makalah karakter - kelompok 1

28
Caracter Building “Karakter” Disusun Oleh : Nurjanah (1207025089) Retno Sri Maryani (1207025106) Sarah Qurrata A’yunnisa (1207025114) Satrian Sofian (1207025117) Dosen Pembimbing: Dr. Hj. Betti Nuraini, MM PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2015

Upload: perbankan-syariah-6c

Post on 23-Jul-2015

260 views

Category:

Economy & Finance


3 download

TRANSCRIPT

Caracter Building

“Karakter”

Disusun Oleh :

Nurjanah (1207025089)

Retno Sri Maryani (1207025106)

Sarah Qurrata A’yunnisa (1207025114)

Satrian Sofian (1207025117)

Dosen Pembimbing:

Dr. Hj. Betti Nuraini, MM

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2015

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Kami mengucapkan Alhamdulillah dan segala puji syukur ke hadirat Allah

SWT. atas rampungnya makalah ini. Tanpa ridho dan kasih sayang serta petunjuk

dari-Nya mustahil materi-materi ini dapat dirampungkan. Serta kami juga ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu DR. Hj. Bety

Nur’aini, MM selaku Dosen “Caracter Building” yang telah memberikan kami

pengetahuan juga kepada yang lain.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk menuntaskan atau memenuhi

nilai mata kuliah Caracter Building. Adapun penjabaran materiini mengenai

“Caracter Building” dengan dapatmemahamisegaladarimateri yang terterapada

sub babini.

Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak” kami

menyadari bahwa materi-materi ini tidak luput dari kekurangan. Kami

mengharapkan kritik dan saran dari Dosen kami, demi penyempurnaan dan

perbaikan makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan datangnya hanya dari Allah

Yang Maha Kuasa.

Wassalamu’aalaikum Wr.Wb

Jakarta,10Maret 2015

Pemakalah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter ..................................................... 4

B. Unsur-unsur Karakter ..................................................... 8

C. Urgensi Karakter ..................................................... 11

D. Dampak Pendidikan Karakter .................................................... 13

E. Karakter Islami .................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat indonesia

melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan

suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada

anak-anak. “dari berbagai peristiwa saat ini, mulai dari kasus Prita, Gayus

Tambunan hingga yang terakhir Makam Priok tentunya kita menjadi sadar betapa

pentingnya pendidikan karakter ditanamkan sejak dini, “Tutur Menteri Pendidikan

Nasional, Prof. Yahya Muhaimin dalam Sarasehan Nasional Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang diselenggarakan Kopertis VI di

Hotel Patra Jaya, kamis (15 april 2010). Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa

masyarakat ternyata mampu melakukan tindakan kekerasan yang sebelumnya

mungkin belum pernah terbayangkan. Hal itu karena globalisasi telah membawa

kita pada “penuhanan” materi hingga terjadi ketidakseimbangan antara

pembangunan ekonomi dan tradisi kebudayaan masyarakat.1

Berdasarkan fenomena tersebut dan menyadari akan pentingnya

pendidikan karakterlah, makalah ini dihimpun. Makalah yang bertajuk pendidikan

karakter ini mampu dijadikan acuan dalam pengembangan dan pendidikan

karakter bagi masyarakat terutama anak-anak. Selain memberikan pengetahuan

mengenai pentingnya pendidikan karakter, makalah ini juga menyajikan kisah-

kisah nyata yang kerap dialami masyarakat umum dalam mendidik anak-anaknya

dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk membangun karakter yang

bersifat muslim.

Baru-baru ini, kita mendengar beberapa SMU Negeri mendirikan sebuah

kantin sekolah yang disebut “Kantin Kejujuran”. Konon kantin kejujuran ini

didirikan dengan tujuan mulia, diantaranya: pertama, menjadi media yang tepat

untuk menanamkan nilai-nilai karakter luhur bagi anak didik sejak dini. Secara

1Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta:Ar –Ruzz Media

bertahap, diharapkan model kantin kejujuran ini akan membangun karakter dan

budaya malu bagi generasi muda, khususnya anak didik di SMU yang

bersangkutan. Itu karena ciri khas kantin kejujuran yang unik, yakni semuanya

serba self-service, atau melayani diri sendiri. tidak ada penjaga yang mengawasi,

tidak ada yang akan menerima, dan menghitung uang kembali. Pendek kata,

semuanya dilakukan sendiri oleh sang pembeli.2

Kedua, tujuan didirikannya kantin kejujuran ini sejalan dengan pasal 30

UU Nomer 16 Tahun 2004, dan tiga strategi Kejaksaan Agung (kejagung) dalam

memberantas korupsi, yaitu preventif, represif, dan edukatif. Langkah edukatif,

misalnya dengan menumbuhkembangkan kantin kejujuran di sekolah sebagai

manifestasi kewajiban kejaksaan meningkatkan kesadaran hukum generasi muda,

dan masyarakat pada umumnya.

Ketiga, sangat relevan dengan proses perkembangan psikologis anak didik,

khususnya dalam hal pembiasaan dan pembentukan perilaku. Karakteristik

psikologis siswa usia SD-SMA adalah masa-masa dominan dalam pembentukan

karakter dan kepribadian. Fase ini mulai dari periode kanak-kanak akhir hingga

periode dewasa awal. Pada fase itu, anak didik memiliki kecenderungan untuk

mengikuti atau meniru tata-nilai dan perilaku di sekitarnya, mulai masaknya

organ-organ seksual, pengambilan pola prilaku dan nilai-nilai baru, serta

tumbuhnya idealisme untuk pemantapan identitas diri. Jika pada fase itu

dilakukan proses penanaman nilai-nilai moralitas secara sempurna, maka akan

menjadi pondasi dasar sekaligus menjadi warna kepribadian anak didik ketika

dewasa kelak

2Muslich,Masnur. 2011. Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis multidimensial. Jakarta: Bumi Aksara

B. Rumusan Masalah

Setelah kami mengangkat judul makalah ini, muncul permasalahan-

permasalahan yang mungkin dapat kami jabarkan lebih jelas lagi.

Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:

1. Apa itu pendidikan Karakter?

2. Bagaimana karakter yang baik?

3. Seberapa penting pendidikan karakter?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter

Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang

menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku yang

ditampilkan. Sedangkan, Doni Koesoema A. (2007) memahami bahwa karakter

sama dengan kepribadian. Kepribadian di anggap sebagai ciri, atau karakteristik,

atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentuk – bentuk

yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan

sejak lahir.3

Sementara, Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua

pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang

bertingkah laku. Apabila seseorang berprilaku tidak jujur, kejam, atau rakus,

tentulah orang tersebut memanifestasikan prilaku buruk. Sebaliknya, apabila

seseorang berprilaku jujur,suka menolong, tentulah orang tersebut

memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan

personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter ( a person of

character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

Peterson dan Sligman (Gedhhe Raka, 2007:5) mengaitkan secara langsung

character strength dengan kebajikan. character strength dipandang sebagai unsur-

unsur psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama

character strength adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam

mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun

kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan bangsanya.

Memang, karakter dan kepribadian sering digunakan secara rancu. Ada

yang menyamakan antara keduanya. Menurut M. Newcomb, kepribadian

meupakan organisasi dari sikap sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang

sebagai latar belakang terhadap perikelakuan. Kepribadian menunjukan pada

3Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta:Ar –Ruzz Media

organisasi dari sikap-sikap seseotang untuk berbuat, mengetahui, berpirkir, dan

merasakan secara khususnya apabila dia berhubungan denga orang lain atau

menanggapi suatu keadaan. Karena kepribadian tersebut merukan abstaksi dari

individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan

kebudayaan, ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling

mempengaruhi (Soekanto, 1985:1800). Sementara itu, menurut Roucek and

Warren, kepribadian adalah organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan

sosiologi ysng mendasari prilaku individu individu. Kepribadian mencakup

kebiasaan- kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat yang khas dimiliki seseorang yang

berkembang apabila orag tadi berhubungan dengan orang lain (Soekanto,

1985:181).Jadi, karakter memiliki ciri-ciri sebagai berikut :4

Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang

melihat kamu” (character is what you are when nobody is looking).

Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan

(character is the result of values and beliefs).

Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah

kedua ( character is a habit that becomes second nature).

Karakter bukanlah reputasi atau apa yang di pikirkan orang lain

terhadapmu (character is not reputation or what others think about

you).

Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain

(character is not how much better you are then others).

Karakter tidak kreatif (character is not relative!).

Karakter di ambil dari bahasa Inggris character, yang juga berasal dari kata

yunani Character . Awalnya kata ini digunakan untuk menandai hal yang

mengesankan dari koin (keping uang). Belakangan secara umum istilah character

digunakan untuk mengartikan hal yang berbeda antara satu hal dengan yang

4Muslich,Masnur. 2011. Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis multidimensial. Jakarta: Bumi Aksara

lainnya, dan akhirnya juga digunakan untuk menyembut kesamaan kualitas pada

tiap orang yang membedakan dengan kualitas lainnya.

Dalam istilah modern, di tekankan pada perbedaan dan individualitas yang

cenderung menyamakan istilah karakter dengan personalitas. Personalitas atau

kepribadia dapat di pahami sebagai organisasi dinamis pada individu tempat

sistem psikofisikal menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungannya.

Kepribadian juga merupakan tingkah laku yang bisa kita lihat sebagai hasilkondisi

individu dan struktur situasi psikologis. Intinya, pola tingkah laku dan perbuatan

pada cara seseorang dalam merespon situasi yang menunjukan konsistensi

tertentu, biasanya kita pahami sebagai karakter dan kepribadiannya.

Misalnya, ketika kita melihat seseorang yang selalu menangis krtika

mendapat masalah, kita akan mengatakan bahwa karakter orang tersebut adalah

cengeng. Jika kita sering melihat seseorang selalu marah saat ada masalah dan

sesuatu menimpanya, kita akan melihat pola – pola rosponsnya secara ajeg dan

kita katakan bahwa kepribadiannya adalah pemarah.

Istilah karakter untuk menilai kepribadian manusia memiliki sejarah yang

panjang. Masing-masing masyarakat dalam perjalanan sejarah dulu mengaitkan

karakter dengan nilai-nilai filsafat.

Di zaman modern, karakter manusia menjadi kajian antropologis dan

psikologis yang mendalam. Dalam hal ini karakter manusia memilik keunikan

yang membedakannya dengan binatang karena manusia telah mampu

mengembangkan dirinya melampaui determinisme natural (alam).

Perkembangan kebudayaan sering berkaitan dengan karakter dan

kepribadian individu. Istilah karakter juga menunjukan bahwa tiap-tiap sesuatu

memiliki perbedaan. Dalam istilah modernnya, tekanan pada istilah perbedaan

(distinctiveness) atau individualitas cenderung membuat kita menyamakan antara

istilah karakter dan personalitas. Orang yang memiliki karakter berarti pemilik

kepribadian.

