makalah glikosida jantung

17
makalah glikosida jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang, begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-senyawa aktif alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah glikosida. Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman, glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman dan perlunya pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, penyusun mengangkat tema glikosida yang merupakan senyawa alamiah yang biasa digunakan dalam bidang kefarmasian dan cukup dikenal luas pemanfaatannya dalam masyarakat Indonesia. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

Upload: badriyatunnikmah

Post on 18-Jan-2016

408 views

Category:

Documents


84 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

Page 1: makalah glikosida jantung

makalah glikosida jantung

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang, begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-senyawa aktif alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah glikosida.

Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman, glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.

Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman dan perlunya pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, penyusun mengangkat tema glikosida yang merupakan senyawa alamiah yang biasa digunakan dalam bidang kefarmasian dan cukup dikenal luas pemanfaatannya dalam masyarakat Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Apa itu glikosida jantung?

b) Bagaimana stabilitas dan sifat dari glikosida jantung?

c) Bagaimana efek farmakologi dari glikosida jantung?

d) Bagaimana identifikasi glikosida jantung?

e) Apa saja tanaman yang mengandung glikosida jantung?

Page 2: makalah glikosida jantung

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui sifat dan stabilitas dari glikosida jantung,

2) Untuk mengetahui efek farmakologi dari glikosida jantung,

3) Untuk mengetahui tanaman yang mengandung glikosida jantung.

Page 3: makalah glikosida jantung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan tertentu, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Menurut sumber bahan yang digunakan jenis simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia pelikan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1979).

Glikosida adalah suatu senyawa yang apabila terhidrolisis akan menghasilkan gugus aglikon (genin) dan molekul gula (glikon). Bagian gula yang terdapat pada glikosida dapat berupa gula yang tidak spesifik (misalnya glukosa) atau gula yang spesifik (misalnya digitoksosa, sarmaentosa). Molekul gula yang sering terdapat pada glikosida lazimnya adalah β-D-glukosa, tetapi kadang-kadang ditemukan juga gula jenis lain yaitu ramnosa, digitoksosa, simarosa dan lain-lain. Bila ikatan glikosidik terjadi dengan molekul glukosa maka disebut glukosida, sedangkan bila berikatan dengan gula yang lain(bukan glukosa) disebut glikosida. Glikosida pada umumnya larut dalam air, sedangkan aglikonnya tidak larut dalam air. Oleh karena itu cara ekstraksinya akan berbeda (Anonim, 2013).

Berdasarkan atom apa yang menghubungkan bagian gula dan bukan gula, maka dikenal 4 macam glikosida yaitu : 1). O-glikosida, jika atom O menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini mudah dihidrolisa dengan asam dan enzim, 2). N-glikosida, jika atom N menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula ( gugusan amino) seperti; nukleosida, ribosa, purin, visin, dan krotonosida. Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya tetapi derivatnya misal; asam uronik, 3). C- glikosida, jika atom C menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini tahap terhadap hidrolisa asam. Hidrolisa dapat terjadi dengan bantuan pemanasan atau oksidator, dan 4). S-glikosida, jika atom S menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini hanya terdapat pada famili-famili tertentu misal Cruciferae (Waston, 2005).

Page 4: makalah glikosida jantung

BAB III

PEMBAHASAN

A. Glikosida Jantung

Glikosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman yang kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung.

Digoksin adalah suatu obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis lanata. Digoksin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini termasuk obat dengan Therapeutic Window sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit. Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek samping pada pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan, disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya payudara pria)mungkin terjadi.

B. Stabilitas dan Sifat dari Glikosida Jantung

Glikosida steroid merupakan glikosida dengan aglikon steroid. Glikosida jantung / cardiac gycocide / sterol glycocide/ digitaloida adalah glikosida yang mempunyai daya kerja yang kuat dan spesifik terhadap otot jantung. Daya kerja glikosida steroid yaitu: menambah kontraksi sistemik, berakibat pada pengosongan ventrikel menjadi lebih sempurna, akibat selanjutnya lamanya kontraksi sistole dipersingkat, sehingga jantung dapat beristirahat lebih panjang di antara dua kontraksi.

