makalah ews banjir

Upload: bellads

Post on 14-Oct-2015

125 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    1/27

    MAKALAH SISTEM PERINGATAN DINI

    BANJIR

    Disusun oleh :

    1. Bella Dinna Safitri 1150907001110022. Windy Dwi Ariyanto 1150907001110093. Melfina Roselyn Kurnia 115090707111009

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    2/27

    i | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

    1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 2

    1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

    1.2 Manfaat ......................................................................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

    2.1 Pengertian Banjir dan Penyebabnya ............................................................................. 32.2 Kondisi Jakarta dan Banjir di Jakarta .......................................................................... 8

    2.3 Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) .......................................................... 9

    BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 11

    3.1 Sistem Peringatan Dini Banjir di Jakarta ...................................................................... 11

    3.2 Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir dalam program DRR ACF MONIKA 15

    BAB III Penutup ................................................................................................................. 23

    4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 23

    4.2 Saran ............................................................................................................................. 23

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 24

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    3/27

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    4/27

    1 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangSebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepas dari ancaman banjir yang

    sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan sejarah Ibukota Jakarta telah dilanda banjir

    sejak tahun 1621. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi di Batavia adalah banjir

    yang terjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah Batavia terendam

    air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunung Sahari, Kampung Tambora, Suteng, Kampung

    Klenteng akibat bendungan kali Grogol jebol.

    Hingga kini banjir pun belum berhenti meyerang Jakarta. Apalagi ketika musim penghujan

    telah tiba. Oleh karena banjir yang terus menerus melanda sebagian wilayah di Jakarta kini kota

    Jakarta telah terkenal dengan Kota Banjir. Walau demikian warga Jakarta tidak berhenti

    mencoba menanggulangi banjir di Ibukota tercinta ini.

    Sehubungan dengan cara untuk mencoba menanggulangi banjir tersebut, maka berbagai

    masalah penyebab banjir pun mulai muncul dari masalah sampah, curah hujan yang tinggi,

    peluapan air yang berlebihan, pecahnya bendungan sungai, serapan air yang buruk, hinggapemukiman liar dan pemukiman padat penduduk. Dan warga yang terkena banjir selalu

    mengambil strategi sendiri untuk menanggulangi banjir ketika banjir datang ke rumah mereka.

    Di masa sekarang, sangat di perlukan sistem peringatan dini untuk memberikan peringatan

    kepada masyarakat apabila banjir akan melanda kota mereka. Sistem peringatan dini tentang

    banjir pada prinsipnya dimaksudkan supaya masyarakat yang bermukim di daerah endemik

    banjir agar dapat memperoleh informasi lebih awal tentang besaran (magnitude) banjir yang

    mungkin terjadi, juga agar waktu evakuasi korban memadai sehingga risiko yang ditimbulkan

    dapat diminimalkan. Besaran tersebut meliputi: besarnya debit puncak (peak discharge) dan

    waktu menuju debit puncak (time to peak discharge). Akan lebih baik lagi apabila dilengkapi

    dengan informasi tentang tinggi genangan yang mungkin terjadi dan di mana wilayahnya.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    5/27

    2 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Informasi tersebut, selanjutnya pemerintah bersama masyarakat dapat merumuskan bagaimana

    cara dan prosedur evakuasinya.

    Sistem peringatan dini tentang banjir di Indonesia sangat penting karena intensitas dankeragaman hujan menurut ruang dan waktu sangat tinggi sehingga banjir bisa terjadi secara tiba-

    tiba atau yang dikenal sebagai banjir bandang (flash flood), juga hujan besar umumnya terjadi

    pada sore sampai malam hari sebagai akibat proses orografis, sehingga terjadinya debit puncak

    umumnya malam hari di saat masyarakat tidur lelap.

    1.2TujuanAdapun tujuan dari penulisan makalah Early Warning System pada banjir ini adalah agar

    dapat mengetahui pengertian banjir, juga faktor faktor apa saja yang bisa memicu dan

    menyebabkan terjadinya banjir. Selain itu menjelaskan apa yang di maksud sistem peringatan

    dini pada banjir, juga menjelaskan pentingnya keberadaan sistem peringatan dini tersebut. Juga

    untuk memenuhi tugas terstruktur dari matakuliah early warning system.

    1.3Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari makalah Early Warning System pada banjir ini adalah:

    a. Apa penyebab banjir di Jakarta?b. Bagaimana aplikasi sistem peringatan dini di Jakarta, danc. Bagaimana dampak setelah adanya sistem peringatan dini.1.4Manfaat

    Diharapkan dari makalah ini dapat memberikan pengetahuan mengenai sistem peringatan

    dini banjir, terutama terhadap permasalahan banjir di Jakarta.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    6/27

    3 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Banjir dan Penyebabnya

    Menurut Hasibuan (2004), banjir adalah jumlah debit air yang melebihi kapasitas pengaliran

    air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung sungai atau saluran sehingga air melimpah

    dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran.

    Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat di sebut sebagai genangan air yang terjadi

    di suatu lokasi yang diakibatkan oleh : (1) Perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai

    (DAS); (2) Pembuangan sampah; (3) Erosi dan sedimentasi; (4) Kawasan kumuh sepanjang jalur

    drainase; (5) Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat; (6) Curah hujan yang

    tinggi; (7) Pengaruh fisiografi/geofisik sungai; (8) Kapasitas sungai dan drainase yang tidak

    memadai; (9) Pengaruh air pasang; (10) Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang surut

    air laut); (11) Drainase lahan; (12) Bendung dan bangunan air; dan (13) Kerusakan bangunan

    pengendali banjir. (Kodoatie, 2002),

    Kodoatie (2008) memaparkan penyebab banjir dan prioritasnya seperti pada Tabel 2.1

    berikut :

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    7/27

    4 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Tabel 2.1. Penyebab banjir dan prioritasnya (Kodoatie, 2008).

