makalah gigi memanjan klp 2
DESCRIPTION
gigi memanjangTRANSCRIPT
MAKALAH KELOMPOK
MODUL 2 BLOK GERIODONTOLOGI
“GIGI MEMANJANG”
OLEH
KELOMPOK II
Dian ika Pratiwi Jumiati
Fitriani Antolis
Kurniadi B Aksam hidayat
Nindya Dwi Utami P Khusnul Ilmah Amalia
Prizka Brigitasari Hardianti Usman
Puji Rahayu Ayu Sabrini
Resty Amalia St. Hardiyanti YR
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Setiap orang pasti akan mengalami yang namanya hari tua. Proses penuaan, baik
secara langsung maupun tidak langsung turut meningkatkan resiko kehilangan gigi dan
kemunculan gangguan atau penyakit mulut, yang diperberat dengan kesehatan umum yang
buruk dan adanya penyakit kronis. Beberapa kondisi yang sering terjadi pada lansia, antara
lain;
1. Edentulism atau kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi fungsi suara
(fonasi), estetik, dan ekspresi wajah. Penyebab kehilangan gigi sering karena karies
dan penyakit periodontal, diabetes, dan pemakaian jangka panjang tembakau.
Kehilangan gigi juga membuat konsumsi buah, sayur dan makanan kaya serat
berkurang, dan konsumsi lemak , kolesterol dan protein yang tinggi. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas intake, yang nantinya dapat menyebabkan timbulnya penyakit
sistemik. Kehilangan gigi dapat diatasi dengan pemakaian gigi palsu, namun harus
memperhatikan kebersihan dari gigi palsu dan rongga mulut, agar tidak timbul
kelainan rongga mulut lainnya.
2. Radang gusi/gingivitis. Penyebabnya bisa lokal (kalkulus) dan penyakit sistemik.
Kondisi ini menyebabkan konsumsi diet lunak bertambah, sehingga menurunkan
aktifitas motorik jaringan mulut, berakibat pada hipofungsi/menurunnya fungsi
kelenjar ludah. Radang gusi diperparah dengan bertambahnya kedalaman poket
periodontal, kebiasaan merokok, tekanan psikososial, mengabaikan perawatan dental
rutin, dan rendahnya status sosioekonomi.
2
3. Xerostomia atau mulut kering adalah menurunnya curah saliva/ludah. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena penyakit sistemik, disfungsi kelenjar ludah, terapi radiasi,
kemoterapi, kebiasaan merokok, dan efek samping medikasi. Kelainan ini
mempengaruhi pola makan, status nutrisi, bicara, pengecapan, toleransi terhadap
protesa gigi, meningkatnya kandidiasis dan rentan karies.
Penjelasan diatas hanya beberapa kelainan yang timbul pada lansia. Tenaga kesehatan
bidang gigi dan mulut turut berperan penting dalam pencegahan penyakit mulut dan
kerusakan jaringan gigi dan mulut lanjut pada penduduk lanjut usia. Tetapi pokok
permasalahan gigi dan mulut yang akan di bahas pada makalah ini yaitu masalah gigi dan
mulut point ke dua mengenai gingivitis pada lansia.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah pembelajaran modul ini mahasiswa diharapkan menjelaskan penyebab
terjadinya gigi memanjang, gejala klinis, patomekanisme, diagnosis berdasarkan anamnesis
pemeriksaan klinik, ro-foto dan melakukan perawatan, pencegahan serta pemeliharaan pada
kasus dan aspek epidemiologi penyakit yang menyebabkan gigi memanjang.
3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Menjelaskan tentang patomekanisme pengaruh penuaan terhadap jaringan
periodontal (epitel gingival, ligamentum periodontal, sementum, tulang alveolar,
bakteri plak dan respon imun)
2. Menjelaskan penyakit periodontal pada lansia
3. Menjelaskan tentang cara pencegahan penyakit periodontal pada lansia
4. Menjelaskan tentang cara perawatan penyakit periodontal pada lansia
5. Epidemiologi penyakit periodontal pada lansia
3
4. RUMUSAN MASALAH
1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam penyakit periodontal pada lansia!
2. Apa pengaruh penuaan terhadap jaringan periodontal (epitel gingival, ligamentum
periodontal, sementum, tulang alveolar, respon imun dan bakteri)!
3. Jelaskan epidemiologi penyakit periodontal pada lansia!
4. Jelaskan etiologi dan patomekanisme pada kasus!
5. Jelaskan pemeriksaan apa saja yang dilakukan sebelum melakukan perawatan
pada lansia (anamnesis. R. Foto (gambaran radiologi), klinis!
