makalah pendidikan karakter
DESCRIPTION
Makalah ini merupakan makalah tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran matematikaTRANSCRIPT
MAKALAH
METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENGEMBANGAN KARAKTER
MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Kelompok 9
Eprina Eksa Gutami 11301241006
Arung Mega R 11301241017
Rini Wulandari 11301241020
Arifta Nurjanah 11301241023
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
0
PENGEMBANGAN KARAKTER
MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Setiap individu memerlukan kemampuan
maupun karakter strategis agar sukses dalam menyelesaikan berbagai masalah dan
menghadapi berbagai tantangan, baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan
pribadi. Untuk menggapai kesuksesan tidak hanya diperlukan kemampuan
intelektual semata, tetapi juga dibutuhkan karakter yang baik. Menyadari akan hal
tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan
sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Karakter individu sangat mendukung kesuksesan di masa depan, oleh karena
itu mutlak diperlukan pendidikan karakter. Bagi Indonesia sekarang ini,
pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik
dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta
keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih
baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata
lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran,
tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang
tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di
tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama,
serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme.
Institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
karakter siswa melalui pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
1
bangsa. Oleh karena itu diperlukan penjabarkan dan pengimplementasian dalam
praktik pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika. Pembelajaran
matematika harus dirancang dengan baik sedemikian sehingga dapat digunakan
sebagai wahana dalam membelajarkan karakter positif siswa. Melalui
pembelajaran matematika dapat ditanamkan kepada siswa berbagai karakter
positif, seperti kemampuan berpikir kritis, logis, cermat, analitis, runtut,
sistematis, dan konsisten dalam bersikap.
B. Tinjauan Sejarah Pendidikan Karakter
Akhir-akhir ini, pendidikan karakter tengah menjadi topik perbincangan
menarik baik di sekolah-sekolah maupun di kampus-kampus. Namun, dibalik
blooming-nya pendidikan karakter, tidak banyak yang tau siapa yang mula-mula
memperkenalkan atau mencetuskan pendidikan karakter ini. Sebagian sejarawan
mengatakan bahwa pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966) merupakan orang
yang mula-mula memperkenalkan pendidikan karakter. Foerster mengemukakan
konsep pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses
pembentukan pribadi sebagai reaksinya atas kemujudan pedagogi natural
Rousseauin dan instrumentalisme pedagogis Devweyan (Agus Widodo, 2012).
Foerster (dalam Doni Koesoma A., 2009) mengungkapkan bahwa tujuan
pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan
esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Karakter
merupakan sesuatu yang mengualifikasi pribadi seorang. Karakter menjadi
identitas mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Sebagai aspek
terpenting dalam pembentukan karakter, pendidikan harus mampu mendorong
anak didik melakukan proses pendakian terjal (the ascent of man). Hal itu
dikarenakan dalam diri anak didik terdapat dua dorongan untuk mempertahankan
diri dalam lingkungan eksternal yang ditandai dengan perubahan cepat, serta
dorongan mengembangkan diri atau dorongan untuk terus belajar guna mencapai
cita-cita tertentu. Ketika anak didik telah mampu menyeimbangkan dua dorongan
esensial itu, maka ia akan menjadi pribadi dengan karakter yang matang. Dari
kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.
2
C. Pengertian Pendidikan Karakter
Thomas (dalam Agus Widodo, 2012) mendefinisikan karakter sebagai sifat
alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya.
Suyanto (dalam Agus Widodo, 2012) mendefinisikan karakter sebagai cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sementara pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
Tadkirotun (dalam Agus Widodo, 2012) memandang karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (atitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations),
dan keterampilan (skills). Adapun pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah, yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut. Secara ringkas pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai:
"The deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character
development".
Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Sementara pendidikan karakter adalah
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta
didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
Berbagai pendapat tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda, meski
demikian terdapat kesamaan bahwa karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam
diri seseorang yang menjadi sifat seseorang tersebut. Sedangkan pendidikan
karakter adalah pendidikan yang mengembangkan karakter- karakter luhur kepada
3
anak didik sehingga mereka akan memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan
dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik di dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dengan demikian pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai
suatu penyelenggaraan pendidikan yang berlandaskan karakter.
D. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Said Hamid H., dkk (2010), tujuan pendidikan budaya dan karakter
bangsa adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia
dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Sofan Amri, dkk. (2011) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik juga mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nlai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
4
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang berakhlak mulia dan mampu menggunakan, mengkaji, dan
menginternalisasi pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari.
E. Prinsip Pendidikan Karakter
Menurut Character Education Partnership (2010), 11 prinsip pendidikan
karakter adalah sebagai berikut.
1. Komunitas sekolah mempromosikan nilai-nilai etika dan kinerja inti sebagai
landasan karakter yang baik.
2. Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif mencakup pikiran,
perasaan, dan tindakan.
3. Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif
untuk pengembangan karakter.
4. Sekolah menciptakan komunitas yang peduli.
5. Sekolah memberikan siswa kesempatan untuk melakukan perbuatan bermoral.
6. Sekolah menawarkan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang
yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter mereka,
dan membantu mereka dalam mencapai keberhasilan.
7. Sekolah mendorong motivasi diri siswa.
8. Staf sekolah adalah komunitas belajar etis yang berbagi tanggung jawab atas
pendidikan karakter dan mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang
membimbing siswa.
9. Sekolah menumbuhkan kepemimpinan bersama dan dukungan jangka panjang
dari inisiatif pendidikan karakter.
10. Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter.
11. Sekolah secara teratur menilai iklim dan budaya, fungsi staf sebagai karakter
pendidik, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
5
Menurut Said Hamid H., dkk (2010), 4 prinsip yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter bangsa adalah sebagai berikut.
1. Berkelanjutan
Berkelanjutan berarti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter bangsa
merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk
sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Proses tersebut dimulai dari kelas
1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau
kelas akhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter di SMA merupakan
kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun tersebut. Sedangkan
pendidikan karakter di Perguruan tinggi merupakan penguatan dan
pemantapan pendidikan karakter yang telah diperoleh di jenjang SMA.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah
Proses pengembangan nilai-nilai karakter bangsa dilakukan melalui setiap
mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
Prinsip ini mengandung makna bahwa materi nilai karakter bukanlah bahan
ajar biasa, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan seperti halnya ketika
mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata
pelajaran. Namun, materi pelajaran digunakan sebagai bahan atau media untuk
mengembangkan nilai-nilai karakter. Konsekuensi dari prinsip ini adalah nilai-
nilai karakter tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Meskipun
demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang
sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan
Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan
prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang ditunjukkan kepada
peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan
dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang.
F. Pengembangan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika
6
Pendidikan karakter diimplementasikan pada semua mata pelajaran, tidak
terkecuali pada mata pelajaran matematika. Porsi jam pelajaran matematika sejak
SD sampai dengan SMA diberikan lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran lain, tentu hal ini akan menjadi wahana yang tepat untuk
mengembangkan karakter pada peserta didik.
Menurut profesor matematika, Alan Schonfeld (melalui Agung Prabowo &
Pramono Sidi), dalam matematika yang penting bukanlah kemampuan, tetapi
lebih kepada sikap. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tanpa pengetahuan
awal tentang matematika yang memadai, seseorang bisa sukses dalam
matematika, asalkan ia mempunyai karakter dan sikap hidup yang mendukung
dalam belajar matematika.
Dengan mengembangkan pendidikan karakter dalam pembelajaran
matematika, maka pembelajaran matematika tidak lagi untuk mendukung
pengembangan ranah kognitif saja tetapi juga mengembangkan ranah afektif dan
psikomotorik. Pembelajaran matematika tidak hanya berfokus pada pemerolehan
pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan dan membentuk karakter siswa.
