makalah kelompok 1

Upload: akk-yunie-thea

Post on 06-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah kelompok 1

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Amerika penyakit ini menimpa kurang lebih 1% dari jumlah penduduk.Lebih dari 2 juta orang Amerika menderita skizofrenia pada waktu tertentu, dan 100,000 - 200,000 tahun baru diagnosedevery peopleare.Separo dari pasien gangguan jiwa yang di rawat di RS Jiwa adalah pasien dengan skizofrenia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 237,6 juta. Dengan asumsi angka 1 % tersebut di atas maka jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2012 ini sekitar 2.377.600 orang !Angka yang fantastis dibanding jumlah daya tampung 32 rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia sebanyak 8.047 tempat tidur.Itu belum termasuk kalau tiba musim caleg gagal dalam pemilu.Daya tampung tetap, pasien gangguan jiwa meningkat.

Upaya yang dilakukan untuk orang yang mengalami skizofrenia adalah kita harus tahu dahulu tidak bisa sembuh total dari gejalagejala sebelumnya, tetapi gangguan ini dapat dikelola dengan menggabungkan terapi psikososial dan obat-obatan. Psikiater yang bekerja bertanggung jawab terhadap pengobatan skizofrenia. Pekerja social dan ahli mental yang lain merancang dan mengawasi bertanggung jawab akan sosialisasi dan informasi pengobatan. Untuk lebih mampu mengatasi kehidupan seharihari, pasien diajari untuk belajar lebih produktif, dan berperilaku yang dapat diterima masyarakat dan keluarga.

Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi.Waham atau delusi adalahkeyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah

Dari angka kejadian yang tertera diatas merupakan suatu masalah yang terdapat di indonesia mengingat angka kejadian pada pasien penderita waham terus meningkat sehingga dapat diangkat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan delusi/waham?2. Apa saja jenis-jenis waham?3. Bagaimana terjadinya waham?4. Bagaimanakah ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?

1.3 Tujuan

Dengan makalah ini, diharapkan mampu untuk:1. Mengetahui pengertian dari delusi/waham2. Mengetahui jenis-jenis waham3. Mengetahui proses terjadinya waham4. Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.

Wahamadalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya)dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya .Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis .

Waham (dellusi)adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya.Rawlin (1993)dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis(Cook and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut diucapkan berulang-ulang.

2.2 Etiologi

a. Predeposisi1) Biologi

Skizofrenia paranoid disebabkan kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon/ oleh perubahan- perubahan post mortem/ merupakan artefak pada waktu membuat sediaan.Gangguan endokrin juga berpengaruh, pada teori ini dihubungkan dengan timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimaterium.Begitu juga dengan gangguan metabolisme, hal ini dikarenakan pada orang yang mengalami skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat, ujung ekstremitas sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.Teori ini didukung oleh Adolf Meyer yang menyatakan bahwa suatu konstitusi yang inferior/ penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia paranoid (Maramis, 1998).

Menurut Schebel (1991) dalam Townsend (1998) juga mengatakan bahwa skizofrenia merupakan kecacatan sejak lahir, terjadi kekacauan dari sel-sel piramidal dalam otak, dimana sel-sel otak tersusun rapi pada orang normal.

Gangguan neurologis yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis sering berhubungan dengan kejadian waham.Waham oleh karena gangguan neurologis yang tidak disertai dengan gangguan kecerdasan, cenderung memiliki waham yang kompleks. Sedangkan waham yang disertai dengan gangguan kecerdasan sering kali berupa waham sederhana (kaplan dan Sadock, 1997).

2) Psikologis

Menurut Carpenito (1998), klien dengan waham memproyeksikan perasaan dasarnya dengan mencurigai. Pada klien dengan waham kebesaran terdapat perasaan yang tidak adekuat serta tidak berharga. Pertama kali mengingkari perasaannya sendiri, kemudian memproyeksikan perasaannya kepada lingkungan dan akhirnya harus menjelaskan kepada orang lain. Apa yang seseorang pikirkan tentang suatu kejadian mempengaruhi perasaan dan perilakunya. Beberapa perubahan dalam berpikir, perasaan atau perilaku akan mengakibatkan perubahan yang lain. Dampak dari perubahan itu salah satunya adalah halusinasi,dapat muncul dalam pikiran seseorang karena secara nyata mendengar, melihat, merasa, atau mengecap fenomena itu, sesuai dengan waktu, kepercayaan yang irrasional menghasilkan ketidakpuasan yang ironis, menjadi karakter yang Wajib dan Harus.