6. Apa diagnosis dan diferensial diagnosis pada kasus!
7. Jelaskan perawatan apa yang dilakukan pada kasus skenario!
8. Bagaimana prognosis pada kasus!
9. Jelaskan pencegahan yang dilakukan untuk penyakit pada kasus!
10. Tentukan penyakit sistemik yang bisa merupakan kondisi penyakit periodontal!
11. Bagaimana kontrol plak pada lansia!
12. Tuliskan cara penentuan pengukuran plak dan kalkulus!
13. Penentuan derajat mobilitas gigi!
14. Penentuan derajat perlekatan gusi!
15. Jelaskan macam-macam diastem!
16. Apa obat alternatif atau bahan herbal yang dapat digunakan untuk meminimalisir
plak dan bagaimana penggunaanya!
17. Jelaskan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam perawatan kasus!
18. Tentukan instruksi post treatment pada kasus setelah dilakukan perawatan!
4
BAB II
ISI
Skenario : Gigi Memanjang
Seorang wanita 60 tahun datang ke RSGMP dengan keluhan gigi depan rahang atas
terasa memanjang dan renggang. Gusi kadang berdarah dan gigi agak ngilu apabila disikat.
Setelah dilakukan pemeriksaan terdapat edentolous gigi 16, 25, 26. Kondisi ini banyak
ditemukan pada kelompok lansia yang sebenarnya dapat dicegah.
Kata Kunci/Kalimat Kunci
1. Seorang wanita 60 tahun
2. Datang ke RSGMP
3. Keluhan gigi depan rahang atas terasa memanjang dan renggang
4. Gusi kadang berdarah dan gigi agak ngilu apabila disikat
5. Terdapat edentolous gigi 16, 25, 26
6. Kondisi ini banyak ditemukan pada kelompok lansia yang sebenarnya dapat dicegah
5
A. Macam-Macam Penyakit Periodontal Pada Lansia
Penyakit periodontal yang paling umum ada dua yaitu
1. Gingivitis
Gingivitis merupakan peradangan pada gingival atau gusi. Keadaan ini terjadi
saat bakteri yang normal ditemukan dalam rongga mulut berproliferasi, meningkat
massa dan ketebalannya hingga membentuk plak. Plak melekat pada permukaan
gigi serta gingival di dekatnya. Tidak ada kehilangan perlekatan yang terjadi akibat
kondisi ini. Tanda klinisnya adalah kemerahan pada gingival margin, tingkat
pembesaran yang bervariasi, perdarahan pada probing ringan, dan perubahan bentuk
fisiologik gingival. Rasa nyeri bukanlah tanda umum pada gingivitis. Gingivitis
adalah jenis penyakit inflamasi akut dan kronik yang mana prosesnya terbatas pada
gingival tanpa ada hubungan dengan hilangnya tulang alveolar. Sebenarnya secara
umum gingivitis merupakan lesi yang reversible. Plak supragingiva adalah faktor
utama penyebab penyakit tersebut.
2. Periodontitis
Periodontitis merupakan peradangan periodonsium yang ditandai dengan
migrasi jungsional epithelium kearah apical, disertai dengan kehilangan perlekatan
dan tulang alveolar crestal yang diakibatkannya. Tanda klinisnya meliputi
penambahan ke dalam pada probing, perdarahan saat probing (pada status penyakit
akut), dan perubahan contour fisiologi. Kemerahan dan pembengkakan gingival
dapat pula terjadi. Rasa nyeri bukanlah tanda klinis yang umum.
6
B. Pengaruh Penuaan Terhadap Jaringan Periodontal
1. Epitel Gingival
Epitel mulut bertambah tipis sejalan dengan usia, kurang berkeratin, dan
terdapat peningkatan kepadatan sel. Sambungan antara epitel dan jaringan ikat juga
berubah sesuai usia dan sambungan (antarmuka) tipe lingir (ridge) menjadi tipe
papila. Belum diperoleh kejelasan tentang efek dan usia pada aktivitas mitotik epitel
mulut. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan mitosis sejalan usia,
beberapa lainnya melaporkan kecepatan mitosis yang tetap, dan ada juga yang
menunjukkan penurunan aktivitas. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan
tingkat peradangan yang ada pada jaringan sebelum hasil penelitian diperoleh.
2. Ligamentum Periodontal
Komponen jaringan ikat pada ligament periodontal juga mengalami perubahan
akibat usia. Komponen serabut dan sel menurun sementara struktur ligament
menjadi lebih tidak teratur. Perubahan lain pada struktur ini termasuk penurunan
kepadatan sel dan aktivitas mitosis, penurunan produksi matriks organik, dan
hilangnya asam mukopolisakarida. Namun penemuan lebih lanjut tentang efek dan
usia pada lebar ligament periodontal ternyata bertentangan. Beberapa penelitian
melaporkan peningkatan sejalan dengan usia sementara yang lain melaporkan
penurunan. Bagaimanapun, sekarang telah dipastikan bahwa lebar dari ligament
periodontal berhubungan dengan fungsi yang dibutuhkan oleh gigi. Faktor
perbedaan beban oklusal mungkin merupakan penyebab hasil penelitian yang saling
bertentangan ini. Oleh sebab itu, semakin sedikit gigi yang masih ada akan semakin
besar proporsi beban oklusalnya. Hal ini akan mengakibatkan melebarnya ligament
periodontal dan meningkatnya mobilitas gigi. Pada keadaan seperti ini gigi yang
goyang tidak mesti mempunyai prognosis yang buruk. Juga telah dilaporkan bahwa
7
tekanan pengunyahan menurun sejalan dengan usia, yang ikut berpengaruh pada
penurunan lebar ligament periodontal.
