makalah hidrocepalus klp 4

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu : "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala. Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Kelainan ini terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam system ventrikel atau oleh produksi likuor yang berlebihan. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008). Insidensi kongenital hidrosefalus pada United States adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup; insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti persis karena berbagai gangguan yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. sekitar 100,000 shunts digunakan setiap tahunnya di beberapa Negara, namun sedikit informasi yang tersedia untuk Negara lainnya. Insiden hidrosefalus berdasarkan usia menyajikan kurva bimodal. Satu puncak terjadi pada masa bayi dan terkait dengan berbagai bentuk cacat bawaan. Puncak lain yang terjadi di masa dewasa, sebagian besar dihasilkan dari NPH. Hidrosefalus Dewasa dijumpai sekitar 1

Upload: afriliasafira

Post on 24-Oct-2015

183 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hidrocepalus Klp 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu : "hydro" yang berarti air dan "cephalus"

yang berarti kepala. Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang

tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular.

Kelainan ini terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam system ventrikel atau oleh

produksi likuor yang berlebihan. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan

cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).

Insidensi kongenital hidrosefalus pada United States adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup;

insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti persis karena berbagai gangguan

yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. sekitar 100,000 shunts digunakan setiap tahunnya di

beberapa Negara, namun sedikit informasi yang tersedia untuk Negara lainnya. Insiden

hidrosefalus berdasarkan usia menyajikan kurva bimodal. Satu puncak terjadi pada masa bayi

dan terkait dengan berbagai bentuk cacat bawaan. Puncak lain yang terjadi di masa dewasa,

sebagian besar dihasilkan dari NPH. Hidrosefalus Dewasa dijumpai sekitar 40% dari total kasus

hidrosefalus. berdasarkan usia tidak dijumpai perbedaan insidensi hidrosefalus.

Jika hidrosefalus tidak ditatalaksana dan ditangani dengan baik, kematian dapat terjadi

akibat sekunder tonsilar herniasi akibat kompresi sel otak dan menyebabkan respiratory arrest.

Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai hidrosefalus dan bagaimana

penanganannya. Makalah ini disusun agar kita sebagai calon perawat dapat menerapkan

pengetahuan kita terkait kelainan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain :

a. Apa yang dimaksud hidrosefalus ?

b. Bagaimana insidensi dan penyebaran hidrosefalus saat ini ?

1

Page 2: Makalah Hidrocepalus Klp 4

c. Apa-apa saja klasifikasi dari kelainan hidrosefalus ?

d. Apakah penyebab dari kelainan ini ?

e. Bagaimana proses terjadinya hidrosefalus dalam tubuh ?

f. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada kelainan hidrosefalus ?

g. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa hidrosefalus ?

h. Bagaimana penatalaksanaan medis yang tepat bagi penderita hidrosefalus ?

i. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan kelainan ini ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Memahami pengertian hidrosefalus

b. Mengetahui bagaimana insidensi dan penyebaran kelainan hidrosefalus saat ini

c. Mengetahui pengelompokkan hidrosefalus berdasarkan berbagai faktor

d. Mengetahui penyebab terjadinya kelainan ini

e. Memahami bagaimana proses terjadinya kelainan ini di dalam tubuh

f. Mengetahui komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pada penderita hidrosefalus

g. Mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosa hidrosefalus

h. Memahami penatalaksanaan medis yang tepat bagi penderita kelainan ini

i. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan gangguan

hidrosefalus

2

Page 3: Makalah Hidrocepalus Klp 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hidrocepalus

Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu : "hydro" yang berarti air dan "cephalus"

yang berarti kepala. Sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air" adalah penyakit

yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).

Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan

jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.                                             

Hidrosefalus adalah kelebihan akumulasi cairan serebrospinal didalam ventrikel serebral,

ruang arachnoid, atau ruang subdural (cindy smith, 1998). Hidrocephalus adalah: suatu keadaan

patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau

pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat

mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).                                                         

Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang

subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006).Pelebaran ventrikuler ini akibat

ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu

bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan

tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun

(DeVito EE et al, 2007:328).                                                                           

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang

dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi

CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem

Ventricular (nining,2008).