Istilah kepribadian juga berkaitan dengan istilah karakter, yang diartikan

sebagai totalitas nilai yang mengarahkan manusia untuk menjalani hidupnya. Jadi,

ia berkaita dengan sistem nilai yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang matang

atau dewasa biasanya memiliki konsistensinya dalam karakter. Ini merupakan

akibat keterlibatannya secara aktif dalam proses pembangunan karakternya. Jadi,

karakter dibentuk oleh pengalaman hidup. Pada akhirnya tatanan dan situasi

kehidupanlah yang menentukan terbentuknya karakter masyarakat kita. Untuk

menilai oang lain, orang akan melihat kepribadiaannya. Umumnya, kepribadian

baik itu menyenangkan dan menarik. Sedangkan, kepribadian buruk itu

menjengkelkan dan menimbulkan rasa tidak suka.

Jika kebudayaan merupakan pola-pola yang mengatur tiap anggotanya

yang merupakan sosok yang memiliki kepribadian masng-masing, ada dua hal

yang mungkin terjadi. Pertama, kepribadian manusia akan di tentukan oleh

budayanya karena ia harus menyesuaikan diri dengan pola-pola pikir dan tingkah

laku yang ada. Kedua, masyarakat dan kebudayaannya merupakan abstaksi

prilaku manusia. “kepribadian masing-masing manusia mencerminkan

kepribadian bangsa”, begitulah kita sering mendengarnya.

Bangsa yag terbelakang, yang tak jelas arahnya, biasanya semakin bayak di

penuhi individu individu, terutama pemimpinnya, yang kepribadiannya buruk,

korupsi, manipulasi, hanya jual citra diri. Pragmantis, dan instan dalam membuat

kebijakan. Percayalah, bangsa ini akan hancur karena kepribadiannya semakin

rusak.

Menurut Ki Supriyoko (2004:419) yang menyatakan bahwa pendidikan

adalah sarana strategis untuk meningkatkan kualitas manusia. Pendidikan yang

bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan

Dr. Martini Luther King, yakni, inteligence plus character... thet is goal of true

education (kecerdasan yang berkarakter.... adalah tujuan akhir pendidikan yang

sebenarnya).5

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu

berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Jadi orang

berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif.

Dengan demikian, pendidikan adalah membangun karakter, yang secara implisit

mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan

5Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta:Ar –Ruzz Media

dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang

buruk. Hal ini didukung oleh Peterson dan Seligman (Raka, 2007:5) yang

mengaitkan langsung ‘character strength’ dengan kebajikan.

B. Unsur-unsur Karakter

Ada beberapa unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis

terbentuknya karakter pada manusia. Unsur-unsur ini kadag juga menunjukan

bagaimana karakter seseorag. Unsur-unsur tersebut antara lain sikap, emosi,

kemauan, kepercayaan, dan kebiasaan.6

1. Sikap.

Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagia karakternya. Bahkan di

anggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Tentu saja tidak semuanya

benar, tetapi dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada

dihadapannya biasanya menunjukan bagaimana karakternya. Bahkan para

psikolog banyak mengembangka perubahan diri menuju sukses melalui perubahan

sikap. Keith Harrel mengatakan, “Attitude is Everything!” (sikap adalah

segalanya!)yang juga ditulis dalam judul bukunya tersebut.

Dalam buku tersebut Harrel mendefinisikan “sikap”dengan mengutip

American Heritage Dictionary yang mengatakan bahwa sikap adalah cara berfikir

atau merasakan dalam kaitannya dengan sejumlah persoalannya. Lebih jauh ia

mengatakan bahwa sikap itu mencerminkan hidup.

2. Emosi.

Kata emosi di adopsi dari bahasa latin emovere (e berarti luar dan

movere artinya bergerak). Sedangkan, dalam bahasa prancis adalah emouvoir

yang artinya kegembiraan. Emosi adalah bumbu kehidupan. Sebab, tanpa emosi

kehidupan manusia akan terasa hambar. Manusia selalu hidup dengan berpikir dan

merasa. Emosi identik dengan perasaan yang kuat.

6Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta:Ar –Ruzz Media

Emosi adalah gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang

disertai dengan efeknya pada kesadaran, prilaku, dan juga merupakan proses

fisiologis. Misalnya, saat kita merspon sesuatu yang melibatkan emosi, kita juga

akan mengetahui makna apa yyang kita hadapi (kesadaran). Saat kita marah dan

tegang, jantung kita akan berdebar-debar dan akan berdetak cepat (fisiologis).

Kita akan segera melakuka reaksi terhadap apa yang menimpa kita (prilaku).

3. Kepercayaan.

Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor

sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas dasar

bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk

membangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan itu memperkukuh

eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.

Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam memandang

kenyataan dan ia memberikan dasar bagi manusia untuk mengambil pilihan dan

menentukan keputusan. Jadi, kepercayaan dibentuk salah satunya oleh

pengetahuan. Apa yang kita ketahui membuat kita menentukan pilihan karena kita

percaya apa yang kita ambil berdasarkan apa yang kita ketahui.

Namun, kadang kepercayaan juga dibentuk oleh kebutuhan dan

kepentingan. Orang kaya percaya bahwa stabilitas adalah hal baik karena ia punya

kepentingan untuk mempertahankan kondisi hidupnya.

4. Kebiasaan dan kemauan.

Kebiasaan adalah komponen konatif dari faktor sosiopsikologis. Kebiasaan

adalah asek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, tidak

direncanakan. Ia merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang

lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi berkali-kali. Setiap orang memiliki

kebiasaan yang berbeda dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan

memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan.