Menurut Ali Mahmudi (2011), pembelajaran matematika secara implisit maupun
eksplisit, dapat membelajarkan berbagai karakter positif, seperti kemampuan
berpikir kritis, logis, cermat, analitis, runtut, sistematis, dan konsisten dalam
bersikap, bahkan untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Menurut Ali Mahmudi (2011), aspek-aspek karakter yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika secara umum dapat dibedakan
menjadi dua macam, yakni aspek-aspek karakter dalam pendidikan secara umum
(juga yang berkembang secara umum di masyarakat) dan aspek-aspek karakter
dalam matematika (juga dalam pendidikan matematika). Sebagai contoh, ketika
guru mengharuskan siswa untuk bertindak jujur dalam mengerjakan tes, maka
nilai-nilai kejujuran yang berasal dari nilai-nilai pendidikan secara umum telah
dikenalkan guru kepada siswa. Sedangkan ketika siswa mendeskripsikan dan
membandingkan beberapa pembuktian yang berbeda dari suatu teorema, nilai-
nilai karakter dalam matematika telah dikenalkan dan dilatihkan pada siswa.
Dalam implementasinya, pendidikan karakter tidak diajarkan, tetapi
dikembangkan dalam pembelajaran. Tidak ada pokok bahasan khusus mengenai
7
pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika. Namun, pokok-pokok
bahasan yang terdapat dalam pembelajaran matematika digunakan sebagai bahan
atau media untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. Guru tidak perlu
menambah jam dan mengubah pokok bahasan yang sudah ada, cukup dengan
menggunakan materi pokok bahasan tersebut untuk mengembangkan nilai-nilai
karakter.
Berikut ini diberikan beberapa contoh pengembangan karakter dalam
pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika terdapat kesepakatan
(definisi) dan aturan (teorema) yang harus ditaati. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ali Mahmudi (2011), konsistensi penggunaan kesepakatan dan aturan ini erat
sekali dengan sikap dan karakter seseorang. Karakter yang dimaksud adalah taat
dan disiplin. Sementara berbagai karakter lain seperti logis, kritis, kreatif,
sistematis, konsisten, cermat, dan teliti dapat ditumbuhkan melalui penyelesaian
soal atau pemecahan masalah. Ketika dalam proses pengerjaan soal, siswa berlatih
untuk berfikir logis dan kritis. Penyelesaian soal yang memerlukan keruntutan
langkah akan mengembangkan karakter siswa dalam berfikir sistematis dan
konsisten. Selanjutnya ketika siswa mencoba menemukan cara penyelesaian yang
lain, maka secara tidak langsung karakter kritis dan kreatif akan tertanam dalam
diri siswa. Sebagai langkah terakhir setelah selesai mengerjakan soal, siswa
memastikan kebenaran jawabannya sehingga siswa dapat berlatih untuk bertindak
cermat dan teliti.
Menurut Ali Mahmudi (2011), berbagai karakter positif akan lebih efektif
ditumbuhkembangkan dalam konteks sosial, melalui diskusi kelas. Siswa akan
lebih mudah mencapai pemahaman pada banyak topik matematika jika mereka
diberikan kesempatan untuk bekerja sama secara berpasangan atau melalui diskusi
kelompok kecil. Karakter-karakter positif dalam pembelajaran matematika juga
dapat dikembangkan dengan berbagai cara lain, seperti dalam pemecahan
masalah, pengenalan karakter positif tokoh-tokoh matematika, memberikan
pertanyaan-pertanyaan terbuka, memberikan soal-soal non-rutin, dan lain
sebagainya.
Dalam mengembangkan karakter diperlukan proses panjang dan
pembiasaan. Pembiasaan juga tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya
8
keteladanan. Seorang guru atau pendidik harus mampu memberikan teladan
kepada siswanya. Pujian, teguran, penghargaan, maupun sanksi dapat menjadi
cara yang efektif untuk menguatkan karakter dalam diri siswa. Pemberian pujian
dan penghargaan kepada siswa yang berperilaku positif dapat menjadi bentuk
penyemangat dan motivator untuk menjadi lebih baik. Sedangkan teguran dan
sanksi kepada siswa yang melanggar dapat mencegah perilaku negatif. Maka dari
itu, pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan secara
konsisten agar siswa terbiasa hingga karakter-karakter tersebut melekat dalam diri
siswa.
