makalah klp 1

Upload: sekar-kinanthi-putri

Post on 11-Jul-2015

642 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SISTEM RESPIRASI TUBERCULOSIS PARU

Oleh: Kelpmpok 1/ S1 B M. Vivi Riawati Maria Susila Natalia Lisa P Salestina Selvi Toni Hadi P Wilhelmina Tulit Windi Hestiana Y. Citra Dewi (201011058) (201011062) (201011068) (201011088) (201011095) (201011103) (201011105) (201011112)

PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES St. ELISABETH SEMARANG

2010 / 2011 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.

Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.

B. Tujuan 1. Mencari gambar dan video proses respirasi yang memperlihatkan anfis dari setiap organ respirasi pada fase ventilasi, difusi gas, dan transport O2 dan CO2 2. Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi 3. Menjelaskan hubungan pengaturan asam basa dalam tubuh dengan fase-fase yang ada dalam proses respirasi 4. Menjelaskan mekanisme homeostatis tubuh untuk memelihara pH darah dalam kondisi normal 5. Menjelaskan peran enzim pernafasan dalam proses pengaturan asam basa 6. Menjelaskan pathway dari TBC yang menggambarkan definisi, etiologi, tanda dan gejala, komplikasi, mekanisme kompensai tubuh, pemeriksaan diagnostic, terapi dan diet, data pengkajian yang termasuk pola Gordon, masalah keperawatan, serta perencanaan dari pasien yang mengalami TBC 7. Menjelaskan hasil askep dari kasus dengan mengintegrasi jawaban dari no 1-5

8. Apakah pasein perlu dilakukan PPD test, foto rhogten thorak 9. Urutan tindakan pada pasien antara PPD test, penkes terapi obat TBC, back blow, heimilich maneuver, triple maneuver 10.Apakah pasien perlu dilakukan punksi pleura

C. Manfaat Mahasisawa dapat membuat asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus TBC dan memberikan tindakan keperawatan yang tepat.

BAB II ISI

1. Mencari gambar dan video proses respirasi yang memperlihatkan anfis dari setiap organ respirasi pada fase ventilasi, difusi gas, dan transport O2 dan CO2

Struktur organ respirasi Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dan lingkungan. Sebelum membahas sistem pernapasan lebih jauh, akan dijelaskan dahulu beberapa organ yang berperan dalam sistem pernapasan.

a. Hidung - Di lapisi oleh 2 mukosa yaitu Mukosa Respiratorius ( epitel bersilia ), dan Mukosa Olfaktoris ( ujung saraf bebas ). - Di kelilingi oleh Sinus Paranalis ( yang di lapisi oleh mucus respiratorius ). Contoh sinusnya yaitu: 1. Sinus Maxilaris 2. Sinus Prontalis 3. Sinus Ethmoldalis 4. Sinus Sphenoldalis - di darahi oleh arteri: 1. Arteri Sphenopalatina 2. Arteri Maxilaris 3. Cabang Arteri Facialis - Olfaktorius ( aferen viceral ), Maxillaris ( serabut sensoris ).

- bagian-bagian hidung 1. batang hidung : dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis 2. Cuping hidung ; bagian bawah dari lateral hidung yang dibentuk oleh tulang rawan 3. Septum nasi : adalah yang membatasi dua rongga hidung 4. dinding lateral rongga hidung (kavum nasi) : terdidi dari 4 buah konka nasalis, empat buah meatus, dan antrum (lekuk bagian lateral cavum nasi didepan konka nasalis dan meatus nasalis)

-

Fungsi Hidung : 1. Jalan keluar masuknya udara 2. Penyaring. Udara disaring oleh bulu-bulu hidung dan partikel diatas rongga hidung disaring oleh rambut vestibular, lapisan mukosiliar, dan lizozim (protein dalam air mata). 3. Melembabkan udara dan menghangatkan udara Sel Goblet dan kelenjar serous berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara. Menghangatkan udara oleh permukaan konka dan septum naalis. Setelang melewati faring suhu udara kurang lebih 36 0 C 4. Reseptor pembau oleh saraf olfaktorius saraf sensibel

b. Farink Rongga yang berbentuk pipih dan di leawti oleh udara dan makanan, terdiri dari otot skeletal untuk penelanan. - Terdapat glottis yang berfungsi menutup saluran napas apabila ada makanan yang akan melewati farink.

- Terdiri dari : Jalan napas. 1. Nasofaring ( 2 tuba estachii, adenoid ) Jalan makanan dan napas. 2. Orofaring ( uvula ) Perbatasan dengan laring. 3. Laringofaring - Terdapat lapisan-lapisan yaitu : epitel berderet slindris dengan 2 tipe : 1. Epitel Mukosa Respiratoria a. Sel Goblet : sel yang akan mensekresi mucus yang akan menangkap bahan- bahan kotoran dari luar. b. Sel bersilia : silia akan bergerak untuk mendorong mucus keluar. 2. Pembuluh darah : menghangatkan 3. Lamina propia : terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar dan banyak sabut-sabut elastis. 4. Tunika Sub Mukosa : mengandung jaringan ikat kendor yang mempunyai banyak jaringan limfoid. Jaringan limfoid atau tonsil palatine atau mandel yang berfungsi sebagain mencegah masuknya kuman melalui rongga mulut kefaring. - Jaringan limfoid yaitu : 1. Tonsillae Pharygica : letaknya di belakang nasopharing 2. Tonsillae Palatina : terletak di perbatasan rongga mulut dan oroparing kanan. 3. Tonsillae Lingialis : terletak pada akar lidah 4. Tonsillae Tubaria : terletak di sekitar muara Tuba Eustachi

c. Laring Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang dilenngkapi dengan otot, membrane jaringan ikat, dan ligamentum. Memiliki penonjolan yang membentuk jakun.

Tabung pendek berbentuk seperti kotak tringular dan di topang oleh sembilan kartilago: tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan: 1. Kartilago tidak berpasangan a. Kartilago Tiroid : terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid. Berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormon yang disekresi saat pubertas. Kartilago ini dibentuk oleh dua lempeng tulang rawan datar yang digabungkan bersama kebagian depan untuk membentuk tonjolan laryngeal atau adams apel atau buah jakun. b. Kartilago Krikoid : cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak di bawah kartilago tiroid. Tulang ini dilapasi oleh epitel bersilia. c. Epiglotis : Katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid dibagian bawah noktah tiroid. Saat menelan, epiglotis secara otomatis menutup mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan. 2. Kartilago berpasangan a. Kartilago Aritenoid : dibentuk oleh tulang rawan hialin. Tulang rawan ini terletak pada ujung atas sebelah luar tulang rawan krikoid dues dan ligament suara menyatu pada tulang rawan tersebut. Tulang rawan ini membentuk didnding posterior laring. Melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan dari epitelium skuamosa bertingkat. b. Kartilago Korinulata : melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid. c. Kartilago Kuneiform : berupa batang-batang kecil yang membantu menopang jaringn lunak. - Memiliki 2 pasang lipatan mukosa yang membagi laring: 1. Lipatan ventrikular : di sebut juga pita suara palsu yang dapat merapat untuk menahan napas sewaktu menggendan. 2. Lipatan Vokalaris : di sebut pita suara sejati yang membentuk suara., terdapat dua buah otot , oleh gerakkan otot ini maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara dapat melebar dan mengecil, sehingga terbentuklah suara.

d. Trakea Trakea terletak diantara vertebra servikalis IV sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea sejajar dengan vertebra torakalis V. Terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri yang masing-masing masuk ke paru kanan dan kiri. - Panjangnya 13 cm diameter 2,5 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang di lapisi oleh otot polos, terdapat septum yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan yang disebut karina. - Terdapat epitel yang terdiri dari : 1. Seel silindris bersilia 2. Sel goblet 3. Sel slindris dengan striated border ( sel penyikat ) 4. Sel lymfosit, makrofag

e. Bronkus Bronkus merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V dan mengarah keparu-paru. Bagian-bagian bronkus : 1. Bronkus prinsipalis Dekstra Panajangnya 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis bercabang 3 yaitu bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior, bronkus lobaris posterior. 2. Bronkus prinsipalis sinistra Lebih sempit dan lebih panjang daripada bronkus kanan sekitar 5 cm. masuk kehilus pulmonalis sinitra kemudian bercabang menjadi bronkus lobaris superior, dan bronkus lobaris inferior.