Sementara itu, kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter

seseorang. Ada orang yang kemauannya keras, yang kadang ingin mengalahkan

kebiasaan, tetapi ada juga orang yang kemauannya lemah. Banyak yang sangat

percaya kekuatan kemauan ini karena biasanya orang yang kemauannya keras dan

kuat akan mencapai hasil yang besar. Namun, kemauan yang kuat juga membuat

orang justru gagal ketika tujuannya tidak realistik dengan tindakan yang dilakukan

dan syarat-syarat yang ada. Bahkan, kadang-kadang kemauan yang keras juga

membuat orang “melanggar”w nilai-nilai yang ada.

Kemauan erat berkaitan dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan

kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai

tujuan.

5. Konsepsi diri.

Hal penting lainnya yang berkaitan dengan (pembangunan) karakter

adalah konsepsi diri. Konsepsi diri penting karena biasanya tidak semua orang

cuek pada dirinya. Orang yang sukses biasanya adalah orang yang sadar

bagaimana dia membentuk wataknya. Dalam hal kecil saja, kesuksesan sering

didapat dari orang-orang yang tahu bagaimana bersikap di tempat-tempat yang

penting bagi kesuksesannya. Bukan berarti kita harus berpura-pura bersikap baik

saat-saat waktu tertentu saja. Misalnya, Anda sadar bahwa Anda harus

mengendalikan sikap saat bertemu orang-orang penting yang menentukan karier

Anda atau keberhasilan Anda dalam mencapai tujuan.

Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak

sadar, tentang bagaimana karakter dan diri kita dibentuk. Konsepsi diri adalah

bagaimana “saya” harus membangun diri, apa yang “saya” inginkan dari, dan

bagaimana “saya” menempatkan diri dalam kehidupan. Konsepsi diri merupakan

proses menangkal kecenderungan mengalir dalam hidup.

Ketika manusia lahir dan tumbuh, dia tentu mendapatkan ruang kehidupan

tempat ia menjumpai berbagai macam contoh orang-orang di sekitarnya atau

orang-orang yang tak dilihatnya, tetapi diketahui dari kisahnya. Konsep

merupakan cetak biru yang didapat dari luar diri dan didialogkan dengan kondisi

dirinya.

Dalam ilmu psikologi sosial, konsep diri berkaitan dengan fakta bahwa

manusia tidak hanya menanggapi orang lain. Tetapi juga memersepsi diri kita.

Kita bukan lagi hanya sebagai penanggap, melainkan pesona stimuli sekaligus.

C. Urgensi Karakter

Tata krama, etika, dan kreativitas siswa saat ini disinyalir kian turun

akibat melemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Padahal, ini telah

menjadi satu kesatuan kurikulum pendidikan yang diimplementasikan dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah.7

Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi,

harus di praktekkan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu

pendidikan ini seperti hidden curiculum ujar direktur pembinaan SMP,

Kementerian Pendidikan Nasional, Didik Suhardin, kepala pers, jumat

(15/1/2010).

Didik mengakui, banyak keluhan masyarakat tentang menurunnya

tatakrama, etika dan kreativitas karena melemahnya pendidikan budaya dan

karakter bangsa. Soal implementasi yang mulai mengendur, katanya, bisa saja

terjadi. Tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang mampu memadukan antara

kegiatan belajar-mengajar dengan implementasi dalam kehidupan sosial sehari-

hari di sekolah, jelasnya.

Pemerintah luncurkan Program Pendidikan Karakter. Menyambut Hari

Pendidikan Nasional, kementerian pendidikan nasional akan meluncurkan

program pendidikan karakter. “program ini akan diluncurkan oleh Presiden di

Istana Negara” kata sekretaris Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Bambang Indriyanto saat jumpa pers di gedung Kementrian

Pendidikan Nasional, Jakarta.

Menurut Bambang, kementerian pendidikan menilai pentingnya

pembangunan karakter dalam pendidikan. Siswa dengan karakter yang kuat pada

7www. http://karaktersejati.blogspot.com/2014/08/definisi-karakter-menurut-ahli.html

akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan nasional. “pembangunan karakter

adalah bagian penting dalam pembangunan peradaban bangsa” katanya.

Beberapa karakter yang hendak dibangun berkaitan dengan nilai umum

yang diterima masyarakat, antara lain kejujuran, disiplin, dan kebersihan. Adapun

karakter yang bersifat kearifan lokal tetap di akomodasi melalui pendidikan

spesifik di tiap daerah. “karakter di sini adalah yang bersifat common sense. Tentu

tetap dibingkai dengan karakter yang sifatnya merupakan kearifan lokal, “kata staf

khusus menteri bidang komunikasi media sukemi. Sukemi mengatakan karakter

yang bersifat umum ini bukan hal baru di masyarakat. Karena itu, kementerian

pendidikan melihat program ini sebagai kesempatan untuk merevitalisasi

pendidikan karakter.

Program pembangunan karakter, kata sukemi, bukan hanya dilakukan

oleh kementerian pendidikan, tetapi juga telah menjadi isu penting di berbagai

kementerian sehingga pembangunan karakter dapat dilakukan secara serempak di

berbagai sektor pemerintahan. “karena itu, presiden akan mencanangkan program

pembangunan karakter pada puncak peringatan Hardiknas (Hari Pendidikan

Nasional) nanti,” ujarnya. Kementerian pendidikan, kata bambang, telah

menyiapkan sejumlah kegiatan pendukung program pendidikan karakter.

Beberapa kegiatan itu diantaranya kongres penulis cilik, gerakan membaca untuk

anak, lomba keterampilan sekolah menengah kejuruan, olimpiade sains nasional,

serta festival dan lomba seni se-Indonesia.