Hal terpenting dalam pencapaian pendidikan karakter adalah tertanamnya
karakter positif dalam diri siswa. Meskipun dapat ditentukan indikator-indikator
untuk kemudian diberikan skor secara kuantitatif, namun pada dasarnya penilaian
karakter bersifat kualitatif.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran matematika harus direncanakan dengan baik sehingga dapat
digunakan sebagai media dalam mengembangkan karakter positif siswa.
Berdasarkan standar proses pembelajaran pada implementasi Kurikulum 2013,
maka guru harus melaksanakan 3 tahapan yaitu:
1. kegiatan pendahuluan
2. kegiatan inti
3. kegiatan penutup.
a. Pendahuluan
1. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan
pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah
mempersiapkan siswa baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
2. Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan
terkait materi pembelajaran baik materi yang telah siswa pelajari serta
materi-materi yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran
tersebut.
9
3. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa
untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan
sehingga dengan demikian mereka akan belajar tentang suatu materi,
kemudian langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan
pembelajaran atau KD yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.
4. Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline
cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan
dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang
diberikan.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan Inti pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai
dapat diraih. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: (1) melakukan
observasi; (2) bertanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasikan
informasi-informasi yang telah diperoleh; (5) dan mengkomunikasikan hasilnya.
Berikut ini merupakan contoh penerapan dari kelima tahap kegiatan ini pada
proses pembelajaran :
1. Melakukan observasi (melakukan pengamatan)
Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegitan seperti:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. (contoh nilai
yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama).
2. Bertanya
Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai
apapun yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Penting bagi
guru untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar bisa mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan yang dimaksud di sini berkaitan dengan pertanyaan dari
hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak baik berupa
10
fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan dapat
pula yang bersifat faktual hingga pada pertanyaan yang bersifat hipotetik. ( contoh
nilai yang ditanamkan : berani, berfikir logis, kritis, kreatif)
3. Mengumpulkan dan mengasosiasikan informasi
Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya
adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan
bermacam cara. Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak,
mengamati fenomena atau objek dengan lebih teliti, atau bisa juga melaksanakan
eksperimen. Berdasarkan kegiatan-kegiatan inilah pada akhirnya akan
dikumpulkan banyak informasi.
Informasi yang banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan
berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan
menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan. ( contoh nilai yang ditanamkan : berpikir
kritis, logis, sistematis, kreatif, teliti)
4. Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita tentang
apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan
dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. (contoh
nilai yang ditanamkan: berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat
orang lain, bertanggung jawab)
c. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman atau simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan:
mandiri, kerjasama, kritis, logis);
11
2. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang
ditanamkan: jujur, mengetahuikelebihan dan kekurangan);
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
(contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun,
kritis, logis);
4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik; dan menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
Apabila prosedur pelaksanaan pembelajaran tersebut terlaksana secara efektif
maka secara tidak langsung akan tertanam karakter – karakter yang terkandung di
dalam proses pembelajaran tersebut. Karakter – karakter tersebut akan melekat
pada diri siswa tanpa disadari.
H. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Karakter
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Tingkat Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/2
Materi : Bangun Ruang
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
I. Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan
bagian bagiannya serta menentukan ukurannya.
II. Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan
limas serta bagian-bagiannya.
III. Indikator :
12
a. Kognitif
1. Menamai jenis-jenis polihedron.
2. Mengidentifikasi bidang sisi polihedron.
3. Menamai titik sudut polihedron.
4. Menamai rusuk polihedron.
5. Menamai bidang sisi polihedron.
6. Menentukan banyaknya titik sudut polihedron.
7. Menentukan banyaknya rusuk polihedron.
8. Menentukan banyaknya bidang sisi polihedron.
9. Menentukan banyaknya sisi pada masing-masing bidang sisi polihedron.
10. Menerapkan Formula Euler dalam menentukan banyaknya bidang sisi,
rusuk atau titik sudut polihedron.