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    8/27

    5 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    9/27

    6 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    10/27

    7 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    11/27

    8 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Jadi menurut tabel diatas, dapat dikatakan bahwa konsep pengendalian banjir harus

    dilakukan secara terpadu baik in-stream (badan sungai) maupun off-stream (DAS-nya) dengan

    melaksanakan pekerjaan baik secara metode struktur (tugas pembangunan) dan non struktur(tugas umum pemerintahan), sehingga akan tercapai integrated flood control and river basin

    management.

    2.2.Kondisi Jakarta dan Banjir di JakartaWilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7

    (tujuh) meter di atas permukaan laut. Namun, sekitar 40 persen wilayah Jakarta berupa dataran

    yang permukaan tanahnya berada 1 - 1,5 meter di bawah muka laut pasang.

    Secara geologis, seluruh wilayah Jakarta merupakan dataran alluvial, yang materi tanahnya

    merupakan endapan hasil pengangkutan aliran permukaan dan air sungai yang mengalir pada

    wilayah tersebut. Di samping itu juga, wilayah Jakarta terdiri dari endapan pleistocene yang

    terdapat pada kurang lebih 50 meter di bawah permukaan tanah dimana bagian selatan terdiri

    atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10

    kilometer. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada

    permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium.

    Selain itu Provinsi DKI Jakarta juga memiliki wilayah pesisir yang cukup luas, yaitu sekitar

    155,01 km2. Wilayah ini membentang dari timur sampai barat sepanjang kurang lebih 35 km,

    dan menjorok ke darat antara 4 sampai dengan 10 km. Wilayah pesisir Jakarta merupakan pantai

    beriklim panas dengan rata-rata suhu 28,50C dan rata-rata kelembaban 72 persen.

    Berdasarkan letaknya Kota Jakarta termasuk dalam kota delta (delta city) yaitu kota yang

    berada pada muara sungai. Kota delta umumnya berada di bawah permukaan laut, dan cukup

    rentan terhadap perubahan iklim. Kota delta Jakarta dialiri oleh 13 aliran sungai dan dipengaruhi

    oleh air pasang surut. Tiga belas sungai dan dua kanal yang melewati Jakarta sebagian besar

    berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. Tiga belas sungai tersebut yaitu

    Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru Barat,

    Kali Ciliwung, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Baru Timur, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan

    Kali Cakung. Sedangkan 2 (dua) kanal besar yang ada yaitu Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir

    Timur.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    12/27

    9 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Bencana yang menjadi perhatian khusus bagi Jakarta adalah banjir. Banjir di Jakarta terbagi

    menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai-sungai karena curah hujan

    yang tinggi dan banjir yang terjadi karena kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. Terjadinyabanjir di Jakarta juga disebabkan oleh sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal serta

    tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah. Selain itu, dibangunnya hunian pada lahan

    basah atau daerah resapan air serta semakin padatnya pembangunan fisik menyebabkan

    kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang. Hal lainnya adalah pembangunan

    prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum berfungsi maksimal. Banjir juga terjadi

    akibat rob yang melanda beberapa wilayah yang berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya

    Kamal Muara, Pluit, Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda.

    Jika dilihat historis peristiwa banjir di Jakarta, pada tahun 1980 daerah genangan Jakarta

    adalah seluas 7,7 km2, pada tahun 1996 seluas 22,59 km2, pada tahun 2002 adalah seluas 167,88

    km2, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 238,32 km2. Pada tahun 2002 daerah genangan

    diperkirakan mencapai sekitar 13 persen dari wilayah DKI Jakarta sedangkan pada banjir tahun

    2007 sekitar 45 persen dari wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi banjir di

    kemudian hari, telah dipasang 34 unit early warning khususnya untuk sungai yang sering

    menjadi tampungan air hujan yaitu di Sungai Sunter, Sungai Cipinang, Sungai Ciliwung, Sungai

    Krukut, Sungai Pesanggrahan dan Sungai Angke.

    2.3Sistem Peringatan Dini (Ear ly Warning System)Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) merupakan serangkaian sistem untuk

    memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam

    lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana merupakan tindakan memberikan

    informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat. Dalam keadaan kritis, secara

    umum peringatan dini yang merupakan penyampaian informasi tersebut diwujudkan dalam

    bentuk sirine, kentongan dan lain sebagainya. Namun demikian menyembunyikan sirine

    hanyalah bagian dari bentuk penyampaian informasi yang perlu dilakukan karena tidak ada cara

    lain yang lebih cepat untuk mengantarkan informasi ke masyarakat. Harapannya adalah agar

    masyarakat dapat merespon informasi tersebut dengan cepat dan tepat. Kesigapan dan kecepatan

    reaksi masyarakat diperlukan karena waktu yang sempit dari saat dikeluarkannya informasi

    http://adekabang.wordpress.com/http://adekabang.wordpress.com/http://adekabang.wordpress.com/
  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    13/27

    10 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    dengan saat (dugaan) datangnya bencana. Kondisi kritis, waktu sempit, bencana besar dan

    penyelamatan penduduk merupakan faktor-faktor yang membutuhkan peringatan dini. Semakin

    dini informasi yang disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk untuk meresponnya.Keluarnya informasi tentang kondisi bahaya merupakan muara dari suatu alur proses analisis

    data-data mentah tentang sumber bencana dan sintesis dari berbagai pertimbangan. Ketepatan

    informasi hanya dapat dicapai apabila kualitas analisis dan sintesis yang menuju pada keluarnya

    informasi mempunyai ketepatan yang tinggi. Dengan demikian dalam hal ini terdapat dua bagian

    utama dalam peringatan dini yaitu bagian hulu yang berupa usaha-usaha untuk mengemas data-

    data menjadi informasi yang tepat dan menjadi hilir yang berupa usaha agar infomasi cepat

    sampai di masyarakat.

