makalah gigi memanjan klp 2

39
MAKALAH KELOMPOK MODUL 2 BLOK GERIODONTOLOGI “GIGI MEMANJANG” OLEH KELOMPOK II Dian ika Pratiwi Jumiati Fitriani Antolis Kurniadi B Aksam hidayat Nindya Dwi Utami P Khusnul Ilmah Amalia Prizka Brigitasari Hardianti Usman Puji Rahayu Ayu Sabrini Resty Amalia St. Hardiyanti YR 1

Upload: ujhy-ayhu-rahayu

Post on 17-Feb-2015

102 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

gigi memanjang

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

MAKALAH KELOMPOK

MODUL 2 BLOK GERIODONTOLOGI

“GIGI MEMANJANG”

OLEH

KELOMPOK II

Dian ika Pratiwi Jumiati

Fitriani Antolis

Kurniadi B Aksam hidayat

Nindya Dwi Utami P Khusnul Ilmah Amalia

Prizka Brigitasari Hardianti Usman

Puji Rahayu Ayu Sabrini

Resty Amalia St. Hardiyanti YR

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

1

Page 2: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Setiap orang pasti akan mengalami yang namanya hari tua. Proses penuaan, baik

secara langsung maupun tidak langsung turut meningkatkan resiko kehilangan gigi dan

kemunculan gangguan atau penyakit mulut, yang diperberat dengan kesehatan umum yang

buruk dan adanya penyakit kronis. Beberapa kondisi yang sering terjadi pada lansia, antara

lain;

1. Edentulism atau kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi fungsi suara

(fonasi), estetik, dan ekspresi wajah. Penyebab kehilangan gigi sering karena karies

dan penyakit periodontal, diabetes, dan pemakaian jangka panjang tembakau.

Kehilangan gigi juga membuat konsumsi buah, sayur dan makanan kaya serat

berkurang, dan konsumsi lemak , kolesterol dan protein yang tinggi. Hal ini dapat

mempengaruhi kualitas intake, yang nantinya dapat menyebabkan timbulnya penyakit

sistemik. Kehilangan gigi dapat diatasi dengan pemakaian gigi palsu, namun harus

memperhatikan kebersihan dari gigi palsu dan rongga mulut, agar tidak timbul

kelainan rongga mulut lainnya.

2. Radang gusi/gingivitis. Penyebabnya bisa lokal (kalkulus) dan penyakit sistemik.

Kondisi ini menyebabkan konsumsi diet lunak bertambah, sehingga menurunkan

aktifitas motorik jaringan mulut, berakibat pada hipofungsi/menurunnya fungsi

kelenjar ludah. Radang gusi diperparah dengan bertambahnya kedalaman poket

periodontal, kebiasaan merokok, tekanan psikososial, mengabaikan perawatan dental

rutin, dan rendahnya status sosioekonomi.

2

Page 3: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

3. Xerostomia atau mulut kering adalah menurunnya curah saliva/ludah. Hal ini dapat

disebabkan oleh karena penyakit sistemik, disfungsi kelenjar ludah, terapi radiasi,

kemoterapi, kebiasaan merokok, dan efek samping medikasi. Kelainan ini

mempengaruhi pola makan, status nutrisi, bicara, pengecapan, toleransi terhadap

protesa gigi, meningkatnya kandidiasis dan rentan karies.

Penjelasan diatas hanya beberapa kelainan yang timbul pada lansia. Tenaga kesehatan

bidang gigi dan mulut turut berperan penting dalam pencegahan penyakit mulut dan

kerusakan jaringan gigi dan mulut lanjut pada penduduk lanjut usia. Tetapi pokok

permasalahan gigi dan mulut yang akan di bahas pada makalah ini yaitu masalah gigi dan

mulut point ke dua mengenai gingivitis pada lansia.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah pembelajaran modul ini mahasiswa diharapkan menjelaskan penyebab

terjadinya gigi memanjang, gejala klinis, patomekanisme, diagnosis berdasarkan anamnesis

pemeriksaan klinik, ro-foto dan melakukan perawatan, pencegahan serta pemeliharaan pada

kasus dan aspek epidemiologi penyakit yang menyebabkan gigi memanjang.

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Menjelaskan tentang patomekanisme pengaruh penuaan terhadap jaringan

periodontal (epitel gingival, ligamentum periodontal, sementum, tulang alveolar,

bakteri plak dan respon imun)

2. Menjelaskan penyakit periodontal pada lansia

3. Menjelaskan tentang cara pencegahan penyakit periodontal pada lansia

4. Menjelaskan tentang cara perawatan penyakit periodontal pada lansia

5. Epidemiologi penyakit periodontal pada lansia

3

Page 4: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

4. RUMUSAN MASALAH

1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam penyakit periodontal pada lansia!

2. Apa pengaruh penuaan terhadap jaringan periodontal (epitel gingival, ligamentum

periodontal, sementum, tulang alveolar, respon imun dan bakteri)!