3. Sementum
Pembentukan sementum, terutama aselular, terjadi terus-menerus sepanjang
hidup dan peningkatan ketebalan yang sejalan dengan usia terlihat paling jelas di
daerah apikal gigi. Temuan yang terakhir tersebut diperkirakan merupakan respons
terhadap erupsi pasif. Sedikit penambahan pada remodeling sementum juga terjadi
sejalan dengan usia dan ditandai dengan area resorpsi serta aposisi, yang mungkin
ikut menyebabkan terjadinya peningkatan ketidakteraturan dari permukaan
semental gigi lansia.
4. Tulang Alveolar
Tulang alveolar menunjukkan perubahan sejalan dengan usia yang mencakup
meningkatnya jumlah lamela interstitial, menghasilkan septum interdental yang
lebih padat, dan menurunnya jumlah sel pada lapisan osteogenik dari fasia kribrosa.
Dengan bertambahnya usia permukaan periodontal dari tulang alveolar menjadi
tajam dan serabut kolagen menunjukkan insersi yang kurang teratur ke dalam
tulang.
5. Respon Imun
Perbedaan pada sel T, sel B, sitokin, sel NK, tetapi tdk pada aktivitas PMN dan
makrofag, respon immun menurun, stimulasi limfosit terhadap plak menurun dan
kecepatan perkembangan keradangan meningkat sesuai umur.
6. Bakteri
Akumulasi Plak meningkat dengan usia, oleh karena meningkatnya permukaan
jaringan keras, karena resesi dan anatomi. Tingkat kalsium dan Phospor meningkat,
komposisi bakteri berubah kwalitasnya, bakteri Spirochaeta meningkat sedangkan
8
bakteri streptokokus menurun, pembentukan plak lebih cepat dan makanan lunak
menyebabkan meningkatnya insiden xerostomia dan banyaknya skumulasi deposit.
C. Epidemiologi Penyakit Periodontal Pada Lansia
Penyakit periodontal meningkat sesuai usia baik prevalensi maupun
keparahannya. Proses aging pada jaringan periodontal sama dengan pada bagian lain
dalam tubuh. Pada negara finlandia, 40 % gigi masih bertahan pada usia 65 tahun,
tetapi hanya 2 % yang mempunyai jaringan periodontal yang sehat, 43 % pria, 27 %
wanita yang mengalami periodontitis berat (kedalaman probing > 6 mm). Pada
negara usa, 60 % dari populasi > 65 tahun hanya mempunyai gigi sebagian, 90 %
membutuhkan perawatan periodontal, pada kelompok usia 65 -74 tahun terdapat
hubungan antara jumlah gigi yang tersisa dan periodontal status. Ada melaporkan
meningkatnya jumlah pasien manula yang membutuhkan restorasi dan preventiv dan
95 % manula yang mempunyai gigi periodontitis.
D. Etiologi Dan Patomekanisme Pada Kasus
1. Gigi Memanjang
Gigi memanjang adalah akibat dari resesi gingiva adalah peristiwa terjadinya
pergeseran tepi gingiva ke arah apikal. Resesi gingiva dapat mengakibatkan rasa
ngilu dan terjadi karies pada akar karena akar terbuka. Secara anatomi, sebagian
gigi mungkin memiliki gingiva lekat yang sempit. Jika kemudian gingiva lekat
yang sempit ini berkurang akibat resesi, maka gingiva yang menutupi dan
melindungi daerah servikal gigi akan tinggal sedikit atau hilang sama sekali.
9
Pergeseran gigi juga dapat mengawali kehilangan jaringan gingiva jika tulang
alveolar di bagian bukal tipis.
Hal ini menunjukkan adanya asumsi bahwa resesi merupakan pergeseran
fisiologis dari perlekatan gingiva. Secara garis besar ada dua penyebab resesi
gingiva:
a. Secara fisiologis, biasanya terjadi akibat bertambahnya usia. Ada anggapan
bahwa resesi gingiva merupakan kejadian alami yang berkaitan dengan umur.