    Bagi masyarakat Indonesia, sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana sangatlah

    penting, mengingat secara geologis dan klimatologis wilayah Indonesia termasuk daerah rawan

    bencana alam. Dengan ini diharapkan akan dapat dikembangkan upaya-upaya yang tepat untuk

    mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya dampak bencana alam bagi masyarakat.

    Keterlambatan dalam menangani bencana dapat menimbulkan kerugian yang semakin besar bagi

    masyarakat. Dalam siklus manajemen penanggulangan bencana, sistem peringatan dini bencana

    alam mutlak sangat diperlukan dalam tahap kesiagaan, sistem peringatan dini untuk setiap jenis

    data, metode pendekatan maupun instrumentasinya. Tujuan akhir dari peringatan dini ini adalah

    masyarakat dapat tinggal dan beraktivitas dengan aman pada suatu daerah serta tertatanya suatu

    kawasan. Untuk mencapai tujuan akhir tersebut maka sebelumnya perlu dicapai beberapa hal

    sebagai berikut:

    a. Diketahuinya daerah-daerah rawan bencana di Indonesia,

    b. Meningkatkannyaknowledge,attitudedanpracticedari masyarakat dan aparat terhadap

    fenomena bencana, gejala-gejala awal dan mitigasinya,

    c. Tertatanya suatukawasan dengan mempertimbangkan potensi bencana, dan

    d. Secara umum perlu pemahaman terhadap sumberbencana.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    14/27

    11 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Early warning system (EWS) atau Sistem Peringatan Dini merupakan sebuah tatanan

    penyampaian informasi hasil prediksi terhadap sebuah ancaman kepada masyarakat sebelum

    terjadinya sebuah peristiwa yang dapat menimbulkan risiko. EWS bertujuan untuk memberikan

    peringatan agar penerima informasi dapat segera siap siaga dan bertindak sesuai kondisi, situasi

    dan waktu yang tepat. Prinsip utama dalam EWS adalah memberikan informasi cepat, akurat,

    tepat sasaran, mudah diterima, mudah dipahami, terpercaya dan berkelanjutan.

    Dalam siklus bencana terdapat tahap mitigasi atau upaya pengurangan dampak negatif

    kejadian bencana. Di dalamnya terdapat usaha pemetaan daerah rawan dan pengembangan EWS.

    Pada tahap ini, sistem komunikasi melibatkan pemantauan kondisi awal, pembawa

    berita/informasi dan penerima (pengguna) informasi. Pemantau awal dalam EWS banjir lebih

    didominasi oleh petugas pemantau tinggi muka air di pintu air sungai yang berada di hulu.

    Petugas tersebut merupakan bagian pekerjaan dari Dinas Pekerjaan Umum. Selain memantau

    tinggi muka air, mereka juga memantau kondisi curah hujan di sekitar daerah tersebut. pembawa

    berita atau informasi adalah orang atau institusi yang menyambungkan informasi dari pemantauke penerima/pengguna berita, yaitu masyarakat yang rawan banjir. Pembawa informasi tersebut

    antara lain terdiri : Crisis Center (Satkorlak PBP), Petugas Posko Bencana (Satlak, Satgas),

    Lurah, Satlinmas Kelurahan, Ketua RW/RT, dan Tokoh Masyarakat. Media penyampaian

    informasi tersebut dapat menggunakan alat antara lain berupa Handphone (SMS), HT, Telepon,

    Fax, Internet dan Video Conference.

    EWS dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:

    1. Otomatis: Sirine, HT, kamera (CCTV). Pemberian EWS yang berteknologi kepada masyarakat

    ini harus disertai edukasi dan pemeliharaan dan

    2. Kemasyarakatan ; yakni bersifat dirancang sendiri oleh masyarakat.

    Komponen dalam EWS adalah:

    1. Prediksi : harus dilakukan dengan ketepatan dan diperlukan pengalaman

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    15/27

    12 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    2. Interpretasi : menerjemahkan hasil pengamatan

    3. Respon dan pengambilan keputusan: siapa yang akan bertanggungjawab untuk mengambil

    keputusan karena keputusan tersebut akan mempengaruhi dampak.Dalam makalah ini dibahas studi kasus mengenai Early Warning System terhadap bencana

    banjir di daerah Jakarta.

    3.1 Sistem Peringatan Dini Banjir di Jakarta

    Pemprov DKI turut berupaya mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir

    pada tiap musim hujan. Telah dipersiapkan teknologi dan metode penanganan banjir yang lebih

    canggih di Crisis Center Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Banjir dan Pengungsi (CC

    Satkorlak PBP), yakni dengan pemasangan EWS, yang merupakan sistem peringatan dini

    terhadap bencana banjir melalui short message service (SMS) hingga ke tingkat RT atau RW,

    yang terintegrasi dengan CC Satkorlak PB. CC Satkorlak PB inilah yang memegang peranan

    dalam penanganan banjir di Jakarta. Petugas diberikan kemampuan merespons informasi dan

    meneruskan laporan itu ke petugas Satuan Koordinasi (Satlak) Kotamadya serta kabupaten.