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan

absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi

pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

3

Page 4: Makalah Hidrocepalus Klp 4

2.2 Anatomi dan Fisiologi Kepala

 1. Anatomi kepala

a. Tengkorak

Terbagi atas :

1) Tengkorak Otak

Tengkorak otak menyelubingi otak dan alat pendengar. Tengkorak otak terdiri dari :

a) Kubah tengkorak

Kubah tengkorak yang berbentuk cembung menyelubungi rongga tengkorak dari atas dan

dari sisi. Kubah tengkorak terdiri atas beberapa tulang ceper yang dihubungkan oleh sutura

tengkorak. Dari depan ke belakang terdapat berturut-turut sebuah tulang dahi, sepasang tulang

ubun-ubun dan sebuah tulang belakang kepala. Pada dinding sisi kubah tengkorak terdapat

sepasang tulang pelipis. Tulang dahi, tulang belakang kepala turut pula membentuk dasar

tengkorak.

b) Dasar Tengkorak

Bagian dasar tengkorak dapat dibedakan 3 bagian, yaitu lekuk tengkorak depan, lekuk

tengkorak tengah dan lekuk tengkorak belakang. Bagian tengah dasar lekuk tengkorak depan

dibentuk oleh tulang lapisan yang mempunyai banyak lubang halus untuk memberi jalan kepada

serabut-serabut saraf penghidu, oleh karena itu bagian tulang lapisan tersebut dinamakan

lempeng ayakan yang merupakan atap bagi rongga hidung.

Lekuk tengkorak tengah terdiri dari atas bagian tengah dan dua bagian sisi, bagian tengah

adalah pelana turki. Dasar lekuk tengkorak belakang letaknya lebih rendah daripada dasar lekuk

tengkorak depan. Lekuk tengkorak belakang letaknya lebih rendah lagi daripada lekuk tengkorak

tengah.

2) Tengkorak Wajah

Tengkorak wajah letaknya di depan dan di bawah tengkorak otak. Lubang-lubang lekuk

mata dibatasi oleh lubang dahi, tulang pipi dan tulang rahang atas. Dinding belakang lekuk mata

juga dibentuk oleh tulang baji (sayap besar dan kecil). Dinding dalamnya dibentuk oleh tulang

4

Page 5: Makalah Hidrocepalus Klp 4

langitan, tulang lapisan dan tulang air mata. Selain oleh toreh lekuk mata atas dan oleh lubang

untuk saraf penglihat maka dinding lekuk mata itu tembus oleh toreh lekuk mata bawah yang

terletak antara tulang baji, tulang pipi dan tulang rawan atas. Toreh itu mangarah ke lekuk wajah

pelipis. Tulang air mata mempunyai sebuah lekuk yang jeluk, yaitu lekuk kelenjar air mata yang

disambung ke arah bawah oleh tetesan air mata yang bermuara di dalam rongga hidung .

b. Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan sebagai scalp, yaitu :

1. kulit

2. jaringan penyambung (connective tissue)

3. galae aponeurotika yaitu jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan tengkorak.

4. Perikranium.

Kulit kepala banyak memiliki pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan akibat laserasi

kulit kepala akan mengakibatkan banyak kehilangan darah, (American College of Surgeons

1997)

c. Tulang Tengkorak

        Tulang tengkorak terdiri dari kalvakrium dan basis kranii. Rongga tengkorak dasar adalah

tempat lobus frontalis, fosa medis adalah tempat lobus temporalis dan fosa posterior adalah

ruang bagi batang otak bawah dan serebelum, (American College of Surgeons 1997)

d. Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu dura

meter, arakhnoid dan pia meter. Dura meter adalah selaput keras terdiri atas jaringan  ikat fibrosa

yang melekat erat dan tabula interna atau bagian dalam kranium. Di bawah dura meter terdapat

lapisan kedua yang tipis dan tembus pandang di sebut selaput arakhnoid. Lapisan ketiga adalah

pia mater yang melekat pada permukaan kortek serebri, (American College of Surgeons 1997).

e. Sistem Saraf Pusat (SSP)

5

Page 6: Makalah Hidrocepalus Klp 4

Yang disebut sistem saraf pusat di sini adalah otak dan medula spinalis yang tertutup di

dalam tulang dan terbungkus dalam selapu-selaput (meningen) pelindung, serta rongga yang

berisi cairan.