Pada penelitian dengan sampel sejumlah lebih dari 500 orang dengan umur di
atas 65 tahun, 39% permukaan giginya mengalami resesi gingiva. Belum jelas
resesi mana yang disebabkan hanya oleh proses umur, karena sulit
menghilangkan efek tambahan dari penyikatan gigi, penggunaan alat kebersihan
mulut lainnya, dan kebiasaan buruk.
b. Secara patologis; disebabkan karena kesalahan cara menyikat gigi, akumulasi
plak bakteri, keradangan gingial, perlekatan frenulum yang terlalu tinggi,
pergerakan alat ortodontik ke arah labial, restorasi yang tidak adekuat, trauma
oklusi, posisi gigi yang menonjol, perlekatan otot yang abnormal, tulang aleolar
yang tipis, kebiasaan buruk menggigit benda diantara dua gigi misalnya pensil
atau antara gigi dan pipi seperti tembakau, iatrogenic seperti preparasi mahkota
gigi, yang melampaui biological width, penempatan rubber dam saat
penambahan area proksimal, pemasangan band ortodontik fiks, atau
penggeseran gigi dengan alat ortodontik fiks.
2. Gusi Berdarah
Gusi yang berdarah adalah tanda terjadinya peradangan .dan penyebabnya
adalah plak gigi. Plak adalah suatu lapisan lengket dan mengandung bakteri yang
terus menerus terbentuk di dalam mulut serta melekat pada permukaan gigi dan
10
gusi. Plak tinggal dengan nyaman di batas perlekatan gigi dan gusi, tepi gusi dan
permukaan gigi yang kasar, serta di sela-sela gigi. Bila tidak dibersihkan setiap
hari, lama-lama plak akan mengeras seperti batu dan berubah menjadi karang gigi
(kalkulus) yang sulit dihilangkan sendiri dan harus dibersihkan oleh dokter gigi.
Selanjutnya, permukaan kalkulus yang kasar ini akan menjadi tempat
menempelnya plak baru sehingga dari hari ke hari timbunan ini akan menjadi
makin tebal. Etiologi dari gusi berdarah adalah sebagai berikut:
a. Adanya inflamasi pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh bakteri
(porphiromonas gingivalis, propotella mtermedia, ksmpiulbscter,
actiobacillus).
b. Pembentukan poket periodontal.
c. Adanya plak, kolonisasi bakteri pada gingiva.
E. Pemeriksaan Sebelum Melakukan Perawatan Pada Lansia
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang
diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan
keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan
kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi
aktif antara dokter dan pasien atau keluarga pasien.
Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi
keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang dialami
sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan
informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh pasien.
11
a. Keluhan dan riwayatnya
Keluhan yang sering diajukan pada penyakit periodontal adalah gusi berdarah,
gigi goyang, gigi bergeser (biasanya insisivus atas), rasa tidak enak, halitosis,
pembengkakan gusi, nyeri dan kadang-kadang sakit yang hebat.
b. Riwayat gigi
Di sini pasien ditanyakan bagaimana tingkat keoperatipan pasien dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulutnya, apakah raajin untuk memeriksa gigi, dll.
c. Riwayat medis
Di sini pasien ditanyakan penyakit umum yang diderita misalnya kondisi
sitemiknya, pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan, dll.
2. Klinis
Pada pemeriksaan klinis, perlu diamati kondisi umum pasien, dan tanda-tanda
seperti kegenukan, postur umum, kepucatan, ruam kulit, kesulitan bernapas, postur
bibir juga perlu diperhatikan. Hal lain juga perlu diperiksa keadaan mukosa mulut,
pesawat lepasan, kebersihan mulut, gigi dicatat yang karies, restorasi dan
malaignment, keadaan gingiva diperiksa, pengukuran poket, dan oklusi.
3. R. Foto (Gambaran Radiologi)
Pemeriksaan radiografi menunjukkan posisi tepi alveolar dan kondisi tulang
alveolar. Bila ada perkiraan ada kerusakan tulang, harus dilakukan pemeriksaan
radiografi lanjutan. Teknik paraleling konus panjang memberikan gambaran
radiografi yang paling akurat. Teknik sudut bagi cenderung memberikan gambaran
yang terdistorsi tentang hubungan tepi alveolar terhadap CEJ. Radiografi sayap
gigit vertikal dapat digunakan untuk gigi posterior, ortopantomograf (OPG)
12
memberikan gambaran secara keseluruhan, tetapi detail dari tepi alveolar seringkali
kurang jelas.
Adapun gambaran radiografi berdasarkan keluhan pasien daalah:
Dengan gambaran radiografi kita dapat melihat kondisi jaringan mukosa yang
berada di bawah garis servikal terlihat gambaran radio lusen yang luas, menandakan
tidak adanya jaringan mukosa yang melekat dan mendukung gigi di daerah serikal
yang menyebabkan gigi terlihat memanjang.