    EWS dilakukan dengan pencatatan data curah hujan dan pengukuran ketinggian air sungai

    yang dilakukan secara manual maupun otomatis. Data radar telah dimanfaatkan untuk peringatan

    dini banjir, dengan melihat sebaran awan, volume awan, jumlah potensi uap air dari awan,

    prediksi intensitas dan tebal hujan, kecepatan angin, arah angin dan sebagainya. Pemerintah

    melalui Satkorlak PBP Propinsi DKI Jakarta telah memanfaatkan informasi pintu air sebagai

    salah satu informasi peringatan dini banjir selain prakiraan cuaca dari BMG. Informasi

    ketinggian pintu air dan prakiraan cuaca menjadi EWS yang ada di Satkorlak. Berikut ini adalah

    diagram alir sistem peringatan dini banjir di Jakarta :

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    16/27

    13 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Gambar 3.1 Sistem peringatan dini banjir di Jakarta

    Namun pada penerapannya sistem tersebut perlu pembenahan terutama pada aliran

    informasi. EWS mempunyai prinsip kecepatan dan keakuratan informasi. Jika oleh suatu sebab

    kelambatan penyampaian informasi ini tidak sampai ke pengguna atau penerima terakhir yaitu

    masyarakat, maka masyarakat tidak siap siaga mengantisipasi datangnya ancaman banjir. Jika

    hal ini terjadi maka korban tidak terelakkan. Oleh karena itu pentingnya kecepatan aliran

    informasi penting untuk dibenahi.

    Keakuratan informasi terletak pada hasil pengukuran oleh stasiun pengamatan di pintu air.

    Telah tersedia klasifikasi tingkat siaga yang ditetapkan oleh SATKORLAK berdasarkan

    ketinggian muka air pada pintu air. Namun ada beberapa klasifikasi yang perlu dirubah setelah

    dicek di lapangan. Seperti pintu air Cipinang Hulu yang Peil (Papan Ukurnya) tidak lebih dari

    200 cm, padahal pada tingkat Siaga 1 ketinggian air dapat mencapai 250 cm. Juga perbedaan

    versi ketinggian status normal (Siaga IV) dari SATKORLAK dan status Normal versi PU.

    Berdasarkan data Pengendalian Banjir Dinas PU DKI Jakarta, informasi dari petugas

    pemantau ketinggian air di hulu menempati poisisi yang sangat penting. Saat ini ada tujuh lokasi

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    17/27

    14 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    pengamatan mukaair (peil schall) yang turut membantu pemberitahuan bila terjadi luapan air

    besar di daerah hulu yaitu, Peil Schall Ciledug di daerah aliran sungai (DAS) Kali Angke, Peil

    Schall Sawangan di DAS Kali Pesanggrahan, Peil Schall Ciganjur di DAS Kali Krukut, PeilSchall Katulampa dan Peil Schall Depok di DAS Kali Ciliwung, Peil Schall Cimanggis di DAS

    Kali Cipinang dan Peil Schall Pondok Rangon di DAS Kali Sunter.

    Tujuh lokasi pengamatan muka air atau Peil Schall terhubung langsung dengan satu pompa,

    satu saringan sampah, dan 10 pintu air. Informasi ketinggian air yang dikirimkan dari peil schall

    ke seluruh pintu air, akan menghidupkan alat peringatan dini ke-24 daerah berpotensi banjir.

    Sehingga masyarakat yang tinggal di lokasi tersebut dapat segera mengungsi sebelum banjir tiba.

    EWS dapat dilakukan secara efektif oleh penduduk, bila sistem itu mudah dimengerti dan

    dipahami. Manfaatnya pun bisa lebih optimal jika masyarakat memiliki pengetahuan tentang

    kebencanaan dengan baik.

    Di wilayah yang rawan bencana banjir, seperti Jakarta, EWS merupakan bagian terpenting

    dalam proses penanganan bencana. Dengan penerapan yang baik dan benar akan dapat

    melindungi dan menyelamatkan warga dari ancaman bencana. Masyarakat dapat melakukan

    berbagai upaya penyelamatan jiwa dan harta bendanya. EWS adalah kunci menuju pengurangan

    risiko yang efektif. Akan menjadi efektif jika melibatkan secara aktif masyarakat, dapat

    dipahami serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta harus diikuti dengan sistem

    penanganan penyelamatan yang sistematis. Tim siaga bencana, kesiapan sarana evakuasi, tempat

    hunian sementara, penyediaan kebutuhan-kebutuhan dasar maupun pengelolaan pengungsian

    yang melibatkan masyarakat.

    EWS memiliki aplikasi dan permasalahan yang berbeda-beda. Sebagai contoh : EWS

    Kelurahan Kampung Melayu di dapat dari Pintu Air Katulampa. Kelurahan CBU melalui

    Cipinang Hulu dan Kelurahan Penjaringan melalui pintu air pasar ikan dan muara baru serta

    informasi dari BMKG.

    Salah satu permasalahan EWS yang harus dihadapi kelurahan CBU tetapi tidak dihadapi

    oleh Kelurahan Kampung melayu adalah sebagai berikut :

    1.Sarana dan prasarana Pintu air Cipinang Hulu tidak memadai. Hal ini disebabkan oleh alat

    pengukur ketinggian air terbuat dari papan, menjadikannya tidak kokoh, dibuat dengan karya

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    18/27

    15 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    tangan menjadikan keterbacaannya tidak selalu maksimal serta mekanisme kerja tutup buka

    pintu air tidak lagi berfungsi maksimal dikarenakan faktor karat dan kurangnya perawatan.