3. Jelaskan epidemiologi penyakit periodontal pada lansia!

4. Jelaskan etiologi dan patomekanisme pada kasus!

5. Jelaskan pemeriksaan apa saja yang dilakukan sebelum melakukan perawatan

pada lansia (anamnesis. R. Foto (gambaran radiologi), klinis!

6. Apa diagnosis dan diferensial diagnosis pada kasus!

7. Jelaskan perawatan apa yang dilakukan pada kasus skenario!

8. Bagaimana prognosis pada kasus!

9. Jelaskan pencegahan yang dilakukan untuk penyakit pada kasus!

10. Tentukan penyakit sistemik yang bisa merupakan kondisi penyakit periodontal!

11. Bagaimana kontrol plak pada lansia!

12. Tuliskan cara penentuan pengukuran plak dan kalkulus!

13. Penentuan derajat mobilitas gigi!

14. Penentuan derajat perlekatan gusi!

15. Jelaskan macam-macam diastem!

16. Apa obat alternatif atau bahan herbal yang dapat digunakan untuk meminimalisir

plak dan bagaimana penggunaanya!

17. Jelaskan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam perawatan kasus!

18. Tentukan instruksi post treatment pada kasus setelah dilakukan perawatan!

4

Page 5: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

BAB II

ISI

Skenario : Gigi Memanjang

Seorang wanita 60 tahun datang ke RSGMP dengan keluhan gigi depan rahang atas

terasa memanjang dan renggang. Gusi kadang berdarah dan gigi agak ngilu apabila disikat.

Setelah dilakukan pemeriksaan terdapat edentolous gigi 16, 25, 26. Kondisi ini banyak

ditemukan pada kelompok lansia yang sebenarnya dapat dicegah.

Kata Kunci/Kalimat Kunci

1. Seorang wanita 60 tahun

2. Datang ke RSGMP

3. Keluhan gigi depan rahang atas terasa memanjang dan renggang

4. Gusi kadang berdarah dan gigi agak ngilu apabila disikat

5. Terdapat edentolous gigi 16, 25, 26

6. Kondisi ini banyak ditemukan pada kelompok lansia yang sebenarnya dapat dicegah

5

Page 6: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

A. Macam-Macam Penyakit Periodontal Pada Lansia

Penyakit periodontal yang paling umum ada dua yaitu

1. Gingivitis

Gingivitis merupakan peradangan pada gingival atau gusi. Keadaan ini terjadi

saat bakteri yang normal ditemukan dalam rongga mulut berproliferasi, meningkat

massa dan ketebalannya hingga membentuk plak. Plak melekat pada permukaan

gigi serta gingival di dekatnya. Tidak ada kehilangan perlekatan yang terjadi akibat

kondisi ini. Tanda klinisnya adalah kemerahan pada gingival margin, tingkat

pembesaran yang bervariasi, perdarahan pada probing ringan, dan perubahan bentuk

fisiologik gingival. Rasa nyeri bukanlah tanda umum pada gingivitis. Gingivitis

adalah jenis penyakit inflamasi akut dan kronik yang mana prosesnya terbatas pada

gingival tanpa ada hubungan dengan hilangnya tulang alveolar. Sebenarnya secara

umum gingivitis merupakan lesi yang reversible. Plak supragingiva adalah faktor

utama penyebab penyakit tersebut.

2. Periodontitis

Periodontitis merupakan peradangan periodonsium yang ditandai dengan

migrasi jungsional epithelium kearah apical, disertai dengan kehilangan perlekatan

dan tulang alveolar crestal yang diakibatkannya. Tanda klinisnya meliputi

penambahan ke dalam pada probing, perdarahan saat probing (pada status penyakit

akut), dan perubahan contour fisiologi. Kemerahan dan pembengkakan gingival

dapat pula terjadi. Rasa nyeri bukanlah tanda klinis yang umum.

6

Page 7: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

B. Pengaruh Penuaan Terhadap Jaringan Periodontal

1. Epitel Gingival

Epitel mulut bertambah tipis sejalan dengan usia, kurang berkeratin, dan

terdapat peningkatan kepadatan sel. Sambungan antara epitel dan jaringan ikat juga

berubah sesuai usia dan sambungan (antarmuka) tipe lingir (ridge) menjadi tipe

papila. Belum diperoleh kejelasan tentang efek dan usia pada aktivitas mitotik epitel

mulut. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan mitosis sejalan usia,

beberapa lainnya melaporkan kecepatan mitosis yang tetap, dan ada juga yang

menunjukkan penurunan aktivitas. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan

tingkat peradangan yang ada pada jaringan sebelum hasil penelitian diperoleh.