1. Otak dan pembagiannya

Otak secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : serebrum, batang otak,

dan serebelum.

A. Serebrum

Setiap hemisfer dibagi atas empat lobus yaitu : lobus frontalis, parietal, oksipital,

temporalis. Fungsi dari setiap lobus berbeda-beda. Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi

lobus :

1. Lobus Frontalis, bagian depan bekerja untuk proses belajar, merancang, psikologi, lobus

frontalis bagian belakang untuk proses motorik termasuk bahasa

2. Lobus parietal, bekerja  khusus untuk sensorik somatik (misal sensibilitas kulit) dan

peran asosiasinya, beberapa areanya penting bagi proses kognitif dan intelektual.

3. Lobus Oksipital, merupakan area pengoperasian penglihatan.

4. Lobus temporalis, merupakan pusat pendengaran dan asosiasinya, beberapa pusat bicara,

pusat memori. Bagian anterior dan basal lobus temporalis penting untuk indra penghidu.

B. Batang Otak

Batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongata. Masing-masing struktur

mempunyai tanggung jawab yang unik dan fungsi ketiganya sebagai unit untuk menjalankan

saluran impuls yang disampaikan ke serebri dan lajur spinal.

1. Otak Tengah, merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya di atas pons.

Bagian ini terdiri dari bagian posterior yaitu tektum yang terdiri dari bagian bagian

kolikuli superior dan kolikuli inferior dan bagian anterior yaitu pedunkulus serebri.

kolikuli superior berperan dalam refleks penglihatan dan koordinasi gerakan penglihatan,

sedangkan kolikuli inferior berperan dalam reflek pendengaran, misalnya menggerakkan

kepala ke arah datangnya suara. Pedunkulus serebri terdiri dari berkas serabut-serabut

motorik yang berjalan turundari serebelum.

6

Page 7: Makalah Hidrocepalus Klp 4

2. Pons, terletak diantara otak tengah dan medula oblongata. Pons berupa jembatan serabut-

serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum, serta menghubungkan

mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata bawah. Pons merupakan mata

rantai penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang menyatukan hemisfer

serebri dan serebelum.bagian bawah pons berperan dalam pengaturan saraf kranial

trigeminus, abdusen dan fasialis.

3. Medula Oblongata, terletak diantara pons dan medula spinalis. Pada medula ini

merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung. Vasokonstriktor,

pernapasan,bersin,batuk,menelan, pengeluaran air liur dan muntah.

C. Serebelum

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang

menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang menisahkan dari bagian posterior serebrum.

Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dura hemisfer lateral. Serebelum dihubungkan

dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang dinamakan pedunkulus. Pendukulus serebeli

superior berhubungan dengan mesensefalon ; pendukulus serebeli media menghubungkan kedua

hemisfer otak ; sedangkan pendukulus serebeli inferior berisi serabut-serabut traktus spinosere

belaris dorsalis dan berhubungan dengan medula oblongata. Semua aktivitas serebelum berada di

bawah kesadaran. Fungsi utama serebelum adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi

dan memperluas gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk

mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.

D. Medula Spinalis

Medula spinalis terletak di dalam kanalis neural dari kolumna vertebra, berjalan ke bawah

dan memenuhi kanalis neural sampai setinggi vertebra lumbalis kedua. Sepasang saraf spinalis

berada diantara pembatas vertebra sepanjang kolumna vertebra. Di bawah ujung tempat medula

spinalis berakhir. Di dalam ujung tempat medula spinalis terletak interneuron, serabut sensori,

asenden, serabut motorik desenden dan badan sel saraf dan dendrit somatik sekunder (volunter)

dan motor neurons otonom utama. Area sentral medula spinalis merupakan massa abu-abu yang

mengandung badan sel saraf dan neuron internunsial.