    Akibatnya, Pintu Air tak berfungsi maksimal, kerentanan warga terhadap banjir menjadisangat tinggi,

    2. Sampah yang kerapkali mempengaruhi ketinggian dan percepatan tingkat ketinggian air, dan

    3. Adanya kerancuan mekanisme penyampaian informasi. Petugas pintu air hanya bertugas

    memperhatikan ketinggian air dari meterannya saja dan melaporkannya ke Dinas PU Propinsi

    Jakarta. Kemudian Dinas terkait akan menyampaikan pada masyarakat. Hanya saja, yang

    terjadi adalah adanya aliran informasi yang tumpang tindih dari dan ke masyarakat yang

    kemudian menimbulkan persepsi yang berbeda. Kerancuan mekanisme ini disebabkan para

    pihak tidak mengerti mekanisme yang berlaku. Akibatnya, persiapan dan kesiapsiagaan

    terhadap bencana di masyarakat menjadi ricuh.

    3.2 Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir dalam program DRR ACF MONIKA

    Mulai tahun 2007, Action Contre la Faim(ACF) telah mengembangkan Sistem peringatan

    dini banjir bersama masyarakat di tiga kelurahan yakni di Kampung Melayu, Cipinang Besar

    Utara dan Penjaringan. Peralatan EWS yang dibangun di antaranya adalah sirine, signboard,

    alarm/sensor air dan Monika. Monika adalah Alat Monitor Informasi Ketinggian Air. Alat ini

    dipasang di Bendungan Katulampa pada April 2008 untuk mengetahui seberapa tinggi air di

    bendungan Katulampa sehingga warga bisa lebih cepat mengantisipasi banjir.

    Dibuat oleh Bapak Witjaksono dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),

    Monika ini system kerjanya melibatkan pemasangan sensor air di bendungan. Sensor ini

    berwarna biru, untuk mengetahui level siaga (siaga empat hingga siaga satu). Informasi akan

    masuk ke komputer yang akan mengirimkan signal ke kelurahan, satlinmas dan media massa.

    Pihak Kelurahan dan media massa dapat mengirimkan nomor HP yang akan disimpan pada data

    base Monika. Mereka selanjutnya akan mendapatkan informasi mengenai ketinggian air secara

    otomatis.

    Monika dapat mendeteksi ketinggian permukaan air secara otomatis. Pada saat permukaan

    air mencapai ketinggian 100 cm maka alat Monika akan mengirim SMS secara otomatis ke

    nomor telepon seluler petugas kelurahan di Jakarta yang disimpan di database mesin penjawab.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    19/27

    16 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Ketika SMS masuk diharapkan petugas kelurahan di Jakarta, akan memberikan informasi kepada

    warganya untuk senantiasa waspada akan datangnya banjir. Di Kelurahan Kampung Melayu,

    lurah, ketua RW dan RT, ketua Karang Taruna, Ketua PKK dan beberapa tokoh masyarakatadalah mereka yang telah terdaftar menerima SMS dari Monika.

    Alat ini dapat dipasang di semua pintu air yang sungai-sungai yang mengalir ke Jakarta, dan

    dapat memberikan informasi kepada seluruh penduduk Jakarta karena SMS (baik yang otomatis

    maupun yang dengan permintaan) akan terkirim ke pemancar radio, pemancar televisi,

    Kecamatan, Kelurahan dan bisa diakses oleh seluruh warga Jakarta melalui telepon seluler.

    Penggunaan alat ini dapat membantu menyelamatkan nyawa, harta benda dan mengurangi risiko

    yang diakibatkan oleh banjir. Dengan cepatnya informasi mengenai ketinggian air, waktu bersiap

    siaga menjadi lebih besar. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk

    dapat mempersiapkan alat-alat penyelamatan, seperti perahu karet, makanan, air bersih,

    pelampung, jas hujan dan lain-lain.

    Sayangnya, pemasangan I MONIKA tidak berfungsi lama. Penyebab utama adalah karena

    peralatan yang mendukung server di pintu air Katulampa mengalami kerusakan akibat tersambar

    petir. Kejadian ini mengkorfirmasikan bahwa penggunaan alat ini memerlukan biaya

    operasional, pengawasan dan perawatan. Ketika itu, pihak-pihak yang terkait dengan

    pemanfaatan Monika belum siap untuk menjalankan sistem ini. ACF sendiri telah berupaya

    menghubungkan dengan pihak pemerintah melalui instansi terkait untuk mendukung

    keberlanjutan sistem Monika, namun belum ada kesepahaman tentang peran dan fungsi yang

    harus dijalankan untuk menjaga keberlanjutannya. Hal ini seharusnya memacu semua pihak

    untuk berkolaborasi bersama untuk mencari solusinya.

    Sampai saat ini, peralatan EWS banjir telah dipasang dan dioperasikan oleh Satlinmas di

    Kelurahan Kampung Melayu, CBU dan Penjaringan dengan rincian sebagai berikut:

    1. Kampung Melayu : 5 signboard, 2 sirine, 2 alarm/sensor air,

    2. Kelurahan CBU : 7 signboard, 3 sirine, 3 alarm/sensor air, dan

    3. Kelurahan Penjaringan : 5 signboard dan 3 sirine.

    Selain itu, juga terdapat beberapa sarana pendukung seperti berikut :

    1. Pengeras Suara

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    20/27

    17 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Selain EWS, sarana pengeras suara juga dioperasikan sebagai penunjang sistem untuk

    menyampaikan himbauan dan pengumuman kepada warga.