2. Ligamentum Periodontal

Komponen jaringan ikat pada ligament periodontal juga mengalami perubahan

akibat usia. Komponen serabut dan sel menurun sementara struktur ligament

menjadi lebih tidak teratur. Perubahan lain pada struktur ini termasuk penurunan

kepadatan sel dan aktivitas mitosis, penurunan produksi matriks organik, dan

hilangnya asam mukopolisakarida. Namun penemuan lebih lanjut tentang efek dan

usia pada lebar ligament periodontal ternyata bertentangan. Beberapa penelitian

melaporkan peningkatan sejalan dengan usia sementara yang lain melaporkan

penurunan. Bagaimanapun, sekarang telah dipastikan bahwa lebar dari ligament

periodontal berhubungan dengan fungsi yang dibutuhkan oleh gigi. Faktor

perbedaan beban oklusal mungkin merupakan penyebab hasil penelitian yang saling

bertentangan ini. Oleh sebab itu, semakin sedikit gigi yang masih ada akan semakin

besar proporsi beban oklusalnya. Hal ini akan mengakibatkan melebarnya ligament

periodontal dan meningkatnya mobilitas gigi. Pada keadaan seperti ini gigi yang

goyang tidak mesti mempunyai prognosis yang buruk. Juga telah dilaporkan bahwa

7

Page 8: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

tekanan pengunyahan menurun sejalan dengan usia, yang ikut berpengaruh pada

penurunan lebar ligament periodontal.

3. Sementum

Pembentukan sementum, terutama aselular, terjadi terus-menerus sepanjang

hidup dan peningkatan ketebalan yang sejalan dengan usia terlihat paling jelas di

daerah apikal gigi. Temuan yang terakhir tersebut diperkirakan merupakan respons

terhadap erupsi pasif. Sedikit penambahan pada remodeling sementum juga terjadi

sejalan dengan usia dan ditandai dengan area resorpsi serta aposisi, yang mungkin

ikut menyebabkan terjadinya peningkatan ketidakteraturan dari permukaan

semental gigi lansia.

4. Tulang Alveolar

Tulang alveolar menunjukkan perubahan sejalan dengan usia yang mencakup

meningkatnya jumlah lamela interstitial, menghasilkan septum interdental yang

lebih padat, dan menurunnya jumlah sel pada lapisan osteogenik dari fasia kribrosa.

Dengan bertambahnya usia permukaan periodontal dari tulang alveolar menjadi

tajam dan serabut kolagen menunjukkan insersi yang kurang teratur ke dalam

tulang.

5. Respon Imun

Perbedaan pada sel T, sel B, sitokin, sel NK, tetapi tdk pada aktivitas PMN dan

makrofag, respon immun menurun, stimulasi limfosit terhadap plak menurun dan

kecepatan perkembangan keradangan meningkat sesuai umur.

6. Bakteri

Akumulasi Plak meningkat dengan usia, oleh karena meningkatnya permukaan

jaringan keras, karena resesi dan anatomi. Tingkat kalsium dan Phospor meningkat,

komposisi bakteri berubah kwalitasnya, bakteri Spirochaeta meningkat sedangkan

8

Page 9: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

bakteri streptokokus menurun, pembentukan plak lebih cepat dan makanan lunak

menyebabkan meningkatnya insiden xerostomia dan banyaknya skumulasi deposit.

C. Epidemiologi Penyakit Periodontal Pada Lansia

Penyakit periodontal meningkat sesuai usia baik prevalensi maupun

keparahannya. Proses aging pada jaringan periodontal sama dengan pada bagian lain

dalam tubuh. Pada negara finlandia, 40 % gigi masih bertahan pada usia 65 tahun,

tetapi hanya 2 % yang mempunyai jaringan periodontal yang sehat, 43 % pria, 27 %

wanita yang mengalami periodontitis berat (kedalaman probing > 6 mm). Pada

negara usa, 60 % dari populasi > 65 tahun hanya mempunyai gigi sebagian, 90 %

membutuhkan perawatan periodontal, pada kelompok usia 65 -74 tahun terdapat

hubungan antara jumlah gigi yang tersisa dan periodontal status. Ada melaporkan

meningkatnya jumlah pasien manula yang membutuhkan restorasi dan preventiv dan

95 % manula yang mempunyai gigi periodontitis.

D. Etiologi Dan Patomekanisme Pada Kasus

1. Gigi Memanjang

Gigi memanjang adalah akibat dari resesi gingiva adalah peristiwa terjadinya

pergeseran tepi gingiva ke arah apikal. Resesi gingiva dapat mengakibatkan rasa

ngilu dan terjadi karies pada akar karena akar terbuka. Secara anatomi, sebagian

gigi mungkin memiliki gingiva lekat yang sempit. Jika kemudian gingiva lekat

yang sempit ini berkurang akibat resesi, maka gingiva yang menutupi dan

melindungi daerah servikal gigi akan tinggal sedikit atau hilang sama sekali.

9

Page 10: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

Pergeseran gigi juga dapat mengawali kehilangan jaringan gingiva jika tulang

alveolar di bagian bukal tipis.

