makalah jiwa dian.docx

23
MAKALAH PSIKIATRI Gangguan Konversi Disusun Oleh: Dian Primadia Putri 100 100013 Pembimbing: dr. DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA

Upload: dian-primadia-putri

Post on 21-Nov-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH PSIKIATRIGangguan Konversi

Disusun Oleh:Dian Primadia Putri100 100013

Pembimbing:dr.

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA2014

Gangguan Konversi Karya Tulis ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Oleh: Dian Primadia Putri100100013 Pembimbing: dr. DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelimpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Gangguan Konversi. Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari dr. sebagai pembimbing di Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan dalam membimbing dan membantu selama penulisan makalah ini. Peneliti menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan memberikan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISIiiPENDAHULUAN1Latar Belakang1Tujuan2TINJAUAN PUSTAKA3Definisi2Epidemiologi3Etiologi9 Model Diatesis-Stres9 Neurobiologi10 Hipotesis Dopamin dan Neurotransmiter Lain11 Neuropatologi12 Sistem Limbik12 Ganglia Basalis12 Pencitraan Neuro13 Abnormalitas Mikrovaskular14 Psikoneuroimunologi14 Psikoneuroendokrinologi14 Faktor Genetik14 Faktor Psikososial15 Dinamika Keluarga16 Inflamasi15Diagnosis10Penatalaksanaan11PENUTUP15Kesimpulan15DAFTAR PUSTAKA16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan konversi adalah gangguan pada fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep anatomi dan fisiologi dari sistem saraf pusat dan tepi. Khas terjadi adanya stress danmemunculkan disfungsi berat. Kumpulan gejala saat ini disebut dengan gangguan konversidengan gangguan somatisasi, histeria, reaksi konversi, reaksi disosiatif.1 Gangguan konversi juga disebut disosiatif karena dahulu di anggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi motorik. Ciri utamanya adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Pada penderita didapatkan hilangnya fungsi seperti memori (amnesia psikogenik), berjalan-jalan dalam keadaan trans (fugue), fungsi motorik (paralisis dan pseudoseizure), atau fungi sensorik (anesthesia sarung tangan dan kaus kaki, glove and stocking anaesthesia). Istilah konversi didasarkan pada teori kuno bahwa perasaan dan anxietas dikonversikan menjadi gejala-gejala dengan akibat terselesaikannya konflik mental (keuntungan primer) dan didapatkannya keuntungan praktis seperti perhatian dari orang lain (keuntungan sekunder).1Gangguan konversi berkaitan dengan gangguan kecemasan. Dari beberapa literatur mengatakan bahwa gangguan konversi bisa merupakan bagian dari gangguan somatoform atau pada gangguan disosiatif, individu mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik yang terkadang berlebihan, tetapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan somatoform, individu mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik, yang terkadang berlebihan, tetapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan disosiatif, individu mengalami gangguan kesadaran, ingatan, dan identitas. Munculnya kedua gangguan ini biasanya berkaitan dengan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan, dan terkadang gangguan ini muncul secara bersamaan.1

1.2. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami gangguan Koversi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. DefinisiGangguan konversi adalah gangguan pada fungsi tubuh yang tidak sesuai denga konsepanatomi dan fisiologi dari sistem saraf pusat dan tepi. Khas terjadi adanya stress danmemunculkan disfungsi berat. Kumpulan gejala saat ini disebut dgn gangguan konversidengan gangguan somatisasi, histeria, reaksi konversi, reaksi disosiatif.1,22.2. EpidemiologiDSM-IV-TR memberikan kisaran dari yang paling rendah 11 kasus sampai yang tertinggi500 kasus gangguan konversi per 100000 populasi. Sering pada wanita dengan rasio 2:1sampai 10:1. Anak perempuan juga lebih tinggi angka kejadiannya dibandingkan anaklaki laki. Onset boleh terjadi kapan pun, tersering pada remaja dan dewasa muda.Gangguan banyak terjadi pada golongan pendesaan. Sering berkomorbiditas dengan ggndepresi, skizofrenia. Frekuensi meningkat pada keluarga yang anggotanya menderitagangguan konversi.1,22.3. Etiologi1. Faktor psikodinamikDisebabkan oleh represi konflik-konfik intrapsikik yang tidak disadari dan konversi darikecemasan ke gejala fisik. Konflik terjadi antara dorongan instink (agresi atau seksual)melawan larangan untuk mengekspresikan hal tersebut. Pasien mendapat kesempatanmengekspresikan sebagian dorongan atau hasrat terlarang tersebut lewat gejala gejalayang muncul namun tersamar, sehingga secara sadar pasien dapat menhindar darikonfrontasi terhadap impuls terlarangnya.1,22. Teori pembelajaranGejala yang dipelajari sejak masa anak digunakan sebagai coping dalam situasi tidakdisukainya.1,2