    2.Workshop

    Dalam rangka optimalisasi penerapan sistem peringatan dini banjir, ACF memfasilitasi

    beberapa kegiatan bersama masyarakat diantaranya :

    a. Workshop Penyusunan Prosedur Tetap EWS Kelurahan Cipinang Besar diselenggarakanpada tanggal 12 13 Desember 2007, bertempat di BUPERTA Cibubur. Pembuatan

    Modelling EWS yang merupakan kajian yang dibuat berdasarkan data-data pengukuran

    baik itu dari ketinggian muka air, curah hujan harian, maupun ketinggian pasang-surut.

    Dari sistem modelling diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat dijadikan masukan

    untuk penentuan tingkat siaga dan wilayah yang terpengaruh oleh tingkat siaga.

    Workshop tersebut bertujuan :

    1) Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya,2) banjir dengan membenahi sistem peringatan dini yang ada,3) Membuat suatu pedoman atau langkah-langkah sistematis dalam,4) mengantisipasi datangnya bahaya banjir, dan5) Menentukan srategi dalam pengambilan keputusan kegiatan peringatan dini banjir.

    b. Workshop EWS Kelurahan Kampung Melayu diselenggarakan pada 4 Februari 2008,dihadiri oleh 33 orang, bertempat di Hotel Alia Matraman. Sebagai fasilitator adalah

    bapak Heru Joko Santoso dari Satkorlak PBP DKI Jakarta, yang menghasilkan modul

    prosedur tetap (Protap) EWS Kampung Melayu. Dengan workshop tersebut masyarakat

    di kelurahan tersebut berhasil menyusun Protap dan mencoba mengimplementasikannya

    dalam simulasi banjir.

    c. Workshop EWS di Kelurahan Penjaringan diselenggarakan pada 5-6 Februari 2008bertempat di bumi perkemahan Wiladatika, Cibubur. Diikuti oleh 20 orang, dalam

    workshop ini dihasilkan Prosedur Tetap Modul EWS Penjaringan.

    3. Sosialisasi SOP/Prosedur Tetap Sistem Peringatan Dini Banjir di 3 Kelurahana. Sosialisasi SOP atau prosedur tetap EWS di Kelurahan Cipinang Besar Utara

    diselenggarakan pada tanggal 5 Maret 2008 bertempat di kantor Kelurahan Cipinang

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    21/27

    18 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Besar Utara dan dihadiri oleh 76 orang dari unsur Satlinmas, staf Kelurahan, Dewan

    Kelurahan, RW, RT, Karang Taruna, PKK, Kali Arus dan para tokoh masyarakat di

    Cipinang Besar Utara. Sosialisasi berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana danmateri penjelasan mengenai isi prosedur tetap EWS dapat diterima semua stakeholder di

    kelurahan.

    b. Sosialisasi Prosedur Tetap EWS di Kelurahan Penjaringan diselenggarakan pada 6 Maret2008, dengan dihadiri oleh 40 orang dari unsur Kelurahan, Dewan Kelurahan, PKK,

    Karang Taruna, RW, RT, Tim Marlina dan para tokoh masyarakat di Penjaringan. Acara

    yang terselenggara atas kerjasama Satlinmas Penjaringan dan ACF tersebut bertempat di

    kantor Kelurahan Penjaringan. Dalam workshop tersebut dijelaskan mengenai prosedur

    tetap EWS, aktor, peran

    yang harus dilakukan serta tanggungjawabnya.

    c. Sosialisasi Prosedur Tetap EWS Kelurahan Kampung Melayu dilakukan pada 6 Maret2008, bertempat di kantor kelurahan dengan dihadiri oleh 26 orang yang

    terdiri dari ketua RW, Ketua RT, Karang Taruna, PKK, Dewan Kelurahan, Satlinmas dan

    FKP Pubers. Metode sosialisasi yang dilakukan adalah dengan cara diskusi. Selama

    berlangsungnya sosialisasi, para perwakilan dari masyarakat menyepakati isi dari

    prosedur tetap tersebut. Dari kegiatan-kegiatan

    di atas akhirnya dihasilkan Panduan berupa Prosedur Tetap yang dapat dipakai

    untuk kegiatan antisipasi datangnya bahaya banjir (Protap EWS). Protap ini merupakan

    dokumen resmi berisikan suatu tindakan-tindakan atau langkah-langkah sistematis yang

    disepakati bersama antara instansi atau kelompok terkait mengenai tanggung jawab

    masing-masing dalam suatu kegiatan yang terpadu. ProTap EWS berisikan tentang

    langkah-langkah dalam hal penyebaran informasi EWS dan juga respon setelah informasi

    tersebut diperoleh. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan dalam FGD tersebut adalah:

    1. Penambahan alat atau daya jangkau sirine di wilayah RW yang rentan.

    2. Tindak lanjut sosialisasi EWS kepada masyarakat di tingkat RT-RW

    3. Peningkatan kapasitas SDM di tim EWS

    4. Perlunya dilakukan simulasi secara reguler.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    22/27

    19 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Membangun Kesepahaman Skema Peringatan Dini Banjir bersama Masyarakat Peringatan

    dini merupakan sebuah elemen dasar dari kegiatan pengurangan risiko banjir. Peringatan dini

    banjir mencakup tindakan memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna dandipahami oleh masyarakat awam. Penguatan dan penyebarluasan skema atau jejaring peringatan

    dini banjir kepada semua unsur masyarakat di tingkat kelurahan menjadi suatu kebutuhan

    penting, hal inilah yang melatarbelakangi rangkaian kegiatan pertemuan dan sosialisasi yang

    menyepakati skema peringatan dini ancaman banjir dilakukan di tiga kelurahan (Cipinang

    BesarUtara, Kampung Melayu dan Penjaringan). Kegiatan ini merupakan sebuah kebutuhan hasil

    rekomendasi FGD anggota SATLINMAS/STPB pada tanggal 4 Juni 2009 untuk meningkatkan

    efektifitas sistem peringatan dini banjir.

