makalah trend dan issu keperawatan jiwa

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan bunuh diri. 1

Upload: dwi-noviyani

Post on 17-Jan-2016

4.256 views

Category:

Documents


750 download

DESCRIPTION

tren isu

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling

mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat.

Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan

jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan

kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya dialami

oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang

terkena gangguan jiwa akan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti

menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan bunuh diri.

Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di dunia

seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain factor diatas

penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh perkembangan

otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit skizofrenia. Oleh karena itu saat

ini seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya.

Begitu juga dengan Indonesia yang berusaha meningkatkan pelayanan pada

pasiennya dengan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa.

1

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan dan tema yang diangkat maka masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa?

1.2.2 Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sehat?

1.2.3 Bagaimana pandangan perawat tentang kesehatan jiwa?

1.2.4 Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Jiwa?

1.2.5 Bagaimana tren dan isu dalam keperawatan jiwa?

1.2.6 Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien dan perawat?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini beertujuan untuk memahami tentang keperawatan jiwa,

bagaimana perang perawat dalam melaksanakan keperawatan jiwa dan bagaimana

manfaatnya kepada pasien dan perawat. Makalah ini juga disusun untuk memahami

tentang diagnose keperawatan jiwa yang sesuai dengan standar aturan keperawatan

yang berlaku dan memberikan bimbingan kepada pasien yang mengalami gangguan

jiwa.

2

1.4 MANFAAT PENULISAN

Bagi penulis, penyusunan makalah ini bermanfaat ganda, yaitu selain lebih

memahami perihal penyakit jantung coroner pada lansia, penulis juga bisa mengasah

dan mengembangkan kemampuannya di bidang penulisan karya ilmiah. Sedangkan

bagi pembaca seperti instansi kesehatan terkait maupun masyarakat makalah ini dapat

menjadi referensi untuk meningkatkan pelayanan dan perawatan pada pasien yang

mengidap penyakit jantung koroner.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KESEHATAN JIWA

Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada

gangguan jiwa melainkan megandung berbagai karakteristik yang positif

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan

kedewasaan kepribadiannya.

Menurut UU kesehatan Jiwa no 13 tahun 1996 kesehatan jiwa adalah kondisi

yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari

seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.

Menurut Rosdahl, Texbook of Basic Nursing, 1999:58 kesehatan jiwa adalah

A mind that grows and adjust, is in control, and is free of serious stress. Kondisi jiwa

seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam

pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.

Pada jiwa yang sehat ada beberapa factor yang dapat memprngaruhinya.

Factor tersebut adalah sebagai berikut :

4

2.1.1 Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik)

Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal dengan

sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental yang sehat di

pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang mengalami kecacatan genetik

mempengaruhi seseorang untuk mempertahankan kesehatan jiwanya. Setiap orang

memiliki sifat yang berbeda, ada yang sensitive dan ada yang temperamental semua

itu dipengaruhi oleh lingkungannya.

2.1.2 Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil)

Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga akan

mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan positif ketika anak

dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan mau menerima. Pemeliharan

yang buruk ketika kecil juga akan mempengaruhi mental sang anak seperti

kekurangan kasih saying ibu, penolakan dari orang tua dan kegagalah komunikasi

awal.

2.1.3 Life Circumstance (Keadaan Hidup)

Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai dari dia

lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah, keuangan yang

mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan yang menyenangkan dan

perkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan hidup yang negative meliputi kesehatan

fisik yang buruk, pekerjaan dan perkawinan yang tidak sukses.

5

2.2 CIRI-CIRI JIWA YANG SEHAT

Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang bisa

mengontrol emosi dan mengelola stresnya. Sehingga banyak orang yang memilih

jalan yang salah yaitu dengan mengakhiri hidupnya. Jiwa yang sehat memiliki ciri-

ciri sebagai berikut :

2.2.1 Menurut WHO :

a. Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan sangat buruk

b. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha

c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima

d. Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan

e. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran

f. Rasa bermusuhan diselesaikan secara kreatif dan konstruktif

g. Mempunyai kasih saying

2.2.2 Menurut Abraham Maslow

a. a.memiliki persepsi realita yang efektif.

b. Menerima diri sendiri

c. Spontan

d. Sederhana dan wajar

2.2.3 Menurut Jahoda

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

6

b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri

c. Integrasi: keseimbangan ekspresi dan represi,konflik internal suasana hati dan

emosi

d. Otonomi :keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima konsekuensi atas

perilakunya,bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keputusannya,

tindakannya dan perasaannya.

e. Persepsi realitas : kemampuan individu memiliki penerimaan tentang dunia

luar melalui pengalaman berfikir.

f. Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam menjalankan perannya

dalam masyarakat atau kelompok menghadapi dunia luar secara efektif,

mendapatkan kepuasan hidup.