Budi pekerti, Nilai, Norma, dan Moral, pendidikan nilai mencakup

kawasan budi pekerti, nilai, norma, dan moral. Budi pekerti adalah buah dari budi

nurani. Budi nurani bersumber pada moral. Moral bersumber pada kesadaran

hidup yang berpusat pada alam pikiran.

Sesuai dengan kodratnya sebagai Makhluk Tuhan yang bebas merdeka,

dalam moral manusiamempunyai kemerdekaan untuk memilih nilai dan norma

yang dijadikan pedoman berbuat, bertingkah laku dalam hidup bersama dengan

manusia lain. Memperhatikan pernyataan tersebut di atas, jelas sekali hubungan

antara budi pekerti, nilai, norma, dan moral. Nilai yang diambil adalah nilai

tinggi, luhur, mulia, suci, dan jujur. Norma yang diambil juga mendekatkan

hidupnya kepada yang memberi hidup agar selamat. Moral memberikan petunjuk,

pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat dengan tanggung jawan sesuai dengan

nilai, norma yang dipilih. Dengan demikian, mempelajari budi pekerti tidak lepas

dari mempelajari nilai, norma, dan moral.8

D. Dampak Pendidikan Karakter.

Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik?

Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari

beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin,

Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.

Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz

dari University of Missouri-St. Louis menunjukkan peningkatan motivasi siswa

sekolah dalam meraih dalam meraih prestasi akademi pada sekolah-sekolah yang

menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat

dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif

siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang

melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan

(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan

karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara

sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan

menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam

mempersiapkan anak menyongsong masa depan. Dengan kecerdasan emosi

seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan,

termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Perlunya Kurikulum Holistik dalam Pendidikan Karakter, untuk mencapai

tujuan pendidikan karakter yang utuh perlu ditunjang oleh kurikulum yang

mendukungnya, yaitu “Kurikulum Holistik”. Kurikulum ini merupakan kulikulum

terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak. Sebuah kurikulum yang

8www. http://karaktersejati.blogspot.com/2014/08/definisi-karakter-menurut-ahli.html

terkait, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan,

dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan konteksual.

Tujuan model pendidikan holistik berbasis karakter adalah membentuk

manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek

fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual, dan intelektual siswa secara optimal,

serta membentuk manusia yang life long learners (pembelajar sejati). Strategi

yang dapat diterapkan antara lain sebagai berikut:9

1. Guru menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu

metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi

manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit,

bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya.

2. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga anak dapat

belajar efektif didalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan,

tanpa ancaman, dan memberikan semangat.

3. Guru memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan

terkesinambungan dengan melibatkan aspek Knowing the good, loving the

good, and acting the good.

4. Guru menerapkan metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-

masing anak, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek

kecerdasan manusia.

Pentingnya sebuah pendidikan karakter. Mendiknas mengingatkan

pentingnya pengembangan karakter pribadi sebagai basis untuk mencapai sukses.

Menki dianggep penting dan sering didengungkan, sampai sekarang tidak ada

wujud berupa kebijakan dalam dunia pendidikan bekaitan dengan pendidikan

karakter. Kita tentu sepakat dengan mendiknas bahwa pendidikan karakter itu

perlu. Tapi pertanyaannya, lalu apa? Bagaimana tindak lanjutnya?10

1. Mengapa pendidikan karakter

Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi

atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai

9Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta:Ar –Ruzz Media 10www. http://karaktersejati.blogspot.com/2014/08/definisi-karakter-menurut-ahli.html

2. Bagaimana pendidikan karakter di Negara lain?

E. Karakter Islam.

Penerapan 10 nilai-nilai karakter islam pada anak

Penerapan nilai-nilai dasar karakter anak dalam islam

Penerapan nilai-nilai dasar karakter anak dalam keluarga supaya menjadi sikap,

perilaku dan tindakan anak dalam keluarga supaya menjadi sikap, perilaku dan

tindakan anak dalam menghadapi hidup dan kehidupan anak ke arah yang lebih

baik sebagai berikut:11

1. Keimanan

Apakah yang dimaksud dengan keimanan? Secara normatif keimanan

adalah mempercayai dan meyakini terhadap enam rukun iman dalam agama islam

serta mengamalkan segala ajaran agamanya. Bagaimana ciri-ciri orang beriman?

Orang beriman dapat dicirikan dengan: kemampuan berserah diri kepada Allah

Swt.dengan segala kesadarannya.keimanan kepada Allah, Tuhan yang maha Esa,

harus ditanamkan oleh orang tua kepada anak-anaknya sejak usia dini, bahkan

sejak bayi dalam kandungan.

Menanamkan keimanan dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kemampuan

orangtua untuk memberikan nilai -nilai keagamaan supaya dapat menjalankan

segala ajaran agamanya dengan penuh kesadaran. Menerapkan keimanan dari

orang tua terhadap anak-anak sebaiknya dilakukan dengan enam cara, yaitu:

1. Peneladanan

2. Penyontohan

3.keterlibatan

4. Penguatan

5. Kebersamaan

6. Membicarakannya.

11Rosyadi, A Rahmat.2013. Pendidikan islam dalam pembentukan karakter anak usia dini, Jakarta: Rajawali

Keimanan adalah kebutuhan rohani setiap manusia, karena dengan

keimanan itu manusia bisa hidup tentram dan sadar akan adanya yang lebih kuasa.

Nilai-nilai keimanan ini dapat dipupuk terhadap anak-anak, misalnya:

Membiasakan anak menjalankan ibadah secara bersama di rumah

atau di masjid.