11. Menentukan hubungan antara banyaknya sisi pada setiap bidang sisi
polihedron dengan banyaknya bidang sisi dan rusuk polihedron.
b. Afektif
1. Karakter
a) Dapat dipercaya (K1)
b) Menghargai (K2)
c) Tanggung jawab individu (K3)
d) Tanggung jawab sosial (K4)
e) Adil (K5)
f) Peduli (K6)
2. Keterampilan Sosial
a) Bertanya
b) Memberikan ide atau pendapat
c) Menjadi pendengar yang baik
d) Kerja sama
IV. Tujuan Pembelajaran :
a. Kognitif
1. Diberikan berbagai macam polihedron, siswa dapat menamai semua
bangun-bangun tersebut.
13
2. Diberikan berbagai macam polihedron, siswa dapat mengidentifikasi
bidang sisi dari
3. semua polihedron yang diberikan.
4. Diberikan sebuah polihedron, siswa dapat menamai semua titik sudutnya.
5. Diberikan sebuah polihedron, siswa dapat menamai semua rusuknya.
6. Diberikan sebuah polihedron, siswa dapat menamai semua bidang sisinya.
7. Diberikan berbagai macam polihedron, siswa dapat menentukan
banyaknya titik sudut
8. dari semua polihedron yang diberikan.
9. Diberikan berbagai macam polihedron, siswa dapat menentukan
banyaknya rusuk dari
semua polihedron yang diberikan.
10. Diberikan berbagai macam polihedron, siswa dapat menentukan
banyaknya bidang sisi dari semua polihedron yang diberikan.
11. Diberikan berbagai macam polihedron, siswa dapat menentukan
banyaknya sisi pada masing-masing bidang sisi dari semua polihedron
yang diberikan.
12. Siswa dapat menerapkan Formula Euler untuk menentukan banyaknya
bidang sisi, rusuk dan titik sudut polihedron.
13. Siswa dapat menentukan hubungan antara banyaknya sisi pada setiap
bidang sisi polihedron dengan banyaknya bidang sisi dan rusuk
polihedron.
b. Afektif
1. Karakter
Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, dan siswa diberi
kesempatan
melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter:
a) Dalam proses pembelajaran, siswa dapat dilatihkan karakter dapat
dipercaya.
b) Diantaranya siswa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan
tugas yang diberikan,menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.
14
c) Dalam proses pembelajaran, siswa dapat dilatihkan karakter menghargai.
Diantaranya
d) siswa memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan dan hormat, peka
terhadap perasaan orang
e) lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru, tidak
pernah mempermalukan teman/guru.
f) Dalam proses pembelajaran, siswa dapat dilatihkan karakter tanggung
jawab individu.
g) Diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dapat
dipercaya/diandalkan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan
orang lain atas perbuatannya.
h) Dalam proses pembelajaran, siswa dapat dilatihkan karakter tanggung
jawab sosial.
Diantaranya siswa mengerjakan tugas kelompok untuk kepentingan
bersama, secara suka rela membantu teman/guru.
i) Dalam proses pembelajaran, siswa dapat dilatihkan karakter adil.
Diantaranya siswa
tidak pernah curang, menyontek hasil kerja siswa/kelompok lain,
bermain/berbuat berdasarkan aturan.
j) Dalam proses pembelajaran, siswa dapat dilatihkan karakter peduli.
Diantaranya siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk
membantu siswa/guru yang membutuhkan.
2. Keterampilan Sosial
Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, dan siswa diberi
kesempatan
melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan keterampilan
sosial:
a) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.
b) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau
pendapat.
c) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang
baik.
15
d) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas
kelompok.
V. Model Pembelajaran:
Cooperative Learning
VI. Alat/Bahan:
Beberapa contoh model polihedron, alat tulis, buku pegangan siswa dan guru
matematika kelas VIII
VII. Materi Pembelajaran:
Bangun ruang balok, prisma, limas
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN Karakter/ketrampilanAlokasi
waktu
Pendahuluan 1. Melakukan pembukaan dengan
salam pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran
2. Memeriksa kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
4. Melakukan apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan untuk
memotivasi siswa melalui kegiatan
permainan tebak-tebakan, yaitu
seorang siswa diminta mengamati
sebuah bangun ruang segi-n
beraturan dan setelah itu harus
menjawab pertanyaan “yes-no
question” dari siswa lain tentang
bangun ruang tersebut dan siswa lain
diharapkan dapat menebak nama
Dengan kegiatan ini,
siswa dilatihkan untuk
menjadi pendengar
yang baik, menghargai
dan peduli terhadap
orang
lain, serta bertanggung
jawab secara individu.