3) Genetik

Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia.Hal ini dibuktikan dengan penelitian pada keluarga-keluarga yang menderita skizofrenia dan terutama anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri sebesar 0,9 1,8%, saudara kandung 7 15%, anak dengan salah satu orang tua yang mengalami skizofrenia 7 16%, bila kedua orang tua mengalami skizofrenia 40 68%, kembar dua telur (heterozygot) 2-15%, kembar satu telur (monozygot) 61-86% (Maramis, 1998).

b. PresipitasiFaktor ini dapat bersumber dari internal maupun eksternal.

1) Stresor sosiokulturalStres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya (Stuart, 1998)

2) Stresor psikologisIntensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham.Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).

2.3 Tanda-tanda dan Gejala ( Symptom )1. Kognitif :a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyatab. Individu sangat percaya pada keyakinannyac. Sulit berfikir realitad. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektifa. Situasi tidak sesuai dengan kenyataanb. Afek tumpul

3. Prilaku dan Hubungan Sosiala. Hipersensitifb. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkalc. Depresid. Ragu-rague. Mengancam secara verbalf. Aktifitas tidak tepatg. Streotifh. Impulsivei. Curiga

4. Fisika. Higiene kurangb. Muka pucatc. Sering menguapd. BB menurun

2.4 Proses terjadinya waham (delusi) / Patopsikologi

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :1. Fase of human needWaham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.

2. Fase lack of self esteemTidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self idealdengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase control internal externalKlien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

4. Fase envinment supportAdanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comfortingKlien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase improvingApabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

2.5 Jenis-Jenis WahamJenis-jenis waham antara lain :a. Waham KebesaranPenderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.Contoh : saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusaaan, punya rumah di berbagai Negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.

b. Waham BerdosaTimbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.

c. Waham DikejarIndividu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.

d. Waham CurigaIndividu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya.Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal Ideas of reference yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.Contoh : banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya.

e. Waham CemburuSelalu cemburu pada orang lain.

f. Waham Somatik atau HipokondriaKeyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair.Contoh : sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.

g. Waham KeagamaanWaham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.

h. Waham NihilistikKeyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.Contoh : Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini, semua yang ada disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia

i. Waham PengaruhYaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.

2.6 Pohon masalah Waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendahPerubahan isi piker.WahamKerusakan komunikasi VerbalResiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan lingkungan

2.7 Klasifikasi Waham1. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.2. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaan.3. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.4. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengancam dirinya.5. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah meninggal dunia.6. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.7. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal dia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.8. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

2.8 Peran Serta Keluarga

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga terhadap klien dengan waham :a. Bina hubungan salng percaya keluarga dengan klien Sikap keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, hangat dan lembut Berikan penghargaan terhadap perilaku positif yang dimiliki/dilakukan Berikan umpan balik yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan

b. Kontak sering tapi singkat

c. Tingkatkan hubungan klien dengan lingkungan sosial secara bertahap, seperti membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan diri klien, orang lain dan lingkungan

d. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kinginanya, ajak klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari dirumah seperti: menyapu, mengepel dan membersihkan tempat tidur.

e. Hindarkan berdebat tentang waham

f. Jika ketakutan katakan Anda aman disini, saya akan bantu anda mempelajari sesuatu yang membuat anda takut .

g. Berikan obat sesuai dengan peratuaran

h. Jangan lupa kontrol.

2.9 Tindakan Keperawatan1. Psikoterapeutika. Bina hubungan saling percaya Perhatikan pasien saat bicara tanpa meremehkan. Dengar pernyataan pasien tentang wahamnya, tanpa menyetujui atau menentangnya. Bicara saat terbuka dan tidak berbisik-bisik, tidak menggunakan kata-kata sindiran.

b. Bantu pasien meningkatkan harga dirinya. Libatkan pasien dalam kegiatan individu dan kelompok. Beri pasien kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuannya. Beri reinforcement atas keberhasilan yang dicapai klien.

c. Bantu pasien menemukan koping konstruktif dalam penyelesaian masalah. Bersama klien mengidentifikasikan masalah yang dihadapi. Tanyakan cara yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Bicarakan manfaat dari cara tersebut. Bersama pasien mencari alternatif cara penyelesaian masalah. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih cara yang tepat.

