makalah honk 3

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya penyakit yang berkaitan pada pasien lansia adalah ketidakmampuan system kardiovaskuler mengatasi perpindahan volume cepat trombosis intraseluler serta kejang setempat (diduga karena hiperkonsentrasi darah yang berlebihan dan kurangnya aliran darah setempat). Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,1999). Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus akan memicu timbulnya penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan kadar gula yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus salah satunya adalah Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia. Angka kematian HONK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis. Karena pasien HONK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrom koma hiperglikemik hiperosmolar non ketosis penting diketahui karena kemiripannya dan perbedaannya dari ketoasidosis diabetic berat dan

Upload: riri-pratiwi-s

Post on 17-Jan-2016

124 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

REFERAT

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Honk 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bertambahnya penyakit yang berkaitan pada pasien lansia adalah ketidakmampuan

system kardiovaskuler mengatasi perpindahan volume cepat trombosis intraseluler serta

kejang setempat (diduga karena hiperkonsentrasi darah yang berlebihan dan kurangnya aliran

darah setempat).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada

mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dengan mikroskop

elektron (Mansjoer dkk,1999). Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat

atau diputus akan memicu timbulnya penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi.

Komplikasi yang diakibatkan kadar gula yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit

dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus salah satunya adalah Hiperglikemia

Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia.

Angka kematian HONK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis. Karena

pasien HONK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrom

koma hiperglikemik hiperosmolar non ketosis penting diketahui karena kemiripannya dan

perbedaannya dari ketoasidosis diabetic berat dan merupakan diagnosa banding serta

perbedaan dalam penatalaksanaan (Hudak dan Gallo).

Pasien yang mengalami sindrom koma hipoglikemia hiperosmolar nonketosis akan

mengalami prognosis jelek. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka kematian mencapai

25%-50%.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Hiperosmolar Non Ketotik ?

2. Bagaimana etiologi dari Hiperosmolar Non Ketotik ?

3. Bagaimana faktor resiko dari Hiperosmolar Non Ketotik ?

4. Bagaimana manifestasi klinik dari Hiperosmolar Non Ketotik ?

5. Bagaimana komplikasi Hiperosmolar Non Ketotik ?

6. Bagaimana penatalaksaan medis Hiperosmolar Non Ketotik ?

Page 2: Makalah Honk 3

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperosmolar Non Ketotik ?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien (HONK) hiperosmolar non

ketotik.

2. Tujuan khusus

a. Diharapkan mahasiswa mengetahui pengertian Hiperosmolar Non Ketotik.

b. Diharapkan mahasiswa mengetahui etiologi dari Hiperosmolar Non Ketotik.

c. Diharapkan mahasiswa mengetahui faktor resiko dari Hiperosmolar Non Ketotik.

d. Diharapkan mahasiswa mengetahui manifestasi klinik dari Hiperosmolar Non

Ketotik.

e. Diharapkan mahasiswa mengetahui komplikasi Hiperosmolar Non Ketotik.

f. Diharapkan mahasiswa mengetahui penatalaksaan medis Hiperosmolar Non Ketotik.

g. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Hiperosmolar Non Ketotik.

1.4 Manfaat

Page 3: Makalah Honk 3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HONK

Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu komplikasi akut dari diabetes melitus di mana

penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental,

pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma. Ini terjadi pada penderita diabetes tipe

II (www.wikipedia.com).

Hiperosmolar Non-Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat

tinggi sehingga darah menjadi sangat “kental”, kadar glukosa darah DM bisa sampai di atas

600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui

kencing. Maka, timbullah kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.

Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan kekurangan insulin

secara relative, paling sering terjadi pada panderita NIDDM. Secara klinik diperlihatkan

dengan hiperglikemia berat yang mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak ada

ketosis/ada tapi ringan dan gangguan neurologis

Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus

di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan: kadar gula darah sangat tinggi,

meningkatkan dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM

tipe II.

Koma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang ditandai

dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai

penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).

2.2 Etiologi

1. Insufisiensi insulin

a. DM, pankreatitis, pankreatektomi

b. Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid)

2. Increase exogenous glukose

Page 4: Makalah Honk 3

a. Hiperalimentation (tpn)

b. High kalori enteral feeding

3. Increase endogenous glukosa

a. Acute stress (ami, infeksi)

b. Pharmakologic (glukokortikoid, steroid, thiroid)

4. Infeksi virus rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi

sitolitik dalam sel beta pankreas, virus ini menyebabkan kerusakan atau destruksi sel.

Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan

hilangnya autoimun dalam sel beta pankreas.

5. Penyakit akut: perdarahan gastrointestinal, pankreatitits dan gangguan kardiovaskular.

6. Pembedahan/operasi.

7. Pemberian cairan hipertonik.

8. Luka bakar.

2.3 Faktor Resiko

Factor resiko HONK (Hiperosmolar Non Ketotik) menurut

http://endokrinologi.freeservers.com, yaitu :

1. Kelompok usia dewasa tua (>40 tahun)

2. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman, atau IMT>27 (kg/m2)

3. Tekanan darah tinggi (TD > 140/90 mmHg)

4. Riwayat keluarga DM

5. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram

6. Riwayat DM pada kehamilan

7. Dislipidemia (HDL<35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)

8. Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa

Terganggu)

2.4 Manifestasi Klinis

Menurut Hudak dan Gallo (edisi VI) koma hiperosmolar adalah komplikasi dari diabetes

yang ditandai dengan :

1. Hiperosmolaritas dan kehilangan cairan yang hebat.

Page 5: Makalah Honk 3

2. Asidosis ringan.

3. Sering terjadi koma dan kejang lokal.

4. Kejadian terutama pada lansia.

5. Angka kematian yang tinggi.

Tanda dan gejala umum pada klien dengan HONK adalah haus, kulit terasa hangat dan

kering, mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri abdomen, pusing, pandangan kabur,

banyak kencing, mudah lelah. (www.tabloid-nakita.com)

Gejala-gejala meliputi :

1. Agak mengantuk, insiden stupor atau sering koma.

2. Poliuria selam 1 -3 hari sebelum gejala klinis timbul.

3. Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas.

4. Penipisan volume sangat berlebihan (dehidrasi, hipovolemi).

5. Glukosa serum mencapai 600 mg/dl sampai 2400 mg/dl.

6. Kadang-kadang terdapat gejala-gejala gastrointestinal.

7. Hipernatremia.

8. Kegagalan mekanisme haus yang mengakibatkan pencernaan air tidak adekuat.

9. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi, kejang setempat).

10. Kerusakan fungsi ginjal.

11. Kadar HCO3 kurang dari 10 mEq/L.

12. Kadar CO2 normal.

13. Celah anion kurang dari 7 mEq/L.

14. Kalium serum biasanya normal.

15. Tidak ada ketonemia.

16. Asidosis ringan.

2.5 Patofisiologi

Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon

insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan

pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Sel beta

pancreas gagal atau terhambat oleh beberapa keaadan stress yang menyebabkan sekresi

insulin menjadi tidak adekuat. Pada keadaan stress tersebut terjadi peningkatan hormon

Page 6: Makalah Honk 3

gluikagon. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat

meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan

hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra

vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan

sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.

Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul

glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ).

Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya

potasium, sodium dan phospat.

Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga

kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan

hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila

terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa

dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan

dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka

sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra

selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus

menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun

mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-

sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein

menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien

akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan

hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi

sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma.

Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan

pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.

WOC

2.6 Komplikasi

Page 7: Makalah Honk 3

1. Koma.

2. Gagal jantung.

3. Gagal ginjal.

4. Gangguan hati.

2.7 Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan

NACL bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam

sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru

diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan isotonil

harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal

atau hipernatremia.

Gklukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%.

2. Insulin

Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non ketotik

sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin dosis

rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan

dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik

3. Kalium

Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik,

perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan

4. Hindari infeksi sekunder

Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter

Page 8: Makalah Honk 3

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Primery Survey

a. Air way

Kemungkinan ada sumbatan jalan nafas, terjadi karena adanya penurunan

kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.

b. Breathing

Tachypnea, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

c. Circulation

Sebagai akibat diuresis osmotik, akan terjadi dehidrasi. Visikositas darah juga akan

mengalami peningkatan, yang berdampak pada resiko terbentuknya trombus.

Sehingga akan menyebabkan tidak adekuatnya perfusi organ.

2. Sekunder Survey

Bilamana managemen ABC menghasilkan kondisi yang stabil, perlu pengkajian dengan

menggunakan pendekatan head to toe. Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam

keadaan apatis sampai koma, tanda-tanda dehidrasi seperti turgor turun disertai tanda

kelainan neurologist, hipotensi postural, bibir dan lidah kering, tidak ada bau aseton yang

tercium dari pernapasan, dan tidak ada pernapasan Kussmaul.

