makalah keperawatan jiwa kehilangan + askep

42
MAKALAH KEPERAWATAN JIWA : Gangguan pada klien dengan kehilangan DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH KEPERWATAN JIWA DISUSUN OLEH : WARDAH FAUZIAH ASEP RAISMAN RIZKI DEASYIE HIKMAH K DIAN HERLINA ENJANG BUNYAMIN HABIBULLAH M.ILMANULFIKRY STIKES YPIB MAJALENGKA PRODI SI KEPERAWATAN 2013/2014

Upload: wardah-fauziah-el-sofwan

Post on 18-Jan-2016

522 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

BERISI ASKEP

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA :

Gangguan pada klien dengan

kehilangan

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH

KEPERWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :

WARDAH FAUZIAH ASEP RAISMAN

RIZKI DEASYIE HIKMAH K

DIAN HERLINA ENJANG BUNYAMIN

HABIBULLAH M.ILMANULFIKRY

STIKES YPIB MAJALENGKA

PRODI SI KEPERAWATAN

2013/2014

HALAMAN JUDUL

Page 2: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN

JIWA DENGAN JUDUL :

GANGGUAN PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN

DISUSUN OLEH :

WARDAH FAUZIAH ASEP RAISMAN

RIZKI DEASYIE HIKMAH K

DIAN HERLINA ENJANG BUNYAMIN

HABIBULLAH M.ILMANULFIKRY

Page 2

Page 3: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Keperawatan Jiwa: Gangguan Pada Klien

dengan Kehilangan” disusun untuk menyelesaikan salah satu

tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.Dan telah disetujui serta

disahkan pada hari Jum’at, tanggal 09 Mei 2014.

Mengetahui dan Mengesahkan:

Dosen Keperawatan Jiwa

Suharno S.Kep Ners

Page 3

Page 4: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

MOTTO

“Always be yourself and never be

anyone else even if they look better

than you.”

“To get a success, your courage must

be greater than your fear.”

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Page 4

Page 5: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

HALAMAN PENGESAHAN

MOTTO

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan Penulisan

C. Metode Penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kehilangan (Loss)

B. Bentuk-Bentuk Kehilangan

C. Sifat Kehilangan

D. Tipe Kehilangan

E. Lima Kategori Kehilangan

F. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka

G. Faktor Yang Mempengaruhi Cara Setiap Individu Merespon Kehilangan

H. Dukacita, Berkabung, Dan Kehilangan Karena Kematiaan

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN

1.      Pengkajian

2.      Analisa data

3.      Diagnosa keperawatan

4. Intervensi

5. Evaluasi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu ‘alaikum wr. Wb.

Page 5

Page 6: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Kep. Jiwa . Tugas ini disusun sebagai

salah satu tugas dari mata kuliah Kep. Jiwa .

Dalam penyusunan Tugas ini penulis banyak mendapat saran, dorongan,

bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang

merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun

dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan

pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena

itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Suharno S.Kep Ners selaku dosen mata kuliah Kep. Jiwa

2. Bapak Yopi S.Kep Ners selaku dosen wali kami di tingkat 3

3. Keluarga kami yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

4. Rekan-rekan satu kelompok kami yang telah membantu dan

memberikan kontribusinya

5. Seluruh teman–teman di tingkat 3 prodi S1 Keperawatan yang telah

memberikan motivasi.

6. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

yang telah terlibat banyak membantu sehingga tugas akhir ini dapat

diselesaikan.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan

keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang

penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan

tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta

masukan yang bersifat kontruktif bagi diri penulis.

Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi

pendidikan dan masyarakat luas. Amiiiiiiin!

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb

Page 6

Page 7: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Page 7

Page 8: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

Pengalaman kehilangan dan duka cita adalah hal yang esensial dan

normal dalam kehidupan manusia membiarkan pergi melepaskan dan

terus melangkah terus terjadi ketika individu menjalani tahap

pertumbuhan dan perkembangan normal dengan mengucapkan selamat

tinggal kepada tempat orang, impian dan benda-benda yang

disayangi.Kehilangan memungkinkan individu berupa dan terus

berkembang serta memenuhi potensi diri. Kehilangan dapat direncanakan

diharapkan atau terjadi tiba-tibadan proses berduka yang mengikutinya

jarang terjadi dengan nyaman atau menyenangkan. Walaupun tidak

nyaman kehilangan kadang-kadang bermanfaat dan namun kehilangan

juga dapat menghancurkan individu.

Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan spiritual individu yang berduka

merupakan aspek Asuhan Keperawatan yang sangat penting.Respon

emosional dan spiritual klien saling terkait ketika klien menghadapi

penderitiaan dengan kesadaran akan kemampuan mengkaji penderitaan

klien, perawat dapat meningkatkan rasa sejahtera. Memberi klien

kesempatan untuk menceritakan penderitaanya

B.     Tujuan Penulisan

1.      TujuanUmum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada

semester VI, dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami

tentang gangguan atas kehilangan dan dapat membuat asuhan

keperawatan pada pasien dengan kehilangan dan duka cita.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan

keperawatan kehilangan dan berduka

b.      Mahasiswa mampu menjelaskan proses dari kehilangan dan berduka

c.       Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan

kehilangan dan berduka.

C.     Metode Penulisan

Page 8

Page 9: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

Dalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode 

deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari

sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi kelompok, serta

konsultasi dengan dosen pembimbing

D.    sistematika Penulisan

Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 4 BAB yaitu

:

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar teori

BAB III : Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan

dan berduka.

BAB IV : Penutup yang terdiridari kesimpulandan saran.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI

Page 9

Page 10: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

A. Pengertian Kehilangan (Loss)

Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan

adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami

oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah

mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali

walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan

merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang-

orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan

semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada)

Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang

bersifat universal dan unik secara individu.

Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang

membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi

ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi ditemui, diraba,

didengar, diketahui, atau dialami.

Kehilangan maturasional adalah kehilangan yang diakibatkan oleh

transisi kehidupan normal untuk pertama kalinya.

Kehilangan situasional adalah kehilangan yang terjadi secara tiba-

tiba dalam merespon kejadian eksternal spesifik seperti kematian

mendadak orang yang dicintai atau keduanya.Anak yang mulai

belajar berjalan kehilanga citra tubuh semasa bayinya,wanita yang

mengalami menopause kehilangan kemampuan untuk

mengandung, dan seorang pria yang tidak bekerja mungkin akan

kehilangan harga dirinya.

Kehilangan karena kematian adalah suatu keadaan pikiran,

perasaan, dan aktivitas yang mengikuti kehilangan. Keadaan ini

mencakup duka cita dan berkabung. Dukacita adalah proses

mengalami psikologis, social dan fisik terhadap kehilangan yang

Page 10

Page 11: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

dipersepsikan(Rando, 1991). Berkabung adalah proses yang

mengikuti suatu kehilangan dan mencakup berupaya untuk

melewati dukacita.

B. Bentuk-Bentuk Kehilangan

1. Kehilangan orang yang berarti

2. Kehilangan kesejahteraan

3. Kehilangan milik pribadi

C. Sifat Kehilangan

1. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)

Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada

pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan,

bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.

2. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)

Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan

yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).

Penelitian menunjukan bahwa yang ditinggalkan oleh klien yang

mengalami sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai kebutuhan yang

lebih besar terhadap ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri

mereka lebih banyak, dan mempunyai peningkatan perasaan marah dan

bermusuhan.

Kemampuan untuk meyelesaikan proses berduka bergantung pada makna

kehilangan dan situasi sekitarnya. Kemampuan untuk menerima bantuan

menerima bantuan mempengaruh apakah yang berduka akan mampu

mengatasi kehilangan. Visibilitas kehilangan mempengaruh dukungan

yang diterima. Durasi peubahan (mis. Apakah hal tersebut bersifat

sementara atau permanen) mempengaruhi jumlah waktu yang

dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik, pshikologis, dan

Page 11

Page 12: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

social.

D. Tipe Kehilangan

1. Actual Loss

Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama

dengan individu yang mengalami kehilangan.

2. Perceived Loss ( Psikologis )

Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba

atau dinyatakan secara jelas.