Aglikon steroid atau genin terdiri dari dua tipe, yaitu tipe kardenolida dan bufadienolida. Yang umum dalam alam adalah tipe kardenolida yang merupakan steroida C23dengan rantai samping yang terdiri dari lingkaran lakton lima anggota yang tidak jenuh α-β dan menempel pada C nomor 17 bentuk β. Tipe bufadienolida adalah homolog C24 dari kardenolida dan mempunyai rantai simpang lingkaran lakton enam anggota tidak jenuh ganda menempel pada C nomor 17. Nama bufadienolida berasal dari nama genus untuk katak Bufo, karena prototipe dari senyawa bufalin diisolasikan dari kulit katak.

Aspek kimiawi yang luar biasa dari kardenolida dan bufadienolida adalah bahwa hubungan lingkaran C/D mempunyai konfigurasi sis. Agar daya kerja terhadap jantung optimum, ternyata bahwa aglikon harus mempunyai lingkaran lakotn tidak jenuh α-β dan β menempel pada posisi 1 dari steroida dan hubungan-hubungan A/B dan C/D harus mempunyai konfigurasi sis. Bila glikosida dipecah aglikon masih mempunyai kegiatan terhadap jantung, tetapi bagian gula dari glikosida yang menyebabkan dapat larutnya glikosida sangat penting untuk absorbsi dan penyebaran glikosida dalam tubuh. Subtitusi

Page 5: makalah glikosida jantung

oksigen pada inti steroida juga mempengaruh penyebaran glikosida dalam tubuh. Substitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruhi penyebaran dan metabolisme glikosida. Pada umumnya makin banyak gugus hidroksi pada molekul lebih cepat waktu mulainya bekerja dan selanjutnya lebih cepat dikeluarkan dari tubuh.

Struktur dan daya kerja dari glikosida jantung mepunyai hubungan yang sangat erat, pergantian tempat dari gugus hidroksi atau aalnya perubahan kecil dalam molekul akan, mengubah bahkan melenyapkan sama sekali sifat kardioaktifnya. Ciri khas untuk aglikon dan kardioaktif adalah adanya gugus hidroksi yang menempel pada posisi 3 dan 14 dari inti steroida.

Setiap glikosida jantung mempunyai bagian gula yang terdiri dari satu, dua, tiga, atau empat gugus gula pentosa atau heksosa, tetapi gula yang ti ujung biasanya adalah glukosa. Gugus OH dari aglikon yang btereaksi pada pembentukan glikosida adalah yang terdapat paa posisi 3. Monosakarida yang biasa terdapat pada glikosida yang umum digunakan dalam pengobatan adalah D-glukosa, D-Digitoksosa, D-Simarosa, L-Ramnosa, D-arabinosa.

Hidrolisis asam yang lama dari glikosida jantung akan menyebabkan terpecahnya glikosida tersebut menjadi gula dan aglikon. Sedang hidrolisis yang terjadi karena enzim yang terdapat dalam banyak tanaman glikosida jantung memecah glikosida menjadi suatu gula bebas dan suatu glikosida sekunder yang menandung lebih sedikit gula. Adanya enzim-enzim ini memungkinkan dipelajarinya secara terperinci susuanan dari glikosida jantung. Seringkali enzim-enzim tersebut terikat sangat erat di dalam protoplasma sel (desmoenzim). Bila tidak diperhatikan secara cermat, selama pengeringan dan penyimpanan banyak obat jantung, maka enzim tadi akan memecah gula dan glukosa yang biasanya terdapt di ujung hingga dari heterosida yang asli akan terjadi senyawa yang kurang kompleks. Misalnya dari ekstrak gubal strofanti dapat diahrapkan akan terdapat senyawa kardioaktif seperti: strofantidin, simarin, k-strofantin dan k-strofantosida.

Kecuali dengan hidrolisa, glikosida jantung dapat pula rusak dengan cara yang lain. Lingkaran lakton di dalamnya mudah terbuka dengan adanya alkali, yang akan membentuk garam dari asam aldehid. Sekali terbuka, lingkaran tersebut tidak dapat dibentuk kembali menjadi lakton yang asli (cardenolide); sekarang karboksil tadi membentuk lakton dengan suatu hidroksil di bagian lain dari aglikon tersebut menghasilkan isogenin, cardanolide, yang secara fisiologi tidak aktif. Inilah sebabnya mengapa adanya alkali kuat menghancurkan aktivitas dari glikosida jantung.