F. Diagnosis Dan Diferensial Diagnosis Pada Kasus
Berdasarkan dari keluhan pasien pada skenario, pasien didiagnosis “gingivitis
dengan resesi gingiva”. Gingivitis adalah suatu peradangan pada gingiva oleh karena
adanya inflamasi bakteri. Gingivitis merupakan proses yang terjadi sebelum
periodontitis.
Pada skenario disebutkan bahwa gigi kadang berdarah dan tidak disebutkan tanpa
adanya poket dan gigi goyang. Hal ini menandakan bahwa pasien kemungkinan
mengalami gingivitis dan belum memasuki tahap periodontitis. Selain itu, di skenario
juga disebutkan adanya gigi yang tampak memanjang dan merenggang, serta gigi
sering ngilu bila disikat. Hal ini menandakan terjadinya resesi pada gingival sehingga
dentin akar dapat terpapar oleh rangsangan dan menyebabkan gigi menjadi mudah
ngilu.
13
Differensial diagnosisnya adalah periodontitis kronis. Hal ini karena adanya resesi
gingiva, gigi ngilu, gusi sering berdarah yang merupakan tanda adanya inflamasi.
G. Perawatan Yang Dilakukan Pada Kasus Skenario
Resesi gingival terjadi sebagai resolusi inflamasi pada jaringan periodontal, maka
terpai yang dapat dilakukan adalah secara non-bedah maupun bedah.
Prosedur bedah dilakukan dengan scalling dan root planing. Prosedur bedah
digunakan untuk menciptakan gingival yang lebih melekat untuk mencegah resesi
gingival lebih jauh dan membantu meregenerasi terjadinya penutupan akar gigi.
Penanganan non-bedah untuk resesi gingival yang disebabkan oleh kesalahan
penyikatan dapat ditentukan dengan mengubah metode penyikatan gigi. Pada kasus
resesi gingival dilakukan kontrol plak rutin dan skor plak harus tetap rendah. Perawatan
pemeliharaan untuk keadaan ini seringkali membutuhkan scalling secara berkala.
Adapun prosedur perawatannya adalah, sebagai berikut:
a. Pemeriksaan OHIS.
b. Scalling, root planning, dental health education.
c. Pemberian antibiotik (tetracyclin / metrodinazole).
d. Perawatan hipersensitif dentin; menyumbat dan memperkecil tubulus dentin,
mengurangi eksibilitas saraf dentin.
e. Perawatan resesi gingiva; bedah (flap periodontal), Non bedah (pembuatan gingiva
tiruan / gingiva artifisial).
f. Terapi pemeliharaan per tiga bulan.
g. Pembuatan gigi tiruan untuk edentulous.
H. Prognosis Pada Kasus
14
Prognosis dapat dikatakan baik apabila:
a. Oral hygiene cukup baik
b. Tidak menderita penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi perawatan
c. Tidak terdapat kerusakan tulang alveolar yang parah
d. Intake nutrisi cukup teratur
e. Menurut klasifikasi Miller, resesi gingiva termasuk klas I dan II
f. Pasien cukup kooperatif dan edukatif untuk menerima perawatan.
Jadi, prognosis kasus pada skenario masih tergolong baik. Oleh karena oral
hygiene pasien cukup baik dikarenakan jumlah kehilangan gigi cukup sedikit untuk
golongan orang yang telah memasuki usia lanjut. Tidak disebutkan gejala yang
menandai adanya suatu penyakit sistemik, dan tidak disebutkan terjadi kegoyangan
pada gigi yang menandakan bahwa belum terjadi kerusakan yang parah pada tulang
alveolar.
I. Pencegahan Yang Dilakukan Untuk Penyakit Pada Kasus
a. Kontrol plak, membersihkan akumulasi plak pada permukaan gingival.
b. Perawatan non bedah seperti scaling dan root planning, terapi anti mikroba dan
irigasi supragingival dan subgingival.
c. Perawatan bedah; menciptakan keadaan mulut sedemikian rupa sehingga mudah
dilakukan perawatan dan pemeliharaan gigi pasien, kenyamanan, dan fungsinya.
d. Stabilisasi kegoyangan gigi, dengan periodontal splint.
e. Memberikan penyuluhan DHE utamanya teknik membersihkan gigi yang benar.
f. Profilaksis mulut
g. Pencegahan dengan tindakan sistemik
h. Pencegahan kambuhnya penyakit
15
i. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat
J. Penyakit Sistemik Yang Bisa Merupakan Kondisi Penyakit Periodontal
1. Diabetes Melitus
Walaupun bukti-bukti ilmiah belum terlalu jelas, diabetes yang tidak terkontrol
kelihatanntya dapat merubah respons jaringan periodontal terhadap plak,
khususnya pada kasus yang parah dan sudah berlangsung lama.