Terbagi 2 : kanan dan kiri. Kanan lebih pendek dan lebih lebar, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Kiri lebih panjang dan ramping dari yang kanan, terdi dari 912 cicncin mempunyai 2 cabang.Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkiolus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil menjadi bronkus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidakmengandung alveoli. - Bronkus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu: 1. Bronkiolus respiratoris 2. Duktus alveolaris 3. Sakus alveolaris terminalis f. Bronkiolus Bronkus yang paling halus disebut bronkiolus. Disusun oleh muskulus, fibrosa dan jaringan elastic yang dihubngkan dengan epitel kuboid. g. alveolus Suatu sel pipih alveolar tipe 1 yang menyusun dinding alveoli adalah selapis epitel gepeng. Dalam ruang d antara sebaran alveoli terdapat jaringan ikat elastis yang penting untuk ekhalasi. - Alveolus di lapisi oleh zat lipoprotein yang di namakan surfaktan.

h. Paru-paru Paru-paru adalah satu organ system pernafasan yang berada didalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Paru bersifat lunak, elastic, ringan daN terapung dalam air berada dalam rongga torak. Paru berwarna biru kebu-abuan. Letak paru-paru disamping mediatinum dan melekat pada perataraan radiks pulmonalis yang satu sama liannya dipisahkan oleh jantung, pembuluh darah besar, dan struktur lain dalam mediastinum.

Pada permukaan paru kiri terdapat hilus pulmonalis yaitu lekukan dimana bronkus, pembuluh darah dan saraf masuk ke paru-paru membentuk radiks pulmonalis. Segmen-segmen paru : 1. Paru kanan a. Lobus superior Segmen apical Segmen superior Segmen antrior

b. Lobus medius Segmen lateral Segmen medial

c. Lobus inferior Segmen superior Segmen mediobasal Segmen arterobasal Segmen laterobasal Segmen posterior basal

2. Paru kiri a. Lobus superiror Segmen apikoposterior

-

Segmen anterior Segmen superior Segmen inferior

b. Lobus inferior 3. Pleura Pleura adalah suatu membrane serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat paru-paru berada yang berjumlah 2 buah yaitu kiri dan kanan serta tidak salin berhubungan. Lapisan pleura : a. Lapisan parietalis Lapisan yang langsung berhubungan dengan paru-paru serta memisahkan lobus-lobus dari paru-paru. b. Lapisan viseralis Lapisan ini merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Memiliki empat bagian : Pleura torakalis : merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling kuat dari dinding toraks. Pleura servikalis Segmen superior Segmen ateriomedobasal Segmen lateral basal Segmen latero basal

-

Pleura diafragmatik : bagian pleura yang diatas diafragmatik Pleura mediastinalis ; bagian pleura yang menutup permukaan lateral media stenum serta susunan yang terletak didalamnya.

1.

Ventilasi

Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru. Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru. Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus. Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis. Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari sekelompok

neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi). Ventilasi dipengaruhi oleh : 1. Kadar oksigen pada atmosfer 2. Kebersihan jalan nafas 3. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru 4. Pusat pernafasan Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara. Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat. Saat terjadi ventilasi maka volume udara yang keluar masuk antara atmosfer dan paruparu dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal. IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru setelah inspirasi normal. ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.

2. Difusi Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal. Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru. Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit.

Difusi dipengaruhi oleh : 1. Ketebalan membran respirasi 2. Koefisien difusi 3. Luas permukaan membran respirasi* 4. Perbedaan tekanan parsial

3. Transportasi Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 57 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat). Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit. Saat olah raga berat dapat meningkat 15 20 kali lipat. Transportasi gas dipengaruhi oleh : 1. Cardiac Output 2. Jumlah eritrosit 3. Aktivitas 4. Hematokrit darah

Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.

Regulasi Kebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen

akan meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut : Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh : Ritmisitas pernafasaan dikontrol oleh pusat pernafasan yang terletak dalam otak. Pusat inspirasi dan ekspirasi terletak dalam medulla oblongata dan pons mengontrol frekuensi dan kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Pusat apneustik pada pons bagian bawah menstimulasi pusat medullar inspirasi untuk meningkatkan inspirasi dalam, lama, pusat pheumotaksik , yang trletak pada pons atas , diduga mengontrol pola pernafasaan Terdapat beberapa kelompok tempat reseptor yang memantau dalam kontrol funsi pernafasan otak. Kemoreseptor sentral terletak pada medulla dan berespon terhadap perubahan kimia dalam cairan serebrospinal, yang selanjutnya akibat perubahan kimiawi dalam darah.reseptor ini berespons terhadap peningkatan atau penurunan ph dan menyempitkan pesan ke paru paru untuk mengubah kedalamn dan kemudian frekuensi ventilasi untuk memperbaiki keseimbangan. Kemoreseptor perifer terletak pada arkus aurtik dan arteri karetis dan pertamatama berespon terhadap perubahan pao2 , kemudian terhadap paco2 dan ph. Refleks hering-breuer di aktifkan oleh tegangan reseptor yang terletak dalam alvioli. Ketika paru berdistensi , inspirasi mengalami hambatan ; sebagai akibat, paru paru tidak mengalami overdistensi. Juga terdapat proprioseptor dalm otot dan persendian yang berespon terhadap gerakan tubuh seperti olahraga yang meningkatkan ventilasi. Dengan demikian, olahraga rentang gerak pada pasien imobile menstimilasi pernafassan. Baroreseptor, juga terletak pada korpus aortik dan karotis , berespon terhadap peningkatan atau penurunan tekanan darah arteri dan menyebabkan reflek hyperventilasi atau hipoventilasi. 1. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi. 2. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis. 3. Gerakan : perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor. 4. Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.

5. Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas

2. Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi

Proses pernafasan Dari hidung, udara terus masuk ke tenggorokan, kemudian ke dalam paru-paru. Akhirnya, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang terkandung dalam alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah yang ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikat oleh hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh. Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh. Gas karbon dioksida yang dihasilkan selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah mengangkut karbon dioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru dan akan dikeluarkan ke udara melalui hidung saat kamu mengeluarkan napas.

Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat kamu mengeluarkan napas, otot diafragma dan otototot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara didalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, hal yang perlu kamu ingat, bahwa udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil. Jenis Pernapasan Berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut. a. Pernapasan Dada Pernapasan dada terjadi karena otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk terangkat dan akibatnya volume rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada ini membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru mengembang. Pada saat paru-paru mengembang, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam paruparu, akibatnya udara masuk. Sebaliknya, saat otot antartulang rusuk berelaksasi, tulang rusuk turun. Akibatnya, volume rongga dada mengecil sehingga tekanan di dalamnya pun naik. Pada keadaan ini paru-paru mengempis sehingga udara keluar.

b. Pernapasan Perut Pernapasan ini terjadi karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma berkontraksi, rongga dada akan membesar dan paru-paru mengembang. Akibatnya, udara akan masuk ke dalam paru-paru. Saat otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga dada akan menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis. Selanjutnya, udara dari paru-paru akan keluar.

Factor yang mempengaruhi respirasi

Tahap Perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan

jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu : a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan. Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti

makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

3. Menjelaskan hubungan pengaturan asam basa dalam tubuh dengan fase-fase yang ada dalam proses respirasi

Fungsi buffer Oksigen darah Hemoglobin.

Sebagai system buffer, O2

hemoglobin dalam darah bertanggung jawab untuk mengatur tekanan O2 di dalam jaringan. Dalam keadaan basa pun jaringan memerlukan 5 ml O2 setiap 100 ml darah yang mengalir melalui kapiler jaringan. Dengan melepas 5 ml O2 dalam 100 ml darah, PO2 harus turun menjadi 40 mmHg. Bila terjadi peningkatan, oksigen yang diperlukan oleh jaringan tidak dapat dilepaskan dari hemoglobin. Dengan cara ini, hemoglobin bisa menentukan suatu batas atas tekanan gas dalam jaringan. Fungsi buffer dan hemoglobin sangat penting bila PO2 alveolus turun sangat rendah. Apabila PO2 alveolus turun sangat rendah yaitu sebesar 60 mmHg pada tempat ketinggian 2,5 mil. Kejenuhan hemoglobin akan terjadi bila jaringan masih mengeluarkan PO2 darah vena yang hanya turun sedikit di bawah 40 mmHg atau PO2 meningkat sangat tinggi kejenuhan O2 maksimum dari hemoglobin tidak pernah 100%, peningkatan tekanan parsial dalam alveolus meningkat menjadi 500 mmHg. Peningkatan kejenuhan hemoglobin hanya 3 % karena PO2 sebesar 104 mmHg, 97% hemoglobin telah bergabung dengan O2. Hanya sejumlah kecil O2 tambahan larut dalam darah. Bila darah melewati

kapiler, jaringan akan kehilangan beberapa millimeter O2. Kehilangan ini menurunkan PO2 darah kapiler ke normal yaitu 40 mmHg.

4. Menjelaskan mekanisme homeostatis tubuh untuk memelihara pH darah dalam kondisi normal

Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik homeostasis terjadi pada setiap organisme. Di antara faktor-fasktor lingkungan internal yang harus dijaga secara homeostatik adalah: Kondisi molekul-molekul makanan. Sel-sel memerlukan pasok zat makanan yang konstan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk menghasilkan energi metabolik yang diperlukan guna menunjang kehidupan dan aktivitas seliler yang khusus. Konsentrasi O2 dan CO2. Sel memerlukan O2 untuk keperluan oksidasi molekul-molekul zat makanan guna menghasilkan energi yang digunakan oleh sel. sedangkanCO2 yang diproduksi selama reaksi kimia tersebut harus diimbangi dengan pengeluaran CO2 dari paruparu, sehingga pembentukan asam dari CO2 tidak meningkatkan keasaman lingkungan eksternal.. Konsentrasi zat sampah.

Berbagai reaksi kimia menghasilkan produk akhir yang tidak dikehendaki dan memiliki efek racum pada sel-sel tubuh bila zat sampah tersebut teraakumulasi sampai diatas batas tertentu. pH. Perubahan keasaman dalam lingkungan internal akan mempengaruhi aktivitas sel, misalnya mempengaruhi mekanisme sinyal listerik pada sel saraf dan aktivitas enzim dari semua sel. Konsentrasi garam dan elektrolit yang lain. Konsentrasi garam-garam dalam lingkungan internal sangat penting untuk memelihara volume sel secara tepat. Sel-sel tidak berfungsi secara normal bila sel menggelembungkan atau mengkerut. Elektrolit yang lain menampilkan bermacam-macam fungsi vital. Misalnya, denyut jantung yang teratur tergantung pada konsentrasi kalium (K+) dalam cairan ekstraseluler.

Suhu. Sel-sel tubuh akan berfungsi secara optimal di dalam rentangan suhu yang sempit. Fungsi sel sangat menurun bila berada dalam lingkungan yang sangat dingin, dan emnjadi rusak (struktur protein dan enzimatiknya) apabila berada dalam lingkungan yang sangat panas. Volume dan tekanan. Sirkulasi komponen lingkungan internal, yaitu plasma darah, harus dijaga pada volume dan tekanan darah yang pasti, untuk menjamin distribusinya yang luas antara lingkungan internal dan sel.

Untuk menjaga homeostasis diperlukan aktivitas berbagai sitem tubuh. Terdapat 11 sistem tubuh utama yang menyumbang homeostasis: Sistem rangka, menunjang dan melindungi jaringan dan organ-organ yang lemah, serta berfungsi sebagai persediaan kalsium (Ca++), suatu elektrolit yang dalam plasma harus dijaga dalam jumalh yang terbatas. Bersama dengan sistem otot, sistem rangka juga memungkinkan gerakan tubuh dan bagian-bagiannya. Sitem otot, menggerakan tulang-tulang tempat melekatnya. Dari pandangan homeostasis secara murni, sistem ini memungkinkan suatu individu bergerak ke arah makanan atau menjauhi bahaya. Selanjutnya panas yang ditimbulkan oleh otot rangka sangat penting bagi regulasi suhu. Sebagai tambahan, karena otot rangka dibawah kotrol kesadaran, memungkinkan seseorang menggunakanya untuk melakukan geraka lsin yang tidak langsung kearah pemeliharaan homeostasis. Sistem saraf, adalah salah satu dari dua sistem kontrol tubuh yang utama. Secara umum sistem saraf mengontrol dan mengkoordinir aktivitas tubuh yang memerlukan respon yang cepat. Sistem ini secara khusus pentig dalam maendeteksi dam memberikan reaksi kepada perubahan-perubahan dalam lingkungan ekstetrnal. Selanjutnya, sistem ini bertanggung jawab pada fungsi-fungsi yang lebih tinggiyang tidak seluruhnya langsing di bawah pemeliharaan homeostasis, seperti kesadaran, memori (ingatan), dam kreativitas. Sistem endokrin, adalah sistem kontrol utama yang lain. Secara umum, hormon yang disekresikan meregulasi aktivitas tubuh yang lambat, sistem ini khususnya penting dalam mengontrol konsentrasi nutrien dan pengaturan fungsi ginjal, mengontrol volume dan komposisi elektrolit lingkungan internal.