Gugus hidroksil tersier (yaitu pada kedudukan 14 dari digitoksigenin) mudah terpisah sebagai air pada suhu yang tinggi memebentuk anhidrogenin, misalnya anhidro digitoksigenin. Jadi selama pengeringan, penyimpanan dan ekstraksi mungkin dan memang terjadi bermacan-macam perubahan dari obat jantung. Glikosida jantung juga terhidrolisis sebagian oeh asam lambung tetepi tidak cukup cepat hingga tidak mengacaukan pengobatan.

Karena panas dapat menghancurkan enzim, maka dapat diahrapkan bahwa obat jantung yang diawetkan dengan panas (heat-stabilized) kwalitasnya akan tahan lama, tetapi penggunaan panas dapat mengubah sebagian dari glikosida yang asli.

Page 6: makalah glikosida jantung

Kelarutan dari glikosida jantung berbeda cukup besar sesuai dengan kadar gula dalam molekul. Pada umumnya makin besar jumlah gugus gula yang terdapat dalam molekul, makin besar kelarutannya dalam air, tetapi makin kecil kelarutannya dalam kloroform. Alkohol dapat melarutkan kedua macam glikosida baik glikosida asli maupun glikosida sekunder dan juga aglikon, karena itu nampaknya alkohol merupakan pelarut yang cocok untuk zat kardioaktif (cardiac principles). Glikosida jantung tidak larut dalam petroleum eter dan dalam eter, dan pelarut tersebut digunakan untuk menghilangkan lemak biji strofanti sebelum diekstraksi dengan alkohol. Infusa air satu persen daun digitalis mengandung hampir seluruh jumlah heterosida aktif yang terdapat dalam obat. Hal ini mungkin disebabkan karena obat tersebut disamping mengandung glikosida jantung juga mengandung saponin yang berperan sebagai emulgator (emulsifier) untuk glikosida sekunder.

C. Efek Farmakologi

a. Farmakodinamik/Farmakokinetik :

· Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit

· Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam

· Durasi : dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan

Absorpsi : melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat menyebabkan absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi.

Distribusi :

ü Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg

ü Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg

ü Anak-anak : 16 L/kg

ü Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal

ü Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%

Metabolisme : melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui reduksi cincin lakton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan adanya gagal jantung kongestif

Bioavailabilitas:

ü T½ eliminasi (half-life elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung

ü T½ eliminasi (half-life elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit: digoxigenin: 4 jam ; monodigitoxoside : 3 – 12 jam

Page 7: makalah glikosida jantung

ü Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral ~ 1 jam

ü Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah )

ü Konsentrasi serum digoksin :

o Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 ng/ml .Aritmia : 0,8-2 ng/ml

o Dewasa : < 0,5 ng/ml, kemungkinan menunjukkan underdigitalization, kecuali jika terdapat hal-hal khusus

ü Toksik > 2,5 ng/ml

b. Kontraindikasi

Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias yang disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular atau fibrilasi ; hypertropic obstructive cardiomyopathy

c. Efek Samping

Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual , muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk , bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia.

D. Identifikasi Kimiawi

1. Reaksi Legal

Glikosida jantung kecuali scillaren, memberikan reaksi legal. Heterosida atau ekstrak murni dari obat gubal dilarukan dalam piridina. Bila natrium hidroksida dan natrium nitropurusida ditambahkan secara berturutan, akan terjadi warna merah darah.

2. Reaksi Keller –Killiani

Glikosida dilarutkan dalam asam asetat glasial yang mengandung

jejak/rumutan/trace feri klorida. Asam sulfat pekat yang mengandung sejumlah feri klorida yang sama diteteskan pada dasar tabung reaksi dengan suatu

Page 8: makalah glikosida jantung

pipet. Suatu warna yang jelas akan terjadi pada batas antara dua reagen, yang secaraperlahan-lahan menyebar ke dalam lapisan asam asetat. Reaksi ini menunjukkan adanya gula deoksi. Glikosida dari oleander dan squill memberikan

warna merah, sedang gliolosida dari adonis, apocymun dan digitalis memberikan warna hijau kebiruan.

