makalah glikosida
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang,
begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-senyawa
aktif alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana pengobatan
berbagai macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah glikosida.
Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu
kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di
dalam tanaman, glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila
memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida terdiri
atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya
dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida,
dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida,
sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa
disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin.
Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.
Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman dan
perlunya pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, penyusun mengangkat
tema glikosida yang merupakan senyawa alamiah yang biasa digunakan dalam
bidang kefarmasian dan cukup dikenal luas pemanfaatannya dalam masyarakat
Indonesia.
I.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Glikosida
2. Mengetahui Jenis-jenis Gula
3. Mengetahui Macam-macam Glikosida
4. Mengetahui Fungsi Glikosida
5. Mengetahui pembentukan Glikosida
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Glikosida
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk
dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi
diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat
pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk
ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-
glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan
karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan
aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.
1. Biosintesis Glikosida
Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka
glikosida ini disebut hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida.
Pembicaraan tentang biosintesa dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian
yang penting. Yang pertama adalah reaksi umum bagaimana bagian gula terikat
dengan bagian aglikon, diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem
biologik. Ini kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara mendetail
tentang jalannya reaksi biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan
menyusun glikosida.
Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari
pembentukan glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin
trifosfat kesuatu gula-l-fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator
pada reaksi ini adalah uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari
binatang, tanaman dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa
dan turunan gula lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan
adalah glikolisis transferase (b), dimana terjadi pemindahan (transfer) gula dari
uridin difosfat kepada akseptor tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida
Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja
untuk memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk
bagian disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang
mengandung glikosida lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan
tetrasakarida dari glikosidanya dengan reaksi yang sama.
Aglikon
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-
senyawa tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat,
nitril sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian
glikosida tanaman yang pada waktu ini banyak digunakan secara medisinal
kebanyakan mempunyai aglikon steroid, flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti
bahwa glikosida lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk pengobatan
lebih sedikit.
II.2 Jenis-jenis Gula
Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel
didalamnya dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang
mengandung glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut
arabinosida, yang mengandung galakturonat disebut galakturonosida, dan
seterusnya.
Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa. Meskipun
demikian ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada
glikosida misalnya ramnosa, digitoksosa dan simarosa. Bagian aglikon atau
genin terdiri dari berbagai macam senyawa organik, misalnya triterpena, steroid,
antrasena, ataupun senyawa-senyawa yang mengandung gugus fenol, alkohol,
aldehid, keton dan ester. Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal
dengan satu gugus hidroksi dari gula yang mengalami kondensasi dengan
gugus hidroksi dari komponen bukan gula. Sementara gugus hidroksi yang
kedua mengalami kondensasi di dalam molekul gula itu sendiri membentuk
lingkaran oksida. Oleh karena itu gula terdapat dalam dua konformasi, yaitu
bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk glikosidanya secara teoritis juga
memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata hanya
glikosida bentuk beta saja yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis
glikosida yang ada pada bentuk beta.
KLASIFIKASI DARI GLIKOSIDA
Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglycone digunakan sebagai dasar
pengaturan, dimana penggolongannya sebagai berikut:
II.3 Macam-macam Glikosida
GLIKOSIDA SAPONIN
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.
Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.
Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid
dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan
membui bila dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan
menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir.
Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi
hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya
digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan
aglikon yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah
dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut.
Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sebagai
sapotoksin.
Menurut SOBOTKA :
1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari
siklopentano perhidrofenantren
2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano
perhidrofenantren.
Struktur kimiawi
Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini
memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika
yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur bahan
kimia dari aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu
aglycone yang dikenal sebagai "sapogenin".
BIOSINTESIS GLIKOSIDA SAPONIN
Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi
2 golongan yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping
spiroketal dan saponin asam yang mempunyai struktur triterpenoid. Biosintesa
saponin triterpenoid lebih kurang diketahui bila dibandingkan dengan saponin
steroid tetapi dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai tidak tolak yang
sama yaitu yang berasal dari asetat dan mevalonat. Rantai samping terbentuk
sesudah terbentuknya squalen. Sebagian terjadi inti steroid spiroketal dan yang
lain membentuk triterpenoid pentasiklik. Gugus gulanya dapat berdiri 1 – 55 gula
dan dalam beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula tetapi dengan asam
uronat.
GLIKOSIDA STEROID
Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid.
Glikosida steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat
dan spesifik terhadap otot jantung.
Struktur Kimiawi
Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asam
empedu yaitu bagian gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid dan
bagian aglikonnya berupa steroid yang terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolida
dan tipe bufadienolida. Tipe kardenolida merupakan steroid yang mengandung
atom C-23 dengan rantai samping terdiri dari lingkaran lakton 5-anggota yang
tidak jenuh dan alfa-beta menempel pada atom C nomor 17 bentuk beta.
Sementara tipe bufadienolida berupa homolog dari kardenolida dengan atom C-
24 dan mempunyai rantai samping lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh ganda
yang menempel pada atom C nomor 17.