3. Pemeriksaan fisik

Page 9: Makalah Honk 3

a. Neurologi : Stupor, Lemah, disorientasi, Kejang, Reflek normal,menurun atau tidak

ada.

b. Pulmonary : Tachypnae, dyspnae, Nafas tidak bau acetone, Tidak ada nafas kusmaul.

c. Cardiovaskular : Tachicardia, Hipotensi postural, Mungkin penyakit kardiovaskula

( hipertensi, CHF ), Capilary refill > 3 detik.

d. Renal : Poliuria( tahap awal ), Oliguria ( tahap lanjut ), Nocturia, inkontinensia

e. Integumentary : Membran mukosa dan kulit kering, Turgor kulit tidak elastis, Mata

lembek, Mempunyai infeksi kulit, luka sulit sembuh.

f. Gastrointestinal : Distensi abdomen dan penurunan bising usus

3. Tersier Survey

a. Riwayat Keperawatan

a) Persepsi-managemen kesehatan

Riwayat DM tipe II

Riwayat keluarga DM

Gejala timbul beberapa hari, minggu.

b) Nutrisi – metabolik

Rasa haus meningkat, polidipsi atau tidak ada rasa haus.

Anorexia

Berat badan turun.

c) Eliminasi

Poliuria, nocturia.

Diare atau konstipasi.

d) Aktivitas dan latihan

Lelah

Lemah.

e) Kognitif

Kepala pusing, hipotensi orthostatik.

Penglihatan kabur.

Gangguan sensorik.

b. Pemeriksaan Diagnostik

Page 10: Makalah Honk 3

a) Serum glukosa: 800-3000 mg/dl.

b) Gas darah arteri: biasanya normal.

c) Elektrolit biasanya rendah karena diuresis.

d) BUN dan creatinin serum meningkat karena dehidrasi atau ada gangguan renal.

e) Osmolalitas serum: biasanya lebih dari 350 mOsm/kg.

f) pH > 7,3.

g) Bikarbonat serum> 15 mEq/L.

h) Sel darah putih meningkat pada keadaan infeksi.

i) Hemoglobin dan hematokrit meningkat karena dehidrasi.

j) EKG mungkin aritmia karena penurunan potasium serum.

k) Keton urine tidak ada atau hanya sedikit.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan deuresis

osmotik

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya gangguan

transport O2

3. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan deuresis osmotik

Intervensi :

a. Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya atau intensitas dari

gejala seperti pengeluaran urine yang berlebih.

Rasional : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total. Tanda dan

gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumnya.

b. Pantau TTV, catat adanya perubahan TD ortostatik.

Rasional : Hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Perkiraan berat ringannya hipovolemia, dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik

pasien turun lebih dari 10 mm Hg dari posisi berbaring ke posisi duduk atau berdiri.

Page 11: Makalah Honk 3

c. Pantau pola nafas seperti adanya pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang berbau

keton.

Rasional : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang

menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.

Pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto-asetat

dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.

d. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu napas, dan adanya

apnea dan munculnya sianosis.

Rasional : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi

pernapasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja pernapasan, pernapasan

dangkal, pernapasan cepat, dan munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dari

kelelahan pernapasan dan mungkin pasien itu kehilangan kemampuannya untuk

melakukan kompensasi pada asidosis.

e. Pantau suhu, warna kulit, atau kelembabannya.

Rasional : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi

pada proses infeksi, demam dengan kulit kemerahan, kering mungkin sebagai

cerminan dari dehidrasi.

f. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan

keefektifan dari terapi yang diberikan.

g. Berikan cairan sesuai dengan indikasi : normal salin atau setengah normal salin

dengan atau tanpa dektrosa.

Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan

respon pasien secara individual.

h. Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau melalui oral sesuai

indikasi.

Rasional : Kalium harus ditambahkan pada IV untuk mencegah hipokalemia.

i. Pantau pemeriksaan laboratorium seperti natrium.

Rasional : Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan dari

intrasel (diuresis osmotik). Kadar natrium yang tinggi mencerminkan kehilangan

Page 12: Makalah Honk 3

cairan atau dehidrasi berat atau reabsorpsi natrium dalam berespon terhadap sekresi

aldosteron.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya gangguan transport O2

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai

indikasi.

Rasional : Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko

herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.

b. Pantau frekuensi atau irama jantung.