3. Reaksi Sterol dan Liebermann

Kepada larutan glikosida dalam asam asetat glasial diatmbahkan satu tetes asam sulfat pekat. Pergantian warna terjadi dari rosa melaui merah, violet dan biru ke hijau. Warna-warna tersebut sedikit berbeda untuk satu senyawa dengan senyawa yang lain. Reaksi ini disebabkan oleh bagian steroida dari molekul dan karakteristik untuk aglikon dari tipe scillarenin. Asam sulfat 80% digunakan sebagai alat untuk identifikasi biji strophanti. Biji strophanthus kombe memberikan warna hijau dengan reagen ini, sedang kebanyakan pemalsunya (S.courtmanni danS. gratus) memberikan warna merah.

E. Tanaman yang Mengandung Glikosida Jantung

Di dalam tanaman, glikosida jantung terdapat dalam tumbuhan berbiji. Umumnya banyak ditemukan pada suku Apocynaceae dan Asclepiadaceae, tetapi juga ditemukan di dalam beberapa tanaman Liliaceae, Ranunculaceae, dan Euphorbiaceae.

1. Digitalis

Digitalis (USP = United State of Pharmacopoeia sejak tahun 1820 sampai sekarang) adalah serbuk daun Digitalis purpurea Linne atau D. lanata (family Scrophulariaceae) yang telah dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 600 C. Berupa serbuk halus atau serbuk sangat halus. Untuk menyesuaikan kadar, bisa diencerkan dengan bahan pengisi lain, seperti laktosa, amilum, atau dengan daun digitalis yang telah diketahui kadarnya lebih tinggi atau lebih rendah. Dimana potensinya diperhitungkan terhadap satuan USP unit. Diketahui bahwa 1 USP unit setara dengan tidak kurang dari 100 mg serbuk daun digitalis kering. Nama

Page 9: makalah glikosida jantung

digitalis berasal dari istilah Latin digitus yang berarti jempol. Ini menggambarkan bentuk bunga, Digitalis purpurea yang seperti jempol.

Daun digitalis mengandung berbagai glikosida jantung, diantaranya digitoksin (0,2-0,4 %), digitalin, gitalin, gitoksin, dan digitonin. Daun-daunnya juga mengandung minyak atsiri yang tersusun dari stearoptena, digitalosmin (yang memberi bau khas padaku serta menimbulkan rasa tajam), asam antirinat, digitoflavon, inositol, dan pektin.

Secara umum digitalis adalah tanaman yang berpotensi keras dan berbahaya bagi manusia karena aksiku langsung menuju ke jantung. Dosisku yang terlalu besar akan memberikan gejala keracunan berupa hilangnya selera makan (anorexia), mual (nausea), ludah membanjir keluar (salivation), muntah (vomiting) diare, kepala pening (headache), mengantuk (drowsiness), bingung (disorientation), gangguan konsentrasi (delirium), menghadapi bayangan fatamorgana (hallucination), bahkan kematian.

Kegunaannya sendiri adalah sebagai kardiotonikum. Efek penggunaan terutama ditimbulkan oleh bagian aglikon digitalis. Mekanisme kardiotonikum adalah meningkatkan tonus otot jantung yang mengakibatkan pengosongan otot jantung lebih sempurna dan curah jantung meningkat.

2. Strophantus

Strophantus merupakan biji yang telah dikeringkan dari tanaman Strophantus kombe Oliver atauStrophantus hispidus (family Apocynaceae). Strophantus mengandung glikosida jantung dengan potensi setiap gramnya tidak kurang dari 0,5 mg. Glikosida utama pada S. kombe dan S. hispidusadalah K-stropantosida yang juga dikenal sebagai strofosida. Glikosida ini dalam biji terkandung sampai 5 % yang disebut strofantin.