Mengikuti dan menagajak anak pengajian.

Melatih anak memberikan sedekah kepada orang yang tidak

mampu.

Selalu mengucapkan syukur atas segala keberhasilan.

Sabar ketika mendapatkan musibah dan sebagainya.

2. Ketakwaan

Ketakwaan apakah yang dimaksud dengan ketakwaan? Ketakwaan adalah

mengamalkan segala yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang

Allah Swt. Bagaimana ciri-ciri orang bertakwa? Orang bertakwa dicirikan dengan

kemampuan menjalankan segala perintah dan bersedia menghindari segala yang

dilarang Allah Swt secara ikhlas.

Ketakwaan dan keimanan sesungguhnya bagaikan dua sisi mata uang yang

tidak dapat dipisahkan. Belum sempurna keimanan seseorang bila tidak dapat

disertai ketakwaan. Firman Allah Swt. Mengatakan; ‘’orang yang paling mulia

disisi Tuhan adalah orang yang paling kuat ketakwaanya.’’ungkapan ini

mencerminkan bahwa takwa sebagai buah dari keimanan seseorang.ketakwaan

kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa, harus ditanamkan oleh orang tua kepada

anak-anaknya sejak usia dini setelah mengenal mana perbuatan baik dan buruk.

Ketakwaan adalah buah hati dari keimanan yang harus tercermin dalam sikap dan

perilaku kita sehari-hari, baik di rumah maupun di masyarakat. Orang tua

sebaiknya menunjukan terhadap anak –anaknya perilaku ketakwaan. Misalnya

dengan menjalankan ibadah sholat, puasa , bertutur kata yang sopan, berperilaku

yang santun.

3. Kejujuran

Kejujuran adalah memperoleh kepercayaan dari orang lain dengan

melaporkan dan menyampaikan sesuatu apa adanya. Bagaimana ciri- ciri orang

jujur? Orang jujur dapat dicirikan dengan : kemampuan seseorang untuk

mengatakan yang sebenernya diminta atau tidak diminta tanpa kepentingan apa

pun.

Bagaimana menanamkan sifat kejujuran terhadap anak dalam keluarga?

Jujur merupakan salah satu dari empat sifat Rasulullah Saw. Yang selalu

diupayakan terhadap siapa saja, dimana pun dalam segala hal. Sifat kejujuran

perlu ditanamkan oleh orang tua terhadap anak-anak kita sejak usia dini dalam

keluarga maupundi masyarakat. Hilangnya sifat kejujuran akan menimbulkaan

saling curiga di antara kita, sehingga membuat hidup tidak tenteram .

menanamkan sifat kejujuran dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan

kemampuan orang tua dan anak-anak kita untuk mengupayakan dan mengatakan

yang sebenernya serta mendorong orang lain juga untuk berbuat yang sama.

Menerapkan kejujuran dari orang tua terhadap anak- anak sebaiknya

dilakukan dengan enam cara, yaitu : (1)peneladanan, (2) penyontohan, (3)

keterlibatan, (4) penguatan, (5) kebersamaa, dan (6) membicarakannya. Kejujuran

harus bersifat utuh, tidak bisa sebagian atau sementara. Dalam sikap kujujuran

tidak ada plus-minus, kurang jujur atau terlalu jujur. Karenanya, tidak ada istilah

agak jujur. Misalnya orang tua itu agak jujur disbanding temenya, dengan

ungkapan ini kejujuran tidak bersifat utuh, jadi mana bisa separo jujur separo lagi

kurang atau tidak jujur. Dari pertanyaan- pertanyaan itu kita dapat memperhatikan

bagaimana anak-anak kita menjawab pertanyaan kita dengan mengungkapkan

kata- kata, raut muka atau fakta yang sebenarnya. Kalau kelihatannya ada perilaku

tidak jujur,maka kita sebagai orang tua segera memberi peringatan dan sampaikan

dalam hal apa anak-anak kita tidak berlaku jujur. Setelah itu, kita harus

memotivasi anak-anak kita agar senantiasa berlaku jujur terhadap siapa saja, di

mana pun dalam segala hal.

4. Tenggangrasa

Apa yang dimaksud dengan Tenggangrasa? Tenggangrasa adalah

menyadari bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya, keinginan dan

kebutuhannya. Bagaimana ciri-ciri manusia memiliki sikap Tenggangrasa dapat

dicirikan dengan: kemampuan seseorang untuk menghargai perbedaan dan

menjaga kerukunan serta mendengar orang lain sebelum menyatakan mendapat.

Bagaimana menanamkan sikap tenggangrasa pada anak dalam keluarga?

Tenggangrasa melahirkan kerukunan antar manusia umat beragama di masyarakat

dalam memahami perbedaan dan mengerti perasaan umat atau orang lain. Sikap

tenggangrasa ini perlu ditanamkan sejak kecil oleh orangtua kepada anak-anaknya

dalam keluarga, agar anak-anak kita mempunyai kepekaan terhadap sesama dan

lingkungan sekitarnya. Dengan adanya sikap tenggangrasa di antara kita akan

terjalin kedamaian.

Melalui cara-cara ini sesungguhnya kita selaku orang tua telah berhasil

menanamkan sikap tenggangrasa kita kepada anak-anak. Kebiasaan-kebiasaan

kita mengunjungi orang sakit membantu orang yang kena musibah atau suka

mendengar keluhan anak-anak kemudian mendiskusikan keluhan itu akan

memberi penguatan bagi keperibadian anak-anak kita agar memiliki sikap

tenggangrasa.