2. Lingkungan terapeutika. Ciptakan lingkungan fisik yang dapat menguatkan realita.b. Ciptakan lingkungan sosialc. Beri pujian atas keberhasilan klien.3. Kegiatan hidup sehari-hari.a. Bimbing pasien memenuhi mempertahankan kebutuhan nutrisi.b. Bimbing pasien mempertahankan keseimbangan aktivitas istirahat tidur.c. Bimbing pasien melakukan perawatan diri.

4. SomatikBeri obat sesuai ketentuan.a. Memberikan obat dengan mempertahankan lima benar dalam prinsip pemberian obat.b. Bujuk pasien bila menolak minum obat.c. Ajak pasien berbicara menyakinkan bahwa obatnya sudah dimakan.d. Beri pujian atas kerjasama klien.

5. Pendidikan kesehatan.a. Bantu pasien mengenali wahamnya.b. Ikut sertakan keluarga mengatasi masalah klien.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.

Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.

Beberapa faktor yang perlu dikaji:a. Faktorpredisposisi Genetik :diturunkan Neurobiologis :adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,danglutamat. Virus : paparan virus influinsa pada trimester III Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.

b. Faktor presipitasi Proses pengolahan informasi yang berlebihan Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal Adanya gejala pemicu

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:

a. Identifikasi klien1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masukTanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

c. Riwayat Penyakit SekarangTanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:

1) PsikologisKeluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.

2) BiologisGangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.

3) Sosial BudayaSeperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

d. Aspek fisik / biologisMengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek psikososial1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diria) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.f. Status mentalNilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

g. Kebutuhan persiapan pulang1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.

h. Masalah psikososial dan lingkunganDari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. PengetahuanData didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

j. Aspek medikTerapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1) Kondisi klien: Klien mengalami perasaan yang bertolak belakang dari apa yang dia ucapkanDiagnosa: WAHAM Tujuan khusus: Klien dapat berhubungan dengan realitaTindakan : Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat, waktu). Sertakan klien dalam aktivitas kelompok : orientasi kelompok. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

2) Kondisi klien: klien merasa dirinya tidak berartiDiagnosa: HDRTujuan khusus: klien dapat menilai kemampuan yang dimilikinya.Tindakan: Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan sesuai kemampuannya. Utamakan memberikan pujian yang sesuai dengan realita (yang baik) Setiap bertemu klien hindari memberi penilaian yang negative

3) Kondisi klien: klien merasa orang lain yang disekitarnya berbahaya bagi diaDiagnosa: RPKTujuan khusus: klien tidak melakukan kekerasanTindakan: Bicarakan kepada klien tentang kerugian dan bahaya atas sikapnya itu Ajarkan cara yang tepat dalam mengekspresikan amarah. Diskusikan cara berbicara yang baik kepada klien, serta berikan contoh berkomunikasi yang baik kepada orang lain

3.3 Intervensi Keperawatan

NoDxTindakanPertemuan

12345

1.WahamPasien1. Identifikasikan tanda dan gejala waham1. Bantu orientasi realitas : panggil nama, orientasi waktu, orang, tempat1. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi1. Bantu klien memenuhi kebutuhan yang realitas1. Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan kebutuhan1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan klien dan berikan pujian1. Diskusikan kemampuan yang dimiliki1. Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian1. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan klien, kegiatan yang dilatih, dan berikan pujian1. Jelaskan tentang obat yang diminum1. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan obat1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan klien, kegiatan yang telah dilatih, dan obat1. Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhi1. Diskusikan kemampuan yang dimiliki 1. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan, yang dilatih dan minum obat1. Nilai kemampuan yang telah mandiri1. Nilai apakah waham ter-kontrol

2.HDRPasien1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien1. Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini1. Bantu klien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini1. Latih kegiatan yang dipilih 1. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali perhari1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih 1. Bantu klien memilih kegiatan kedua yang dapat dilatih1. Latih kegiatan kedua1. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih, dan berikan pujian1. Bantu klien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih1. Latih kegiatan ketiga1. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan1. Evaluasi kegiatan pertama,kedua,ketiga yang telah dilatih1. Bantu klien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih1. Latih kegiatan keempat1. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian1. Latih kegiatan 1. Nilai kemampuan yang telah mandiri1. Nilai apakah harga diri meningkat