3. Anticipatory Loss

Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.Individu

memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan

yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien

(anggota) menderita sakit terminal.

Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan

benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan

seseorang yang dekat dengan kita. Nanun demikian, setiap

individunberespon terhadap kehilangan secara berbeda.kematian seorang

anggota keluargamungkin menyebabkan distress lebih besar

dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup

sendiri kematian hewan peliharaan menyebaabkan disters emosional

yang lebih besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah

bertemu selama bertahun-tahun. Kehilangan dapat bersifat aktual atau

dirasakan. Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan mudah

diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman bermainya pindah

rumah. Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat di

salahartikan ,seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise.

Page 12

Page 13: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

E. Lima Kategori Kehilangan

1. Kehilangan objek eksternal.

Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah

menjadi usang berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.

Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang

hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai

yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.

2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah

dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selma periode tertentu

atau kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau

perawatan diruma sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan

yang telah dikenal dapat terjadi melalui situasi maturaasionol, misalnya

ketika seorang lansia pindah kerumah perawatan, atau situasi situasional,

contohnya mengalami cidera atau penyakit dan kehilangan rumah akibat

bencana alam.

3. Kehilangan orang terdekat

Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara

sekandung, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja.Artis atau atlet

terkenal mumgkin menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset

membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan

sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau

kematian.

4. Kehilangan aspek diri

Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi

fisiologis, atau psikologis.Kehilangan anggota tubuh dapat mencakup

anggota gerak , mata, rambut, gigi, atau payu dara. Kehilangan fungsi

fsiologis mencakupo kehilangan control kandung kemih atau usus,

mobilitas, atau fungsi sensori. Kehilangan fungsi fsikologis termasuk

kehilangan ingatan, harga diri, percaya diri atau cinta.Kehilangan aspek

diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera, atau perubahan

perkembangan atau situasi.Kehilangan seperti ini dapat menghilangkan

Page 13

Page 14: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

sejatera individu.Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat

kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra

tubuh dan konsep diri.

5. Kehilangan hidup

Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana

orang tersebut akan meninggal. Doka (1993) menggambarkan respon

terhadap penyakit yang mengancam- hidup kedalam enpat fase. Fase

presdiagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala klien atau factor resiko

penyakit. Fase akut berpusat pada krisis diagnosis. Dalam fase kronis

klien bertempur dengan penyakit dan pengobatanya ,yang sering

melibatkan serangkain krisis yang diakibatkan. Akhirnya terdapat

pemulihan atau fase terminal Klien yang mencapai fase terminal ketika

kematian bukan hanya lagi kemungkinan, tetapi pasti terjadi.Pada setiap

hal dari penyakit klien dan keluarga dihadapkan dengan kehilangan yang

beragam dan terus berubah Seseorsng dapat tumbuh dari pengalaman

kehilangan melalui keterbukaan, dorongan dari orang lain, dan dukungan

adekuat.

F. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka

Proses kehilangan terdiri dari berbagai macam proses, diantaranya:

1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu

berfikir positif – kompensasi positif terhadap kegiatan yang dilakukan –

perbaikan – mampu beradaptasi dan merasa nyaman.

2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu

berfikir negatif – tidak berdaya – marah dan berlaku agresif –

diekspresikan ke dalam diri ( tidak diungkapkan)– muncul gejala sakit

fisik.

3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan –

individuberfikir negatif– tidak berdaya – marah dan berlaku agresif –

diekspresikan ke luar diri individu –berperilaku konstruktif – perbaikan –

mampu beradaptasi dan merasa kenyamanan.

Page 14

Page 15: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

4. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan –

individuberfikir negatif–tidak berdaya – marah dan berlaku agresif –

diekspresikan ke luar diri individu – berperilaku destruktif – perasaan

bersalah – ketidakberdayaan.

Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan

adalah pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap

kehilangan (husnudzon) dan kompensasi yang positif (konstruktif).

Fase kehilangan menurut Engel:

1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin

menarik diri, duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi

fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat berlebih.

2.Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba

dan mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah,

bersalah, frustasi dan depresi.

3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah

dan depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak

ke berkembangnya keasadaran.