5. Bersyukur

Apakah yang dimaksud dengan bersyukur ? bersyukur adalah menerima

apa adanya dan menggunakan segala sesuatu itu sesuai dengan peruntukannya.

Bagaimana ciri-ciri orang bersyukur orang bersyukur dapat dicirikan dengan:

kemampuan seseorang untuk berterima kasih kepada siapa pun atas pemberian

tanpa mengingkari dan selalu menggunakan pemberian itu sesuai peruntukannya.

Menanamkan sikap bersyukur dalam kehidupan keluarga, berkaitan dengan

kemampuan orangtua dan anak-anak kita untuk selalu menerima apa adanya

setiap pemberian dan membiasakan mengucapkan terima serta menggunakan

pemberian itu sesuai dengan peruntukannya tanpa mengingkari sedikit pun.

6. Berperilaku Rajin

Apakah yang dimaksud dengan berperilaku rajin? Berperilaku rajin adalah

menyediakan waktu dan tenaga dalam menyelesaikan tugas dengan berusaha

untuk mendapatakan hasil yang terbaik. Bagaimana ciri-ciri orang yang

berperilaku rajin? Orang rajin dicirikan dengan: melakukan tugas dengan baik dan

benar, selalu menyediakan waktu untuk menyelesaikan tugas serta bertanggung

jawab atas perkerjaan yang diamanahkan atau bukan. Bagaimana menumbuhkan

perilaku rajin pada anak dalam keluarga ? ada pepatah mengatakan “rajin pangkal

pandai hemat pangkal kaya’’. Pepatah ini masih perlu dijadikan motivasi bagi

anak-anak kita supaya terus berupaya memiliki sifat rajin . orangtua yang bijak

senantiasa memerhatikan kecenderungan menjadi pemalas, kewajiban kita

memotivasi anak supaya menjadi anak yang berperilaku rajin. Menumbuhkan

sifat berperilaku rajin dalam kehidupan keluarga, berkaitan dengan kemampuan

orangtua dan anak-anak, agar selalu berusaha dengan melakukan tugas dengan

baik dan benar, selalu menyediakan waktu untuk menyelesaikan tugas serta

bertanggung jawab atas perkerjaan.

Menerapkan perilaku rajin dari orangtua terhadap anak-anak sebaikanya

dilakukan dengan enam cara, yaitu: (1) peneladanan, (2) penyontohan, (3)

keterlibatan, (4) penguatan, (5) kebersamaan, dan (6) membicarakannya.

7. Kesalehan

Apakah yang dimaksud dengan kesalehan ? nilai kesalehan adalah moral

yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang benar secara konsisten. Bagaimana

cirri-ciri kesalehan ? kesalehan dapat dicirikan dengan: kemampuan seseorang

yang selalu menjaga diri dari perilaku yang tidak baik. Bersih lahir batin dan batin

serta ingin memperlakukan orang lain seperti dirinya ingin diperlakukan.

Bagaimana menanamkan citra kesalehan pada anak dalam keluarga? Kesalehan

merupakan nilai moral yang tinggi dalam keberagamaan seseorang. Sekarang ini

muncul tuntutan masyarakat terhadap seseorang akan adanya kesalehan social.

Karenanya perilaku kesalehan tidak hanya dinikmati oleh dirinya sendiri, tetapi

harus dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini perlu menjadi perhatian kita

selaku orangtua untuk menanamkan citra kesalehan itu terhadap anak-anak yang

menjadi tanggung jawab kita.

Menanamkan citra kesalehan dalam kehidupan keluarga, berkaitan dengan

kewajiban orangtua terhadap anak-anaknya agar tetap menjadi diri dari perilaku

yang baik serta memperlakukan orang lain seperti dirinya ingin diperlakukan.

Melalui cara-cara ini sesungguhnya kita selaku orang tua telah menanamkan citra

kesalehan kepada anak-anak, sehingga akan menjadi kebiasaan-kebiasaan yang

selalu dilakukan,kapan saja dan di mana pun juga terhadap siapa pun dalam hidup

dan kehidupan.

8. Ketaatan

Apakah yang dimaksud dengan ketaatan ? dengan ketaatan adalah segera

dan senang hati melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Bagaimana ciri-ciri ketaatan? Ketaatan dapat dicirikan dengan: menjalankan

kewajiban agama mengikuti aturan, melaksanakan perkerjaan dengan segera dan

senang hati lebih dari yang diharapkan.

Bagaimana percerminan sikap ketaatan pada anak dalam keluarga?

Ketaatan merupakan sikap terpuji sebagai pencerminan dari orang yang

mempunyai akhlakulkarimah. Setiap orang mendambakan anak-anaknya menjadi

orang yang taat, baik kepada orangtua maupun tuhannya sang penciptanya.

Sebaliknya orangtua menanamkan sifat ketaatan ini sejak usia dini yang dimulai

dari keluarga. Pencerminan sikap ketaatan dalam kehidupan keluarga, berkenaan

dengan sikap dan perilaku ornagtua atau anak-anak dapat menjalankan kewajiban

agama, mengikuti aturan, melaksanakan perkerjaan dengan segera dan senang hati

lebih dari yang diharapkan. Pencerminan sikap ketaatan bisa awali dalam keluarga

dengan memperhatikan kebiasaan anak-anak kita dalam menjalankan ibadah

sebagai kewajibannya terhadap tuhannya.