7

Page 8: Makalah Hidrocepalus Klp 4

f. Sistem Saraf Tepi (SST)

Menurut Price & Wilson, (1995) susunan saraf tepi terdiri dari saraf kranial bervariasi,

yaitu sensori motorik dan gabungan dari kedua saraf. Saraf motorik dipersarafi oleh beberapa

percabangan saraf kranial, 12 pasang saraf kranial adalah :

Nervus I (Olfaktorius)       :   Sifatnya sensorik mensarafi hidung membawa rangsangan aroma

(bau-bauan) dari aroma rongga hidung ke otak.

Nervus II (Optikus)            :   Sifatnya sensorik, mensarafi bola mata membawa rangsangan

penglihatan ke otak

Nervus III (Okulomotorius)  :  Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola

mata)             / sebagai pembuka bola mata.

Nervus IV (Trochlear)       :   Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital, sebagai pemutar bola

mata

Nervus V  (Trigeminus)     :   Sifatnya majemuk (sensorik- motorik) bertanggung jawab untuk

pengunyah.

Nervus VI  (Abdusen)        :   Sifatnya motorik, sebagai pemutar bola mata ke arah luar

Nervus VII (Fasial)           :   Sifatnya majemuk (sensorik- motorik), sebagai mimik wajah dan

menghantarkan rasa pengecap, asam, asin dan manis.

Nervus VIII (Vestibulokokhlearis) :  Sifatnya sensorik, saraf kranial ini mempunyai dua bagian

sensoris yaitu auditori dan vestibular yang berperan sebagai penterjemah.

Nervus IX (Glosofharyngeal)  :  Berperan dalam menelan dan respons sensori terhadap rasa pahit

di lidah.

Nervus X (Vagus)              :   Sifatnya majemuk (sensorik- motorik) mensarafi faring, laring dan

platum

Nervus XI (Asesoris)         :   Sifatnya motorik, saraf ini bekerja sama dengan vagus untuk

memberi informasi ke otot laring dan faring.

Nervus XII (Hipoglosal)    :   Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot lidah.

g. Sistem Saraf Otonom (SSO)

Sistem Saraf Otonom merupakan sistem saraf campuram. Serabut-serabut aferennya

membawa masukan dari organ-organ viseral (menangani pengaturan denyut jantung, diameter

pembuluh darah, pernafasan, percernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan dan

8

Page 9: Makalah Hidrocepalus Klp 4

sebagainya). Saraf aferen motorik SSO mempersarafi otot polos, otot jantung dan kelenjar-

kelenjar viseral-SSO terutama menangani pengaturan fungsi viseral dan interaksinya dengan

lingkungan dalam.

Sistem Saraf Otonom dibagi menjadi dua bagian  : Bagian Pertama adalah Sistem Saraf

Otonom parasimpatis (SSOp) dan Sistem Saraf Otonom simpatis (SSOs), bagian simpatis

meninggalkan sistem saraf pusat dari daerah thorakal dan lumbal (torakolumbal) medula spinalis.

Bagian parasimpatis ke luar otak (melalui komponen-komponen saraf karanial) dan bagian sakral

medula spinalis (kraniosakral).

Fungsi simpatis adalah peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan, serta

menurunkan aktivitas saluran cerna.tujuan utama fungsinya adalah mempersiapkan tubuh agar

siap menghadapi stress atau apa yang dinamakan respon bertempur/ lari.

Fungsi parasimpatis adalah menurunkan kecepatan denyut jantung dan pernapasan dan

meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan.

Jadi saraf parasimpatis membantu konservasi dan hemostatis fungsi-fungsi tubuh.

Cairan Serebrospinal

        Fungsi cairan serebrospinal adalah sebagai penahan getaran, menjaga jaringan SSP yang

sangat halus dari benturan terhadap struktur tulang yang mengelilinginya dan dari cedera

mekanik. Juga berfungsi dalam pertukaran nutrien antara plasma dan kompartemen selular.