Keluarga1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien1. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya HDR1. Jelaskan cara merawat HDR terutama dalam memberikan pujian yang positif1. Latih keluarga membertanggung jawabkan kegiatan yang dipilih pasien1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien1. Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih klien1. Anjurkan membantu pasien sesuai dengan jadwal yang telah dipilih dan berikan pujian1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam mem-bimbing klien 1. Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiataan ketiga yang dipilih klien1. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam mem-bimbing klien 1. Bersama keluarga melatih klien melakukan kegiatan keempat1. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh,rujukan1. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam mem-bimbing klien1. Nilai kemampuan keluarga dalam mem-bimbing klien1. Nilai kemampuan keluarga dalam kontrol ke PKM

3.RPKPasien1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya1. Jelaskan cara mengontrol prilaku kekerasan : fisik, obat, verbal, spiritual1. Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan1. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1. Latih cara mengontrol prilaku kekerasan dengan obat1. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan berikan pujian1. Latih cara mengontrol prilaku kekerasan secara verbal1. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan verbal1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan minum obat, berikan pujian1. Latih cara mengontrol spiritual1. Masukkan pada jadwal kegiatan latihan fisik, minum obat, dan verbal dan spiritual1. Evaluasi kegiatan fisik, minum obat, verbal dan spiritual1. Nilai kemampuan yang telah mandiri1. Nilai apakah perilaku kekerasan terkontrol

Keluarga1. Diskusikan masalah yang dirasakan saat merawat klien1. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya prilaku kekerasan1. Jelaskan cara merawat pasien dengan prilaku kekerasan1. Latih satu cara melatih prilaku kekerasan fisik1. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat klien1. Jelaskan 6 benar tentang pemberian obat1. Latih cara memberikan/membimbing minum obat1. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih klien1. Latih cara mem-bimbing verbal/cara berbicara yang baik1. Latih cara mem-bimbing kegiatan spiritual1. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih klien1. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan1. Anjurkan membantu pasien sesuai dengan jadwal dan berikan pujian1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat, melatih klien1. Nilai ke-mampuan keluarga dalam merawat klien1. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM

3.4 Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien5. Klien menggunakan obat sesuai program

BAB IVTINJAUAN KASUS

4.1. PENGKAJIANI. Data Kliena.Identitas KlienNama : Ny.SUmur : 38 TahunJenis Kelamin : PerempuanRuangan : CempakaTanggal masuk : 02 September 2008No.RM : 02-59-14II. Alasan masukPasien mengatakan marah-marah, memukul abangnya dan pasien suka mengatakan dirinya adalah gubernur.III. Faktor predisposisia. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?b. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil sehingga pasien tidak pulang-pulang sudah 3 tahun.c. Pasien tidak pernah melakukan aniaya fisik dan keluarganya maupun orang lain.d. Anggota keluarga tidak ada mengalami gangguan jiwa.e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, klien mengatakan pelangalam masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien pernah dibohongi abang kandungnya.

IV. FisikTanda vital:TD : 120/80 mmHgNadi : 80 x/iSuhu : 36,50cPernapasan : 22 x/iTidak ada keluhan fisik pasienV. Psikososiala. Konsep diri1. Gangguan diri : Pasien mengatakan tidak senang bentuk rambutnya karna rambut klien rontok.2. Identitas : Pasien adalah seorang perempuan tamatan SMP dan bekerja sebagai seorang rumah tangga.3. Peran : Pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah tangga.4. Ideal diri : Pasien mengatakan dia adalah seorang gubernur.5. Harga diri : Semenjak di rumah sakit jiwa pasien merasa maluMasalah keperawatan : Gangguan konsep diri : HDR

b. Hubungan sosial1. Orang yang berarti: Pasien mengatakan orang yang berarti yaitu keluarganya.2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat; Pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering mengikuti ibadah dilingkungan.3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan tidur ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Spiritual1. Nilai dalam keyakinan : Klien mengatakan dia beragama kristen protestan2. Kegiatan ibadah : Sebelum dan sesudah sakit pasien tidak lupa untuk berdoa.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