9. Suka Menolong

Apakah yang dimaksud dengan suka menolong adalah kebiasaan

membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Bagaimana ciri-ciri orang

suka menolong? Orang yang suka menolong? Orang yang suka menolong dapat

dicirikan dengan: kesukaan seseorang dalam membantu, berkorban bagi orang

lain tanpa mengharapkan imbalan orang yang dibantunya. Bagaimana

menanamkan sifat suka menolong pada anak dalam keluarga ? sabda Rasulullah

Saw mengatakan bahwa “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah’’. Orang

yang memberi lebih baik daripada orang yang dibantu”. Kalimat ini dapat

diartikan, bahwa orang yang suka membantu lebih baik daripada orang yang

dibantu. Membantu orang lain yang dilandasi dengan keikhlasan sebagai cerminan

dari ajaran agama sangat disukai Allah. Seseorang yang suka membantu orang

lain, Allah akan memberi balasan lebih dari apa yang dikeluarkan orang itu.

Menanakam sifat suka membantu dalam kehidupan keluarga, berhubungan

dengan kemauan orang tua dan anak-anaknya untuk selalu siap mengulurkan

tangan dalam membantu orang lain tanpa pamrih, tidak berharap mendapat

imbalan dari orang yang dibantunya.

10. Sikap peduli

Apakah yang dimaksud dengan sikap peduli ? sikap peduli adalah

menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Bagaimana ciri-ciri orang

peduli? Kepedulian dapat dicirikan dengan, upaya mengakui keberadaan dan

merasakan penderitaan orang lain untuk memberikan bantuan tanpa membedakan

suku, agama dan perbedaan gender.

Bagaimana menumbuhkan sikap kepedulian pada anak dalam keluarga ?

sikap peduli terhadap sesama umat manusia dalam agama manapun selalu dinilai

baik. Sebaikanya setiap anggota keluarga atau masyarakat mempunyai sikap

kepedulian terhadap siapa saja tanpa membendakan suku, agama dan gender,

dengan adanya kepedulian terhadap sesama akan melahirkan keseimbangan hidup

dalam keberagamaan seseorang untuk mendapatkan keridaan dari Allah Swt.

Menumbuhkan sikap peduli dalam kehidupan keluarga, berkenaan dengan

bimbingan orang tua terdapat anak-anak agar mengakui keberadaan dan

merasakan penderitaan orang lain untuk memberikan bantuan tanpa membedakan

suku, agama dan perbedaan gender. Keberadaan manusia di dunia pasti berbeda

dalam segala hal. Begitupun dalam hidup di masyarakat akan diwarnai oleh

perbedaan secara social, ekonomi, budaya dan agama. Bagaimana kita dapat

peduli terhadap perbedaan itu dalam keluarga maupun dimasyarakat .

BAB III

KESIMPULAN

Telah sering kita keluhkan bahwa karakter bangsa ini telah terpuruk begitu

dalam. Tingginya tingkat korupsi, rendahnya etika, moralitas, dan kedisiplinan di

kalangan pejabat dan penyelenggara negara adalah indikasi yang sangat jelas. Di

dunia pendidikan ada fenomena tawuran antarpelajar atau mahasiswa, perjokian

dalam seleksi masuk ke perguruan tinggi, ujian nasional, korupsi proyek-proyek

pendidikan, dan juga plagiasi karya ilmiah oleh mahasiswa maupun dosen. Itu

semua tidak lain kecuali sebagai salah satu akibat dari belum berhasilnya

implementasi pendidikan karakter yang selama ini dibebankan pada pelajar-

pelajar seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila (PMP),

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dan

sejenisnya.

Dengan demikian, sudah pasti ada sesuatu yang salah dalam upaya kita

dalam mengelola pendidikan karakter. Entah itu dalam hal persepsi, kebijakan,

maupun pelaksanaannya. Oleh karenanya, harus ada revitalisasi pendidikan

karakter, mulai dari tingkat dasar hingga universitas/perguruan tinggi. Pendidikan

karakter harus masuk dalam arus utama sistem pendidikan kita.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat penting

diterapkan terutama di lingkungan anak-anak, karena pada masa anak-anak

tersebut daya tangkap dan ingatnya sangatlah tinggi. Kemungkinan pada masa itu

juga, pendidikan yang diberikan sangat cepat untuk dinalar dan diterapkan oleh

generasi bangsa kita. Untuk itu pendidikan karakter sangat efektif diberikan oleh

masa anak-anak. Dengan adanya pendidikan karakter ini, mampu membangun

aktifitas-aktifitas yang sangat positif kepada generasi muda kita yaitu sebagai

penerus negerasi bangsa.

Karakter yang baik merupakan karakter yang memiliki aktifitas positif dan

bermanfaat bagi diri sendiri terutama dan juga bermanfaat bagi masyarakat

sekitar. Sebuah karakter dapat pula bermanfaat menjunjung nama baik bangsa kita

jika masyarakatnya memiliki prestasi yang membanggakan. Prestasi tersebut bisa

didapat melalui kegiatan apa saja yang melibatkan hubungan internasional. Maka

dari itu pendidikan karakter dibutuhkan dan wajib diterapkan oleh pihak

pemerintahan juga.

Daftar Pustaka

Mu’in,Farchul.2011.Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik.

Jogjakarta:Ar –Ruzz Media

Muslich,Masnur. 2011.Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis

multidimensial. Jakarta: Bumi Aksara

Rosyadi, A Rahmat.2013.Pendidikan islam dalam pembentukan karakter anak

usia dini, Jakarta: Rajawali

Wibowo,Agus. Januari 2012. Pendidikan Karakter strategi membangun karakter

bangsa berperadaban: Pustaka Pelajar

www.http://karaktersejati.blogspot.com/2014/08/definisi-karakter-menurut-

ahli.html