Sedangkan, menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses

kehilangan:

Fase Marah Fase Depresi

Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase

Menerima

Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969)

Page 15

Page 16: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

1. Denial ( Mengingkari )

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak

percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan

mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak

mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,

akan terus menerus mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,

pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis

gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut diatas cepat

berakhir dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.

2. Anger ( Marah )

Sadar kenyataan kehilangan Proyeksi pada org sekitar tertentu, diri

sendiri dan obyek Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan

kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang

meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di

lingkungannya, orang tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri.

Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak

pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. Respon

fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat,

gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

3. Bergaining ( Tawar Menawar )

Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara

sensitif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon

kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau

saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”. Apabila

proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai

berikut sering dijumpai ”kalau yang sakit bukan anak saya”.

4. Depression ( Bersedih yang mendalam)

Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,

Page 16

Page 17: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat

baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan

keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering

diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah tidur, letih, dorongan

libido menurun.

5. Acceptance (menerima)

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu

terpusat kepada objek atau orang lain akan mulai berkurang, atau hilang,

individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya,

gambaran objek atau orang lain yang hilang mulai dilepaskan dan secara

bertahap perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerima ini

biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya betul-betul

menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau

“apa yang dapat saya lakukan supaya saya cepat sembuh”.

Apabila individu sudah dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk pada

fase damai atau fase penerimaan maka dia akan dapat mengakhiri proses

berduka dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Tapi apabila

individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase

penerimaan, jika mengalami kehilangan lagi maka akan sulit baginya

masuk pada fase penerimaan.

Reorganisasi rasa kehilangan, dapat merima kenyataan kehilangan, sudah

dapat lepas pd obyek yg hilang beralih ke obyek baru “apa yang dapat

saya lakukan”.

Fase berduka menurut Rando:

1. Penghindaran

Pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan

2. Konfrontasi

Pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara

Page 17

Page 18: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling

dalam.

3. Akomodasi

Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan

mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana

klien belajar hidup dengan kehidupan mereka.

Menurut Lambert and Lambert ( 1985 ) 3 fase :

1. Repudiation ( Penolakan )

2. Recognition ( Pengenalan )

3. Reconciliation (Pemulihan /reorganisasi )

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA

ENGEL (1964) KUBLER-

ROSS (1969)

LAMBERT-LAMBERT

(1985)

RANDO

(1991)

Shock dan tidak

percaya

Menyangkal Repudiation(Penolaka

n)

Penghindaran

Berkembangnya 

kesadaran

Marah Recognition(Pengenal

an)

Konfrontasi

Restitusi Tawar-

menawar

Reconciliation(Pemuli

han /reorganisasi )

akomodasi

Idealization Depresi

Reorganization / the

out come

Penerimaan

G. Faktor Yang Mempengaruhi Cara Setiap Individu Merespon

Kehilangan

Ada beberapa factor yang mempengaruhi setiap individu dalam merespon

Page 18

Page 19: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

kehilangan. Karakteristik personal termasuk usia, jenis kelamin, setatus

social ekonomi, yang hilang, karakteristik kehilangan, keyakinan cultural,

dan spiritual, system pendukung, dan potensi pencapaian tujuan

mempengaruhi respon terhadap kehilangan.

• Karakteristik Personal

Usia. Usia memainkan peran dalam pengenalan dan reaksi individu

yerhadap kehilangan. Respon anak beragam sesuai dengan usia,

pengalaman kehilangan sebelumnya, hubungan dengan yang meninggal,

kepribadian, persepsi tentang kehilangan, makna tertentu dari kehilangan

yang mereka miliki dan yang terpenting respon kelarga mereka terhadap

kehilangan. Meskipun anak-anak mungkin tidak memahami konsep

kematian karena usia mereka, mereka tetap mengembangkan persepsi

tentang apa makna kehilangan bagi mereka. Anak-anak mungkin merasa

bersalah karena tetap hidup, tetap sehat, atau mempunyai permintaan

untuk kematian orang yang mereka cintai (Wheeler 7 pike,1993).