Hal ini menunjukkan adanya asumsi bahwa resesi merupakan pergeseran

fisiologis dari perlekatan gingiva. Secara garis besar ada dua penyebab resesi

gingiva:

a. Secara fisiologis, biasanya terjadi akibat bertambahnya usia. Ada anggapan

bahwa resesi gingiva merupakan kejadian alami yang berkaitan dengan umur.

Pada penelitian dengan sampel sejumlah lebih dari 500 orang dengan umur di

atas 65 tahun, 39% permukaan giginya mengalami resesi gingiva. Belum jelas

resesi mana yang disebabkan hanya oleh proses umur, karena sulit

menghilangkan efek tambahan dari penyikatan gigi, penggunaan alat kebersihan

mulut lainnya, dan kebiasaan buruk.

b. Secara patologis; disebabkan karena kesalahan cara menyikat gigi, akumulasi

plak bakteri, keradangan gingial, perlekatan frenulum yang terlalu tinggi,

pergerakan alat ortodontik ke arah labial, restorasi yang tidak adekuat, trauma

oklusi, posisi gigi yang menonjol, perlekatan otot yang abnormal, tulang aleolar

yang tipis, kebiasaan buruk menggigit benda diantara dua gigi misalnya pensil

atau antara gigi dan pipi seperti tembakau, iatrogenic seperti preparasi mahkota

gigi, yang melampaui biological width, penempatan rubber dam saat

penambahan area proksimal, pemasangan band ortodontik fiks, atau

penggeseran gigi dengan alat ortodontik fiks.

2. Gusi Berdarah

Gusi yang berdarah adalah tanda terjadinya peradangan .dan penyebabnya

adalah plak gigi. Plak adalah suatu lapisan lengket dan mengandung bakteri yang

terus menerus terbentuk di dalam mulut serta melekat pada permukaan gigi dan

10

Page 11: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

gusi. Plak tinggal dengan nyaman di batas perlekatan gigi dan gusi, tepi gusi dan

permukaan gigi yang kasar, serta di sela-sela gigi. Bila tidak dibersihkan setiap

hari, lama-lama plak akan mengeras seperti batu dan berubah menjadi karang gigi

(kalkulus) yang sulit dihilangkan sendiri dan harus dibersihkan oleh dokter gigi.

Selanjutnya, permukaan kalkulus yang kasar ini akan menjadi tempat

menempelnya plak baru sehingga dari hari ke hari timbunan ini akan menjadi

makin tebal. Etiologi dari gusi berdarah adalah sebagai berikut:

a. Adanya inflamasi pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh bakteri

(porphiromonas gingivalis, propotella mtermedia, ksmpiulbscter,

actiobacillus).

b. Pembentukan poket periodontal.

c. Adanya plak, kolonisasi bakteri pada gingiva.

E. Pemeriksaan Sebelum Melakukan Perawatan Pada Lansia

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang

diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan

keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan

kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi

aktif antara dokter dan pasien atau keluarga pasien.

Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi

keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang dialami

sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan

informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh pasien. 

11

Page 12: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

a. Keluhan dan riwayatnya

Keluhan yang sering diajukan pada penyakit periodontal adalah gusi berdarah,

gigi goyang, gigi bergeser (biasanya insisivus atas), rasa tidak enak, halitosis,

pembengkakan gusi, nyeri dan kadang-kadang sakit yang hebat.

b. Riwayat gigi

Di sini pasien ditanyakan bagaimana tingkat keoperatipan pasien dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulutnya, apakah raajin untuk memeriksa gigi, dll.

c. Riwayat medis

Di sini pasien ditanyakan penyakit umum yang diderita misalnya kondisi

sitemiknya, pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan, dll.

2. Klinis

Pada pemeriksaan klinis, perlu diamati kondisi umum pasien, dan tanda-tanda

seperti kegenukan, postur umum, kepucatan, ruam kulit, kesulitan bernapas, postur

bibir juga perlu diperhatikan. Hal lain juga perlu diperiksa keadaan mukosa mulut,

pesawat lepasan, kebersihan mulut, gigi dicatat yang karies, restorasi dan

malaignment, keadaan gingiva diperiksa, pengukuran poket, dan oklusi.

3. R. Foto (Gambaran Radiologi)

Pemeriksaan radiografi menunjukkan posisi tepi alveolar dan kondisi tulang

alveolar. Bila ada perkiraan ada kerusakan tulang, harus dilakukan pemeriksaan

radiografi lanjutan. Teknik paraleling konus panjang memberikan gambaran

radiografi yang paling akurat. Teknik sudut bagi cenderung memberikan gambaran

yang terdistorsi tentang hubungan tepi alveolar terhadap CEJ. Radiografi sayap

gigit vertikal dapat digunakan untuk gigi posterior, ortopantomograf (OPG)

12

Page 13: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

memberikan gambaran secara keseluruhan, tetapi detail dari tepi alveolar seringkali

kurang jelas.