Dengan kegiatan
permainan “yes-no
question”, siswa
10 menit
16
bangun ruang tersebut. Dapat
dimulai dengan bangun yang sudah
dikenal baik oleh siswa yaitu kubus.
Misalnya apakah mempunyai 12
titik, apakah bidang sisinya berupa
segi empat, dan lain-lain
5. Membentuk kelompok siswa yang
terdiri dari 4 siswa heterogen
( dengan menerapkan prinsip tidak
membedakan tingkat kemampuan
berpikir, jenis
diminta untuk aktif
bertanya,
mengemukakan
pendapat (ide), dapat
dipercaya dan
bertanggung
jawab secara individu.
Inti 1. Guru membagikan seperangkat LKS
bagun ruang
2. Siswa diminta mengerjakan
LKS Bangun Ruang secara
kelompok
3. Guru berkeliling kelas untuk
membimbing bagi siswa yang
membutuhkan bantuan
4. Siswa membaca dan mengerjakan
soal yang diberikan dengan
mendiskusikannya dengan
kelompoknya. (mengamati,
menanya, mencoba)
5. Siswa dalam setiap kelompok
diminta untuk mengamati hasil
diskusi kemudian dengan
menggunakan penalarannya, siswa
diarahkan untuk membuat
kesimpulan. (mengamati, menalar,
komunikasi)
6. Guru membantu untuk mengarahkan
Siswa dilatihkan
mampu bekerja
sama, bertanggung
jawab
secara individu dan
sosial,
dapat dipercaya, peduli
dan menghargai orang
lain
60 menit
17
siswa dalam menemukan sendiri
sifat-sifat balok, prisma, limas.
(mengamati, menalar,
menemukan)
7. Setiap kelompok diberi kesempatan
untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas
8. Siswa lain diberikan kesempatan
untuk menanggapi tentang hasil
presentasi baik itu berupa
pertanyaan, sanggahan, membantu
teman yang didepan apabila
mengalami kesulitan, menjawab
pertanyaan siswa yang lain dan juga
menyampaikan pendapat apabila
memiliki jawaban yang berbeda.
(menanya, komunikasi)
9. Siswa diarahkan untuk mempelajari
contoh – contoh soal yang lain di
buku sumber, contoh kasus dan
alternatif penyelesaiannya yang
terkait dengan masalah sehari – hari.
(mengamati, menalar)
10. Siswa menyimpulkan tentang sifat –
sifat polihedron dan ditulis di papan
tulis.
11. Guru membenarkan dan
menjelaskan apabila terdapat
kesalahan.
12. Siswa diberikan 2 soal tentang sifat
– sifat balok, prisma, limas secara
individual siswa diminta untuk
Dengan kegiatan
presentasi, siswa
dilatihkan untuk
beranib erpendapat, aktif
bertanya, menjadi
pendengar yang
baik, peduli, menghargai,
serta bertanggung jawab
secara sosial.
Melalui kegiatan ini,
siswa dilatihkan untuk
berpikir kritis,
mengemukakan
pendapat, menjadi
pendengar yang
baik, bertanggung jawab
secara individu dan
sosial.
18
menyelesaikannya.(menalar,
mencoba, komunikasi)
Selama pembelajaran berlangsung guru
mengamati sikap siswa dalam
pembelajaran yang meliputi sikap :
disiplin, rasa percaya diri, berperilaku
jujur, tangguh mengahadapi masalah,
tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli
lingkungan.
Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
2. Siswa diminta mengerjakan Lembar
Penilaian Bangun Ruang secara
individu
3. Guru memberikan PR kepada siswa
untuk mempelajari materi
selanjutnya.
4. Siswa diminta untuk mengisi
Lembar Penilaian Diri secara
individu
5. Guru menutup pembelajaran dengan
berdoa.
Dengan kegatan ini,
siswa dilatihkan untuk
berani
berpendapat,
menghargai orang lain,
serta bertanggung jawab
secara individu.