Sistem sirkulasi, adalah sistem transpor yang membawa berbagai zat seperti; zat makanan, O2, CO2, zat sampah, elektrolit, dan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sistem kekebalan, sebagai pertahanan melawan penyusup asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kangker. Sistem ini juga membuka jalan untuk memperbaiki atau mengganti sel-sel yang luka atau usang. Sistem respirasi, mengambil O2 dari ligkungan eksternal dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan mengatur kecepatan pemindahan CO2 sebagai pembentuk asam (H2CO3), maka sistem respirasi juga penting dalam pemeliharaan pH yang tepat dalam lingkungan internal. Sistem pencernan, mencerna makann yang kita makan menjadi molekul zat makann yang siap diabsorbsi ke dalam plasma untuk didistribusikan ke sel-sl tubuh. Sistem ini juga mentransfer air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke dalam lingkungan internal. Sistem integumen, berfungsi sebagai pelindung luar untuk melindingi kehilngan cairan internal dari tabuh dan masuknya microorganisme asing ke dalam tubuh. Sistem ini juga pnting dalam meregulasi suhu tubuh. Jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh ke lingkungan luar dapat diatur dengan mengontrol produksi keringat dan dengan meregulasi aliran darah dan dengan meregulasi aliran darah yang membawa panas ke kulit. Sistem urinaria, mengeluarkan zar sampah selain CO2 dam memegang peranan penting dalam meregulasi volume, komposisi elektrolit, dan keasaman cairan ekstraseluler. Sistem reproduksi, pada dasarnya tidak esensial untuk homeostasis dan dengan demikian tidak esensial untuk kelangsungan hidup individu. Sistem reproduksi esensial untuk pelestarian spesies.

Untuk menjaga homeostasis, tubuh harus mampu mendeteksi faktor-faktor penyimpangan dalam lingkungan internal yang perlu diatasi dengan cepat, dan harus mampu mengontrol berbagai sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk mengatur fakktor-faktor tersebut. Misalnya untuk memelihara konsentasi CO2 dalam cairan ekstraseluler pada harga yang optimal, harus ada cara mendeteksi perubahan konsentrasi CO2 dan kemudian merubah secara tepat aktivitas respirasi, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke tigkat yang diinginkan. Terdapat dua kategori umum dari sistem kontrol yang bekerja memelihara homeostasis, yaitu kontrol insintrik dan eksentrik. Kontrol insintrik (insintrik berarti dalam) adalah kontrol yang menyatu atau inhern pada suatu organ. Misalnya, otot yang aktif dengan cepat memerlukan O2dam menghasilkan CO2 serta energi untuk menunjang aktivitas kontraktilnya. Aktivitas otot tersebut cenderung menurunkan konsentrasi O2 dan meningkatkan konsentrasi CO2 di dalam otot. Keadaan tertsebut akan mempengaruhi secara langsung pada otot polos dinding pembuluh darah yang memasok O2 kepada otot. Selanjutnya perubahan zat kimia (CO2 dan O2) menyebabkan otot polos relaks dan pembuluh melebar menyebabkn peningkatan aliran darah kedaerah otot yang aktiv tadi. Mekanisme setempat (lokal) tersebut menyumbang pemeliharaan tingkat optimal O2 dan CO2 dalam lingkungan cairan internal di sekitar sel-sel otot yang aktif tadi. Kebanyakn faktor dalam lingkungan internal dipelihara oleh kontrol eksentrik (eksentrik berarti luar), yaitu mekanisme regulasi yang berad di luar suatu organ yang mengatur aktivitas organ tersebut. Kontrol eksenntrik berbagai organ dan sistem dilaksanakan denga baik oleh sitem saraf dan sisten endokrin, yaitu dua sistem kontrol utama dalam tubuh. Kontrol ekstrinsik memungkinkan regulasi yang terkoordinasi dari beberapa organ ke arah tujuan umum, tidak seperti kontrol intrinsik yang melayani sendiri satu organ diman gangguan itu terjadi. Mekanisme

regulasi yang terkoordinasi adalah penting untuk memelihara keadaan konstan yang dinamis dalam lingkungan internal sebagai keseluruhan. Misalnya, untuk memperbaiki tekanan darah ke arah tingkat yang tepat apabila tekanan tadi turun sangat rendah, maka sistem saraf secara serentak mempengaruhi jantung dan pembuluh darah di seluruh tubuh untuk menghasilkan tekanan darah yang normal. Mekanisme kontrol homeostasis berlangsung dengan prinsip umpan balik negatif (negative feedback). Umpan balik negatif timbul bila suatu perubahan dalam suatu variabel yang diregilasi memicu suatu respon yang melawan perubahan itu, yaitu membawa variabel kearah yang berlawanan dengan perubahan mula-mula. Suatu analogi yang umum dari umpan balik negatif adalah termostatis yang mengatur alat pemanas. Suhu kamar diatur oleh aktifitas suatu alat pemanas, yaitu suatu sumber panas yang dapat hidup (menyala) dan dapat mati (padam). Bila termostat yang sensitif terhadap suhu mendeteksi bahwa suhu kamar turun dibaaaawah suhu yang di tentukan, maka termostat akan mengaktifkanpemanas dengan memproduksi panas untukmeningkatkan suhu kamar. Begitu suhu kamar mencapai titik yang di tentukan, termostat dam pemanas akan mati. Jadi di sini panas yang dihasilkan oleh alat pemanas melawan atau mengurangi penurunan suhu semula. Suatu sistem umpan balik negatif homeostasis berlangsung dengan cara yang sama untuk menjaga faktor yang terkontrol dalam suatu keadaan stabil yang relatif. Misalnya, bila sel-sel saraf yang memonitor tekann darah mendeteksi suatu penurunan tekanan darah di bawah tingkat yang membahayakan, maka sistem saraf akan mengatur serangkaian perubahan yang berlaawanan arah didalam sistem sirkulasi untuk meningkatkan tekanan darah ke tingkat yang semestinya. Pada saat tekanan darah meningkat sampai pada titk normal, maka masukan stimulus ke jantung dan pembuluh darah dari sel-sel reseptor tekanan darah (baroreseptor) akan berhenti. Hasilnya, bahwa tekanan darah tidak terus meningkat

sampai tingkat yang membahayakan. Kejadian sebaliknya akan terjadi apabila tekanan darah meningkat diatas titk normal. Karena umpan balikpositif memindahkan variabel yang terkontrol bahkan menjauhi dari keadaan stabil, maka kejadian semacam ini jarang terjadi di dalam tubuh yang bbbbertujuan utama menjaga keadaan stabil, yaitu konddisi homeostasis. Contoh kejadian umpan baalik positif adalah produksi hormon oksotosin untuk kontraksi uterus selama melahirkan. Hormon oksitosin mempengaruhi kontraksi otot uterus. Selama uterus berkontraksi untuk mendorong bayi kearah serviks, suatu urutan kejadian dipicu untuk membebaskan semakin banyak oksitosin, yang menyebabkan uterus berkontraksi lebih kuat. Kontraksi uterus ini akan memicu pembebasan lebih banyak hormon oksitosin, dan seterusnya. Siklus umpan balik positif ini tidak akan berhenti sampai bayi lahir. Bila satu sistem tubuh atau lebih gagal berfungsi dengan baik, maka homeostasis akan terganggu dan semua sel akanmenderita sebab sel-sel tidak lagi berada dalam lingkungan yang optimal untuk hidup dan berfungsi. Bila gangguan homeostasis menjadi semkin hebat sehingga tidk lagi sesuai untuk kelangsungan hidup, maka hasilnya tubuhmenjadi sakit dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian. Beberapa contoh penyakit akibat gangguan homeostasis adalah tekanan daraah tinggi, sakit gula, asam urat, anemia, dehidrasi, dan sebagainya.