Adapun gambaran radiografi berdasarkan keluhan pasien daalah:

Dengan gambaran radiografi kita dapat melihat kondisi jaringan mukosa yang

berada di bawah garis servikal terlihat gambaran radio lusen yang luas, menandakan

tidak adanya jaringan mukosa yang melekat dan mendukung gigi di daerah serikal

yang menyebabkan gigi terlihat memanjang.

F. Diagnosis Dan Diferensial Diagnosis Pada Kasus

Berdasarkan dari keluhan pasien pada skenario, pasien didiagnosis “gingivitis

dengan resesi gingiva”. Gingivitis adalah suatu peradangan pada gingiva oleh karena

adanya inflamasi bakteri. Gingivitis merupakan proses yang terjadi sebelum

periodontitis.

Pada skenario disebutkan bahwa gigi kadang berdarah dan tidak disebutkan tanpa

adanya poket dan gigi goyang. Hal ini menandakan bahwa pasien kemungkinan

mengalami gingivitis dan belum memasuki tahap periodontitis. Selain itu, di skenario

juga disebutkan adanya gigi yang tampak memanjang dan merenggang, serta gigi

sering ngilu bila disikat. Hal ini menandakan terjadinya resesi pada gingival sehingga

dentin akar dapat terpapar oleh rangsangan dan menyebabkan gigi menjadi mudah

ngilu.

13

Page 14: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

Differensial diagnosisnya adalah periodontitis kronis. Hal ini karena adanya resesi

gingiva, gigi ngilu, gusi sering berdarah yang merupakan tanda adanya inflamasi.

G. Perawatan Yang Dilakukan Pada Kasus Skenario

Resesi gingival terjadi sebagai resolusi inflamasi pada jaringan periodontal, maka

terpai yang dapat dilakukan adalah secara non-bedah maupun bedah.

Prosedur bedah dilakukan dengan scalling dan root planing. Prosedur bedah

digunakan untuk menciptakan gingival yang lebih melekat untuk mencegah resesi

gingival lebih jauh dan membantu meregenerasi terjadinya penutupan akar gigi.

Penanganan non-bedah untuk resesi gingival yang disebabkan oleh kesalahan

penyikatan dapat ditentukan dengan mengubah metode penyikatan gigi. Pada kasus

resesi gingival dilakukan kontrol plak rutin dan skor plak harus tetap rendah. Perawatan

pemeliharaan untuk keadaan ini seringkali membutuhkan scalling secara berkala.

Adapun prosedur perawatannya adalah, sebagai berikut:

a. Pemeriksaan OHIS.

b. Scalling, root planning, dental health education.

c. Pemberian antibiotik (tetracyclin / metrodinazole).

d. Perawatan hipersensitif dentin; menyumbat dan memperkecil tubulus dentin,

mengurangi eksibilitas saraf dentin.

e. Perawatan resesi gingiva; bedah (flap periodontal), Non bedah (pembuatan gingiva

tiruan / gingiva artifisial).

f. Terapi pemeliharaan per tiga bulan.

g. Pembuatan gigi tiruan untuk edentulous.

H. Prognosis Pada Kasus

14

Page 15: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

Prognosis dapat dikatakan baik apabila:

a. Oral hygiene cukup baik

b. Tidak menderita penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi perawatan

c. Tidak terdapat kerusakan tulang alveolar yang parah

d. Intake nutrisi cukup teratur

e. Menurut klasifikasi Miller, resesi gingiva termasuk klas I dan II

f. Pasien cukup kooperatif dan edukatif untuk menerima perawatan.

Jadi, prognosis kasus pada skenario masih tergolong baik. Oleh karena oral

hygiene pasien cukup baik dikarenakan jumlah kehilangan gigi cukup sedikit untuk

golongan orang yang telah memasuki usia lanjut. Tidak disebutkan gejala yang

menandai adanya suatu penyakit sistemik, dan tidak disebutkan terjadi kegoyangan

pada gigi yang menandakan bahwa belum terjadi kerusakan yang parah pada tulang

alveolar.

I. Pencegahan Yang Dilakukan Untuk Penyakit Pada Kasus

a. Kontrol plak, membersihkan akumulasi plak pada permukaan gingival.

b. Perawatan non bedah seperti scaling dan root planning, terapi anti mikroba dan

irigasi supragingival dan subgingival.

c. Perawatan bedah; menciptakan keadaan mulut sedemikian rupa sehingga mudah

dilakukan perawatan dan pemeliharaan gigi pasien, kenyamanan, dan fungsinya.

d. Stabilisasi kegoyangan gigi, dengan periodontal splint.

e. Memberikan penyuluhan DHE utamanya teknik membersihkan gigi yang benar.

f. Profilaksis mulut

g. Pencegahan dengan tindakan sistemik

h. Pencegahan kambuhnya penyakit

15

Page 16: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

i. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat

J. Penyakit Sistemik Yang Bisa Merupakan Kondisi Penyakit Periodontal

1. Diabetes Melitus

Walaupun bukti-bukti ilmiah belum terlalu jelas, diabetes yang tidak terkontrol

kelihatanntya dapat merubah respons jaringan periodontal terhadap plak,

khususnya pada kasus yang parah dan sudah berlangsung lama.