Pada diabetes melitus sejumlah perubahan jaringan yang terjadi mungkin
menyebabkan perubahan kerentanan ini. Perubahan vaskular sering ditemukan dan
terlihat peningkatan aktivitas kolagen serta perubahan respons perantara sel
terhadap antigen plak. Kemotaksis dari PMN dan fagositosis terhambat.
2. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya konsentrasi hemoglobin di dalam
darah samapi di bawah batas normal. Anemia disebabkan karena berbagai
penyebab, termasuk perdarahan, kerusakan kimiawi dan penyakit, tetapi yang
paling sering adalah anemia defisiensi zat besi yang dapat ditemukan pada sekitar
10 % populasi wanita. Anemia menurunkan kapasitas pembawa oksigen dari darah
sedemikian rupa sehingga pasien cepat letih dan pingsan, sulit bernapas dan
merasakan gelenyar pada jari-jari tangan dan kakinya. Kulit terlihat pucat tetapi hal
ini bukan merupakan tanda karakteristik; pucatnya mukosa mulut termasuk gingiva
merupakan tanda yang lebih dapat diandalkan tetapi keadaan inipun hanya timbul
bila anemia termasuk parah.
3. Leukemia
Ada beberapa bentuk leukimia yang merupakan proliferasi neoplastik dari
jaringan pembentuk leukosit, terutama pada sumsum tulang. Keadaan ini
16
menyebabkan meningkatnya jumlah sel darah putih di dalam sirkulasi dan pada
berbagai organ dan jaringan termasuk gingiva. Manifestasi gingiva paling sering
ditemukan pada bentuk akut dari leukimia monositik, mielogenus dan limfatik,
tetapi gingiva tidak terlalu sering terkena pada leukimia kronis.
Pada leukemia akut gingiva umumnya lunak, berwarna merah gelap dan
bengkak, pembengkakan dapat sangat besar sehingga gigi-geligi tertutup gingiva.
Di sini terlihat perdarahan spontan dari gingiva yang seringkali merupakan faktor
pendorong utama dari kunjungan pasien ke dokter gigijaringan periodontal
mengalami kerusakan yang berlangsung dengan cepat disertai dengan kerusakan
puncak tulang alveolar dan tulang apikal serta goyangnya gigi-geligi.
K. Kontrol Plak Pada Lansia
Kontrol plak adalah pembersihan dan pencegahan akumulasi plak dental pada gigi
dan permukaan gingival disekitarnya secara regular. Kontrol plak mekanikal dengan
sikat gigi ataupun alat bantu lainnya merupakan cara yang diandalkan dalam mencapai
kesehatan oral yang baik bagi pasien. Kontrol plak kimia merupakan hal yang
bermakna bagi pasien dan dokter gigi dengan menggunakan obat kumur atau
medikamen yang bisa menghambat pembentukan plak.
Prosedur kontrol plak dapat dilakukan dengan cara:
1. Penyikatan gigi
2. Alat pembersih interdental
3. Massage gingival
4. Alat irigasi oral
5. Kontral plak secara kimia
6. Bahan disclosing
17
L. Cara Penentuan Pengukuran Plak Dan Kalkulus
a. Skor Debris
Oral debris adalah bahan lunak dipermukaan gigi yang dapat merupakan plak,
material alba, dan food debris. Kriteria skor Debris, yaitu:
1. Skor 0 : Tidak ada debris atau stain.
2. Skor 1 : Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat
stain ekstrinsik dipermukaan yang diperiksa.
3. Skor 2 : Plak menutup lebih dari 1/3 tepi kurang dari 2/3 permukaan yang
diperiksa.
4. Skor 3 : Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa.
b. Skor penentuan kalkulus
Kalkulus adalah deposit keras yang terjadi akibat pengendapan garam-garam
anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium fosfat
bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel-sel epitel deskuamasi. Kriteria
skor kalkulus, yaitu:
1. Skor 0 : Tidak ada kalkulus.
2. Skor 1 : Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus
subgingiva di sekeliling servikal gigi.
3. Skor 2 : Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa, atau ada bercak kalkulus subgingiva di
sekeliling servikal gigi.
18
4. Skor 3 : Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 permukaan atau ada
kalkulus subgingiva yang kontinu di sekeliling servikal gigi.
Kriteria penilaian debris dan kalkulus sma, yaitu mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
1. Baik : jika nilai antara 0 - 0.6
2. Sedang : Jika nilai antara 0.7 – 1.8
3. Buruk : Jika nilai antara 1.9 – 3.0
M. Penentuan Derajat Mobilitas Gigi
Menurut Patison (1992) derajat mobilitas gigi dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Mobilitas derajat 1.