Dengan mengerjakan
Lembar Penilaian
Bangun Ruang, siswa
dilatihkan karakter
dapat dipercaya dan
bertanggung jawab
secara individu dan
sosial, adil .
Dengan mengisi
Lembar Penilaian Diri,
siswa dilatihkan untuk
dapat dipercaya.
10 menit
Lembar Kerja Siswa
19
Selidikilah keenam polihedron yang diberikan pada tabel. Untuk setiap bangun
ruang
tersebut, tentukan banyaknya bidang sisi, rusuk, dan titik sudut. Tulislah hasilmu
pada
tabel di bawah ini!
Polihedron BanyaknyaSisi/rusukpada tiap
bidang sisi
BanyaknyaBidang sisi
Banyaknya titik
sudut
Banyaknya
rusuk
Kubus
Limas segitiga
(tetrahedron)
Limas segiempat
Limas segilima
20
Limas segi-n
Prisma segitiga
Prisma segiempat
Prisma segilima
Prisma segi n
1) Perhatikan bangun tetrahedron pada tabel di atas. Tentukan jumlah dari
banyknya bidang
sisi dan banyaknya titik sudut. Bagaimana hubungan antara jumlah tersebut
dengan
banyaknya rusuknya?
2) Apakah hal tersebut juga berlaku untuk bangun ruang yang lain?
3) Jumlahkan banyaknya bidang sisi dan banyaknya titik sudut untuk bangun
ruang yang lain.
Bandingkan hasil penjumlahan tersebut dengan banyaknya rusuk. Apakah ada
aturan
21
yang kamu temukan yang berlaku untuk semua bangun ruang?
4) Apakah ada hubungan antara jumlah bidang, titik sudut, dan rusuk bangun
ruang?
1. Evaluasi Pencapaian Belajar
Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak hanya
mengukur pencapaian akademik atau kognitif siswa, tetapi juga mengukur
perkembangan kepribadian siswa. Bahkan perlu diupayakan bahwa teknik
penilaian yang diaplikasikan mengembangkan kepribadian siswa sekaligus.
Tabel berikut menyajikan teknik-teknik penilaian dengan bentuk-bentuk
instrumen yang dapat dikembangkan oleh guru.
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Tes Tertulis - pilihan ganda
- benar-salah
- menjodohkan
- pilihan singkat
Tes lisan - daftar pertanyaan
Tes kinerja - tes tulis keterampilan
- tes identifikasi
- tes simulasi
- tes uji petik kerja
Penugasan individual atau
kelompok
- pekerjaan rumah
- proyek
Observasi - lembar observasi/lembar
pengamatan
Penilaian portofolio - lembar penilaian portofolio
Jurnal - buku catatan jurnal
Penilaian diri - lembar penilaian diri/kuisioner
Penilaian antarteman - lembar penilaian antarteman
22
Di antara teknik-teknik penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan
untuk menilai pencapaian karakter peserta didik. Teknik-teknik tersebut
terutama observasi (dengan lembar observasi atau lembar pengamatan),
penilaian diri (dengan lembar penilaian diri atau kuesioner), dan penilaian
antarteman (lembar penilaian antarteman).
Daftar Pustaka
Agung Pramono & Purnomo Sidi. 2010. Memahat Karakter Melalui Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING?UPI-UPSI/2010/Book_2/MEMAHAT_KARAKTER_MELALUI_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA.PDF. [18 November 2013].
Agus Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Ali Mahmudi. 2011. Mengembangkan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:http://eprints.uny.ac.id/7175/1/PM-10%20-%20Ali%20Mahmudi.pdf. [18 November 2013].
Character Education Partnership. 2010. 11 Principles of Effective Character Education. [Online]. Tersedia http://www.character.org/moreresources/11-principles/. [15 November 2013]
Doni Koesoma A. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo: Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta: Kemendiknas.
Muhammad Faiq.2013.Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013. Tersedia
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/11/standar-proses-
pembelajaran-kurikulum.html. [ 20 Desember 2013]
Said Hamid H., dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Sofan Amri, dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
23