2.3 PANDANGAN PERAWAT TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA

Bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tetapi kesehatan jiwa juga

harus dijaga agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Menjaga kesehatan jiwa

sangat sulit karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Bagi seseorang yang

tidak mampu mengelola emosi dan stressnya akan menyebabkan gangguan pada

jiwanya. Walaupun begitu seorang perawat memiliki pandangan positif terhadap

seseorang yang mengalami gangguan jiwa, yaitu sebagai berikut :

2.3.1 Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku

manusia.

7

2.3.2 Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru.

2.3.3 Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh factor lingkungan yang dapat

menguatkan dan melemahkan

Seorang perawat akan selalu berfikir positif tentang pasiennya, walaupun

pasien tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Selain itu seorang perawat juga akan

melakukan evaluasi tentang kesehatan pada jiwa pasiennya, yaitu sebagai berikut :

2.3.1 Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehariandan memenuhi

peran yang menantang

2.3.2 Status psikologi ; (alarm emosional dan intelektual) perasaan

kesejahteraan, status mental dan emosi, persepsi kualitas hidup, sumber

daya memaksimalkan potensi pribadi

2.3.3 Status klinis :dimensi kesehatan fisik.

2.4 PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA

Menurut Dorothy dan Cecelia keperawatan jiwa adalah proses dimana

perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang

positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar

berperan lebih produktif di masyarakat.

8

Menurut Kaplan Sadock keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang

berupayauntuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan mendukung

integrasi, pasien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi dan

komunitas.

Menurut ANA (American Nurses Association) keperawatan jiwa adalah area

khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia

sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,

mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental

masyarakat dimana klien berada.

2.5 TREN DAN ISU KEPERAWATAN JIWA

Tren dan isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat

dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap

ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik

dalam tatanan regional maupun global. Berikut ini beberapa contoh tren dan isu yang

terjadi dalam keperawatan jiwa :

2.5.1 Kesehatan Jiwa dimulai masa konsepsi

Di Indonesia banyak terjadi gangguan jiwa di mulai pada usia 19 tahun dan jarang

sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan pada saat ini

menunjukkan bahwa jika berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa

9

konsepsi bahkan sebelum pranikah. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa

adanya keterkaitan kesehatan fisik dan mental seseorang ketika berada dalam

kandungan di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan

bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi. Berikut ini

merupakan hasil dari penelitian :

a. Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,

getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan

emosional yg lebih baik.

b. Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.

Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada

pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi

untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini

menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu

dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick

menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan

bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan

neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif

seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian,

membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-

fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya

kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam

kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat

10

dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang

mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah

berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi,

kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan

emosi.

2.5.2 Tren peningkatan masalah kesehatan

Pada era globalisasi ini masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal ini

sudah terbukti dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang

semakin berat. Pada saat sekarang ini pasien gangguan jiwa bukan hanya dari

kalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns, pegawai swasta pejabat

dan masyarakat kalangan menengah ke atas. Semua itu terjadi karena sebagian besar

masyarakat menengah ke atas tidak mampu mengelola stress dan juga bisa

disebabkan oleh post powewr syndrome atau mutasi jabatan. Pada saat sekarang ini

penyakit gamgguan jiwa tidak lagi mengenal strata social dan usia. Banyak orang

kaya yang terkena gangguan jiwa karena hartanya habis akibat bencana.

Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan

kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang

mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan,

gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Tipe

gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan

gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh

11

tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain,

seperti mengamuk.

2.5.3 Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder

         Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang

umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress

berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka

menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi

tidak produktif. Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat individual,

trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan

pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

2.5.4 Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja

           Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertamayang sering dijumpai dalam

pelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan buah pikiran itu

harus ditanggapi dengan serius, sampa dapat dibuktikan sebaliknya. Pasien yang

berisiko bunuh diri perlu diamati secara cermat. Alas an seseorang bunuh dir adalah

putus asa dengan masalah dia hadapi dan tidak merasa tidak berdaya. Di dunia pun

bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka

kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000

penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan

untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama

diduduki Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24

menit seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya

12

10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang

mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak

dan remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering

diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam

atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik

atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita

melakukan bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar

pada tahun 1984.

Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan

pimpinannya.  Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003

mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi

dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama

kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode bunuh diri yang

paling disukai adalah menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun.

2.5.5 Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola asuh

keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana

orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi.

Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain,

teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan

berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara pada orang tuanya

saat punya masalah. Orang tua menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga

13

anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin

di rumahnya. Kemandirian menjadi hal yang sangat penting dalam kesehatan jiwa,

karena akan memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak

bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah sepert: mencuci, menyiram

bunga dll

2.5.6 Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung ditemukannya

obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran

perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap

lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan preventif dan promotif.

Perubahan hospital based care menjadi community based care merupakan trend yang

signifikan dalam pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri harus

mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan tiga kunci utama :

a. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta

hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.

b. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannya

c. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan

promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based care.

Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama

keperawatan mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.

14

2.5.6 Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri

a. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat dipertanggungjawabkan

karena masih kurangnya hasil-hasil riset tentang keperawatan jiwa klinik.

b. Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikannya

yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara

internasional.

c. Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman

sering kali tidak jelas “position description” job responsibility dan system

reward dalam pelayanan.

d. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa

keperawatan.

2.5.7 Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa

Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis

melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling menunjang). Seperti yang

dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa

agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang

lumpuh.

Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat

banyak penelitian dilakukan diantaranya sebuah penelitian yang mengatakan

kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus

dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang

15

menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak

pada siraman keimanan yang kuat.

Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu menyokong pasien dalam

menghadapi krisi kehidupan termasu kematian. Dimensi spiritual merupakan hal yang

sangat penting diperhatikan dalam masyarakat Indonesia. Walaupun hal ini sering

kali terabaikan. Pengertian tentang pentingnya memahami kebutuhan spiritual pasien

yang dilandasi atas keyakinan beragama, nilai dan pengalaman kehidupan pasien

sering tidak menjadi focus tenaga kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh

sulitnya menjelaskan secara ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut

Randi (1984) adalah mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan kebutuhan

untuk ditemani pada saat sakratul maut.

2.6 MANFAAT PROSES KEPERAWATAN JIWA

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa

merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat

dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang

berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab. Proses keperawatan merupakan

sarana/wahana kerjasama perawat dengan klien, yang umumnya pada tahap awal

peran perawat lebih besar dari pada peran klien, namun pada proses akhirnya

diharapkan peran klien lebih besar daripada peran perawat, sehingga kemandirian

klien dapat dicapai (Keliat, 1998). Manfaat dari proses kepeawatan jiwa dapat

disimpulkan sebagai berikut :

16

2.6.1 Manfaat keperawatan jiwa bagi perawat :

a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.

c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat

bertanggung jawab dan bertanggung gugat.

d. Peningkatan kepuasan kerja.

e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.

f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

2.6.2 Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien :

a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

b. Terhindar dari malpraktik.

17

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah yang didapat

selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang akan mendapatkan

masalah. Sebagian besar manusia tidak mampu mengontrol emosi dan mengelola

stresnya, sehingga akan melakukan yang hal-hal yang tidak baik bagi dirinya.

Walaupun begitu ada sebagian orang yang bisa melaluinya dengan baik. Kesehatan

jiwa menjadi masalah besar di dunia dan dianggap sangat mengancam. Seseorag yang

mengalami gangguan jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti menggunakan

NAPZA, melakukan bunuh diri dll. Setiap tahunnya kasus bunuh diri selalu

meningkat yang menyebabkan banyak orang yang meninggal. Pada saat sekarang ini

tren dan isu tentang keperawatan jiwa sangat berkembang. Gangguan jiwa bukan

hanya terjadi pada orang dewasa dan lansia saja tetapi juga terjadi pada anak-anak

dan remaja. Dan tidak hanya dialami oleh masyarakt kalangan bawah saja tetapi juga

kalangan menengah ke atas.

18

3.2 SARAN

Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi dan

kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Orang yang

mengalami depresi atau stress akan berusaha menghilangkan stresnya dengan

menggunakan NAPZA dan ada yang melakukan bunuh diri. Untuk itu sebagai

seorang perawat kita harus bisa merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan baik

agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Penigkatan pelayanan terhadap pasien

juga harus diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit jiwa bisa dilakukan

dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih diperkenalkan dengan

agamanya dan memperkuat imannya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta. Widya

Medika.

Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (I);

Jakarta. Buku Kedokteran ECG.

Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing (4); East

Washington Square. Lippincott.

Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam Merawat

Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Soedirman. 4 (1), 15-19.

Prihartini, Y. Hotnida, E. Peran Perawat dalam Program Terapi dan Pemberdayaan

Pasien dengan Dual Diagnosis. Bulletin Ilmiah Populer.35-42.

Novita, M.(2012). Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi

Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2011. Diakses pada tanggal 27 September 2012 dari

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31490

Anonim. Kesehatan Jiwa. Diakses pada tanggal 28 September 2012 dari

http:// faperta.ugm.ac.id/articles/kesehatan_jiwa.pdf

20