Keseimbangan Asam-Basa Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas

metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu: 1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat. 2. katabolisme zat organik 3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H. Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain: 1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas. 2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh 3. mempengaruhi konsentrasi ion K bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara: mengaktifkan sistem dapar kimia mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

5. Menjelaskan peran enzim pernafasan dalam proses pengaturan asam basa Enzim-enzim organ respirasi pada dewasa Enzim-enzim pernafasan

Enzim estalase Suatu enzim proteolitik, suatu enzim yang berada dialveolus enzim yang dapat merusak jaringan elastin. Enzim yang terpenting diparu-paru adalah enzim elastase netrofil, yang dikeluarkan oleh granula azurofilik netrofil. Makrofag alveolus dan monosit dapat juga mengeluarkan enzim elastase. Enzim antietalase (A-1-AT) Enzim penetral elastase sehingga kerusakan jaringan elastin paru dapat dicegah. Berada pada saluran pernafasan bagian bawah. Enzim ini dibuat dihati yang dfapat berdifusi melalui alveolus saluran pernafasan bagian bawah. Broncus Mucus inhibitor Merupakan enzim antielastase yang terdapat disaluran pernafasan bagian bawah. Enzim methioninsulfoside reductase Merupakan enzim yang berfungsi untuk mengubah enzim A-1_AT oksida menjadi A-1-AT, yang nanti akan berfungsi kembali sebagai penetral kerja enzim etalase. Enzim karbonat anhidrasi

6. Menjelaskan pathway dari TBC yang menggambarkan definisi, etiologi, tanda dan gejala, komplikasi, mekanisme kompensai tubuh, pemeriksaan diagnostic, terapi dan diet, data pengkajian yang termasuk pola Gordon, masalah keperawatan, serta perencanaan dari pasien yang mengalami TBC

Definisi

Tuberkulosis (TBC) adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disbabkan oleh mikro organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi pericikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang dipasteurisasi, atau kadang-kadang melalui lesi kulit. Etiologi TBC disebabkan oleh kuman TBC yaitu Mycobakterium tuberculosis yang berukuran 0,3 X 2-4 cm. Sifat kuman ini adalah aerob yaitu lebih menyenangi hidup pada jaringan yang tinggi kadar oksigen dan juga bersifat dormant didalam sel yaitu basil tidak aktif tetapi bila keluar dari sel maka basil akan berkembang biak, pada penderita akan mengalami kekambuhan. Kuman lebih tahan terhadap asam (BTA/Basal Tahan Asam) dan lebih tahan lagi terhadap gangguan kimia dan fisik, tidak dapat terlihat oleh mata telanjang, mati pada air mendidih, mudah mati bila terkena sinar matahari, tahan hidup pada kamar yang lembab, dapat berkembangbiak dalam sel (intra sel maupun diluar sel/ekstra sel). Ada beberapa factor yang mempengaruhi dapat terjadinya infeksi TBC, Yaitu keganasan basil TBC. Jumlah basil yang cukup banyak, adanya sumber penularan, daya tahan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu keturunan, usia, nutrisi yang kurang dan penyakit diabetes mellitus. Penularan Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nucleik. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat

bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan penaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan. Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang). Tanda gejala Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik: 1. Gejala respiratorik, meliputi: a. Batuk Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan. b. Batuk darah Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. c. Sesak napas Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena

ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain. d. Nyeri dada Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena. 2. Gejala sistemik, meliputi: a. Demam Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek. b. Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia. Gejala klinis Haemoptoe: Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Batuk darah a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan b. Darah berbuih bercampur udara c. Darah segar berwarna merah muda d. Darah bersifat alkalis e. Anemia kadang-kadang terjadi f. Benzidin test negatif 2. Muntah darah a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual

b. Darah bercampur sisa makanan c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung d. Darah bersifat asam e. Anemia seriang terjadi f. Benzidin test positif 3. Epistaksis a. Darah menetes dari hidung b. Batuk pelan kadang keluar c. Darah berwarna merah segar d. Darah bersifat alkalis e. Anemia jarang terjadi

Patofisiologi

Ada tiga pintu masuk Mikroorganismre Mycobakterium Tuberkulosis yaitu saluran pernafasan, saluran cerna, dan luka terbuka pada kulit. Tetapi Kebanyakan infeksi TBC melalui pintu saluran pernafasan. Mula-mula basil TBC yang dapat terbang dari penderita yang sedang berbicara, bersin atau bernmyanyi terhisap oleh orang lain. Kemudian basil basil tersebut langsung masuk melalui jalan nafas dan menempel ada permukaan alveolar dari parenkim pada bagian bawah lobus atau bagian atas lobus bawah. Kemudian leukosit dari tubuh memakan bakteri tersebut, tetapi bakteri tersebut tidak mati dan infeksi menyebar melalui saluran getah bening, dan terbentuklah suatu infeksi Tuberkulosis primer yaitu suatu peradangan yang terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mycobakteriun tuberculosa. Dalam perjalanan penyakit yang lebih lanjut, sebagian besar penderita TB paru primer (90%) akan sembuh sendiri dari 10% akan mengalami penyebaran eksogen yaitu karena infeksi baru dari luar dan proses ini disebut TBC Paru Post Primer. TBC post Primer kerusakan

jaringan lebih cepat, karena sudah ada kekebalan terhadap infeksi basilTBC. Fokus infeksi jaringan paru yang disebut kavitas. Bila kavitas tersebut lamalama diliputi oleh anyaman pembuluh bakteri, dan bila pecah dapat mengakibatkan kematian, karena saluran nafas tersumbat oleh bekuan darah. Bila daya tahan tubuh melemah maka basil akan menyebar ke paru lain, bahkan menyebar melalui aliran limfe dan darah ke organ lain.

1. Tuberculosis primer Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulanbulan. Bila partikel ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari trakeo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Kuman juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi. Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluraan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis local + limfadenitis regional = kompleks primer.

Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi: 1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. 2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus atau kompleks sarang Ghon. 3. Komplikasi dan menyebar secara : a. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya. b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. c. Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya d. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya. Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer 2. Tuberculosis Post-primer Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post-primer). Tuberculosis post-primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah kedaerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 310 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.

KOMPLIKASI Komplikasi yang serimg dialami oleh penderita TBC adalah sebagai berikut Hemoptitis adalah peredaran dari saluran nafas yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas Kolaps dari lobu akibat retraksi bronchial, sehingga terjadi ketidak mampuan menampung atau menyimpan oksigen dari lobus. Pneumotorak adalh adanya udara dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah tekanan pneumotorak udara dalam membran berada dalam tekanan yang lebih tinggi dari udara dalam paru-paru yang berdampingan dan pembuluh darah, sehingga kapasitas oksigen yang dihirup hanya sebagian. Efusi Pleura adalah adanya cairan abnormal dslsm rongga pleura yang disebabkan oleh tekanan yang tidak seimbang pada kapiler yang utuh dan menyebabkan kapasitas paru-paru tidak berkembang. Bronkietctaksis adalah endapan nanah ada bronkus setempat karena terdapat infeksi pada bronkus. Penyebabnya yaitu kerusaka yang berulang pada dinding bronchial dan keadaan abnormal dari jaringan penghail mucus mengakibatkan rusaknya jaringan pendukung menuju saluran nafas. fibrosis adalah pembentukan jaringan ikat pada roses pemulihan atau pnyembuhan. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti Otak,tulang, persendian, ginjal, dan yang lain. Insufisiensi kardio pulmonal atau penurunan fungsi jantung dan paru-paru sehingga kadar oksigen dalam darah rendah.