Dewasa muda menghubungkan kehilangan signifikasinya terhadap status,

peran, dan gaya hidup. Kehilangan pekerjaan, perceraiandan kerusakan

fisik menyebabkan dukacita lebih mendalam dan mengan cam

keberhasilan. Konsep dewasa muda tentang kematian sebagian besar

merupakan produk dari keyakinan keagamaan dan cultural. Kematian

seorang dewasa muda terutama sekali dipandang sebagai hal yang tragis

oleh masyarakatkarena kematian tersebut adalah kehilangan kehidupan

seseorang yang disadari sbg suatu potensi. Kehilangan seseorang yang

mempunyai hubungan dekat menyebabkan ancaman bermakna terhadap

gaya hidup. Setiap kehilangan pekerjaaan atau kemampuan untuk

melakukan pekerjaan menyebabkan duka cita yang sangat besar bagi

orang dewasa.

Lansia mengalami kepenumpukan kedukaan akibat dari banyak

perubahan. Lansia sering takut tentang kejadoan sekitar kematian

melebihi kematian itu sendiri. Mereka mungkin merasa kesepian, isolasi,

kehilangan peran social, penyakit yang berkepanjangan dan kehilangan

determinasi diri dan jati diri sebagai sesuatu yang lebih buruk dari

Page 19

Page 20: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

kematian(Rando, 1986, Kastenbaum, 1991).

Peran jenis kelamin. Reaksi kehilangn dipengaruhi oleh harapan social

tentang peran pria dan wanita. Dalam banyak budaya di Amerika Serikat

dan Kanada,umunya lebiah sulit bagi pria disbanding dengan wanita

untuk mengespresikan dukacita secara terbuka. Pria dan wanita

melekatkan makna berbeda terhadap bagian tubuh, fungsi, hubungan

interpersonal, dan benda.

Pendidikan dan status sosioekonomi. Kehilanhgan adalah universal,

dialami oleh setiap orang apapun status ekonominya.Umunyan,

kekurangan sumber financial, pendidikan atau keteramoilan pekerjaan

memperbesar tuntutan kepada pihak yang mengalmi dukacita.

• Sifat hubungan

Pepatah mengatakan bahwa kehilangan orang tua berarti kehilanga masa

lalu, kehilangan pasangan berati kehilangan masa kini dan kehilangan

anak berarti kehilangan masa depan. Litelatur mendukung keyakinan

bahwa kehilangan akan menciptakan respon kehilangn yang paling dalam

(Saunders, 1992). Reaksi terhadap kehilangan di pengaruhi oleh kualitas

hubungan. Makna hubungan pada hubungan duka akan mempengaruhi

respon dukacita, apakah kehilangan tersebut akibat kematian, perpisahan

atu bercerai. Hubungan yang ditandai dengan ambivalen yang ekstrem

lebih sulit untuk diselesaikan dibandingkan hubungan yang normal.

Salah satu peristiwa yang paling memyulitkan dalam hidup aslah

kehilangan pasangan. Kehilangan pasangan dapat menyebabkan

pasangannya menjadi kurang terampil dalam menghadapi tangung jawab

keseluruhan. Kehilangna pasangan juga menimbulkan kesulitan bagi

pasangan yang ditinggalkan untuk membina hubungan baru atau untuk

mempertahankan hubungan yang sebelumnya sudah terbina atau

dibentuk bersama.

• Sistem pendukung social

Vasibilitas kehilanga, seperti kehilanga rumah akibat bencana alam,

Page 20

Page 21: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

sering memunculkan dukungan dari sumber yang tidak diperkirakan.

Vasibilitas kehlangan, seperti deformitas wajah, dapat menyebabkan

kehilangan dukungan dari teman atau keluarga sehinga menambah

proses kehilangan tersebut. Seperti seorang anggota keluarga yang

dipenjara atau kematian pasangan gay-nya, sering mengalami kurang

dukungan dari teman atau keluarganya. Kurangnya dukungan biasanya

menyebabkan kesulitan dalm keberhasilan resolusi berduka (Rando,

1991).

Ketepata waktu dalam pemberian dukungan sangat penting. Dukungan

harus tersedia ketika klien yang berduka melalui proses berkabung.