    Sosialiasi jejaring informasi peringatan dini dilakukan oleh relawan dari

    SATLINMAS/STPB di masing-masing kelurahan. Dalam proses pelaksanaannya relawan

    dituntut mampu memfasilitasi masyarakat dan menjaring ide-ide serta merumuskannya dalam

    satu kesepakatan bersama. Sebelum terjun ke masyarakat, sebuah pelatihan sehari pada tanggal

    20 Oktober 2009 telah diberikan kepada relawan untuk meningkatkan kemampuan dalam hal

    teknik fasilitasi, pengetahuan EWS dan pengorganisasian masyarakat. Para relawan

    bertanggungjawab di wilayah kelurahannya masing-masing yang meliputi Kelurahan CBU,

    Kampung Melayu dan Penjaringan. Sementara pelaksanaan kegiatan telah dilakukan dimulai

    pada tanggal 25 Oktober 9 November 2009 dibagi menjadi tiga tahap, tahap I pertemuan besar

    di tingkat kelurahan, tahap II dilakukan diskusi kelompok terarah di RW-RW yang rentan banjir,

    dan tahap III pertemuan besar untuk menghasilkan kesepakatan akhir skema peringatan dini

    banjir. Tahapan ini pada kenyataannya disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi di masing-

    masing kelurahan.

    Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari para relawan di tiga kelurahan bahwa

    secara umum pelaksanaan kegiatan sosialisasi sistem peringatan dini di tiga Kelurahan mendapat

    sambutan hangat dari masyarakat. Warga menjadi tahu bagaimana alur peringatan dini banjir

    bekerja yang menjangkau semua lapisan masyarakat. Di samping itu ruang lingkup ancaman

    banjir di masing-masing kelurahan yang karakteristiknya berbeda juga menjadi poin penting

    yang didiskusikan bersama warga masyarakat. Peran dan fungsi SATLINMAS/STPB di masing-

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    23/27

    20 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    masing kelurahan juga tak luput dari pertanyaan kritis warga, hal ini tentu akan menegaskan

    eksistensi, komitmen dan keberlanjutan organisasi tersebut di tingkat kelurahan. Sedangkan bagi

    para relawan sendiri proses kegiatan ini telah banyak memberikan pembelajaran baik itu bagiindividu maupun bagi organisasi SATLINMAS/STPB. Bekal teknik fasililitasi dan

    pengorganisasian kegiatan dalam pelatihan relawan sangat membantu kami dalam kegiatan

    sosialisasi EWS kepada masyarakat, ungkap Darwis di Penjaringan, salah seorang relawan dari

    Kelurahan Penjaringan. Selain itu dengan dilakukannya sosialisasi EWS ini, peran SATLINMAS

    PBP dalam penanggulangan bencana di Penjaringan semakin dikenal oleh masyarakat.

    Selanjutnya, Pak Idris, relawan dari CBU, menyampaikan bahwa pada awalnya susah sekali

    memberikan pemahaman kepada warga tentang cara-cara penanggulangan bencana yang

    mencakup EWS, namun dengan kesabaran menggunakan berbagai cara dan ilustrasi, sedikit

    demi sedikit masyarakat bisa mengerti apa yang harus diperbuat sebelum, saat dan sesudah banjir

    terjadi.

    Hal penting lain mengemuka dalam forum diskusi yang disampaikan warga Kampung

    Melayu tentang perlunya komitmen dari individu yang masuk dalam skema peringatan dini agar

    bergerak cepat dalam menyebarluaskan informasi yang menjangkau seluas-luasnya warga

    masyarakat di sekitarnya. Hasil akhir dari proses kegiatan ini merupakan skema/jejaring

    peringatan dini banjir yang disepakati warga dan seluruh stakeholder di tingkat kelurahan.

    Skema ini kemudian akan dicetak dan disebarluaskan kepada warga agar pemahaman

    masyarakat terhadap hal ini semakin meningkat dan dapat menjangkau warga lebih banyak lagi.

    Pembelajaran dari proses pengembangan EWS Banjir bersama masyarakat EWS yang

    efektif harus bisa dipahami oleh masyarakat hingga kemudian dapat tertanam kesadaran yang

    kuat untuk menjadikannya sebagai kebutuhan bersama. EWS yang dibuat bersama masyarakat

    merupakan hal yang realistis dan dapat dipercaya, karena masyarakatlah yang lebih mengetahui

    karateristik wilayah serta kebutuhannya. Oleh karenanya, masyarakat perlu didorong untuk terus

    terlibat aktif dan bertanggungjawab dalam penerapan EWS termasuk dalam pemeliharaanya.