Pada diabetes melitus sejumlah perubahan jaringan yang terjadi mungkin

menyebabkan perubahan kerentanan ini. Perubahan vaskular sering ditemukan dan

terlihat peningkatan aktivitas kolagen serta perubahan respons perantara sel

terhadap antigen plak. Kemotaksis dari PMN dan fagositosis terhambat.

2. Anemia

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya konsentrasi hemoglobin di dalam

darah samapi di bawah batas normal. Anemia disebabkan karena berbagai

penyebab, termasuk perdarahan, kerusakan kimiawi dan penyakit, tetapi yang

paling sering adalah anemia defisiensi zat besi yang dapat ditemukan pada sekitar

10 % populasi wanita. Anemia menurunkan kapasitas pembawa oksigen dari darah

sedemikian rupa sehingga pasien cepat letih dan pingsan, sulit bernapas dan

merasakan gelenyar pada jari-jari tangan dan kakinya. Kulit terlihat pucat tetapi hal

ini bukan merupakan tanda karakteristik; pucatnya mukosa mulut termasuk gingiva

merupakan tanda yang lebih dapat diandalkan tetapi keadaan inipun hanya timbul

bila anemia termasuk parah.

3. Leukemia

Ada beberapa bentuk leukimia yang merupakan proliferasi neoplastik dari

jaringan pembentuk leukosit, terutama pada sumsum tulang. Keadaan ini

16

Page 17: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

menyebabkan meningkatnya jumlah sel darah putih di dalam sirkulasi dan pada

berbagai organ dan jaringan termasuk gingiva. Manifestasi gingiva paling sering

ditemukan pada bentuk akut dari leukimia monositik, mielogenus dan limfatik,

tetapi gingiva tidak terlalu sering terkena pada leukimia kronis.

Pada leukemia akut gingiva umumnya lunak, berwarna merah gelap dan

bengkak, pembengkakan dapat sangat besar sehingga gigi-geligi tertutup gingiva.

Di sini terlihat perdarahan spontan dari gingiva yang seringkali merupakan faktor

pendorong utama dari kunjungan pasien ke dokter gigijaringan periodontal

mengalami kerusakan yang berlangsung dengan cepat disertai dengan kerusakan

puncak tulang alveolar dan tulang apikal serta goyangnya gigi-geligi.

K. Kontrol Plak Pada Lansia

Kontrol plak adalah pembersihan dan pencegahan akumulasi plak dental pada gigi

dan permukaan gingival disekitarnya secara regular. Kontrol plak mekanikal dengan

sikat gigi ataupun alat bantu lainnya merupakan cara yang diandalkan dalam mencapai

kesehatan oral yang baik bagi pasien. Kontrol plak kimia merupakan hal yang

bermakna bagi pasien dan dokter gigi dengan menggunakan obat kumur atau

medikamen yang bisa menghambat pembentukan plak.

Prosedur kontrol plak dapat dilakukan dengan cara:

1. Penyikatan gigi

2. Alat pembersih interdental

3. Massage gingival

4. Alat irigasi oral

5. Kontral plak secara kimia

6. Bahan disclosing

17

Page 18: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

L. Cara Penentuan Pengukuran Plak Dan Kalkulus

a. Skor Debris

Oral debris adalah bahan lunak dipermukaan gigi yang dapat merupakan plak,

material alba, dan food debris. Kriteria skor Debris, yaitu:

1. Skor 0 : Tidak ada debris atau stain.

2. Skor 1 : Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat

stain ekstrinsik dipermukaan yang diperiksa.

3. Skor 2 : Plak menutup lebih dari 1/3 tepi kurang dari 2/3 permukaan yang

diperiksa.

4. Skor 3 : Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa.

b. Skor penentuan kalkulus

Kalkulus adalah deposit keras yang terjadi akibat pengendapan garam-garam

anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium fosfat

bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel-sel epitel deskuamasi. Kriteria

skor kalkulus, yaitu:

1. Skor 0 : Tidak ada kalkulus.

2. Skor 1 : Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih 1/3 tapi kurang dari 2/3

permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus

subgingiva di sekeliling servikal gigi.

3. Skor 2 : Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3

permukaan yang diperiksa, atau ada bercak kalkulus subgingiva di

sekeliling servikal gigi.

18

Page 19: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

4. Skor 3 : Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 permukaan atau ada

kalkulus subgingiva yang kontinu di sekeliling servikal gigi.

Kriteria penilaian debris dan kalkulus sma, yaitu mengikuti ketentuan sebagai

berikut:

1. Baik : jika nilai antara 0 - 0.6

2. Sedang : Jika nilai antara 0.7 – 1.8

3. Buruk : Jika nilai antara 1.9 – 3.0

M. Penentuan Derajat Mobilitas Gigi

Menurut Patison (1992) derajat mobilitas gigi dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Mobilitas derajat 1.

