makalah hukum pajak klp 12

Download Makalah Hukum Pajak KLP 12

If you can't read please download the document

Upload: bismabdi

Post on 22-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Hukum Pajak

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk tugas mata kuliah HukumPajak ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Makalah ini adalah hasil tulisan kami yang memuat materi tentang Subjek Pajak beserta Objek Pajaknya. Bersama ini, kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini, yang pertama kepada orang tua kami yang tak lelah memberikan motivasi dan semangatnya . Yang kedua kepada sebagai dosen mata kuliah Hukum Pajakdanjuga teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan makalah ini tentunya jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan karya ini dan juga karya-karya kami selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Tangerang, Februari 2015 Hormat kami, Tim PenyusunDAFTAR ISIKATA PENGANTAR ..............................................................................DAFTAR ISI ........................................................................BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang......................................................................B. Rumusan Masalah ............................................................................................C. Tujuan.......................................................BAB II PEMBAHASAN1 PengertianSubjek Pajak.................................................................................. A.Yang Menjadi Objek Pajak............................................................................... B.Yang Tidak Menjadi Objek Pajak2.Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif...................3.Pengertian Objek Pajak.................................................................................4.Macam-macam Objek Pajak..........................................................................BAB III PENUTUP1. Kesimpulan ...2. Saran .................................................................................................................DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................BAB IPENDAHULUANA.LATAR BELAKANGDalam tiap-tiap masyarakat, ada hubungan antara manusia dengan manusia, dan selalu ada peraturan yang mengikatnya yaitu hukum. Hukum mengatur tentang hak dan kewajiban manusia. Hak untuk memperoleh gaji / upah dari pekerjaan membawa kewajiban untuk menghasilkan atau untuk bekerja.Demikian juga dengan pajak, hak untuk mencari dan memperoleh penghasilan sebanyak-banyaknya membawa kewajiban menyerahkan sebagian kepada negara dalam bentuk untuk membantu negara dalam meninggikan kesejahteraan umum. Begitu pula hak untuk memperoleh dan memiliki gedung, mobil dan barang lain membawa kewajiban untuk menyumbang kepada negara.B.RUMUSAN MASALAHApa pengertian dari subjek pajak ?Siapa saja yang menjadi subjek pajak ?Apa saja yang tidak menjadi objek pajak ?Kapan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subyektif ?Apa pengertian dari objek pajak ?Apa saja macam macam objek pajak ?C.TUJUANMemahami definisi subjek pajakMengetahui siapa saja yang menjadi subjek pajakMemahami apa saja yang tidak menjadi objek pajakMemahami kapan mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subyektifMendefinisikan pengertian objek pajakMendefinisikan macam macam objek pajakBAB IIPEMBAHASAN1.SUBJEK PAJAKA. Pengertian Subyek PajakSubjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma, perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.B.Yang Menjadi Subjek PajakAdapun yang menjadi subjek pajak sesuai undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 adalah :a. Orang Pribadib. Badanc. Bentuk Usaha TetapSubjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri,1.Subjek Pajak Dalam NegeriOrang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yangbertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di IndonesiaBadan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unittetentu Subjek dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :Pembentukannya berdasarkan peraturan perundang-undanganPembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahPenerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah DaerahPembukuaanya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara2.Pajak Luar NegeriOrang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak LuarNegeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di IndonesiaWajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadanWajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib memberitahukan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.2.Yang Tidak Termasuk Subjek PajakSedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah :a.Kantor perwakilan Negara asingb.Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka denga syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balikc.Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :Indonesiamenjasi anggota organisasi tersebutTidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota2.Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak SubjektifDimulainya Pajak Subjektif1.Subjek pajak orang pribadiBagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat lahir di IndonesiaBagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai sejak saat orang tersebut berada di IndonesiaBagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi tersebut menjalankan usahanya di IndonesiaBagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.2.Subjek pajak badanBagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.3.Subjek pajak warisan yang belum terbagiUntuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia. Warisan yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila warisan tersebut mengeluarkan penghasilan. Mengenai siapa yang bertanggungjawab atas pajak penghasilan warisan yang belum terbagi tersebut, undang-undang tidak menentukan.Menurut Rachmat Soemitro, yang bertanggung jawab adalah :Pelaksana warisan (executor testamenter)Salah seorang ahli waris (yang tidak menolak warisan)Semua ahli waris dari orang-orang lain yang mendapat bagian dari warisan itu, bertanggung jawab secara renteng atas pajak penghasilan.Berakhirnya kewajiban pajak subjektif1.Subjek pajak orang pribadiBagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat ia meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanyaBagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usaha atau tidak melakukan kegiatan di IndonesiaBagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usahanya di IndonesiaBagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut tidal ;agi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.2.Subjek pajak badanBagi subjek pajak danan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat badan tersebut dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia,Bagi subjek badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saaat badan tersebut tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.3.Subjek pajak warisan yang belum terbagiUntuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli warisnya masing-masing, dan sejak saat itu pula beralih pemenuhan kewajiban pajaknya kepada para ahli warisnya.Subjek Pajak PPh pasal 21Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh:Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oeh pegawai atau bukan pegawaiBendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan pembayara lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatanDana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pension dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebasPenyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanan suatu kegiatan.Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN-PPnBM)1.Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).2.Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.Subyek Pajak Bumi dan BangunanSubyek PBB adalahorangataubadanyang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau menguasai bangunan; dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan BangunanSubyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas Tanah dan/atau Bangunan.3.OBJEK PAJAKA. Pengertian Objek PajakMengenai apa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Misalnya :Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu; memiliki kendaraan bermotor, radio, televisi ;Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena perjanjian, mendirikan rumah atau gedung ;Peristiwa : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak,4.Macam Macam Objek Pajak1.Objek Pajak Penghasilan (PPh)Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri,. Penghasilan sebagai objek pajak PPh diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini,Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,Laba usaha,Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,f.Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminanpengembalian utang,Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,Keuntungan selisih kurs mata uang asing,Karena penilaian kembali aktiva,Premi asuransi,Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak,Penghasilan dari usaha berbasis syariah,Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengtur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,Surplus Bank Indonesia.2. Objek pajak PPNObjek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha dengan syarat :Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkanmerupakan barang kena pajakPenyerahan dilakukan di dalam daerah pabeanPenyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha ataupekerjaannya.Impor barang kena pajakPenyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh pengusaha dalam syarat :Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajakPenyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabeanPenyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabeanPemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak lain.Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.3.Objek pajak PPn-BMMenurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubahterakhirdengan UU No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah :Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.4.Objek Pajak Bumi dan BangunanDalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau dilekatkan secara tetap pada tansh atau perairan. Termasuk dalam bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah :Bangunan tempat tinggal (rumah)Gedung kantorHotelPabrikJalan lingkungan pabrik dan emplasemennyaKolam RenangTempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak, fasilitas lain yang memberikan manfaat.Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang :Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, social, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan ituMerupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hakDigunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balikDigunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan5. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang meliputi :Pemindahan hak karena :Jual beliTukar menukarHibahHibah wasiatWarisPemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnyaPemisahan hak yang mengakibatkan peralihan,Penunjukan pembeli dalam lelang,Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,Penggabungan usaha,Peleburan usaha,Pemekaran usaha,Hadiah.Pemberian hak baru karena :kelanjutan pelepasan hak,di luar pelepasan hakAdapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah :hak milik,hak guna usaha,hak guna bangunan,hak pakai,hak milik atas satuan rumah susun,hak pengelolaan.Objek pajak Bea MateraiDokumen yang dikenakan bea materai adalah :Suratperjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdataAkta-akta notaris termasuk salinannyaAkta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-rangkapnyaSuratyang memuat jumlah uang, yaitu :Yang menyebutkan penerimaan uangYang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bankYang berisi pemberitahuan saldo rekening di bankYang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau diperhitungkan,Suratberharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannnya jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula.Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah:a.Dokumen yang berupa :Suratpenyimpanan barangKonosemenSuratangkutan penumpang dan barangKeterangan pemindahanBukti untuk pengiriman dan penerimaan barangSuratpengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirimanSegala bentuk ijazahTanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran tersebut.BAB IIIPENUTUP1.KesimpulanPajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha dalam negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak untuk memperoleh perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk negara berkewajiban membayar pajak kepada negara.Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak.2.SaranPenghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting dalam pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib pajak harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhanekonomi bangsa Indonesia.DAFTAR PUSTAKAH. Bohari, SH., M.S.,Pengantar Hukum Pajak,Jakarta : P.T. Raja GrafindoDrs. C.S.T Kansil,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,Jakartahttp:// DATA KULIAH/AJ/perpajakan/Perpajakan-Subyek-Dan-Objek-Pajak.htmhttp://agushariyantosukses.blogspot.com/2012/05/subjek-dan-objek-hukum-pajak.html