

golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan

yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian

besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak

jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang

mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab

G. Patofisiologi

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi

lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan

batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk

mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan

saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat

tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan

epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.

         Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah

Page 8: makalah kelompok 3.docx

rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu

keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama

dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25

% atau lebih).

Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila

terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri,

sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.

        Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak

ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi

saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis)

mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika

atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,

perkontinuitatum dan udara nafas.

H. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a.     Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau

kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis.

Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek,

merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah

virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.

Page 9: makalah kelompok 3.docx

b.      Manusia

1.      Umur

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia

dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar

dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di

bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya

masih sempit.

2.      Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki

dibandingkan dengan perempuan.

3.      Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab

utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak

yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi

yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat

memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

Page 10: makalah kelompok 3.docx

4.      Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir

<2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka

kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama

tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar

akibat infeksi pada bayi baru lahir.

5.      Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya

akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama

selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu

ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin,

bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari

infeksi.

6.      Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap

penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu.

Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit

merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

Page 11: makalah kelompok 3.docx

c. Lingkungan

1. Kelembaban Ruangan

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain

cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap

terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor

kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan

yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada

balita sebesar 28 kali.

2.  Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal

ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah

tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

3.  Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar

aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2

yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

4.   Kepadatan Hunian Rumah

Page 12: makalah kelompok 3.docx

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses

kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah

yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat.

Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat

memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

5.   Penggunaan Anti Nyamuk

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat

menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak

sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme

pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.

6.  Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas

udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak

memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya

peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.

7.   Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok

terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon

Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan

Page 13: makalah kelompok 3.docx

prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau

97.560.002 penduduk.

8.  Status Ekonomi dan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio

pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka

jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak.

Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8

kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang

status ekonominya rendah.

I. Penatalaksanaan

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian

karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat

pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang

kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang

pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting

bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Page 14: makalah kelompok 3.docx

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

• Meningkatkan makanan bergizi

• Bila demam beri kompres dan banyak minum

• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan  yang

bersih

• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih

menetek

Pengobatan antara lain :

1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang  adekuat,pemberian

multivitamin dll.

2. Antibiotik :

- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab

- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus

- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,

Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin,

gentamisin.

- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

J. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan

virus, serologis, diagnostik virus secara langsung.

Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan

sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

Page 15: makalah kelompok 3.docx

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Umur : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai

anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada

usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).

Jenis kelamin : Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2

tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di

negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).

Alamat            : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota

keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh

Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi

secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA

dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah

ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah

yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara

Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)

Page 16: makalah kelompok 3.docx

2. Riwayat Kesehatan

1)      Keluhan Utama : Klien mengeluh demam

2)      Riwayat penyakit sekarang:

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan

lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit

tenggorokan.

3)      Riwayat penyakit dahulu:

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

4)      Riwayat penyakit keluarga:

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit

klien tersebut

5)      Riwayat sosial:

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat

penduduknya

Pemeriksaan Persistem 

B1 (Breath)             :

1)     Inspeksi

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan

Tonsil tanpak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringna parut pada leher

Page 17: makalah kelompok 3.docx

Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping

hidung, tachypnea, dan hiperventilasi

2)      Palpasi

Adanya demam

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada

nodus limfe servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3)      Perkusi

Suara paru normal (resonance)

4)      Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

B2 (Blood)        : kardiovaskuler Hipertermi

B3 (Brain)        : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi

gangguan penciuman

B4 (Bladder)    : perkemihan Tidak ada kelainan

B5 (Bowel)       : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum

sedikit, nyeri telan pada tenggorokan

Page 18: makalah kelompok 3.docx

 B6 (Bone)         : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

 Pemeriksaan Penunjang

1)      Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan

kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,

2)      Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai

dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia

3)      Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

B. DIAGNOSA

a)   Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

b)   Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

c)   Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

d)  Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia.

e)   Resiko tinggi penularan infeksi( Khaidir:2008)