VI. Status Mental1. Penampilan, cara berpakaian rapi kulit pasien tampak bersih.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan, pasien berbicara dengan cepat dan dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan perawat.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah3. Aktivitas motorik, Tampak gelisah ketika diajak berkomunikasiMasalah keperawatan : Tidak ada masalah4. Alasan perasaan, Pasien mengatakan sedih semenjak dirawat kembali dirumah sakit jiwa.Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal5. Afek, saat pasien diajak berkomunikasi pasienmemberi respon sesuai dengan stimulasiMasalah keperawatan : Tidak ada masalah6. Interaksi selama wawancara, selama wawancara pasien dapat berinteraksi dengan kooperatif, kontak mata baik, menjawab pertanyaan dengan jelas.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah7. Persepsi, pasien mengatakan tidak pernah mendengar atau melihat yang aneh-aneh.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah8. Proses pikir, daya ingat pasien masih bagus.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah9. Isi pikir, pasien terlalu terobsesi sebagai seorang gubernur.Masalah keperawatan : Perubahan isi pikir : waham kebesaran10. Tingkat kesadaran, pasien mengatakan sadar kalau sekarang dirinya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah11. Memori, pasien mengatakan daya ingat yang masih baik.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung, pasien mampu menjawab pertanyaan dalam soal berhitung dalam hitungan yang sederhana.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah13. Kemampuan penilaian, pasien dapat menilai sederhana seperti membedakan yang kotor dan yang bersih.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah14. Daya titik diri, pasien tidak mengingat penyakit yang diderita, dia sadar bahwa dia mengalami gangguan jiwa dan sekarang di rawat di rumah sakit jiwa.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang1. Pasien dalam: makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian bersih membutuhkan bantuan minimal.Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. Istirahat dan tidur: pasien mengatakan tidur siang lamanya 13.00-15.00 dan tidur malam lamanya jam 22.00-05.00.

3. Penggunaaan obat : pasien mengatakan memerlukan keluarga yang mengontrol pasien minum obat.

4. Pemeliharan kesehatan : pasien memerlukan perawatan lanjut dan sistem pendukung seperti lingkungan dan keluarga.

5. Kegiatan dirumah, pasien mengatakan dirumah pasien dapat melakukan pekerjaan rumah tangga.

6. Kegiatan di luar rumah, pasien mengatakan dapat belanja untuk kebutuhan sehari-hari.

VIII. Mekanisme kopingMekanisme koping adaptasi meliputi: olah raga, bicara dengan orang lainIX. Kurang Pengetahuan TentangPasien megatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritaX. Aspek MedisTerapi medis : Skizofrenia paranoidCPZ 100mg 2x1, THP 2mg 2x1 dan Haloperinol 5 mg 2x1XI. Daftar Masalah KeperawatanPerubahan proses pikir : WahamXII. Analisa DataDATAMASALAH KEPERAWATAN

Subjektif :1.Klien mengatakan bahwa dirinya adalah yang benar.2.Klien mengatakan dirinya sorang gubernur.Objektif :1.Klien terus mengoceh tentang kemampuan yang dimilikinya.2.Pembicaraan klien cenderung berulang3.Isi bicara tidak sesuai dengan kenyataanPerubahan proses pikir : Waham kebesaran.

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Wahamadalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control.

Jenis-Jenis Waham :waham kebesaran, waham berdosa, waham dikejar, waham curiga, waham cembur, waham somatik atau hipokondria, waham keagamaan, waham nihilistik, waham pengaruh

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya waham : Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat, Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian, Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain, Perpisahan dengan orang yang dicintainya, Kegagalan yang sering dialami, Keturunan, paling sering pada kembar satu telur, Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan orang lain.

5.2 Saran

Dari Hasil diskusi yang telah dilakukan oleh kelompok kami bahwa mempelajari tentang asuhan keperawatan tentang waham adalah suatu yang sangat penting bagi mahasiswa keperawatan dalam mata kuliah neurobehaviour sehingga manfaat yang diambil dari makalah ini dapat diterapkan kelapangan agar menjadi bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain dalam menghadapi pasien terutama pasien waham.

DAFTAR PUSTAKA

1. Videbeck, Sheila L, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta EGC, 2008

2. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995

3. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

4. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

5. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

6. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Askep WahamPage 5