Berbagai pengalaman dengan individu yang pernah berkabung dan

pendukung bermanfaat sebagai dukungan yang dibutuhkan. Namun,

bahkan ketika hal ini di berikan, umunya klien yang berduka belum dapat

memanfaatkan kesempatan tersebut.

• Keyakinan spiritual dan budaya

Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural yang

mempengaruhi reaksi terhadap kehilangan, dukacita, dan kematian. Latar

belakang budaya dan dinamika keluarga mempengaruhi pengekspresian

berduka. Seseorang mungkin akan menemukan dukungan, ketenangan

dan makna dalam kehilangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Bagi

sebagian klien kehilangan menimbulkan pertanyaan tentang makna

hidup, nilai pribadi, dan keyakinan. Secara khas hal ini di tunjukan dengan

respon”mengapa saya?” Konflik internal mengenai keyakinan keagamaan

dapat juga terjadi.

H. Dukacita, Berkabung, Dan Kehilangan Karena Kematiaan

Kehilangan karena kematian adalah suatu keadaan pikiran, perasaan, dan

aktivitas yang mengikuti kehilangan. Keadaan ini mencakup duka cita dan

berkabung. Dukacita adalah proses mengalami psikologis, social dan fisik

terhadap kehilangan yang dipersepsikan(Rando, 1991). Dukacita

Page 21

Page 22: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

merupakan respon individu atau reaksi emosi dari kehilangan dan terjadi

karena kehilangan seperti : kehilangan hak, kehilangan hak hidup, menuju

kematian. Berkabung adalah keadaan berduka yang ditunjukkan selama

individu melewati reaksi berduka, seperti mengabaikan keadaan

kesehatan secara ekstrim. Berkabung merupakan proses yang mengikuti

suatu kehilangan dan mencakup berupaya untuk melewati dukacita.

Proses dukacita dan berkabung bersifat mendalam, internal, menyedihkan

dan berkepanjangan.Tujuan duka cita adalah untuk mencapai fungsi yang

lebih efektif dengan mengintekgrasikan kehilangan kedalam pengalaman

hidup klien. Worden (1982), empat tugas dukacita yang memudahkan

penyesuaian yang sehat terhadap kehilangan , dan Harper (1987)

merancang tugas dalam akronim”TEAR”:

1. T: Untuk menerima realitas dari kehilangan

2. E; Mengalami kepedihan akibat kehilangan

3. A: Menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang, benda

atau aspek diri yang hilang

4. R: Memberdayakan kembali energy emosional kedalam hubungan yang

baru.

Tugas ini tidak terjadi pada urutan yang khusus. Pada kenyataanya orang

yang berduka mungkin melewati keempat tugas tersebut secara

bersamaan atau hanya satu atau dua yang menjadi preoritas.

Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi,

perencanaan, dan pengenalan psikososial. Hal ini dimulai dalam

merespons terhadap kesadaran tentang suatu ancaman kehilangan dan

pengenalan tentang kehilangan yang berkaitan dengan masa lalu, saat

ini, dan masa dating. Dukacita adaptif terjadi pada mereka yang

menerima diagnosis yang mempunyai efek jangka panjang terhadap

fungsi tubuh, seperti pada lupus eritomatosus sistemik.

Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan

yang tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas, atau didukung

secara social. Dukacita mungkin terselubung dalam situasi dimana

Page 22

Page 23: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

hubungan antara berduka dan meninggalkan tidak didasarkan pada

ikatan keluarga yang dikenal.

Seseorang dapat tumbuh dari pengalaman kehilangan melalui

keterbukaan, dorongan dari orang lain, dan dorongan yang adekuat.

Dalam kasus lain kehilangan itu sendiri tidak didefinisikan secara secara

social sebagai sesuatu yang signifikan, seperti halnya kematian perinatal,

aborsi, atau adopsi.Kehilangan hewan peliharaan mungkin dipandang

sebagai sesuatu yang signifikan.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN

     Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia

No Jenis Stressor JenisKehilangan

1 Gempa dan Tsunami

di Aceh

Rumah, orang yang berarti, pekerjaan,

bagian tubuh.