Cairan serebrospinal merupakan filtrat plasma yang dikeluarkan oleh kapiler di atap dari

keempat ventrikel otak. Seperti yang telah disebutkan, ini serupa dengan plasma minus plasma

protein yang besar, yang ada di balik aliran darah. Sebagaian besar cairan ini dibentuk dalam

ventrikel bagian lateral, yang terletak pada masing-masing hemisfer serebri. Cairan mengalir dari

ventrikel lateral ini melalui duktus ke dalam ventrikel ketiga diensefalon. Dari ventrikel ketiga

cairan mengalir melalui aquaduktus Sylvius midbrain dan masuk ke ventrikel keempat medula.

Kemudian sebagian dari cairan ini masuk melalui lubang (foramen) di bagian atas dari ventrikel

ini dan masuk ke dalam spasium subarakhnoid (sejumlah kecil berdifusi ke dalam kanalais

spinalis). Dalam spasium subarakhnoid, CSS diserap kembali ke dalam aliran darah pada tempat

tertentu yang disebut pleksus subarakhnoid

Pembentukan dan reabsorbsi CSS diatur oleh tekanan osmotik koloid dan hidrostatik yang

sama yang mengatur perpindahan cairan dan partikel-partikel kecil antara plasma dan

9

Page 10: Makalah Hidrocepalus Klp 4

kompartemen cairan interstisial tubuh. Secara singkat direview, kerja dari tekanan ini adalah

sebagai berikut : dua tim yang berlawanan dari tekanan mendorong dan menarik mempengaruhi

gerakan air dan partikel-partikel kecil melalui membran kapiler semipermiabel. Satu tim terdiri

atas tekanan osmotik plasma dan tekanan hidostatik CSS. Ini memudahkan gerakan air dari

kompartemen CSS ke dalam plasma. Gerakan air dari arah yang berlawanan dipengaruhi oleh

tim dari tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmotik CSS. Tim yang berpengaruh bekerja

secara simultan dan kontinu. Dalam ventrikel, aliran CSS menurunkan tekanan hidrostatik CSS.

Hal ini memungkinkan tim bersama mempengaruhi gerakan air dan partikel kecil dari plasma ke

ventrikel.

Tekanan hidrostatik darah yang rendah dalam sinus venosus bersebelahan dengan vili

arakhnoid menunjukkan skala untuk gerakan air dan terlarut dari kompartemen CSS kembali ke

dalam aliran darah. Kematian sel-sel yang  melapisi kompartemen CSS akan mengeluarkan

protein ke dalam CSS.  Ini akan meningkatkan tekanan osmotik CSS dan memperlambat

reabsorbsi (sementara juga mempercepat pembentukan bila kerusakan terjadi di dalam dinding

ventrikel). Peningkatan protein CSS karena hal ini atau penyebab lain dapat merangsang atau

mencetuskan kondisi kelebihan CSS yang disebut hidrosefalus.

Tekanan Intrakranial

Menurut American College of Surgeon, (1997) berbagai proses patologis yang mengenai

otak dapat mengakibatkan kenaikan tekanan intrakranial yang selanjutnya akan mengganggu

fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap kesudahan penderita. Dan tekanan

intrakranial yang tinggi dapat menimbulkan konsekuensi yang mengganggu fungsi otak dan

tentunya mempengaruhi pula kesembuhan penderita. Jadi kenaikan intrakranial tidak hanya

merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak tetapi justru sering merupakan masalah

utamanya. TIK normal pada saat istirahat kira-kira 10 mmHg (136 mm H2O), TIK lebih tinggi

dari 20 mmHg dianggap tidak normal dan TIK lebih dari 40 mmHg termasuk dalam kenaikan

TIK berat. Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.

2.3 Epidemiologi Hidrocepalus

10

Page 11: Makalah Hidrocepalus Klp 4

Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital

adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus

serebri.                                            

 Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal

perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering

disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas

perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%

akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).

Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital

adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus

serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal

perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering

disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas

perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%

akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005:211).

2.4 Klasifikasi Hidrocepalus

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus

tersembunyi (occult hydrocephalus).