Biji strophantus mengandung glikosida strofantin sampai 5 %, minyak lemak 30 %, asam kombat, trigonelina, kholina, dan asam tak larut. Aksi dari penggunaan strophantus sama seperti daun digitalis, yaitu sebagai kardiotonikum atau pengobatan payah jantung. Bijinya juga memiliki aksi diuretikum serta meningkatkan sirkulasi darah. Dosis pemakaian umumnya 60 mg.

3. Urginea maritime

Page 10: makalah glikosida jantung

Urginea maritime merupakan umbi lapis dari tanaman Urginea Maritima (L.) Baker atauU. indica Kunth (famili Liliaceae). Bagian yang dimanfaatkan adalah sisik bagian dalam dari umbi lapis U. maritime var. Alba. Umbinya tumbuh setengah terbenam dalam tanah berpasir di pantai. Umbi dipanen, lalu dirajang melintang, dan dikeringkan.

Squill Urginea maritima mengandung glikosida jantung skilaren A 60 % dari jumlah seluruh glikosida yang ada. Skilaren-A terdiri dari aglikon skilarenin dan bagian gula ramnosa + glukosa. Kadang-kadang juga mengikat gula lain misalnya skilabiosa. Kegunaan sebagai glikosida jantung. Dosis pemakaian 100 mg oral. Sebagai catatan, skilaren juga memiliki sifat emetikum dan diuretikum.

4. Convallaria

Convallaria adalah akar dan rimpang kering dari tanaman Convallaria majalis Linne (famili Liliaceae). Tanaman ini telah dimuat di farmakope sejak tahun 1882. Setiap 100 mg akar covallaria setara dengan 3 unit USP digitalis. Kandungan kimia convallaria antara lain konvalatoksin, konvalarin, konvalamarin, konvalatoksol, dan konvalosida. Kandungan kimia tersebut merupakan kelompok glikosida jantung. Kandungan yang lain antara lain minyak atsiri, dan berbagai macam gula hasil hidrolisisnya.

5. Apocynum

Apocynum atau biasa dikenal dengan black Indian bemp adalah akar dari rimpang tanaman Apocynum cannabinum Linne (family Apocynaceae). Konstituen utamanya adalah simarin, apokanosida, lapokanida, dan sianokanosida. Apocynum merupakan glikosida jantung karena dapat mengobati payah jantung (kardiotonik).

6. Adonis

Adonis adalah bagian tanaman di atas tanah yang telah dikeringkan dari tanaman Adonis vernalis Linne (famili Ranunculaceae). Glikosida jantung yang terkandung adalah adonitoksin, simarin, dan vernadigin. Seperti yang lainnya, tanaman ini dapat mengobati payah jantung (kardiotonik).

7. Heleborus

Heloborus adalah akar atau rimpang yang telah dikeringkan dari tanaman Hellebores niger Linne (famili Ranunculaceae). Kandungan utama yang berkhasiat sebagai glikosida jantung adalah hellebrin. Sifat aksi adalah stimulansia jantung. Heleborus juga mengandung helleborein yang aksinya tidak begitu kuat dan helleborin.

Page 11: makalah glikosida jantung

8. Nerium oleander

Nerium oleander merupakan tanaman asli India dan sekarang menyebar dimana-mana. Semua bagian tanaman memiliki efek terhadap jantung. Daun dan korteks secara hati-hati digunakan untuk diuretik, ekspektoransia, diaforetik, dan emetikum, tetapi terhadap jantung memiliki efek kardiotonikum.

Daun Nerium oleander mengandung neriin, neriifolin, folinerin (oleandrin). Kulit kayu mengandung kortenerin, oleandrin, neriin, neriantin, neriokorin, dan neriodolein. Folinerin memiliki sifat emetikum yang kuat. Kegunaan sebagai glikosida jantung.

Page 12: makalah glikosida jantung

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glikosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman yang kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Obat ini biasa digunakan untuk mengobati gagal jantung kongestif dan penyimpangan detak jantung tertentu. Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase dan peningkatan arus masuk ion kalsium ke inrtasel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neorotransmiter.

Page 13: makalah glikosida jantung

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Materi Medika Indonesia Jilid I-IV,Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Anonim, 2013, Penuntun Praktikum Farmakognosi, Universitas Haluoleo, Kendari.

Watson. D, 2005, Analisis Farmasi edisi 2, EGC, Jakarta.