2 Lumpur Lapindo Rumah, tetangga yang baik

3 Gempa di Yogjakarta Rumah, makna rumah yang lama, orang

yang berarti, bagian tubuh, pekerjaan.

4 Jatuhnya pesawat

Adam Air

Orang yang berarti, bagiantubuh

5 TenggelamnyaKapal

Levina

Orang yang berarti

6 Sampah longsor Orang yang berarti

Page 23

Page 24: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

7 Banjir bandang Harta benda, orang tercinta, lingkungan

yang baik, kesehatan.

8 PHK di IPTN Pekerjaan, status, hargadiri

9 Banjir Jakarta Harta benda, orang tercinta, lingkungan

yang baik, kesehatan.

1.      Pengkajian

Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita

klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui

perilaku.

Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar

mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :

o Persepsi yang adekuat tentang kehilangan

o Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan

o Perilaku koping yang adekuat selama proses

a.       Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan

adalah:

1)      Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam

keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan

sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam

menghadapi perasaan kehilangan.

2)      Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup

yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang

lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik

3)      Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa

terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan

perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang

suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.

4)      Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan

dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi

individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa

(Stuart-Sundeen, 1991).

Page 24

Page 25: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

5)      Struktur Kepribadian

Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan

menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap

stress yang dihadapi.

b.         Faktor presipitasi

Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.

Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:

kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;

1)      Kehilangan kesehatan

2)      Kehilangan fungsi seksualitas

3)      Kehilangan peran dalam keluarga

4)      Kehilangan posisi di masyarakat

5)      Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai

6)      Kehilangan kewarganegaraan

c.       Mekanisme koping

Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara

lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan

Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang

dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan

pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme

koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

d.      Respon Spiritual

1)      Kecewa dan marah terhadap Tuhan

2)      Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan

3)      Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e.       Respon Fisiologis

1)      Sakit kepala, insomnia

2)      Gangguan nafsu makan

3)      Berat badan turun

Page 25

Page 26: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

4)      Tidak bertenaga

5)      Palpitasi, gangguan pencernaan

6)      Perubahan sistem imune dan endokrin

f.       Respon Emosional

1)      Merasa sedih, cemas

2)      Kebencian

3)      Merasa bersalah

4)      Perasaan mati rasa

5)      Emosi yang berubah-ubah

6)      Penderitaan dan kesepian yang berat

7)      Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu

atau benda yang hilang

8)      Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan

keputusasaan

9)      Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g.      Respon Kognitif

1)      Gangguan asumsi dan keyakinan

2)      Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan

3)      Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal

4)      Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang

meninggal adalah pembimbing.

h.      Perilaku

Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :

1)      Menangis tidak terkontrol

2)      Sangat gelisah; perilaku mencari

3)      Iritabilitas dan sikap bermusuhan

4)      Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan

bersama orang yang telah meninggal.

Page 26

Page 27: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

5)      Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal

ingin membuangnya

6)      Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol

7)      Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau

pembunuhan

8)      Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

2.      Analisa data

1)      Merasa putus asa dan kesepian

2)      Kesulitan mengekspresikan perasaan

3)      Konsentrasi menurun

b.      Data objektif:

1)      Menangis

2)      Mengingkari kehilangan

3)      Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain

4)      Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan

5)      Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat

aktivitas

3.      Diagnosa keperawatan

Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl

Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka

yang berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa

keperawatan yang berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan

dan berduka adalah :

a.       Duka cita

b.      Duka cita terganggu

c.       Risiko duka cita terganggu

4.      Intervensi

Intervensi untuk klien yang berduka :

a.      Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan

yang adaptif.

Page 27

Page 28: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

b.     Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima

dukungan.

c.      Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan

masa lalu saat ini.

d.     Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.

e.      Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.

f.      Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.

g.     Gunakan komunikasi yang efektif.