2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal

menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus

obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala,

dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan

keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak

11

Page 12: Makalah Hidrocepalus Klp 4

aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan

atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua :

1. Kongenital

Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :

a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.

b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial

sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Didapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah

penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya

tidak tuntas.                         

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu

oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital

dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan

prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak

ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

1.    Hydrocephalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas

CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada

aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat

sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena

dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien

memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).  Jenis ini tidak terdapat

obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam

12

Page 13: Makalah Hidrocepalus Klp 4

jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya

disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage

subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).

2.    Hydrocephalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat

aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada

sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya

CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan

malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)

ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada

sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system

ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia

12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–

gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung

terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

3.    Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan

serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan

tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini

berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada

beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

2.5 Etiologi

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada

salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi

13

Page 14: Makalah Hidrocepalus Klp 4

dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H.

Ropper, 2005).                                    

Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal

akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab

penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah : 

1) Kelainan Bawaan (Kongenital)

1.    Stenosis akuaduktus Sylvii

Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-

90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih

sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat

pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.

2.    Spina bifida dan kranium bifida           

Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari

akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih

rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.

3.    Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif

dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya

sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.

4.    Kista araknoid dan anomali pembuluh darah

Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.

2) Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan

subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS

terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.

Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi

14

Page 15: Makalah Hidrocepalus Klp 4

beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis

terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada

meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar

sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya

lebih tersebar.

3) Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.

Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat,

maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau

pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang

berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

4) Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis

leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat

organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).

2.6 Patofisiologi

Hidrocefalus disebabkan oleh berbagai keadaan; hidrocefalus dapat merupakan penyakit

congenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus/infeksi intrauteri), atau didapat

(neoplasma, perdarahan, atau infeksi)

Hidrocefalus merupakan gejala kelainan otak yang mendasar yang dapat mengakibatkan:

1.      Gangguan absorbsi CSS dalam ruang subaraknoid (masih ada hubungan antar

ventrikel; hidrocefalus comunican

2.      Obstruksi aliran CSS dalam ventrikulus (tidak ada hubungan antar

ventrikel; hidrocefalus non comunicans.

Setiap gangguan keseimbangan antara produksi dan absorbsi CSS menyebabkan

peningkatan akumulasi CSS dalam ventrikel yang kemudian mengalami dilatasi dan menekan

substansi otak ke tulang cranial yang keras di sekitarnya. Jika terjadi sebelum sutura cranial,

15

Page 16: Makalah Hidrocepalus Klp 4

peristiwa ini akan menimbulkan pembesaran tengkorak selain dilatasi vetrikel. Pada anak-anak

yang berusia dibawah 10-12 tahun, garis sutura sagital, dapat mengalami proses diastatik atau

terbuka kembali. (Swaiman, 1994)

Sebagian besar kasus hidrocefalus nonkomunicans terjadi karena malformasi pada saat

perkembangan janin. Walaupun biasanya telah terlihat pada awal usia bayi, defek tersebut dapat

muncul setiap saat mulai dari periode prenatal sampai akhir masa kanak-kanak/awal usia dewasa.

Penyebab lainnya antara lain neoplasma, infeksi, dan trauma. Obstruksi pada aliran yang normal

dapat terjadi disetiap titik alur CSS sehingga menghasilkan peningkatan tekanan dan dilatasi alur

dibagian proksimal lokasi obstruksi.

Hidrocefalus sangat sering disertai dengan mielomeningokel sehingga semua bayi dengan

kelainan tersebut harus diamati untuk menemukan tanda-tanda hidrocefalus. Pada kasus-kasus

lainnya terdapat riwayat infeksi intrauteri, perdarahan perinatal, dan meningoensefalitis neonates.