    Sosialisasi EWS kepada masyarakat dan pihak-pihak yang terkait juga sangat penting, agar

    warga dapat memahami informasi bencana yang datang dan segera bisa mengantisipasi dampak

    yang ditimbulkan. Dengan sosialisasi tersebut, warga tidak akan merasa ditakut-takuti,

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    24/27

    21 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    melainkan ditekankan kewaspadaannya. Pemahaman masyarakat bahwa wilayahnya rawan

    banjir, sehingga menjadi penting pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana juga harus terus

    ditingkatkan. Masyarakat harus disiapkan menghadapi banjir dan meminimalisasi risiko dandampaknya. Dengan adanya EWS sangat membantu warga untuk lebih cepat mengantisipasi

    ancaman banjir. Di wilayah yang rentan banjir seperti DKI Jakarta, EWS merupakan salah satu

    solusi wajib dalam mengurangi dampak banjir. EWS yang telah diajarkan, harus terus diterapkan

    dan selalu mengakomodasikan informasi yang diberikan.

    Dari proses pengembangan EWS banjir di atas, pada akhirnya yang diperlukan adalah

    kemauan dan keseriusan masyarakat dan pemerintah dalam meminimalisasi risiko banjir dalam

    setiap kebijakan dan praktek pengelolaan sumberdaya. Hal tersebut baru bisa diwujudkan apabila

    masyarakat dan pemerintah memahamiprinsip dan tujuan penerapan sistem peringatan dini. Oleh

    karena itu, upaya strategis penguatan kapasitas masyarakat serta membangun kerjasama antar

    semua pihak dalam meminimalkan dampak/risiko banjir masih perlu dilakukan secara

    berkesinambungan.

    Keberhasilan perencanaan program EWS terletak pada perencanaan yang dilakukan bersama

    masyarakat. Sudah semustinya kebutuhan akan EWS juga berdasarkan kebutuhan dari

    masyarakatsehingga program menjadi efektif memenuhi kebutuhan bukan menciptakan

    pemenuhan dari penciptaan kebutuhan. Pelaksanaan program pun dapat akan menjadi sangat

    efektif. Alat-alat yang diusulkan untuk sistem peringatan dini juga berdasarkan kebutuhan dan

    partisipasi masyarakat sehingga mereka bisa menggunakan dengan mudah dan tidak terlalu

    menelan biaya.

    Pembelajaran pada kekurangan pekaan pada kebutuhan masyarakat terjadi pada instalasi

    monika I. Akibatnya, sistem MONIKA sulit dimengerti dan masyarakat tidak memiliki kapasitas

    dalam mengoperasikannya. Pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah jangan pernah

    meninggalkan masyarakat didalam perencanaan kegiatan apapun karena mereka yang tahu

    kebutuhan mereka dan mereka yang tahu lokasi mereka. Arifan lokal harus menjadi

    pertimbangan dalam pengurangan risiko bencana.

    Penjajakan program penting dilakukan sebelum pengimplementasian tujuan utama adalah

    untuk mengerti ragam konteks permasalahan mulai dari kebutuhan, kondisi sampai pengharapan

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    25/27

    22 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    komunitas yang didampingi. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan kegiatan menjadi

    sangat penting karena dari merekalah kebutuhan sebenarnya dapat teridentifikasikan. Perlu juga

    dicatat bahwa kearifan lokal sangatlah penting untuk tidak diabaikan. Identifikasi bersamaterhadap sistem peringatan dini seringkali menghasilkan pemilihan alat yang sesuai tidak harus

    selalu canggih. Melainkan, alat sederhana yang mudah dioperasikan dan terjangkau biaya

    operasionalnya akan menjadi sangat efektif.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    26/27

    23 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1KesimpulanJakarta merupakan kota endemik banjir, tetapi infrastruktur yang di bangun sudah sangat

    besar sehingga tidak mungkin untuk di tinggalkan. Namun, masalah banjir sudah menjadi

    momok yang harus di hadapi warga Jakarta setiap tahunnya dikala masuk musim penghujan.

    Maka dari itu, di bangunlah sistem peringatan dini yang menjadi pengingat bagi seluruh

    warga Jakarta ketika akan terjadi banjir. Sistem peringatan dini ini, dapat berdampak sangat

    baik bagi warga Jakarta. Karena sistem peringatan dini dapat meminimalisir dampak buruk

    pasca terjadinya bencana banjir

    4.2SaranDiharapkan sistem peringatan dini di Jakarta makin baik untuk mengurangi korban, baik

    secara fisik dan mental tiap tahun di musim hujan.

  • 5/24/2018 Makalah Ews Banjir

    27/27

    24 | M A K A L A H S I S T E M P E R I N G A T A N D I N I B A N J I R - 2 0 1 4

    Daftar Pustaka

    Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang. 2010. Penduduk Akhir Tahun 2010Kabupaten Malang. Malang : BPS Kabupaten Malang.

    Moleong Lexy J, METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF, Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya, cetakan ke-26, 2009.

    Dewey, John. 2004.Democracy and Education. The Free Press. Hlm. 14.ISBN0-684-83631-9.

    Direktorat Pendidikan Masyarakat, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan

    Nasional. 2006. Pedoman Pelaksanaan : Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan

    Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

    Jakarta.

    Djudju Sudjana. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya.

    H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam

    Penelitian.Surakarta : UNS Press.

    Hadari Nawawi. 2005. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan

    (dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

    J. Salusu. 1998. Pengembangan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi

    Non Profit.Jakarta : PT. Gramedia.

    Moh. Nazir. 1988.Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

    Sugiyono, METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF DAN R&D, Bandung :

    CV Alfabeta, cetakan ke-8, 2009.

    http://id.wikipedia.org/wiki/International_Standard_Book_Numberhttp://id.wikipedia.org/wiki/International_Standard_Book_Numberhttp://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/0-684-83631-9http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/0-684-83631-9http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/0-684-83631-9http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/0-684-83631-9http://id.wikipedia.org/wiki/International_Standard_Book_Number