Jumlah gerakan ke arah fasial dan lingual secara total 1 mm.
b. Mobilitas derajat 2
Jumlah gerakan ke arah fasial dan lingual secara total 2 mm..
c. Mobilitas derajat 3
Jumlah gerakan ke arah facial dan lingual secara total 3 mm atau lebih.
N. Penentuan Derajat Perlekatan Gusi
Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat margin gingival berada
pada mahkota anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan mengurangi kedalam
poket dengan jarak margin gingiva hingga CEJ.
a. Lebih dari 3 mm berarti kelainan periodontal
b. Lebih dari 5 mm berarti periodontal berat
O. Macam-Macam Diastem
19
Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya
berkontak. Diastema ada dua macam, yaitu :
1. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens
supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek,
dan persistensi.
2. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis. Maloklusi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik.
Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri
maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf dan b.
Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan
mengucapkan huruf s, z, t, dan n.
P. Obat Alternatif Atau Bahan Herbal Yang Dapat Digunakan Untuk
Meminimalisir Plak Dan Penggunaanya
Cara menghilangkan plak pada gigi yang pertama adalah dengan rajin
menggosok gigi atau paling tidak dua kali sehari. Seringkali orang menggosok giginya
dengan cara yang salah sehingga masih ada sisa makanan di dalam mulut, yang
menyebabkan munculnya plak pada gigi. Oleh karena itu bersihkan gusi secara benar
dan baik. Cara menghilangkan plak pada gigi atau cara mengatasinya adalah dengan
membersihkan gusi bagian atas dengan menggosok dari atas ke bawah sedangkan untuk
gusi bawah digosok dari bawah ke atas. Lakukanlah hal ini secara rutin dan plak pada
gigi anda akan menghilang secara perlahan. Selain dengan gosok gigi, bahan alami
yang bisa digunakan sebagai cara menghilangkan plak pada gigi adalah biji asam
kawak. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan di sangrai lalu haluskan biji
20
tersebut hingga menjadi sangat halus. Ketika sudah halus maka gunakanlah biji asam
kawak tersebut sebagai gosok gigi setiap harinya. Lakukanlah secara perlahan sehingga
karang gigi bisa terkikis secara perlahan dan gigi anda menjadi bersih kembali. Bahan
alami lainnya yang juga memiliki cara yang sama untuk obat alami plak gigi adalah
cengkeh. Cara menghilangkan plak pada gigi bisa dilakukan dengan mengambil
beberapa butir cengkeh lalu tumbuk hingga halus kemudian gunakanlah untuk gosok
gigi tepatnya pada bagian plak gigi. Selain membuat gigi anda menjadi lebih bersih,
cengkeh mampu membuat nafas anda menjadi lebih segar. Makanan yang dikonsumsi
ternyata juga merupakan salah satu faktor yang menentukan muncul atau tidaknya plak
pada gigi. Oleh karena itu usahakan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang sehat
seperti apel. Salah satu cara menghilangkan plak pada gigi adalah dengan memakan
apel yang sudah dicuci tanpa harus mengupas kulitnya terlebih dahulu. Hal ini
dipercaya mampu menghilangkan plak pada gigi meskipun secara perlahan. Selain
buah, makanlah buah dan sayur-sayuran yang lain untuk membantu menghilangkan sisa
makanan yang ada di gigi dan gusi. Cara menghilangkan plak pada gigi yang lainnya
adalah dengan membiasakan membawa air putih atau pembersih mulut. Dengan
membawa air maupun pembersih mulut anda bisa dengan mudah cuci mulut setiap saat
sehingga tidak meninggalkan bekas pada gigi. Usahakan untuk selalu kumur atau
minum air ketika sudah selesai makan.
Q. Pertimbangan Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perawatan Kasus
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan perawatan pada lansia yaitu :
1. Penyakit sistemik
2. Nutrisi
3. Keadaan psikologi
21
4. Keadaan rongga mulut
Prinsip – prinsip pelayanan :
1. Pendekatan yang tepat dan menyeluruh
2. Pendekatan secara team work
3. Keterpaduan dalam diagnosa dan terapi
Layanan perawatan kesehatan gigi dan mulut pada lansia dalam melakukan perawatan
terhadap lansia peranan dokter gigi dan perawat membutuhkan kesabaran, simpatik,
terampil (dapat bekerja cepat) dan terencana sesuai prinsip-prinsip geriatrik yaitu :
1. Melakukan diagnose keadaan kesehatan gigi dan mulut, serta selalu
mencurigai adanya penyakit umum/sistemik yang diderita.
2. Merencanakan perawatan utama untuk penyakit yang dikeluhkan.
3. Melakukan perawatan secara sistemik dengan waktu yang singkat dan
dilakukan dengan sabar,simpatik dan terampil.