Pada anak-anak yang lebih besar , hidrocefalus paling sering terjadi karena tumor atau SOL

(space-occupying lesion), infeksi intracranial, perdarahan, atau defek pertumbuhan dan

perkembangan yang sudah ada sebelumnya seperti stenosis akuaduktus atau malformasi Arnold-

Chiari (anomaly congenital dengan serebelum dan medulla oblongata memanjang ke bawah

melalui foramen magnum).(Wong, hal: 1262)

2.7 Manifestasi Klinis

1.      Perubahan tanda-tanda vital (penurunan denyut apeks, penurunan frekuwensi pernafasan,

peningkatan tekanan darah)

2.      Muntah

3.      Peningkatan lingkar kepala

4.      Iritabilitas

5.      Letargi

6.      Perubahan suara tangisan (bernada tinggi)

7.      Aktivitas kejang

Bayi :

1.    Pembesaran kepala secara progresif (diatas persentil ke-95)

16

Page 17: Makalah Hidrocepalus Klp 4

2.    Bagian frontal tengkorak menonjol

3.    Frontanel tegang dan menonjol (khususnya yang tidak berdenyut)

4.    Distensi vena superfisial kulit kepala

5.    Transiluminasi melalui tengkorak meningkat secara simetris

6.    Mata turun ke bawah (sunset eyes)

Anak Lebih Besar :

1.    Sakit kepala didahi, mual, muntah

2.    Anoreksia

3.    Ataksia

4.    Kekakuan ekstrimitas bawah

5.    Kemerosotan prestasi sekolah atau kemampuan kognitif anak

Tanda dan gejala yang terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan

bervariasi berdasarkan usia anak dan kemampuan tengkorak untuk mengembang.

2.8 Komplikasi

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004) yaitu :

1. Peningkatan TIK

2. Pembesaran kepala

3. kerusakan otak

4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen

5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun

6. Kerusakan jaringan saraf

7. Proses aliran darah terganggu

2.9 Pemeriksaan Penunjang

1)   Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

17

Page 18: Makalah Hidrocepalus Klp 4

1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,

tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi

prosessus klionidalis posterior.

2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen

kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2)   Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan

dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai

lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar

akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3)   Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala

melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam

kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan

oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika

hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan

terjadi secara menyeluruh.

4)   Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat

tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah

kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang

melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras

dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini

sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT

Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5)   Ultrasonografi

18

Page 19: Makalah Hidrocepalus Klp 4

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat

menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada

penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem

ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem

ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6)   CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel

lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada

anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh

karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua

sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

7)   MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik

scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

2.10 Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrocephalus, menangani komplikasi,

mengatasi efek hidrocephalus atau gangguan perkembangan.

Penatalaksanaan terdiri dari :

1.    Non Pembedahan : Pemberian acetazolamide dan isosorbide atau furosemid mengurangi

produksi cairan serebrospinal

2.    Pembedahan : Pengangkatan penyebab obstruksi misal neoplasma, kista, atau hematom ;

Pemasangan shunt bertujuan untuk mengalirkan cairan cerebospinal yang berlebihan dari

ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya ke rongga peritonium, atrium kanan, dan rongga

pleura.

Pada sebagian penderita pembesaran kepala berhenti sendiri (arrestetd hydrocephalus),

mungkin oleh reka nalisa ruang subaraknoid atau konpensasi pembentukan CSS yang berkurang

(Laurence, 1965).

19

Page 20: Makalah Hidrocepalus Klp 4

Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya adalah

tumor yang masih dapat diangkat.

Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:

1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan tindakan

reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Obat azeta

zolamid (diamox) dikatakan mempunyai hasiat inhibasi pembentukan CSS.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi yankni

menhubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Missal, ventrikulosisternostomi torkildsen

pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada

insufisiensi fungsi absorpsi.

3. Pengeluaran CSS kedalam organ ekstracranial.

a. Drainase ventrikulo-peritoneal

b. Drainase lombo-peritoneal

c. Drainase ventrikulo-pleural

d. Drainase ventrikul-ureterostomi

e. Drainase kedalam antrum mastoid

f. Cara yang kini dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena jugularis dan

jantung melalui kateter yang berventil (holter valve) yang memungkinkan pengaliran

CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan

pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan karena masih sering terjadi infeksi

sekunder dan sepsis.