3. Faktor biologisPemeriksaan pencitraan otak menunjukkan adanya hipometabolisme pada hemisferdominan dan hipermetabolisme pada hemisfer nondominan sehingga terganggukomunikasi antara hemisfer sehingga menimbulkan gejala konversi. Tes neuropsikosiskadang kadang menunjukkan gangguan serebral ringan dalam komunikasi, daya ingat,kewaspadaan, afek, dan atensi pada pasien gangguan konversi.1,22.4. Gambaran Klinis1. Gejala sensorikGejala yang sering timbul adalah anestesi dan parestesi terutama pada ekstremitas. Semuamodilitas sensoris dapat terkena, distribusi tidak sesuai penyakit saraf pusat mau pun tepi.Gejala gangguan konversi dapat melibatkan organ sensorik khusus dan menimbulkanketulian, kebutaan, dan penglihatan terowongan (tunnel vision). Gejalanya dapatunilateral maupun bilateral, namun evaluasi neurologis menunjukkan jaras sensorik yangintak.2a.Kebutaan: penglihatan yang buram atau kesukaran untuk membaca pada saat pemeriksaanb. Halusinasi visual: halusinasi visual seringnya terlihat orang, sering disebuthisterikal ( setelah menyingkirkan halusinasi karena zat)c. Ketulian: sering pada tenterad. Kehilangan sensori nevus periferal: pasien bisa tidak merasa sentuhan,tekanan, tusukan pin, atau getaran.32. Gejala motorikTerdiri atas gerak abnormal, gangguan gaya berjalan, kelemahan dan paralysis. Mungkindapat tremor ritmik kasar, gerak koreoform, tik, dan menghentak hentak. Gerakanmemburuk bila mendapat perhatian. Paling sering adalah paralisis dan paresis yangmengenai satu, dua atau seluruh anggota tubuh, meskipun demikian distribusi dari ototyang terlibat tidak sesuai dengan jaras persarafan. Refleks tetap normal. 2a. Aphonia: gangguan pembicaraan. Pasien tidak bisa berbisik tetapi bisabatuk.b. Astasiaabasia: kesulitan berdiri atau berjalan meskipun pergerakansemua kaki normal saat pasien duduk atau tiduran.c. Paralysis: bisa flasid atau dengan kontraksi. Pada spasme histerikal, kedualengan dan tungkai kontraksi pada bagian tubuh yang sama, tanganmengepal kuat, lutut fleksi, tungkai dan kaki ketarik ke atas.d. Tremor histerikal: pergerakan positif yang berulang tipe voluntary, tetapirapidity yang bervariasi.e. Gerakan yang abnormal: tiks pada wajah, blepharospasm, dyskinesia dantourettes syndromef. Kejang histerikal: kejang yang berlaku saat ada yang lihat atau dekat.g. Hiperventilasi: respons terhadap fobia. Pasien berasa kesulitan untukbernafas.h. Pusing: ketidakstabilani. Globus histerikus: kesukaran untuk menelan.3,43. Gejala BangkitanSulit membedakan gejala dari gangguan konversi yaitu pseudo-seizure dengan bangkitassebenar. Pada pseudo-seizure pasien tergigit lidah, inkontinensia urin, cedera karenajatuh, refleks tercekik dan pupil bertahan setelah pseudo-seizure, tidak terjadipeningkatan konsentrasi prolaktin pasca bangkitan.2,54. Gejala visceralGejala visceralnya adalah muntah psikogenik, pseudocyesis, globus hystericus, sinkop,retensi urin dan mencret. 2,5Gambaran klinis lain:5. Keuntungan primerPasien peroleh keuntungan dengan mempertahankan konflik internal di luarkesadarannya.6. Keuntungan sekunderPasien peroleh keuntungan nyata dengan menjadi sakit. Misalnay dibebaskan darikewajiban dalam situasi kehidupan yang sulit, mendapat dukungan dan bimbingan, dapatmengontrol perilaku orang lain.7. La belle indifferenceSikap angkuh yang tidak sesuai terhadap gejala serius yang dialami. Pasien tampak tidakpeduli dengan hendaya berat yang dialaminya. Dapat juga dilihat pada pasien yangmenderita penyakit medis yang serius yang menunjukkan sikap tabah.8. IdentifikasiSecara tidak disadari meniru gejala dari seseorang yang bermakna bagi dirinya. Misalnya,seseorang yang baru meninggal menjadi model untuk mengembangkan gejala konversiterutama selama reaksi berkabung yang patologis.2,52.5. Diagnosis 1. Kriteria diagnosis menurut DSM-IV-TR :A. Satu atau lebih gejala yang melibatkan fungsi motorik volunter atau sensorikyang diperkirakan suatu kondisi neurologis atau kondisi umum medik lainnya.B. Faktor psikologis dinilai berkaitan dengan gejala permulaan atau eksaserbasi gejala didahului oleh konflik atau stresor lainnya.C. Gejala tidak dengan sengaja dibuat atau berpura-pura.D. Gejala setelah setelah cukup penelusuran, tidak dapat secara penuh dijelaskansebgai kondisi medik umum, atau sebagai akibat langsung dari zat atau secarakultural sebagai perilaku atau pengalaman penebusan.E. Gejala menyebabkan penderitaan atau hendaya yang bermakna secara klinis dibidang sosial, pekerjaan atau fungsi lain atau menuntut evaluasi medis.F. Gejala tak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi sematamataselama perjalanan gangguan somatisasi, dan bukan karena gangguanmental lainnya.12. Pemeriksaan Fisik.6KONDISITESTHASIL TEMUAN