Jumlah gerakan ke arah fasial dan lingual secara total 1 mm.

b. Mobilitas derajat 2

Jumlah gerakan ke arah fasial dan lingual secara total 2 mm..

c. Mobilitas derajat 3

Jumlah gerakan ke arah facial dan lingual secara total 3 mm atau lebih.

N. Penentuan Derajat Perlekatan Gusi

Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat margin gingival berada

pada mahkota anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan mengurangi kedalam

poket dengan jarak margin gingiva hingga CEJ.

a. Lebih dari 3 mm berarti kelainan periodontal

b. Lebih dari 5 mm berarti periodontal berat

O. Macam-Macam Diastem

19

Page 20: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya

berkontak. Diastema ada dua macam, yaitu :

1. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens

supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek,

dan persistensi.

2. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor

keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis. Maloklusi dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik.

Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri

maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf dan b.

Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan

mengucapkan huruf s, z, t, dan n.

P. Obat Alternatif Atau Bahan Herbal Yang Dapat Digunakan Untuk

Meminimalisir Plak Dan Penggunaanya

Cara menghilangkan plak pada gigi yang pertama adalah dengan rajin

menggosok gigi atau paling tidak dua kali sehari. Seringkali orang menggosok giginya

dengan cara yang salah sehingga masih ada sisa makanan di dalam mulut, yang

menyebabkan munculnya plak pada gigi. Oleh karena itu bersihkan gusi secara benar

dan baik. Cara menghilangkan plak pada gigi atau cara mengatasinya adalah dengan

membersihkan gusi bagian atas dengan menggosok dari atas ke bawah sedangkan untuk

gusi bawah digosok dari bawah ke atas. Lakukanlah hal ini secara rutin dan plak pada

gigi anda akan menghilang secara perlahan. Selain dengan gosok gigi, bahan alami

yang bisa digunakan sebagai cara menghilangkan plak pada gigi adalah biji asam

kawak. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan di sangrai lalu haluskan biji

20

Page 21: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

tersebut hingga menjadi sangat halus. Ketika sudah halus maka gunakanlah biji asam

kawak tersebut sebagai gosok gigi setiap harinya. Lakukanlah secara perlahan sehingga

karang gigi bisa terkikis secara perlahan dan gigi anda menjadi bersih kembali. Bahan

alami lainnya yang juga memiliki cara yang sama untuk obat alami plak gigi adalah

cengkeh. Cara menghilangkan plak pada gigi bisa dilakukan dengan mengambil

beberapa butir cengkeh lalu tumbuk hingga halus kemudian gunakanlah untuk gosok

gigi tepatnya pada bagian plak gigi. Selain membuat gigi anda menjadi lebih bersih,

cengkeh mampu membuat nafas anda menjadi lebih segar. Makanan yang dikonsumsi

ternyata juga merupakan salah satu faktor yang menentukan muncul atau tidaknya plak

pada gigi. Oleh karena itu usahakan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang sehat

seperti apel. Salah satu cara menghilangkan plak pada gigi adalah dengan memakan

apel yang sudah dicuci tanpa harus mengupas kulitnya terlebih dahulu. Hal ini

dipercaya mampu menghilangkan plak pada gigi meskipun secara perlahan. Selain

buah, makanlah buah dan sayur-sayuran yang lain untuk membantu menghilangkan sisa

makanan yang ada di gigi dan gusi. Cara menghilangkan plak pada gigi yang lainnya

adalah dengan membiasakan membawa air putih atau pembersih mulut. Dengan

membawa air maupun pembersih mulut anda bisa dengan mudah cuci mulut setiap saat

sehingga tidak meninggalkan bekas pada gigi. Usahakan untuk selalu kumur atau

minum air ketika sudah selesai makan.

Q. Pertimbangan Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perawatan Kasus

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan perawatan pada lansia yaitu :

1. Penyakit sistemik

2. Nutrisi

3. Keadaan psikologi

21

Page 22: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

4. Keadaan rongga mulut

Prinsip – prinsip pelayanan :

1. Pendekatan yang tepat dan menyeluruh

2. Pendekatan secara team work

3. Keterpaduan dalam diagnosa dan terapi

Layanan perawatan kesehatan gigi dan mulut pada lansia dalam melakukan perawatan

terhadap lansia peranan dokter gigi dan perawat membutuhkan kesabaran, simpatik,

terampil (dapat bekerja cepat) dan terencana sesuai prinsip-prinsip geriatrik yaitu :

1. Melakukan diagnose keadaan kesehatan gigi dan mulut, serta selalu

mencurigai adanya penyakit umum/sistemik yang diderita.

2. Merencanakan perawatan utama untuk penyakit yang dikeluhkan.

3. Melakukan perawatan secara sistemik dengan waktu yang singkat dan

dilakukan dengan sabar,simpatik dan terampil.