  

20

Page 21: Makalah Hidrocepalus Klp 4

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Seorang anak berumur 3 tahun dilarikan ke rumah sakit M.Djamil tanggal 6 November

2013 Jam 09.00 WIB dalam keadaan tidak sadar ( apatis ) ,muntah tidak proyektil, suhu tubuh

meningkat dari normal ( 38 C ), keadaan umum lemah, paralisa. Menurut pengakuan orang tua

sejak 5 bulan yang lalu anaknya pernah panas kemudian disertai mual dan kejang-kejang serta

terlihat kepala anaknya mulai membesar kemudian oleh keluarga anaknya diantar ke RSUD

DR.rasyidin kemudian dirawat selama 7 hari dan pulang paksa dalam keadaan tidak sadar.

1. Pengkajian

A. Identitas klien

Data Pasien :

Nama : Ahmad

Umur : 3 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Agama : islam

Nama Ayah : Salman

Nama Ibu : Salimah

TD : 120/90 mmHg

Denyut Nadi : 88x/menit

21

Page 22: Makalah Hidrocepalus Klp 4

RR : 28x/menit

Suhu : 380 C

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pasien kini dalam keadaan tidak sadar ( apatis ) ,muntah tidak proyektil, suhu tubuh

meningkat dari normal ( 380C ), keadaan umum lemah, paralisa.

2. Riwayat Kehamilan dan kelahiran

Prenatal : normal

Intranatal : perdarahan

Postnatal : tidak normal

3. Riwayat kesehatan dahulu

Menurut pengakuan orang tua sejak 5 bulan yang lalu anaknya pernah panas kemudian

disertai mual dan kejang-kejang serta terlihat kepala anaknya mulai membesar kemudian

oleh keluarga anaknya diantar ke RSUD DR.rasyidin kemudian dirawat selama 7

hari dan pulang paksa dalam keadaan tidak sadar.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak pernah menderita penyakit kronis.

5. Riwayat Tumbuh Kembang

Anak mengalami gangguan tumbuh kembang mengalami keterlambatan 25% atau lebih

pada satu atau lebih area social atau perilaku regulasi diri, atau pada ketrampilan kognitif,

bahasa, motorik kasar atau halus.

22

Page 23: Makalah Hidrocepalus Klp 4

C. Pemeriksaan fisik

1. Tanda vital : dapat terjadi penurunan kecepatan denyut nadi (bradikardi), aritmi

a respirasi.

2. Tingkat kesadaran : dapat terjadi penurunan tingkat kesadaran, bahkan sampai koma.

3. Head to toe :

a. Kepala : Pembesaran kepala abnormal, kranium terdistensi ke semua arah

terutama bagian frontal, tulang kepala menjadi sangat tipis, vena di sisi samping

kepala tampak melebar, Kulit kepala licin dan mengkilap.

b. Mata : Bola mata terdorong kebawah, diplopia.

c. Leher : Identifikasi pembesaran kelenjar tyroid, KGB

d. Torak : Dapat terjadi aritmia respirasi.

e. Abdomen : Identifikasi distensi, bising usus.

f. Genitalia : Identifikasi kelengkapan dan hygiene.

g. Ekstremitas : identifikasi adanya edema, cyanosis, turgor kulit

D. Pemeriksaan penunjang

1. CT Scan : melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel.

CT (Computed Tomography) : melihat letak dan ukuran ventrikel

2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) serta teknik-teknik lain untuk mengukur

besarnya tekanan dikepala.

3. Analisa CSS (Cairan Serebrospinal) : untuk mendeteksi adanya infeksi.

4. Kimia/ elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan

TIK.

23

Page 24: Makalah Hidrocepalus Klp 4

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hidrosefalus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak

(cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak

yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang

vital. Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah

satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam

ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H.

Ropper, 2005). Penatalaksanaan serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap kelainan ini tidak

mustahil akan menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa si penderita.

                

4.2 Saran

Kepada pembaca disarankan agar juga membaca sumber lain terkait dengan materi ini

sebagai referensi tambahan dalam melengkapi pengetahuan maupun asuhan keperawatan khusus

terhadap penderita hidrosefalus.

24