Biosintesa Glikosida Jantung
Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo-
pentenofenantren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada
atom C-17. Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid pada
umumnya didasarkan atas biosintesa dari senyawa kolesterol. Meskipun tidak
semua senyawa steroid memerlukan kolesterol sebagai prekursor (pra zat)
pembentukannya, paling tidak pembentukan kolesterol ini dianggap sebagai
mekanisme biosintesa senyawa steroid pada umumnya.
GLIKOSIDA ANTRAKUINON
Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung
glikosida sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat
pencahar tersebut mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai
aglikonnya. Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni
purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae
Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung
turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena
daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai
obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti).
Tanaman-tanaman seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara telah lama dikenal
sebagai obat alami kelompok purgativummeskipun pada saat itu kandungan
kimiawinya belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan
kandungan kimiawi antara obat purgativum dengan beberapa bahan pewarna
alami. Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik
dalam keadaan bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan antrakuinon yang
tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga produk lain
seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu diantron.
Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat dengan
senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida
dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.
Struktur Kimiawi
Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga
mudah terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon,
trihidroksi antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon.
Biosintesa Senyawa Antrakinon
Biosintesa senyawa antrakinon diselidiki di dalam mikroorganisme. Dan
disimpulkan bahwa biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui proses yang
serupa, salah satu contoh yang sederhana ialah pembentukan turunan
antrakinon dari asam asetat yang diberi label dalam Peniccilium islandicum,
jenis Penicillium yang dikenal menghasilkan bermacam-macam turunan
antrakinon.
Terjadinya proses biosintesa emodin atau senyawa antrakinon lainnya
dapat diikuti dengan memberi label (tanda) pada asam asetat, yang dimaksud
dengan memberi label adalah menggunakan senyawa yang sebagian unsure-
unsurnya diberi muatan radio aktif dengan menggunakan isotopnya yang
radioaktif.
GLIKOSIDA SIANOPORA
Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan
terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).
Biosintesa Glikosida Sianopor
Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam pengobatan
adalah senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan turunan dari asam
amino C6 – C3 seperti fenilalanin dan tirosin. Biosintesa senyawa ini adalah
melalui “Shikimic Acid Pathway”. Setelah terbentuk asam shikimat dapat
mengalami fosforilasi dan bereaksi dengan asam fosfoenolpiruvat membentuk
asam profenat, yang selanjutnya melalui asam fenilpiruvat menjadi fenilalanin.
GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT
Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung
glikosida yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan
alifatik atau aromatik. Senyawa-senyawa yang penting secara farmasi dari
glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis
alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed).
Biosintesa Glikosida Isotiosianat
Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau
turunan aromatik. Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa
aglikon yang berupa senyawa alifatik biosintesanya dapat melalui “Acetate
Pathway” sedang yang aromatik melalui “Shikimic Acel Pathwey”.
GLIKOSIDA FLAVONOL
Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini
merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di
alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan
merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi.
Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin,
diosmin dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal.
Biosintesa Glikosida Flavonoid
Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh
senyawa yang di dalam sistem biologis pembentukannya dapat melalui kedua
cara pembentukan senyawa aromatis, yaitu dengan kondensasi asam asetat
dan melalui shikimic Acid Pathway.
GLIKOSIDA ALKOHOL
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus
hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin. Salisin adalah
glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan Populus.
GLIKOSIDA ALDEHIDA
Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang
diikat oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang
aglikonnya suatu aldehida.
GLIKOSIDA LAKTON
Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang
mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa
glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan tanaman seperti
skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks horse chestnut, daphin
dalam mezereum, fraksin dan limettin.
GLIKOSIDA FENOL
Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan
senyawa fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae
lain menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam buah jeruk
juga dapat digolongkan sebagai glikosida fenol. Uva ursi adalah daun kering dari
Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman ini merupakan semak yang
selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika Serikat dan
Kanada.
II.4 FUNGSI GLIKOSIDA
Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana
pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat
jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurunan tegangan
permukaan.
Fungsi glikosida :
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang
mengganggu
5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik
Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan
obat yang sangat penting, misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu glikosida
dari Digitalis, Strophanthus, Colchicum, Conyallaria, Apocynum dan sebagainya
yang berkhasiat laksatifa/pencahar seperti Senna, Aloe, Rheum, Cascara
Sagrada dan Frangula yang mengandung glikosida turunan antrakinon emodin.
Selanjutnya sinigrin, suatu glikosida dari Sinapis nigra, mengandung
alilisotiosianat suatu iritansia lokal. Gaulterin adalah glikosida dari gaulteria yang
dapat menghasilkan metal salisilat sebagai analgesik.
Beberapa Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer. Teori Pfeffer mengatakan
bahwa glikosida adalah meruapakan cadangan gula temporer (cadangan gula
sementara) bagi tanaman. Cadangan gula di dalam bentuk ikatan glikosides
ini tidak dapat diangkut dari sel satu ke sel yang lain, oleh karena adanya
bagian aglikon.
2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi. Pada tahun
1915, Geris mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida adalah
merupakan proses detoksikasi, sedang anglikonnya merupakan sisa
metabolisme.
3. Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor Teori Wasicky mengatakan
bahwa setelah diadakan percobaan-percobaan pada tanaman digitalis,
ternyata bahwa glikosida mempunyai fungsi sebagai pengatur tekanan turgor
di dalam sel.
4. Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang
menggangu. Teori ini menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam
tanaman dimaksudkan untuk menjaga diri terhadap serangan serangga atau
binatang lain dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada tanaman.
5. Glikosida sebagai petunjuk sistimatik. Adanya glikosida didalam tanaman,
meskipun masih sangat tersebar, dapat digunakan sebagai salah satu cara
mengenal tanaman secara sistimatik, baik dari aglikonnya, bagian gulanya
maupun dari glikosidanya sendiri. Sebab ada beberapa glikosida, aglikon atau
gula yang hanya terdapat di dalam tanaman atau familia tertentu.
6. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa
didalam waktu 24 jam tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar
glikosida baik ditinjau dari sudut biologi maupun secara kimiawi. Juga pada
tanaman yang ditempatkan pada tempat yang gelap selama 24 jam, tidak ada
perubahan kadar glikosida.
II.5 PEMBENTUKAN GLIKOSIDA
Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua
senyawa. Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya
tidak memiliki sifat aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat
reaksi adalah gugus –OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang
terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan yang
terjadi antara gugus metal dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus
–OH yang bereaksi disebut gugus –OH glikosidik.
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol
disebut juga metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu
metil–α–D–glukosida atau metil-α-D-glukopiranosida dan metil-β-D-glukosida atau
metil-β-D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optic,
kelarutan serta sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil glikosida dapat diubah
menjadi karbohidrat dan metilalkohol.
Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang
bukan karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih
kompleks lagi misalnya sterol. Di samping itu antara sesama monosakarida dapat
terjadi ikatan glikosida, misalnya pada molekul sukrosa terjadi ikatan α-glukosida-β-
fruktosida.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk
dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi
diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian
akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi
udara).
2. Macam- macam glikosida adalah glikosida steroid, glikosida saponin,
glikosida antrakuinon, glikosida sianopora, glikosida isotiosianat, glikosida
flavonol, glikosida alcohol, glikosida aldehida, glikosida lakton, dan glikosida
fenol.
3. Fungsi glikosida : Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer
Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu
Glikosida sebagai petunjuk sistematik
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar
Swadaya. Jakarta.
2. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
3. Tim Dosen. Farmakognosi I. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam UNHAS. Makassar.
4. http/www. Google.co.id/ glycoside.
PERTANYAAN DISKUSI :
1. Apa yang dimaksud dengan uridilil transferase ? (A. Tenri Abeng)
2. Jika 2 senyawa antara glikosida holosida dan heterosida digabungkan
bagaimana bentuknya ? Dan apa manfaat glikosida dalam bidang farmasi ?
(Rahmat Jaya Ningra)
3. Apa peranan masing-masing senyawa (gula dan bukan gula), dan berikan
contoh tumbuhan dari masing-masing senyawa tersebut ? (Usman Bugis)
4. Uridilil transferase dioksidasi dengan apa ? (Dirjansyah)
5. Bagaimana mekanisme kerja gula dalam tubuh sehingga menyebabkan
Diabetes Melitus ? (Ruslan)
JAWABAN :
1. Uridilil Transferase adalah enzim yang bertindak sebagai katalisator yang
mempercepat reaksi pembentukan glikosida.(Nuris Randa M)
2. Bentuk antara glikosida holosida dan heterosida adalah tidak terbentuk, karena
holosida adalah glikosida yang aglikonnya berupa gula dan glikonnya juga gula
sedangkan heterosida adalah glikosida yang aglikonnya bukan gula dan
glikonnya adalah gula. Dan inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya
holosida dengan heterosida, karena mereka sudah merupakan glikosida.
(Rony Wibowo)
Adapun hubungannya dengan farmasi adalah sebagaimana diketahui bahwa
glikosida merupakan salah satu kandungan aktif dalam tanaman yang
termasuk dalam kelompok metabolit sekunder, jadi hubungannya adalah zat
aktif yang terkandung tersebut dapat dijadikan obat yang diambil dari tanaman
yang terkandung didalamnya. (Denny dan Trisna Ouwpoly)
3. Peranannya adalah aglikon dan glikon sama-sama memiliki peranan dalam
senyawa glikosida, dan contoh tumbuhan adalah Digitalis Folium. ( Rini
Patabang)
4. Uridilil transferase tidak dapat dioksidasi karena Uridilil Transferase adalah
enzim yang bertindak sebagai katalisator. (Lisa Rassang Masero)
5. Diabetes mellitus terjadi akibat tidak berfungsinya pancreas memproduksi
insulin untuk mengubah gula menjadi energy akibatnya gula dalam darah
melebihi batas normal dalam tubuh. (Denny)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
RINI PATABANG
RONY WIBOWO
PADLIANA
RISKY SASMALA
DENNY
NURIS RANDA .M
SERLY MARIPPI
MIRNAWATI
TRISNA OUWPOLY
LISA RASSANG
NINI KARTINI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2012