AnesthesiaMap dermatomesTidak dapat di konfirmasi

Astasia-abasiaBerjalan, menariPasien yang tidak bisaberjalan masih bisa menaridengan sugesti

Paralisis, paresisMenjatuhkan tangan yangparalysis pada muka

Tes hoover

Pemeriksaan kekuatanmotorikTangan jatuh tepi muka,bukan diatas muka

Dapat dirasakan tekananpada tangan pemeriksa saatpemeriksa cubameninggikan kaki pasien

Kelemahan motorik

KomaPemeriksa cuba untukmembukakan mata

Prasaat ocular cephalicMenahan saat cuba untukDibukakanMata memandang luruskehadapan, tidak berubahketepi

AphoniaPasien disuruh batukSuara batuk menunjukan korda tertutup

BersinObservasi Ekspresi fasial yangminimal, mata terbuka,berhenti saat tidur

SinkopPemeriksaan head up tiltPerubahan pada TTV danvenous pooling

Tunnel visionTes Lampang pandangPerubahan pattern padapemeriksaan yang berlainan

Kebutaan monocularprofoundSwinging flashlight sign(Marcus Gunn)Binocular visual fieldsTidak adanya relativeafferent pupillary defect

Kebutaan bilateralGerakkan jari anda

Memperlihatkan cahayaterang secara tiba tiba

Lihat tangan kamu

Sentuh jari telunjuk anda

Pasien cuba untuk meniru pergerakan baru

Pasien menutup mata

Pasien tidak melihat tangan

Pasien bisa denganProprioreseption

2.6. Perjalanan penyakit dan prognosisHampir 90-100% gejala awal membaik dalam waktu beberapa hari sampai kurang darisebulan. Sebanyak 75% pasien tidak pernah mengalami gangguan ini lagi namun 25%mengalami episode tambahan saat mengalami tekanan. Prognosis baik berkaitan denganawitan mendadak, ada stressor bermakna, riwayat pramorbid baik, tidak ada komorbid,tidak ada proses hukum sedang berlangsung.1,22.7. PenatalaksanaanPada gangguan ini dapat dilakukan psikoterapi suportif berorientasikan tilikan atau terapiperilaku. Hypnosis (Suatu bentuk terapi pemberdayaan pikiran bawah sadar denganmengistirahatkan pikiran sadar), anticemas dan terapi relaksasi (Rangsangan fisiologikdan menurunkan ketegangan yang seterusnya menurunkan ansietas) sangat efektif dalambeberapa kasus. Pemberian sodium amobarbital (Amytal) atau lorazepam dengan dosis 3-6mg/hari perenteral dapat membantu memperoleh riwayat penyakit, terutama ketikapasien baru sahaja mengalami peristiwa traumatic. Berikan sodium amobarbital secaraperlahan lahan larutan IV 10 % (1 mL/ menit, maksimum 500 mg). Pendekatanpsikodinamik misalnya psikoanalisis dan psikoterapi berorientasikan tilikan, menuntunpasien memahami konflik intrapsikik dan symbol dari gejala pada gangguan konversi.1,2 Keuntungan dari Pisioterapi adalah peningkatan kekuatan, mengurangi kekakuan, peningkatan kemandirian, peningkatan kepercayaan, peningkatan morbilitas, mengurangi kecemasan, memperbaiki postur.72.8. KomplikasiBila tidak ditangani dengan tepat gangguan konversi dapat mengakibatkan komplikasi seperti gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia, depresi, gangguan