Rasional : Perubahan pada frekuensi (tersering adalah bradikardia) dan disritmia

dapat terjadi, mencerminkan trauma atau tekanan batang otak.

c. Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, seperti masase punggung,

lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.

Rasional : Meningkatkan istirahat menurunkan stimulasi sensori yang belebihan.

d. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standart

(misalnya skala koma Glascow).

Rasional : Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial

peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, dan perkembangan

kerusakan SSP.

e. Catat ada atau tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks menelan, batuk dan

Babinski.

Rasional : Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak tengah

atau batang otak dan sangat berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien.

Kehilangan refleks berkedip mengisyaratkan adanya kerusakan pada daerah pons dan

medulla. Tidak adanya refleks batuk meninjukkan adanya kerusakan pada medulla.

Refleks Babinski positif mengindikasikan adanya trauma sepanjang jalur pyramidal

pada otak.

f. Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi atau indikasi.

Jaga kepala pasien tetap berada pada posis netral.

Rasional: Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.

Page 13: Makalah Honk 3

g. Berikan cairan IV dengan alat control khusus. Batasi pemasukan cairan dan berikan

larutan hipertonik atau elektrolit sesuai indikasi.

Rasional: Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK. Restriksi cairan

mungkin diperlukan untuk mengurangi cairan tubuh total dan selanjutnya akan

menurnkan edema serebral terutama saat munculnya SIADH.

h. Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.

Rasional: Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan vasodilatasi dan

volume darah serebral yang meningkatkan TIK.

3. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Intervensi:

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.

Rasional: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya

proses penyakit.

b. Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.

Rasional: Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar

bibir atau daun telinga). Keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya

hipoksemia.

c. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan.

Rasional: Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area

konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus atau tertahannya secret.

Krekels basah menyebar menunjukkan cairan pada intestisial atau dekompensasi

jantung.

d. Palpasi fremitus.

Rasional: Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara

terjebak.

e. Awasi tingkat kesadaran atau status mental. Selidiki adanya perubahan.

Rasional: Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau komplikasi.

f. Awasi tanda vital dan irama jantung.

Rasional: Takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Page 14: Makalah Honk 3

g. Berikan O2 tambahan melalui nasal kanul, masker parsial atau masker dengan

humidifikasi tinggi seuai indikasi.

Rasional: Memaksimalkan sediaan O2, khususnya bila ventilasi menurun depresi

anestesi atau nyeri, juga selama periode kompensasi fisiologi sirkulasi terhadap unit

fungsional alveolar.

h. Awasi atau buat gambaran GDA, nasi oksimetri. Catat kadar Hb.

Rasional: Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2 dapat menunjukkan kebutuhan

untuk dukungan ventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat mengakibatkan

penurunan kapasitas pembawa O2, menurunkan PaO2.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.

Intervensi:

a. Kaji atau diskusikan tingkat kelelahan pasien dan identifikasi aktivitas yang dapat

dilakukan pasien.

Rasional: Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi

terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya

ketidakseimbangan natrium dan kalium.

b. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan

pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

Rasional: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat

aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lelah.

c. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa

diganggu.

Rasional: Mencegah kelelahan yang berlebihan.

d. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah

melakukan aktivitas.

Rasional: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

e. Diskusikan cara penghematan kalori selama mandi, berpindah tempat, dsb.

Rasional: Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan

kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

f. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan

yang dapat ditoleransi.

Page 15: Makalah Honk 3

Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang positif sesuai tingkat

aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan kekurangan insulin

secara relative, paling sering terjadi pada panderita NIDDM. Angka kematian HONK 40-

50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis. Karena pasien HONK kebanyakan usianya

tua dan seringkali mempunyai penyakit lain.

Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon

insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan

pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma.

Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan

kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi

hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat

menurunkan volume cairan intraselluler.

4.2 Saran

Page 16: Makalah Honk 3

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Hudak dan Gallo. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, edisi VI, volume II. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4..

Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medika-bedah Brunner dan Suddarth. Edisi

8. Jakarta: EGC.

Asman. 1996. .Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: balai penerbit FKUI.

www.wikipedia.com : diakses tanggal 21 Mei 2012, pukul 18.00 WIB

http://endokrinologi.freeservers.com : diakses tanggal 21 Mei 2012, pukul 18.10 WIB

www.tabloid-nakita.com : diakses tanggal 21 Mei 2012, pukul 18.20 WIB