Pemeriksaan diagnostic

o Anamnesis dan pemeriksaan fisik o Pemeriksaan LED (LED normal atau meningkat, limfositosis) o Foto Rontgent Thorak Bayangan lesi terletak di bagian lapang paru atau sgmen apical lobus bawah Bayangan berwarna atau berbercak Adanya kavitas tunggal atau ganda Kelainan bilateral terutama di lapang paru bagian atas Adanya klasifikasi Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu ke depan

o Pemeriksaan BTA Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnose TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini. o Tes PAP Uji serologi immunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG yang spesifik terhadap TB o Tes Mantox (Tuberculin) o Theknik polymerase chain Reaction Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amflikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1

mikroorganisme dalam specimen. Juga dapat mendeteksi suatu resistensi o BATEC Deteksi growth berdasarkan O2 yang dihasilkan dari metabolism asam lemak oleh M. Tuberculosis o Enzyme Linkid Immunosuppresan Assay Deteksi respon humoral berupa proses antigen antibody yang terjadi. o MYCODOT Deteksi antibody memakai antigen lipoarobinomanan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic kemudian dicelupkan dalam serup pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah. Penatalaksanaan Medis

Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis yakni: 1.Aktivitas bakterisid Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan). 2.Aktivitas sterilisasi Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.

Dalam pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH. Kemoterapi : Pemberian terapi pada tubercolusis didasarkan pada 3 karakteristik basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen , hasil yang hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen , basil yang hidup dalam lingkungan yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga beberapa tahun, basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat. Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan selama 18 24 bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara INH, rifampizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama dua bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam satu minggu. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskular) dan ethambutol. Terapi kortikosteroid diberikan bersama dengan obat antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada meningitis. Pembedahan : dilakukan jika kometerapi tidak berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak. Pencegahan : Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkolusis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada

analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kometerapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen. Farmakologi Obat Anti Tuberculosis (OAT) a. Isoniazide (H) 400 mg/hari (harus diberikan suplemen piridoksin 25-50 mg/hari) b. Rifampisin (R) 400 mg/hari (jika berat badan 50 kg) c. Pirazinamid (Z) 3 kali 500 mg selama 2 bulan pertama. d. Etambutol (E) 25 mg/kg BB/hari untuk 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan 15 mg/kg untuk masa terapi selanjutnya. e. Steptomisin injeksi 1 gram, intramuskuler, setiap hari atau 2 kali seminggu. f. Kombinasi OAT yang lazim diberikan adalah 2 HRZ/4-6 HRE (2 bulan HRZ dilanjutkan dilanjutkan HRE setiap hari selama 4 bulan) atau 2 HRZE/4-6 H2R2E2 (kombinasi HRZE setiap hari selama 2 bulan dilanjutkan dengan HRE 2 kali seminggu selama 4-6 bulan. - Obat batuk sebaiknya tidak diberikan, kecuali jika sangat mengganggu dapat diberikan codein sulfat 4-6 kali 10-15 mg. 2. Khusus - Kortikosteroid (diberikan jika sangat parah dan tampak toksis, memperbaiki perasaan, nafsu makan dan menurunkan demam) - Terapi kolaps untuk pneumothoraks

- Pembedahan jika ada kecurigaan perubahan kearah keganasan, sternosis bronkus, focus yang menjadi sumber kekambuhan, menutup empiema kronik. 3. Perawatan intensif - Jika ada perdarahan masif, bahaya aspirasi dan resiko penyebaran kebagian lain paru, terapi anti shock. - Pemberian obat penenang (fenobarbital 60-120 mg, subkutan). - Codein sulfat 4-6 kali 10-15 mg untuk menekan batuk (tidak boleh morfin). - Dapat ditambahkan pemberian vasopresin 10 ui dalam 10 ml NaCl 0,9% (normal salin) intravena pelan-pelan.

Gizi Gizi yang dapat diberikan untuk penderita TBC antara lain: * Jagung kaya beta Cryptoxanthin, yaitu sejenis phyto nutrientyang dapat menurunkan resiko kanker paru. nutrien ini juga terdapat pada sayuran dan buah kuning, oranye dan merah, seperti labu kuning dan pepaya. Sebuah studi yang dilakukan pada para perokok di Cina yang diterbitkan dalam Cancer Epidemiology,Biomarkters & Prevention tahun 2003 menemukan Cryptoxanthinjika dikonsumsi dalam sayuran dan buah, berkhasiat melindungi paru dan menghambat perkembangan kanker paru. * Nasi cokelat mengandung selenium dan vitamin E yang perpaduannya meningkatkan kesehatan paru. Orang-orang denganCOPD-chronic obstructive pulmonary disease kadar selenium dan vitamun E-nya rendah. Vitamin E juga dapat memperbaiki simptom asma, demikian menurut mayo clinic.

* Brokoli kaya akan nutrisi untuk paru paru. Brokoli dan sayurancruciferous lainnya seperti kembang kol dan selada air mencegah kanker paru dan dapat memperbaiki simptom COPD dan asma. Brokoli Mengandung Vitamin C, potasium dan magnesium sebagai vitamin dan mineral esensial. Selain itu, brokoli juga mengandungphytonutrients seperti kretenoid dan flavonoid yang mencegah kanker paru. * National Institute of Health memasukkan kacang sebagai makanan yang memiliki kandungan selenium paling tinggi atau 544 mcg per ons. Selenium merupakan mineral antioksidan yang melindungi paru dari radikal-radikal bebas, memperlambat pertumbuhan tumor dan menguatkan sistem imun tubuh. * Kendatipun tinggi kolesterol, kuning telur juga merupakan salah satu sumber selenium dengan kadar 14 mcg perbutir. Telur juga tinggi protein yang diperlukan tubuh untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan rokok atau penyakit. Karena mengandung protein dan lemak, telur memberikan nutrien penyembuh dan energi untuk membantu mengatasi lemas dan lelah yang disebabkan penyakit paru. * Sumber klasik vitamin C dan potassium. jeruk segar juga memberikan nutrien yang kadarnya rendah pada orang-orang dengan asma dan COPD. Vitamin C adalah antioksidan ampuh yang dapat membantu mencegah infeksi sekunder dalam saluran pernafasan dan mencegah inflamasi Bronchial. Makan berbagai jenis buah, termasuk buah-buahan sitrus seperti jeruk memberikan campuran nutrien yang dapat mencegah kerusakan paru-paru akibat radikal-radikal bebas. Pengkajian pola Gordon

1. Pengkajian Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :

1. Riwayat PerjalananPenyakit a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul. b. Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan. c. Respirasi Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). d. Rasa nyaman/nyeri Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. e. Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya: a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh. c. Pernah berobat tetapi tidak teratur. d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. e. Daya tahan tubuh yang menurun. f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur. 3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya: a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya. b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum. c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya. d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir. 4. Riwayat Sosial Ekonomi: a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan. b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan. 5. Faktor Pendukung: a. Riwayat lingkungan. b. Pola hidup. Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri. c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