4. Melakukan perawatan secara bersama-sama atau team work antara dokter dan

dokter gigi,sehingga kebutuhan perawatan gigi dan mulut dapat dilakukan

secara optimal dalam mnunjang kesehatan secara keseluruhan

5. Selama perawatan sebaiknya tetap didampingi keluarga lansia

R. Instruksi Post Treatment Pada Kasus Setelah Dilakukan Perawatan

Kebutuhan dan tuntutan akan instruksi yang baik, demonstrasi, dan motivasi adalah

sama baik pada lansia maupun pasien muda usia, dan merupakan tugas untuk setiap

dokter gigi. Rekomendasi berikut akan dapat meningkatkan komunikasi dengan pasien

lansia.

1. Buat pesan-pesan tentang pengontrolan plak secara kronologis, langkah demi

langkah, contohnya, tahapan penyikatan gigi rutin.

22

Page 23: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

2. Jangan memberi informasi terlalu banyak sekaligus. Tidak satupun pasien, apalagi

pasien lansia, dapat diharapkan bisa menyerap instruksi mengenai disclosing,

penyikatan gigi, flossing, dan lainnya, dalam satu kali pertemuan.

3. Luangkan waktu untuk memberi penerangan dan penjelasan mengenai masalah

yang ada. Gunakan gaya bicara yang lambat dan jelas, serta hindari berteriak dan

terburu-buru, yang dapat membuat pasien tersinggung. Selama pemberian instruksi,

duduk berhadapan dengan pasien, duduk didekatnya dan mengecilkan bunyi-bunyi

lain diruangan akan sangat dihargai oleh pasien yang pendengarannya kurang baik.

4. Dengarkan, dan doronglah pasien memberi umpan balik jika perlu, secara langsung.

Dengarkan pernyataan pasien baik yang diungkapkan secara terbuka atau diam-

diam mengenai kebutuhannya dalam kaitannya dengan penampilan, fungsi,

transport, dan dukungan di rumah. Hubungan yang baik lebih besar

kemungkinannya mendatangkan imbalan berupa sikap menurut dan kesediaan

pasien untuk datang kembali.

5. Gunakan berbagai cara komunikasi untuk mendukung pesan yang ingin

disampaikan jika perlu, biarkan pasien melihat dan merasakan adanya plak,

kalkulus, dan peradangan. Metode ‘ceritakan, perlihatkan, dan rasakan’ mengenai

penyikatan gigi yang akurat dapat didukung dengan saran tertulis. Pesan tertulis

harus sederhana, ringkas, dan ditulis dengan huruf yang besar, tebal, dan warna

yang kontras.

23

Page 24: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gingivitis merupakan peradangan pada gingival atau gusi. Keadaan ini terjadi

saat bakteri yang normal ditemukan dalam rongga mulut berproliferasi, meningkat

massa dan ketebalannya hingga membentuk plak. Plak melekat pada permukaan gigi

serta gingival di dekatnya. Tidak ada kehilangan perlekatan yang terjadi akibat

kondisi ini. Tanda klinisnya adalah kemerahan pada gingival margin, tingkat

pembesaran yang bervariasi, perdarahan pada probing ringan, dan perubahan bentuk

fisiologik gingival. Rasa nyeri bukanlah tanda umum pada gingivitis. Gingivitis

adalah jenis penyakit inflamasi akut dan kronik yang mana prosesnya terbatas pada

gingival tanpa ada hubungan dengan hilangnya tulang alveolar. Sebenarnya secara

umum gingivitis merupakan lesi yang reversible. Plak supragingiva adalah faktor

utama penyebab penyakit tersebut.

-

24

Page 25: Makalah Gigi Memanjan KLP 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Saptorini KK. Poket periodontal pada lanjut usia di posyandu lansia kelurahan Wonosari

kota semarang. Jurnal ©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4 [internet].

Available from: http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9Kriswiharsi_28.pdf.pdf.

Diakses Maret 26, 2013 : 261-2.

2. Carranza FA. Glickman’s Clinical Periodontology. 7th ed, Philadelphia: WB Saunders

Company. 1990. 587 – 590.

3. Putri MH, herijulianti E. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan pendukung gigi.

Jakarta.: EGC. 2010.

4. Thomas W, Kornman K. Fundamentaris of periodontium. 2nded. Casol stream, p. 165-

167.

5. Spackman SS, Janet GB., 2006. Periodontal Treatment for Older Adults, in (Carranza’s

Clinical Periodontology). 10th ed, St.louis: WB Saunders Company, 93 – 97, 675 - 691.

6. Fedi PF, Vernino AR, & Gray JL. Silabus Periodonti, Jakarta, EGC. 2004.

7. Tarigan S. Pasien prostodonsia lanjut usia, beberapa pertimbangan dalam perawatan.

Pidato pengukuhan guru besar tetap dalam bidang prostodonsia fakultas kedokteran gigi

universitas Sumatra utara. 2005. [internet]. Available from: URL:

http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2005/ppgb_2005_slamat_tarigan.pdf. Diakses

Maret 26, 2013.

25