1)      Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka

2)      Dorong penjelasan

3)      Ungkapkan hasil observasi

4)      Gunakan refleksi

5)      Cari validasi persepsi

6)      Berikan informasi

7)      Nyatakan keraguan

8)      Gunakan teknik menfokuskan

9)      Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan

hal yang tersirat

h.         Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal

seperti :

1)      Kehadiran yang penuh perhatian

2)      Menghormati proses berduka klien yang unik

3)      Menghormati keyakinan personal klien

4)      Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan,

konsisten

5)      Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang

berhubungan dengan kehilangan

       

i.          Prinsip Intervensi  Keperawatan pada Pasien dengan Respon

Kehilangan

1)      Bina dan jalin hubungan saling percaya

Page 28

Page 29: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

2)      Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian

yang menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil

hikmahnya

3)      Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka

4)      Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka

5)      Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien

6)      Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga

7)      Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy

8)      Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :

a)    Fase Pengingkaran

o Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan

perasaannya.

o Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima,

ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan

pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.

b)Fase marah

o Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya

secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.

c)  Fase tawar menawar

o Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan

takutnya.

d)Fase depresi

o Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.

o Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.

e)   Fase penerimaan

o Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.

j.        Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon

Kehilangan

1)      Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta

menjaga anak selama masa berduka.

2)      Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya

yang salah.

Page 29

Page 30: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

3)      Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan

perilaku yang diperhatikan oleh orang lain.

4)      Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah

duka.

k.      Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon

Kehilangan (Kematian Anak)

1)      Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.

2)      Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.

3)      Menyiapkan perangkat kenangan.

4)      Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila

diperlukan.

5)      Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang

patologissertatempatmerekamintabantuanbiladiperlukan.

5.      Evaluasi

a.       Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan

b.      Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan

c.       Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain

d.      Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah

akibat kehilangan

e.       Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

BAB IV

PENUTUP

A.           Kesimpulan

Kehilangan adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami

oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah

Page 30

Page 31: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali

walaupun dalam bentuk yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa

terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah

dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).

Dukacita adalah proses mengalami psikologis, social dan fisik terhadap

kehilangan yang dipersepsikan(Rando, 1991). Dukacita merupakan respon

individu atau reaksi emosi dari kehilangan dan terjadi karena kehilangan

seperti : kehilangan hak, kehilangan hak hidup, menuju kematian.

Berkabung adalah keadaan berduka yang ditunjukkan selama individu

melewati reaksi berduka, seperti mengabaikan keadaan kesehatan secara

ekstrim. Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan

mencakup berupaya untuk melewati dukacita.

Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa

kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bias terjadi

pada orang-orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari

keadaan semula (keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak

ada).Kehilangan bias meliputi kehilangan objek eksternal, lingkungan

yang dikenal, orang terdekat, aspekdiri, dan kehilangan hidup.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi

dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan

seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional

sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara

aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan

Page 31

Page 32: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau

kesalahan/kekacauan.

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku

berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan

memberikan dukungan dalam bentuk empati.

Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan

benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan

seseorang yang dekat dengan kita. Nanun demikian, setiap individu

berespon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang

anggota keluarga mungkin menyebabkan distress lebih besar

dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup

sendiri kematian hewan peliharaan menyebaabkan disters emosional

yang lebih besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah

bertemu selama bertahun-tahun.

Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan mudah diidentifikasi,

misalnya seorang anak yang teman bermainya pindah rumah. Kehilangan

yang dirasakan kurang nyata dan dapat di salahartikan ,seperti

kehilangan kepercayaan. Seseorang dapat tumbuh dari pengalaman

kehilangan melalui keterbukaan, dorongan dari orang lain, dan dukungan

yang adekuat.

Di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan

prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada

orang tua dengan respon kehilangan (kematiananak).

Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi factor

predisposisi dan factor presipitasi.

Dimana factor predisposisi meliputi :

1.      Genetic

2.      Kesehatan Jasmani

3.      Kesehatan Mental

4.      Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu

5.      Struktur Kepribadian

Page 32

Page 33: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

B.     Saran

Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada

klien dengan respon kehilangandan berduka (Loss and Grief), maka kami

menganggap perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikansebagaiberikut:

1.      Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan

klien pada saat itu.

2.      Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan

sesuai dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.

3.      Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang

kritis maupun yang tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Rando TA. 1986. Loss and Anticipatory Grief. Lexington: Lexiton Mass

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia:

Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta:

Sagung Seto.

Page 33

Page 34: MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN + ASKEP

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn

Psikiatri, Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta:

EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta:

ECG.

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta

: EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta

Page 34