Masalah keperawatan Terdapat masalah keperawatan pada pasien dengan tuberculosis. Masalah yang dapat muncul antara lain: 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial. 3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang tidak menetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman. 4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif Perencanaan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Intervensi: a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat. b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret. e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa. g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi. Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.

h. Bantu inkubasi darurat bila perlu. Rasional: Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau perdarahan paru akut. 2. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan. Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejalagejala respirasi distress. b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan. c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim. Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas. d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan. Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi. e. Monitor GDA. Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02

menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan terapi. f. Berikan oksigen sesuai indikasi. Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru. 3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman. Intervensi a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi. Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi. b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan. Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi. c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk. Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi. d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan. Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.

e. Monitor temperatur. Rasional: Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi. f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker. Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk. g. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani. Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. h. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin. Rasional: INH adalah obat pilihan bagi penyakit Tuberkulosis primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk 2 bulan pertama. i. Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS), sikloserin, streptomisin. Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten. j. Monitor sputum BTA Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien terhadap terapi. 4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi: a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat. b. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien. c. Monitor intake dan output secara periodik. Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan. d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi. e. Anjurkan bedrest. Rasional: Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik. f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah. g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

h. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. Rasional: Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet. i. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan. Rasional: Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping obat. j. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin). Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi. k. Berikan antipiretik tepat. Rasional: Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsurnsi kalori. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan. Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat. Intervensi a. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya. Rasional: Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien. b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.

Rasional: Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya. c. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat. Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan membantu mengencerkan dahak. d. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat. Rasional: Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien. e. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain. Rasional: Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat. f. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah Rasional: Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani terapi. g. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH. Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis h. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol. Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau. i. Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal.

Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping. j. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan. Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus. k. Anjurkan untuk berhenti merokok. Rasional: Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis. l. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi. Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.

7. Asuhan Keperawatan

Tn Harno (20th) masuk dengan dugaan TBC paru dan efusi pleura. Dari hasil pengkajian, didapat data bahwa ia anak kos, dimana kosnya berada di daerah kumuh. Ia adalah mahasiswa dengan ekonomi rendah. Ia memiliki kebiasaan merokok. Sebelumnya memiliki riwayat TBC tetapi mengalami putus obat. Saat ini mengeluh mengeluarkan keringat dingin pada malam hari, berat badan turun 5kg dalam 1 bulan, batuk dengan secret purulent bercampur darah, hemoptoea,

RR 25x/mnt dangkal, dispnea, retraksi dada, orthopnea, batuk dada funnel, merasa nyeri dada saat inspirasi dengan skala 7 (rentang 1-10), hasil auskultasi pleural friction rub, ronkhi dan wheezing, terdapat peningkatan vocal fremitus pada daerah apex paru, bunyi nafas abnormal di daerah apex paru yaitu bronchial. Pada saat pengkajian oleh perawat tiba-tiba Tn Harno tersedak makanan.

Data DS : - Pasien memiliki riwayat TBC dan putus obat - Pasien mengeluh mengeluarkan keringat dingi pada malam hari DO : - Paru dengan efusi pleura - Batuk dengan secret purulent bercampur darah - RR :25x/menit - Dispnea - Retraksi dada - Orthopnea - PF : Bentuk dada funnel Merasa nyeri dada saat inspirasi dengan skala 7 Hasil auskultasi : preuralfriction rub Ronkhi dan wheezing Terdapat peningkatan vocal fremitus pada apex paru

Problem Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

Etiologi Eksudat dalam alveoli dan sekresi di bronkus

Bunyi nafas abnormal yaitu bronkhial

Diagnose keperawatan : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam alveoli dan sekresi di bronkus yang ditandai dengan, Pasien memiliki riwayat TBC dan putus obat, Pasien mengeluh mengeluarkan keringat dingi pada malam hari, Paru dengan efusi pleura, Batuk dengan secret purulent bercampur darah, Hemoptea, RR :25x/menit, Dispnea, Retraksi dada, Orthopnea, PF : Bentuk dada funnel, Merasa nyeri dada saat inspirasi dengan skala 7, Hasil auskultasi : preuralfriction rub, Ronkhi dan wheezing, Terdapat peningkatan vocal fremitus pada apex paru, Bunyi nafas abnormal di daerah apex paru, yaitu bronchial.

Tgl/ jam

No 1

Tujuan dan KH Bersihan jalan akan nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24jam, dengan KH : - Pasien tidak batuk lagi - Eupnea - Retraksi dada (-)- Nyeri berkurang sampai hilang (3-0)

Intervensi dan rasional 1. Monitor TTV R : bayi dengan sianosis dan gangguan pernafasan perlu dipantau TTVnya setiap saat terutama RR dan nadi 2. Monitor nyeri PQRST R : pasien dengan nyeri 7 perlu dilakukan monitor nyeri untuk mengetahui skala nyeri. 3. Bebaskan jalan nafas (posisi bahu diganjal bantal) R : posisi ini dapat membantu membebaskan jalan nafas pasien, sehingga mempertinggi posisi paru-paru dan pasien akan merasa nyaman saat bernafas 4. Lakukan sucsion R : pengisapan lendir dilakukan untuk membersihkan jalan nafas klien yang tersumbat banyak secret 5. Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif R : tindakan ini dilakukan pada pasien untuk membantu pengeluaran secret 6. Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur sputum R/Kultur sputum adalah pemeriksaan mikrobiologi mengetahui jenis bakteri yang terkandung dalam bercak darah yg keluar saat batuk7. Kolaborasi pemberian Obat Anti

- Vocal fremitus normal - Tidak ada bunyi nafas bronkhial

Tuberculosis R : tuberculosis dapat ditanggulangi dengan cara pemberian terapi obat-obat anti tuberculosis yang dapat membunuh bakteri tuberculosis yang ada di tubuh8. kolaborasi pemberian O2

R : pasien yang defisiensi O2 harus diberikan oksigen agar tidak menambah

Analisa data 2 Data Problem Etiologi

DO berat badan pasien turun 5kg dalam 1 bulan Pada saat pengkajian oleh perawat tiba-tiba Tn Harno tersedak makanan batuk dengan secret purulent bercampur darah, hemoptoea

Nutrisi kurang dari kebutuhan

ketidakmampuan mencerna dan mengabsorbsi makanan

DS pasien mengatakan bahwa ia adalah mahasiswa dengan ekonomi rendah

Diagnosa Nutrisi kurang dari kebutuhan berhunbungan dengan ketidakmampuan mencerna dan mengabsorbsi makanan yang ditandai dengan berat badan turun 5kg dalam 1 bulanIa adalah mahasiswa dengan ekonomi rendahPada saat pengkajian oleh perawat tiba-tiba Tn Harno tersedak makananbatuk dengan secret purulent bercampur darah, hemoptoea.