4. Melakukan perawatan secara bersama-sama atau team work antara dokter dan
dokter gigi,sehingga kebutuhan perawatan gigi dan mulut dapat dilakukan
secara optimal dalam mnunjang kesehatan secara keseluruhan
5. Selama perawatan sebaiknya tetap didampingi keluarga lansia
R. Instruksi Post Treatment Pada Kasus Setelah Dilakukan Perawatan
Kebutuhan dan tuntutan akan instruksi yang baik, demonstrasi, dan motivasi adalah
sama baik pada lansia maupun pasien muda usia, dan merupakan tugas untuk setiap
dokter gigi. Rekomendasi berikut akan dapat meningkatkan komunikasi dengan pasien
lansia.
1. Buat pesan-pesan tentang pengontrolan plak secara kronologis, langkah demi
langkah, contohnya, tahapan penyikatan gigi rutin.
22
2. Jangan memberi informasi terlalu banyak sekaligus. Tidak satupun pasien, apalagi
pasien lansia, dapat diharapkan bisa menyerap instruksi mengenai disclosing,
penyikatan gigi, flossing, dan lainnya, dalam satu kali pertemuan.
3. Luangkan waktu untuk memberi penerangan dan penjelasan mengenai masalah
yang ada. Gunakan gaya bicara yang lambat dan jelas, serta hindari berteriak dan
terburu-buru, yang dapat membuat pasien tersinggung. Selama pemberian instruksi,
duduk berhadapan dengan pasien, duduk didekatnya dan mengecilkan bunyi-bunyi
lain diruangan akan sangat dihargai oleh pasien yang pendengarannya kurang baik.
4. Dengarkan, dan doronglah pasien memberi umpan balik jika perlu, secara langsung.
Dengarkan pernyataan pasien baik yang diungkapkan secara terbuka atau diam-
diam mengenai kebutuhannya dalam kaitannya dengan penampilan, fungsi,
transport, dan dukungan di rumah. Hubungan yang baik lebih besar
kemungkinannya mendatangkan imbalan berupa sikap menurut dan kesediaan
pasien untuk datang kembali.
5. Gunakan berbagai cara komunikasi untuk mendukung pesan yang ingin
disampaikan jika perlu, biarkan pasien melihat dan merasakan adanya plak,
kalkulus, dan peradangan. Metode ‘ceritakan, perlihatkan, dan rasakan’ mengenai
penyikatan gigi yang akurat dapat didukung dengan saran tertulis. Pesan tertulis
harus sederhana, ringkas, dan ditulis dengan huruf yang besar, tebal, dan warna
yang kontras.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gingivitis merupakan peradangan pada gingival atau gusi. Keadaan ini terjadi
saat bakteri yang normal ditemukan dalam rongga mulut berproliferasi, meningkat
massa dan ketebalannya hingga membentuk plak. Plak melekat pada permukaan gigi
serta gingival di dekatnya. Tidak ada kehilangan perlekatan yang terjadi akibat
kondisi ini. Tanda klinisnya adalah kemerahan pada gingival margin, tingkat
pembesaran yang bervariasi, perdarahan pada probing ringan, dan perubahan bentuk
fisiologik gingival. Rasa nyeri bukanlah tanda umum pada gingivitis. Gingivitis
adalah jenis penyakit inflamasi akut dan kronik yang mana prosesnya terbatas pada
gingival tanpa ada hubungan dengan hilangnya tulang alveolar. Sebenarnya secara
umum gingivitis merupakan lesi yang reversible. Plak supragingiva adalah faktor
utama penyebab penyakit tersebut.
-
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Saptorini KK. Poket periodontal pada lanjut usia di posyandu lansia kelurahan Wonosari
kota semarang. Jurnal ©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4 [internet].
Available from: http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9Kriswiharsi_28.pdf.pdf.
Diakses Maret 26, 2013 : 261-2.
2. Carranza FA. Glickman’s Clinical Periodontology. 7th ed, Philadelphia: WB Saunders
Company. 1990. 587 – 590.
3. Putri MH, herijulianti E. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan pendukung gigi.
Jakarta.: EGC. 2010.
4. Thomas W, Kornman K. Fundamentaris of periodontium. 2nded. Casol stream, p. 165-
167.
5. Spackman SS, Janet GB., 2006. Periodontal Treatment for Older Adults, in (Carranza’s
Clinical Periodontology). 10th ed, St.louis: WB Saunders Company, 93 – 97, 675 - 691.
6. Fedi PF, Vernino AR, & Gray JL. Silabus Periodonti, Jakarta, EGC. 2004.
7. Tarigan S. Pasien prostodonsia lanjut usia, beberapa pertimbangan dalam perawatan.
Pidato pengukuhan guru besar tetap dalam bidang prostodonsia fakultas kedokteran gigi
universitas Sumatra utara. 2005. [internet]. Available from: URL:
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2005/ppgb_2005_slamat_tarigan.pdf. Diakses
Maret 26, 2013.
25