kecemasan, bahkan kelumpuhan.82.9. Pencegahan Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam hal ini adalah gangguan konversi. Jika terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara sugesti, agar penangan tidak berupa obat anti depresan ataupun obat anti stress, karena diketahui bahwa jika menanamkan sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya akan didapatkan hasil yang maksimal, dengan penangan yang minimal.

BAB 3KESIMPULANGangguan konversi adalah suatu ditandai oleh hilangnya atau ketidakmampuandalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan inidinamakan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebutmencerminkan penyaluran, atau konversi dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke gejala fisik. Etiologi yang sebenarnya belum diketahui, tetapi kebanyakanmenganggap gangguan konversi disebabkan sebelumnya oleh stress yang berat, konflikemosional, atau gangguan kejiwaan yang terkait. Gangguan konversi yang sebenarnyajarang di dapatkan. Seseorang dengan gangguan konversi sering memiliki tanda-tandafisik tetapi tidak memiliki tandatanda neurologis untuk mendukung gejala mereka sepertikelemahan otot, gangguan fungsi sensorik maupun motorik. Kemungkinan penyebaborganik harus disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat berakibat pemeriksaan yangekstensif. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-buatnyagejala terrsebut. Yang terpenting dalam penatalaksanaannya yaitu setelah penyebab fisikuntuk gejala telah dikesampingkan, pasien dapat mulai merasa lebih baik dan gejalamungkin mulai memudar. Pilihan pengobatan dapat mencakup konseling dan terapifarmakologi biasanya digunakan anti depresan. Prognosis umumnya baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan,Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis/ benjamin J. Sadock, Virginia A.Sadock; alih bahasa, Profitasari, Tiara Mahatmi Nisa, editor edisi bahasa Indonesia, Husni Mutaqqin, Retna Nearyb Elseria Sihombing. Ed. 2 .Jakarta:EGC, 2010. 14. 268-272.2. Buku Ajar Psikiatri. 2nd Ed. Jakarta: FKUI; 2013. hal 287-303.3. Kay J, Tasman A. Essentials of psychiatry. England: John Wiley & Sons Ltd;2006.4. Martin RL, Yutzy SH. Somatoform disorders, in The American Psychiatric PressTextbook of Psychiatry, 2nd ed. 1991. Washington DC: American Psychiatric Press. hal 591622.5. Gabbard GO Somatoform Compulsive Disorder dalam Psychodynamic Psychiatryin Clinical Practice. 3rd Ed. American Psychiatry Press Inc; 2007. hal 237-43.6. Review of General Psychiatry. 5th ed.NY: McGraw-Hill; 2000.7. Kaur.J,. Conversion Disorder and Physical Therapy. Delhi psychiatry journal vol. 15 no.2.2012;394-397.8. Baker AH, Silver JR. Hysterical paraplegia. Journal of Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry 1987;50:375382. Couprie W, Wijdicks EF, Rooijmans HG, et al.