Tgl/ jam

No 2

Tujuan dan KH Nutrisi kembali tercukupi setelah dilakukan tindakan keperawatan 7x24 jam, dengan criteria hasil: 1. Berat badan pasien bertambah 2. Pasein tidak tersedak makanan lagi 3. Pasien tidak batuk lagi

Intervensi dan rasional 1. Monitor status gizi pasien R/ Pasien yang kurang nutrisi nya status gizi dan intake makanannya perlu dipantau setiap saat untuk mengetahui keadaan nutrisi pasien 2. Atur pola makan pasien R/ pasien yang kekurangan nutrisi perlu diatur pola makannya agar intake nutrisi di tubuh pasien adekuat 3. Timbang berat badan klien setiap hari R/Penimbangan berat badan dilakukan untuk menilai perkembangan dan kecukupan gizi yang didapatkan oleh pasien 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian makanan TKTP R/Pasien yang status gizinya buruk perlu tambahan kalori dan protein untuk daya tahan tubuhnya

ANALISA DATA 3 Data DO:DS kosnya berada di daerah kumuh Ia memiliki kebiasaan merokok Problem kurang pengetahuan Etiologi Keterbatasan koognitif

Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan koognitif yang ditandai dengan pasien mengatakan kostnya berada di daerah kumuh Intervensi

Tgl/ jam

No 3

Tujuan dan KH Kurang pengetahuan pasien teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam dengan criteria hasil: 1. Pasien mengerti dan paham bagaimana menjaga kesehatannya 2. Pasien dapat mengurangi bahkan membuang kebiasaan merokoknya 3. Pasien tahu dan bisa menjaga kebersihannya

Intervensi dan rasional 1. Berikan penkes kepada klien tentang bagaimana pola hidup sehat R/Pasien yang pernah terkena TBC perlu diberitahu bagaimana cara perawatan dan pemeliharaan kesehatannya, agar penyakitnya tidak terulang lagi 2. Beri tahu pasien tentang bahaya merokok R/Pasien dengan kebiasaan merokok, pasti akan sulit untuk menghilangkannya, sedangkan rokok sangat tidak baik buat perkembangan paru, maka dari itu perlu pasien diberi tahu tentang bahaya dari merokok 3. Beri penkes kepada pasien tentang kandungan-kandungan zat berbahaya dalam rokok R/Merokok sangat tidak baik untuk kesehatan, oleh karena itu perlu bagi pasien yang suka merokok untuk mengetahui kandungan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan komplikasi berbagai masalah kesehatan 4. Berikan penkes tentang bahaya lingkungan yang kotor kepada pasien R/ Lingkunagn yang kotor, merupakan tempa hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit, oleh karena itu pasien perlu diberitahu tentang bahaya lingkungan yang kotor, agar pasien terhindar dari penyakit.

8. Apakah pasein perlu dilakukan PPD test, foto rhogten thorak PPD test Tes kulit TB adalah tes digunakan untuk menentukan apakah seseorang telah mengembangkan respon kekebalan terhadap bakteri yang menyebabkan tuberkulosis (TBC). Respon ini dapat terjadi jika seseorang saat ini memiliki TB, jika mereka terkena di masa lalu, atau jika mereka menerima vaksin BCG terhadap TB (yang tidak dilakukan di AS). Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 2 miliar orang di seluruh dunia mempunyai TB laten, sementara sekitar 3 juta orang di seluruh dunia meninggal karena TB setiap tahun. Tes kulit tuberkulosis juga dikenal sebagai uji tuberkulin atau tes PPD. Tes kulit tuberculin ini didasarkan pada kenyataan bahwa infeksi dengan bakteri M. tuberculosis menghasilkan tertunda-jenis reaksi hipersensitivitas kulit untuk komponen tertentu dari bakteri. Komponen-komponen dari organisme yang terkandung dalam ekstrak filtrat budaya dan elemen inti dari klasik tuberkulin PPD (juga dikenal sebagai purified protein derivative). Ini materi PPD digunakan untuk uji kulit untuk tuberkulosis. Reaksi di kulit tuberkulin PPD untuk dimulai ketika sel-sel kekebalan khusus, yang disebut sel T, yang telah peka oleh infeksi sebelumnya, yang direkrut oleh sistem kekebalan tubuh ke situs kulit dimana mereka merilis utusan kimia yang disebut limfokin. Limfokin ini menyebabkan indurasi (area, keras dibesarkan dengan margin jelas di dan sekitar tempat suntikan) melalui vasodilatasi lokal (perluasan diameter pembuluh darah) menyebabkan pengendapan cairan yang dikenal sebagai edema, deposisi fibrin, dan perekrutan jenis lain sel inflamasi ke daerah tersebut.

Masa inkubasi dua sampai 12 minggu biasanya diperlukan setelah paparan terhadap bakteri TB dalam rangka untuk tes PPD positif. Siapapun dapat memiliki tes TB, dan dapat diberikan kepada bayi, wanita hamil, atau orang yang terinfeksi HIV dengan bahaya. Hanya kontraindikasi pada orang yang memiliki reaksi parah terhadap tes kulit tuberkulin sebelumnya. Foto Rontgent Thorax

Foto Rontgent Thorax merupakan pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk mengetahui kesan abnormal yang terjadi pada dada dan paru. Dengan gambaran photo thorax juga dapat menegakkan suatu diagnose medis maupun keperawatan. Pada pasien yang mengalami penyakit TB paru, Foto Rontgent Thorak perlu dilakukan untuk mengetahui keabnormalan pada thorak seseorang. Biasanya seseorang yang positif terkena TBC hasil Foto thorak nya akan menunjukkan Kesan TB, dan bercak (nodular). 9. Urutan tindakan pada pasien antara PPD test, penkes terapi obat TBC, back blow, heimilich maneuver, triple maneuver

PPD test

PPD tes adalah tindakan yang pertama kali dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang itu positip terkena TBC atau tidak. Test ini dilakukan pada pasien yang mengalami tanda gejala yang biasa terjadi seperti orang-orang TBC. Seperti batuk disertai bercak darah, keringat dingin dan demam malam hari, hemoptea, dan manifestasi klinis lainnya.

heimilick maneuver Tindakan awal setelah dilakukan PPD, dan test tuberkulit positif. Tindakan ini merupakan tindakan mencari dan menentukan bagian mana saja yang terdapat banyak secret, serta bagian belakang yang aman untuk dilakukan pemukulan. Diperhatikan juga seberapa kuat kita harus melakukan pemukulanpunggung, biar secret cepat keluar tanpa harus menyakiti pasien. Pemeriksaan menggunakan stetoskopnuntuk mencarim letak secret berada.

back blow Mirip seperti fisioterapi dada, back blow adalah Tindakan pengeluaran secret dengan memberikan pukulan keras di bagian belakang pasien tepatnya di bagian apex yang telah diperiksa ada secretnya.Tindakan ini adalah tindakan mandiri pertama kali yang dilakukan jika seseorang positif terkena TBC dan sudah batuk mengeluarkan secret.

tripel maneuver pengulangan tindakan maneuver selama 3 kali, sampai kta mendapatkan hasil yang kita inginkan. Pada maneuver 1 ada pengurutan penggung sebelum back blow dilakukan. Pada maneuver yang ke tiga, dahak sudah sudah keluar dan

pasien kembali didudukkan dalam posisi tegak. Akhir terapi pemijatan punggung, pasien diberi obat.

Penkes terapi obat TBC Pemberian terapi obat anti tuberculosis dan pendidikan kesehatan untuk menanggulangi masalah TBC yang dialami pasien agar bakteri dan kuman tuberculosis yang ada di dalam tubuh pasien bisa mati dan diharapkan agar pasien bebas dari infeksi bakteri.

10.

Apakah pasien perlu dilakukan punksi pleura

Punksi pleura, yaitu pengambilan/penyedotan cairan dari lapisan pembungkus paru (pleura) jika ditemukan cairan akibat kanker paru. Hasil punksi ini akan dianalisis dan dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk diproses. Jika volume cairan cukup banyak, maka dokter spesialis kanker paru akan sekaligus